You are on page 1of 16

BAHAN PAPARAN

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM


[

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

S U M A T E R A K A L IM A N T A N

IR IA N J A Y A

J A V A
setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
Ps 28E (1) kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk


untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
Ps 29 (2) beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu

UUD NRI
1945 Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa
Ps 28 J (1) dan bernegara

“Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap


orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
Ps 28 J (2) ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntunan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis”.
LANDASAN YURIDIS FORMAL
1. UU No.1/PNPS/Tahun 1965 Tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.
3. Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
4. UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Peraturan Bersama Menteri (PBM) Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian
Rumah Ibadat .
6. Inpres Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam
Negeri.
7. Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri No.
3 Tahun 2008, No. KEP-033/A/JA/6/2008, No. 199 Tahun 2008 Tanggal 9 Juni 2008
tentang Peringatan dan Perintah Kepada Penganut, Anggota, Dan/Atau Anggota
Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat.
8. Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri
Nomor : 93 Tahun 2016; Nomor : KEP-043/A/JA/02/2016; dan Nomor : 223 – 865
Tahun 2016 Tentang Perintah Dan Peringatan Kepada Mantan Pengurus, Mantan
Anggota, Pengikut dan/atau Simpatisan Organisasi Kemasyarakatan Gerakan
Fajar Nusantara Atau Dalam Bentuk Lainnya Untuk Menghentikan Penyebaran
Kegiatan Keagamaan Yang Menyimpang Dari Ajaran Pokok Agama Islam
NAWA CITA VISI
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi
segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
seluruh warga negara Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, MISI
efektif, demokratis, dan terpercaya
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian
kerangka negara kesatuan. ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim,
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, negara kepulauan.
bermartabat, dan terpercaya 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia demokratis berlandaskan Negara hukum.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan
pasar internasional memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi tinggi, maju dan sejahtera.
domestik 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
8. Melakukan revolusi karakter bangsa 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat
nasional.
restorasi sosial Indonesia
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam
kebudayaan.
RPJMN 2015-2019

PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS BIDANG AGAMA


1. PENINGKATAN KUALITAS PEMAHAMAN DAN PENGAMALAN AJARAN AGAMA
2. PENINGKATAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
3. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KEHIDUPAN BERAGAMA
4. PENINGKATAN KUALITAS PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH
5. PENINGKATAN KUALITAS TATA KELOLA PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA

SASARAN

MENINGKATKAN HARMONI SOSIAL DAN KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA:


1. Fasilitasi Penyelenggaraan Dialog Antarumat Beragama di Kalangan Tokoh Agama,
Pemuda, dan Lembaga Sosial Keagamaan.
2. Pembinaan dan Pengembangan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

MENINGKATKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA MELALUI:


1. Penyelenggaraan dialog antarumat beragama untuk
memperoleh pemahaman agama berwawasan multikultur.
2. Pembentukan dan pemberdayaan FKUB di provinsi dan
kabupaten/kota.
3. Peningkatan kerjasama dan kemitraan antara pemerintah,
pemerintah daerah, tokoh agama, lembaga sosial keagamaan,
dan masyarakat dalam pencegahan dan penanganan konflik.
4. Penguatan peraturan perundang-udangan mengenai kerukunan
umat beragama.
 Menurut Pasal 10 ayat (1) huruf f: Agama merupakan salah satu “Urusan Absolut”.
Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan “urusan agama” misalnya menetapkan hari libur keagamaan
yang berlaku secara nasional, memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu
agama, menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan, dan
sebagainya.
Daerah dapat memberikan hibah untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
keagamaan sebagai upaya meningkatkan keikutsertaan Daerah dalam
menumbuhkembangkan kehidupan beragama, misalnya penyelenggaraan
Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), pengembangan bidang pendidikan keagamaan,
dan sebagainya.
 Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemerintah Pusat:
a. melaksanakan sendiri; atau
b. melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah atau
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi.
PASAL 25:
1. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka memantapkan
pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan golongan lainnya
guna mewujudkan stabilitas keamanan lokal, regional, dan nasional.
4. Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah Daerah
provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila.
7. Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan Daerah dan
tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.
TUGAS, WEWENANG, KEWAJIBAN DAN HAK
KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 65, ayat (1) huruf b :


Kepala Daerah mempunyai tugas :
Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat.

