Professional Documents
Culture Documents
Kampung Naga
Kampung Naga
merupakan salah
satu Desa Adat
yang ada di
Indonesia dan
masih terjaga
kelestariannya.
Kampung ini
merupakan contoh
1
Desa Adat Kampung Naga
2
Desa Adat Kampung Naga
3
Desa Adat Kampung Naga
Data
Lokasi Kampung Legok Dage, Desa Neglasari,
Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. 26
km arah barat Kota Tasikmalaya
Luas Area wilayah adat sekitar 4 hektar
wilayah perkampungan sekitar 1.5 hektar
Geografis Terletak di antara perbukitan tanah Pasundan
yang sejuk. Elevasi sekitar 600m dpl.
Topografi area kampung berbukit cukup
curam. Kepadatan tanah relatif stabil, kondisi
tanah subur. Curah hujan cukup banyak.
Penduduk sekitar 800 orang (2005) warga Sanaga
(kampung inti).
Jumlah Bangunan jumlah rumah di Kampung Naga berjumlah
4
Desa Adat Kampung Naga
Kondisi Umum
Dengan kondisi rumah yang kesemuanya menghadap ke sebelah
Utara atau ke sebelah Selatan dengan memanjang ke arah Barat-
Timur. Warga mempunyai orientasi arah sehari-hari yang relatif
seragam. Bekerja di kolam atau sawah di bagian bawah atau atas
kampung. Kegiatan pembersihan di Sungai Ciwulan yang mengalir
di sepanjang sisi kampung dan menjadi bagian yang sangat penting
dari prosesi hidup warga. Sementara kegiatan prosesi adat dan
keagamaan banyak berorientasi ke Barat arah kiblat sebagai
kepatuahan akan ke Islaman mereka.
5
Desa Adat Kampung Naga
Sistem pemerintahan
desa cukup
sederhana, warga
berada dalam satu
tingkatan yang sama
tanpa membedakan
kekayaan ataupun
keunggulan spiritual
Gbr 5. Jalan desa dan sungai Ciwulan
ataupun fisik.
kampung dipimpin oleh Kuncen dan dibantu oleh semacam dewan
Tetua Desa terdiri dari Lebe dan Punduh. Nmaun untuk administrasi
umum, pemerintah Kabupaten Tsikmalaya menerapkan pula sistem
Rukun Tetangga. kampung Naga berada dalam satu wilayah Rukun
Warga.
Pria berada pada posisi dominan terhadap wanita dalam banyak
upacara dan ritus keagamaan, namun dalam kehidupan sehari-hari,
pria dan wanita Sanaga berperan dengan sama baiknya.
6
Desa Adat Kampung Naga
Spatial Formation
Desa Adat Kampung Naga
Spatial Formation
Menurut Yi fu-Tuan, setiap manusia memiliki suatu skema
akan ruang, meskipun tidak disadari. Ia baru menyadarinya pada
peristiwa-peristiwa ritual. Masing-masing kebudayaan memiliki
persepsi yang berbeda-beda terhadap skema tentang ruang (spatial)
ini, namun kesemuanya memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut
didapat dari struktur dan nilai-nilai yang ada pada tubuh manusia
sendiri. Sebagai contoh, posisi ”tinggi” selalu dianggap lebih superior
daripada ”rendah” sebagaimana seorang bayi yang tadinya hanya
bisa merangkak, saat mulai belajar berjalan akan dianggap
memasuki tahap yang lebih sempurna sebagai seorang manusia.
Begitu pula dengan bergerak ”maju” lebih utama daripada ”mundur”
atau sisi ”kanan” yang dianggap lebih baik daripada sisi ”kiri”. Semua
karena kecenderungan alami tubuh manusia untuk bergerak ke arah
tersebut. Penerapannya ke dalam arsitektur misalnya dengan
menaikkan permukaan lantai suatu ruangan yang dianggap suci.
Menurut Rapoport, dalam menciptakan suatu lingkungan
yang dianggap ideal, manusia akan lebih mengutamakan organisasi
ruang daripada bentuk bangunan. Kondisi ideal ini didapat dari
refleksi dari faktor-faktor sosial dan budaya manusia tersebut. Faktor
7
Desa Adat Kampung Naga
8
Desa Adat Kampung Naga
9
Desa Adat Kampung Naga
10
Desa Adat Kampung Naga
11
Desa Adat Kampung Naga
12
Desa Adat Kampung Naga
13
Desa Adat Kampung Naga
14
Desa Adat Kampung Naga
Pendahuluan
Bahasan tentang aspek sosial ini adalah bagian dari tugas
kelompok yang membahas tentang sustainable environment;
cultural, social and meaning sustainability.
Sebuah lingkungan arsitektural terbentuk dari banyak sebab.
Setelah terjadi suksesi dan perkembangan, lingkungan atau
komunitas itu tak lagi sederhana. Semakin banyak anggota
komunitas, semakin banyak pula kepentingan yang berbeda selain
kepentingan yang sama yang mendasari mereka menjadi anggota
komunitas tersebut. Untuk itulah diperlukan suatu aturan atau
ketentuan bersama untuk bisa berlanjutnya nya komunitas tersebut
hidup ke depan.
