You are on page 1of 11

1.

Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit


Sistem distribusi obat untuk penderita rawat inap yang diterapkan pada suatu rumah sakit ber
beda-beda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit yang lain, hal tersebut biasanya tergant
ung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata ruan
g suatu rumah sakit. Sistem distribusi obat adalah suatu tatanan jaringan sarana, personel, pro
sedur dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan penya
mpaian sediaan obat beserta informasinya kepada penderita.
Sistem distribusi obat di rumah sakit digolongkan berdasarkan ada tidaknya satelit/depo farm
asi dan pemberian obat ke pasien rawat inap.
Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi obat dibagi menjadi dua siste
m, yaitu:
Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi)
Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu temp
at yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi, seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit
pemakai baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai lan
gsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS, ke
mudian resep itu diproses sesuai dengan kaidah ”cara dispensing yang baik dan obat disiapka
n untuk didistribusikan kepada penderita tertentu.”
Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya kelas A dan B karena memil
iki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan
perawatan pasien sangat jauh.
Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi)
Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang mempunyai cabang di d
ekat unit perawatan/pelayanan. Cabang ini dikenal dengan istilah depo farmasi/satelit farmasi
. Pada desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi
dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terh
adap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi.
Ada berbagai keuntungan penerapan IFRS desentralisasi bagi berbagai pihak yang terlibat, an
tara lain:
Obat dapat segera tersedia untuk dikonsumsikan pada pasien
Pengendalian obat dan akuntabilitas semakin baik
Apoteker dapat berkomunikasi secara langsung dengan dokter dan perawat
Sistem distribusi obat berorientasi pada pasien sangat berpeluang diterapkan untuk penyeraha
n obat kepada pasien melalui pasien
Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat berbicara dengan pasien secara e
fisien
Informasi obat dari Apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
Waktu kerja perawat dalam distribusi obat dan penyiapan obat untuk digunakan pasien berkur
ang karena tugas itu lebih banyak dilakukan personel IFRS desentralisasi
Spesialisasi terapi obat bagi Apoteker dalam bidang perawatan pasien dicapai lebih efekfif se
bagai hasil dari pengalaman klinik terfokus
Pelayanan klinik Apoteker yang terspesialisasi dapat dikembangkan dan diberikan secara efis
ien, misalnya pengaturan suatu terapi obat penderita khusus yang diminta dokter
Apoteker lebih mudah melakukan penelitian klinik obat dan studi asesmen mutu terapi oleh p
enderita
Sedangkan keterbatasan pelayanan IFRS desentralisasi adalah :
Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih rumit karena lokasi IFRS caba
ng atau depo farmasi yang banyak untuk obat yang sama, terutama untuk obat yang jarang dit
ulis
Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena anggota staf yang berprakti
k dalam lokasi fisik yang banyak
Lebih banyak alat diperlukan, misalnya acuan (pustaka) informasi obat, lemari pendingin, rak
obat, dan alat untuk meracik
Jumlah dan keakutan pasien menyebabkan beban kerja distribusi obat dapat melebihi kapasita
s ruangan dan personel dalam unit IFRS desentralisasi yang kecil
Sedangkan berdasarkan jenis sisterm distribusi obat untuk pasien rawat inap digunakan empa
t sistem yaitu
Sistem distribusi obat resep individual (Individual prescrebing) Sentralisasi
Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi adalah kegiataan distribusi sediaan obat ol
eh IFRS sentral sesuai dengan yang ditulis pada resep dokter atas nama pasien rawat inap tert
entu melalui perawat ke ruang pasien tersebut. Dalam sistem ini, semua obat yang diperlukan
untuk pengobatan didistribusikan dari IFRS. Resep orisinil oleh perawat di kirim ke IFRS, ke
mudian resep itu diproses dengan kaidah “cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untu
k didistribusikan kepada pasien sesuai dengan resep”.