Pasal 67 :
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. menaati seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah;
e. menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;
f. melaksanakan program strategis nasional; dan
g. menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua
Perangkat Daerah.
PERATURAN BERSAMA
MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI
NO 9 DAN NO 8 TAHUN 2006

1. Tugas kepala daerah/wakil kepala daerah dalam


pemeliharaan kerukunan
2. Pemberdayaan FKUB
3. Pendirian rumah ibadat
a. Yang diatur dalam Peraturan Bersama bukan aspek
doktrin agama, tetapi lalu lintas para warga negara
Indonesia pemeluk suatu agama ketika berinteraksi
dengan WNI lainnya yg memeluk agama berbeda.
b. Beribadat tidak sama dengan membangun rumah
ibadat meskipun keduanya saling berhubungan.

10
TUGAS WAKIL GUBERNUR
SELAKU KETUA DEWAN PENASEHAT FKUB

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI


NO. 9 DAN NO. 8 TAHUN 2006

Pasal 11, ayat (2) :

MEMBANTU KEPALA DAERAH DALAM MERUMUSKAN


a. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

MEMFASILITASI HUBUNGAN KERJA FKUB DENGAN


PEMERINTAHA DAERAH DAN HUBUNGAN ANTAR SESAMA
b. INTANSI PEMERINTAH DI DAERAH DALAM PEMELIHARAAN
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
PENGANGGARAN FKUB

PASAL 26 PBM

(1) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan


nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban
masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat
beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian
rumah ibadat di provinsi didanai dari dan atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
(2) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan
nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban
masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat
beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian
rumah ibadat di kabupaten/kota didanai dari dan atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.

12
TANTANGAN
DALAM MENINGKATKAN KUB DI DAERAH

1. Masih munculnya permasalahan yang terkait dengan


pendirian rumah ibadat;
2. Munculnya gangguan keamanan, ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat sebagai akibat terjadinya konflik
sosial bernuansa agama yang melibatkan kelompok
masyarakat, aliran-aliran keagamaan, aliran kepercayaan dan
Ormas keagamaan;
3. Munculnya benih-benih gerakan politik bersimbol agama dan
berkembangnya faham keagamaan yang cenderung radikal
serta bertentangan dengan ideologi Pancasila.
HIMBAUAN MENDAGRI MENYIKAPI KONFLIK SOSIAL
BERLATAR BELAKANG PENDIRIAN RUMAH IBADAT

Gubernur, Bupati dan Walikota agar:


a. Menjaga kerukunan antar umat beragama terutama terkait pendirian
rumah ibadat;
b. Mendorong agar semua pihak yang terkait proses pendirian rumah ibadat
agar konsisten dalam mempedomani dan melaksanakan ketentuan PBM
No. 9 dan No. 8 Tahun 2006;
c. Meningkatkan koordinasi dengan FKUB dan kantor kemenag setempat,
serta melibatkan secara aktif unsur aparatur Pemda khususnya tingkat
Desa/Kelurahan dan kecamatan sejak proses awal pengurusan persyaratan
administratif pendirian rumah ibadat sesuai dengan ketetntuan pasal 14
Ayat (2) PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006.
Lanjutan …
d. Menekankan kepada pihak terkait senantiasa mempertimbangkan aspek filosofis
dan sosiologis masyarakat setempat dan menghormati nilai kearifan lokal dengan
mengintensifkan proses sosialiasi serta komunikasi secara terbuka kepada
seluruh warga masyarakat setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan
pengurus ormas keagaman dalam rangka mengantisipasi munculnya
permasalahan yang mengganggu ketentraman dan ketertiban proses pendirian
rumah ibadat;
e. Merespons dengan cepat dan mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan
terhadap informasi-informasi yang memungkinkan terjadinya konflik sosial;
f. Mengkoordinasikan langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini bersma pihak
terkait, dengan mengoptimalkan peran dan fungsi FKUB, FKDM, Kominda serta
Forkompimda dalam rangka mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik
sosial bernuansa agama di daerah.
SUMATERA
KALIMANTAN

IRIAN JAYA

JAVA

You might also like