You are on page 1of 4

Obat Penentram Jiwa

Oleh: KH. Moh. Baidowi Muslich

Suatu ketika, seorang pasien datang kepada seorang arif billah, Syekh Sofyan ats-Tsauri
r.a: “Ya Sofyan, aku ini menderita penyakit jauh dari Allah. Tolong beri aku obat penyambuhnya,!”
pinta sang pasien.
“Wahai saudaraku,” Jawab Syekh Sofyan. “ Hendaklah kamu mengambil beberapa akar
keikhlasan, dedaunan kesabaran dan perahan kerendahan hati. Letakkan semuanya kedalam cairan
ketaqwaan, lalu tuangkan ke dalam cairan rasa takut. Godok dengan api kesedihan. Saringlah
dengan saringan kewaspadaan. Ambil ramuan itu dengan tangan kejujuran, lalu minumlah dari gelas
istighfar yang telah dicampur dengan air keshalehan. Sesudah itu jauhkanlah dirimu dari sifat rakus
dan serakah. Insya Alloh, atas izin Alloh, engkau akan sembuh dari penyakitmu”.
Advis dan diagnosa ‘sang dokter’ Syekh Shofyan di atas, paling tidak mengajak kita untuk
mencari resep dan obat mujarab untuk penyakit hati.

Resep
Memang, salah satu pertanda penghujung abad 20 ini adalah kemajuan sains dan teknologi
(saintek) yang luar biasa pesatnya. Perkembangan saintek ini berhasil menciptakan peradaban
modern yang menjanjikan berbagai kemajuan dan kemudahan bagi mereka yang berhasil memenuhi
segala tuntutanmodernisasi. Sebuah peluang dan sekaligustantangan akhir abad 20untuk
meningkatkan taraf kehidupan yang dapat dipenuhi hanya dengan berkeringat, kerja keras. Karena
kerja keras itu pula, seringkali manusia kesulitan menemukan kenikmatan hidup, ketenangan
rohani, kekayaan hati yang pada dasarnya lebih penting dari kekayaan jasmani.
Tetapi dimanakah ketenangan hati itu dicari?. Jawabannya terletak pada iman. Dan
pernahkah anda merasakan nikmatnya iman?. Nikmatnya iman iman tidaklah kasat mata. Panorama
iman bukanlah indah sebagaimana pandangan mata kepala, lezat karena goyangnya lidah, merdu
dengan indahnya suara, dan halus karena sentuhan, melainkan kenikmatan oleh rasa puasnya kalbu,
yang memiliki pandangan multi dimensi dan mampu menerawang cakrawala metafisika.
Sering sudah manusia dengan kemampuan akalnyaynag amat terbatas ini mencoba mencari
nikmat sejati kehidupan ini, mencari makna hidup yang dipandang penting, diyakini sebagai sesuatu
yang benar dan dapat dijadikan tujuan hidup. Akhirnya manusia menemukan sumber-sumber untuk
mendapatkan kesejatian hidup (sebagaiman pendapat ahli logoterapi; suatu cabang ilmu psikologi
modern) adalah terletak pada nilai-nilai penghayatan, yaitu meyakini akan kebenaran, kebajikan,
keindahan, keimanan dan nilai-nilai lain yang dianggap berharga; nilai-nilai kreatif, yaitu dengan
bekerja dan berkarya; nilai-nilai sikap, yaitu menerima dengan tabah dan mengambil sikap yang
tepat terhadap penderitaan yang tak dapat dihindari lagi setelah berbagai upaya dilakukan tetapi
tidak berhasil mengatasinya.

Kelezatan Hidup Seorang Mukmin


Seorang mukmin adalah manusia yang dengan hatinya ia beriman dan benar-benar percaya
bahwa dirinya dan alam semestaada penciptanya, yaitu Alloh SWT, Dzat Yang Agung lagi Maha
Kuasa, tiada satupun yang mampu berbuat segala sesuatu melainkan atas kehendak dan
pertolongan-Nya.
Seorang mukmin percaya bahwa Allah berada di mana-mana, Maha Melihat dan Maha
Mendengar. Dimana saja orang berada dan kapanpun waktunya, disanalah Allah berada, melihat
dan mengetahuinya.
Seorang mukminjuga meyakini pula bahwa Allah Maha Pengasih tvak pilih kasih dan Maha
penyayang tanpa pandang kepada makhluk-Nya, terutama kepada hamba yang beriman dan taat
kepada-Nya.
Kehidupan surgawi di masa depan telah Allah janjikan kepada hamba-Nya yang mukmin
merupakan jaminan yang pasti datangnya. Imbasnya adalah pada saat sekarang, bahwa dengan
imannya itu merasa senang, hatinya tentram, jiwanya tenag. Sertiap datang waktu sholat, ia berucap
“Allahu Akbar” Allah Maha Besar. Betapapun beratnya beban hidup yang dihadapi adalah sangat
kecil dan ringan di hadapan Allah, Yanag Maha Agung.
“Maka jiwa seorang mukmin merasa besar, tidak merasa takut dan khawatir apapun.
Lebih-lebih lagi putus asa, kecil hati dan gundah gulana. Sebab, di sisi Allah, para kekasih-Nya itu
tidak akan pernah ada rasa takut atas mereka dan tidak pula rasa prihatin”. (Q.S. Yunus: 62)

