You are on page 1of 5

High-performance QCM humidity sensor based on grapheme

oxide/tin oxide/polyaniline ternary nanocomposite prepared by in-


situ oxidative polymerization method
Dongzhi Zhang, Dongyue Wang, Xiaoqi Zong, Guokang Dong, Yong Zhang
Sensors and Actuators B 262 (2018) 531-541

I. TUJUAN
a. Karakterisasi morfologi permukaan Quartz Crystal Microbalance (QCM) berlapis
GO/SnO2/PANI sebagai sensor kelembaban.

II. LATAR BELAKANG MASALAH


Sensor kelembaban sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang yaitu, seperti
pemantauan kedirgantaraan, kesehatan dan lingkungan, industri, dan bahkan makanan.
Sensor kelembaban yang memiliki performa yang tinggi dan dengan biaya murah
menjadi pusat perhatian para peneliti beberapa dekade terakhir ini. QCM adalah salah
satu jenis sensor yang memiliki kepekaan yang dapat diandalkan dan dapat mendeteksi
perubahan massa samapai tingkat nanogram. Selain itu, kelebihan sensor QCM adalah
sangat portable dan biaya murah.
Saat ini, berbagai material yang sensitif telah digunakan sebagai bahan untuk
mengembangkan sensor kelembaban seperti material karbonik, polimer dan oksida
logam. Sebagai salah satu jenis material karbonik, graphane oxide (GO) memiliki
kelebihan diantaranya termaksud jenis material hidrofilik. Jenis senyawa kimia yang
termaksud jenis hidrofilik adalah SnO2-SiO2 dan PANI. Material hidrofilik adalah jenis
material yang kecenderungannya mudah menangkap gugus air seperti hidroksil dll.
Dalam jurnal ini akan coba di fabrikasi sensor QCM berlapis GO/SnO 2/PANI
sebagai sensor yang memiliki performa tinggi terhadap kelembaban. Karakterisasi
morfologi sensor akan dianalisa menggunakan SEM, TEM, dan EDS. Sedangkan
performa sensor akan ditunjukkan berupa respon dinamis, sensitivitas, repeatability,
dan recovery time.

III. METODE EKSPERIMEN


2.1. Materials
Ammonium peroxydisulfate (APS, ≥ 99%), hydrochloric acid dan aniline monomer (≥
99.5%) disediakan dari Sinopharm Chemical Reagent Co. Ltd (Shanghai, China).
Tintetrachloride pentahydrate (SnCl4.5H2O) (≥ 99%) disediakan oleh Shanghai Hansi
Chemical Industry Co.Ltd (Shanghai, China). Larutan GO (0.25 wt%) dengan kemurnian-
tinggi dibeli dari Chengdu Organic Chemicals (Chengdu, China). Semua jenis material
digunakan tanpa pemurnian lebih lanjut.
2.2. Pembuatan Sensor
Langkah pertama dilakukan untuk mendapatkan larutan SnO2 yaitu dengan
mencampurkan larutan SnCl4 (8.75 g) dengan aquabides (20 mL), dan NH3.H20 (2.5 mL)
di stirring menggunakan ultrasonic stirring selama 30 menit lalu dibiarkan di dalam
stainless-steel selama 12 jam pada suhu 180 ◦C.
Langkah kedua adalah untuk mendapatkan larutan GO/SnO2, yaitu GO (20 mL)
dan SnO2 (16 mL) dicampur lalu di aduk dengan magntic stirred selama 30 menit.
Langkah ketiga dengan cara membuat larutan GO/SnO2/PANI menggunakan
metode polimerisasi oksidatif in-situ. Langkah ini dilakukan dengan menggabungkan
aqueous hydrochloric acid (30 mL), aniline monomer (91.75 µL), aquabidest 50 mL, 2
mL GO/SnO2 dan APS 0.223 g kedalam larutan. Selanjutnya, di stirring menggunakan
magnetic stirring selama 2 jam.

Gambar 1. Ilustrasi pembuatan QCM-terlapis GO/SnO2/PANI sebagai sensor kelembaban

Sensor QCM dengan frekuensi dasar 8 MHz, spesifikasi diameter 8 mm dengan


diameter elektroda 5 mm terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan aseton,
ethanol dan aquabidest. QCM yang bersih dan kering selanjutnya disemprotkan
dengan larutan GO/SnO2/PANI menggunakan metode facile spray, lalu dikeringkan di
oven pada suhu 50 ◦C selama 10 jam, seperti gambar 1.
Selanjutnya dengan metode yang sama pula, maka didapatkan sensor QCM
terlapis GO/SnO2 dan GO/PANI sebagai perbandingan antar sensor QCM ketika
terpapar kelembaban. Sensor QCM terlapis GO/SnO2, GO/PANI, dan GO/SnO2/PANI
diberikan label berturut-turut QCM-1, QCM-2, dan QCM-3.

