You are on page 1of 9

F -X C h a n ge F -X C h a n ge

PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Diare bakterial : etiologi dan kepekaan


Antibiotika di dua Pusat Kesehatan
Masyarakat di Jakarta
Paul Buktiwetan*, Julius E.Surjawidjaja*,Oktavianus Ch.Salim**,
Mahyunis Aidilifit*, dan Murad Lesmana*

*Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.


**Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

ABSTRACT

This study was conducted to describe the cause and performance of antibiotic susceptibility
of bacterial diarrhea. A total of 1006 rectal swab samples has been collected from diarrhea
patients in two subdisricts Puskesmas Mampang. South Jakarta and Puskemas Tambora, West
Jakarta, during April 1998 through Agustus 1999. Enteric pathogens isolated comprised of
Shigella 4.1% (S. flexneri 3.2%, S.sonnei 0.8%, S.dysenteriae 0.1%), Salmonella 0.9%
(Salmonella group A0.1% Salmonella group B 0.3%, Salmonella group C 0.1%, Salmonella
group D 0.1% and Salmonella group E. 0.3%) Compylobcter jejuni 0.7% and Vibrio
parahaemolyticus 0.1%. The highest number of cases with diarrhea were children less than 14
years of age and Shigella species was the most prevalent organism among the enteric pathogens
found Clinical features included fever, nausea, vomiting, and abdominal pain. Stool with blood
and mucus was found only in patients infected by Shigella species and C.jejuni. Antibiotic
multiresistance was found among C.jejuni only and Shigella, whereas Salmonella species was
still sensitive to the antibiotics tested (J.kedokter Trisakti 2001:20(2):57-65).

Key words:Diarrhea, cause, health center, Jakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menggambarkan etiologi dan pola kepekaan antibioka pada diare
bakterial yang dilakukan dari bulan April 1998 sampai Agustus 1999. Sebanyak 1006 penderita
diare anak-anak dan dewasa dari dua Puskesmas, Kecamatan Mampang, Jakarta Selatan dan
Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, diambil usap duburnya untuk dilakukan analisis
laboratorium. Dari bahan pemeriksaan usap dubur tersebut diisolasi kuman-kuman enteric,
Shigella sebanyak 4.1% (S.flexneri 3.2%, S.someri 0.8%, S.dysenteriae 0.1%). Salmonella 0,9%
(Salmolla gruo A 0,1%, Salmonella grup B 0.3%, Salmonella grup C 0.1%, Salmonellagrup D
0,1% dan Salmonella grup E 0,3%), Campylobacter jejuni 0,7% dan Vibrio parahaemolyticus
0,1%. Dari distribusi menurut umur, diare paling banyak dijumpai pada anak-anak 14 th dan
disebabkan spesies Shigella. Dari penderita-penderita diare dengan pathogen enteric positif,
sejumlah besar menunjukkan gejala demam, mual, muntah, nyeri perut. Tinja yang mengandung
darah dan lender hanya ditemukan pada infeksi dengan Shigella dan C.jejuri. Uji kepekaan
antibiotika menunjukkan suatu multiresistensi terutama pada C.jejuni dan pada S.flexneri,
sedangkan kuman-kuman Salmonella umumnya masih peka terhadap antibiotika yang diuji.

Kata kunci : Diare, etiologi, Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

