Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum
oleh konstitusi Negara Indonesia yaitu UUD Tahun 1945 dalam Pasal 1 Ayat
(3). Dalam lingkup hukum perdata, dikenal ada dua hukum yang menjadi
ruang lingkup hukum perdata yaitu hukum materiil dan hukum formilnya. Untuk
melaksanakan hukum materiil perdata terutama dalam hal ada pelanggaran atau
hukum materiil perdata itu sendiri. Peraturan hukum inilah yang disebut hukum
Dengan perkataan lain hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang
1
2
dan tergugat belum tentu semuanya penting bagi hukum. Sehingga peristiwa-
peristiwa tersebut masih harus dipisahkan yang mana relevan bagi hukum. Hal
berpendapat bahwa “Salah satu tugas hukum adalah untuk menyelidiki apakah
suatu hubungan hukum atau peristiwa hukum yang menjadi dasar gugatan
benar-benar ada atau tidak”.2 Peristiwa yang relevan inilah yang dibutuhkan
pengertian, yaitu :
1
Sudikno Mertokusumo, 2006. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty. Hal 3.
2
Retnowulan Sutantio, Ny. dan Iskandar Oeripkartowinoto, 1986. Hukum Acara Perdata Dalam
Teori dan Praktek. Bandung: Alumni. Hal 41.
3
adanya keyakinan, yang penting adalah adanya alat bukti yang sah.
Berdasarkan alat-alat bukti tersebut hakim akan mengambil keputusan siap yang
Adapun alat bukti yang dimaksud dalam Pasal 164 HIR dan Pasal 284
Rgb, yaitu :
3. Bukti persangkaan,
4. Bukti pengakuan
5. Bukti sumpah.
Selain alat-alat bukti yang tersebut dalam Pasal 164 HIR dan Pasal 284
Rbg, masih ada alat-alat bukti lain yaitu pemeriksaan setempat dan keterangan
3
Sudikno Mertokusumo. Op. Cit. Hal 103-104.
4
terikat oleh undang-undang. Berhubung dalam hal tersebut, lalu timbul teori-
teori tentang bagaimana hakim harus menilai suatu pembuktian yang diajukan
kepada hakim”.4
Sedangkan dalam penulisan skripsi ini yang akan penulis bahas secara
lebih mendalam dari macam-macam alat bukti tersebut diatas adalah bukti surat,
Bahwa surat merupakan alat bukti tertulis yang memuat tulisan untuk
4
Ibid, halaman 102.
5
bukti tertulis itu dibagi menjadi dua macam yaitu surat akta dan surat bukan
akta. Surat akata sendiri dari surat akta otentik dan surat akta dibawah tangan.
sebagai pembuktian, sedang pengertian akta adalah yang diberi tanda tangan
yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar daripada suatu hak atau
perikatan yang dibaut sejak semula sebagai pembuktian, yang dimaksud akta
otentik adalah akta yang dibuat oleh atau di hadapkan pejabat yang berwenang
kata dibawah tangan adalah akta yang dibuat oleh para pihak sendiri”.5
Selain itu surat, khususnya surat akta otentik dewasa ini sangat
perselisihan, maka dari itu penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang alat bukti
akata otentik apabila akta otentik tersebut dijadikan sebagai alat bukti pada
karena itu bagaimanakah pendapat dan penilaian hakim terhadap akta otentik
yang dijadikan sebagai alat Surat sebagai alat bukti otentik menurut bentuknya
dibagi menjadi dua macam yaitu surat akta dan surat bukan akta. Surat akta
ialah surat yang tertanggal dan diberi tanda tangan, yang memuat
5
Ibid. Hal 109-110.
6
digunakan untuk pembuktian. Surat akta ini ada dua macam pula yaitu surat
akta otentik dan surat akta dibawah tangan. Menurut ketentuan Pasal 165 HIR
akta otentik yaitu “Akta yang dibuat oleh atau dihadapkan pejabat yang
diberi wewenang untuk itu. Merupakan bukti yang lengkap bagi kedua belah
pihak dan ahli warisannya serta orang yang mendapatkan hak dari pdanya
tentang segala hal yang tersebut dalam surat itu dan pemberitahuan saja, tetapi
yang disebutkan terakhir ini hanya sepanjang yang diberitahukan itu langsung
otentik itu misalnya notaris, pegawai catatan sipil, hakim, panitera, juru sita, dan
Dalam akta otentik itu pejabat tersebut menerangkan apa yang dilakukan,
sebenarnya. Karena akta otentik itu memuat keterangan pejabat yang sah
akta otentik itu sebagai benar adanya. Kebenaran isinya itu cukup dibuktikan
merupakan :
7
kebijaksanaan hakim.
yaitu :
ketiga, bahwa pada tanggal tersebut dalam akta yang bersangkutan telah
ambtelijk dan akta partai. Akta amtelijk yaitu akta yang dibuat oleh pejabat
yang diberu wewenang untuk itu, dengan mana pejabat menerangkan apa yang
dilihat dan dilakukannya, misalnya akta protest pada wesel, akta catatan sipil,
akta partai yaitu akta yang dibuat di hadapan pejabat, dengan mana pejabat
tanda tangannya, misalnya akta jual beli tanah di muka Pejabat Pembuat akta
6
Ny. Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Op.Cit, halaman 49.
