Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era industrialisasi seperti saat ini, negara Indonesia harus turut
andil untuk bersaing industri secara kompetitif. Untuk mendapatkan hasil yang
yang mampu bekerja secara produktif sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
keselamatan dan kesehatan para pekerjanya. Semakin cukup kuantitas dan kualitas
fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja, maka semakin tinggi pula mutu kerja
Kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau
rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja. Kesehatan dalam ruang lingkup
keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun
1
kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan
perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan
karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah
pada interaksi pekerja dengan mesin atau peralatan yang digunakan, interaksi
pekerja dengan lingkungan kerja, dan interaksi pekerja dengan mesin dan
multidisiplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip ilmiah dalam memahami
lingkungan industri ataupun lingkungan luar industri, selain itu kesehatan dan
fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur,
kerja seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, dan faktor psikologi
lingkungan kerja dan tenaga kerja dan salah satu contoh faktor fisik adalah
2
yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek yang dikerjakan secara
jelas, cepat tanpa upaya yang tidak perlu. Pencahayaan ditempat kerja yang
(Quality of Vision). Demikian pula dekorasi pada tempat kerja menentukan tingkat
kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan
(Soeripto, 2008).
ataupun psikologis bagi para tenaga kerja. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
kelelahan otot mata dan kelelahan saraf mata sebagai akibat tegangan yang terus
menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan pada mata secara
ruangan yang kurang baik. Ruang yang dirancang haruslah memungkinkan orang
benda dengan jelas aktivitas didalam ruang akan terganggu. Sebaliknya, cahaya
3
terlalu terang juga dapat mengganggu penglihatan yaitu menyebabkan kesilauan
(Sukawi, 2013).
membaca. Kegiatan membaca tidak bisa lepas dari pencahayaan, sebab kegiatan
ini berhubungan langsung dengan indra penglihatan, yaitu mata. Setidaknya ada
didapat dari lampu. Dua hal penting yang berhubungan dengan pencahayaan,
yaitu jenis bola lampu dan jenis lampu yang dipakai, seperti lampu meja, lampu
yang tidak memenuhi standar tersebut dapat mempengaruhi kesehatan mata dan
pencahayaan mempunyai tingkat kesesuaian antara 30% sampai 60%. Kondisi ini
disebabkan oleh distribusi pencahayaan yang kurang baik karena banyak lampu
yang mati, intensitas yang rendah, tata letak peralatan yang kurag baik, serta
warna ruangan yang agak gelap. Disamping itu, terdapat perpustakaan yang
4
mempunyai pencahayaan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan silau,
yang umum dirasakan oleh mahasiswa dan pegawai adalah mata selalu terasa
lux, meja resepsionis 117-224 lux dan meja komputer lantai 1 sebesar 55-120 lux,
posisi meja yang tidak dibawah cahaya tidak sesuai standar. Hasil responden
85% dari standar. Sarana penunjang terkait pencahayaan sesuai dengan standar.
(2014) sarana penunjang perpustakaan juga merupakan aspek yang perlu dilihat
untuk menunjang hasil observasi. Dalam Darudi (2006), para akar ilmu
tinggi, yang membantu tercapainya Tri Dharma Perguruan Tinggi atau Catur
5
Penelitian di atas menujukkan betapa pentingnya memperhatikan faktor
mahasiswa untuk melakukan aktivitas visual yang tinggi seperti mencari koleksi,
pencahayaan diruangan tersebut. Maka dari itu, perlu dilakukan pengukuran data
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang kami lakukan adalah : Untuk mengetahui
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
intensitas pencahayaan pada ruangan belajar dilihat dari atas meja belajar.
6
BAB II
bahwa seseorang dapat terpapar kelelahan mata apabila pencahayaan yang ada
pencahayaan ruangan belajar jika dilihat dari atas meja belajar. Semua faktor yang
konsep. Sehingga bagan yang ada seperti terlihat pada gambar 3.1.
Tingkat pencahayaan
Intensitas pencahayaan
Respon subyektif
sesuai standar pencahayaan
ruangan belajar
Faktor Penunjang pencahayaan
Pemeliharaan pencahayaan
1. Intensitas pencahayaan
cahaya pada ruangan kerja yang menerangi permukaan kerja sehingga objek di
tempat kerja bagian produksi terlihat oleh mata tenaga kerja yang diukur dengan
7
Kriteria Objektif:
2. Respon subjektif
Respon subyektif dalam penelitian ini adalah respon yang dirasakan oleh
keluhan saat beraktivitas, kesan pertama saat masuk perpustakaan dan ada
warni dinding dan udara dalam ruang (asap rokok dan sebagainya). Data diperoleh
4. Pemeliharaan pencahayaan
8
pemeliharaan pencahayaan dan pengetahuan pengelola terkait jenis lampu yang
digunakan.