57
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

PENDAHULUAN dari infeksi diare di masyarakat. Oleh karena


itu perlu dilakukan penelitian yang
Penyakit diare merupakan penyebab berdasarkan studi masyarakat (community-
yang banyak menumbulkan kesakitan dan based) untuk mendapatkan gambaran yang
kematian di seluruh dunia, terutama pada lain selain yang diperoleh dari rumah sakit.
anak-anak di negara-negara. Diperkirakan Penelitian ini bertujuan untuk
kematian anak-anak dibawah 5 tahun akibat menggambarkan etiologi kasus diare
diare mencapai 4,6 juta setiap tahunnya. bakterial di Puskesmas, menilai hubungan
Pada populasi ini mortalitas karena antara gejala klinis (diare) dan faktor
diare pada bayi berkisar antara 50 sampai 80 penyebab, serta menentukan pola kepekaan
per seribu penduduk.(2) Meskipun kemajuan antibiotik masing-masing bakteri penyebab
global untuk menurunkan angka-angka diare.
kematian ini mencapai hasil yang sangat
bermakna, terutama sejak diperkenalkan METODE
pengobatan cairan dan elektronik, namun
angka morbiditas diare masih saja tetap Lokasi dan subyek penelitian
tinggi dan masih merupakan masalah Penelitian dilakukan di dua Puskesmas
kesehatan masyarakat di berbagai negara.(3,4) di Jakarta, yaitu Puskesmas Kecamatan
Keadaan ini nyata di negara-negara dengan Mampang, Jakarta Selatan dan Puskesmas
konsidi sanitasi dan kebersihan lingkungan Kecamatan Tambora, Jakarta Barat dari
yang buruk, suplai air bersih yang belum bulan April 1998 sampai Agustus 1999.
memadai, kemiskinan dan taraf pendidikan Penderita anak-anak dan orang dewasa yang
yang kurang. Dengan bertambahnya patogen mengalami diare dan berobat ke Puskesmas
enterik yang berkaitan dengan penyakit di atas, diambil sebagai subyek penelitian.
diare, etiologi diare menjadi sangat penting Subyek dianggap menderita diare apabila
untuk dikenali.(5,9) Berbagai jenis buang air besar sebanyak 3 kali atau lebih
mikroorganisme di antaranya kuman-kuman dalam waktu 24 jam, dengan tinja
Campylobacter, Shigella spp, dan lembek/cair/berair. Sebelum dilakukan
Salmonella spp. Merupakan penyebab pengambilan sampel, kepada subyek
penting diare, selain Vibrio cholerae. (penderita dewasa) atau walinya (penderita
Meskipun episode diare pada umumnya anak-anak) dijelaskan mengenai penelitian
dapat berhenti sendiri dalam waktu bebeapa ini dan diminta untuk menanda-tangani
hari sampai satu minggu, sebagian kecil formulir persetujuan untuk ikut sebagai
akan berlanjut untuk waktu 2 minggu atau peserta dalam penelitian. Kepada penelitian
lebih(10) menjadi diare persisten. Diare untuk mengumpulkan data yang meliputi
persisten kecil ini memberi berbagai dampak umur, jenis kelamin, dan gejala-gejala klinis
negatif pada penderita yang masih anak- yang berkaitan dengan diare.
anak, terutama berkaitan dengan gangguan
pertumbuhan. Koleksi sampel
Beberapa infeksi diare seperti yang Setelah surat persetujuan ditanda
disebabkan oleh Shigella spp., dan tangani oleh subyek atau walinya (bila anak-
Campylobacter jejuni memberi gejala diare anak) maka dilakukan pengambilan bahan
tidak seperti kolera yang dengan cepat pemeriksaan. Bahan pemeriksaan diambil
menyebabkan dehidrasi sehingga perlu pada saat penderita datang ke Puskesmas,
perawatan di rumah sakit, oleh karena itu sebelum diberikan pengobatan antibiotika.
infeksi diare karena kuman-kuman tersebut Apabila sebelumnya penderita telah
mungkin akan lebih banyak dijumpai pada mendapat antibiotik, keterangan ini dicatat
penderita-penderita berobat jalan di Pusat pada kuesioner untuk diperhitungkan pada
Kesehatan Masysrakat (Puskesmas). Pada analisis data kemudian. Dua buah usap
umumnya laporan penelitian didasarkan atas dubur diambil dari setiap penderita sesuai
studi rumah sakit yang mungkin berbeda dengan prosedur yang telah dilaporkan

