You are on page 1of 7

Artikel Penelitian

Gambaran Kebutuhan Hidup


Penyandang Skizofrenia

Sulistiana Dewi, Sylvia Detri Elvira, Richard Budiman

Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/


Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Abstrak
Pendahuluan: Penilaian terhadap kebutuhan penyandang skizofrenia adalah tugas penting
bagi semua pihak yang terkait, sehingga dapat mengurangi hendaya dalam penurunan fungsi
baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
kebutuhan hidup penyandang skizofrenia menurut dirinya dan pengasuhnya.
Metode: Subjek penelitian mencakup 90 penyandang skizofrenia dan pengasuhnya yang berobat
jalan di poliklinik psikiatri RSCM pada bulan Mei-Juni 2012. Pemilihan subjek dilakukan
secara konsekutif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Camberwell assess-
ment of need short appraisal schedule (CANSAS).
Hasil: Dari 22 pertanyaan CANSAS, rerata kebutuhan penyandang skizofrenia yang dilaporkan
dirinya adalah sembilan kebutuhan, sedangkan pengasuhnya 12 kebutuhan. Baik penyandang
skizofrenia maupun pengasuhnya menilai adanya masalah pada kebutuhan fisik penyandang
skizofrenia yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan lainnya.
Kesimpulan: Dalam menilai kebutuhan hidup penyandang skizofrenia ternyata fokus tidak
hanya diarahkan pada kebutuhan gejala psikotiknya saja, tetapi kebutuhan fisik juga dinilai
penting baik oleh penyandang skizofrenia maupun pengasuhnya. J Indon Med Assoc.
2013;63:84-90
Kata kunci: Kebutuhan hidup, penyandang skizofrenia, pengasuh

Korespondensi: Sulistiana Dewi,


Email: sulistianadewi@yahoo.com

84 J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013


Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia

The Needs of Schizophrenic People

Sulistiana Dewi, Sylvia Detri Elvira, Richard Budiman

Department of Psychiatry, Faculty of Medicine Universitas Indonesia/


Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta

Abstract
Introduction: Assessing the needs of people with schizophrenia is an important task for all
stakeholders to reduce the impairment in physical, psychological, or social function. This study
was aimed to assess the needs of people living with schizophrenia based on the patient and the
caregivers.
Method: Ninety subjects with schizophrenia and ninety of their caregivers in outpatient clinic were
included in this research using consecutive sampling. Instruments which was used was Camberwell
assessment of need short appraisal schedule (CANSAS).
Result: Using CANSAS instrument, the mean total of needs reported for schizophrenic people and
their caregivers reported 9 and 12 needs respectively. Both schizophrenic people and their caregivers
agreed that the need on physical health was higher than other needs.
Conclusion: Assessment of the needs of schizophrenic people and their caregivers must focus not
only in the needs of psychotic symptoms, but also in their physical needs as well. J Indon Med
Assoc. 2013;63:84-90
Keyword: needs, schizophrenic people, caregiver

Pendahuluan
Manusia mempunyai kebutuhan hidup dan mereka Penelitian neuropatologi dan pemeriksaan dengan CT-
berusaha untuk memenuhinya. Pemenuhan kebutuhan hidup scan menunjukan adanya abnormalitas korteks cerebral,
tersebut bagi setiap individu berbeda-beda, baik bagi indi- talamus, dan batang otak pada penderita skizofrenia. Selain
vidu sehat maupun sakit, termasuk penyandang gangguan faktor yang berkaitan dengan biologis tadi, faktor psikososial
jiwa berat. Penyandang skizofrenia juga memerlukan juga berperan dalam timbulnya skizofrenia.4
kebutuhan layanan kesehatan jiwa untuk mendapatkan Tujuan utama dari terapi pada skizofrenia adalah pemu-
intervensi sedini mungkin, sehingga diharapkan dapat lihan. Pemulihan dapat dicapai baik dari segi fungsi mental
memperbaiki perjalanan penyakit dan prognosisnya. maupun fisik. Penilaian dalam menentukan pemulihan
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang terdapat empat faktor termasuk diantaranya hilangnya gejala,
memiliki karakteristik khusus. Dalam Pedoman Penggolongan fungsi pekerjaan, kehidupan mandiri, dan relasi.5 Dari
dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III), definisi penilaian tersebut dapat dilihat bahwa hilangnya gejala
skizofrenia dijelaskan sebagai gangguan jiwa yang ditandai hanyalah satu dari empat faktor dalam menilai pemulihan,
dengan distorsi khas dan fundamental dalam pikiran dan sementara tiga faktor lainnya melibatkan peran penyandang
persepsi yang disertai dengan adanya afek yang tumpul atau skizofrenia sendiri, pengasuh, maupun masyarakat.
tidak wajar.1 Untuk tercapainya pemulihan, diperlukan keterlibatan
Data WHO tahun 2000 menunjukan prevalensi penyandang skizofrenia dalam menilai kebutuhan hidup
skizofrenia adalah 0,5%, sedangkan berdasarkan National mereka sendiri dan merencanakan perawatan mereka, yang
Institute of Mental Health, prevalensi skizofrenia di seluruh hingga saat ini belum pernah dilakukan. Pada kunjungan rawat
dunia adalah sekitar 1,1% dari populasi di atas usia 8 tahun, jalan, keterlibatan pengasuh merupakan bagian penting dari
atau sekitar 51 juta orang di seluruh dunia menderita perencanaan perawatan. Penyandang skizofrenia, pengasuh
skizofrenia.2 Jika prevalensi jiwa berat 1% berarti ada 220 000 yang merawatnya, dan tenaga kesehatan merupakan bagian
orang penderita gangguan jiwa di Indonesia dan 10% (22 penting dari penilaian kebutuhan, selain itu mereka mungkin
000 orang) membutuhkan perawatan di institusi perawatan. mempunyai perbedaan pandangan dalam menilai kebutuhan
Data yang diperolah dari data riset kesehatan dasar hidup penyandang skizofrenia karena berbagai faktor yang
(Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi masyarakat memengaruhinya.6
indonesia yang mengalami gangguan mental emosi sebesar Pengasuh yang merawat penyandang skizofrenia sering
11,6% pada penduduk berusia di atas 15 tahun.3 dihadapkan oleh berbagai situasi dan membutuhkan kete-