C. Hipotesis
a. Terdapat perbedan yang signifikan antara intensitas cahaya bola lampu pijar dan
bola lampu hemat energi.
b. Tidak terdapat perbedan yang signifikan antara intensitas cahaya bola lampu pijar
dan bola lampu hemat energi.
9
BAB III
A. Jenis Penelitian
suatu penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang
menggunakan metode kualitatif studi kasus (case study). Studi kasus adalah
bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara
(Semiawan, 2010).
Penelitian ini akan dilakukan diruangan belajar tepatnya pada salah satu
rumah teman kelompok yang dilakukan pada 27 April 2018 yang meliputi
kegiatan penelitian.
1. Populasi
10
Seluruh ruangan yang ada di dalam rumah.
2. Sampel
Sampel adalah ruangan belajar yang ada dirumah yaitu yang terletak pada
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study) yang memilih 1
D. Instrumen Penelitian
a. Luxmeter
Hampir semua luxmeter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan
layer panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel
11
foto sebagai energy yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin
banyak cahaya yang diserap oleh sel, maka arus yang dihasilkan makin besar.
Cara pengukurannya yaitu sensor ditempatkan pada tempat kerja atau pada
tempat dimana intensitas cahaya harus diukur dan alat akan secara langsung
memberikan hasil pembacaan pada layar panel. Agar tidak terjadi kesalahan
E. Pengolahan data
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan
12
Penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data. Sebelum diolah,
data diteliti apabila ada kesalahan, sehingga akan diperiksa dan diperbaiki
menggunakan skala guttman yaitu memberikan kode skor 0 untuk jawaban yang
tidak tepat dan kode skor 1 untuk jawaban yang tepat. Pada kuesioner penelitian,
hanya terdapat satu jawaban tepat pada pertanyaan yang memiliki dua pilihan
informasi yang tidak relevan atau yang tidak diangkat menjadi penelitian.
13
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di runagan belajar pada tanggal 27 April 2018. Besar
Pemaparan hasil penelitian ini dibagi atas tiga, yakni pertama tentang
tidak merata, keluhan saat beraktivitas, kesan pertama saat masuk ruangan belajar
dan ada tidaknya bayangan saat berakivitas serta sarana pencahayaan dan kelima,
menggunakan alat Luxmeter dengan ketinggian 3,1 meter yang diukur dari
armatur. Dalam satu armatur terdapat dua jenis lampu pijar dan lampu hemat
energi dengan masing-masing daya 8 watt dan 40 watt untuk setiap lampu dengan
14
masa penggunaan enam tahun, maka diperoleh hasil pengukuran intensitas
Tabel 4.2.1
Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Meja Belajar
di Ruangan Belajar 2018
Data Pengukuran
a) Lampu Pijar
Luas Lux Daya (Watt)
Waktu Arus Cos
Ruang
No Tegangan (Volt)
(menit (m2) Terukur Alami (A) Phi Terpasang Terukur
ke-)
15
Tabel 4.2.2
Gambaran Hasil Observasi Tata Letak Sarana Penunjang Beraktivitas
Terkait Pencahayaan di Ruang BelajarPusat Universitas Hasanuddin Tahun
2018
No Hasil Observasi Kategori Kesesuaian
1. Kondisi ruang Tertutup, karena Sesuai
lebih dari 90%
ruangan
menggunakan
pencahayaan
buatan.
2. Jenis permukaan benda-benda Menyerap, karena Sesuai
dalam ruang tidak membuat
silau
3. Warna-warni dinding Terang, berwarna Sesuai
biru
(2014) untuk sarana penunjang perpustakaan, hasil yang didapat adalah semuanya
memenuhi standar yang ada. Kondisi ruangan tertutup, jenis benda dalam ruangan
menyerap cahaya, warna dinding terang dan tidak ada asap dalam ruangan.
B. Pembahasan
1. Keterbatasan penelitian
tidak menemukan data sekunder atau penelitian pendahulu yang berkaitan dengan
waktu pengukuran atau tidak secara berulang, sehingga hasil yang diperoleh
16
kurang akurat karena peneliti tidak memperhatikan pengukuran saat pemasangan
lampu.
pencahayaan sistem alami dan 272 lux untuk pencahayaan yang menggunakan
sistem pencahayaan buatan. Hasil menunjukkan bahwa nilai tersebut tidak sesuai
yaitu sebesar 300 lux. Berdasarkan standar SNI 16-7062-2004 Pekerjaan kantor
yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat
haruslah mempunyai kekuatan anatara 300 lux dan ketentuan standar intensitas
lux.