58
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

sebelumnya.(5) Sampel usap dubur tersebut Isolat bakteri yang ditemukan


segera dimasukkan ke dalam tabung selanjutnya diuji kepekaannya terhadap
medium transport Cary-Blair dan medium antibotik dengan menggunakan metode
transport yang telah berisi usap dubur ini difusi cakram sesuai dengan yang
dimasukkan ke dalam kotak pendingin yang dianjurkan oleh National Commitee for
telah disediakan. Clinical Laboratory Standards (NCCLS). (12)
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
Transportasi bahan pemeriksaan 10 jenis cakram antibiotika, masing-masing
Bahan pemeriksaan (di dalam kotak adalah ampisilin (10 ug), kloramfenikol (30
pendingin) dikirim ke laboratorium ug), tetrasiklin (30 ug), trimetoprim-
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran sulfametoksazol (12,5/23,75 ug), sefalotin
Universitas Trisakti (LMFK) pada akhir jam (30 ug), ceftriakson (30 ug), siprofloksasin
kerja. Di LMFK bahan-bahan dikeluarkan (5 ug), norfloksasin (10 ug), asam nalidiksat
dari kotak pendingin dan segera diproses. (30 ug), dan eritromisin (15 ug). Cakram
Bahan pemeriksaan yang tidak dapat eritromisin hanya digunakan untuk
dikirimkan pada hari yang sama dengan hari pengujian kuman C.jejuni
pengambilan sampel tersebut, dimasukkan
ke dalam lemari es dan dikirim pada hari HASIL
kerja berikutnya.
Sebanyak 1006 penderita diare dari dua
Prosedur bakteriologis Puskesmas Kecamatan, Mampang dan
Usao dubur ditanamkan secara Tambora masing-masing di jakarta Selatan
langsung ke lempeng agar MacConkey dan Jakarta Barat, diambil usap duburnya
(MAC), Salmonella Shigella (SS), xylose dan dilakukan analisis laboratorium. Dan
lysine desoxycholate (XLD) agar, didapatkan 58 (5,8%) penderita mengalami
thiosulfate citrate bile sals sucrose (TCBS) diare bakterial, prevalensi dari berbagai
dan campy-blood agar (CAB). Selajutnya patogen enterik yang diisolasikan dari
satu usap dubur dimasukkan ke dalam penderita ini disajikan pada Tabel 1.
medium persemaian (MSB) untuk Tidak dibedakan hasil isolasi di antara
Salmonella, sedangkan usap dubur yang dua Puskesmas karena angka-angka yang
kedua ke dalam alkaline peptone water didapat tidak besar. Spesies Shigella (3.2%)
(APW:1% peptone, 1% NaCl, pH 8.4) untuk merupakan isolat yang paling banyak
persemaian Vibrio. Semua lempeng agar, dijumpai. Dari spesies Shigella ini,
kecuali CAB, biakan persemian MSB dan mayoritasnya adalah S. Flexneri yang
APW, diinkubasi pada suhu 37°C selama merupakan 78% dari seluruh isolat Shigella
18-20 jam. CAB diinkubasi pada suhu 42°C yang didapat, S. Sonnei dapat diisolat dari 8
dalam suasana CO2 5-10% (mikroerofilik). (20%) penderita dan S. Dysenteriae hanya
Biakan MSB dipindah-tanamkan ke dari 1 (2%), sedangkan dan S. Boydii tidak
lempeng agar SS dan XLD, sedangkan APW ditemukan. Spesies Salmonella dan C.jejuni
ke TCBS dan semua lempeng agar ini didapati dalam jumlah yang hanpir sama,
diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 yaitu masing-masing 0.9% dan 0.7%. Tidak
jam. Biakan pada lempeng agar diperiksa ditemukan S. Typhi pada studi ini. Vibrio
untuk koloni-koloni kuman Salmonella, cholerae juga tidak ditemukan, tetapi V.
Shigella, Campylobacter, Escherichia coli, Parahaemolyticus dapat diisolasi dari 1
dan Vibrio. Prosedur baku untuk identifikasi (0.1%) penderita diare. Penyebaran isolat
patogen entrik meliputi pengujian dengan patogen enterik pada penderita laki-laki dan
Kligler’s iron agar, sucrose semisolid, perempuan tidak menunjukkan adanya
motility indole ornithine.(1) Pemeriksaan perbedaan. Tabel 2 menunjukkan distribusi
terhadap virus (rotavirus dan Norwalk virus) isolasi kuman patogen enterik menurut umur
dan parasit tidak dilakukan. penderit. (Lihat tabel 2).

