You are on page 1of 7

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal 1-7 Vol. 12 No.

1
ISSN : 1978 – 0303

DAYA SIMPAN SUSU PASTEURISASI DITINJAU DARI KUALITAS


MIKROBA TERMODURIK DAN KUALITAS KIMIA
The effect of Pasteurization Milk storage to Quality Microbe Thermoduric and
Chemical properties
Novita Dewi Kristanti1)
1)
Lecture of STTP University Malang, DR. Cipto 144a Bedali Street Malang 65215, ,Indonesia

Diterima 27 April 2017, diterima pasca revisi 10 Juli 2017 Layak terbit 1 April 2017

ABSTRACT

The aim of this study was to determine the quality of thermoduric bacteria and chemical
quality of pasteurized milk stored with different time periods. The material was milk from the
farmers that was pasteurized at 950C for 21 seconds. The research Method used completely
randomized design. The variables observed were TPC, Koliform, Kapang, E. coli bacteria, fat
content, protein content, lactose content, total solid, and solid non fat (SNF). The results of the
study showed that E. coli and Koliform were not found in pasteurized milk, but a number of
thermoduric microbes were found. Pasteurized milk has a shelf life of 30 days under 40C ±
10C conditions and has no significant changes in fat content, lactose levels, non-fat dry matter
content and protein content.

Key words: A shelf life, Thermoduric bacteria,

PENDAHULUAN Streptococcus pyogene dan Yersinia


enterocolitica (Juffs and Deeth. 2007).
Pengolahan susu segar menjadi susu Penggunaan suhu 71,70C selama 15 detik,
pasteurisasi merupakan salah satu upaya cukup untuk mencapai pengurangan 5-log
untuk memperpanjang masa simpan susu dari Ookista Cryptosporidium parvum, E.
tanpa banyak merubah sifat fisiknya. coli O157:H7, Salmonella dan L.
Pasteurisasi susu dilakukan dengan monocytogenes (Anonymous, 2010).
menggunakan proses pemanasan di bawah Santos et al. (2003), menyatakan bahwa
titik didih susu yaitu (100,160C). Kristanti susu pasteurisasi pada suhu penyimpanan
et al (2015) melaporkan bahwa mikroba 90C atau lebih mempunyai daya simpan
yang muncul sesaat setelah susu hanya sekitar 5 hari dan akan memberikan
dipasteurisasi diduga sebagai mikroba peluang bagi pertumbuhan B. cereus.
termodurik. Kontaminasi mikroba dapat Sedangkan pada suhu penyimpanan
terjadi mulai dari pemerahan hingga kurang 70C, bakteri lainnya
pengemasan (Kristanti dkk, 2017). Selama (psychrotrophic) akan tumbuh cepat dan
proses penyimpanan, susu pasteurisasi dapat menyebabkan kerusakan pada susu
diduga akan mengalami perubahan baik pasteurisasi. Kerusakan dapat tercapai
sifat kimia maupun karakteristik mikroba. sebelum koloni B. cereus mencapai
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas 1×104 CFU/mL dan menghasilkan
susu enterotoxin. Valik et al., (2003)
pasteurisasi adalah bahan baku, menyatakan bahwa pada suhu
kondisi pasteurisasi serta kemungkinan penyimpanan 40C jumlah koloni B. cereus
kontaminasi. Proses pasteurisasi pada suhu dapat mencapai angka 1×104 cfu/mL
630C selama 30 menit dan suhu 720C dengan masa simpan susu pasteurisasi
selama 15 detik memberikan dampak sekitar 26 hari, akan tetapi apabila jumlah
terhadap keberadaan spesies, Brucella total mikroba mencapai 5 × 104 CFU/mL
abortus, Campylobacter jejuni, E. coli, maka masa simpan susu pasteurisasi hanya
Coxiella burneti, Patogenic E. coli mencapai waktu 12 hari. Di Indonesia rata
(0157:H7), L. monocytogenes, rata masa simpan susu pasteurisasi adalah
Mycobacterium tuberculosis, M. bovis, 5-7 hari. Oleh karena itu perlu diketahui
Salmonella enterica serotype, daya simpan susu pasteurisasi pada suhu