belajar yang dinilai hanya berdasarkan tempat mereka belajar. Selain itu ada
Respon subjektif yang dirasakan oleh informan saat berada diruang belajar
17
kurang merata karena ada bagian yang redup dan ada bagian yang terang, ketika
yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Lebih
dari itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih
baik dan keadaan yang menyegarkan. Sebaliknya, jika lingkungan kerja memiliki
daya dan efesiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal-pegal didaerah mata,
kecelakaan.
mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat yang disebabkan oleh cahaya
kesilauan. Penerangan yang memadai bisa dengan sesuai atau mendekati Nilai
Ambang Batas (300 lux) dapat mencegah astenopia (kelelahan mata) dan
yaitu pencahayaan yang dibawah Nilai Ambang Batas (<300 lux ) atau melebi
18
Gambaran sarana penunjang pencahayaan perpustakaan didapatkan dari
pencahayaan yaitu kondisi ruangan tertutup, jenis benda dalam ruangan menyerap
cahaya, warna dinding terang dan tidak ada asap rokok dalam ruangan. Kondisi
seperti meja, kursi lemari, dll. tidak membuat silau. Warna dinding terang yanitu
berwarna biru, dan tidak ada asap rokok didalam ruangan. Sehingga dapat ditarik
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya buatan
menggunakan sumber cahaya dari matahari pada siang hari. Manfaat pencahayaan
dengan kualitas cahaya yang mirip dengan kondisi alami diluar bangunan. Selain
silau dan berlebihnya rasio tingkat terang. Cahaya alami dalam sebuah bangunan
19
juga dapat memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan membawa efek
Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan juga dapat memberikan kesan
karena benda-benda didalam ruangan seperti meja, kursi lemari, dll. tidak
ada atau tidaknya kesilauan langsung (direct glare) atau kesilauan karena pantulan
cahaya dari permukaan yang mengkilap (reflected glare) dan bayangan (shadow).
Kesilauan adalah cahaya yang tidak diinginkan (unwanted light) yang dapat
Warna dinding pada ruangan belajar berwarna biru yang memberi kesan
terang pada mata. Warna cat dinding yang terang seperti warna krem, kuning
krimrose dan putih cemerlang, dan biru akan menipu mata hingga berpikir bahwa
area ini lebih cerah dan lapang daripada yang sebenarnya. Warna ini juga akan
20
dinding putih yang kusam atau warna yang gelap akan membuat ruang terasa
Hasil observasi ruangan belajar tidak menemukan adanya asap rokok dalam
mikro organisme seperti jamur berkembang lebih cepat karena pada dasarnya
sinar matahari yang mengandung ultra violet dapat membunuh mikro organisme
seperti jamur. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas ruangan adalah
suhu. Suhu yang tidak tepat dapat menyebabkan stres, dan membuat mata tegang.
21
BAB V
A. KESIMPULAN
dibawah cahaya lampu nilai pencahayaannya mencapai nilai 300 lux, tapi titik
yang tidak dibawah lampu hanya kurang dari 100 lux, jauh dibawah standar yaitu
300 lux. Pengukuran pada 3 titik pada meja belajar menunjukkan hasil
yang mendekati standar. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa masih kurang
B. Saran
kondisi lampu sehingga jika ada yang sudah mulai rusak, seperti berkedip atau
mati dapat segera dilakukan perbaikan karena usia lampu yang sudah berumur
enam tahun.
redup
2. Bagi peneliti
22
Penelitian selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini sampai analisa bivariat
ergonomis.
23
DAFTAR PUSTAKA
Alami (Studi Kasus Lab. Elektronika dan Mikroprosessor UNTAD). Jurnal Ilmiah
Hidayatullah
Darudi & Umi Wardana. 2006. Peranan Perpustakaan dalam pendidikan dalam Buletin
Inslam Indonesia.
Deni. 2010. Analisa Kelelahan Mata Pekerjaan sebelum dan Sesudah Bekerja pada
Dora, Purnama Esa dan Poppy, Firtatwentyna Nilasari. 2011. Pemanfaatan Pencahayaan
Kristen Petra.
Indonesia.
Meiliana, Winda. 2010. Integrasi Sistem Pencahayaan Alami dan Buatan dalam Galeri.
24
Mukono HJ.1999. prinsip-prinsip dasar kesehatan lingkungan. Airlangga University
Press.
2003, USA.
Pane, Felita Ersalina Samara. 2012. Analisis Pengaruh Suhu Ruangan dan Intensitas
Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga.
Rai, Padmanaba Cok Gd. 2006. Pengaruh Pencahayaan Dalam Ruang Terhadap
25