You are on page 1of 8

PREPLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

BACKRUB (PIJAT PUNGGUNG) PADA NY. S DI WISMA


MELATI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (PSLU)
KABUPATEN JEMBER

disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)
Stase Keperawatan Gerontik

Oleh:
Alivia Maulida Putri T., S.Kep
NIM 102311101043

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Alamat : Jl. Kalimantan No. 37 Telp./Fax (0331) 323450 Jember
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik-PSIK Universitas Jember 2015

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Lanjut usia merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia
(Syamsuddin, 2006). Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
(berlanjut) secara alamiah, dimulai sejak lahir dan dialami oleh semua makhluk
hidup. Jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan
cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2006). Hasil Sensus Penduduk tahun
2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta
jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa.
Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar
450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk
lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2010 dalam Aziz,
2012). Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia
tersebut, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan
seksual (Azizah, 2011). Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia tersebut
dapat menimbulkan berbagai macam gangguan, salah satunya adalah gangguan
pola tidur (insomnia).
Insomnia adalah keadaan di mana seseorang sulit tidur, sering terbangun
pada malam hari atau tidak dapat tidur dengan lelap (Pratiwi, 2009). Insomnia
pada lansia mengandung beberapa domain yang mengalami perubahan yaitu:
kesulitan masuk tidur (sleep onset problem); kesulitan mempertahankan tidur
nyenyak (deep maintenance problem); dan bangun terlalu pagi (early morning
awakening/EMA). Gejala dan tanda yang muncul sering kombinasi dari ketiga
gangguan tersebut dan dapat muncul sementara maupun kronik (Karjono &
Rejeki, 2010). Insomnia merujuk pada gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
baik secara kuantitas maupun kualitas. Seorang lanjut usia akan membutuhkan
waktu lebih lama untuk memulai tidur dan memiliki waktu lebih sedikit untuk
tidur nyenyak. Seorang lansia lebih sering terbangun pada malam hari dan
membutuhkan banyak waktu untuk tertidur (Potter & Perry, 2005).
Pada kelompok lanjut usia (enam puluh tahun), ditemukan (7%) kasus yang
mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam
sehari). Hal yang sama ditemukan pada (22%) kasus pada kelompok usia 70
tahun. Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh terbangun
lebih awal dari pukul 05.00. selain itu, terdapat (30%) kelompok usia 70 tahun
yang banyak terbangun pada malam hari (Nugroho, 2006). Implikasi ini
menunjukkan perlu dilakukan intervensi yang bersifat holistik dalam menangani
masalah insomnia pada lansia. Menurut National Institute of Health (NIH), terapi
komplementer untuk menangani insomnia pada lansia dikategorikan menjadi 5
yaitu 1) Biological Based Practice: herbal, vitamin dan suplemen lain; 2) Mind
body techniques: meditasi; 3) Manipulative and body based practice: Pijat
(Massage); 4) Energy therapies: terapi medan magnet; 5) Ancient medical
systems: obat tradisional chinese, ayurvedic, akupuntur (Suardi, 2011). Sehingga
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik-PSIK Universitas Jember 2015

terapi pijat (massage) termasuk backrub (pijat punggung) merupakan salah satu
terapi yang bisa digunakan dalam menangani masalah insomnia pada lansia.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. S tanggal 8 Juli
2015, ditemukan bahwa Ny. S mengeluh sulit untuk tidur dan sering terbangun di
malam hari sejak 1 tahun yang lalu, pusing dan tidak merasa segar setelah bangun
tidur, mengalami insomnia sedang dengan pengukuran tingkat insomnia
menggunakan lembar observasi dalam bentuk Insomnia Rating Scale (IRS).

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana penatalaksanaan backrub (pijat punggung) pada Ny. S dengan
insomnia?

BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang backrub (pijat punggung),
Ny. S di Wisma Melati UPT PSLU Jember akan tidak mengalami gangguan tidur
(insomnia).
2.1.2 Tujuan Khusus
a. Ny. S di Wisma Melati UPT PSLU Jember akan mampu memahami
konsep backrub (pijat punggung);
b. Ny. S di Wisma Melati UPT PSLU Jember akan mampu memahami
langkah-langkah backrub (pijat punggung); dan
c. Keluhan gangguan tidur (insomnia) yang dialami oleh Ny. S di Wisma
Melati UPT PSLU Jember akan berkurang.

2.2 Manfaat
2.2.1 Manfaat Praktis
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi pada staf pegawai
UPT PSLU Jember tentang bckrub (pijat punggung).

BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Insomnia didefinisikan sebagai sensasi subjektif dari tidur yang pendek dan
tidak puas (Sabbatini et al., 2002). Insomnia adalah gejala yang dialami oleh
pasien yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur,
dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif (Zorick, 1994 dalam Potter & Perry,
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik-PSIK Universitas Jember 2015

2005). Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur


baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia dapat menandakan adanya
gangguan fisik atau psikologis. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami insomnia di antaranya adalah rasa nyeri, kecemasan,
ketakutan, tekanan jiwa dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur (Asmadi,
2008).
Insomnia merupakan suatu keadaan ketika seseorang mengalami kesulitan
untuk tidur atau tidak dapat tidur dengan nyenyak (Widya, 2010). Seiring dengan
bertambahnya usia, kualitas tidur pada kebanyakan lansia cenderung berubah,
episode tidur dengan pergerakan mata yang cepat atau disebut REM (Rapid Eye
Movement) cenderung memendek. Terdapat penurunan progresif pada tahap tidur
dengan pergerakan mata yang tidak cepat atau NREM (Non Rapid Eye
Movement) 3 dan 4, atau tidur yang dalam. Seorang lansia yang terbangun lebih
sering pada malam hari dan membutuhkan banyak waktu untuk tertidur (Potter &
Perry, 2005). Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan
menyebabkan mengantuk pada hari berikutnya. Mengantuk merupakan faktor
risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina, dan secara ekonomi
mengurangi produktivitas seseorang. Hal lain yang dapat terjadi adalah
ketidakbahagiaan, dicekam kesepian, dan yang terpenting mengakibatkan
penyakit-penyakit degeneratif yang sudah diderita mengalami eksaserbasi akut,
pemburukan, dan menjadi tidak terkontrol lagi (Darmojo, 2010). Untuk itu
insomnia perlu mendapatkan penanganan yang serius. Penatalaksanaan insomnia
dapat dilakukan secara farmakologis maupun nonfarmakologis.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Secara farmakologis, penatalaksanaan insomnia dapat menggunakan obat-
obatan hipnotik sedatif seperti Zolpidem, Tradozon, Klonazepam, dan
Amitriptilin. Sedangkan secara nonfarmakologis perawat dapat melakukan
tindakan-tindakan mandiri keperawatan seperti: mengurangi distraksi lingkungan,
memberikan aktivitas di siang hari sesuai indikasi, mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam atau relaksasi otot progresif, dan melakukan masase punggung.
Masase dapat diartikan sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan ilmu-ilmu
tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh
manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan atau teknik.
Masase punggung atau sering diistilahkan effleurage merupakan teknik yang
sejak dahulu digunakan dalam keperawatan untuk meningkatkan relaksasi dan
istirahat.
Riset menunjukkan bahwa masase punggung memiliki kemampuan untuk
menghasilkan respon relaksasi (Gauthier, 1999 dalam Berman, 2009). Hasil riset
Labyak & Metzger, 1997 dalam Berman, 2009) menyatakan bahwa gosokan
punggung sederhana selama 3 menit dapat meningkatkan kenyamanan dan
relaksasi klien serta memiliki efek positif pada parameter kardiovaskular seperti
tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan frekuensi pernafasan. Masase
memiliki banyak manfaat pada sistem tubuh manusia seperti mengurangi nyeri
otot, pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan sirkulasi dan merangsang
aliran darah ke seluruh tubuh, dapat juga menstimulasi regenerasi sel kulit dan
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik-PSIK Universitas Jember 2015

membantu dalam barrier tubuh, serta efeknya pada sistem saraf dapat menurunkan
insomnia (Kushariyadi dan Setyohadi, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Richards (1998) dalam Berman (2009), masase punggung meningkatkan
kualitas tidur pada klien yang menderita sakit.
Massase dapat membuat vasodilatasi pembuluh darah dan getah benig serta
meningkatkan respon reflek baroreseptor yang mempengaruhi penurunan
aktivitas sistem saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis serta
sebagai proses memberi impuls aferen mencapai pusat jantung. Akibat sirkulasi
darah lancar pada organ seperti muskuloskeletal dan kardiovaskuler, aliran dalam
darah meningkat, pembuangan sisa-sisa metabolik semakin lancar sehingga
memicu hormon endorphin yang berfungsi memberikan rasa nyaman. Kondisi
rileks yang dirasakan tersebut dikarenakan relaksasi dapat memberikan pemijatan
halus pada berbagai kelenjar pada tubuh, menurunkan produksi kortisol dalam
darah, mengembalikan pengeluaran hormon yang secukupnya sehingga
memberikan keseimbangan emosi dan ketegangan pikiran (Olney, 2005 dalam
Aziz, 2012).
Berdasarkan penjelasan di atas, pemateri melakukan terapi backrub (pijat
punggung) pada Ny. S untuk mengatasi masalah insomnia yang dialaminya.

BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

1.1 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan


Program kegiatan backrub (pijat punggung) pada Ny. S didasarkan atas
hasil pengkajian dan program yang dipersiapkan oleh pemateri. Adapun hal-hal
yang dipersiapkan sebagai berikut.
a. Survei/penjajakan di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami situasi dan kondisi setempat serta keadaan mengenai waktu
penyelenggaraan kegiatan pelatihan.
b. Mempersiapkan materi/topik bahasan untuk kegiatan backrub (pijat
punggung), meliputi konsep backrub (pijat punggung), menjelaskan
langkah-langkah backrub (pijat punggung), dan menerapkan langkah-
langkah backrub (pijat punggung).
Pelaksanaan kegiatan backrub (pijat punggung) pada Ny. S dilaksanakan
pada hari Sabtu, 11 Juli 2015 pukul 07.00-07.30 WIB di Wisma Melati UPT
PSLU Jember.

1.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran yang dijadikan peserta dalam pendidikan kesehatan
tentang backrub (pijat punggung) adalah Ny. S di Wisma Melati UPT PSLU
Jember.
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik-PSIK Universitas Jember 2015

1.3 Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
pada Ny. S di Wisma Melati UPT PSLU Jember adalah dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan tentang backrub (pijat punggung) dan mendemonstrasikan
langsung kepada pasien.

BAB 5. EVALUASI

1.1 Evaluasi Stuktur


Evaluasi struktur antara lain:
a. pemateri menjaga empati dan caring terhadap pasien;
b. pemateri berhati-hati dalam menjaga kondisi tubuh pasien saat backrub
(pijat punggung); dan
c. tersedia lingkungan yang aman dan nyaman.

1.2 Evaluasi Proses


Evaluasi proses meliputi:
a. pemateri dapat memfasilitasi kegiatan backrub (pijat punggung);
b. pemateri mampu meningkatkan kemampuan pasien untuk mengidentifikasi
manfaat backrub (pijat punggung) bagi pasien;
c. pasien dapat mengikuti kegiatan backrub (pijat punggung) dari awal
sampai selesai; dan
d. proses implementasi keperawatan tentang backrub (pijat punggung)
berjalan secara sistematis.

1.3 Evaluasi Hasil


Evaluasi hasil diantaranya sebagai berikut.
a. Menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman pasien
dalam backrub (pijat punggung).
b. Pasien merasakan manfaat implementasi keperawatan tentang backrub
(pijat punggung).

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Aziz, M. Tanzil. 2012. “Pengaruh Terapi Pijat (Massage) terhadap Tingkat


Insomnia pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading
Semarang”. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Ungaran: Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo.
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik-PSIK Universitas Jember 2015

Azizah, Ma’rifatul L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Berman, Audrey dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb.
Jakarta: EGC.

Darmojo, R.B. 2004. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 5. Jakarta:
Rineka Cipta.

Karjono, Bambang Joni dan Rejeki, Andayani Rahayu. 2010. Gangguan Tidur
pada Usia Lanjut dalam Hadi Martono dan Kris Pranarka. Ed. Buku Ajar
Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Kushariyadi dan Setyohadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 2. Jakarta:


EGC.

Nugroho, Wahjudi. 2006. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta:


EGC.

Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Pratiwi. 2009. Kesehatan Keluarga. Yogyakarta: Oryza.

Sabbatini, Minale, Crispo, Pisani, Ragosta, Esposito, Cesaro, Cianciaruso,


dan Andreucci. 2002. Insomnia in Maintenance Haemodialysis
Patients. Nephrology Dialysis Transplantation Volume 17:852-856.
[serial online]. www.ncbi.nlm.nih.gov/.../11981073. [9 Juli 2015].

Suardi, D. 2011. Peran dan Dampak Terapi Komplementer/Alternatif Bagi Pasien


Kanker. Jakarta: Pusat Perhimpunan Onkologi Indonesia.

Syamsuddin. 2008. Online Depkes. www.go.Id/modules.Php. [9 Juli 2015].

Widya, G. 2010. Mengatasi Insomnia. Yogyakarta: Kata Hati.


Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik-PSIK Universitas Jember 2015

Daftar lampiran:
Lampiran 1: berita acara
Lampiran 2: daftar hadir
Lampiran 3: Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4: Standart Operational Procedure (SOP)
Lampiran 5: Materi
Lampiran 6: Media

You might also like