Keuntungan sistem distribusi obat ini adalah :


Semua resep di kaji langsung oleh Apoteker yang juga dapat memberi keterangan atau inform
asi kepada perawat berkaitan dengan obat pasien
Memberikan kesempatan interaksi profesional antara Apoteker-Dokter-Perawat-Pasien
Memungkinkan pengendalian yang dekat atas perbekalan
Memudahkan penagihan biaya obat pasien
Sedangkan keterbatasan pada sistem distribusi obat ini adalah :
Kemungkinan keterlambaat sediaan obat sampai pada pasien
Jumlah kebutuhan personel IFRS meningkat
Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan obat di ruangan
pada waktu konsumsi obat
Terjadinya kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada waktu penyiapan konsumsi
Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi ini kurang sesuai jika diterapkan pada rum
ah sakit besar misalnya kelas A dan B dan yang memiliki daerah perawatan penderita yang m
enyebar sehingga jarak antara IFRS dengan beberapa daerah perawatan pasien sangat jauh. Si
stem ini pada umumnya digunakan oleh rumah sakit kecil.
Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang (floor stock)
Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang adalah suatu kegiatan penghantaran sediaa
n obat sesuai dengan yang ditulis dokter pada order obat, yang disiapkan dari persediaan di ru
ang oleh perawat dengan mengambil dosis dari wadah persediaan yang langsung diberikan ke
pada pasien di ruang tersebut.
Dalam sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan ini, semua obat yang dibutuhkan
oleh pasien tersedia dalam ruang penyimpanan obat di ruang tersebut, kecuai obat yang jaran
g digunakan atau obat yang sangat mahal. Persediaan obat di ruang biasanya dipasok oleh IF
RS dan seminggu sekali dilakukan pemeriksaan persediaan obat di ruangan tersebut kemudia
n menambah persediaan obat yang sudah sampai pada batas pengisian kembali. Obat yang di
dispensing pada sistem ini terdiri atas obat penggunaan umum yang biayanya dibebankan pad
a biaya paket perawatan menyeluruh dan order obat yang harus dibayar sebagai biaya obat.

Keuntungan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan yaitu :


Obat yang diperlukan segera tersedia bagi pasien
Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
Pengurangan penyalinan kembali order obat
Pengurangan jumalah personel IFRS yang diperlukan
Sedangkan keterbatasan sistem distribusi obat ini adalah
Kesalahan obat sangat meningkat karena order obat tidak dikaji oleh Apoteker, selain itu pen
yiapan dan konsumsi obat dilakukan oleh perawat sendiri tidak ada pemeriksaan ganda.
Persediaan obat di unit perawat meningkat, dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas. Pen
gendalian persediaan dan mutu kurang diperhatikan oleh perawat. Akibatnya penyimpanan ya
ng tidak teratur, mutu obat cepat merosot, dan tanggal kadaluarsa kurang diperhatikan sehing
ga sering terjadi sediaan obat yang tak terpakai karena telah kadaluarsa.
Pencurian obat meningkat
Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat
Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas penyimpanan obat yang sesuai di s
etiap daerah perawatan pasien
Diperlukan waktu tambahan bagi pasien untuk menangani obat
Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
Karena keterbatasan/kelemahan sistem distribusi obat ini sangat banyak, maka sistem ini hen
daknya tidak digunakan lagi. Dalam sistem ini tanggung jawab besar dibebankan kepada pera
wat yang sebenarnya adalah tanggung jawab Apoteker. Maka diperkenalkanlah sistem distrib
usi obat desentralisasi yang melaksanakan sistem persediaan lengkap di ruang tetapi dibawah
pimpinan seorang Apoteker yang dikenal dengan depo farmasi.
Sistem distribusi obat kombinasi resep individu dengan persediaan ruangan
Jenis dan jumlah obat yang tersedia di ruangan ditetapkan oleh PFT dengan masukan dari IF
RS dan dari pelayanan keperawatan. Sistem kombinasi biasanya diadakan untuk mengurangi
beban kerja IFRS, obat yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan oleh banyak
pasien, yang setiap hari diperlukan dan biasanya adalah obat yang harganya relatif murah, me
ncakup obat resep atau obat bebas.

