You are on page 1of 13

MAKALAH HUKUM DAN PRANATA PEMBANGUNAN

UU NO 4 TAHUN 1992 TENTANG PEMUKIMAN

DISUSUN OLEH :

AJENG SYLVA’ INDRA PUTRI 20316442


ARIEDANAQ DZAKWAN HIBATULLAH 21316045
DIMAS YULINKO ISHLAH 22316068
FAIZAL TANJUNG 22316541
GITA KRISTI 23316068
NISYA RUSTIKA ASTANINGRUM 25316455
TIARA NUR INDAH RAHMA P. 27316384
WISNU SULISTYO 27316698
ZULIAN FIRDAUS 27316955

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
DAFTAR ISI

ABSTRAKSI………………………………………………………………………………………………………..……3

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................................. 4

BAB I ................................................................................................................................................................ 5

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................................. 5

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................................ 5

BAB II ................................................................................................................................................................. 6

A. SYARAT KAWASAN SIAP BANGUN ATAU KASIBA ................................................................................... 6

B. PENETAPAN LOKASI DAN PENYEDIAAN TANAH..................................................................................... 6

C. PENGERTIAN KASIBA DAN LISIBA ........................................................................................................... 7

D. SYARAT PEMUKIMAN YANG SIAP BANGUN DAN LAYAK HUNI .............................................................. 7

E. PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KASIBA DAN LISIBA YANG BERDIRI SENDIRI ............................... 9

BAB III ................................................................................................................................................................ 11


KESIMPULAN ...................................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................................. 12

2
ABSTRAK

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan (UU RI No. 4/1992).
Suatu patokan atau syarat standar penilaian untuk menjadi Kawasan pemukiman
siap bangun dan layak huni perumahan yang meliputi lingkungan perumahan dan
pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan
perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat (Sanropie, 1992).
Kawasan siap bangun, selanjutnya disebut Kasiba, adalah sebidang tanah yang
fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar
yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer.
Menurut PERMEN RI NO. 80 TAHUN 1999, Lingkungan siap bangun, selanjutnya
disebut Lisiba, adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Kasiba ataupun berdiri
sendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu
juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah matang.

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya, makalah mengenai
“Makalah UU no. 4 Tahun 1992 Tentang Pemukiman”. Ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Cipta Destiara E Ruswanda , yang telah membimbing
dan memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan edukasi
mengenai syarat standar penilaian untuk menjadi Kawasan pemukiman siap bangun dan
layak huni. Pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan
derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah
kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga
yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta
saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.

4
BAB I
LATAR BELAKANG
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan
{Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, Bab I, Pasal 1 Ayat 2}. Rumah merupakan kebutuhan primer dari setiap
manusia, yang ditunjang dengan adanya sarana dan prasarana guna mewujudkan
lingkungan yang aman, nyaman, damai, sejahtera, dan berkesinambungan.
Pembangunan Perumahan yang diwujudkan dalam Pembangunan Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri (Kasiba dan Lisiba BS) merupakan
kesempatan Strategis untuk semua pelaku pembangunan di bidang perumahan dan
permukiman terutama untuk badan usaha di bidang perumahan dan permukiman (Pasal 23
Undang - undang Nomor 4 Tahun 1992). Dengan pembangunan perumahan dan
permukiman yang dilaksanakan di atas Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun
yang Berdiri Sendiri (Kasiba dan Lisiba BS) dengan maksud agar pembangunan perumahan
dan permukiman dapat lebih terarah, terpadu, dan teratur sesuai dengan arah
pembangunan Kabupaten/ Kota, sehingga pertumbuhan Kabupaten/Kota tersebut bisa lebih
maju dan berkembang untuk lebih menyejahterakan warga dan masyarakatnya, sehingga
terbentuklah kawasan masyarakat yang terpadu dan tertata.
Semua pembangunan yang dilakukan oleh badan usaha dilaksanakan hanya di
Kawasan Siap Bangun dan lingkungan Siap Bangun (Kasiba dan Lisiba BS) dapat menjadi
sebuah tantangan sekaligus peluang bagi pemerintah untuk dapat memberikan fasilitas
yang terbaik sebagai bentuk pelayanan guna menunjang kebutuhan dalam bidang
perumahan dan permukiman.
Dengan mengikuti arahan dan urutan kegiatan yang dilakukan, dimaksudkan agar
Kawasan Siap Bangun dan lingkungan Siap Bangun (Kasiba dan Lisiba BS) dikembangkan
sesuai undang – undang dan peraturan yang berlaku, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat di bidang perumahan dan permukiman sesuai dengan kondisi
ekonomi, sosial, budaya, dan perkembangan di setiap masing – masing daerah.
Rumusan masalah :