1
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal 1-7 Vol. 12 No. 1
ISSN : 1978 – 0303

pemanasan yang lebih tinggi yang


diharapkan tidak terjadi perubahan secara
signifikan pada kandungan gizi susu serta Pasteurisasi disimpan
mempunyai masa simpan yang lebih lama. P1 = selama 0 hari
Pasteurisasi disimpan
METODE PELAKSANAAN P2 = selama 5 hari
Pasteurisasi disimpan
Lokasi Penelitian P3 = selama 10 hari
Penelitian dilakukan di Pasteurisasi disimpan
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak P4 = selama 15 hari
(THT) Fakultas Peternakan, Laboratorium Pasteurisasi disimpan
Ternak Perah Fakultas Peternakan dan P5 = selama 20 hari
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pasteurisasi disimpan
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. P6 = selama 25 hari
Pasteurisasi disimpan
Materi Penelitian P7 = selama 30 hari
Materi penelitian yang digunakan
dalam percobaan ini adalah: Variabel yang diamati:
a. Susu segar yang diperoleh dari KUD Uji TPC, kapang, koliform, bakteri
Dau E. coli sesuai petunjuk Sudarwanto (2012).
b. Susu pasteurisasi dari hasil perlakuan Uji kadar lemak, kadar protein, kadar
c. Media untuk analisis mikrobiologi. laktosa, total solid, dan solid non fat (SNF).
Media untuk analisis total bakteri adalah Analisis data
PCA (plate count agar). Media yang Data yang diperoleh ditabulasi dan
digunakan untuk analisis koliform dianalisis dengan analisis varian (ANOVA)
adalah lactose broth dan EMBA (Eosin dari Rancangan Acak Lengkap,
Methylene Blue Agar). Media untuk menggunakan program SPSS versi 20.
analisis total E. coli adalah VRBA Perbedaan pengaruh dilanjutkan dengan Uji
(Violet Red Bile Agar). Media untuk Jarak Berganda Duncan menurut petunjuk
analisis total kapang adalah PDA Steel and Torrie (1992).
(Potato Dextrose Agar)
d. Peralatan yang digunakan adalah alat HASIL DAN PEMBAHASAN
pasteurisasi susu, gelas beker, pipet
berskala, sentrifus, butirometer, Penentuan kualitas mikrobiologis
penangas air, sumbat karet, mikroskop, susu pasteurisasi berupa total bakteri dan
inkubator, tabung reaksi, autoklaf, total kapang serta kualitas kimia yaitu kadar
termometer, vortex, kaca pengaduk, lemak, kadar laktosa, kadar bahan kering
corong, kertas tisu, kertas label, pipet tanpa lemak (SNF) dan kadar protein
ukur, pipet tetes, Erlenmeyer, buret dan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel
statif, timbangan analitis, lemari es, berikut.
cawan petri, colony counter dan Tabel Rata-rata Jumlah Bakteri,
lactoscan. Jumlah Kapang, Kadar Lemak, Kadar
Laktosa, Kadar Bahan Kering Tanpa
Metode penelitian Lemak, Kadar Protein pada Susu
Metode penelitian menggunakan Pasteurisasi Berdasarkan Lama Penyimpan
percobaan laboratorium dengan Huruf superskrip pada kolom yang sama
menggunakan Rancangan Acak Lengkap menunjukkan perbedaan yang nyata
dengan 7 perlakuan dan 3 kali ulangan (p<0,05)
yaitu:

2
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal 1-7 Vol. 12 No. 1
ISSN : 1978 – 0303