59
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Shigella flexneri lebih banyak dijumpai th dan tidak ditemukan dari penderita di atas
pada usia di atas 14 th dibandingkan pada >14 th. Distribusi kuman-kuman spesies
kelompok usia lainnya, dengan angka isolasi Salmonella menurut umur penderita, sulit
sebesar 5.9%, sedangkan S. Sonnei banyak dinilai karena hanya dijumpai dalam jumlah
ditemukan pada kelompok umur di bawah yang sedikit sekali kecuali Salmonella grup
14 th terutama umur >1th sampai 14 th (1%- E yang banyak diisolasi pada usia >14 th.
15%). Dari 7 penderita yang positif dengan Gejala-gejala yang menyertai diare dapat
C. Jejuni, semuanya adalah anak-anak 14 dilihat pada Tabel 3. (Lihat tabel 3)

Tabel 1. Prevalensi patogen entrik yang diisolasi dari 1006 penderita diare di Puskesmas
Mampang, Jakarta Selatan dan Puskesmas Tambora, Jakarta Barat, April 1998-Agustus 1999.

Isolate Jumlah (%)

Shigella flexneri 32 (3,2)


Shigella sonnei 8 (0,8)
Shigella dysenteriae 1 (0,1)
Campylobacter jejuni 7 (0,7)
Salmonella gr A 1 (0,1)
Salmonella gr B 3 (0,3)
Salmonella gr C 1 (0,1)
Salmonella gr D 1 (0,1)
Salmonella gr E 3 (0,3)
Vibrio parahaemolyticus 1 (0,1)

Total 58 (5,8)

Tabel Distribusi patogen enterik menurut umur, pada penderita diare di Puskesmas Mampang,
Jakarta Selatan Puskesmas Tambora, Jakarta Barat April 1998-Agustus 1999.

Kategori Umur (tahun)


Isolat -----------------------------------------------------------
0–1 >1 – 5 >5 – 14 >14
n = 195 (n=408) (n=130) (n=273)

Shigella 5(2,6) 10(2,4) 1(0,8) 16(5,9)*


Shigella sonnei 1(0,5) 4(1,0) 2(1,5) 1(0,4)
Shigella dysenteriae 0 0 1(0,8) 0
Campylobacter jejuni 2(1,0) 3(0,7) 2(1,5) 0
Salmonella gr A 0 1(0,2) 0 0
Salmonella gr B 1(0,5) 0 0 2(0,8)
Salmonella gr C 0 0 1(0,8) 0
Salmonella gr D 0 1(0,2) 0 0
Salmonella gr E 0 1(0,2) 0 2(0,8)
Vibrio parahaemolyticus 0 0 1(0,8) 0

* Jumlah positif (%)

60
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Tabel 3. Manifestasi klinis patogen enterik pada penderita diate di Puskesmas Kecamatan
Mampang dan Puskesmas Kecamatan Tambora.
Organisme Gejala-gejala klinis (%)
Demam Mual Muntah Abp Muk Drh
Salmonella gr A 40 30 50 74 0 0
Salmonella gr B 47 27 45 51 0 0
Salmonella gr C 37 29 80 79 0 0
Salmonella gr D 40 27 70 70 0 0
Salmonella gr E 40 24 51 74 0 0
Shigella 50 21 45 78 40 30
Campylobacter 40 15 40 65 40 40
Vibrio parahaemolyticus 21 23 70 76 0 0

