You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GOUT ARTRITIS

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Artritis pirai (gout) adalah kelompok penyakit heterogen sebagai akibat
deposisi kristal monosodium urat (MSU) pada jaringan atau akibat supersaturasi
asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Penyakit ini sering menyerang pria
paruh baya hingga manula dan wanita postmenopause. Manifestasi klinik
deposisi urat meliputi artritis gout akut dan kronik yang episodik, akumulasi
kristal pada jaringan yang merusak tulang (tofi), batu asam urat dan nefropati
gout. Gangguan metabolisme yang mendasari gout adalah hiperurisemia
(peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl pada pria dan 6,0 mg/dl pada wanita).
Sejak tahun 1960-an telah diterima konsep bahwa timbunan kristal urat pada
persendian adalah sebagai penyebab artritis gout. Gout Akut biasanya
monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awitan serangan gout adalah
rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien mungkin juga menderita
demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan akut mungkin didahului
oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres emosional.
Meskipun yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi
sendi lainnya dapat juga terserang. Dengan semakin lanjutnya penyakit maka
sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku dapat terserang
gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri. Kebanyakan gejala-
gejala serangan Akut akan berkurang setelah 10-14 hari walaupun tanpa
pengobatan.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan umum :Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal yaitu Gout Artritis
3. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1) Definisi penyakit Gout Artritis
2) Etiologi penyakit Gout Artritis
3) Manifestasi klinik Gout Artritis
4) Patofisiologi penyakit Gout Artritis
5) Komplikasi penyakit Gout Artritis
6) Pemeriksaan diagnostik penyakit Gout Artritis
7) Penatalaksanaan penyakit Gout Artritis
8) Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Gout
Artritis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. PENGERTIAN

Gout atau gout artritis atau artritis pirai yaitu Suatu penyakit yang
ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa
sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul
di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia).
Suatu kelainan metabolik yang mana laki-laki delapan sampai sembilan
kali lebih sering terkena daripada wanita. (Perawatan Medikal Bedah 2. hal
351, Barbara C. Long)
Gout adalah kerusakan metabolic yang ditandai dengan peningkatan
konsentrasi serum asam urat dan deposit kristal asam urat dalam cairan
sinovial dan disekitar jaringan sendi. Gout juga dapat didefinisikan sebagai
kerusakan metabolisme purin herediter yang menyebabkan Peningkatan asam
urat yang terakumulasi dalam jaringan tubuh dan sendi.Gout merupakan
kelompok keadaan heterogenous yang berdasarkan efek genetic pada
metabolisme purin (hiperuresemia). Pada keadaan ini biasa terjadi over
sekresi asam urat atau detek renal yang mengakibatkan sekresi asam
urat/kombinasi keduanya.
Artritis pirai (gout) adalah jenis artropati kristal yang patogenesisnya
sudah diketahui secara jelas dan dapat diobati secara sempurna. Secara klinis,
artritis pirai merupakan penya-kit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan
artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di
dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbul-kan batu
saluran kemih. Kelainan ini dipengaruhi banyak faktor antara lain gangguan
kinetik asam urat misalhya hiperurikemia. Artritis pirai akut disebabkan oleh
reaksi inflamasi jaring-an terhadap pembentukan kristal monosodium urat
monohidrat. Tidak semua orang dengan hiperurikemia adalah penderita
artritis pirai atau sedang menderita artritis pirai. Akan tetapi risiko terjadi
artritis pirai lebih besar dengan meningkatnya konsentrasi asam urat darah.