J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013 85


Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia

rampilan khusus seperti pada kedaruratan psikiatri. Di lain masing-masing sebesar 0,726 dan 0,711.13
pihak, pengasuh yang merawat penyandang skizofrenia Konsep kebutuhan merupakan sebuah tanggung jawab
memiliki berbagai masalah dan keterbatasan dalam melakukan semua pihak, baik bagi penyandang skizofrenia, pengasuh,
tugasnya, sementara dukungan maupun fasilitas yang masyarakat, maupun pemerintah. Penelitian ini bertujuan
tersedia bagi mereka hingga saat ini belum memadai.7 untuk menilai kebutuhan hidup penyandang skizofrenia yang
Pengasuh adalah seseorang yang memberikan bantuan dinilai dari sudut pandang penyandang dan pengasuh. Dari
pada orang yang mengalami ketidakmampuan dan penilaian kebutuhan penyandang skizofrenia diharapkan
memerlukan bantuan karena penyakit atau keterbatasannya. dapat diketahui kebutuhan hidup mereka sehingga diharapkan
Pengasuh dibagi menjadi pengasuh informal dan formal. dapat mengurangi hendaya dalam penurunan fungsi baik fisik,
Pengasuh informal adalah seorang individu (anggota psikologis, atau sosial.
keluarga, teman, ataupun tetangga) yang memberikan
perawatan tanpa dibayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, Metode
tinggal bersama atau terpisah dengan orang yang dirawat, Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
sedangkan pengasuh formal merupakan bagian dari sistim desain potong lintang (cross-sectional). Penelitian dilakukan
pelayanan, baik dibayar ataupun sukarela.7,8 di Poliklinik Psikiatri RSUPN Cipto Mangunkusumo pada Mei-
Diperkirakan saat ini sekitar 40-90% dari pengasuh yang Juni 2012. Subjek adalah semua penyandang skizofrenia dan
merawat penyandang skizofrenia merupakan pengasuh in- pengasuh pasien. Penyandang skizofrenia berusia 18-59
formal, dan sebagian besar (77%) dari pengasuh informal tahun dan telah didiagnosis oleh dokter penanggung jawab
adalah keluarga pasien. Lebih dari dua pertiga pengasuh pelayanan pasien. Subjek diambil secara konsekutif. Pengam-
(68%) adalah orang tuanya atau orang tua angkat, 12% bilan subjek penelitian pada penyandang skizofrenia dan
saudara kandungnya, 7 % adalah pasangannya dan 7% anak- pengasuhnya masing-masing 90 subjek. Peneliti melebihkan
anak atau cucu dari penyandang skizofrenia.9 jumlah subjek penelitian sebesar 10 %, menjadi masing-masing
Penilaian kebutuhan penyandang gangguan jiwa, 120 subjek, kemudian diambil 90 subjek penyandang
khususnya skizofrenia merupakan tugas penting semua pihak skizofrenia diikuti dengan pengasuhnya dengan cara acak.
terkait, khususnya tenaga kesehatan jiwa agar dapat Tujuannya adalah untuk mencoba mengatasi kelemahan dari
merencanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi layanan pengambilan subjek di atas. Instrumen yang digunakan adalah
kesehatan jiwa.10 Tenaga kesehatan dan pengasuh perlu Camberwell Assessment of Need Short Appraisal Schedule