8
Tanah (PPAT), akta perkawinan, akta pendirian suatu Perseoan Terbatas dan
sebagainya.
Pada akta partai selalu terdapat kekuatan bukti materiil dan merupakan
alat bukti sempurna sebab dalam akta partai itu kebenaran dari isi akta tersebut
ditentukan oleh pihak-pihak dan pejabat menerangkan seperti apa yang dilihat,
diketahuinya dari pihak-pihak itu. Tetapi pada akta ambtelijk tidak selalu
kebenarannya isi akta otentik itu, asal dapat membuktikannya. Sebab apa
yang dilihat dan dilakukan oleh pejabat itu hanya berdasarkan pada apa yang
Selain dari akta otentik ada lagi akta dibawah tangan, dikatakan dibawah
tangan karena tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang untuk
1867 Nomor 29, Pasal 288 Rbg, surat akta dibawah tangan yang diakui
perbuatannya atau tanda tangannya oleh orang terhadap siapa surat itu
para pihak, ahli warisnya dan orang yang memperoleh hak padanya.
Perbedaan pokok antara akta otentik dengan akta dibawah tangan adalah terletak
dipungkirinya tulisan, isi atau tanda tangan yang terdapat dalam akta
untuk memungkiri tulisan atau isi atau tanda tangan yang terdapat dalam akta
9
dibawah tangan tersebut atau mengakuinya. (Pasal 2 Stb, 1867 Nomor 29).
Hal ini dimaksudkan untuk melindungi setiap orang terhadap suatu pemalsuan
tanda tangannya, dan bagi ahli waris atau orang yang mendapat hak, untuk
mereka tidak mengenal tulisan atau tanda tangan orang yang mereka wakili.
Berbeda dengan akta otentik, dimana tanda tangan yang terdapat di dalamnya
bukam merupakan suatu persoalan dan apabila akta dibawah tangan dijadikan
sebagai alat bukti, maka pemeriksaan terhadap kebenaran tanda tangan yang
yang terdapat dalam akta dibawah tangan di sangkal oleh pihak yang
dikatakan telah menandatangani akta dibawah tangan tersebut, maka pihak yang
harus membuktikan kebenaran dari tanda tangan yang terdapat dalam akta
dibawah tangan tersebut dengan memakai alat bukti lain. Menurut Pasal
3 Stb, 1867 Nomor 29, Pasal 290 Rbg, apabila tulisan atau tanda tangan
formil dan materiil sama dengan akta otentik. Adapula surat yang bukan akta.
Dikatakan bukan akta karena tidak ada tanda tangan. Bukan akta merupakan
Akan tetapi ada bebarapa catatan atau surat yang ditetapkan oleh undang-
undang sebagai alat bukti yang mengikat yang harus dipercaya oleh hakim, yaitu
telah diterima.
hak (titel) bagi seseorang untuk keuntungan siapa surat itu menyebutkan
suatu perikatan.
suatu alas hak yang selamanya dipegangnya jika apa yang ditulis itu
suatu alas hak suatu tanda pembayaran ini berada dalam tangannya si
berutang”.7
7
R. Subekti, 1982. Hukum Acara Perdata. Bandung: Bina Cipta, halaman 99.
11
B. Pembatasan Masalah
ingin menekankan pada alat bukti surat yang berupa akta otentik khususnya
Karanganyar.
C. Perumusan Masalah
Negeri Karanganyar ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penilaian hakim tentang kekuatan alat bukti akta otentik
Negeri Karanganyar.
E. Manfaat Penelitian
3. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana dibidang ilmu
F. Metodologi Penelitian
senantiasa dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis, akan berkembang terus
oleh pengasuh-pengasuhnya”.8
8
Soerjono Soekanto, 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Pres. Hal 3.
13
1. Pendekatan Penelitian
2. Jenis Penelitian
baru.
3. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data yang diperlukan dalam
suatu penelitian dapat diperoleh. Dalam penelitian ini sumber data yang
dipergunakan adalah :
a. Data Primer
9
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hlm. 13-14.
14
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka, yang bertujuan untuk
penelitian.
4. Lokasi penelitian
berikut :
a. Observasi
alat bukti akata otentik yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri
Karanganyar.
Yaitu suatu cara untuk memperoleh data atau pengumpulan data dari
c. Studi kepustakaan
diteliti.
a. Metode Populasi
b. Metode Sampling
c. Metode Sample
G. Sistimatika Skripsi
lingkupnya, maka sistimatika skripsi ini secara garis besarnya sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
B. Pembatasan Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika
A. Pembuktian
1. Pengertiannya Pembuktian
2. Tujuan Pembuktian
17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN