Professional Documents
Culture Documents
PERAWATAN PALIATIF
SEMESTER :V
MAKALAH
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
GISELLE KOJONGIAN
NUR AZMI ARIF
STERLY LOMBOK
ELISEBA YESNATH
YEMIS NELAMBO
FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa terselesaikan
dengan baik, Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia, sebagian besar penyakit kanker ditemukan pada stadium
lanjut, ditambah dengan ditemukannya kasus-kasus yang tidak mendapatkan
pengobatan kanker menyebabkan angka harapan hidup yang lebih pendek.
Pasien-pasien dengan kondisi tersebut mengalami penderitaan yang
memerlukan pendekatan terintegrasi berbagai disiplin agar pasien memiliki
kualitas hidup yang baik dan pada akhirnya meninggal secara bermartabat.
Integrasi perawatan paliatif ke dalam tata laksana kanker terpadu telah lama
dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO, seiring dengan terus
meningkatnya jumlah pasien kanker dan angka kematian akibat kanker.
Penatalaksanaan kanker telah berkembang dengan pesat. Walaupun demikian,
angka kesembuhan dan angka harapan hidup pasien kanker belum seperti yang
diharapkan. Sebagian besar pasien kanker akhirnya akan meninggal karena
penyakitnya. Pada saat pengobatan kuratif belum mampu memberikan
kesembuhan yang diharapakan dan usaha preventif baik primer maupun
sekunder belum terlaksana dengan baik sehingga sebagian besar pasien
ditemukan dalam stadium lanjut, pelayanan paliatif sudah semestinya menjadi
satu satunya layanan fragmatis dan jawaban yang manusiawi bagi mereka yang
menderita akibat penyakit- penyakit tersebut di atas.
Sebagai disiplin ilmu keperawatan yang relatif baru, pelayanan paliatif
merupakan filosofi dan bentuk layanan kesehatan yang perlu terus
dikembangkan, sehingga penatalaksanaan pasien kanker menjadi efektif dan
efisien. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil
kasus tentang Perawatan Paliatif Pada Pasien Kanker.
B. RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi rumusan masalah adalah:
1
5. Apa saja prinsip pelayanan paliatif pada pasien kanker?
6. Dalam kondisi bagaimanakah seorang pasien kanker memerlukan
pelayanan paliatif?
7. Langkah apa saja yang ditempuh pada perawatan paliatif klien?
8. Siapa saja yang perlu dilibatkan dalam pelayanan paliatif?
9. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan paliatif pada pasien dengan
kanker?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat pembuatan makalah ini untuk memberikan masukan
informasi, pengetahuan, dan konsep kepada publik mengenai asuhan
keperawatan paliatif pada pasien kanker serta memberikan wawasan atau
pengetahuan bagi diri kita, sebagai penulis juga wawasan atau pengetahuan
untuk para peneliti atau orang lain yang memiliki ketertarikan terhadap asuhan
keperawatan paliatif pada pasien kanker.
2
BAB II LANDASAN TEORI
A. KONSEP DASAR KANKER
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel,
mengubah genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan
penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel. Kanker adalah istilah umum untuk
petumbuhan sel tidak normal(yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan
tidak berirama) yang dapat menyusup (invasive) dan terus menyebar melalui
jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang
belakang ke jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh.
Kanker bukan merupakan penyakit menular. Kanker merupakan penyakit atau
kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel – sel tubuh yang tumbuh dan
berkembang abnormal, di luar batas dan sangat liar.
1. Etiologi
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti, karena
merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan.
Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko kanker,
sebagai berikut
a. Faktor Keturunan
Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih
tinggi menderita kanker tertentu dibandingkan keluarga lainnya.
b. Faktor Lingkungan
Merokok meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru, mulut,
laring (pita suara), dan kandung kemih.Faktor lingkungan lainnya, yaitu
Sinar Ultraviolet matahari serta radiasi ionisasi (yang merupakan
karsinogenik) digunakan dalam sinar rontgen dihasilkan dari
pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom hingga
menjangkau jarak sangat jauh.
3
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker,
terutama kanker pada saluran pencernaan. Seperti makanan junkfood,
snack, dan makanan yang mengandung bahan kimia.
d. Faktor Terserang Virus
e. Infeksi
f. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah merokok dan mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan juga
peminum minuman beralkohol. Selain itu, perilaku seksual yaitu
melakukan hubungan intim diusia dini dan sering ganti pasangan.
g. Gangguan Keseimbangan Hormonal
Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang
cenderung mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesteron
melindungi terjadinya pertumbuhan sel yang berlebihan.Ada
kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan
kekurangan progesteron menyebabkan meningkatnya risiko kanker
payudara, kanker leher rahim, kanker rahim dan kanker prostat dan buah
zakar pada pria.
h. Faktor Kejiwaan
Stres berat dapat menyebabkan ganggguan keseimbangan seluler tubuh.
Keadaan tegang terus menerus dapat mempengaruhi sel, dimana sel jadi
hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas sehingga menyebabkan
kanker.
i. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang
mempunyai electron bebas tidak berpasangan dilingkaran luarnya.
Sumber-sumber radikal bebas yaitu : 1) Radikal bebas terbentuk sebagai
produk sampingan dari proses metabolism; 2) Radikal bebas masuk ke
dalam tubuh dalam bentuk racun-racun kimiawi dari makanan ,
minuman, udara yang terpolusi, dan sinar ultraviolet dari matahari; 3)
Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan
berlebihan (berdampak pada proses metabolisme) atau bila kita dalam
4
keadaan stress berlebihan, baik stress secara fsik, psikologis,maupun
biologis.
2. Patofisiologi
Patofisiologi Penyakit Kanker adalah kelas penyakit beragam yang
sangat berbeda dalam hal penyebab dan biologisnya.Setiap organisme,
bahkan tumbuhan, bisa terkena kanker.Hampir semua kanker yang dikenal
muncul secara bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker dan
sel anak-anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).
Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi). Kecuali
jika pencegahan dan perbaikan kecatatan ditangani dengan baik, kecacatan
itu akan tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel anang/(daughter cell).
