Professional Documents
Culture Documents
Pada dinding lateral nasofaring lebih kurang 1,5 inci dari bagian belakang
konka nasal inferior terdapat muara tuba eustachius. Pada bagian belakang
atas muara tuba eustachius terdapat penonjolan tulang yang disebut torus
tubarus dan dibelakannya terdapat suatu lekukan dari fossa Rosenmuller dan
tepat diujung atas posteriornya terletak foramen laserum. Pada daerah fossa ini
sering terjadi pertumbuhan jaringan limfe yang menyempitkan muara tuba
eustachius sehingga mengganggu ventilasi udara telinga tengah (Anas, 2008).
1. Kerentanan Genetik
Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama
timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal
disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.
Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk
mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak.
Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring :
1. Gejala Hidung
2. Gejala Telinga
3. Gejala Mata
4. Gejala Lanjut
5. Gejala Kranial
Gejala Kranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan mencapai saraf-saraf
kranialis. Gelajanya antara lain :
Sakit kepala yang terus menerus, rasa sakit ini merupakan metastase
secara hematogen
Sensitibilitas derah pipi dan hidung berkurang
Kerusakan pada waktu menelan
Afoni
Sindrom Jugular Jackson atau sindrom reptroparotidean mengenai N.
IX, N. X, N. XI, N. XII. Dengan tanda-tanda kelumpuhan pada Lidah,
palatum, Faring atau laring, M. Sternocleidomastoideus, dan M.
Trapezeus
Klasifikasi
Menentukan stadium dipakai sistem TMN (sistem tumorkelenjar-metastasis)
menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)
1. Sadium 0 = Tumor terbatas di nasofaring, tidak ada pembesaran, tidak ada
metastasis jauh.
2. Stadium II = Tumor terbatas di nasofaring, metastasis kelenjar getah bening
unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas
fossa supraklavikula, tidak ada metastasis jauh. Terjadi perluasan tumor ke
rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring, metastasis kelenjar getah
bening unilateral. Disertai perluasan ke parafaring, tidak ada pembesaran dan
metastasis kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar kurang
atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula, tidak ada metastasis
jauh.
3. Stadium III = Tumor terbatas di nasofaring, metastasis kelenjar getah bening
bilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa
supraklavikula, dan tidak ada metastasis jauh.
4. Stadium IVA = Tumor dengan perluasan intrakranial dan / atau terdapat
keterlibatan saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang
mastikator. Tidak ada pembesaran dan metastasis kelenjar getah bening
unilateral serta metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran
terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula. Tidak
ada metastasis jauh.
5. Stadium IVB = Tumor primer, tidak tampak tumor, tumor terbatas di
nasofaring, tumor meluas ke jaringan lunak, perluasan tumor ke orofaring dan
/ atau rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring, disertai perluasan ke
parafaring, tumor menginvasi struktur tulang dan / atau sinus paranasal,
tumor dengan perluasan intrakranial dan / atau terdapat keterlibatan saraf
kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang mastikator.
Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan ukuran lebih besar dari 6
cm, atau terletak di dalam fossa supraklavikula. Tidak ada pembesaran.
6. Stadium IVC = Tumor primer, tidak tampak tumor, tumor terbatas di
nasofaring, tumor meluas ke jaringan lunak, perluasan tumor ke rongga
hidung tanpa perluasan ke parafaring. Bisa jadi disertai perluasan ke
parafaring, tumor menginvasi struktur tulang dan atau sinus paranasal, tumor
dengan perluasan intrakranial dan atau terdapat keterlibatan saraf kranial,
fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang mastikator. Selain itu dapat
juga pembesaran kelenjar getah bening regional, pembesaran kelenjar getah
bening tidak dapat dinilai, tidak ada pembesaran, metastasi kelenjar getah
bening unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm,
diatas fossa supraklavikula, metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan
ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula,
Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan ukuran lebih besar dari 6
cm, atau terletak di dalam fossa supraklavikula, ukuran lebih dari 6 cm, di
dalam supraklavikula, dan terdapat metastasis jauh.
1. Petrosphenoid sindrom
Tumor tumbuh ke atas tengkorok lewat foramen laserum sampai sinus kavernosus
menekan saraf N. III. N. IV, N.VI juga menekan N.II yang menekan kelainan :
2. Retropariden sindrom
Sel-sel kanker dapat mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai
organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati,
dan paru. Hal ini merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk. Dalam
penelitian lain ditemukan bahwa karsinoma nasofaring dapat mengadakan
metastase jauh, ke paru-paru dan tulang, masing-masing 20% sedangkan ke hati
10%, ginjal 0,4%, dan tiroid 0,4%.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi konvisional foto tengkorak potongan antero- postofor
lateral, dan posisi waters tampak jaringan lunak di daerah nasofaring. Pada
foto dasar tengkorak ditemukan destruksi atau erosi tulang daerah fosa
serebia media.
2. Pemeriksaan tomografi, CT Scaning nasofaring. Merupakan pemeriksaan
yang paling dipercaya untuk menetapkan stadium tumor dan perluasan
tumor. Pada stadium dini terlihat asimetri dari saresus lateralis, torus
tubarius dan dinding posterior nasofaring.