Abp = nyeri abdominal; Muk = tinja berlendir; Drh = tinja berdarah

Sebagian besar (40-50%) penderita darah dan lendir pada infeksi dengan kuman
diare mengalami demam ( 38°C), kecuali lain.
penderita dengan infeksi V. Uji kepekaan yang dilakukan terhadap
Parahaemolyticus. Pada penderita ini hanya 10 jenis antibiotika menunjukkan bahwa
21% saja yang mengalami demam. Gejala pada umumnya semua spesies Salmonella
demam paling banyak ditemukan pada masih peka terhadap antibiotika yang
penderita dengan infeksi Shigella (50%) dan digunakan pada penderita ini, kecuali
Salmonella grup B (47%). Sebaian besar Salmonella grup C yang resisten (100%)
(65%-78%) penderita tanpa dibedakan kausa terhadap tetrasiklin. Dari spesies Shigella
bakterinya menunjukkan gejala nyeri perut, 83% isolat S. Flexneri resisten terhadap
dengan jumlah terbanyak pada mereka ampisilin, kloramfenikol dan tetrasiklin,
dengan infeksi Salmonella grup C (79%) 67% resisten terhadap trimetoprim
dan Shigella (78%), sedangkan yang paling sulfametoksazol dan 17% resisten terhadap
sedikit diperlihatkan oleh penderita dengan seftrialson. Shigella sonnei menunjukkan
infeksi Salmonella grup B (45%). Rasa mual resistensi yang tinggi (100%) terhadap
tidak begitu menonjol, hanya dijumpai pada tetrasiklin dan trimetoprim-sulfametoksazol,
sekitar 15%-30% penderita saja. Muntah sedangkan S. dysenteriae masih sangat peka
dijumpai paling banyak pada penderita- terhadap semua antibiotika yang digunakan
penderita yang positif dengan Salmonella dalam pengujian. Pola kepekaan antibiotika
grup C (80%), Salmonella grup D (70%) dan dari kuman C. Jejuni menujukkan
V parahaemolyticus (70%), sedangkan pada nultiresustensi, kecuali terhadap
mereka yang positif dengan Campylobacter, kloramfenikol, seftriakson dan eritromisin.
40% yang mengalami muntah. Diare dengan Terhadap ketiga jenis antibiotika ini C.
lendir dan darah hanya ditemukan pada jejuni masih sensitif.
penderita-penderita yang mengalami infeksi Vibrio parahaemolyticus hanya
dengan spesies Shigella dan Campylobacter. menujukkan resistensi terhadap ampisilin
Tidak dijumpai tinja yang mengandung (100%) dan sefalotin (100%). (lihat tabel 4).

61
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Tabel 4 Uji Kepekaan antibiotika terhadap patogen enterik yang diisolasi dari penderita
Diare di Puskesmas Mampang dan Puskesmas Tambora.

Organisme Antibiotika/persentase resisten


Am C Te Sxt Cf Cip Nor Na Cro Ery
Salmonella gr A 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Salmonella gr B 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Salmonella gr C 0 0 100 0 0 0 0 0 0
Salmonella gr D 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Salmonella gr E 0 0 0 0 0 0 0 0 0
S.flexneri 83 83 83 67 0 0 0 0 17
S. sonnei 0 0 100 100 0 0 0 0 0
S. dysenteriae 0 0 0 0 0 0 0 0 0
V. jejuni 86 0 26 100 100 26 26 43 0 0
V. parahaemolyticus 100 0 0 0 100 0 0 0

Am = ampisilin; C = kloramfenikol; Te = tetrasiklin; Sxt = trimetoprin-sufametoksazol;


Cf = sefalotin; Cip = sipropfloksasi; Nor = Norfloksasin; Na = asam nalidikasi
Cro = seftriakson; Ery = eritromisin
* Eritromisin hanya diujikan terhadap C. jejuni

