You are on page 1of 15

PENDIDIKAN PADA MASA

KHULAFAUR RASYIDIN
Disusun untuk memenuhi tugas.

Mata kuliah : Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Supriadi, M.Pd.I

Disusun oleh:

Haady Suratmacitra (17.42.018368)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi
besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan sekalian umatnya yang bertaqwa,
atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ PERADABAN ISLAM MASA KHULAFAUR-RASYIDIN “ ini dengan lancar
tanpa halangan suatu apapun.

Atas segala bantuan tersebut, penulis tidak dapat membalas berupa apapun kecuali
mengucapkan terima kasih seraya mengharapkan limpahan rahmat dari Allah SWT
sehingga segala kebaikan itu mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tentu disana sini masih
terdapat kelemahan atau pun kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari pihak manapun demi perbaikan selanjutnya, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. KONDISI MASYARAKAT SEPENINGGAL RASULULLAH..................................... 3


B. SISTEM PEMILIHAN KHALIFAH........................................................................ 3
C. PENDIDIKAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN ........................................... 5

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, fungsi sebagai rasullah tidak dapat
digantikan oleh siapa pun manusia di dunia ini, karena pemilihan fungsi tersebut adalah
mutlak dari Allah SWT. Fungsi beliau sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin
masyarakat harus ada yang menggantinya. Selanjutnya pemerintahan Islam dipimpin oleh
empat orang sahabat terdekatnya, kepemimpinan dari para sahabat Rasul ini disebut
periode Khulafaur-Rasyidin ( para pengganti yang mendapatkan bimbingan ke jalan lurus.

masa yang penting dalam sejarah Islam. Khulafaur-Rasyidin berhasil


menyelamatkan Islam, mengkonsolidasi dan meletakkan dasar bagi keagungan umat Islam.

B. Rumusan masalah
a) Bagaimana kondisi umat Islam pasca meninggalnya Rasulullah?
b) Bagaimana system pemerintahan pasca meninggalnya Rasulullah?
c) Bagaimana perkembangan pada masa Khulafaur Rasyidin?

C. Tujuan pembuatan makalah


Tujuan dari di buatnya makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi umat
Islam pada saat setelah meninggalnya nabi Muhammad Saw. Dan mengetahui system
pemilihan Khalifah pada masa itu serta kebijakan pemerintahannya termasuk dalam
hal pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Masyarakat Sepeninggalnya Muhammad SAW


Dengan wafatnya Rasul, umat muslim dihadapkan kepada suatu krisis
konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula membentuk
suatu majelis untuk masalah tersebut. Sejumlah suku melepaskan diri dari kekuasaan
Madinah dan menolak memberi penghormatan kepada Khalifah yang baru, bahkan
menolak perintahnya. Sebagian dari mereka bahkan menolak Islam. Ada golongan
yang telah murtad, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi dan mendapat
pengikut/pendukung yang tidak sedikit jumlahnya. Ada juga golongan yang tidak mau
lagi membayar zakat karena mengira zakat sebagai upeti kepada Muhammad SAW.
Yang masih tetap patuh kepada agama Islam adalah penduduk Mekkah, Madinah dan
Thaif. Mereka tetap memenuhi kewajiban dan mau mengorbankan apa yang mereka
miliki untuk mengambilkan kejayaan Islam.

B. Sistem pemilihan Khalifah

Permasalahan politik yang pertamakali muncul sepeninggal Rasulullah adalah


siapakah yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah
beliau wafat.
Nabi Muhammad tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin, beliau tampaknya menyerahkan persoalan
tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak
lama setelah beliau rapat, belum lagi jenazahnya di makamkan sejumlah tokoh
Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai Bani Sa’idah, Madinah. Mereka
memusyawarahkan siapa yang dipilih menjadi pemimpin, musyawarah itu berjalan
cukup alot karena masing – masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama –
sama berhak memimpin umat Islam. Namun dengan semangat ukhuwah Islamiyah

4
yang tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih, rupanya semangat keagamaan Abu Bakar
mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam.1

Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung


sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani Sa'idh, memenuhi tata cara perundingan
yang dikenal dunia modern ini. Kaum anshar menekankan pada persyaratan jasa
(merit), mereka mengajukan calon Sa'ad bin Ubadah. Kaum Muhajirin menekankan
pada persyaratan kesetiaan mereka mengajukan calon Abu Ubaidah bin Jarrah.
Sementara itu dari Ahlul Bait menginginkan agar Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah
atas kedudukannya dalam Islam, juga sebagai menantu dan karib Nabi. Hampir saja
perpecahan terjadi bahkan adu fisik, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi,
akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan
Khalifah.