Seiring berkembangnya suatu komunitas manusia, sumber daya
lingkungan semakin banyak dieksploitasi, sementara sediaan area
untuk kepentingan arsitektur untuk tiap individu akan semakin
terbatas.
Sebagai komunitas masyarakat, warga di kampung Naga,
Kabupaten Tasikmalaya ini menarik untuk ditinjau. Desa yang
berkembang dengan relatif lambat selama puluhan tahun terakhir ini,
15
Desa Adat Kampung Naga
16
Desa Adat Kampung Naga
17
Desa Adat Kampung Naga
Kondisi kultural
Dalam aspek kultural masyarakat Kampung Naga mempunyai
beberapa adat-istiadat yang dapat ditemui dan secara jelas dapat
diamati dalam bentuk beberapa jenis upacara adat. Upacara adat ini
memberikan gambaran tentang kondisi nilai-nilai kehidupan yang
dianut oleh masyarakat ini. Nilai-nilai tersebut sangat berperanan
penting dalam menjaga sustainabilty dalam ruang dan waktu yang
berjalan.
Upacara Adat
1. Menyepi
Upacara menyepi dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga pada
hari Selasa, Rabu, dan hari Sabtu. Upacara ini menurut pandangan
masyarakat Kampung Naga sangat penting dan wajib dilaksanakan,
tanpa kecuali baik laki-laki maupun perempuan. Pada dasarnya
upacara ini bertujuan memberi kesempatan kepada warga untuk
bertenang diri, berintrospeksi pada kehidupan yang telah
dilakukan. Pelaksanaan upacara menyepi diserahkan pada masing-
masing orang, karena pada dasarnya merupakan
usaha menghindari pembicaraan tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan adat istiadat. Melihat kepatuhan warga Naga
terhadap aturan adat, selain karena penghormatan kepada
leluhurnya juga untuk menjaga amanat dan wasiat yang bila
dilanggar dikuatirkan akan menimbulkan malapetaka.
18
Desa Adat Kampung Naga
2. Hajat Sasih
19
Desa Adat Kampung Naga
20
Desa Adat Kampung Naga
3. Perkawinan
Upacara perkawinan bagi masyarakat Kampung Naga adalah
upacara yang dilakukan setelah selesainya akad nikah. adapun
tahap-tahap upacara tersebut adalah sebagai berikut: upacara
sawer, nincak endog (menginjak telur), buka pintu, ngariung
(berkumpul), ngampar (berhamparan), dan diakhiri dengan
munjungan.
21
Desa Adat Kampung Naga
22
Desa Adat Kampung Naga
4. Khitanan
Upacara khitanan adalah upacara yang ramai dan disukai
masyarakat karena tergolong upacara yang bersifat riang.
Menandakan seorang anak sudah menginjak dewasa secara adat
maupun secara Islam. Biasanya beberapa anak di khitan sekaligus.
Sebelum acara, mereka disucikan dahulu dengan mandi di sungai
Ciwulan. Setelah mengganti pakaian, mereka lalu berkumpul di
masjid untuk melaksanakan proses hajat buku taun. Di sinilah
mereka berdoa untuk meminta keselamatan. Doa dipanjatkan oleh
kuncen. Namun yang unik, selain melafalkan ayat-ayat Alquran, doa
pun dituturkan dalam bahasa Sunda. Proses selanjutnya para orang
tua dan anak yang hendak dikhitan diarak menuju lapangan untuk
mengikuti prosesi helaran (ngala beas/mengambil beras). Di sana
sejumlah ibu-ibu sepuh menanti mereka sembari menabuh lesung.
Gbr 8. Anggota
masyarakat terdiri dari
ibu-ibu yang sedang
menumbuk padi hasil
panen mereka sendiri
23
Desa Adat Kampung Naga
24
Desa Adat Kampung Naga
25
Desa Adat Kampung Naga
26
Desa Adat Kampung Naga
27
Desa Adat Kampung Naga
28
Desa Adat Kampung Naga
Sense of Place
29
Desa Adat Kampung Naga
30
Desa Adat Kampung Naga
31
Desa Adat Kampung Naga
32
Desa Adat Kampung Naga
33
Desa Adat Kampung Naga
34
Desa Adat Kampung Naga
35
Desa Adat Kampung Naga
36
Desa Adat Kampung Naga
37
Desa Adat Kampung Naga
wisata, Kampung
Naga menjadi lokasi yang komersil. Hal ini menyebabkan hilangnya
sense of place pada Kampung Naga dan membuatnya menjadi
placeless. Memang ritual-ritual yang ada masih dipertahankan,
tempat-tempat tertentu masih dianggap sakral, bahkan listrik pun
tidak masuk ke daerah ini untuk menjaga kelestariannya, hanya saja
38
Desa Adat Kampung Naga
39
Desa Adat Kampung Naga
Morfologi
40
Desa Adat Kampung Naga
41
Desa Adat Kampung Naga
42
Desa Adat Kampung Naga
43
Desa Adat Kampung Naga
Conclusion
44
Desa Adat Kampung Naga
45