1. Penetapan lokasi dan penyediaan tanah


2. Pengertian Kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun
3. Syarat pemukiman yang siap bangun dan layak huni
4. Penyelenggaraan pengelolaan lisiba dan kasiba yang berdiri sendiri

5
BAB II
SYARAT KAWASAN SIAP BANGUN ATAU KASIBA

PENETAPAN LOKASI DAN PENYEDIAAN TANAH

Bagian Pertama Umum


Pasal 8
(1) Penetapan lokasi untuk Kasiba diselenggarakan dalam kawasan permukiman skala besar
pada kawasan perkotaan dan atau kawasan perdesaan dan atau kawasan tertentu yang
terletak dalam 1 (satu) Daerah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah.
(2) Penetapan lokasi untuk Lisiba yang berdiri sendiri ditetapkan dalam kawasan
permukiman yang bukan dalam skala besar pada kawasan perkotaan dan atau kawasan
tertentu yang terletak dalam 1 (satu) Daerah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota
Jakarta sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Pasal 9
(1) Dalam penyiapan lokasi untuk Kasiba, Pemerintah Daerah harus memperhatikan:
a. jumlah unit rumah yang dapat ditampung dalam 1 (satu) Kasiba sekurang-kurangnya
3.000 (tiga ribu) unit rumah dan sebanyak-banyaknya 10.000 (sepuluh ribu) unit rumah; dan
b. jumlah unit rumah yang dapat ditampung dalam 1 (satu) Lisiba sekurang-kurangnya 1.000
(seribu) unit rumah dan sebanyak-banyaknya 3.000 (tiga ribu) unit rumah.
(2) Dalam penyiapan lokasi untuk Lisiba yang berdiri sendiri Pemerintah Daerah harus
memperhatikan bahwa jumlah unit rumah yang dapat dibangun sekurang-kurangnya 1.000
(seribu) unit rumah dan sebanyak-banyaknya 2.000 (dua ribu) unit rumah.
(3) Dalam menentukan lokasi dan luas untuk Kasiba dan atau Lisiba yang berdiri sendiri,
Pemerintah Daerah dapat melakukan dengar pendapat dari masyarakat/kelompok
masyarakat terkait.

6
PENGERTIAN KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN
Kawasan siap bangun, selanjutnya disebut Kasiba, adalah sebidang tanah yang
fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar
yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder
prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh
Kepala Daerah dan memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana dan sarana
lingkungan. (PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 80 TAHUN 1999).
Menurut PERMEN RI NO. 80 TAHUN 1999, Lingkungan siap bangun, selanjutnya
disebut Lisiba, adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Kasiba ataupun berdiri
sendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu
juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah matang.
Selanjutnya disebut Lisiba yang berdiri sendiri, adalah Lisiba yang bukan merupakan
bagian dari Kasiba, yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau
dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi-fungsi lain.

SYARAT PEMUKIMAN YANG SIAP BANGUN DAN LAYAK HUNI


Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan (UU RI No. 4/1992).
Suatu patokan atau syarat standar penilaian untuk menjadi Kawasan pemukiman
siap bangun dan layak huni perumahan yang meliputi lingkungan perumahan dan
pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan
perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat (Sanropie, 1992).
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai
berikut :

• Lokasi

Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah
longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas
tambang;
Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur pendaratan
penerbangan.

7
• Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun
dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan
Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam Surtiani (2010: 41), lokasi kawasan
perumahan yang layak adalah sebagai berikut:

• Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, dan suara)


• Tersedia air bersih
• Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya
• Mempunyai aksesibilitas yang baik
• Mudah dan aman mencapai tempat kerja
• Tidak berada di bawah permukaan air
• Mempunyai kemiringan rata-rata

Menurut Krista (2009: 2) patokan atau standar penilaian yang dapat digunakan dalam
pembangunan rumah yang sehat dan ekologis adalah sebagai berikut:

• Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan sebagai paru-


paru hijau.
• Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan alamiah.
• Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan.
• Menghindari kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan.
• Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu
mengalirkan uap air.
• Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan
bangunan dan struktur bangunan.
• Mempertimbangkan bentuk atau proporsi ruangan.
• Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah.