memahami kebutuhan penyandang skizofrenia dalam (CANSAS).
mencapai, mempertahankan, mengembalikan, ataupun Berdasarkan literatur, CANSAS dapat dibagi menjadi 5
mengoptimalkan kualitas hidup mereka. Dalam melakukan area: Kebutuhan dasar (3 pertanyaan: akomodasi, makanan,
penilaian kebutuhan hidup, harus dilakukan secara dan aktivitas sehari-hari); kesehatan (7 pertanyaan: kesehatan
menyeluruh berdasarkan pada kebutuhan hidup penyandang fisik, gejala psikotik, penggunaan zat dan obat-obatan,
skizofrenia. penggunaan alkohol, membahayakan diri sendiri, memba-
Beberapa studi empiris telah menghasilkan penilaian hayakan orang lain, serta tekanan psikologis); kebutuhan
kebutuhan hidup yang berhubungan dengan kebutuhan sosial (3 pertanyaan: ekspresi seksual, teman dan pergaulan,
penyandang skizofrenia, pengasuh, maupun tenaga serta hubungan intim); kebutuhan akan pelayanan (4
kesehatan. Terdapat beberapa instrumen yang dibuat untuk pertanyaan: informasi tentang kondisi dan pengobatan,
menilai kebutuhan, diantaranya yang sering digunakan telepon, transportasi, keuntungan, dan kemudahan);
adalah Avon mental health measure (AMHM), cardinal kapasitas fungsional (5 pertanyaan: pendidikan dasar, uang,
needs schedule (CNS), dan Camberwell assessment of need perawatan anak, perawatan diri, dan perawatan rumah).14
(CAN) yang telah digunakan di Inggris. Instrumen CAN
mudah digunakan dan paling banyak diadopsi oleh banyak Hasil
negara seperti Brazil, Swedia, Korea Selatan, Cina, dan Pada tabel 1 diperlihatkan karakteristik umum subjek
lainnya.11,12 secara keseluruhan yang didapatkan oleh peneliti dari data
Baru-baru ini di Indonesia telah dilakukan penilaian sosiodemografik. Sebagian besar jenis kelamin subjek
validitas dan reliabilitas instrumen Camberwell assesment penyandang skizofrenia adalah laki-laki (72,2%). Rerata umur
of need short appraisal schedule (CANSAS) versi Bahasa penyandang skizofrenia adalah 33,28 (8,5) tahun, dengan
Indonesia terhadap penyandang skizofrenia dari 67 subjek umur termuda adalah 18 tahun dan umur tertua adalah 55
dengan skizofrenia dan pengasuhnya di Rumah Sakit Jiwa tahun.
Soeharto Heerdjan. Rerata total kebutuhan yang dinilai oleh Tabel 2 memperlihatkan karakter klinis dari penyandang
pasien dan pengasuh adalah 3,00 dan 5,67 (dari 22 butir). skizofrenia. Diagnosis pada subjek sebagian besar adalah
Konsistensi internal yang diperoleh peneliti dengan pasien skizofrenia paranoid. Lama sakit subjek penyandang
dan pengasuh masing-masing sebesar 0,773 dan 0,576; skizofrenia rerata 8,64 (6,9) tahun, dengan lama sakit minimal
sedangkan, penilaian ahli dengan pasien dan pengasuh 3 bulan dan maksimal selama 30 tahun.

86 J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013


Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 2. Karakteristik Klinis Penyandang Skizofrenia

Karakteristik subjek Penyandang Skizofrenia Pengasuh Karakteristik klinis Penyandang skizofrenia