Sistem distribusi obat ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu :


Semua resep individual di kaji langsung oleh Apoteker
Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara Apoteker-Dokter-Perawat-Pasien
Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita (obat persediaan di ruang)
Beban IFRS dapat berkurang
Sedangkan keterbatasan dalam sistem ini adalah
Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada pasien (obat resep individual)
Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari persediaan di ruang)
Sistem distribusi obat dosis unit (Unit Dose)
Walaupun konsep dosis unit ini telah diperkenalkan lebih dari 20 tahun yang lalu, kebanyaka
n rumah sakit lambat menerapkanya karena sistem ini memerlukan biaya mula yang besar da
n memerlukan peningkatan jumlah yang besar dari staf apoteker. Namun karena adanya dua k
egunaan utama dalam sistem ini yaitu mengurangi kesalahan obat dan mengurangi keterlibata
n perawat dalam penyiapan obat, banyak rumah sakit yang sudah mulai menerapkan sistem in
i.
Sistem distribusi obat dosis unit adalah obat yang diorder oleh dokter untuk pasien yang terdi
ri dari satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal d
alam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu. Pada sistem ini pasien memb
ayar hanya obat yang dikonsumsi saja. Walaupun distribusi obat dosis unit adalah tanggung j
awab IFRS, hal tersebut tidak dapat dilakukan di rumah sakit tanpa kerja sama dengan staff m
edik, perawat, pimpinan rumah sakit dan staff administrasi.
Sistem distribusi obat dosis unit adalah metode dispensing dengan pengendalian obat yang di
koordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk tergant
ung pada kebutuhan khusus rumah sakit, Akan tetapi ada beberapa unsur khusus berikut yang
harus diperhatikan :
Dasar dari semua sistem dosis unit yaitu obat yang dikandung dalam kemasan unit tunggal
Di dispensing dalam bentuk siap konsumsi
Untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis
Dihantarkan ke atau tersedia pada ruang perawatan pasien pada setiap waktu.
Pada sistem distribusi obat ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan salah satu metode di
bawah ini yang pilihannya tergantung pada kebijakan dan kondisi suatu rumah sakit :
Sistem distribusi obat unit dapat diselenggarakan secara sentralisasi. Sentralisasi dilakukan ol
eh IFRS sentral ke semua daerah perawatan pasien rawat inap di rumah sakit secara keseluruh
an artinya di rumah sakit itu mungkin hanya mempunyai satu IFRS tanpa adanya depo farmas
i di beberapa area perawatan pasien
Sistem distribusi obat dosis unit desentralisasi dilakukan oleh beberapa cabang IFRS di sebua
h rumah sakit. Pada dasarnya sistem distribusi obat desentralisasi ini sama dengan sistem dist
ribusi obat persediaan lengkap di ruang, hanya saja sistem distribusiini dikelola seluruhnya ol
eh Apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian oleh IFRS sentral
Dalam sistem distribusi obat dosis unit kombinasi sentralisasi dan desentralisasi biasanya han
ya dosis mula dan dosis keadaan darurat dilayani depo farmasi. Dosis selanjutnya dilayani ole
h IFRS sentral.

Sistem distribusi obat unit sentralisasi


Sistem distribusi obat dosis unit desentralisasi
Keuntungan sistem distribusi obat ini adalah sebagai berikut :
Penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan pasien hanya membayar obat yang di
konsumsinya saja
Semua dosis yang diperlukan pada unit perawat telah disiapkan oleh IFRS, jadi perawat mem
punyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung ke pasien
Adanya sistem pemeriksaan ganda dengan menginterpretasi resep dokter dan membuat profil
pengobatan penderita oleh Apoteker dan perawat memeriksa obat yang disiapkan oleh IFRS s
ebelum diberikan kepada pasien, jadi pada sistem ini bisa mengurangi terjadinya kesalahan o
bat.
Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan dan pengurangan pekerjaan menulis di unit p
erawat dan IFRS
Pegurangan kerugiaan biaya obat yang tidak terbayar oleh pasien
Penyiapan sediaan intravena dan dan rekonstitusi obat oleh IFRS
Meningkatkan penggunaan personel profesional dan nonprofesional yang lebih efisien
Mengurangi kehilangan pendapatan
Menghemat ruangan di unit perawat dengan melakukan persediaan ruang obat-obatan
Meniadakan pencurian dan pemborosan obat
Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara keseluruhan sejak dari do
kter menulis resep sampai pasien menerima dosis unit
Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket dengan nama obat, kekuatan, nomor
kendali dan kemasan tetap utuh sampai obat siap dikonsumsikan pada pasien. Hal ini mengur
angi kesempatan salah obat, juga membantu dalam penerusan kembali kemasan apabila terjad
i penarikan obat.
Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat bertambah baik
Apoteker dapat datang ke unit perawat/ruang pasien, untuk melakukan konsultasi obat, memb
antu memberikan masukan kepada tim sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan pende
rita yang lebih baik
Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat
Peningkatan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat menyeluruh
Pengendalian yang lebih besar oleh Apoteker atas pola beban kerja IFRS dan penjadwalan sta
ff
Penyesuaian yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi dan otomatisasi
2. Ada berbagai metode yang bisa digunakan untuk penyimpanan obat diantaranya adalah FI
FO, FEFO dan LIFO.