Biasanya, tubuh melakukan penjagaan terhadap kanker dengan berbagai
metoda, seperti apoptosis, molekul pembantu (beberapa polimerase DNA),
penuaan/(senescence), dan lain-lain. Namun, metoda koreksi-kecatatan ini
sering kali gagal, terutama di dalam lingkungan yang membuat kecatatan
lebih mungkin untuk muncul dan menyebar.Sebagai contohnya, lingkungan
tersebut mengandung bahan-bahan yang merusak, disebut dengan bahan
karsinogen, cedera berkala (fisik, panas, dan lain-lain), atau lingkungan
yang membuat sel tidak mungkin bertahan, seperti hipoksia.Karena itu,
kanker adalah penyakit progresif, dan berbagai kecacatan progresif ini
perlahan berakumulasi hingga sel mulai bertindak berkebalikan dengan
fungsi seharusnya di dalam organisme. Kecacatan sel, sebagai penyebab
kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya sendiri (self-amplifying), pada
akhirnya akan berlipat ganda secara eksponensial. Sebagai contohnya :
a. Mutasi dalam perlengkapan perbaikan-kecacatan bisa menyebabkan sel
dan sel anangnya mengakumulasikan kecacatan dengan lebih cepat.
b. Mutasi dalam perlengkapan pembuat sinyal (endokrin) bisa
mengirimkan sinyal penyebab-kecacatan kepada sel di sekitarnya.
c. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel
bermigrasi dan dan merusak sel yang lebih sehat.
d. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat telomeres,
membuat sel rusak bisa membuat sel sehat rusak selamanya.
5
Cancer Staging
Setelah terdeteksi adanya kanker dalam tubuh seseorang, maka dokter akan
melakukan biopsy (pengambilan sampel tubuh) untuk mengetahui seberapa
ganasnya tumor tersebut. Ada beberapa metode untuk menentukan tahap-tahap
kanker.Sistem yang banyak digunakan adalah sistem TNM, singkatan dari tumor
(T), node (N), dan metastasis (M). TNM didasarkan pada tiga faktor :
a. Berapa besar tumor utama dan dimana letaknya? (T). Menggunakan angka
(0-2) untuk ukuran dan huruf (a-b) untuk lokasinya.
T1: Ukuran tumor adalah 5 cm (cm) atau lebih kecil.
T1a: Tumor ini dangkal.
T1b: Tumor ini dalam.
T2: Ukuran tumor lebih besar dari 5 cm.
T2a: Tumor ini dangkal.
T2b: Tumor ini dalam.
b. Apakah sel menyebar ke kelenjar getah bening ? (N). Setiap jenis tumor
mengalir ke kelenjar getah bening di dekatnya disebut kelenjar getah bening
regional
N0: Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening regional.
N1: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening regional.
c. Apakah sel menyebar ke bagian tubuh yang lain/ metastasis? (M)
M0: Kanker tidak metastasis.
M1: Terdapat metastasis ke bagian lain dari tubuh.
Histologis grade (G). Histologis grade menggambarkan betapa berbedanya
sel-sel kanker dari sel-sel jaringan normal ketika diperiksa di bawah
mikroskop, apakah termasuk grade (G) rendah atau G tinggi.
Kanker tahap pengelompokan
Dokter menetapkan tahap kanker dengan menggabungkan klasifikasi T, N,
dan M.
Tahap I: meliputi tumor grade rendah, T1a, T1b, T2a, T2b, dan N0, M0.
Tahap II: tumor grade tinggi, T1a atau T2a, N0, M0.
Tahap III: tumor grade tinggi ,T2b, N0, M0.
6
Tahap IV: tumor grade rendah atau tinggi, N1,M1,T1- T2.
3. Tanda dan Gejala
Gejala umum kanker biasanya tergantung pada jenis, tempat dan
stadium kanker. Dari sini kemudian, gejala umum kanker adalah sebgai
berikut :
a. Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena ( misal ada benjolan
di payudara, diperut.
b. Terjadi perubahan warna (misal perubahan warna tahi lalat).
c. Demam kronis
d. Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan
suara (pada kanker leher).
e. Terjadinya perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih
(misal perubahan pola BAB, BAB berdarah,dsb)
f. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
g. Keluarnya cairan atau darah tidak normal (misal keluar cairan
abnormal dari puting payudara).
Sedangkan dilihat dari penyebabnya, komplikasi akibat kanker dibagi
3 yaitu :
a. Akibat langsung kanker (misalnya, sumbatan saluran cerna pada
kanker usus, patah tulah pada kanker tulang, dst).
b. Akibat tidak langsung (misalnya, demam, penuruna berat badan,
anemia, penurunan kekebalan tubuh, dsb).
c. Akibat pengobatan (misalnya, pembengkakan akiba sumbatan
kelenjar getah bening pada radiasi kanker payudara, gangguan saraf
tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi)
4. Penatalaksanaan
1) Kemoterapi
Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kanker
Indikasi dan prinsip :
a. Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin
mengganggu sel normal.
7
b. Dapat digunakan untuk : pengobatan, pengendalian, paliatif.
c. Jangan diberikan jika bahaya/komplikasinya lebih besar dari
manfaatnya.
d. Obat kemotherapi umumnya sangat toksik, teliti/cermat evaluasi
kondisi pasien Kompilaksinya :
a) Efek samping :
i. Nausea, vomiting
ii. Alopecia
iii. rasa (pengecap) menurun
iv. mucositis
b) Toksik
i. hematologik : depresi sumsum tulang, anemia
ii. ginjal, hepar.
2) Radiotherapy
Menggunakan X-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides). Terapi
radiaisi eksternal yaitu pengobatan noninvasive dan mungkin lebih
sering disarankan untuk lansia lemah yang tidak mampu menjalani
pembedahan. (Buku Ajar Keperawatan Gerontik,2006).
3) Pembedahan
Pembedahan dapat digunakan sebagai upaya kuratif atau digunakan
untuk meingkatkan kualitas hidup. Pembedahan kurang menimbulkan
debilitasi dari pada kemoterapi atau terapi radiasi untuk pasien yang
cukup sehat utnuk menjalani anastesi dan hanya merupakan satu –
satunya terapi untuk banyak lansia dengan kanker. (Buku Ajar
Keperawatan Gerontik,2006).
4) Immunoterapi
Immunoterapi yang disebut juga terapi biologis merupakan jenis
pengobatan kanker yang relative baru. Sekalipun demikian diperkirakan
akan segera maju pesat dan menjadi andalan para dokter dalam upaya
penyembuhan kanker secara total. Tidak beda dengan imunisasi pada
umumnya, immunoterapi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan
8
tubuh guna melawan sel –sel kanker. Ada tiga macam immunoterapi,
yaitu aktif (vaksin kanker), pasif, dan terapi adjuvant.
