Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kondisi dimana aliran darah menuju
2.2 Klasifikasi4
dibagi menjadi:
ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST
ST dan angina tidak stabil jika terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi
segmen ST. Angina peltoris tidak stabil dan non elevasi ST dibedakan
3
4
bermakna maka diagnosisnya IMA non elevasi ST, sedangkan jika tidak terjadi
2.3 Patofisiologi
Sebagian besar SKA adalah manifestassi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah akibat perubahan komposisi plak dan
penipisan tudung fibrosa yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti
oleh proses agragasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi sehingga terbentuk
trombuus yang kaya trombosit. Trombus ini akan menyumbat lubang pembuluh
darah koroner, baik secara total maupun parsial, atau menjadi mikroemboli yang
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
koroner. Sumbatan subtotal yang disertai vasokontriksi yang dinamis juga dapat
karena proses hibernating dan stunning, serta diritmia dan remodeling ventrikel.4,5
5
a. Usia
Perubahan utama yang terjadi adalah penebalan tunika intima disertai tunika
media yang mengalami fibrosis. Umur dapat mempengaruhi faktor lain untuk
tekanan darah tinggi, obesitas dan peningkatan kadar lemak. Gangguan dalam
profil lemak, seperti nilai total kolesterol dan peningkatan LDL disertai penurunan
b. Jenis kelamin
estrogen tidak melindungi wanita, maka angka kematian pada wanita akibat
sindroma metabolik dan faktor resiko penyakit jantung koroner. Wanita hamil
(> 0,3g/24 jam) masa kehamilan 20 minggu berisiko 2 kali terkena penyakit
koroner atau stroke dibanding dengan wanita yang dapat menopause pada waktu
normal.
a) Merokok
ammonia, formaldehida, tar dan lain-lain. Bahan aktif utama adalah nikotin yang
memberi efek akut dan tar memberi efek kronis. Nikotin menyebabkan efek
tekanan darah, cardiac output naik, dan meningkatkan konsumsi oksigen sehingga
HDL. Merokok dapat meningkatkan oksidasi dari LDL yang dapat meningkatkan
meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebanyak 2-4 kali dari orang yang
tidak merokok. Orang yang merokok satu bungkus rokok setiap hari resiko
serangan jantung berlipat 2 kali dari orang yang tidak merokok. Wanita yang
merokok mempunyai resiko 25% lebih besar terkena penyakit jantung koroner
Kolesterol adalah salah satu komponen lemak tubuh yang sangat penting
bagi sel yang sehat. Bila tubuh mengakumulasikannya dalam jumlah banyak,
maka kolesterol akan deposit ke dinding pembuluh darah dan menghambat aliran
Kolesterol terdiri dari HDL (high density lipoprotein) dan LDL (low density
lipoprotein). HDL berperan membawa kadar lemak yang tinggi ke dalam jaringan
hati untuk dimetabolisme dan diekskresi dari tubuh. LDL berperan membawa
kadar HDL yang rendah 30. Rasio non-HDL kolesterol, trigliserida dan total
dinding jantung menjadi kaku dan tebal yang menyebabkan jantung tidak bekerja
dengan baik dan meningkatkan resiko serangan jantung, stroke dan gagal ginjal.
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk terkena penyakit jantung koroner
yang lain seperti tekanan darah, kadar kolesterol, trigliserida yang tinggi, diabetes
dan berat badan. Seseorang dengan aktivitas fisik sedang yang intensif selama 150
jantung koroner sebesar 14% dibanding dengan orang yang tidak melakukan
aktivitas fisik.
Obesitas abdominal atau sentral, dapat diukur melalui berat badan dan juga
peningkatan kadar insulin dan resistensi insulin (diabetes melitus) dimana insulin
garam.
meningkatkan jumlah tahanan perifer total sehingga tekanan darah menjadi tinggi.
f) Diabetes melitus
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
Diagnosa adanya suatu SKA harus ditegakkan secara cepat dan tepat dan
didasarkan pada tiga kriteria, yaitu gejala klinis nyeri dada spesifik, gambaran
EKG (elektrokardiogram) dan evaluasi biokimia dari enzim jantung. Nyeri dada
tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien SKA. Nyeri dada atau rasa tidak
nyaman di dada merupakan keluhan dari sebagian besar pasien dengan SKA.4
menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area skapular, bahu atau epigastrium.
Keluhan ini dapat berlangsung intermiten atau persisten (>20 menit). Keluhan
didaerah penjalaran angina tipikal, gangguan pencernaan, sesak nafas yang tidak
10
dapat diterangkan atau rasa lemah mendadak yang sulit diuraikan. Keluhan ini
lebih sering dijumpai pada pasien usia muda 25-40 tahun atau usia lanjut >75
hipertropik dan kondisi lain, seperti penyakit paru. Keadaan disfungsi ventrikel
kiri (hipotensi, ronki dan gallop S3) menunjukkan prognosis yang buruk. Adanya
memiliki kemungkinan juga penderita penyakit jantung koroner (PJK), tetapi pada
2.5.3 Elektrokardiografi
pertama. Bila bisa didapatkan, perbandingan dengan hasil EKG sebelumnya dapat
yang mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP antara lain:
3. Nondiagnostik
4. Normal
11
keadaan di mana EKG ulang tetap menunjukkan kelainan yang nondiagnostik dan
marka jantung negatif sementara keluhan angina sangat sugestif SKA, maka
pasien dipantau selama 12- 24 jam untuk dilakukan EKG ulang tiap 6 jam dan
NSTEMI, di mana peningkatan kadar marka jantung tersebut akan terjadi dalam
waktu 2 hingga 4 jam. Penggunaan troponin I/T untuk diagnosis NSTEMI harus
digabungkan dengan kriteria lain yaitu keluhan angina dan perubahan EKG.
nilai normal atas. Dalam menentukan kapan marka jantung hendak diulang
Tes yang negatif pada satu kali pemeriksaan awal tidak dapat dipakai untuk
menyingkirkan diagnosis infark miokard akut. Kadar troponin pada pasien infark
miokard akut meningkat di dalam darah perifer 3-4 jam setelah awitan infark dan
menghilang dalam 2 hingga 3 hari, namun bila terjadi nekrosis luas, peningkatan
ini dapat menetap hingga 2 minggu. Mengingat troponin I/T tidak terdeteksi
dalam darah orang sehat, nilai ambang peningkatan marka jantung ini ditetapkan
sedikit di atas nilai normal yang ditetapkan oleh laboratorium setempat. Apabila
CKMB akan meningkat dalam waktu 4 hingga 6 jam, mencapai puncaknya saat
2.6 Tatalaksana
daignosis kerja yang akan menjadi dasar terapi dan penanganan selanjtnya. Yang
dimaksud terapi awal adalah terapi yang diberikan kepada pasien dengan
diagnosis kerja kemungkinan SKA dengan dasar ada keluhan angina di ruang
gawat darurat, sebe;um ada hasil EKG dan atau biomarka jantung. Terapi awal
yang dimaksud adalah mofin, oksigen, nitrat, aspirin, disingkat dengan MONA,
semua pasien yang tidak diketahui intoleransinya terhadap aspirin. Aspirin tidak
dapat diberikan dengan dosis awal 300 mg dilanjutkan degan dosis pemeliharaan
untuk reperfusi menggunakan agen fibrinolitik. NTG dapat diberikan jika pasien
mengeluhkan adanya nyeri dada yang masih berlangsung. Jika nyeri dada tidak
menghilang dapat diulang setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali. Morfin sulfat 1-
5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien yang tidak responsif