Perlakuan Mikroba Kimia


Log Log Lemak Laktosa SNF Protein
Bakteri Kapang
(CFU/mL) (CFU/mL)
Susu Pasteurisasi
3,42d ± 3,85ab ± 4,04ab ± 7,35a ±
Hari ke – 0 - 2,86Aa± 0,33
0,38 0,15 0,01 0,56
1,93c ± 3,28a ± 4.05ab ± 7,87bc ±
Hari ke – 5 - 2,81 a ± 0,17
0,44 0,69 0,10 0,22
1,67bc ± 3,8ab ± 4,03ab ± 7,88bc ±
Hari ke – 10 - 2,80 a ± 0,16
0,16 0,14 0,10 0,21
1,46abc ± 4,31b 4,12b ± 7,83abc ±
Hari ke – 15 - 2,86 a ± 0,04
0,29 ±0,21 0,11 0,21
1,41ab ± 4,01b ± 4,04ab ± 7,67ab ±
Hari ke – 20 - 2,86 a ± 0,02
0,23 0,41 0,04 0,07
1,28ab ± 3,99b ± 3,96a ± 8,21c ±
Hari ke – 25 - 2,59 a ± 0,04
0,15 0,19 0,02 0,03
1,14a ± 3,99b ± 3,97a ± 8,22c ±
Hari ke – 30 - 2,61 a ± 0,06
0,09 0,19 0,08 0,17
Susu Segar
Hari ke – 0 6, 87 - 3,89 3,97 7,53 2,81
Hari ke – 5 5,74 - 3,73 3,84 7,96 2,54
Hari ke – 10 4,38 - 3,73 3,91 8,08 2,58
Hari ke – 15 3,86 - 4,39 4,24 8,05 3,00
Hari ke – 20 3,33 - 3,9 - - -
Hari ke – 25 3,26 3,38 4 - - -
Hari ke – 30 3,57 3,49 4,2 - - -

Perlakuan penelitian adalah masa diketahui bahwa suhu penyimpanan yang


simpan susu pasteurisasi selama 0 hari, lebih rendah yaitu 40C ± 10C, menghasilkan
5 hari, 10 hari, 15 hari, 20 hari, 25 hari dan susu pasteurisasi dengan masa simpan lebih
30 hari, dengan menggunakan suhu panjang.
pasteurisasi 950C selama 21 detik (Kistanti Data pada Tabel menunjukkan
et al, 2015). Perlakuan menggunakan suhu bahwa pada hari ke 15, kondisi susu
950C selama 21 detik, tidak didapatkan E. pasteurisasi masih stabil, tidak mengalami
coli maupun koliform. Metode pasteurisasi kerusakan. Menurut Chapman dan Boor
menggunakan suhu tinggi juga pernah (2001), masa simpan susu pasteurisasi
dilakukan oleh Herzallah et al., 2005 yang dapat mencapai 45 hari, asalkan susu
menggunakan suhu 950C selama 5 menit dipasteurisasi pada suhu tinggi atau disebut
untuk tube pasteurisasi dan plate ultrapasteurisasi. Pada penelitian tahap
pasteurisasi pada suhu 950C selama terakhir digunakan suhu pasteurisasi 950C
15 menit serta Hassan et al., 2009 yang selama 21 detik. Karena pada pengujian
menggunakan suhu 980C selama 0,5 – sebelumnya, pada suhu tersebut didapatkan
1,87 menit. Variabel yang diamati dalam susu pasteurisasi dengan kualitas
penelitian ini adalah jumlah total bakteri, mikrobiologis yang terbaik. Hasil
total kapang, kadar lemak, kadar laktosa, pengolahan susu pasteurisasi tidak lagi
kadar bahan kering tanpa lemak (SNF) dan ditemukan koliform dan E. coli.
kadar protein. Selama penelitian, suhu Menurut Gandy et al. (2008), daya
penyimpanan susu pasteurisasi dijaga simpan susu pasteurisasi yang disimpan
antara 40C ± 10C. Harapan yang ingin pada suhu 70C ± 10C berkisar antara 10
dicapai adalah susu pasteurisasi dengan sampai dengan 21 hari. Faktor-faktor yang
kualitas yang sesuai standart dan masa mempengaruhi kualitas susu pasteurisasi
simpan lebih lama. Hasil penelitian adalah kualitas bahan baku, jumlah bakteri

3
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal 1-7 Vol. 12 No. 1
ISSN : 1978 – 0303

awal, kondisi proses pengolahan, bahan Kristanti et al (2015) menemukan


pengemas, kontaminasi setelah proses bahwa pada susu pasteurisasi menggunakan
pasteurisasi dan kondisi penyimpanan. suhu standar ditemukan mikroba
Setiap kenaikan suhu penyimpanan 30C, termodurik antara lain Brachybacterium
maka daya simpan susu pasteurisasi akan nesterenkovii strain DSM 9573, Kocuria
berkurang menjadi setengahnya. varians strain G33, Klebsiella sp. A4,
Jumlah mikroba pada susu Chryseobacterium sp. PcRB003,
pasteurisasi pada hari ke-0 masih tinggi Dermacoccus nishinomiyaensis strain
(Log 3,42 CFU/mL), akan tetapi masih DSM 20448, maupun Pseudomonas otitidis
sesuai dengan standar SNI yaitu kurang dari strain J11N. akan tetapi pasteurisasi pada
3x104 CFU/ml. Hal ini diduga bahwa suhu 950C selama 21 detik tidak ditemukan
jumlah mikroba awal yang tinggi mikroba termodurik diatas. Tidak adanya
menyebabkan proses pasteurisasi tidak mikroba tersebut diduga karena suhu dan
cukup untuk membunuh mikroba secara waktu pasteurisasi sudah cukup untuk
optimal. Pada hari ke-0 sampai hari ke-5 membunuh bakteri termodurik. Mikroba
menunjukkan penurunan total bakteri yang termodurik tidak tahan pada suhu dingin,
cukup signifikan (p < 0,05). Hal ini diduga sehingga mati pada saat penyimpanan
bahwa bakteri termodurik yang tahan dingin.
terhadap suhu pasteurisasi, tidak tahan Menurut Huck et al. (2008) dalam
terhadap suhu dingin, sehingga pada industri pengolahan susu pengendalian
penyimpanan hari ke 5 mengalami bakteri pembusuk pembentuk endospora
penurunan lebih dari 1 siklus log. harus dilakukan, terutama kelompok
Penurunan jumlah mikroba sebesar 1 log Bacillus spp dan Paenibacillus. Karena
pada hari pertama sampai hari ke 5 diduga bakteri tersebut dapat bertahan pada suhu
bahwa mikroba yang bertahan pada susu tinggi dan waktu pasteurisasi yang pendek.
pasteurisasi adalah mikroba termodurik Potensi masuknya mikroba pembusuk
psikrofilik. Yaitu mikroba yang tahan panas tahan panas selama proses produksi dan
tetapi juga mempunyai kemampuan untuk pengolahan susu dapat berasal dari
bertahan pada suhu dingin. Penurunan peternakan sapi perah. Kontrol terhadap
jumlah mikroba juga terjadi pada susu segar bahaya mikrobiologis merupakan
yang didinginkan sampai hari ke 30. Tetapi tantangan yang cukup besar untuk
penurunan jumlah mikroba antara hari ke menjamin kualitas susu pasteurisasi dari
10 sampai hari ke 30 tidak signifikan. Hal sisi keamanan produk. Pendapat di atas
ini diduga bahwa pada susu pasteurisasi diperkuat oleh Ranieri et al. (2009) yang
bakteri termodurik yang tidak tahan suhu mengatakan bahwa genus Bacillus spp di
dingin akan mati, sementara bakteri dalam susu pasteurisasi berperan penting
termodurik psikrofilik melakukan adaptasi dalam proses pembusukan, sedangkan
untuk bertahan pada suhu dingin. genus Paenibacillus spp lebih banyak
Hasil pengamatan langsung berperan dalam pembusukan saat susu
menunjukkan bahwa pada susu pasteurisasi pasteurisasi disimpan dalam kondisi dingin,
tidak ditemukan E.coli dan koliform, sehingga berpengaruh terhadap lama
sehingga diduga bahwa mikroba yang penyimpanan. Akan tetapi, dalam produksi
mengkontaminasi susu segar dan susu susu pasteurisasi sudah tidak ditemukan
pasteurisasi bukan golongan koliform. Dan kelompok Bacillus maupun genus
hasil pengamatan secara visual diketahui Paenibacillus spp. Kapang mulai muncul
bahwa mikroba yang mengkontaminasi pada susu segar setelah penyimpanan hari
adalah golongan Staphylococcus sp, ke-20. Sedangkan pada susu pasteurisasi
Streptococcus sp dan Lactobacillus sp. Hal tidak muncul kapang.
ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ruegg and Reinemann
(2002) yang mengatakan bahwa
Streptococcus sp dan Lactobacillus sp.
merupakan golongan bakteri termodurik.