Umar bin Khatab diangkat dan dipilih para pemuka masyarakat dan disetujui
oleh jamaah kaum muslimin. Pilihan itu sudah dimintakan pendapat dan persetujuan
pada saat mereka menengok Abu Bakar sewaktu sakit.

Usman bin Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk
oleh khalifah Umar saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Ia menunjuk enam
calon pengganti Umar menurut pengamatannya dan pengamatan mayoritas kaum
muslimin.

Ali bin Abi Thalib tampil memegang pucuk pimpinan negara di tengah-tengah
kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh kaum
pemberontak. Kholifah Ali dipilih dan diangkat oleh Jamaah kaum muslimin di
Madinah dalam suasana yang sangat kacau, dengan pertimbangan jika Khalifah tidak
segera dipilih dan diangkat, maka keadaan akan semakin bertambah kacau, meskipun
ada golongan yang tidak menyukai Ali, tetapi tidak ada seorang yang ingin diangkat
menjadi khalifah karena Ali masih ada.

Kebijakan-Kebijakan Pemerintah
a). Memerangi Kaum Riddah

1
Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta : Penerbit Kota Kembang, 1989), hlm . 34.

5
Abu Bakar dihadapkan pada keadaan, masyarakat sepeninggalnya Muhammad
SAW. Ia menghadapi kesulitan-kesulitan yang memuncak. Dengan ketegasan Abu
Bakar ini disambut dan didukung oleh hampir seluruh kaum muslimin, untuk
memerangi kemurtadan (nadah) ini.

b). Pengelolaan Kas Negara

Pada Masa Abu Bakar kekuasaan bersifat sentral (eksekutif, legislatif,


yudikatif, terpusat pada pimpinan tertinggi ).Pada masa Umar lembaga yudikatif
dipisahkan dengan didirikannya lembaga pengadilan, bahkan di daerah-daerah).Masa
pemerintahan Umar mulai diatur dan ditertibkan tentang pembayaran gaji dan pajak
tanah. Untuk mengelola keuangan negara didirikan Baitul Mal. Mulai saat ini
pemerintahan Umar sudah menempa mata uang sendiri.Seluruh kebijakan yang
dilaksanakan, pada hakekatnya merupakan upaya mengkonsoldasikan bangsa arab dan
melebur suku-suku arab kedalam satu suku bangsa.

Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil dalam


beberapa tahun pertama permerintahanya. Ia melanjutkan kebijakan-kebijakan
khalifah Umar. Pada separuh terakhir masa pemerintahannya, muncul kekecewaan dan
ketidakpuasan di kalangan mayarakat karena ia mulai mengambil kebijakan yang
berbeda dari sebelumnya. Usman mengangkat keluarganya (Bani Umayah) pada
kedudukan yang tinggi.

Sebagai khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib meneruskan cita-cita Abu Bakar dan
Umar. Ia mengikuti dengan tepat prinsip-prinsip Baitul Mal dan memutuskan untuk
mengembalikan semua tanah yang diambil alih oleh Bani Umayah ke dalam
perbendaraan negara. Demikian hibah atau pemberian Usman kepada siapapun yang
tiada beralasan, diambil kembali. Ali kemudian bertekad unruk mengganti semua
gubernur yang tidak disenangi rakyat, tetapi Mua’wiyah, gubenur syria, menolaknya.
Oleh karenanya khalifah Ali harus menghadapi kesulitan dengan Bani Ummayah.

c). Penataan Birokrasi Pemerintahan

6
Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan ini berdasarkan pada pemikiran
para khalifah, khususnya Umar bin Khatab, yang berhasil memadukan sistem yang ada
di daerah perluasan dengan kebutuhan masyarakat yang sudah mulai berkembang pada
saat itu.

d). Perluasan dan Pengelolaan Wilayah

Satu keterkaitan antara perluasan dan pengelolaan wilayah dengan masuk


Islamnya penduduk di wilayah-wilayah tersebut adalah sikap toleransi dari kaum
muslimin dan mereka mendapatkan perlakuan yang baik. Mereka hidup lebih aman
dan damai di bawah perlindungan pemerintahan Islam, sehingga mereka masuk Islam
dengan kemauan sendiri tanpa adanya paksaan dari kaum muslimin.

e). Sistem Nepotisme

Pergantian Umar dan Usman dapat diartikan pergantian keradilan dan


kekerasan dengan kelonggaran , kelemahan dan sikap ragu-ragu. Akibatnya banyak
kaum muslimin yang meninggalkan Usman, yang berarti hilangnya kawan-kawan dan
oarang-orang tempat nya ia menumpahkan kepercayaan, kecuali kerabatnya. Oleh
sebab itu banyak pejabat dipecat dan digantikan oleh senak kerabatnya. Pada masa
itulah oleh lawan-lawan politiknya ia dituduh melakukan nepotisme (sistem family).