5) Terapi Gen
Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Mengganti gen yang rusak atau hilang.
b. Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan sel kanker.
c. Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah dideteksi
dan di hancurkan oleh system kekebalan tubuh, kemoterapi, maupun
radioterapi.
d. Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh darah
baru di jaringan kanker sehingga sel – sel kankernya mati.
5. Pemeriksaan
a. Pemindaian/scanning (misalnya pemindaian hati atau tulang).
b. Pewarnaan terhadap jaringan sehingga bila ada kanker jaringan
patologis dapat diketahui.
c. CT (Computed Tomography).
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging).
e. Mediastinoskopi.
f. Biopsi sumsum tulang, yaitu pengambilan sample jaringan tubuh.
g. Endoskopi, untuk melihat kanker di bagian dalam tubuh manusia.
9
sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor
ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Fokus terapi pada kanker
tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk
memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya
mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat
badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan
spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka
kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/
pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan
psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin
yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
Pelayanan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim
paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan
bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi
pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini,
penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan masalah masalah lain, baik
masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2002), dan pelayanan masa duka
cita bagi keluarga (WHO 2005).
10
Gejala fisik juga dapat muncul karena pengobatan yang dilakukan.
Kemoterapi atau radiasi dibagian tertentu dapat memberikan efek
samping mual, muntah, tidak nafsu makan, cepat lelah dsb. Nyeri atau
gangguan fungsi bagian tubuh yang dioprasi dapat terjadi akibat oprasi.
Kondisi tirah baring dalam waktu lama dapat menimbilkan pasien
merasa semakin lelah, gangguan buang air besar, luka dibagian tubuh
yang tertindih dsb. Kondisi lain yang menyertai yang telah ada
sebelumnya juga dapat menambah gejala yang muncul.
2. Psikologis
Gangguan psikologis dapat juga muncul akibat gejala fisik, progresifitas
penyakit, kecacatan yang timbul, perubahan bentuk tubuh,
ketergantungan fisik, kelelahan fisik, kegagalan pengobatan, biaya yang
harus dibayarkan, komunikasi yang buruk dengan petugas kesehatan.
3. Spiritual dan Agama
Masalah spiritual dan agama seperti menganggap penyakit akibat
hukuman, menyalahkan diri sendiri, hidup tidak berguna dapat menjadi
sumber penderitaan.
11
4. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual
5. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
6. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya
8. Menghindari tindakan yang sia sia
F. INDIKASI PELAYANAN PALIATIF
Pelayanan paliatif dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan bila
didapatkan satu atau lebih kondisi di bawah ini :
1. Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang tidak dapat diatasi
2. Stres berat sehubungan dengan diagnosis atau terapi kanker
3. Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya
4. Permasalahan dalam pengambilan keputusann tentang terapi yang akan atau
sedang dilakukan
5. Pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif
6. Angka harapan hidup < 12 bulan (ECOG > 3 atau kanofsky < 50%,
metastasis otak, dan leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, vena
cava superior sindrom, kaheksia, serta kondisi berikut bila tidak dilakukan
tindakan atau tidak respon terhadap tindakan yaitu: kompresi tulang
belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl, kreatinin ≥3 mg/dl ). *tidak berlaku pada
pasien kanker anak
7. Pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon dengan terapi yang
diberikan .
G. LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAYANAN PALIATIF
1. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien
2. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat atau
keingingan terakhir)
3. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial yang muncul
4. Tata laksana gejala ( sesuai panduan dibawah )
5. Informasi dan edukasi perawatan pasien
6. Dukungan psikologis, kultural dan social
12
7. Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau
keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat, misalnya: penghentian atau
tidak memberikan pengobatan yang memperpanjang proses menuju
kematian (resusitasi, ventilator, cairan, dll)
8. Pelayanan terhadap pasien dengan fase terminal
EVALUASI, apakah
a. Nyeri dan gejala lain teratasi dengan baik
b. Stress pasien dan keluarga berkurang
c. Merasa memiliki kemampuan untuk
mengontrol kondisi yang ada
d. Beban keluarga berkurang
e. Hubungan dengan orang lain lebih baik
f. Kualitas hidup meningkat
g. Pasien merasakan arti hidup dan
bertumbuh secara spiritual
Jika Pasien MENINGGAL
a. Perawatan jenazah
b. Kelengkapan surat dan keperluan
pemakaman
c. Dukungan masa duka cita ( berkabung )
13
mencapai tujuan ), tim paliatif secara berkala melakukan diskusi untuk
melakukan penilaian dan diagnosis, untuk bersama pasien dan keluarga
membuat tujuan dan rencana pelayanan paliatif pasien kanker, serta melakukan
monitoring dan follow up.
Kepemimpinan yang kuat dan manajemen program secara keseluruhan
harus memastikan bahwa manajer lokal dan penyedia layanan kesehatan bekerja
sebagai tim multidisiplin dalam sistem kesehatan, dan mengkoordinasikan erat
dengan tokoh masyarakat dan organisasi yang terlibat dalam program ini, untuk
mencapai tujuan bersama. Komposisi tim perawatan paliatif terdiri :
1. Dokter
Dokter memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif
interdisipliner, harus kompeten di kedokteran umum, kompeten dalam
pengendalian rasa sakit dan gejala lain, dan juga harus akrab dengan prinsip-
prinsip pengelolaan penyakit pasien. Dokter yang bekerja di pelayanan
paliatif mungkin bertanggung jawab untuk penilaian, pengawasan dan
pengelolaan dari banyak dilema pengobatan sulit.
2. Perawat
Merupakan anggota tim yang biasanya akan memiliki kontak
terlama dengan pasien sehingga memberikan kesempatan unik untuk
mengetahui pasien dan pengasuh, menilai secara mendalam apa yang terjadi
dan apa yang penting bagi pasien, dan untuk membantu pasien mengatasi
dampak kemajuan penyakit. Perawat dapat bekerja sama dengan pasien dan
keluarganya dalam membuat rujukan sesuai dengan disiplin ilmu lain dan
pelayanan kesehatan. Peran perawat dalam
a. Konsultasi layanan paliatif
b. Penanggulangan nyeri
c. Penanggulangan keluhan lain penyerta penyakit primer
d. Bimbingan psikologis, social dan spiritual
e. Persiapan kemampuan keluarga untuk perawatan pasien dirumah
f. Kunjungan rumah berkala, sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
g. Bimbingan perawatan untuk pasien dan keluarga
h. Membantu penyediaan tenaga perawat homecare
14
i. Membantu penyediaan pelaku perawat (caregiver)
j. Membantu kesiapan akhir hayat dengan tenang dalam iman
k. Membantu dukungan masa duka cita
l. Konsultasi melalui telepon.
