You are on page 1of 4

Tiga Periode dalam Sejarah Peradaban Islam

Dalam garis besar, sejarah Islam dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode klasik,
periode pertengahan, dan periode modern. Adapun uraian dari ketiga periode tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Periode Klasik (650M - 1250M)


Zaman kemajuan terbagi menjadi 2 fase, pertama, Ekspansi, integrasi dan puncak
kemajuan (650M – 1000M) meluas mulai Afrika Utara sampai ke Spanyol di barat dan
Persia sampai ke India di Timur. Daerah-daerah tersebut tunduk kepada kekuasaan
khalifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian Damsyik dan terakhir
di Baghdad.

Bidang Bidang Bidang


Teologi Filsafat Pengetahuan
Al-Asyari Al-Kindi Ibnu Haysam

Al-Maturidi Al-Farabi Ibnu Hayyan

Al-Huzail Ibnu Sina Al-Khowarizmi

Wasil Ibnu Ibnu


Ato’ Maskawaih

Al-Nazam,
dll
Bidang Bidang
Hukum Tasawuf
Imam Malik Zunun Al-
Misri
Imam Hanafi
Abu Yazid Al-
Imam Safi’i Bustomi

Imam Ibnu Al-Hallaj


Hanbal
Spanyol-Andalusia merupakan pusat peradaban Islam selain Baghdad, masuknya Islam di
Spanyol terjadi pada masa Khalifah Al-Walid (Ibnu Abdul Walid), khalifah Bani Umayyah (705
M-715 M).[1]

Kemajuan peradaban Islam di Spanyol tidak terlepas dari ajaran Islam yang selain
mengagungkan ilmu pengetahuan yang seakan member pencerah bagi semuanya, salah satunya
Spanyol. Kemajuan Spanyol memang tidak bisa dipisahkan dari kontribusi Islam yang
diungkapkan beberapa ilmuan Barat yang di kutip Razaq Thatchaer dan Chawel -misalnya-
secara tegas mengatakan bahwa bangsa Eropa sangat beruntung dengan kedatangan Islam.
Banyak ilmu yang dapat ditemukan sehingga dapat diadopsinya seperti ilmu falak, fisiologi, dan
masi banyak lagi pesan serupa juga diungkapkan oleh strioris dimana ia mengatakan bahwa
bidang-bidang ilmu pengetahuan yang dibawa Islam terutama Ilmu dan penerapannya lebih
banyak daripada yang dibawa Byzantiun. Sehingga peradaban Islam merupan suatu terminal
penting antara peradaban Yunani di Timur dan peradaban Eropa di Abad pertengahan.[2]

Pengaruh Islam pada Eropa bisa terlihat denga lahirnya gerakan-gerakan pemikiran yang
terinspirasi dari ulama Islam. Gerakan yang dimaksud antara lain:

a. Gerakan Renaissance (kebangkitan kembali) abad 14 M.


b. Reformasi pada abad 16 M yang kemudian dikuatkan dengan munculnya
rasionalisme pada abad 17 M. yang terinspirasi dari pemikiran Ibnu Rusd (Averus).
c. Gerakan Aufklarung (pencerahan) abad 12 M.
Ketiga gerakan tersebut merupakan dampak dari kedinamisan intelektual Islam di
Spanyol yang lambat laun mempengaruhi pola piker masyarakat Eropa.[3]
Adapun pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang tengah berkembang kala
itu tergantung kepada keluarga penguasa, terutama khalifah yang menjadi pendorong
utama bagi kegiatan keilmuan di Granada, Seville, dan Cordova. Fiqih merupakan inti
kurukulum, namun mereka lebih menekankan kepada madzhab maliki daripada
madzhab-madzhab lainnya. Hal ini juga berlaku pada saat menentukan tenaga pengajar
dan kurikulum yang akan diterapkannya peran khalifah dan penasehat-penasehat
dekatnya amat dominan. Karena khalifah dan keluarganya amat menetukan dalam
penyediaan dana dan arah kegiatan-kegiatan lembaga-lembaga pendidikan di Andalusia,
maka maju mundurnya lembaga-lembaga tersebut amat tergantung pada “Interest
Patronase” penguasa terhadap kegiatan keilmuan Islam.[4]
Kedua, Fase Disintegrasi (1000M – 1250M). Dimasa ini keutuhan umat Islam dalam
bidang politik mulai pecah. Kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat
dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu (1258 M) khalifah sehingga lambing persatuan
politik umat Islam hilang.[5]

1. Periode Pertengahan (1250M – 1800M)[6]


Dalam periode pertengahan ini terbagi menjadi dua fase, yaitu Fase Kemunduran (1250
M – 1500 M), dan Fase Tiga Kerajaan Besar (1500 M – 1800 M). Adapun keterangan
dari fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fase Kemunduran (1250 M – 1500 M)