2. ETIOLOGI
Asam urat merupakan zat sisa yang dibentuk oleh tubuh pada saat
regenerasi sel.Beberapa orang yang menderita gout membentuk lebih banyak
asam urat dalam tubuhnya dan tubuh tidak efektif dalam membuang asam
urat melalui air seni, sehingga asam urat menumpuk dalam darah. Genetik,
jenis kelamin dan nutrisi (peminum alkohol, obesitas) memegang peranan
penting dalam pembentukan penyakit gout.
Oleh karena itu penyebab gout adalah hiperurisemia umum. Asam urat,
urin produk degradasi, disintesis terutama di hati. 2 / 3 dari total asam saraf
diekskresi oleh ginjal, dan sisanya disekresi ke dalam usus. Menyebabkan
hiperurisemia dapat dibagi menjadi sebagai akibat dari gangguan atas
produksi dan gangguan akibat penurunan klirens saraf di ginjal. Sebagian
besar kasus gout (90%) berasal dari saraf sekresi asam menurun. 5% dari
pasien mengalami over produksi asam sebagai akibat dari defek enzim otot
yang diturunkan (fosforibosiltransferase adenin defisiensi hipoksantin-guanin
(juga dikenal sebagai sindrom
Penyebab timbulnya gejala artritis akut adalah reaksi inflamasi jaringan
terhadap pembentukan kristal monosium urat monohidrat. Sehingga dari
penyebabnya, penyakit ini digolongan sebagai kelainan metabolik. Kelainan
ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperurisemia.
Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena 2:

1. Pembentukan asam urat yang berlebihan.


a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang
bertambah.
b. Gout sekunder metabolik, disebabkan oleh pembentukan asam
urat yang berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia,
terutama bila diobati dengan sitostatika, psoriasis,polisitemia
vera, dan mielofibrosis.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di
tubuli distal ginjal yang sehat.
b. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal,
misalnya gagal ginjal kronik.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang, namun secara klinis hal
ini tidak begitu penting
3. PATHWAY

Primer:
Sekunder:
Kelainan metabolisme
purin bawaan
Diit
Obat‐obatan
Proses penyakit

PurinTinggi

Metabolisme di Hati (teroksidasi)

Asam urat tinggi

Gangguan filtrasi
di ginjal

Darah Urin

Hiperuricemia Peningkatan
asam urat di urin

Penumpukan

di sendi

Pembentukan kristal
(thopi)

Sumber :
Arina Malya(2003)
Reeves, Gayle Roux, dan Robin (2001)
Nyeri

Gangguan Resiko
pergerakan Jatuh
4. FATOFISIOLOGI
Antara produksi dan ekskresi. Sekitar dua pertiga (2/3) Jumlah yang,
diproduksi setiap hari diekskresikan melalui ginjal dan sisanya melalui feses.
Serum asam urat normal dipertahankan antara 3,4 – 7,0 mg/dl pada pria
dan 2,4 – 6,0 pada wanita, pada level lebih dari 7,0 mg/dl akan terbentuk
kristal monosodium urat.
Faktor-faktor yang merupakan presipitasi pembentukan kristal dan
deposit di jaringan antara lain
1. Penurunan PH cairan ekstraseluler
2. Penurunan protein plasma pengikat kristal-kristal urat
3. Trauma jaringan
4. Peningkatan kadar asam urat dari diet

Biasanya menyerang satu persendian, terjadi secara tak terduga, terjadi


pada malam hari yang dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol dan
pembelahan. Pada level ini asam urat di dalam persendian menimbulkan
respon inflamasi, selanjutnya leukosit Poli Morfo Nuklear (PMN)
menginfiltrasi persendian dan memfagosit kristal-kristal urat yang
menyebabkan kematian leukosit PMN, pengeluaran enzim-enzim lisosom
serta mediator-mediator inflamasi lainnya kedalam jaringan. Hal ini
menyebabkan sendi yang terserang terlihat kemerahan, papas, bengkak dan
terasa nyeri.
Sekitar 50% serangan gout arthritis akut terjadi pada sendi
metatarsophalangeal tumit, sedangkan bagian tubuh lain yang juga
mengalami serangan; ankle, tumit, lutut, jari-jari tangan dan siku. Nyeri
bertambah dalam beberapa jam yang disertai keluhan demam serta
peningkatan angka leukosit (white blood cell) dan sedimen rate.Serangan akut
gout ini dapat terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Hampir
60% penderita mengalami serangan ulang setelah satu tahun.