DISKUSI kepekaan metode pengujian atau biakan,


bukan karena perbedaan insidens
Hasil penelitian ini menunjukkan angka enteropatogen.
total isolasi bakteri patogen penyebab angka Infeksi patogen enterik pada umumnya
total isolasi bakteri patogen penyebab diare terjadi melalui makanan atau minuman yang
5,8% untuk kedia Puskesmas Mampang dan terkontaminasi dan paparan terhadap
Tambora. Angka ini jauh lebih kecil penyebab penyakit diare dapat terjadi
dibandingkan dari pada angka isolasi bakteri melalui kebiasanan mengkonsumsi makanan
yang dilaporkan untuk rumah sakit, yaitu dari penjaja atau higiene lingkungan yang
28,4%. (5) Perbedaan ini kemungkinan kirang baik. Keadaan ini dapat dilihat dari
menggambarkan praktek penderita diare tabel 1 di mana spesies Shigella menduduki
yang lebih memilih untuk mendapatkan urutan pertama sebagai penyebab diare di
pertolongan pengobatan di rumah sakit. kedua puskesmas. Yang menarik, adalah
Faktor lain yang mungkin menjadi penyebab ditemukannya S. dysenteriaen dari 1 kasus.
dari rendahnya angka isolasi di Puskesmas Meskipun secara isolasi jumlah ini tidak
adalah belum terbiasanya tenaga di berarti namun menurut Subekti dan kawan-
Puskesmas dengan cara-cara koleksi dan kawan (13), S. dysenteriae tidak pernah lagi
penanganan spesimen. Juga kemungkinan ditemukan di Indonesia sejak lebih dari 15
karena kurangnya sarana penunjang seperti tahun lalu sampai baru-baru ini. Sekitar 2
misalnya pending (lemari es), yang penting tahun yang lalu mereka melaporkan
untuk penyimpangan sementara dari kembalinya S. dysenteriae di Indonesia
spesimen. Keadaan yang sama dilaporkan dengan ditemukannya dari 8% penderita
oleh Black (10) yang mengemukakan bahwa diare di beberapa wilayah di Indonesia (13)
angka enteropatogen yang terindentifikasi Kalau benar ini merupakan pemuculan
pada studi kesehatan masyarakat adalah kembali (reemergence) dari S. dysenteriae,
50% dari kasus, sedangkan pada studi di keadaan ini perlu diwaspadai karena S.
fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah dysenteriae dikenal sebagai spesies Shigella
sakit, angkanya adalah sekitar 70%. Black yang menimbulkan wabah disenteri dengan
(10)
menduga bahwa perbedaan angka gejala-gejala lokal dan umum yang berat.
identifikasi di kedua tempat studi tersebut Yurdakok dan kawan-kawan 914) juga
mungkin disebabkan oleh perbedaan melaporkan bahwa S. dysenteriae tidak lagi