4
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal 1-7 Vol. 12 No. 1
ISSN : 1978 – 0303

Hasil kualitas mikrobiologis susu dingin berpengaruh sangat kecil terhadap


pasteurisasi hasil penelitian dapat perubahan kadar lemak. Meningkatnya
disimpulkan bahwa, kerusakan kadar lemak susu pasteurisasi selama
mikrobiologis pada susu pasteurisasi penyimpanan dingin, diduga bahwa dalam
tergantung dari beberapa faktor. Faktor- susu pasteurisasi terdapat mikroba yang
faktor tersebut antara lain: adanya mikroba dapat mensintesa lemak (Thevenieau and
termodurik maupun mikroba kontaminan Nicaud, 2012)
yang mengkontaminasi susu selama proses Lama penyimpanan pada hari ke 0
pembuatan sampai susu pasteurisasi siap sampai hari ke 10 tidak berpengaruh nyata
untuk dikonsumsi, suhu dan waktu terhadap kadar laktosa dan SNF susu
pasteurisasi, suhu penyimpanan, dan pasteurisasi. Kadar laktosa pada susu
adanya enzim tahan panas yang dihasilkan pasteurisasi menunjukkan ada peningkatan
oleh golongan mikroba tertentu. sedikit pada hari ke 10 dan ke 15, tetapi
Keberadaan mikroba pada susu umumnya setelah itu menurun dan cenderung stabil.
didukung oleh kandungan nutrisi pada susu Menurut (Rehman and Salariya, 2005;
sebagai media yang menguntungkan untuk Claeys et al., 2014) selama pemanasan
pertumbuhan mikroba. penurunan laktosa tidak terlalu signifikan,
Lama penyimpanan pada hari ke 0 begitu juga selama penyimpanan. Solid non
sampai hari ke 10 tidak berpengaruh nyata fat (SNF) merupakan bagian dari total solid
terhadap kadar lemak susu pasteurisasi. kecuali lemak. Lama penyimpanan
Lama penyimpanan pada hari ke 15 mulai berpengaruh nyata terhadap SNF susu
menunjukkan perbedaan yang nyata. Kadar pasteurisasi setelah hari ke 25 masa
lemak pada susu pasteurisasi menunjukkan penyimpanan. Kecenderungan yang terjadi
ada peningkatan sedikt pada hari ke 10 dan adalah semakin lama masa penyimpanan,
ke 15, tetapi setelah itu menurun dan maka kadar SNF semakin meningkat.
cenderung stabil, tetapi kadar lemak lebih Menurut Barraquio (2014), kerusakan
tinggi dibandingkan dengan penyimpanan vitamin C banyak terjadi selama
pada hari ke 0 sampai hari ke 10. Hal ini penyimpanan. Tetapi secara umum SNF
sesuai dengan pendapat Abubakar dkk. selama penyimpanan tidak banyak
2001, yang menyatakan bahwa selama perubahan secara signifikan. Komponen
penyimpanan, kadar lemak susu yang berkurang setelah pasteurisasi adalah
pasteurisasi mengalami peningkatan. Vitamin B1, B6, B9, B12 dan C. tetapi
Menurut Rehman and Salariya, (2005), karena jumlahnya tidak terlalu banyak,
kerusakan lemak selama penyimpanan maka tidak berpengaruh nyata terhadap
diduga karena adanya degradasi lemak perubahan komponen gizi susu
menjadi asam lemak, dan apabila kondisi pasteurisasi. Kerusakan vitamin yang larut
ini berlangsung terus serta suhu dalam lemak (A, D, E dan K) diduga akan
penyimpanan dinaikkan, maka akan terjadi mengalami kerusakan tetapi tidak terlalu
lipolisis, atau kerusakan pada lemak. Pada signifikan, tergantung pada kadar lemak
susu segar setelah hari ke-15, kondisi susu yang mengalami kerusakan.
segar sudah rusak, sehingga tidak terdeteksi Lama penyimpanan tidak
dengan laktocsan. Tetapi hasil uji lemak berpengaruh nyata terhadap kandungan
menggunakan metode gerber menunjukkan protein susu pasteurisasi. Kerusakan asam
bahwa semakin lama penyimpanan kadar amino dalam protein susu protein selama
lemak menunjukkan peningkatan, proses pasteurisasi dapat terjadi tetapi
walaupun tidak signifikan. Apabila dalam jumlah yang sedikit (1-4%),
dibandingkan kadar lemak antara susu sehingga tidak berpengaruh terhadap
segar dan susu pasteurisasi menunjukkan komposisi nutrisi susu pasteurisasi (Anema
bahwa pasteurisasi tidak berpengaruh (2008); Souci et al. (2008); Alvarez et al.
terhadap kadar lemak. Tetapi reaksi (2014)). Kerusakan hanya sedikit terjadi
oksidasi tetap dapat terjadi walaupun pada pada protein kasein. Sehingga tidak
suhu rendah melalui oksigen aktif yang merubah ikatan peptida. Komponen kasein
dihasilkan oleh enzim atau melalui paparan diduga sebagai senyawa yang dapat
cahaya (Claeys et al., 2012 dan 2014). meningkatkan ketahanan panas. Proses
Oksidasi lemak dapat terkendali karena pemanasan bisa jadi dapat memodifikasi
pembentukan antioksidan dalam reaksi struktur molekul protein, tetapi perubahan
maillard, hal ini yang menyebabkan tersebut tidak merubah nilai fungsional dari
pemanasan dan masa simpan pada suhu protein seperti kelarutan dan emulisi