5. GEJALA KLINIS
Terdapat empat tahap, dari perjalanan klinis penyakit gout yang tidak
diobati, yaitu
1. Tahap pertama adalah hiperurisemia
Dalam tahap ini penderita tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari
peningkatan asam urat serum. Hanya 20% dari penderita hiperurisemia
asimtomatik yang berlanjut menjadi serangan gout akut.
2. Tahap kedua adalah artritis gout akut
Pada tahap ini terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri luar
biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan metatorsofalangcal. Artritis
bersifat monoartikular dan menunjukkan tanda-tanda peradangan lokal.
Mungkin terdapat demam dan peningkatan jumlah sel darah putih.
Serangan gout akan biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat
memakan waktu 10-14 hari.
3. Tahap ketiga adalah tahap interkritis
Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun.
4. Tahap keempat adalah gout kronik
Di mana timbunan urat terus bertambah dalam beberapa tahun jika
pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik akibat kristal-kristal asam
urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan dari sendi yang bengkok. Serangan akut dari artritis gout
dapat terjadi dalam tahap ini. Awitan dan ukaran tofi secara
proporsional mungkin berkaitan dengan kadar asam urat. Bursa
olekranon, tendon Archilles, permukaan ekstensor lengan bawah, bursa
infrapatelar, dan heliks telinga adalah tempat-tempat yang sering
dihinggapi tofi.

6. PEMERIKSAAN DIAKNOSTIC
Manifestasi klinis yang mengarah ke diagnosis gout harus dikonfirmasi
dengan aspirasi cairan sendi atau deposit tofi. Pada serangan gout akut,
ditemukan kristal MSU yang sebagian besar terletak intraseluler. Cairan
terlihat berawan (cloudy) oleh karena leukosit, dan kristal dalam jumlah besar
membuat cairan terlihat seperti pasta tebal berwarna pucat (thick pasty or
chalky joint fluid). Infeksi bakteri dapat ditemukan bersamaan dengan kristal
urat. Jika ada kecurigaan ke arah artritis septik, cairan harus dikultur. Kristal
MSU dapat ditemukan pada artrosentesis sendi MTP I dan lutut yang sedang
tidak dalam serangan gout akut. Teknik ini berguna untuk menegakkan
diagnosis gout interkritikal (gout between attacks).
Kadar asam urat dalam serum dapat normal atau rendah saat serangan
akut. Hal ini berhubungan dengan terapi hipourisemik atau obat-obatan lain
yang menurunkan kadar asam urat. Tetapi, asam urat dalam serum hampir
selalu meningkat dan dapat digunakan untuk melihat kemajuan terapi
hipourisemik.
Kadar asam urat dalam urin 24 jam berguna untuk menentukan risiko
litiasis, menentukan produksi asam urat yang berlebih (overproduction) atau
ekskresi asam urat yang kurang (underexcretion), danmenetukan regimen
terapi hipourisemik yang akan digunakan. Jika ekskresi asam urat >800 mg
per 24 jam pada diet reguler, kita harus memikirkan penyebab produksi purin
yang berlebih. Urinalisis, Blood Urea nitrogen (BUN), hitung leukosit, dan
profil lipid berguna dala menentukan kemungkinan sekuel serangan gout dan
penyakit-penyakit lain yang memerlukan terapi.
1. Gambaran Radiologis
Gambaran radiologis yang khas pada artritis gout menahun (chronic
tophaceus gout) adalah perubahan kistik, erosi berbatas tegas yang
dideskripsikan sebagai punched out lesions dan penggir tulang yang
overhanging (Martel’s sign atau G sign). Gambaran ini berhunbungan
dengan kalsifikasi jaringan lunak. Tetapi, gambaran radiografis serupa
juga dapat ditemui pada osteoartritis erosif, artripati apatit destruktif,
dan rheumatoid arthritis.
2. USG

3. Computed Tomografi
Computed tomography images demonstrating extensive tophaceous
deposits. Three-dimensional volume-rendered computed tomography
images of the right foot from a patient with chronic gout, demonstrating
extensive tophaceous deposits (visualized as red) – particularly at the
first metatarsal phalangeal joint, midfoot and Achilles tendon. (a)
Dorsal view and (b) lateral view.

Perez-Ruiz et al. Arthritis Research & Therapy 2009

4. MRI

a) Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan


inflamasi
b) SDP meningkat (leukositosis)
c) Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
d) Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah
mikroskop khusus akan tampak kristal urat yang berbentuk
seperti jamur
e) Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk
menunjukkan masa tefoseus dan destruksi tulang dan perubahan
sendi

7. PENATALAKSANAAN
Setiap stadium gout yaitu stadium akut dan interkritikal memerlukan
pengobatan agar tidak menimbulkan komplikasi. Tujuan pengobatan adalah :
a) Secepatnya menghilangkan rasa nyeri karena artritis akut.
b) Mencegah serangan ulang.
c) Mencegah destruksi sendi dan pembentukan tofi.
d) Mencegah pembentukan batu ginjal dan timbulnya mikrotofi pada
parenkim ginjal.