First In First Out (FIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang datang lebih dulu d
an dikeluarkan lebih dulu.

First Expired First Out (FEFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang memiliki tan
ggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu.

Last In First Out (LIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang terakhir masuk dik
eluarkan terlebih dahulu.

Penyimpanan dengan cara FIFO dilakukan dengan menempatkan obat pada rak paling depan,
artinya jika dalam 1 rak tersebut terdapat 5 obat dengan nama dan sediaan yang sama maka o
bat yang datang lebih dahuu ditempatkan paling terluar dari susunan dan obat yang baru data
ng dari pembelian (distributor/pbf) ditempatkan pada bagian terdalam susunan tersebut atau d
engan kata lain obat yang lebih dahulu datang dikeluarkan duluan. Namun cari FIFO saja tida
k cukup mengingat kita ketahui obat memiliki tanggal kadaluarsa / expired date (ED) yang m
ana tanggal ED ini berbeda-beda setiap kemasan obat tergantung tanggal manufacturing (MD
) atau tanggal produksi. Untuk itu perlu adanya pemahaman mengenai FEFO sehingga kita da
pat menentukan apakah obat yang pertama masuk ke apotek memiliki tanggal ED yang juga l
ebih cepat atau bahkan sebaliknya bisa saja obat yang baru saja kita beli dari Pbf justru memil
iki tanggal ED yang jauh lebih dekat/cepat daripada obat yang sama yang sudah kita beli sebe
lumnya. Sehingga, FEFO memiliki peran vital dimana obat yang memiliki tanggal ED lebih c
epat harus kita tempatkan disusunan paling depan supaya paling cepat bisa dikeluarkan dan d
apat mengantisipasi adanya stok rusak akibat ED. Kasus dimana obat yang datang belakanga
n/terakhir justru memiliki tanggal ED yang lebih cepat biasa menggunakan metode LIFO. Se
hingga kombinasi FIFO, FEFO dan LIFO patut dipahami dengan benar oleh farmasis yang be
rtanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian di apotek konvensional, RS, puskesmas dan p
usat pelayanan kesehatan lainnya.
.

Dengan koordinasi dari proses perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang tepat j
enis, tepat jumlah dan tepat waktu.

3. Macam – macam metode perencanaan, yaitu :


1. Metode konsumsi
Dasarnya adalah data riil konsumsi obat periode yang lalu dengan berbagai penyesuain dan k
oreksi. Langkah - langkahnya yaitu :
1. Penyiapan daftar obat yang akan dihitung.
2. Penentuan periode waktu yang diamati data konsumsinya, pemasukan dan pemakaian masi
ng – masing obat.
3. Kalkulasi pemakaian rata – rata tiap bulan
4. Kalkulasi kebutuhan aman untuk masing – masing obat.
5. Kalkulasi kuantitas masing – masing obat yang dibutuhkan pada periode pengadaan selanj
utnya.
6. Penyesuain kerugian.
7. Penyusunan perhitungan secara desentralisasi.
8. Perkiraan biaya untuk setiap obat dan total biayanya
9. Membandingkan total biaya dengan anggaran dan membuat penyesuaian.

2. Metode Morbiditas
Dasarnya adalah jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan. metode m
orbiditas menggunakan data dari pasian pengguna fasilitas kesehatan yang ada dan tingkat m
orbiditas (frekwensi masalah kesehatan yang umum) untuk membuat rencana kesehatan obat
yang dibutuhkan berdasarkan asumsi tentang bagaimana masalah itu dapat diatasi.
Metode morbiditas membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum, sebuah
daftar obat – obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah – masalah tersebut dan satu
set penggobatan standar untuk tujuan perhitungan ( berdasarkan pada praktek rata – rata pad
uan perkelakuan ideal ). Untuk kebanyakan masalah kesehatan, ada dua alternatif dan sebuah
nilai persentasi harus dilakukan berdasarkan frekwensi tiap – tiap regimen yang digunakan