n=90 (%) n=90 (%) n=90

Jenis kelamin Diagnosis


Laki-laki 65 (72,2) 36 (40,0) Skizofrenia paranoid 83 (92,2)
Perempuan 25 (27,8) 54 (60,0) Skizofrenia residual 4 (4,44)
Kelompok umur Skizofrenia hebefrenik 2 (2,22)
>18 2 (2,22) Skizofrenia ytt 1 (1,11)
19 - 40 tahun 69 (76,67) 14 (15,6) Lama sakitd
41 - 59 tahun 19 (21,1) 51 (56,67) <6 bulan 4 (4,44)
>60 tahun - 25 (27,78) 6 bulan-2 tahun 7 (7,78)
Pendidikan 2-5 tahun 26 (28,89)
Tidak sekolah 1 (1,11) 7 (7,78) >5 tahun 53 (58,89)
SD 5 (5,55) 26 (28,89)
SMP 8 (8,89) 12 (13,33) *ytt: yang tidak tergolongkan
SMA 61 (67,8) 32 (35,6)
Akademik / PT 15 (16,7) 13 (14,4)
Pekerjaan CANSAS, rata-rata kebutuhan yang dilaporkan penyandang
PNS / Swasta 8 (8,9) 22 (24,4) skizofrenia adalah sembilan kebutuhan, sedangkan
Wiraswasta 12 (13,3) 24 (26,7) pengasuhnya 12 kebutuhan. Peneliti mencari nilai kemaknaan
Tak bekerja 70 (77,8) 11 (48,9) antara penilaian penyandang skizofrenia dan pengasuhnya,
Pernikahan
Menikah 19 (21,1) 73 (81,1) kemudian diperoleh perbedaan penilaian secara
Janda/Duda 10 (11,1) 13 (14,4) bermakna(p<0,05) pada kebutuhan perawatan diri, aktivitas
Tak menikah 61 (67,8) 4 (4,4) sehari hari, serta kebutuhan akan teman dan pergaulan.
Jumlah anak
Belum punya anak 71 (78,9) 10 (11,1)
Hanya 1 anak 7 (7,8) 5 (5,6) Diskusi
2 - 3 anak 10 (11,1) 39 (43,3) Pada Tabel 1 ditemukan sebagian besar subjek penyan-
>4 anak 2 (2,2) 36 (40,0) dang skizofrenia berjenis kelamin laki-laki (72,2%). Penemuan
Agama
Islam 78 (86,7) 77 (85,6) tersebut tidak menunjukkan laki-laki yang menyandang
Kristen 10 (11,1) 12 (13,3) skizofrenia lebih banyak di poliklinik psikiatri RSCM di-
Lain 2 (2,2) 1 (1,11) bandingkan perempuan.
Suku bangsa Rerata umur penyandang skizofrenia adalah 33,28 (8,5)
Jawa 27 (30,0) 27 (30,0)
Sunda 14 (15,6) 14 (15,6) tahun, dengan umur termuda 18 tahun dan tertua 55 tahun.
Betawi 21 (23,3) 23 (25,6) Dari studi skizofrenia terlihat bahwa gangguan jiwa biasanya
Sumatera 20 (22,2) 21 (23,3) dimulai pada masa dewasa awal, antara usia 15 dan 30 tahun.
Lain 8 (8,9) 5 (5,5) Rerata umur adalah18 tahun pada pria dan 30 tahun pada
Domisili
DKI 67 (74,4) 67 (74,44) perempuan.15 Rerata umur yang didapat dalam penelitian ini
Luar DKI 23 (25,56) 23 (25,56) hampir sama dengan studi sebelumnya.
Lama asuhan Lebih dari setengah subjek tidak menikah (61%). Hal itu
<1 tahun N/A 16 (17,8) berkaitan dengan sebagian besar penyandang skizofrenia
2 tahun N/A 16 (17,8)
3 tahun N/A 47 (52,2) tidak bekerja (66,7%). Berdasarkan studi yang sudah ada,
>4 tahun N/A 11 (12,2) faktor yang menyebabkan penyandang skizofrenia tidak
Hubungan kerabat memiliki pekerjaan termasuk motivasi diri yang kurang karena
Orangtua N/A 58 (64,4) adanya gejala negatif atau disfungsi neurokognitif yang
Pasangan N/A 20 (22,2)
Saudara N/A 12 (13,3) mendasarinya. 16 Faktor lain adalah stigmatisasi dan
Lain-lain N/A 1 (1,1) diskriminasi pada penyandang gangguan jiwa menghalangi
mereka untuk berintegrasi ke dalam masyarakat, karena sering
mendapat julukan negatif, serta isolasi sosial dan ekonomi.
Pada Tabel 3 terlihat penilaian kebutuhan yang Faktor ini termasuk misalnya membatasi hak suara dan hak-
diperlukan bagi penyandang skizofrenia adalah kesehatan hak memperoleh pekerjaan.17
fisik (53,3%), gejala psikotik (51,1%), dan keuangan (44,4%). Pada Tabel 2 ditunjukkan karakteristik klinis penyandang
Sedangkan kebutuhan penyandang skizofrenia yang dinilai skizofrenia dengan ditemukan diagnosis terbanyak skizo-
oleh persepsi pengasuhnya didapatkan masalah kebutuhan frenia tipe paranoid (83%). Penemuan tipe diagnosis tersebut
yang terpenuhi pada area gejala psikotik (58,9%), keuangan tidak menunjukan bahwa diagnosis skizofrenia tipe paranoid
(56,7%), informasi tentang kondisi dan pengobatan (56,7%), adalah diagnosis terbanyak dibandingkan diagnosis
serta kesehatan fisik (52,2%). Dari 22 butir pertanyaan skizofrenia tipe lainnya. Dengan penemuan diagnosis