3. Pekerja sosial dan psikolog
Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi
masalah pribadi dan sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan
dukungan emosional/konseling selama perkembangan penyakit dan proses
berkabung. Masalah pribadi biasanya akibat disfungsi keuangan, terutama
karena keluarga mulai merencanakan masa depan.
4. Konselor spiritual
Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil dan tidak
menghakimi, mampu menangani pertanyaan yang berkaitan dengan makna
kehidupan. Sering juga berfungsi sebagai orang yang dipercaya sekaligus
sebagai sumber dukungan terkait tradisi keagamaan, pengorganisasian ritual
keagamaan dan sakramen yang berarti bagi pasien kanker. Sehingga
konselor spiritual perlu dilatih dalam perawatan akhir kehidupan
15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-
langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data,
klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan. Pengkajian meliputi
:
a. Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan
proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang
bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan
keperawatan .
b. Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan
petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
c. Data biografi /biodata meliputi identitas klien dan identitas penanggung
antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan
dan alamat.
d. Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak,
nyeri.
e. Riwayat kesehatan masa lalu, apakah pasien pernah mengalami penyakit
yang sama sebelumnya. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit
yang sama.
f. Pengkajian fisik meliputi keadaan umum, tingkah laku, BB dan TB,
Pengkajian head to toe
g. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya
menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran
ureum dan kreatinin. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan
kreatinin meningkat.
16
h. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae
adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan
pemeriksaan reseptor hormon.
i. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi
nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, personal hygiene, identifikasi
masalah psikologis, sosial dan spritual
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake
tidak adekuat.
3. Perencanaan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan
massa tumor
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
– Klien mengatakan nyeri berkurang
– Nyeri tekan tidak ada
– Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan
penyebaran.
2) Beri posisi yang menyenangkan.
3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
17
4) Ukur tanda-tanda vital
5) Penatalaksanaan pemberian analgetik
18
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap
penyakitnya.
2) Tinjau ulang efek pembedahan
3) Berikan dukungan emosi klien.
4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
19
berat.
4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh
dengan minyak.
5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi
dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap
biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,
kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat
respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian,
dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana
perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
5. Evaluasi
20
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan
pasien ke arah pencapaian hasil.
21
BAB IV CONTOH KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. N DENGAN CA. LAMBUNG
METASTASE PADA HEPAR STADIUM TERMINAL (HOME CARE)
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Tn. N
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Minahasa, Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Diagnose medis : Ca. Lambung metastase hepar
Diagnosa saat pengkajian: Ca. Lambung metastase hepar stadium terminal
B. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Nn. O
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan klien: Anak
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : S2
Alamat : Jalan Keadilan I no.53, Glodok, Jakarta Barat
C. KEADAAN UMUM
Lemah, klien hanya berbaring
Keluhan Utama : Mual
22
Riwayat Keluhan Utama
Keluarga mengatakan bahwa klien merasa mual saat akan diberi makan atau
minum dengan air mineral, susu atau jus dan merasa kesulitan menelan
Keluhan yang menyertai: nafsu makan berkurang
TANDA-TANDA VITAL
Kesadaran : E3V4M6, GCS 13, Kesimpulan: Apatis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Suhu Tubuh : 37,2 C
Nadi : 65x/m
Respirasi : 18x/m
D. 11 POLA FUNGSI GORDON
1. Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Riwayat penyakit lainnya : Tidak ada
a. Data Subyektif
1) Sebelum sakit
Keluarga mengatakan klien tidak pernah mengalami sakit
yang serius seperti ini, bila sakit, klien dan keluarga
memeriksakan diri ke rumah sakit. Dalam anggota
keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular atau
penyakit kronis, klien tidak memiliki alergi obat atau
makanan, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alcohol.
Klien rutin melakukan perawatan diri dengan mandi setiap
hari.
2) Saat sakit
Keluarga mengatakan bahwa klien didiagnosa menderita
Ca. Lambung pada Desember 2016, dan sudah menjalani
kemotherapy selama 8x di RS Singapura. Saat dokter
Singapura menyatakan bahwa Tn. N sudah tidak dapat
menjalani kemotherapy, ia dipulangkan ke Indonesia.
Pada tanggal 7 November 2017, Klien dibawa ke RS Puri
karena drop. Saat dirawat, klien terus meminta untuk
23
pulang dan tidak di rawat di RS. Akhirnya, pada tanggal
10 Novermber 2017 klien dipulangkan dan memutuskan
menjalani perawatan di rumah.
b. Data Obyektif
Kebersihan klien tetap dijaga dengan baik, kulit kepala terawatt
meskipun tampak sudah botak, rongga mulut kotor dan tampak
keputihan, kebersihan anus dan genitalia terjaga
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Data Subyektif
1) Sebelum sakit
Keluarga mengatakan bahwa nafsu makannya sangat baik,
makan 3x sehari 1 porsi, makan nasi, sayur dan lauk pauk,
minum 7 gelas per hari, jenis minuman air mineral dan teh
manis, tidak ada pantangan makan. BB: 70 kg
2) Sejak sakit
Keluarga mengatakan bahwa klien sangat kehilangan
nafsu makan, hanya minum air mineral 2 gelas (400 cc),
diberi susu dan jus bayam, tapi sering merasa mual dan
ingin muntah dan kesulitan untuk menelan. Klien cukup
sering merasakan nyeri seperti ditekan di bagian abdomen.
b. Data Objektif
Hidrasi kulit jelek (kembali >2 detik), kemampuan menelan sangat
kurang, kemampuan mengunyah keras (-), gigi sudah banyak yang
tanggal, mulut kotor dan tampak berwarna keputihan, bibir kering
dan pucat, asites(+). Skala nyeri 5. BB: 64 kg
3. Pola Eliminasi
a. Data Subjektif
1) Sebelum sakit
Keluarga mengatakan klien biasanya buang air kecil 6-
7x/hari lancar, berwarna kuning jernih dan buang air besar
1x/hari lunak dan berwarna kuning kecoklatan
2) Saat sakit
24
Keluarga mengatakan klien buang air kecil 2-3x/hari
sangat sedikit, berwarna kuning dan buang air besar
1x/hari berwarna cokelat dan tampak samar ada darah.
b. Data objektif
Peristaltic usus 10x/m, kandung kemih dalam keadaan penuh, tidak
terdapat peradangan pada anus maupun mulut uretra.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Data Subjektif
1) Sebelum Sakit
Keluarga mengatakan klien melaksanakan aktivitas
dengan baik, pergi ke kantor mengendarai mobil, dan
melakukan semua aktivitas secara mandiri.