5
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal 1-7 Vol. 12 No. 1
ISSN : 1978 – 0303

protein, serta tidak berpengaruh secara Claeys, W.L., S. Cardoen., G. Daube., J. De


signifikan terhadap nilai nutrisi. Chavan et Block., K. Dewettinck., K. Dierick.,
al. (2011) menambahkan bahwa pada L. De Zutter., A. Huyghebaert., H.
proses pemanasan dapat terjadi penurunan Imberechts., P. Thiange., Y.
jumlah mikroba dan inaktivasi enzim. Vandenplas. and L. Herman. 2012.
Tetapi proses pemanasan juga Raw or Heated Cow Milk
menyebabkan dampak yang tidak Consumption: Review of Risks and
diinginkan seperti brawning, kehilangan Benefits. Food Control 31: 251- 262.
nutrisi, sedimentasi, pemisahan lemak dan
rasa gosong. Menurut Barraquio (2014), Claeys, W.L., C. Verraes., S. Cardoen., J.
selama penyimpanan reaksi mailllard tetap De Block., A. Huyghebaert., K.
berlangsung, tergantung pada kondisi Raes., K. Dewettinck. and L.
penyimpanan, diantaranya adalah suhu. Herman. 2014. Consumption of Raw
Kualitas protein di antaranya adalah lysiin, or Heated Milk from Different
methionin dan sistein akan menurun secara Species: An Evaluation of the
perlahan tetapi tidak signifikan. Nutritional and Potential Health
Benefits. Food Control 42: 188 – 201.
DAFTAR PUSTAKA
Gandy, A. L., M. W. Schilling, P. C.
Alvarez, V. B. and F. Parada-Rabell. 2014. Coggins, C. H. White, Y. Yoon. and
Health Benefitf=s, Risks, and V. V. Kamadia. 2008. The Effect of
Regulation of Raw and Pasteurized Pasteurization Temperature on
Milk. Extension FactSheet. Ohio Consumer Acceptability, Sensory
State University Extension’s. Characteristics, Volatile Compound
http://ohioline.osu.edu. Diunduh Composition, and Shelf-Life of Fluid.
tanggal 13 juli 2014. J. Dairy Sci. 91: 1969-1777.

Anema, S. G. 2008. Heat and/or High- Hassan, N. B. A., M. O. M. Abdalla. and A.


