You are on page 1of 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini pasien wanita inisial NLK berusia 48 tahun dengan P4004
datang ke VK PONEK Kebidanan dan Kandungan RSUD Bangli pada tanggal 13
Agustus 2018 dengan keluhan utama terjadi penurunan kesadaran sejak pagi
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga dikeluhkan mengalami menstruasi
dengan jumlah yang banyak dan berkepanjangan sejak 15 hari yang lalu. Selain
itu, pasien juga mengeluhkan lemas tanpa adanya rasa sakit maupun benjolan
didaerah perut pasien. Pasien pernah memilki riwayat tidak menstruasi selama 3
bulan sebelum terjadinya keluhan pendarahan. Pasien mengaku pernah
menggunakan beberapa alat kontrasepsi, diantaranya pil kb (2 tahun), kb suntik (3
tahun), dan KB MOW pada tahun 2007 kemarin. Tidak ada gangguan dan keluhan
pada BAK dan BAB pasien. Adapun outline pembahasan yang akan dibahas
dalam kasus ini adalah penegakan diagnosis, faktor predisposisi pasien serta
penatalaksaan di rumah sakit.

4.1 Penegakan Diagnosis Mioma Uteri


Penegakan diagnosis mioma uteri dapat dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ultrasound. Walaupun seringkali
asimtomatik, gejala yang mungkin ditimbulkan sangat bervariasi seperti
metroragria, nyeri, menoragia hingga infertilitas. Gejala klinik hanya terjadi pada
35-50% penderita mioma. Pendarahan menjadi manifestasi klinik utama pada
mioma dan hal ini terjadi pada 30% penderita.5 Sedangkan pembesaran uterus
dikaitkan dengan kehamilan atau mioma. Pembesaran uterus jarang berasal dari
adenomiosis, hematometra, massa di adnexa atau keganasan.21 Pembesaran uterus
juga dapat menimbulkan penekanan kronik, meningkatkan frekuensi buang air
kecil maupun retensi urin dan juga konstipasi. Karena penekanan tersebut, pasien
juga mungkin mengalami dismenorhea, dispareunia dan nyeri pelvik tidak spesifik
lainnya.
Dari hasil anamnesis pada pasien ini didapatkan bahwa pasien mengeluhkan
haid banyak dan panjang dengan onset sejak 15 hari yang lalu. Siklus haid sudah

1
berlangsung selama 15 hari dengan riwayat 8-10 kali ganti pembalut perharinya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan uterus setinggi simfisis pubis dan agak sulit
teraba, namun dari pemeriksaan bimanual pasien tidak merasakan nyeri tekan
pada abdomen. Pada pemeriksaan lab didapatkan hemoglobin pasien 5,5 gr/dL
sehingga pasien ini didiagnosis dengan anemia berat. Anemia yang diderita oleh
pasien dikarenakan oleh HMB (heavy Menstrual Bleeding) yang dikeluhkan
pasien.22 Diagnosis mioma uteri sering tumpang tindih dengan adenomiosis.
Membedakan mioma uteri dan adenomiosis dapat didahului dengan anamnesis.
Pada mioma uteri, sebagian besar pasien tidak mengeluhkan dismenorhea namun
terdapat perdarahan uterine abnormal (AUB). Dari hasil pemeriksaan fisik, mioma
uteri terdapat pembesaran uterus dengan ciri khas kontur yang irregular dan
umumnya multiple, sedangkan pada adenomiosis, pembesaran uterus umumnya
menyeluruh dan globuler.8
Hasil pemeriksaan USG pada mioma uteri didapatkan gambaran lesi bulat,
padat, berbatas tegas terletak di fundus. Gambaran USG bervariasi dari hipo-
hiperekoik tergatung dari komponen mioma itu sendiri. Sedangkan gambaran
adenomiosis berupa hipo-hiperekoik yang difuse dan globular, dengan dinding
miometrial anterior dan posterior menebal dibandingkan bagian kontralateralnya.
Miometrial tampak heterogen dan terdapat garis linear dari endometrium sampai
myometrium.8 Pada kasus ini, hasil pemeriksaan USG didapatkan tampak massa
hipoekoik pada daerah fundus uteri ukuran 91,3 mm x 83,2 mm dan berdasarkan
gejala pasien dapat disimpulkan massa tersebut merupakan mioma uteri.