J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013 87


Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia

Tabel 3. Penilaian Kebutuhan Hidup Berdasarkan CANSAS, Penyandang Skizofrenia (n:90) dan Pengasuhnya (n:90)

Area kebutuhan Penilaian penyandang Penilaian pengasuh p


Bukan masalah Bukan Masalah Bukan Bukan Masalah
serius masalah serius masalah masalah serius
serius serius serius
karena karena
ada ada
bantuan bantuan
n % n % n % n % n % n %

1. Akomodasi 89 98,89 1 1,11 0 0 89 98,89 1 1,11 0 0 1,000


2. Makanan 59 65,56 31 34,44 0 0 47 52,22 43 47,78 0 0 0,096
3. Perawatan Rumah 56 62,22 31 34,44 3 3,33 45 50 43 47,78 2 2,22 0,187
4. Perawatan diri 76 84,44 13 14,44 1 1,11 60 66,67 29 32,22 1 1,11 0,019
5. Aktivitas sehari-hari 72 80 17 18,89 1 1,11 55 61,11 34 37,78 1 1,11 0,019
6. Kesehatan fisik 42 46,67 48 53,33 0 0 43 47,78 47 52,22 0 0 0,881
7. Gejala-gejala psikotik 41 45,56 46 51,11 3 3,33 36 40 53 58,89 1 1,11 0,348
8. Informasi tentang kondisi 54 60 34 37,78 2 2,22 38 42,22 51 56,67 1 1,11 0,064
dan pengobatan
9. Tekanan Psikologis 55 61,11 35 38,89 0 0 63 70 27 30 0 0 0,210
10. Membahayakan diri sendiri 83 92,22 7 7,78 0 0 84 93,33 6 6,67 0 0 1,000
11. Membahayakan orang lain 86 95,56 4 4,44 0 0 83 92,22 7 7,78 0 0 0,536
12. Alkohol 90 100 0 0 0 0 90 100 0 0 0 0 N/A
13. Zat dan obat-obatan 90 100 0 0 0 0 90 100 0 0 0 0 N/A
14. Teman dan pergaulan 71 78,89 18 20 1 1,11 56 62,22 34 37,78 0 0 0,021
15. Hubungan Intim 83 92,22 7 7,78 1 1,11 84 93,33 6 6,67 0 0 0,577
16. Ekspresi seksual 88 97,78 2 2,22 1 1,11 86 95,56 1 1,11 0 0 0,600
17. Perawatan anak 83 92,22 7 7,78 0 0 85 94,44 5 5,56 0 0 0,767
18. Pendidikan dasar 88 97,78 2 2,22 0 0 87 96,67 3 3,33 0 0 1,000
19. Telefon 80 88,89 10 11,11 0 0 81 90 9 10 0 0 1,000
20. Transportasi 63 70 27 30 0 0 53 58,89 37 41,11 0 0 0,119
21. Uang 49 54,45 40 44,44 1 1,11 39 43,33 51 56,67 0 0 0,177
22. Keuntungan dan kemudahan 90 100 0 0 0 0 89 98,89 1 1,11 0 0 1,000

terbanyak pada hal ini mungkin berkaitan dengan penilaian dan penyandang skizofrenia yang sebagian besar adalah
pada area kebutuhan psikotik (51,11%) penyandang orang tuanya. Lama asuhan oleh pengasuh dan hubungan
skizofrenia yaitu ditemukannya gejala positif pada pasiennya. kekerabatan sangat berkaitan dengan budaya pola asuh
Masih terdapatnya gejala-gejala positif yang menonjol pada keluarga di Indonesia. Anak yang belum dapat mandiri, masih
sebagian dari subjek penyandang skizofrenia memerlukan menjadi tanggung jawab orang tua, sampai berapapun usia
evaluasi lebih lanjut dalam penatalaksanaan baik dengan anak tersebut.18
farmakologi maupun nonfarmakologi. Bagi pengasuhnya,
gejala psikotik juga dinilai tinggi (58,89%). Dalam hal ini Penilaian kebutuhan menurut CANSAS
pengasuh memberikan perhatian pada gejala positif Beberapa masalah kebutuhan yang dinilai pada
penyandang skizofrenia agar tidak membahayakan diri penyandang skizofrenia yaitu kebutuhan pada kesehatan fisik
penyandang sendiri maupun orang lain. (53,3%), gejala psikotik (51,11%), dan keuangan (44,44%).
Dalam hal pengasuh, lebih banyak ditemukan Dari kebutuhan yang menjadi masalah dapat dilihat bahwa
perempuan (60%) dibandingkan laki-laki (40%). Sebagian masalah kebutuhan kesehatan fisik ternyata mendapat
besar pengasuh adalah ibu (n=38) dari penyandang perhatian lebih dibandingkan kebutuhan lain. Selama ini
skizofrenia. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa hubungan sering kali layanan psikiatri hanya terfokus pada gejala
antara pengasuh dan penyandang skizofrenia sebagian psikotiknya saja, tanpa melihat aspek lain dari penyandang
besar adalah orang tua (64%). Sama halnya dengan penelitian skizofrenia seperti kesehatan fisiknya. Penyandang skizo-
yang dilakukan oleh Donelan, et al. 68% dari pengasuh adalah frenia cenderung memiliki risiko tinggi untuk penyakit fisik.
orang tua atau orang tua angkat penyandang.9 Pada penelitian Terjadinya diabetes dan penyakit jantung dapat disebabkan
kami kelompok umur pengasuh diperoleh dengan rerata umur oleh kecenderungan penyandang skizofrenia yang secara
52,4 (12,1) tahun. fisik tidak aktif, kelebihan berat badan, dan juga adanya
Lama asuhan antara pengasuh dan penyandang kecenderungan untuk merokok. Akibat lain juga dapat
skizofrenia rerata 25,6 (11,8) tahun, dengan lama asuhan mini- disebabkan oleh obat antipsikotik generasi kedua, yaitu
mal 5 bulan dan lama asuhan maksimal 51 tahun. Lama asuhan peningkatan berat badan, peningkatan glukosa darah, serta
ini berhubungan juga dengan hubungan kerabat pengasuh peningkatan kadar lipid.19 Diketahui bahwa pengobatan