Tahap - tahap kuantifikasi metode morbiditas yaitu :


1. Menspesifikasikan daftar masalah.
Daftar masalah kesehatan spesifik yang banyak terjadi jika ter dapat sistem informasi yang m
elaporkan penyakit maka kode penyakit tersebut dapat digunakan dan jika tidak terdapat siste
m kode, sistem ICD dapat digunakan.
2. Membuat daftar obat untuk kuantifikasi.
Hasil pada tahap ini adalah daftar obat esensial untuk menangani kebanyakan masalah keseha
tah menjadi dasar untuk jadwal pengobatan standar. Sebaiknya digunakan formularium nasio
nal atau daftar obat esensial jika tersedia.
Datar obat harus tersedia dalam dua format, satu disusun dalam susunan alfabet dengan nama
generik dan satu dengan katagori terapinya. Daftar katagori terapi merupakan daftar yang pal
ing berguna dalam pengembangan jadwal penggobatan standar dan daftar tersebut diatur berd
asarkan nama generik yang digunakan untuk daftar penggadaan.
3. Membuat standar pengobatan
Ada dua pilihan utama untuk penggembangan pengobatan standat, Yaitu pengobatan aktual r
ata – rata atau pengobatan stadar yang ideal. Pada dasarnya semuanya sama, tetepi ada satu p
erbedaan yang penting, yaitu regimen rata –rata berdasarkan pengamatan atau laporan kenyaa
tan dalam praktek dan lebih memperkirakan apa yang sebenarnya akan terjadi.
4. Mengumpulan data morbiditas untuk setiap masalah kesehatan yang dihadapi.
Pada langkah ini diperkirakan jumlah episode penggobatan yang diharapkan untuk setiap mas
alah kesehatan yang ditentukan pada tahap pertama.

5. Menghitung jumlah periode pengobatan untuk setiap masalah kesehatan.


Ada dua pilihan untuk menghitung jumlah episode pengobatan, jika jumlah kontak pasien ya
ng diharapkan dapat langsung diperkirakan pada fasilitas target (baik kontak pasien dalam ma
upun luar ), maka perhitungan dilakukan dalam satu langkah berdasarkan pada jumlah kontak
. Jika informasi mengenai kontak tersebut tidak dapat diandalkan, maka harus diperkirakan da
ri populasi diarea sekitar dan frekwensi kontak per penduduk dipopulasi terget.
6. Menghitung banyaknya obat yang diperlukan untuk setiap masalah kesehatan.
7. Mengkombinasi penafsiran tiap obat dari berbagai masalah kesehatan kedalam suatu daftar
pengadaan utama ( master procurement list ).
Langkah ini mengkombinasi jumlah perkiraan dari regiomen pengobatan yang berbeda kedal
am suatu daftar penggadaan utama
8. Mengatur banyaknya masalah kesehatan yang lain yang harus ditangani.
9. Menyesuaikan saluran persediaan saat sekarang.
10. Pengaturan banyaknya kehilangan yang diterima
dalam sebagian besar sistem penyediaan suplai, kehilangan adalah realistis, dan jika tidak dip
ertimbangkan dalam proses per hitungan maka tidak dapat dihindari kehabisan stok (stock out
).

11. Memperkirakan biaya tiap obat dan total biaya.


12. Membandingkan total biaya dengan budget dan membuat pengaturan.

3. Metode konsumsi yang disesuaikan.


Banyak sistem yang tersedia ditemukan kekurangan informasi, yang nama keakuratan kuantif
ikasinya terbatas. Ketika metode pemakaian atau metode morbiditas tidak dapat dikerjakan pi
lihan yang baik adalah mengekstrafolasikan dari data pemakai dari daerah lain atau dari siste
m lain. Metode ini data pemakaian yang diketahui dari suatu sistem dinamakan standard, yan
g diketahui sebagai target.
Metode ini dapat berdasarkan jumlah penduduk, berarti obat yang digunakan per 1000 jumlah
penduduk atau berdasarkan pelayanan, berarti obat yang digunakan per kasus pasien spesifik,
pembayaran masuk pasien baru, atau pusat kesehatan masyarakat, kuantifikasi yang lengkap
mungkin menggunakan kombinasi dari dua cara, dengan denominator yang berbeda utuk pro
duk yang berbeda – beda.
Tahap – tahap kuantifikasi metode pengaturan pemakai, yaitu :
1. Memilih standar sistem untuk perbandingan ekstrapolasi
2. Membuat daftar obat
3. Menentukan masa waktu untuk pemeriksaan, yaitu menentukan jumlah bulan yang diperi
kasa dalam standar sistem
4. Memeriksa catatan dari standar sistem untuk memperkirakan hubungn atau data pendudu
k
5. Mengekstrapolasi standard sistem kecepatan pemakaian sampai target sistem.
6. Mengatur kehilangan yang diharapkan.
7. Menaksir biaya setiap obat dan total biaya yang membuat pedoman peraturan.