62
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

dijumpai dari kasus-kasus disenteri di pada usia 1 sampai 5 tahun, tetapi pada bayi-
Ankara, Turki, sejak 7 tahun terakhir bayi di bawah 1 tahun derajat isolasinya
meskipun Shigella gastroenteritis terjadi rendah karena kemungkinan besar ada efek
setiap bulan sepanjang tahun. protektif air susu ibu yang diberikan oleh
Dari spesies Shigella yang terisolasi sekitar 60% ibu-ibu di Turki kepada
pada studi ini, S. flexneri menduduki urutan bayinya. (10) Manifestasi klinik diare
tertinggi dengan frekuensi sebesar 78%. Ini bakterial oleh berbagai kuman patogen pada
sesuai dengan berbagai laporan yang umumnya memberi gambaran yang dapat
menyatakan bahwa S. flexneri adalah membedakan satu dengan lainnya. Dari
penyebab utama shigellosis endemik di penelitian ini, gambaran klinik infeksi oleh
negara-negara berkembang.(10,16,17) spesies Shigella dan C. jejuni spesifik,
Sebaliknya, di negara maju dan beberapa sesuai dengan laporan-laporan dari berbagai
negara lain seperti Israel dan Turki, pada tempat(10,13,16,17), karena keduanya
awalnya spesies Shigella penyebab disenteri menunjukkan diare dengan tinja
yang paling banyak ditemukan adalah S. mengandung darah dan lendir (30-40%).
dysenteriae, tetapi kemudian posisinya Gambaran ini tidak dijumpai pada kasus-
diambil alih oleh S. flexneri dan sekarang kasus diare oleh sebab bakteri lain. Demam
yang terbanyak sebagai penyebab shigellosis hanya dijumpai pada 21% penderita diare
adalah S. sonnei. (10,14) karena V.parahaemolyticus, tetapi infeksi
Penyabab diare bakterial lainnya adalah oleh patogen enterik ini menyebabkan
Salmonella. Derajat salmonellosis di negara- muntah dan nyeri perut seperti yang
negara maju meningkat dalam sepuluh tahun dilaporkan.(14) Demikian juga, pada
terakhir dan kesemuanya disebabkan oleh salmonellosis, muntah dan nyeri perut ini
penyebaran melalui makanan dan pada sangat menonjol, kecuali itu, demam sering
umumnya, infeksi salmonellosis banyak menyertai diare yang disebabkan karena
mengenai bayi-bayi dan orang-orang tua Salmonella ini. Temuan ini sesuai dengan
serta penderita-penderita dengan gangguan yang dilaporkan oleh Black. (10)
sistem imunitas. (10) Hasil yang serupa Hasil uji kepekaan antibiotika
dijumpai pada penelitian ini. Dari data-data, menunjukkan bahwa umumnya patogen
spesies bakteri ini juga lebih banyak enterik yang diisolasi dari kasus-kasus diare
ditemukan pada anak-anak, kecuali pada penelitian ini masih banyak yang
Salmonella grup B dan Salmonella grup E, sensitif terhadap antibiotika yang diuji,
yang lebih banyak diisolasi dari kasus diare kecuali S. flexneri dan C.jejuni. Kedua
dewasa. Dari data pada Tabel 2, diperoleh kuman enterik ini sudah resisten terhadap
gambaran bahwa 37 dari 58 (64%) kasus- banyak antibiotika yang lazim digunakan
kasus diare bakterial pada studi ini, adalah untuk pengobatan diare seperti ampisilin,
anak-anak 14 th. Diare karena C. jejuni, kloramfenikol, tetrasiklin dan ko-
seluruhnya adalah anak-anak dari usia trimoksasol (Tabel 4). Bahkan terhadap
tersebut. Kelompok usia ini agaknya adalah seftriakson, yang merupakan golongan
yang paling rentan dibandingkan dengan extended spectrum betalactam, 17% dari S.
orang dewasa yang umumnya telah memiliki flexneri sudah resisten sehingga penggunaan
kekebalan, kecuali untuk infeksi Shigella. antibiotika multipel dijumpai pada
Kasus-kasus shigellosis meliputi anak-anak, Campylobacter jejuni. Golongan kuman ini
juga bayi-bayi di bawah i tahun, dan orang juga telah resisten terhadap siprofloksasin
dewasa tanpa ada perbedaan kelompok umur dan norfloksasin, yang merupakan
tertentu. Keadaan ini sesuai dengan temuan antibiotika pilihan masa kini untuk
yang dilaporkan oleh Subekti dan kawan- pengobatan diare. Resistensi C.jejuni
kawan (13), tetapi berbeda dari pada yang terhadap quinolon telah banyak dilaporkan
(3,5,7,18)
dilaporkan oleh Yurdakok dan kawan- , dan di beberapa negara antibiotika
kawan. (14) Mereka mengemukakan, derajat ini tidak lagi dapat digunakan untuk
isolasi Shigella yang paling tinggi adalah pengobatan diare. Namun, hingga kini

63
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

C.jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap young shildren in Jakarta, Indonesia.