C. Pendidikan pada Masa Khulafaur Rasyidin

a). Abu Bakar


Masa awal kekhalifahan Abu Bakar telah diguncang pemberontakan oleh orang-
orang yang murtad orang yang mengaku sebagai Nabi, dan orang-orang yang tidak mau
membayar zakat pada awal kekuasaannya Abu Bakar memusatkan kosentrasinya untuk
memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan yang dapat mempengaruhi
orng islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari islam. Maka dikirimlah
pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah dalam operasi tersebut
sebanyak 73 orang islam yang gugur yang terdiri dari sahabat rosul dan para Hafidz
Alquran kenyataan ini telah mengurangi jumlah sahabat yang hafal alquran dan jika tidak
diperhatikan shabat-sahabat yng hafal Alquran akan habis dan akirnya akan melahikan
perselisihan dikalangan umat islam mengenai Alquran. Oleh karena itu sahabat Umar bin

7
Khatab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Alquran.
Saran tersebut kemudian direalisasikan Abu Bakar dengan mengutus Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan semua tulisan ayat-ayat Alquran. Dengan demikian khalifah Abu Bakar
berjasa dalam menyelamatkan keaslian materi dasar pendidikan islam.
Pendidikan dimasa ini tidak banyak mengalami perubahan sejak masa Rasulullah
SAW. Yakni berkisar pada materi pendidikan seputar tauhid, akhlak, ibadah, kesehatan

a) Pendidikan keimanan (Tauhid) yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib


disembah adalah Allah.
b) Pendidikan Akhlak, seperti adab masuk rumah orang lain, sopan santun
bertetangga, bergaul dalam masyarakat dan lain sebagainya.
c) Pendidikan Ibadah, seperti pelaksanaan sholat, puasa dan haji.
d) Kesehatan, seperti kebersihan, gerak gerik dalam shalat merupakan didikan untuk
memperkuat jasmani dan rohani.

Ahmad Syalabi menegaskan lembaga untuk belajar membaca dan menulis pada
saat itu disebut dengan Kuttab setelah masjid yang juga berfungsi untuk tempat belajar,
ibadah dan musyawarah. Sedangkan pusat pembelajaran pada masa ini adalah kota
madinah dan tenaga pendidiknya adalah para sahabat Rasulullah Saw. Yang terdekat.

b). Umar bin Khattab


Pada masa khalifah Umar bin Khatab, kondisi pokok politik dalam keadaan stabil.
Melanjutkan kebijaksanaan Abu Bakar, umar bin khattab mengirim pasukan untuk
memperluas wilayah islam. Ekspansi islam di masa Umar mencapai hasil yang gemilang
yang meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Syiria Irak Persia dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar jazirah Arab penguasa memikirkan
pendidikan islam didaerah diluar jazirah Arab Karena bangsa tersebut memiliki adat dan
kebudayaan yang berbeda dengan islam. Umar memerintahkan panglima-panglima apabila
mereka berhasil menguasai suatu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai
tempat ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan usaha itu khalifah Umar mengangkat dan
menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditklukan yang bertugas mengajarkan isi
alquran dan ajaran islam kepada penduduk yang bau masuk islam.

8
Pada masa khalifah Umar sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada Rosulullah dan
memiliki pengaruh besar, dan pendidikan islam terpusatkan di Madinah sehingga kota
tersebut pada waktu itu menjadi pusat keilmuan islam. Meluasnya kekuasaan islam
mendorong kegiatan pendidikan islam bertambah besar karena mereka yang baru
menganut islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat yang menerima langsung
dari Nabi SAW. Khususnya menyangkut Hadist Rosul yang merupakan salah satu sumber
agama yang belum terbukukan dan hanya dalam ingatan para sahabat.

