You are on page 1of 4

Klasifikasi Inversion Uteri Berdasarkan Tingkatannya

Tingkat Keterangan
Inversion
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Uteri
INVERSI UTERI Pertama  Inversio uteri hanya sampai osteum uteri
internum.
 Teraba fundus uterinya hilang atau terdapat
MANAJEMEN INVERSIO UTERI lekukan.
Inversion uteri adalah terbalik dan melipatnya uterus demikian rupa Kedua  Seluruh endometrium terbalik, tetapi tidak
sehingga lapisan endometriumnya dapat tampak sampai di luar sampai di luar perineum
perineum atau dunia luar.  Fundus uteri hilang pada palpasi
Ketiga  Seluruh endometrium terbalik sampai
tampak di luar perineum
 Fundus uteri sama sekali tidak dapat diraba
Klasifikasikan Berdasarkan Waktu

Inversi akut : terjadi dalam 24 jam pertama

Inversi subakut : terjadi setelah 24 jam pertama,


dan dalam 4 minggu

Inversi kronis : terjadi setelah 4 minggu dan


Inversio Uteri
jarang terjadi (Brar el al 1989)

Klasifikasi Inversion Uteri Berdasarkan Kejadiannya

1. Terjadi mendadak (akuta) :


Segera setelah persalinan, oleh karena tekanan abdominal
mendadak meningkat : batuk-batuk, bersin.
2. Terjadi menahun
a) Lebih dari satu bulan postpartum
b) Umumnya terdapat submukosa mioma uteri
1
1. Perdarahan yang berasal dari bekas implantasi plasenta.
Terjadi pada 94% kasus. Darah yang hilang berkisar 800-
1800 ml (Platt & Druzin 1981, Watson et al 1980).
2. Tarikan dari peritoneum perietalis, menyebabkan rasa nyeri
sehingga dapat dikatakan sebagai syok neurogenik
3. Tarikan peritoneum perietalis menyebabkan dinding
abdomen tegang sehingga sulit melakukan palpasi dengan
baik untuk menegakkan diagnosis inversio uteri
Uterine replacement (Obstetric hemorrhages in the first term of 4. Fundus tidak dapat dipalpasi pada pemeriksaan abdomen
pregnancy.htm)