1)Non Medikamentosa
Bagi yang telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya
membatasi diri terhadap hal-hal yang bisa memperburuk
keadaan. Misalnya, membatasi makanan tinggi purin dan memilih
yang rendah purin.10
Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin :
a . Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi
(150-800 mg/100 gram makanan) adalah hati, ginjal,
otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang,
sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi
(tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.
b . Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang
(50-150 mg/100 gram makanan) adalah ikan yang tidak
termasuk golongan A, daging sapi, kerang-kerangan,
kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus,
buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
c . Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih
ringan (0-50 mg/100 gram makanan) adalah keju, susu,
telur, sayuran lain, buah-buahan.
Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat
melebihi 7 mg/dl dengan tidak mengonsumsi bahan makanan
golongan A dan membatasi diri untuk mengonsumsi bahan
makanan golongan B. Juga membatasi diri mengonsumsi lemak
serta disarankan untuk banyak minum air putih.
Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala
peninggian asam urat darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
Hal yang juga perlu diperhatikan, jangan bekerja terlalu berat,
cepat tanggap dan rutin memeriksakan diri ke dokter. Karena sekali
menderita, biasanya gangguan asam urat akan terus berlanjut.

2)Medikamentosa
Gout tidak dapat disembuhkan, namun dapat diobati dan dikontrol.
Gejala-gejala dalam 24 jam biasanya akan hilang setelah mulai
pengobatan. Gout secara umum diobati dengan obat anti inflamasi.
Yang termasuk di dalamnya adalah :