Pressure Treatment of Skim Milk: A. A. M. Nour. 2009. Microbiology
Changes to the Casein Micelle Size, Quality of Heat-Treated Milk During
Whey Proteins and the Acid Gelation Storage. Pakistan Journal of
Properties of the Milk. International Nutrition. 8 (12): 1845 – 1848.
Journal of Dairy Technology. 61:
245–252. Herzallah, S. M., M. A. Humeid. and K. M.
Al-Ismail. Effect of Heating and
Anonymous. 1995. Susu Pasteurisasi. SNI Processing Methods of Milk and
01-3951-1995. Standar Nasional Dairy Products on Conjugated
Indonesia. Badan Standardisasi Linoleic Acid and Trans Fatty Acid
Nasional.2010. FDA Rekommended Isomer Content. J. Dairy Sci.
Pasteurization Time/ Temperatur. 88:1301–1310
Penn State University.
Juffs and Deeth. 2007. Scientific
Barraquio, V. L. 2014. Which Milk is Fresh. Evaluation of Pasteurisation for
International Journal of Dairy Pathogen Reduction in Milk and Milk
Science & Processing. Vol 1 (2): 1 – Products. Food Standars Australia
6. New Zealand.
Chapman, K. W., and K. J. Boor. 2001.
Acceptance ff 2% Ultrapasteurized Kristanti, N. D., Rosyidi, D., Radiati, L. E
Milk by Consumers, 6 to 11 Years and Purwadi. 2015. Phylogenetic
Old. J. Dairy Sci. 84: 951–954. Tree and Heat Resistance of
Thermoduric Bacteria Isolated from
Chavan, R. S., S. R. Chavan, C. D. Pasteurization Milk in Indonesia.
Khedkar. and A. H. Jana. 2011. UHT International Journal of Biosciences.
Milk Processing and Effect of 6 (11): 87-98.
Plasmin Activity on Shelf Life: A
Review. Comprehensive Reviews in
Food Science and Food Safety. 10:
251-268.

6
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal 1-7 Vol. 12 No. 1
ISSN : 1978 – 0303

Kristanti, N. D., Warnaen, A dan Daning, Valik L., F. Gorner, and D. Laukova. 2003.
D. R. A. Titik Kontrol Kristis pada Growth Dynamics of Bacillus cereus
Pengolahan Susu Pasteurisasi di and Shelf-Life of Pasteurised Milk.
Koperasi Unit Desa (KUD) Dau
Kabupaten Malang. Sains Peternakan Czech Journal Food Science.. 21:
15 (1): 1-7. 195–202.

Ranieri, M. L., J. R. Huck, M. Sonnen, D.


M. Barbano. and K. J. Boor. 2009.
High Temperature, Short Time
Pasteurization Temperatures
Inversely Affect Bacterial Numbers
during Refrigerated Storage of
Pasteurized Fluid Milk. J. Dairy Sci.
92: 4823–4832.

Reale, S., A. Campanella, A. Merigioli. and


F. Pilla. 2008. A Novel Method for
Species Identification in Milk and
Milk-Based Products. The Journal of
Dairy Research. 75: 107–112.
Rehman, Z. U. and A. M. Salariya. 2005.
Effect of Storage Condition on
Nutritional Quality of UHT
Processed Buffalo Milk. Journal
Chemical Science. 27 (1): 73 – 76.

Ruegg, P. L. and D. J. Reinemann, 2002.


Milk quality and mastitis test.
University of Wisconsin Extension
Services. The Bovine Prac, 36,1-13.

Santos, M. V., Y. Ma. and D. M. Barbano.


2003.Effect of Somatic Cell Count on
Proteolysis and Lipolysis in
Pasteurized Fluid Milk during Shelf-
Life Storage. J. Dairy Sci. 86: 2491–
2503.

Souci, S. W., W. Fachmann. and H. Kraut.


2008. Food Composition and
Nutrition Tables.
(7thed.).Stuttgart:Wissenschaftliche
Verlagsgesellschaft mbH: 1364.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1989.


Prinsip dan Prosedur Statistika; Suatu
Pendekatan Biometrik. Gramedia.
Jakarta.
Sudarwanto, M. 2012. Pemeriksaan Susu
dan Produk Olahannya. IPB Press.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Thevenieau, F and J. Nicaud. 2012.


Microorganisms as Sources of Olis.
Oilseed & Fats Crops and Lipid.
6(D603): 2 – 8.

You might also like