Pada semua tingkat inversion uteri, dapat disertai plasenta masih Diagnosis Inversion Uteri
melekat, karena terjadi plasenta adhesive, akreta atau perkreta. Dasar diagnosis inversio uteri :
Makin erat perlekatan plasenta jika salah tatalaksana pada 1. Terjadi peningkatan tekanan intraabdominal mendadak (misalnya
persalinannya (kala III) makin besar kemungkinan untuk terjadi :batuk-batuk, bersin) pada postpartum sehingga menyebabkan
inversio uteri. terjadi inversio uteri.
2. Inversio uteri yang terjadi menimbulkan :
Sebab Terjadinya Inversio Uteri : o Rasa nyeri abdomen bagian bawah
1. Penatalaksanaan yang salah pada kala tiga persalinan, o Dapat disertai kollap, sekalipun belum terdapat perdarahan
termasuk penarikan tali pusat yang berlebihan untuk sebagai akibat syok neurogenik
pelahiran plasenta secara aktif. 3. Pada palpasi abdomen fundus uteri tidak teraba
2. Kombinasi tekanan fundus dan penarikan tali pusat untuk 4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai :
melahirkan plasenta. o Tingkat inversion II/I
3. Pada grandemultipara karena terjadi atonia uteri o Inversion uteri tingkat III mudah didiagnosis karena seluruh
4. Tali pusat terlalu pendek endometrium telah berada di luar.
5. Tarikan tali pusat terlalu keras, sedangkan kontraksi uterus
Terapi Inversio Uteri
belum siap untuk melahirkan plasenta
Inversion uteri yang terjadi secara mendadak, seharusnya dapat
6. Pelaksanaan perasat crede, saat kontraksi uterus belum siap
dilakukan reposisi pada saat itu sehingga tidak akan menimbulkan
untuk mendorong plasenta lahir
kesulitan. Dengan terjadinya kontraksi pada segmen bawah rahim atau
7. Plasenta terlalu erat melekat pada tempat implantasinya
servikal sehingga menyulitkan reposisi. Jika plasenta masih melekat
8. Terjadi secara spontan, tidak diketahui penyebabnya.
pada dinding uterus, plasenta harus dibiarkan tetap pada tempatnya
9. Perlekatan plasenta yang patologis
karena upaya untuk melepasnya pada tahap ini akan mengakibatkan
perdarahan yang tidak terkendali. Setelah posisi uterus dikembalikan,
Gejala Klinik Inversio Uteri
penolong harus tetap menempatkan tangannya di posisi yang sama
2
sampai kontraksi yang kuat terpalpasi. Oksitosin harus diberikan untuk o Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan
mempertahankan kontraksi (Cunningham et al 1997). masukkan kembali melalui serviks, dimulai dari bagian
fundus. Gunakan tangan lain untuk membantu menahan
Reposisi Inversio Uteri uterus dari dinding abdomen. Jika plasenta masih belum
terlepas, lakukan plasenta manual setelah tindakan
reposisi.
o Jika reposisi manual tidak berhasil, lakukan reposisi
hidrostatik.
 Reposisi hidrostatik:
o Pasien dalam posisi Trendelenburg – dengan kepala lebih
rendah sekitar 50 cm dari perineum.
Reposisi Inversio Uteri o Siapkan sistem douche yang sudah didisinfeksi,
(a) Inversio uteri total (b) Reposisi uterus melalui serviks (c) berupa selang 2 m berujung penyemprot berlubang
Restitusi uteri lebar. Selang disambung dengan tabung berisi air hangat
3-5 L (atau NaCl atau infus lain) dan dipasang setinggi 2 m.
 Kaji ulang indikasi. o Identifikasi forniks posterior.
 Kaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang infus. o Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sambil
 Berikan petidin dan diazepam IV dalam semprit berbeda secara menutup labia sekitar ujung selang dengan tangan.
perlahan-lahan, atau anestesi umum jika diperlukan. o Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke posisi
 Basuh uterus dengan larutan antiseptik dan tutup dengan kain semula.
basah (dengan NaCl hangat) menjelang operasi  Reposisi manual dengan anestesia umum:
o Jika reposisi hidrostatik gagal, upayakan reposisi dalam
anestesia umum. Halotan merupakan pilihan untuk
relaksasi uterus.
 Reposisi kombinasi abdominal-vaginal:
o Kaji ulang indikasi.
o Kaji ulang prinsip dasar perawatan operatif.
o Lakukan insisi dinding abdomen sampai peritoneum dan
singkirkan usus dengan kassa. Tampak uterus berupa
lekukan.
o Dengan jari tangan, lakukan dilatasi cincin kontraksi
serviks.
 Reposisi manual : o Pasang tenakulum melalui cincin serviks pada fundus.
o Pasang sarung tangan DTT

3
o Lakukan tarikan/traksi ringan pada fundus sementara 5. Winkjosastro, H.2006. Ilmu Kebidanan Edisi ketiga. Jakarta :
asisten melakukan reposisi manual melalui vagina. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
o Jika tindakan traksi gagal, lakukan insisi cincin konstriksi
serviks di bagian belakang untuk menghindari risiko
cedera kandung kemih, ulang tindakan dilatasi,
pemasangan tenakulum dan traksi fundus.
o Jika reposisi berhasil, tutup dinding abdomen setelah
melakukan penjahitan hemostasis dan dipastikan tidak
ada perdarahan.
o Jika ada infeksi, pasang drain karet.
 Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 200 ml cairan NaCl/Ringer Laktat IV dengan kecepatan
10 tetes/menit.
 Jika dicurigai perdarahan, berikan infus sampai dengan 60
tetes/menit.
 Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg
atau prostaglandin.
 Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal:
o Ampisilin 2 g IV DAN metronidazol 500 mg IV
o ATAU sefazolin 1 g IV DAN metrodinazol 500 mg IV
 Lakukan perawatan pascabedah jika dilakukan koreksi
kombinasi abdominal- vaginal.
 Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai
pasien bebas demam selama 48 jam:

Referensi:

1. Bobak, Lowdermilk, Jensen (Alih bahasa: Wijayarini, Anugerah).


2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. EGC, Jakarta.
2. Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23.
The Mc Graw-Hill Companies, USA.
3. Myles, 2012. Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta : EGC
4. Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

You might also like