88 J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013


Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia

dengan risperidon, yang bekerja pada reseptor serotonin dan kebutuhan yang dilakukan oleh pengasuh atau ahli ternyata
histamin bisa memengaruhi berat badan.19,20 memberikan penilaian yang lebih besar dibandingkan
Faktor lain yang menyebabkan kesehatan fisik menjadi penilaian yang dilakukan oleh penyandang skizofrenia
masalah kebutuhan adalah layanan psikiatri sering melihat sendiri.
penyandang skizofrenia dari psikopatologis saja karena waktu Masalah kebutuhan yang kedua adalah keuangan. Baik
klinisi yang terbatas dalam menangani kebutuhan fisik pasien. pengasuh maupun penyandang skizofrenia menilai masalah
Kemudian, faktor lain dari sisi penyandang dengan gang- pada kebutuhan ini, karena sebagian besar penyandang
guan jiwa sendiri adalah tidak adanya motivasi diri dalam skizofrenia tidak bekerja (66,7%). Sama halnya penelitian di
melakukan perawatan diri, keterbatasan kognitif, masalah negara lain seperti India (36,9%) dan Korea (29,5%), dalam
finansial, dan kurangnya layanan pendukung dalam mem- penilaian CANSAS, kebutuhan pada keuangan ini juga
peroleh layanan fisik yang mereka butuhkan.21 Dengan menjadi masalah kebutuhan.14,23 Kebutuhan fisik pun juga
temuan ini pemeriksaan fisik secara berkala dapat diper- menjadi suatu masalah kebutuhan bagi pengasuhnya, hal ini
timbangan untuk dilakukan setiap kali penyandang skizofrenia senada dengan penelitian yang telah dilakukan di Swedia.
datang berobat ke pusat pelayanan kesehatan. Edukasi juga Berdasarkan penelitian itu, kebutuhan kesehatan fisik (59,3%)
diperlukan secara menyeluruh mulai dari pola makanan dan merupakan masalah kebutuhan yang tertinggi bagi penga-
latihan fisik pada penyandang skizofrenia. suhnya.22
Penilaian kebutuhan penyandang skizofrenia dari sudut Dari penilaian kebutuhan butir-butir CANSAS (22 butir),
pandang pengasuhnya lebih banyak ditemukan masalah didapatkan rerata penyandang skizofrenia menilai kebutuhan
kebutuhan pada gejala psikotik (58,89%), keuangan (56,67%) sebanyak sembilan jenis kebutuhan dan pengasuhnya
informasi tentang kondisi dan pengobatan (56,67%), dan sebanyak 12 jenis kebutuhan. Penilaian kebutuhan pengasuh
kesehatan fisik (52,22%). Pada gejala psikotik, pengasuh terbukti lebih besar dibandingkan dengan penilaian
menilai masalah kebutuhan yang tinggi dibandingkan dengan kebutuhan oleh penyandang skizofrenia. Studi di Swedia juga
kebutuhan lain. Hal itu berkaitan karena masih adanya gejala menunjukkan hal yang sama pada penilaian kebutuhan
positif pada sebagian penyandang skizofrenia (51,11%). penyandang skizofrenia oleh penyandang yaitu tujuh
Fokus perhatian pengasuh pada kebutuhan gejala psikotik kebutuhan dan oleh keluarga sembilan kebutuhan.22 Hasil
ini mungkin dihubungkan dengan adanya kecemasan dari yang berbeda pada penelitian di India, penyandang skizo-