Pemukiman manusia yang layak, pada dasarnya memiliki 4 (empat) unsur penting yaitu

a. Wisma

Wisma adalah rumah dan bangunan lain yang dibutuhkan oleh manusia baik untuk
tempat tinggal maupun untuk melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

b. Marga

Marga berupa sarana dan prasarana fasilitas sosial yang diperlukan manusia dalam
mencari nafkah serta dalam mengembangkan kehidupan sosial ekonomi dan
budaya.

c. Karya

8
Karya berupa lapangan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan bagi kebutuhan
hidup masyarakat atau penduduk setempat, selain itu juga untuk
mengembangkan bakat.

d. Suka

Suka berupa sarana dan prasarana fasilitas rekreasi yang dapat membina
perkembangan kebudayaan manusia dalam arti yang luas.

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KASIBA DAN LISIBA YANG BERDIRI SENDIRI

Terdapat dua jenis Kasiba atau Lisiba yang Berdiri Sendiri menurut kepemilikan
lahan mayoritasnya, yaitu:
a.Kasiba yang mayoritas tanahnya telah dikuasai oleh Pemerintah Daerah, sehingga kaveling
tanah matang yang dikuasai Pemerintah Daerah telah mencapai lebih dari 50% luas Kasiba
yang diusulkan;
b.Kasiba yang mayoritas tanahnya dikuasai oleh swasta
atau perorangan, sehingga Pemerintah Daerah tidak mempunyai otoritas penuh untuk
menentukan pengelolaan Kasiba yang diusulkan. Pengembangan Kasiba atau Lisiba yang
Berdiri Sendiri harus merupakan bagian dari rencana strategis (strategic planning)
pembangunan daerah dan tercermin dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D)

Pengelolaan Kasiba dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan lain
yang dibentuk dan ditugasi oleh Pemerintah. Sedangkan masyarakat pemilik tanah dan
badan usaha mempunyai peluang yang luas untuk menyelenggarakan pengelolaan Lisiba
yang berdiri sendiri.
Pengelolaan Kasiba dilakukan oleh Pemerintah Daerah yangpenyelenggaraannya
dilaksanakan oleh Badan Pengelola yang bertugas sebagai pengelola kasiba termasuk badan
usaha milik daerah dan sebagai izin perolehan tanah. Badan Pengelola ditunjuk atau
ditetapkan oleh Kepala Daerah melalui kompetisi yang diikuti oleh Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), dan atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan atau Badan lainyang
dibentuk oleh Pemerintah yang ditugasi untuk itu.
Badan Pengelola terdiri dari unsur BUMN dan atau BUMD dan atau Badan lain yang
dibentuk Pemerintah, unsur Pemerintah Kabupaten/Kota, unsur Pemerintah Propinsi dan
atau unsur Pemerintah Pusat untuk lokasi yang ditetapkan sebagai Kasiba strategis oleh
Pemerintah Pusat. Badan Pengelola dapat mengelola lebih dari satu Kawasan Siap Bangun
dalam satu Kabupaten/Kota atau dalam suatu wilayah DKI Jakarta. Jika tidak ada
BUMN/BUMD yang memenuhi persyaratan untuk mengelola Kasiba, maka Kepala Daerah
dapat membentu k Badan lain yang ditugasi untuk pengelolaan Kasiba yang selanjutnya
dikukuhkan menjadi BUMD dan menyampaikan informasi pembentukan tersebut kepada
DPRD yang dapat bekerjasama (kerjasama operasi atau konsorsium) dengan Badan Usaha
Swasta di bidang perumahan dan permukiman, dengan kepemilikan saham mayoritas oleh
BUMD, guna melaksanakan pengelolaan Kasiba. Kepala Daerah dapat membentuk Tim

9
Penyiapan Badan Pengelola yang terdiri dari Sekretaris Daerah sebagai Ketua Tim Penyiapan
Badan Pengelola, dengan anggota terdiri dari unsur Bappeda, Pekerjaan Umum, Perumahan
dan Permukiman, Tata Kota/Tata Ruang, Pertanahan dan unsur Instansi lain yang diperlukan
serta dari Unsur yang Professional di bidangnya.
Tugas utama Tim Penyiapan Badan Pengelola segera membentuk Badan Pengelola
Kasiba sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan melakukan tugas-tugas Badan
Pengelola Kasiba sampai ditetapkannya Badan Pengelola Kasiba. Badan Pengelola
selanjutnya menunjuk Penyelenggara Lisiba sebagai pelaksana pembangunan Lisiba bagian
dari Kasiba melalui kompetisi. (Peraturan Mentri Perumahan Rakyat nomor 33 tahun 2006)
Pengelolaan lisiba bagian dari kasiba dilakukan oleh masyarakat pemilik tanah atau
badan usaha di bidang pembangunan perumahan dan permukiman yang ditunjuk oleh
badan pengelola melalui kompetisi. Namun dalam hal tertentu badan pengelola tidak dapat
menjadi penyelenggara lisiba, kecuali:
a. Apabila tidak ada badan usaha yang mengajukan permohonan sebagai
penyelenggara; atau
b. Untuk menjaga stabilisasi harga rumah. Dimana badan pengelola hanya dapat
menyelenggarakan 1 (satu) lisiba dalam kasiba yang terdiri dari lebih 1 (satu) lisiba
yang pembangunannya dilakukan secara bersamaan. Apabila dalam pembangunan
kasiba yang terdiri lebih dari 1 (satu) lisiba dilakukan secara bertahap dan badan
pengelola tiap tahap hanya menyelesaikan 1 (satu) lisiba, maka badan pengelola
tidak dapat menjadi penyelenggara.