4.2 Faktor Predisposisi Mioma


Mekanisme yang bertanggung jawab atas kejadian mioma belum diketahui
secara pasti. Mioma merupakan tumor yang sensitif terhadap hormon estrogen dan
progesteron. Mioma mampu menciptakan lingkungan yang hiperestrogenik untuk
mempertahankan pertumbuhannya. Aromatase pada jaringan fibroid
memungkinkan produksi estradiol endogen dan ekspresi reseptor estrogen dan
progesteron.7
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko kejadian mioma adalah
keturunan afrika, usia di atas 40 tahun, menarche muda (<10 tahun), riwayat

2
keluarga, nuliparitas dan obesitas.10 Pada kasus ini, pasien merupakan wanita
berusia 43 tahun, hal ini merupakan salah satu faktor risiko yang berperan dalam
kejadian mioma uteri karena paparan estrogen yang semakin meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Risiko mioma pada wanita usia 50-60 tahunan
meningkat hingga 10 kali dibandingkan usia 30-an. Adanya riwayat mioma uteri
di keluarga juga merupakan faktor risiko terjadinya mioma uteri. Penelitian
mengenai hubungan keluarga dengan mioma uteri dengan kejadian uteri
mendapatkan, 30% meningkatkan risiko untuk mioma uteri dengan riwayat
keluarga dengan mioma uteri.13

4.3 Penatalaksanaan Mioma Uteri


Penatalaksanaan mioma uteri secara garis besar dibedakan dengan terapi
medikamentosa dan tindakan pembedahan. Sekitar 3%-7% mioma asimptomatis
akan mengalami regresi dalam waktu 6 bulan hingga 3 tahun sehingga tidak
memerlukan penanganan khusus. Penatalaksanaan mioma uteri dibedakan
berdasarkan apakah pasien belum atau sudah menopause, masih ingin memiliki
anak lagi, ingin mempertahankan rahimnya atau tidak. Pasien premenopause yang
masih fertil atau ingin mempertahankan uterusnya dapat diberikan terapi medis
atau miomektomi dan ditunggu hingga masa menopausenya. Miomektomi adalah
pengambilan mioma saja tanpa pengambilan uterus.20 Sedangkan pada pasien
yang telah menopause dapat dilakukan histerektomi dengan atau tanpa bilateral
salphingoophorectomy atau miomektomi. Histerektomi dilakukan pada pasien
dengan mioma simptomatis yang menginginkan terapi definitif dan tidak ingin
memenambah keturunan. Meskipun sedikit invasif, teknik ini merupakan terapi
definitif yang mampu memperbaiki kualitas hidup pasien.
Pada pasien ini direncanakan akan dilakukan terapi konservatif. Dilakukan
tindakan tersebut dengan indikasi bahwa gejala yang tidak terlalu berat dan
cenderung membaik dan juga ukuran uterus < 12 minggu. Selain itu, dilakukan
pemantauan konservatif dibantu dengan obat untuk meringangkan gejala hingga
masa menopause, dimana umumnya terjadi kecenderungan untuk mioma
mengecil. Pasien kemudian direncanakan untuk kontrol 1 minggu kedepan untuk
melihat perkembangan gejala yang diderita pasien.

3
BAB V

KESIMPULAN

Telah diuraikan pada laporan kasus pasien wanita inisial NLK usia 48 tahun
dengan P4004 tahun datang ke VK PONEK Penyakit Kebidanan dan Kandungan
RSUD Bangli dengan keluhan utama terjadi penurunan kesadaran sejak pagi
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan menstruasi dengan jumlah
yang banyak dan berkepanjangan sejak 15 hari yang lalu. Selain itu, pasien juga
mengeluhkan lemas tanpa adanya rasa sakit maupun benjolan didaerah perut
pasien. Pasien pernah memilki riwayat tidak menstruasi selama 3 bulan sebelum
terjadinya keluhan pendarahan. Saat ini pasien MRS karena anemia berat dan
dilakukan perbaikan keadaan umum terlebih dahulu. Penderita diberikan obat oral
yaitu Asam mefenamat 4 x 250 mg, Asam traxenat 3 x 500 mg, Sohobion 1 x 1 tab,
dan transfusi PRC sampai HGB 10 gr/dL. Mioma uteri merupakan suatu tumor
jinak yang terbentuk dari otot polos rahim dan disertai jaringan ikatnya. Mioma uteri
berasal dari miometrium dan berdasarkan lokasinya dapat diklasifikasikan
menjadi mioma intramural, submukosa, dan subserosa. Etiologi mioma uteri
masih belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa teori yang lazim
diterima yaitu yaitu teori stimulasi, berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor
indikator. Penatalaksanaan mioma uteri secara garis besar dibedakan dengan
terapi medikamentosa dan tindakan pembedahan. Terapi medikamentosa
dilakukan apabila penderita masih ingin melanjutkan keturunan dan atau
mempertahankan uterusnya. Sedangkan tindakan pembedahan dipilih jika pasien
telah menopause dan tidak ingin melanjutkan keturunan.

4
5

You might also like