kekambuhan penyandang skizofrenia yang mereka asuh. frenia menilai total kebutuhan dengan rerata delapan
Edukasi pengenalan gejala psikotik bagi penyandang kebutuhan, lebih tinggi dibandingkan dengan pengasuhnya
skizofrenia sangat penting dalam mencegah kekambuhan, sebanyak tujuh kebutuhan.11
begitu pula pengenalan gejala psikotik oleh pengasuhnya. Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa secara umum pengasuh
Masalah edukasi mengenai informasi tentang kondisi dan menilai lebih banyak kebutuhan daripada penyandang
pengobatan juga menjadi kebutuhan bagi pengasuhnya. skizofrenianya sendiri. Perbedaan bermakna terlihat pada
Dalam membantu mengevaluasi masalah pada area gejala kebutuhan perawatan diri, aktivitas sehari-hari, serta kebu-
psikotik, instrumen lain seperti pemeriksaan positive and tuhan pada teman dan pergaulan. Kebutuhan tersebut
negative symptom scale (PANSS) juga diperlukan. merujuk pada kebutuhan sosial dan kapasitas fungsional
Pemeriksaan PANSS berkala juga telah dilakukan di poliklinik penyandang skizofrenia. Dari temuan tersebut dipikirkan
psikatri RSCM. bahwa penyandang skizofrenia membutuhkan edukasi
Dari Tabel 3, sebagian besar pengasuh menilai masalah mengenai peningkatan keterampilan sosial. Peranan
kebutuhan lebih tinggi dibandingkan penyandang skizofrenia pengasuh juga penting untuk melibatkan penyandang
sendiri. Penelitian yang dilakukan di Spanyol mengenai skizofrenia dalam kegiatan kerja, berelasi, dan berso-
kebutuhan hidup dari 231 penyandang skizofrenia rawat jalan sialisasi.4,23
dilakukan oleh petugas ahli dengan menggunakan instrumen Keterbatasan penelitian ini adalah pengambilan subjek
CAN. Berdasarkan hasil yang didapat, ahli menilai kebutuhan tidak dilakukan secara acak sehingga hasilnya tidak dapat
penyandang lebih banyak daripada penyandang skizofrenia mewakili populasi target. Peneliti mencoba mengurangi
sendiri. Rerata jumlah kebutuhan yang tak terpenuhi juga kelemahan tersebut dengan melebihkan 10% dari sampel awal
lebih besar menurut ahli dibandingkan penyandang (120 subjek) dan kemudian diacak sehingga didapatkan
skizofrenia sendiri.14 Di Swedia, penilaian yang dilakukan oleh masing-masing 90 subjek penelitian.
pengasuh dan ahli dalam menilai kebutuhan hidup
penyandang skizofrenia terlihat lebih besar dibandingkan Kesimpulan
penilaian penyandang skizofrenianya sendiri. Ketika Temuan utama dalam penelitian ini adalah bahwa
penilaian dilakukan oleh pengasuh, ditemukan lebih banyak pengasuh menilai kebutuhan lebih besar dari penyandang
masalah yang melibatkan kesehatan fisik dan uang daripada skizofrenianya sendiri. Adanya masalah kebutuhan yang
penyandang skizofrenianya sendiri.22 Dari dua penelitian di dinilai tinggi dari sudut pandang pengasuh yaitu gejala
atas terlihat hasil yang serupa dengan penelitian ini. Penilaian psikotik, keuangan, informasi tentang kondisi dan pengo-