2) Saat Sakit
Keluarga mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan
untuk melakukan semua aktivitas fisik, dan perlu bantuan
untuk menjalani aktivitas kesehariannya
b. Data Objektif
1) Observasi
ADL
Makan 4
Mandi 4
Berpakaian 4
Kerapihan 4
Buang air besar 4
Buang air kecil 4
Mobilisasi di tempat tidur 4
Ambulasi Kursi roda
Ket:
0 : Mandiri
1 : bantuan dengan alat
2 : Bantuan orang
3 : bantuan orang dan alat
25
4 : Bantuan penuh
Skala kanofsky = 40
2) Pemeriksaan fisik
Perfusi pembuluh perifer kuku : Cukup Baik (kembali
dalam 2 detik)
Thorax dan pernapasan
Inspeksi : Bentuk thorax normal, tidak ada
kelainan, stridor (-), Dyspneu d’Effort (-), sianosis (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara napas vesicular, suara ucapan
lemah, tidak ada suara tambahan
Jantung
Inspeksi : tidak terpasang alat pacu jantung
Palpasi :Ictus cordis terdapat pada
SIC(Spatinum intercosta) V di sebelah medial linea
midclavikularis sinistra
Auskultasi : HR 65x/m
Lengan dan tungkai
Atrofi otot : negative
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Data Subjektif
1) Sebelum sakit
Keluarga mengatakan klien biasanya tidur 5-6 jam
dimalam hari dan siang hanya istirahat sejenak karena
bekerja
2) Saat sakit
Keluarga mengatakan klien berbaring dan bisa beristirahat
dengan tenang
b. Data Objektif
26
Saat pengkajian, klien tampak sedang tertidur
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Data Subjektif
Keluarga mengatakan bahwa klien masih bisa mendengar dengan
baik, melihat dengan jelas, tidak ada gangguan penciuman dan bisa
merasakan makanan dengan baik sebelum dan saat sakit klien mulai
kehilangan kesadaran sehingga mulai terjadi penurunan fungsi alat
indra
b. Data objektif
Tidak dijumpai kelainan
7. Pola Persepsi dan Konsep diri
a. Data Subjektif
1) Sebelum sakit
Keluarga mengatakan bahwa klien sangat percaya diri
dengan penampilannya, tidak merasa malu dengan kondisi
tubuhnya
2) Sejak sakit
Keluarga mengatakan bahwa klien sudah menerima
penyakitnya sejak mulai menjalani kemotherapy.
b. Data Objektif
Klien tampak cukup tenang, tidak ada kelainan tubuh.
8. Pola Peran-Hubungan Sosial
a. Data Subjektif
Keluarga mengatakan hubungan antara anggota keluarga harmonis,
meskipun dalam keluarga terdapat perbedaan agama, begitu juga
dengan masyarakat sekitarnya. Banyak saudara, tetangga klien yang
datang menjenguk dan menunggu secara bergantian. Istri klien
sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Saat ini keluarga sementara
menunggu kepulangan salah satu anak klien dari luar negeri.
Keluarga sering bertanya tentang kondisi klien sekarang.
b. Data Objektif
27
Klien tampak cukup tenang, keluarga selalu mendampingi klien dan
mengajak klien untuk bercakap apabila klien bangun atau saat
merasa susah tidur. Keluarga tampak sedih melihat kondisi klien
dan mulai kurang berkomunikasi dengan klien saat klien sakit
9. Pola Reproduksi-seksualitas
a. Data Subyektif
Keluarga mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami
gangguan reproduksi apapun, dan klien memiliki 4 orang anak.
10. Pola Koping- Toleransi Stres
a. Data Subjektif
Keluarga mengatakan bahwa klien selalu menghadapi masalah
dengan tenang, dan selalu mengomunikasikan apa yang menjadi
masalahnya atau keluhan kepada keluarganya, dan saat ini klien
sudah menerima kondisi penyakitnya
b. Data Objektif
Klien mampu untuk beradaptasi dengan penyakitnya, TD 120/70
mmHg, denyut nadi 65x/menit, tidak berkeringat dingin
11. Pola Nilai Kepercayaan
a. Data Subjektif
Keluarga mengatakan klien menganut agama Kristen dan rutin
mengikuti kebaktian/ibadah di hari Minggu
b. Data Objektif
Klien tetap berdoa dan percaya bahwa ia bisa melewati segala
sesuatu yang terjadi dengan tuntunan Tuhan. Sudah dipanggilkan
pendeta untuk selalu mendoakan klien
E. DATA PENUNJANG
Dokter pemeriksa menyatakan bahwa usia klien sekitar 3 hari lagi
28
F. GENOGRAM
Ket:
Meninggal
Meninggal
Klien
Laki-laki
Perempuan
Tinggal Serumah
Keturunan (anak)
Menikah
Kesimpulan:
Ayah dan ibu dari orangtua klien telah meninggal dunia, ayah, ibu dan istri klien
juga sudah meninggal. Klien tinggal bersama anak ke-2 dan ke-3 nya. Dalam
keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis ataupun penyakit menular.