c). Usman bin Affan


Pada masa khalifah Usman bin Affan pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada.
Usaha konkrit di bidang pendidikan islam ini di buktikan adanya lanjutan usulan khalifah
Umar kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Alquran.
Khalifah Usman memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit bersama Abdullah bin Zubair,
Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits, supaya menyalin mushaf Alquran yang
dikumpulkan pada masa khalifah Abu Bakar. Setelah selesai menyalin mushaf itu Usman
memerintahkan para penulis Alquran untuk menyalin kembali dan dikirimkan ke Mekkah,
Kuffah, Basrah dan Syam, khalifah Usman sendiri memegang satu mushaf yang disebut
mushaf Al-Imam.
Mushaf Abu Bakar dikembalikan lagi ketempat peyimpanan semula yaitu rumah
Hafsah. Khalifah Usman meminta agar umat islam memegang teguh apa yang tertulis
dimushaf yang dikirimkan kepda mereka sedangkan mushaf-mushaf yang sudah ada
ditangan umat islam segera dikumpulkan dan dibakar untuk menghindari perselisihan
bacaan Alquran serta menjaga keasliannya. Fungsi Alquran sangat fundamental
bagi sumber agama dan ilmu-ilmu islam. Oleh karena itu menjaga keasliannya Alquran
dengan menyalin dan membukukannya merupakan suatu usaha demi perkembangan ilmu-
ilmu islam dimasa mendatang.
Seperti khalifah-khlifah sebelumnya, khalifah Usman memberikan perhatian besar
pada pengiriman tentara kebeberapa wilayah yang belum ditaklukan. Besar juga hasil yang
diperoleh dari pengiriman ekspedisi dimasa ini bagi perluasan kekuasaan islam, yang
mencapai Tripoli,Ciprus, dan beberapa wilayah lain, tetapi gelombang ekspedisi terhenti

9
sampai disini karena perselisihan pemerintahan dan kekacauan yang mengakibatkan
terbunuhnya khalifah Usman.

e). Ali bin Abi Thalib


Mengganti Usman naiklah Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah sejak awal
kekuasaannya kekhalifahan Ali selalu diselimuti pemberontakan, salah satunya peperangan
dengan Aisyah (istri Nabi) bersama Talhahd an Abdullah bin Zubair yang berambisi
menduduki jabatan khalifah, peperangan diantara mereka disebut dengan perang jamal
(Unta) karena Aishyah menggunakan kendaraan unta.
Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah muncul pemberontakan lain
sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan
kedamaian. Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan
kekuasaan Ali, Ali terpaksa harus menghadapi peperangan lagi melawan Muawiyah dan
pendukungnya yang terjadi di Shiffin. Tentara Ali sudah hampir pasti dapat mengalahkan
tentara Muawiyah, akhirnya Muawiyah mengambil siasat untuk mengadakan takhim,
penyelesaian dengan adil dan damai. Semula Ali menolak, tetapi atas desakan sebagian
tentaranya ia menerima juga, namun takhim malah menimbulkan kekacauan Karena
Muawiyah bersifat curang. Dengan takhim Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan
akhirnya mendirikan pemerintah tandingan di Damaskus.
Sementara itu sebagian tentara Ali menentang keputusan dengan cara takhim karena tidak
setuju mereka meninggalkan Ali, mereka membentuk kelompok sendiri sebagai kelompok
Khawarij, Golongan ini selalu
merongrong kewibawaan kekuasaan Ali sampai akhirnya beliau mati terbunuh seperti yang
dialami Usman.
Kekacauan dan pemberontakan dimasa khalifah Ali membuat Syalabi, seperti yang
dikutip Soekarno dan Ahmad Supardi, berkomentar
sebenarnya tidak pernah ada barang satu haripun keadaan yang stabil selama pemerintahan
Ali. Tak ubahnya dia sebagai orang yang menambal kain usang jangankan menjadi baik
malah bertambah sobek demikian nasib Ali. Lebih lanjut dijelaskan oleh Soekarno dan
Ahmad Soepardi bahwa saat kericuhan politik dimasa Ali ini ampir pasti dapat dipastikan
bahwa kegiatan pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan walaupun tidak
terhenti sama sekali, khalifah Ali pada saat itu tidak sempat lagi memikirkan masalah

10
pendidikan karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan dan
kedamaian bagi masyarakat islam.
Pada masa pemerintahan yang tidak stabil selama enam tahun ini pendidikan islam
mendapat hambatan dikarenakan khalifah sendiri tidak sempat memikirkannya terlalu
sibuk untuk menyelesaikan permasalah politik dan pemberontakan yang disebabkan oleh
kebijakan Khalifah yang memecat gubernur-gubernur yang diangkat oleh khalifah
sebelumnya namun kebijakan tersebut ditolak dan bahkan banyak yang tidak mengakui
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dengan begitu, berarti pola pendidikan tidak jauh berbeda
dengan masa-masa sebelumnya yang sudah berjalan[15].