a. NSAIDs, seperti ibuprofen atau naproxen, secara umum


diberikan untuk mengobati serangan berat dan mendadak,
obat ini biasanya menurunkan peradangan dan nyeri dalam
beberapa jam.
b. Kortikosteroid, dapat diberikan pada orang yang tidak dapat
menggunakan NSAIDs. Steroid bekerja sebagai anti
peradangan. Steroid dapat diberikan dengan suntikan
langsung pada sendi yang terkena atau diminum dalam
bentuk tablet.
c. Colchicine sering juga digunakan untuk mengobati
peradangan pada penyakit gout. Obat ini memberi hasil
cukup baik bila pemberiannya pada permulaan serangan.
Sebaliknya kurang memuaskan bila diberikan sesudah
beberapa hari serangan pertama. Cara pemberian colchicines:
Intravena
Cara ini diberikan untuk menghindari gangguan GTT. Dosis
yang diberikan tunggal 3 mg, dosis kumulatif tidak boleh
melebihi 4 mg dalam 24 jam.
Pemberian oral
Dosis yang biasa diberikan sebagai dosisin itia l adalah 1 mg
kemudian diikuti dengan dosis 0.5 mg setiap 2 jam sampai
timbul gejala intioksikasi berupa diare. Jumlah dosis
colchicine total biasanya antara 4-8 mg
d. Allupurinol dapat menurunkan kadar asam urat dengan cara
menekan produksi asam urat. Obat ini bekerja pada
metabolisme asam urat dengan mencegah perubahan zat
purine dalam makanan menjadi asam urat. Pengobatan ini
tidak dianjurkan untuk orang dengan fungsi ginjal yang
kurang, selain itu dapat menimbulkan efek samping seperti
kemerahan dan kerusakan hati.
e. Indometasin
Pemberian oral
Dosis initial 50 mg dan diulang setiap 6-8 jam tergantung
beratnya serangan akut. Dosis dikurangi 25 mg tiap 8 jam
sesudah serangan akut menghilang. Efek samping yang
paling sering adalah gastric intolerance dan eksaserbasi ulkus
peptikum.
Pemakaian melalui rektal
Indometasin diabsorpsi baik melalui rektum. Tablet
supositoria mengandung 100 mg indometasin. Cara ini dapat
dipakai pada serangan gout akut yang sedang maupun yang
berat, biasanya pada penderita yang tidak dapat diberikan
secara oral.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Ditanyakan persoalan: mengapa pasien datang, mulai kapan
keluhan dirasakan dan biarkan pasien bercerita tentang keluhan
sejak awal dan apa yang dirasakan sebagai ketidakberesan. Maka
untuk dapat melakukan anamnesis diperlukan pengetahuan tentang
penyakit. Selain itu, perlu kita ketahui juga ada beberapa hal yang
harus kita tanyakan yaitu sifat dari sakit nyerinya seperti pegel/ seperti
ditusuk-tusuk/ rasa panas/ ditarik-tarik; terus menerus atau hanya
saat bergerak/ istirahat, lokasi nyerinya, menjalar atau tidak, ada
kekakuan sendi atau tidak, sejak kapan dan apakah pernah mendapat
pertolongan sebelumnya, apakah keluhan ini dirasakan pertama kali
atau sering hilang timbul, jika merasa nyeri apakah sampai
mengganggu pergerakan, dan adakah kelainan berupa benjolan atau
tidak sama panjang yang bisa disebabkan karena pembengkakan.3
b. Pemeriksaan Fisik
Biasanya dilakukan dengan cara 3 dimensi, yaitu inspeksi, palpasi
dan move. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan
pasien seperti pada kulit, daerah sendi, bentuknya, dan posisinya saat
bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyerinya pada
kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan, dan dan merasakan
suhu di daerah sendinya, sedangkan move atau pergerakan yaitu
menyuruh pasien melakukan beberapa gerakan dan dibandingkan
kiri dan kanan serta dilihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau
abnormal. Kemudian selain pemeriksaan tersebut, pemeriksaan fisik
jantung dan paru juga perlu dilakukan.
a) Pemeriksaan Fisik Jantung
- Inspeksi : tidak ada tanda-tanda inflamasi, dinding dada
simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi dinding dada,
pulsasi ictus cordis terlihat di SIC IV linea midclavicularis
sinistra.
- Palpasi : tidak teraba massa, ictus cordis teraba di di SIC IV
linea midclavicularis sinistra.
- Perkusi : redup di bagian jantung, batas bawah paru dan
jantung di SIC IV linea midclavicula sinistra dan batas atas
setinggi SIC III linea parasternalis kiri.
- Auskultasi : Suara jantung I dan II regular, tidak ada bising.
b) Pemeriksaan Fisik Paru
- inspeksi : tidak ada tanda-tanda inflamasi, dinding dada
simetris kanan dan kiri, tidak ada ketinggalan gerak, tidak
ada retraksi dinding dada.
- Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada krepitasi, vocal
fremitus normal.
- Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru. Batas hepar dan
paru lobus kanan hepar terletak setinggi SIC VI linea
midclavicularis dextra.
- Auskultasi : Suara pernapasan bronchial dan vesikuler,
tidak ada wheezing dan ronki.

c. Pemeriksaan Lab
a) Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini
mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi
asam urat atau gangguan ekskresi. Kadar asam urat normal pada
pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat normal pada pria
berkisar 3,5 – 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6 mg/dl. Kadar
asam urat diatas normal disebut hiperurisemia.
b) Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka
leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000 - 10.000/mm3.
c) Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen
rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat
deposit asam urat di persendian.
d ) Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan
ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang
mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin.
Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin
meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan
gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum
asam urat. Instruksikan pasien untuk menampung semua urin
dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.
Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama
pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu
diindikasikan
e) Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut
atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum
kristal urat yang tajam

d. Pemeriksaan Radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan
menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi
setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area
terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
i. Nyeri berhubungan kerusakan integritas jaringan sekunder terhadap
gout
ii. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian dan
imobilitas
iii. Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di
rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
dan rencana tindakan pada kondisi kronis

2. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan
sekunder terhadap gout
Tujuan : Mendemontrasikan hilangnya nyeri dan ketidaknyamanan
Kriteria hasil : Menyangkal nyeri, ekspresi wajah relaks, tak ada
rintihan
Intervensi :
1. Pantau kadar asam urat semu
R/ : untuk mengevaluasi keefektifan terapi
2. Bila serangan terjadi di RS, implementasi tindakan penghilang
a. Berikan istirahat dengan kaki ditinggikan
b. Berikan analgesik, yang diprogramkan dan evaluasi
keefektifannya
c. Berikan kantung es atau panas basah
R/ : peninggian dan pemberian kantung dingin membantu
mengurangi bengkak dan membantu menghilangkan tekanan
dari kaki, analgesik memblok rasa nyeri
3. Berikan obat anti gout yang diresepkan dan evaluasi keefektifannya.
Konsul dokter bila kadar asam ura serum tetap tinggi dan nyeri tidak
hilang dengan analgesik
R/ : obat anti gout bekerja dengan menghambat reabsorbsi asam urat
di tubulus ginjal (benemid) melawan fagositosis leukosit yang
menghambat deposit urat lanjut (allopurinol). Terapi obat
tambahan dapat diperlukan bila kadar asam urat serum tetap
tinggi
4. Instruksikan klien untuk minum 2-3 liter cairan setiap hari
R/ : Tindakan ini membantu mencegah batu ginjal, komplikasi
mayor yang berkenaan dengan gout
Dx 2 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
dan imobilitas
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kx dapat
melakukan mobilitas fisik
Kriteria hasil : Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan
aktivitas
Intervensi :
i. Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi
R/ : Tingkat aktivitas tergantung dari perkembangan / rosolusi dari
proses inflamasi
ii. Tingkatkan aktivitas bila nyeri berkurang
R/ : Mempertahankan pergerakan sendi
iii. Bantu dengan rentang gerak aktif / inflamasi
R/ : Meningkatkan kekuatan otot
Dx 3 : Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan pemeliharaan
di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kondisi dan rencana tindakan pada kondisi kronis
Tujuan : Mendemonstrasikan keinginan untuk memenuhi aktivitas
pemeliharaan dan pencegahan perawatan diri yang
diprogramkan
Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang instruksi perawatan
diri, sedikit melaporkan serangan govt, mengungkapkan
rencana untuk melakukan tindakan pencegahan pada
gaya hidup baru
Intervensi :
1. Berikan informasi tentang kondisi, ingkatkah pasien bahwa terdapat
kesalahan gentik pada metabolisme purin, tetapi serangan nyeri
terkontrol dengan terapi otot
R/ : kepatuhan ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan
2. Ajarkan kx apa yang dilakukan selama serangan. Instruksi meliputi :
d. Mengistirahatkan sendi yang nyeri
e. Tinggikan ekstremitas dan berikan kantung es atau panas
basah
R/ : Tindakan ini membantu mencegah kerusakan lanjut pada sendi
dengan mengurangi bengkak, inflamasi, dan tekanan pada kaki
3. Ajarkan kx bagaimana mengontrol serangan gout. Instruksi meliputi
:
f. Menghindari faktor pencetus (makanan tinggi puri,
minuman alkoholik)
g. Menggunakan obat anti gout sesuai resep. Hubungi dokter
bila serangan terjadi lebih sering atau berakhir lama
R/ : Substansi tertentu tidak mengaktivasi efek obat anti gout,
mengakibatkan retensi asam urat. Obat anti gout menurunkan
kadar asam urat serum
4. Jamin bahwa kx mempunyai instruksi tertulis tentang perawatan diri
dan informasikan tertulis tentang obat yang diprogramkan selama di
rumah
R/ : Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan. Pemantuan
periodik dari kadar asam urat serum perlu untuk mengevaluasi
keefektifan terapi obat
5. Instruksikan kx untuk menghubungi dokter bila terjadi nyeri
panggul kolik
R/ : ini dapat menandakan pembentukan batu ginjal

3. EVALUASI
i. Apakah nyeri yang dirasakan kx mulai berkurang atau hilang ?
ii. Apakah kx sudah dapat melakukan mobilitas tanpa rasa nyeri ?
iii. Apakah kx sudah mampu melakukan pemeliharaan dan perawatan
diri yang telah diprogramkan ?
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah 2. Bandung : Yayasan


Ikatan Alumni Pendidikan Perawatan Pejajaran.
Engram, Barbara. 1994. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Volume 2. Jakarta : EGC.
Price A. Sylvia. 1994. Patofisiologi Buku II. Jakarta : EGC.
Price SA, Wilson LM. Patafisiologi; konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6; Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kodokteran EGC. 2006. Hal
1402.
Sudoyo AW, Bambang S, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4; jilid
3. Jakarta: InternaPublishing. 2009. Hal 2559.

You might also like