29
Penapisan Pasien Paliative Care
1 Penyakit Dasar Skor Jumlah
Skor
a. Kanker 2 2
b. PPOK 2
c. Stroke (dengan penurunan fungsional > 50%) 2
d. Penyakit Ginjal Kronis 2
e. Penyakit Jantung berat 2
f. HIV/ AIDS 2
30
Total Skor 10
Petunjuk skoring:
Total Skor = 0-2 tidak perlu intervensi paliatif
Total Skor = 3 Observasi
Total Skor = 4 perlu intervensi Paliatif
G. PENGUMPULAN DATA
1. Keluarga mengatakan bahwa klien sangat kehilangan nafsu makan,
hanya minum air mineral 2 gelas (400 cc tapi sering merasa mual
dan ingin muntah dan kesulitan untuk menelan
2. Hidrasi kulit jelek (kembali >2 detik), kemampuan menelan sangat
kurang, kemampuan mengunyah keras (-), mulut kotor dan tampak
berwarna keputihan, bibir kering dan pucat, asites (+)
3. Keluarga mengatakan klien buang air kecil 2-3x/hari sangat sedikit,
berwarna kuning tua dan buang air besar 1x/hari berwarna cokelat
tampak samar ada darah
4. Keluarga mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan untuk
melakukan semua aktivitas fisik, dan perlu bantuan untuk menjalani
aktivitas kesehariannya
5. Keluarga mengatakan klien sering merasa nyeri seperti ditekan pada
daerah abdomen
6. Peristaltic usus 10x/m, kandung kemih dalam keadaan penuh
7. Skala kanofsky = 40
8. Skala nyeri 5
9. Keluarga sering bertanya tentang kondisi klien sekarang
10. Keluarga tampak sedih melihat kondisi klien dan kurang
berkomunikasi dengan klien
11. Penurunan BB >10%
H. KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Keluarga mengatakan bahwa Hidrasi kulit jelek (kembali >2
klien sangat kehilangan nafsu detik), kemampuan menelan
31
makan, hanya minum air sangat kurang, kemampuan
mineral 2 gelas (400 cc), tapi mengunyah keras (-), mulut
sering merasa mual dan ingin kotor dan tampak berwarna
muntah dan kesulitan untuk keputihan, bibir kering dan
menelan pucat, asites(+)
Keluarga mengatakan klien Peristaltic usus 10x/m
buang air kecil 2-3x/hari sangat Skala kanofsky = 40
sedikit, berwarna kuning tua Skala nyeri 5
dan buang air besar 1x/hari Keluarga tampak sedih melihat
berwarna cokelat kehitaman. kondisi klien dan kurang
Keluarga mengatakan bahwa berkomunikasi dengan klien
klien mengalami kesulitan Penurunan BB>10$
untuk melakukan semua
aktivitas fisik, dan perlu
bantuan untuk menjalani
aktivitas kesehariannya
Keluarga mengatakan klien
sering merasa nyeri seperti
ditekan pada daerah abdomen
Keluarga sering bertanya
tentang kondisi klien sekarang.
32
I. PATHWAY
33
J. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Asupan nutrisi yang
Pengrusakan
Keluarga mengatakan tidak adekuat
dinding
bahwa klien sangat lambung
kehilangan nafsu
makan, hanya minum
air mineral 2 gelas (400 Peningkatan
cc), tapi sering merasa HCL
mual dan ingin muntah
dan kesulitan untuk
Merangsang
menelan
rasa mual
Keluarga mengatakan
klien buang air kecil 2-
3x/hari sangat sedikit,
Mual
berwarna kuning tua
dan buang air besar
1x/hari berwarna
anoreksia
cokelat kehitaman
DO:
Hidrasi kulit jelek
(kembali >2 detik),
kemampuan
mengunyah keras (-)
mulut kotor dan
tampak berwarna
keputihan
bibir kering dan pucat,
asites(+)
Penurunan BB>10 kg
DS: Nyeri
34
Keluarga mengatakan
Pengrusakan
klien sering merasa dinding
nyeri seperti ditekan lambung
Nyeri
epigastrium
Nyeri
meningk
DS: at Asupan cairan tidak
Pembuluh darah
Keluarga mengatakan ruptur adekuat
bahwa klien sangat
kehilangan nafsu
makan, hanya minum Perdarahan
gaster
air mineral 2 gelas (400
cc), tapi sering merasa
mual dan ingin muntah
Darah
dan kesulitan untuk
tercampur
menelan asam
DO: lambung
35
mulut kotor dan
Mendorong
tampak berwarna isi lambung
keputihan, bibir kering ke esofagus
Mual dan
muntah
Kesulitan
makan dan
minum
36
DS: Defisit pengetahuan
Stadium
Keluarga sering
lanjut
bertanya tentang
kondisi klien sekarang
DO:
Ancaman
Keluarga tampak sedih kematian
melihat kondisi klien
dan mulai jarang
berkomunikasi dengan Kurang
klien terpapar
informasi
mengenai
kondisi,
prognosis dan
pengobatan
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa
1 Gangguan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat, yang ditandai dengan :
DS:
Keluarga mengatakan bahwa klien sangat kehilangan nafsu
makan, hanya minum air mineral 2 gelas (400 cc), tapi sering
merasa mual dan ingin muntah dan kesulitan untuk menelan
Keluarga mengatakan klien buang air kecil 2-3x/hari sangat
sedikit, berwarna kuning tua dan buang air besar 1x/hari
berwarna cokelat kehitaman
DO:
Hidrasi kulit jelek (kembali >2 detik),
kemampuan mengunyah keras (-)
mulut kotor dan tampak berwarna keputihan
bibir kering dan pucat, asites(+)
37
Penurunan BB>10%
2 Nyeri berhubungan dengan pembesaran jaringan tumor
DS:
Keluarga mengatakan klien sering merasa nyeri seperti ditekan
pada daerah abdomen
DO:
Skala nyeri 5
3 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan
cairan yang tidak adekuat
4 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan dan ketahanan fisik yang ditandai dengan:
DS:
Keluarga mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan untuk
melakukan semua aktivitas fisik, dan perlu bantuan untuk
menjalani aktivitas kesehariannya
DO:
Skala kanofsky = 40
5 Ketidakefektifan Koping Keluarga berhubungan dengan deficit
pengetahuan
DS:
Keluarga sering bertanya tentang kondisi klien sekarang
DO:
Keluarga tampak sedih melihat kondisi klien dan mulai jarang
berkomunikasi dengan klien
38
L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1
hanya minum kearah BB menelan menelan napas dalam Kurang dari
air mineral 2 normal makanan membantu saat menelan kebutuhan tubuh
gelas (400 cc), Tanda proses belum teratasi
tapi sering Malnutrisi pencernaan P:
merasa mual tidak ada makanan Intervensi
dan ingin Peningkatan keperawatan 1-4
4.Kolaborasi
muntah dan tingkat 4.Obat antiemetik 4.Melayani dilanjutkan
dengan dokter
kesulitan untuk energy membantu therapy anti
untuk
menelan Tonus otot untuk emetic:
pemberian
Keluarga optimal mengurangi Omeprazole
therapy
mengatakan Tidak merasa antiemetik
rasa 1x sehari
klien buang air mual/muntah mual/muntah
kecil 2-3x/hari
sangat sedikit,
berwarna
kuning tua dan
buang air besar
1x/hari
berwarna
2
cokelat
kehitaman
DO:
Hidrasi kulit
jelek (kembali
>2 detik),
kemampuan
mengunyah
keras (-)
mulut kotor
dan tampak
berwarna
keputihan
bibir kering
dan pucat,
asites(+)
3
2 12 Nyeri Setelah 1.Observasi 1.Untuk 12 1. Mengkaji 13 S:
Nov berhubungan dilakukan adanya mengetahui No keadaan No Keluarga
201 dengan asuhan petunjuk adanya tanda v umum klien v mengatakan
7 pembesaran keperawatan nonverbal ketidaknyaman 201 201 klien tampak
jaringan tumor selama 12 jam, mengenai an 7 7 meringis
DS: nyeri kronis ketidaknyaman 10. 08. sesekali saat
Keluarga pasien an 15 00 nyeri terasa
mengatakan berkurang 2.Gunakan 2.Komunikasi 2. Menerapkan Keluarga
klien sering dengan kriteria strategi terapeutik komunikasi mengatakan
merasa nyeri hasil: komunikasi mampu terapeutik klien bias
seperti ditekan 1)Menyatakan terapeutik menciptakan bagi klien beristirahat
pada daerah rasa nyaman suasana relaks cukup baik saat
abdomen meningkat 3.Kendalikan 3.Lingkungan 3. Menjadikan diputarkan
DO: 2)Deviasi faktor yang tenang ruangan musik
Skala nyeri 5 ringan dari lingkungan membantu klien kondusif O:
kisaran nadi, yang dapat untuk untuk klien TTV:
frekuensi mempengaruhi beristirahat beristirahat Sb: 37,9 C
pernapasan, respon pasien N: 90x/m
suhu, tekanan terhadap R: 26x/m
4
darah normal ketidaknyaman TD: 140/90 mmhg
(Nadi: 60- an Tingkat
100 x/menit, 4.Dukung 4.Istirahat yang 4. Membantu Kesadaran: Apatis
RR: 12-20 istirahat/ tidur cukup untuk klien untuk Klien Beristirahat
x/menit, yang adekuat mengurangi istirahat cukup baik
Suhu: 36.5- rasa Keluarga
37.5, TD: ketidaknyama mendengarkan
100-130/70- nan dan langsung
90) 5.Monitor TTV 5.Mengetahui 5. Melakukan mengikuti anjuran
adanya pemeriksaan untuk memutar
perubahan TTV music
signifikan A:
6.Ajarkan teknik 6.Lebih mudah 6. Mengajarkan Masalah nyeri
non dilakukan oleh kepada belum teratasi
farmakologi klien secara keluarga P: Intervensi 1-6
langsung teknik non dilanjutkan
farmakologi:
memutarkan
musik
5
3 12 Resiko kekurangan Setelah 1.Pantau 1. Untuk 12 1. Memantau 13 S:
Nov volume cairan dilakukan masukan dan mengetahui No asupan cairan No Keluarga
201 berhubungan tindakan haluaran cairan jumlah cairan v dan frekuensi v mengatakan klien
7 dengan asupan keperawatan tubuh, turgor yang masuk 201 serta jumlah 201 minum hanya
cairan yang tidak selama 2x24 kulit dan keluar 7 BAK 7 sedikit 200 cc,
adekuat jam resiko 2.Tingkatkan 2. Membantu 10. 2. Membantu 08. BAK 3x, jarang
kekurangan asupan cairan memenuhi 20 klien untuk 10 merasa haus
volume cairan klien asupan cairan minum O:
tidak terjadi, 3.Anjurkan 3. Memenuhi 3. Memberi Turgor kulit
dengan kriteria keluarga untuk asupan cairan pendidikan berkurang >3
hasil: membantu kepada detik, infus
Terjadi klien minum keluarga berjalan normal
keseimbanga bila haus untuk A:
n antara membantu Resiko
masukan dan klien minum kekurangan
keluaran volume cairan
cairan 4.Kolaborasi 4. Pemberian 4. Memasang belum bisa
dengan dokter therapy IVFD dan dihindari
untuk tambahan untuk infus Nacl:D5
6
Kebutuhan pemberian mencegah (50:50) 500 P: Intervensi
cairan therapy IV dehidrasi cc/24 jam keperawatan 1-4
terpenuhi dilanjutkan
Menampilka
n hidrasi
yang baik
7
bahwa klien Klien mampu 3. Bantu klien 3. Dapat 3. Memban Masalah mulai
mengalami untuk dalam melakukan tu klien teratasi
kesulitan untuk melakukan melakukan pergerakan dalam P: Intervensi
melakukan mobilisasi aktivitas dengan aktivitas keperawatan 2-4
semua aktivitas hariannya bantuan harian: dilanjutkan
fisik, dan perlu makan,
bantuan untuk minum,
menjalani ganti
aktivitas pakaian
kesehariannya 4. Berikan 4. Mendorong 4. Memberi
DO: penguatan semangat klien kan
Skala kanofsky = positif selama untuk penguata
40 aktivitas beraktivitas n positif
berupa
kata-kata
penyema
ngat
5 12 Ketidakefektifan Setelah 1. Berikan 1. Memberik 12 1. Memberi 13 S:
Nov koping keluarga dilakukan informasi an No kan No
8
201 berhubungan tindakan kesehatan pengetahu v informas v Keluarga
7 dengan deficit keperawatan klien an kepada 201 i 201 mengatakan sudah
pengetahuan selama 1x24 secara keluarga 7 kesehata 7 memahami
DS: jam masalah spesifik tentang 10. n terkini 08. tentang kondisi
Keluarga ketidakefektifa kondisi 30 klien 30 klien, mampu
sering bertanya n koping terkini menerima keadaan
tentang kondisi keluarga dapat klien klien, merasa
klien sekarang teratasi, 2. Anjurkan 2. Membant 2. Memberi senang bisa lebih
DO: dengan kriteria keluarga u kan dekat dengan klien
Keluarga tampak hasil: untuk keluarga motivasi O:
sedih melihat Keluarga berfokus untuk positif Keluarga tampak
kondisi klien dan mengetahui pada menghind bagi cukup bisa