J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013 89


Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia

batan, serta kesehatan fisik. Penyandang skizofrenia menilai 10. Issakidis C, Sanderson K, Teeson M, Johnston S, Buhrich N.
kebutuhan yang tinggi pada kebutuhan kesehatan fisik, Intensive case management in Australia: a randomized controlled
trial. Acta Psychiatr Scand. 1999;99:360-7.
gejala psikotik, dan keuangan. 11. Schlithler AC, Scazufca M, Busatto G, Coutinho LM, Menezes
Ditemukannya kesamaan penilaian pada kebutuhan fisik PR. Reliability of the Brazilian version of the Camberwell As-
yang tinggi baik bagi penyandang skizofrenia maupun sessment of Needs (CAN) in first-episode psychosis cases in Sao
pengasuhnya dapat menjadi masukan penting bahwa Paulo, Brazil. Rev Bras Psiquiatr. 2007;29:160-3.
12. Ochoa S, Haro JM, Autonell J, Pendas A, Teba F, Marquez M. Met
penyandang skizofrenia tidak hanya membutuhkan layanan and unmet needs of schizophrenia patients in a Spanish sample.
psikiatri saja, tetapi juga pemeriksaan fisik atau layanan umum Schizophr Bull. 2003;29:201-10.
bagi penyandang skizofrenia menjadi juga menjadi kebutuhan 13. Lucky T. Penentuan validitas dan reabilitas instrumen Camberwell
penting. Sehingga dibutuhkan sarana penunjang yang assessment of need short appraisal schedule (CANSAS) versi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Psikiatri RSPUN Cipto
memadai dalam pemeriksaan fisik seperti, tersedianya tempat Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
tidur untuk pemeriksaan fisik, alat pemeriksaan fisik 2011.
sederhana (tensimeter, pengukur suhu, pengukur gula, atau 14. Kulhara P, Avasthi A, Grover S, Sharan P, Sharma P, Malhotra S,
kolesterol sederhana, dan lain-lain) di setiap pusat pelayanan et al. Needs of Indian schizophrenia patients: an exploratory
study from India. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol.
kesehatan jiwa. 2010;45:809-18.
Evaluasi dan edukasi yang menyeluruh mengenai gejala 15. Sham PC, MacLean CJ, Kendler KS. A typological model of
psikotik dan informasi tentang kondisi dan pengobatan tetap schizophrenia based on age at onset, sex and familial morbidity.
harus dikembangkan. Karena hal ini penting menjadi Acta Psychiatr Scand. 1994;89:135-41.
16. Saperstein AM, Fiszdon JM, Bell MD. Intrinsic motivation as a
kebutuhan bagi perencanaan perawatan selanjutnya. predictor of work outcome after vocational rehabilitation in
schizophrenia. J Nerv Ment Dis. 2011;199:672-7.
Daftar Pustaka 17. Perkins R, Rinaldi M. Unemployment rates among patients with
long-term mental health problems. Psychiatric bulletin.
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman peng-
2002;26:295-8.
golongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta:
18. Anggriany N, Astuti Y. Hubungan antara pola asuk berwawasan
Departemen Kesehatan; 1993.
gender dengan cinderella complex. Psikologika. 2003;16:41-51.
2. NIMH. Schizophrenia. 2012; www.nimh.nih.gov. [Accessed: 2012
19. Allison DB, Mentore JL, Heo M, Chandler LP, Cappelleri JC,
April 15].
Infante MC, et al. Antipsychotic-induced weight gain: a compre-
3. Idaiani S, Suhardi, Kristanto AY. Analisis gejala gangguan mental
hensive research synthesis. Am J Psychiatry. 1999;156:1686-
emosional penduduk Indonesia. Maj Kedokt Indon. 2009;59:473-
96.
9.
20. Wijono R. Gambaran dan karakteristik penggunaan triheksifenidil
4. Sadock JB, Sadock AV. Schizophrenia: behavioural sciencs/clini-
pada pasien yang mendapat terapi antipsikotika di poliklinik
cal psychiatry. 10th ed. New York: Lippincott Wiliams and
jiwa dewasa RSCM pada bulan Agustus 2010-Juli 2011. Jakarta:
Wilkins; 2007.
Departemen Psikiatri RSUPN Cipto Mangunkusumo, Fakultas
5. Lieberman J, Murray R. The outcome of psychotic illness com-
Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
prehensive care of schizophrenia. London: Martin Dunitz Ltd;
21. Newcomer JW, Nasrallah HA, Loebel AD. The atypical antipsy-
2001.
chotic therapy and metabolic issues national survey: practice
6. Slade M. Need Assessment: Involvement of staff and users will
patterns and knowledge of psychiatrists. J Clin Psychopharmacol.
help to meet needs. Br J Psychiatry. 1999;165:293-6.
2004;24:S1-6.
7. Greenberg JS, Knudsen KJ, Aschbrenner KA. Prosocial family
22. Foldemo A, Ek AC, Bogren L. Needs in outpatients with schizo-
processes and the quality of life of persons with schizophrenia.
phrenia, assessed by the patients themselves and their parents
Psychiatr Serv. 2006;57:1771-7.
and staff. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol. 2004;39:381-5.
8. Thompson L. Long-term care: support for family caregivers.
23. Cho S, Kim Y, Cho M, Suh T, Park K, Bae J, et al. Needs Assess-
2004. http://ltc.georgetown.edu/pdfs/caregivers.pdf.
ment of the chronic mentally ill with low income living in the
9. Donelan K, Hill CA, Hoffman C, Scoles K, Feldman PH, Levine
community. Incheon: Department of Psychiatry Gachon Medi-
C, et al. Challenged to care: informal caregivers in a changing
cal School Gil Medical Center, Gachon Medical School Gil Medi-
health system. Health Aff. 2002;21:222-31.
cal Center; 2003.

90 J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013

You might also like