eritromisin sehingga antibiotika ini masih Am J Trop Med Hyg 1996; 55 : 449-51.
menjadi obat pilihan terhadap infeksi kuman 7. Echeverria P, Taylor DN, Lexsomboon
ini.(5) Kuman-kuman enterik yang termasuk U, Bhaibulaya M, Blacklow NR,
spesies Salmonella, kecuali Salmonella grup Tamura K et al. Case-control study of
C yang tesisten terhadap tetrasiklin, masih endemic diarrheal disease in Thai
menunjukkan sensitivitas yang tinggi children J Infect Dis 1989;159-543-47.
terhadap antibiotika yang digunakan dalam 8. Hoge Cw, Shlim DR, Echeverria P,
pengujian. Ramachandra R, Herman JE, Cross JH.
Epidemiology of diarrhea among
KESIMPULAN expatriate residents living in a highly
endemic environment. JAMA 1996;275
Koleksi dan penanganan spesimen : 533-8.
sangat penting untuk memperoleh hasil 9. Hyams KC, Bourgeois AL, Merrell BR,
isolasi yang optimal dari kuman-kuman Rozmajzi P, Escamilla J, Thornton SA
enterik patogen. Penelitian ini juga et al. Diarrheal disease during operation
menunjukkan bahwa diare bakterial banyak Desert Shield N Engl J Med
mengenai anak-anak di bawah 14 tahun 1991;325:1423-8.
dengan penyebab terbesar spesies Shigella, 10. Black RE. Persistent diarrhea in children
dan pengobatan antimikroba untuk diare of developing countries. Pediatr Infect
bakterial harus didasarkan pada hasil uji Dis J 1993;12:751-61.
kepekaan antibiotik. 11. Balows A, Hausler Jr WJ, Herrmann
KL, Isenberg HD, Shadomy HJ. Editors.
DAFTAR PUSTAKA Manual of clinical microbiologi. 5th
edition. Washington, DC:American
1. Bern C, Martinez J, de Zoysa L, Glass Society for Microbiology :1991.
RI. The magnitude of global problem of 12. National Committee for Clinical
diarrheal diseases: a ten-year update. Laboratory Standards (NCCLS).
Bull WHP 1992; 70 : 705-14. Performance standards for antimicrobial
2. Snyder JD, Merson MH. The magnitude disk susceptibility tests. Accepted
of the global problem of acute diarrheal standards Ma-A4. National Committee
diseases: a review of acute surveillance for Clinical Laboratory Standards,
data. Bull WHO 1982;60:605-13. Villanova, Pa;1990
3. Taylor DN, Echeverria P. Diarrheal 13. Subekti D, Oyofo BA, Tjaniadi P,
disease: current concepts and future Corwin AL, Larasati W, Putri M et Al.
challenges. Trans Royal Soc Trop Med Shigella spp surveillance in Indonesia:
Hyg 1993;87:31-4. the emergence or reemergence of S.
4. Black RE.Epidemiology of travelers dysentariae. Emerg Infect Dis 2001; 17:
diarrheal and relative importance of 137-40.
various pathogens. Rev Infect Dis 14. Yurdakok K, Sahib N, Ozmert E,
1990;12 (suppl.1):573-8. Berkman E. Shigella Gastroenteritis:
5. Subekti D, Lesmana M, Komalarini S, clinical and epidermiological aspects,
Tjaniadi P, Burr D, Pazzaglia G. and antibiotic susceptibility. Acta
Enterotoxigenic E. Coli and other cause Pediatri Jap 1997; 39: 681-4
of infectious pediatric diarrheas in 15. Lesmana M, Subekti D, Simanjuntak
Jakarta, Indonesia. Southeast Asia J CH, Tjaniadi P, Campbell JR, Oyofo
Trop Med Pub Health 1993;24:420-4. BA. Vibrio parahaemolyticus associated
6. Riochie E, Punjabi NH, Corwin A, with cholera-like diarrhea among
Lesmana M, Rogayah I, Lebron C et Al. patients in North Jakarta, Indonesia.
Enterotoxigenic E. Coli diarrhe among Diagn Microbiol Infect Dis 2001;39:71-
5.

64
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

16. Keusch GT, Bennish MI.


Shigellosis:recent progress, persisting
pronlems and research issues. Pediatr
Infect Dis J 1989;8:713-9.
17. Lee LA, Shapiro CN, Hargrett-Bean N,
Tauxe RV. Hyperendemic shigellosis in
the United Stated:a review of
surveillance data 1967-1988. J Infect
Dis 1991;64:894-900.
18. Segreti J, Gootz TD, Goodman LJ,
Parkhurst quinolone resistance in
clinical isolates of Campylobacter
jejuni. J Infect Dis 1992;165:667-70.

65

You might also like