2𝑓02 ∆𝑚
∆𝑓 = − . ………………………………………………. (1)
√𝜇𝑄 𝜌𝑄 𝐴

Dengan menggunakan metode Saurebrey pada persamaan (1), maka didapatkan


fundamental data dari ketiga sensor. Persamaan Saurbrey digunakan untuk
mengetahui perubahan massa ∆𝑚 yang menempel pada lapisan elektroda QCM.
Tabel 1 menunjukkan fundamental data dari ketiga sensor QCM. Dari data
menunjukkan bahwa perubahan frekuensi sensor QCM meningkat seiring
penambahan massa yang menempel pada elektroda sensor.
2.3. Eksperimen set-up sensing kelembaban
Pada eksperimen yang dilakukan, langkah awal adalah set-up alat setiap
pengukuran dilakukan pada saat suhu ruang 25 ◦C dengan tekanan normal (1 atm).
Saturasi didapatkan dari berbagai senyawa kimia dengan level RH yang berbeda beda
dari yang rendah (11 %RH) ke level RH yang tinggi (97 %RH). Dan untuk menyerap sisa-
sisa kelembaban yang menempel pada sensor, yaitu dengan cara terpapar P 2O5 (~0
%RH). Selanjutnya pengukuran karakterisasi sensor akan dilakuan dengan cara
memvariasikan RH (0-97 %RH) dan akan didapatkan perubahan frekuensi yang
ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Set-up alat eksperimen dalam sensing kelembaban

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Karakterisasi morfologi
Scanning Electron Microscopy (SEM)-EDS
Dengan menggunakan SEM maka dapat diketahui keadaan morfologi pada
lapisan elektroda sensor QCM. Namun untuk mengetahui jenis atom dipermukaan
elektroda QCM maka dapat menggunakan metode Energy Dispersive Spectroscopy
(EDS), yang ditandai dengan munculnya puncak-puncak tertentu yang mewakili suatu
unsur yang terkandung (kualitatf).
Pada Gambar 5 a - d (SEM) memberikan informasi tentang perbedaan berat
molekul dari atom-atom yang menyusun permukaan, dimana atom yang mempunyai
berat molekul yang lebih tinggi akan berwarna lebih terang dari pada atom dengan
berat molekul lebih rendah. GO, PANI, dan SnO2 digambarkan pada gambar yang paling
terang, hal ini diperkuat dengan analisa data EDS yang memberikan komposisi unsur
kimia yang ada pada permukaan elektroda QCM.
Gambar 3. gambar SEM dari (a) GO, (b) PANI, (c) dan (d) sampel GO/SnO2/PANI,
dan gambar spektrum EDS dari GO/SnO2/PAN nanokomposit

Gambar SEM GO pada Gambar 3(a) menunjukkan bahwa GO mengalami adanya


gangguan lipat struktur dan mengakibatkan luas permukaan menjadi besar. Gambar
3(b) menunjukkan bahwa nanofibers PANI merupakan sebuah pori-pori seperti struktur
jala. Gambar 3(c) menunjukkan SnO2 hidrotermal yang disintesis memiliki bentuk
seperti nanopartikel. Gambar SEM GO/SnO2/PANI menunjukkan bahwa GO dan SnO2
dibungkus oleh PANI. Sedangkan gambar spectrum EDS menjelaskan bahwa adanya
unsur-unsur seperti C, N, O, Cl, S dan Sn yang terdeteksi pada permukaan GO/SnO2/PAN
nanokomposit. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antar kedua gambar
diatas yaitu intensitas C jauh lebih besar daripada unsur yang lainnya yang disebabkan
oleh struktur kimia GO yang memiliki atom C.

Transmission Electron Microscopy (TEM)


Struktur nano dari nanokomposit GO/SnO2/PANI dapat diselidiki menggunakan
karakterisasi TEM. Karakterisasi TEM dapat memberikan informasi kristalografi dari
bahan material yang menempel pada elektroda QCM dengan resolusi tinggi. Selain itu
TEM juga dapat mengetahui distribusi materialnya.

Gambar 4. (a) - (d) gambar TEM dari GO/SnO2/PANI nanokomposit dalam perbesaran yang
berbeda. (e) dan (f) gambar pinggiran kisi HRTEM dari GO/SnO2/PANI nanokompoit
Gambar 4(a)-(d) menunjukkan gambar karekterisasi morfologi TEM dari
nanokomposit GO/SnO2/PANI dalam perbesaran yang berbeda. Pada gambar tersebut
juga dapat diamati dengan jelas nanosheet GO, nanofibers PANI, dan nano partikel
SnO2. Gambar pinggiran kisi HRTEM GO/SnO2/PANI nanokomposit ditunjukkan pada
Gambar 4 (e) dan (f). Karakterisasi pingiran kisi 0.355 nm dan 0.342 nm diberikan pada
(002) kisi GO dan (110) kisi SnO2 nanokristal. Pada Gambar 4 juga dapat diketahui
dengan jelas setiap susunan atom pada permukaan elektroda QCM yang ditandai
dengan karakterisasi pinggiran kisi. Selain itu, diketahui juga bahwa terjadi distribusi
yang cukup merata pada elektroda sensor sehingga dapat berhipotesa awal bahwa
terjadinya peningkatan performa sensor QCM ketika terpapar oleh kelembaban.

V. KESIMPULAN
a. Telah berhasil dibentuk lapisan GO/SnO2/PANI pada elektroda QCM menggunakan
metode polimerisasi oksidatif in-situ.
b. Telah berhasil dilakukan pengujian morfologi lapisan GO/SnO2/PANI pada
elektroda menggunakan metode SEM, TEM, dan EDS.
c. SEM-EDS berungsi sebagai alat untuk mengetahui keadaan morfologi, dan juga
dapat mengetahui jenis atom pada permukaan kuarsa kristal.
d. TEM berfungsi sebagai alat untuk memberikan informasi kristalografi dan distribusi
material yang ada pada permukaan kuarsa kristal.
e. Sensor QCM berlapis GO/SnO2/PANI menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap
pengaruh kelembaban, repeatability (pengulangan) yang baik, dan juga good
recovery time.

You might also like