Obat
Obat mujarab untuk penyakit hati yang paling utama, yang merupakan minuman segar
setiap mukmin, penyegar jiwa, pembersih hati, itulah “Dzikrullah”, setiap saat. Semakin banyak
semakin segar, semakin sering semakin tentram jiwa.
Orang seringkali menggambarkan pelaku dzikir sebagai sosok yang sedang duduk
bersimpuh sembari terpekur (tafakkur) sementara dari lisannya terdengar suara lembut dan syahdu
bacaan doa-doa tertentu dengan khusu’, khudu’(rendah hati), dan tadlarru’, dilengkapi dengan
menggerak-gerakkan tasbih nuntuk menghitung jumlah bacaan yang ‘harus’ dipenuhi.
Dzikir bukan sekedar’eling’, dzikir punya konsep yang jelas, konsekuensi amaliah yang
nyata karena bersumber dari Allah sendiri, bukan dari hasil renungan dan hayalan falsafi manusia
yang serba nisbi dan ngelantur “ngalor-ngidul” karena kebingungan dan kehabisan bahan baku.
Ingat kepada Allah, Maka Allah pun akan ingat kepada kita (Q.S. Al- Baqoroh: 152).
Alangkah bahagianya bila Allah ingat kepada kita. Sekedar perbandingan saja. Bila sekali waktu
kita bertemu dan berjabat tangan dengan seorang pejabat tinggi, presiden misalnya, lantas kita
mengenalkan diri. Di lain waktu, kita bertemu lagi beliau masih ingat kepada kita. Betapa bangga
dan senag rasanya. Beliau adalah pejabat yang dapat saja memberikan jabatan atau fasilitas sesuai
yang kita minta.
Marilah kita renugkan. Bila Allah Yang Maha Segala itu ingat kepada kita, kapan dang
bagaimanapun, kita tidak dilupakan Allah, diingat oleh Allah yang memiliki segala fasilitas tanpa
batas, tidak akan habis atau berkurang sedikitpun. Mengingat Allah bisa kita lakukan lewat
berdzikir.
Karena itu, dzikir kepada Allah adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah (Q.S.
Al-Ankabut: 45). Ini berarti segala masalah duniawi yang kita ingat; harta, tahta, wanita, anak,
hutang piutang, deposito atau apasaja, bukan apa-apa, bukan bandingan dan tandingan makna dzikir
kepada-Nya. Bahkan kalaulah kita semakin banyak dzikir masalah duniawi itu semakin ruwet dan
semrawut hati dan pikiran, semakin pusing dan tambah penat jasmani dan rohani, tidak pernah
merasakan kedamaian dan ketenangan hidup, tidak pernah bersyukur terhadap nikmat atau bersabar
dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup. Sekali lagi, hanya dengan dzikir kepada Allah sajalah
yang menjamin ketentraman dan ketenangan hati (Q.S. Ar-Ra’du: 28). Karena itu Allah mewanti-
wanti kepada segenap mukmin janganlah karena sibuk mengurus harta dan anak melupakan dzikir
kepada Allah (Q.S. Al-Munafiqun: 90). Memang, harta dan anak satu sisi menjadi sumber
kesibukan dan keributan hidup sehari-hari. Dan di antara bernagai akibat lipa berdzikir kepada
Allah adalah menghalangi rezeki, menimbulkan jarak dengan Allah, menjauhkan pelaku dengan
orang lain, menggelapkan hati, melemahkan hati dan perasaan, mematikan bisikan hati (bashirah).
Bagi seorang mukmin, kegembiraan hadir ketika melakukan kebajikan. Sedangkan
kesedihan akan menjelang tatkala dia berbuat dosa dan kesalahan.
Ia gembira sebab setiap kebajikan pasti membawa kebahagiaan dan keuntungan, baik bagi
diri sendiri ataupu orang lain, sebagaimana pula bahwa setiap kesalahan atau dosa, pasti membawa
kerugian dan kesengsaraan.
“Barang siapa yang merasa gembira atas kebajikan-kebajikannya dan merasa susah prihatin
akan kejelekan-kejelekannya, maka dialah mukmin yang sebenarnya,” sabda nabi dalam sebuah
hadits beliau.
Itulah sebabnya, para ulama’ sufi menyebutkan bahwa para ahli ibadah itu lebih senang
dengan ibadahnya dibanding dengan senangnya hali bermain dengan permainannya.

Dua Kesimpulan
Paling tidak, ada dua penyebab utamakegembiraan dan kebahagiaan hidup, penentranm jiwa
di dunia ini dan akhirat kelak. Pertama, selalu ingat Allah (dzikrullah). Dikala shalat, ia hadapkan
wajahnya kepada pencipta langit dan bumi, bisikan hatinya selalu merasa dekat dangan Allah sebab
Allah Maha Dekat dengan hamba-Nya. Kedua, berbuat segala kebajikan. Sebab dengan itu,seorang
mukmin merasakan kegembiraan hatinya sebab ia yakinakan jaminan pahala yang berlipat ganda di
sisi-Nya. Sebaliknya, jika berbuat kesalahan maka ia akan bertaubat sesegera mungkin sebab ia
yakin Allah Maha Menerima taubat.
Untuk itu marilah kita cobakemudian meneruskan segala konsep itu dengan istiqomah
bukan hanya coba-coba, atau sekedar basa-basi. Semoga sukses. Amin.

“KH. Baidowi Muslich, Kepala PP. Miftahul Huda


Gadingkasri Malang dan Ketua Majlis Tahkim
Masjid Agung Jami’ Kodya Malang

You might also like