4. Metode proyeksi tingkat pelayanan dari keperluan anggaran / budget.

Metode ini digunakan untuk menaksir keuangan keperluan pengadaan obat berdasarkan
biaya per pasien yang diobati setiap macam – macam level dalam sistem yang sama.
Tahap kualifikasi metode ini adalah :
1. Membuat kategori fasilitas dan menentukan jumlah setiap kategori.
2. Menentukan denominator kontak pasien untuk setiap tipe fasilitas dan membuat ata
u menaksir jumlah rata – rata kontak pasien setiaptipe tiap kategori fasilitas.
3. Menghitung biaya rata – rata per kontak.
4. Menghitung total biaya obat yang direncanakan

4. METODE PENGADAAN DENGAN PEMBELIAN, SECARA:


A. Tender
Pembelian dengan penawaran kompetitif (tender) merupakan suatu metode
penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga, apabila
ada dua atau lebih pemasok, apoteker harus mendasarkan pada kriteria berikut:
mutu produk, reputasi produsen, harga, berbagai syarat, ketepatan waktu
pengiriman, mutu pelayanan pemasok,dapat dipercaya, kebijakan tentang barang
yang dikembalikan dan pengemasan. Menurut Quick J. et al, ada empat metode
pengadaan obat (Maimun, 2008) :
1. Tender terbuka (pelelangan umum)
 Berlaku untuk semua rekanan yg terdaftar dan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan
 Pada penentuan harga, metode ini lebih menguntungkan tetapi
memerlukan waktu yang lama, perhatian lebih, dan staff yang kuat
2. Tender terbatas atau lelang tertutup (pelelangan terbatas)
 Hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terbatas danpunya
riwayat baik
 Harga masih dapat dikendalikan,tenaga dan beban kerja
lebihringan daripada lelang terbuka

3. Pembelian dengan negosiasi dan kontrak kerja (Pembelian dengan


tawarmenawar)
 Dilakukan pendekatan dengan rekanan terpilih ,terbatas tidak lebihdari 3
rekanan untuk penentuan harga.
 Ada tawar menawar untuk pencapaian spesifik harga
4. Pengadaan langsung
 Biasanya pembelian jumlah kecil dan perlu segera tersedia.
 Harga relatif lebih mahal Metode pengadaan obat yang lazim
dilaksanakan adalah dengan sistem tenderterbuka, tender terbatas,
negosisiasi bersaing, pengadaan / penunjukan langsung,
dimanakeseluruhannya akan berpengaruh terhadap harga, waktu
pengiriman dan beban kerjadaripada kantor yang mengadakan.
Pengadaan obat dapat dimungkinkan berjalanmenurut model
yang berbeda misalnya pembelian tahunan, pembelian tetap
ataupembelian terus menerus. Kombinasi yang berbeda dari
model ini mungkin dapatditerapkan pada tingkat (level) yang
berbeda (Maimun, 2008)

B. SWAKELOLA
Swakelola adlah salah satu sistem yang termasuk dalam sistem pengadaan
perbekalan farmasi. Swakelola yaitu pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,
dikerjakan dan diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri,
atau upah borongan tenaga.
C. PEMILIHAN LANGSUNG
Sistem pemilihan langsung juga merupakan bagian dari sistem pengadaan
perbekalan farmasi. Jika cara pelelangan sulit dilaksanakan atau tidak menjamin
pencapaian sasaran, dilaksanakan dengan cara membandingkan penawaran dari
beberapa penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat melalui permintaan harga
ulang (price quotation) atau permintaan teknis dan harga serta dilakukan
negoisasi secara bersaing, baik dilakukan untuk teknis maupun harga, sehingga
diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan.

You might also like