3. Scan tulang dan foto torak untuk mengetahui ada tidaknya metastasis jauh.
4. Psemeriksaan serologi, beruoa pemeriksaan titer antibodi terhadap virus
Epsten-Barr ( EBV ) yaitu lg A anti VCA dan lg A anti EA.
5. pemeriksaan aspirasi jarum halus, bila tumor primer di nasofaring belum
jelas dengan pembesaran kelenar leher yang diduga akibat metatasisi
karsinoma nasifaring. pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk
mendeteksi adanya metatasis.
H. DIAGNOSIS
Persoalan diagnosis sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan CT-scan
daerah kepada dan leher, sehingga pada tumor primer yang tersembunyi pun tidak
akan terlalu sulit ditemukan. Pemeriksaan serologi lg A anti EA dan lg A anti VCA
untuk infeksi virus E-B telah menunjukkan kemajuan dalam mendeteksi
karsinoma nasofaring. Diagnosa pasti ditegakkan dengan melakukan Biopsi
nasofaring. Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : dari hidung
atau dari mulut.
Biopsi melaui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya ( blind
biopsy ). Cunam biopsi dimasukkan melalui ronga hidung menyulusuri konka
media de nasofaring kemudian cunam di arahkan ke lateral dan dilakukan biopsi.
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang
dimasukkan melalui hidung dan ujung keteter yang berada dalam mulut diterik
keluar dan diklem bersama-sama ujung keteter yang di hidung. Demikian juga
dengan keteter yang di hidung di sebelahnya, sehingga palatum mole tertarik ke
atas. Kemudian denan kaca laring di lihat daerah nasofaring. Biopsi dilakukan
dengan melihat tumoir melalui kaca tersebut atau memakai nasofaringoskop yang
dimasukkan melalui mulut, masa tumor akan terlihat lebih jelas. Biopsi tumor
nasofaring umumnya dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10%.
Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.
Pengkajian
a. Identitas Klien
Kaji identitas klien, nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis tentang penyakit yang diderita serta alamat
klien.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Terdapatnya benjolan berupa tumor ganas daerah kepala dan leher.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien sering mengalami pembengkakan atau benjolan pada leher berupa
tumor ganas yang terasa nyeri dan sulit untuk digerakkan.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan yang dapat memperparah penyakit seperti
lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu
tertentu. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan
kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang
diawetkan ( daging dan ikan). Penyakit yang pernah di derita klien pada
masa lalu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat penyakit keturunan, seperti faktor herediter atau riwayat kanker
pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker.
c. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Wajah, mata, rongga mulut dan leher.
Pemeriksaan THT:
Otoskopi : Liang telinga, membran timpani.
Rinoskopia anterior :
- Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak
sekret.
- Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup
sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif.
Rinoskopia posterior :
- Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol,
tak rata dan paskularisasi meningkat.
- Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan.
sFaringoskopi dan laringoskopi :
- Kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring; reflek muntah
dapat menghilang.
X – foto : tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan
3) Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,
perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami
gangguan eliminasi.
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Ada benjolan di leher kanan
Riwayat Kesehatan Sekarang
± 3 bln SMRS klien mengeluh adanya benjolan dileher kanan sebesar bola
pingpong makin lama makin membesar dan terasa nyeri. Leher terasa sulit untuk
digerakan. Berat badan menurun 3 kg. Klien lalu berobat ke poli THT Rs M.
Djamil dirawat 20 hari dan dilakukan operasi, lalu dinyatakan kanker nasofaring,
lalu dirujuk untuk dilakukan kemoterapi.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0c
Nadi : 105 x/menit
Rr : 26x/menit
TD : 140/100 mmHg
Kulit
Warna kulit : sawo matang
Kelembapan : lembab
Kebersihan : bersih
Kepala
Bentuk : Simetris
Kebersihan : bersih
Rambut
Warna : hitam putih
Kebersihan : Bersih
Mata
Bentuk : Simetris
Fungsi penglihatan : Dapat melihat dengan jelas
Kebersihan : Bersih
Telinga
Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
Hidung
Bentuk : Simetris
Fungsi penciuman : Tidak dapat membedakan bau
Kebersihan : kurang bersih
mulut
Bentuk ; simetris
Kelembapan : kering
Fungsi pengecap : dapat membedakan rasa
Kebersihan : Kurang Bersih
Abdomen
Bentuk :Simetris
Perkusi : Timpani
Genitalia
Kebersihan : Kurang bersih
Masalah : Tidak ada masalah
leher
Ada benjolan sebesar bola pimpong disebelah kanan.Kanker Nasofaring sudah
pada stadium 3 dengan ciri ciri : terdapatnya tumor ganas, terdapat pembesaran
tapi masih bisa digerakkan dan tidak ada metastase.
5. Analisa Data
DX.1 Nyeri berhubungan dengan Inflamasi Penyakit
DS:
- Klien mengeluhkan nyeri pada leher sebelah kanan.
- Leher terasa sakit untuk digerakan
- Klien mengeluhkan susah tidur dan sering terbangun.
DO:
- Ada benjolan sebesar bola pimpong dileher sebelah kanan sejak 3 bulan yang lalu.
- Nadi: 105 x/menit N= 60-100x/menit
- Pernapasan: 26x/menit N= 16-24x/menit
DX.2 Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
DS:
- Klien tidak nafsu makan.
DO:
- Klien mengalami penurunan BB 3kg.