Masyarakat pemilik tanah sebagai penyelenggara dapat melakukan penyelenggaraan lisiba


yang berdiri sendiri dengan membentuk usaha bersama yang anggotanya terdiri dari para
pemilik tanah, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan usaha
sebagai penyelenggara dapat melakukan penyelenggaraan lisiba yang berdiri sendiri yang
bukan dilakukan oleh masyarakat pemilik tanah. Penunjukan penyelenggara untuk
menyelenggarakan suatu lisiba yang berdiri sendiri dilakukan oleh kepala daerah.
Penunjukan dapat berlaku juga sebagai izin perolehan tanah dan penyelenggara lisiba yang
berdiri sendiri. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 tahun 1999 BAB III)

10
BAB III
KESIMPULAN
Penetapan lokasi untuk Kasiba diselenggarakan dengan skala besar dalam 1
kawasan perkotaan atau perdesaan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah sedangkan
Penetapan lokasi untuk Lisiba yang berdiri sendiri ditetapkan dalam kawasan permukiman
yang bukan dalam skala besar pada kawasan perkotaan yang terletak dalam 1 daerah sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah.
Dalam penyiapan lokasi untuk Kasiba dan Lisiba, Pemerintah Daerah memperhatikan
jumlah unit rumah yang ditampung dan Pemerintah Daerah memperhatikan jumlah unit
rumah yang dapat dibangun untuk Lisiba yang berdiri sendiri. Saat menentukan lokasi dan
luas untuk Kasiba dan atau Lisiba yang berdiri sendiri, Pemerintah Daerah dapat
bermusyawarah dengan kelompok masyarakat terkait.
Kasiba, adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan
perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun
atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi
dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata
ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dan memenuhi persyaratan
pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan.
Selanjutnya disebut Lisiba, adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari
Kasiba ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana
lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun
kaveling tanah matang. Selanjutnya disebut Lisiba yang berdiri sendiri, adalah Lisiba yang
bukan merupakan bagian dari Kasiba, yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang
sudah terbangun.
Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Persyaratan kesehatan
perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan meliputi
lokasi dan kualitas udara.
Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Krista (2009: 2) lokasi
kawasan perumahan yang layak memiliki beberapa persyaratan. Unsur penting Pemukiman
manusia yang layak ialah wisma, marga, karya dan suka. Kasiba yang mayoritas tanahnya
telah dikuasai oleh Pemerintah Daerah dan Kasiba yang mayoritas tanahnya dikuasai oleh
swasta termasuk ke dalam Lisiba yang berdiri sendiri. Pengelolaan Kasiba dilaksanakan oleh
Badan Usaha Milik Negara dan atau badan lain yang dibentuk dan ditugasi oleh Pemerintah.
Badan Pengelola dapat mengelola lebih dari satu Kawasan Siap Bangun dalam satu
Kabupaten/Kota atau dalam suatu wilayah DKI Jakarta. Jika tidak ada BUMN/BUMD yang
memenuhi persyaratan untuk mengelola Kasiba, maka Kepala Daerah dapat membentu k
Badan lain yang ditugasi untuk pengelolaan Kasiba yang selanjutnya dikukuhkan menjadi
BUMD dan menyampaikan informasi pembentukan tersebut kepada DPRD yang dapat

11
bekerjasama (kerjasama operasi atau konsorsium) dengan Badan Usaha Swasta di bidang
perumahan dan permukiman, dengan kepemilikan saham mayoritas oleh BUMD, guna
melaksanakan pengelolaan Kasiba.

12
DAFTAR PUSTAKA
• UNDANG-UNDANG REPUPLIK INDONESIA NO 4 TAHUN 1992
• PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 80 TAHUN 1999
• PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 33 TAHUN 2006
• SANROPIE 1992
• KEPUTUSAN MENTRI KESEHATAN NO.829/MENKES/SK/VII/1999
• KRISTA (2009: 2)
• SURTIANI (2010: 41)

13

You might also like