A) . Pusat dan Sistem Pendidikan Islam

Perkembangan penyampaian ajaran islam bukan hanya di mekkah dan madinah tapi lebih
luas dari pada itu, yaitu di pusat-pusat wilayah yang baru dikuasai oleh islam, maka
berdirilah pusat-pusat pendidikan yang memberikan pengajaran agama islam kepada para
penduduk setempat ataupun para penduduk yang datang dari daerah lain[16].

Pada masa pertumbuhan islam terdapat beberapa madrasah yang terkenal, yaitu sebagai
berikut :

a) Madrasah Mekkah
b) Madrasah Madinah
c) Madrasah Basrah
d) Madrasah Kufah
e) Madrasah Damsyik (Syam)
f) Madrasah Fistat (Mesir)[17].

Pusat-pusat Pendidikan pada masa Khulafaurrasyidin dan sahabat atau guru yang dikirim
ke luar Jazirah Arab adalah sebagai berikut :

a) Mekkah, guru pertama di Mekkah adalah Muaz bin Jabal yang mengajarkan Al-
Qur’an dan fiqh.
b) Madinah, Sahabat yang terkenal di Madinah, antara lain Abu Bakar, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat lainnya yang mengajarkan membaca dan
menulis dan lain-lain.
c) Basrah, Sahabat yang termasyhur di Basrah, antara lain Abu Musa Al-Asy’ari,
seorang ahli fiqh dan Al-Qur’an.
d) Kuffah, Sahabat-sahabat yang termasyhur di Kuffah adalah Ali bin Abi Thalib dan
Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud mengajarkan Al-Qur’an. Ia adalah ahli
tafsir, hadist dan fiqh.
e) Damsyik (Damaskus/Syam). Setelah Syam menjadi bagian Negara islam dan
penduduknya banyak yang beragama islam, Khalifah Umar mengirimkan tiga
orang guru ke Negara itu, yaitu Mu’az bin Jabal, Ubaidah, dan Abu Darda’. Ketiga

11
sahabat ini mengajar ditempat yang berbeda di Syam. Abu Darda’ di Damsyik,
Mu’az bin Jabal di palestina, dan Ubaidah di Hims/Mesir.
f) Mesir, Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir
adalah Abdullah bin Amru bin Ash. Ia adalah seorang ahli hadist.

Sedangkan system pendidikan islam secara umum pada masa Khulafaurrasyidin dilakukan
secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada mada Khalifah Umar bin
Khattab yang turut ikut campur dalam menambahkan materi kurikulim pada lembaga
kuttab. Materi pendidikan islam yang diajarkan pada masa Khalifah sebelum Umar bin
Khattab, untuk pendidikan dasar yaitu :

a) Membaca dan menulis


b) Membaca dan menghafal Al-Qur’an
c) Pokok-pokok agama islam, seperti wudhu, shalat, shaum dan sebagainya.

Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah, Ia menginstruksikan kepada


penduduk kota agar anak-anak diajari:

a) Berenang
b) Mengendarai unta
c) Memanah

Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari :

a) Al-Qur’an dan tafsirnya


b) Hadist dan pengumpulannya
c) Fiqh (tasyri’)

Pusat dan system pendidikan ini terus berlanjut sampai pada khalifah terakhir Ali bin Abi
Thalib.

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Dari uraian diatas dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:


Pendidikan islam terjadi sejak nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rosul Allah di
Mekkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Pendidikan islam mulai dilaksanakan
Rosulullah setelah mendapat perintah dari allah agar beliau menyeru kepada Allah,
sebagaimana yang termaktub dalam Alquran surat Al Mudatsir 74 ayat 1-7.
1 Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. dan Tuhanmu agungkanlah!
4. dan pakaianmu bersihkanlah,
5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Dengan meninggalnya nabi Muhammad maka selanjutnya pemerintahan dipimpin


oleh Khulafaur Rasyidin yang diantaranya adalah:

 Abu Bakar ash Shidieq ( masa pemerintahan tahun 632-634 M atau 11-13 H)
 Umar bin Khattab (masa pemerintahan tahun 634-644 M atau 13-23 H)
 Usman bin Affan (masa pemerintahan tahun 644-655 M atau 23-25 H)
 Ali bin Abi Thalib ( masa pemerintahan tahun 656-660 M atau 26-40 H)

13
DAFTAR PUSTAKA

Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta : Penerbit Kota Kembang,
1989), hlm . 34
Kodir, Abdul, 2015, Sejarah Pendidikan Islam Dari Masa Rasulullah Hingga Reformasi di
Indonesia, Bandung: Pustaka Setia.

14

You might also like