Di zaman ini disentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan antara
Sunni dan Syi’ah, demikian juga antara Arab dan Persia bertambah nyata kelihatan.
Dunia Islam terbagi menjadi dua; bagian pertama Arab terdiri dari Arabia, Irak, Suriya,
Palestin, Mesir dan Afrika Utara dengan Mesir sebagai pusat; dan Bagian Persi yang
terdiri dari Balkan, Asia Kecil, Persia, dan Asia Tengah dengan Iran sebagai pusat.
Kebudayaan Persia mengambil bentuk internasional dengan demikian pendesak
lapangan kebudayaan Arab. Pendapat bahwa pintu ijtihad tertutup semakin luas
dikalangan umat Islam. Demikian juga tarekat dengan pengaruh negatifnya. Perhatian
pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk agama
Kristen atau keluar dari daerah itu.
Analisa penulis-penulis barat bahwa umat Islam mundur karena menganut faham
jabariyah (fatalisme) dapat ia setujuai, karena dikalangan awam Islam faham yang
demikian, menurut hematnya memang terdapat dalam al-urwah al-wusqo (ia bersama
Jalaludin al-Afghani) menjelaskan bahwa faham qadha’ qadar telah diselewengkan
menjadi fatalism, sedang faham itu sebenarnya mengandung unsure dinamis yang
membuat umat Islam di zaman klasik dapat membawa Islam sampai di Spanyol dan
dapat menimbulkan peradapan yang tinggi. Faham fatalism (jabariyah) yang terdapat
dalam kalangan Islam perlu dirubah dengan faham kebebasan manusia dalam kemauan
dan perbuatan. Inilah yang akan menimbulkan dinamika umat Islam kembali.[7]
Dalam bukunya Muhammad Abduh dengan keras mengkritik Ulama’-ulama’ yang
menimbulkan faham taklid. Sikap ulama ini, kata Muhammad Abduh, membuat umat
Islam berhenti berfikir dan akal mereka berkarat. Taklid ini menghambat perkembangan
bahasa arab. Perkembangan susunan masyarakat Islam, syariat, system pendsidikan dan
sebagainya. Sikap umat Islam agar berpegang teguh pada pendapat ulama klasik,
dipandang Muhammad Abduh berlawanan betul dengan sikap umat Islam dahulu. Al-
Qur’an dan Hadist katanya melarang umat Islam bersifat taklid.[8]
Kepercayaan pada kekuatan akal adalah dasar peradaban suatu bangsa. Akal terlepas
dari ikatan tradisi akan dapat memikirkan dan memperoleh jalan-jalan yang membawa
pada kemajuan. Pemikiran akallah yang menimbulkan ilmu pengetahuan.
Suatu sebab lain adalah salah pengertian tentang maksud hadis yang mengatakan bahwa
umat Islam akan mengalami kemunduran di akhir zaman. Salah pengertia ini membuat
umat Islam tidak berusaha merubah nasib mereka.
b. Fase Tiga Kerajaan Besar (1500 M – 1800 M)
Pada fase ini dimulai dengan zaman kemajuan (1500 M – 1700 M) dan zaman
kemunduran (1700 M – 1800 M). yaitu kerajaan Usmani (Ottoman Empire) di Turki,
kerajaan Safawi di Persi, dan kerajaan Mughol di India. Dimasa kemajuan ketiga
kerajaan besar ini memiliki kejayaan masing-masing terutama dalam bentuk literature
dan arsitek.
Kemajuan Islam pada zaman ini lebih banyak merupakan kemajuan di periode klasik.
Perhatian pada ilmu pengetahuan masih kurang sekali.
Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah semenanjung Arab, bangsa
Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang kemudian banyak dikenal
dengan Renaissance. Kebangkitan tersebut bukan saja dalam bidang politik, dengan
keberhasilan Eropa mengatakan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya,
tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi harus diakui kemajuan-
kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan dari peran Islam saat menguasai Spanyol. Ketika
Islam mencapai masa keemasannya kota Kordova dan Granada di Spanyol merupakan
pusat peradaban Islam yang sangat penting saat itu dan dianggap menyaingi Baghdad di
Timur.[9]

1. Periode Modern.
Periode transformasi peradapan islam secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga frase,
dan sekaligus memperlihatkan beberapa gambaran umum yang berlaku di seluruh
kawasan muslim, diantaranya:

a. Fase pertama, merupakan periode antara akhir abad 18 sampai awal abad 20, yang
di tandai dengan hancurnya system kenegaraan muslim dan dominasi territorial dan
komersial Eropa. Dalam fase ini elit politik, agama, dan kesukuan masyarakat muslim
berusaha menetapkan pendekatan keagamaan dan ideologi baru bagi perkembambangan
internal masyarakat mereka.
b. Fase kedua, yaitu fase pembentukan nasional yang berlangsung setelah Perang
Dunia I sampai pertengahan abad 20. Dalam fase ini kalangan elit negeri-negeri muslim
berusaha membawa identitas politik modern terhadap masyarakat mereka dan berusaha
memprakarsai perkembangan ekonomi serta perubahan nasional.
c. Fase ketiga, yaitu fase konsolidasi Negara-negara nasional di seluruh kawasan
muslim.
Fase yang berlangsung pasca Perang Dunia II ini ditandai dengan pertentangan antara
kecenderungan terhadap perkembangan yang tengah berlangsung dan peran utama
islam.[10]

[1] Istianah Abu Bakar, Sejarah peradapan Islam, (Malang: UIN Press, 2008),hlm,107
[2] Ibid, hlm,115
[3] Ibid ,hlm. 116
[4] Suwito dan Fauzan, sejarah social pendidikan islam, ( Jakarta: kencana, 2008), hlm.116
[5] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1992), hlm. 12-13
[6] Ibid, hlm.3-4
[7]Ibid, hlm. 66
[8] Ibid, hlm.64
[9] Ibid, hlm.109
[10] Rahasia Sunnah, Periode Modern dalam Sejarah Peradapan
Islam, http://.rahasiasunnah.com, diakses pada tanggal 16 Mei 2012.
Diposting oleh Qurrota A'yun di 20.58
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pendidikan

You might also like