kurang tentang aspek ari pikiran keluarga mengontrol emosi,
berkomunikasi kondisi klien positif negative aktif berbicara
dengan klien Keluarga dari dengan klien,
mampu situasi pendeta datang
menerima klien dan berdoa
keadaan klien 3. Berikan 3. Hubungan 3. Memberi bersama keluarga,
kesempat interperso waktu anak klien yang
9
Berpartisipas an bagi nal dalam dan baru datang
i dalam keluarga keluarga kesempa menangis melihat
perecanaan untuk akan tan bagi keadaan klien,
perawatan menjalin membant keluarga belum bisa
komunik u dalam untuk menerima
asi proses selalu keadaanya yang
dengan berduka berkomu sekarang
klien nikasi A:
4. Libatkan 4. Melibatka 4. Mengaja Ketidakefektifan
tim n tim k dan koping keluarga
perawata lainnya melibatk mulai teratasi
n paliatif akan an P: Intervensi
lainnya menamba pendeta keperawatan
untuk h untuk dilanjutkan
membant motivasi datang
u bagi mendoak
keluarga keluarga an klien
dan
keluarga
10
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal, nDx Evaluasi
Jam
13 1 S:
November
Keluarga mengatakan klien sudah tidak bisa menelan, tidak bisa
2018
14. 15 mendengah instruksi
O:
Penurunan kesadaran tampak jelas: Stupor
A:
Masalah Gangguan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P:
Intervensi keperawatan dihentikan
2 S:
Keluarga mengatakan klien tampak meringis lebih sering
merasakan sakit
O:
TTV:
Sb: 39.4 C
N: 94x/m
R: 28x/m
TD: 140/90 mmhg
Tingkat Kesadaran: Stupor
Klien tampak merasa nyeri lebih sering, skala nyeri 8
A:
Masalah nyeri belum teratasi
P: Intervensi 1-6 dilanjutkan
3 S:
Keluarga mengatakan klien sudah tidak bisa minum, tidak
merespon saat ditanya
O:
Turgor kulit berkurang >3 detik, infus berjalan normal
A:
1
Resiko kekurangan volume cairan tidak bisa dihindari
P: Intervensi keperawatan 1-4 dihentikan
4 S: Keluarga mengatakan klien sudah tidak sadar lagi
O:
Klien tampak bersih, tidak terdapat tanda decubitus, tidak bisa
melakukan mobilisasi dengan baik
A:
Masalah belum teratasi
P: Intervensi keperawatan 2-4 dihentikan
5 S:
Keluarga mengatakan sudah bisa menerima, kecuali anak klien
yang tidak siap kehilangan klien
Anak klien mengatakan mengapa orang yang dia sayangi
selalu pergi meninggalkannya
O:
Keluarga tampak cukup bisa mengontrol emosi, pendeta datang
dan berdoa bersama keluarga, anak klien yang baru datang
menangis melihat keadaan klien, belum bisa menerima
keadaannya yang sekarang
A:
Ketidakefektifan koping keluarga mulai teratasi
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan
14.30 Klien dinyatakan meninggal dunia oleh dokter
Keluarga diberikan kesempatan untuk mengekspresikan rasa
kehilangan
15.00 Klien dimandikan dan dilakukan persiapan untuk prosesi
pemakaman
2
Pohon Masalah
MK 1: Kehilangan
Disfungsional &
Pengingkaran kehilangan
T No Perencanaan
N
g . Tujuan KH Tindakan keperawatan Rasional
o.
l Dx
1. 1 1 Setelah 1. Anak 1. Membina 1. Hubungan
5 dialakuk klien hubungan saling saling percaya,
n an dapat percaya antara anak dapat
o tindakan mengerti klien, keluarga, memudahkan
v keperaw arti sakit dengan sikap jujur, dalam
2 atan dan menerima, ikhlas, tindakan
0 selama 1 kematian dan empati seterusnya.
1 x 24 2. Anak 2. Menunjukan 2. Sebagai wujud
8 jam, klien perhatian pada anak perhatian kita
Anak dapat klien baik melalui
1 klien mengungk kata-kata maupun
6 dapat apkan dengan sikap.
. menyela perasaaan 3. Menanyakan 3. Untuk
0 esaikan ya kepada Anak mengetahui
0 masa 3. Anak klien pengalaman pengalaman
berkabu klien nya tentang kehilangan dan
ng dapat kematian. berduka klien
dengan menguran sebelumnya
tuntas. gi rasa
3
bersalah 4. Menjelaskan pada 4. Untuk
melalui anak klien bahwa meyakinkan
proses suaminya anak klien
berkabung meninggal bukan bahwa
. tidur. ayahnya telah
meninggal
6. Untuk
6. Mendorong anak
mengetahui
klien untuk
ungkapan
mengungkapkan
perasaan dari
perasaannya
klien
dengan
menanyakan apa
yang dipikirkan
selama ayahnya
masih hidup sampai
sekarang.
7. Menjelaskan pada
7. Agar anak
anak klien bahwa
klien tidak
ayahnya meninggal
merasa
bukan karena
bersalah atas
akibat dia.
4
kematian
ayahnya
8. Menejlaskan 8. Agar anak
kepada anak klien klien tidak
bahwa orang yang terus menangis
sudah meninggal dan bersedih
tidak perlu ditangisi
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
No.
NO. Tgl Evaluasi TTD
DX
1. 14 1 S : Anak klien mengatakan bahwa kematian
Nov sudah kehendak Tuhan
2018, O:
16.00 Anak klien tampak lebih tenang
Anak klien tanpak tidak menangis
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
5
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa melalui pencegahan dan
peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
Perawatan palliatif diantaranya yaitu penanganan rasa nyeri, pengambilan
keputusan yang tepat dalam penggunaan kemoterapi palliative.
B. SARAN
Melalui makalah ini diharapkan setiap tenaga kesehatan dapat saling
bersinergi guna menerapkan perawatan yang yang maksimal bagi pasien
paliatif khususnya pada klien dengan kanker.
6
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman teknis pelayanan paliatif kanker.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Jakarta
Mansjoer, dkk. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. EGC : Jakarta
Sjamsuhidajat. (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. EGC : Jakarta
Tapan. (2005). Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media
Komputindo, Jakarta