You are on page 1of 2

Perilaku impulsif ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan mengendalikan gejolak hati.

Apa
kata hati selalu dituruti, padahal dorongan hati tidak selalu baik. Orang-orang impulsif biasanya sangat
emosional. Emosinya seringkali mengalahkan pikirannya meskipun mereka mungkin orang-orang yang
sangat cerdas. Jika kita termasuk orang seperti ini, kita harus belajar bagaimana mengendalikan
ucapan-ucapan yang tidak baik dan menyakiti orang lain. Kita harus bicara yang baik karena segala
sesuatu yang baik merupakan sedekah sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari
Jabir bin Abdullah RA sebagai berikut:

Artinya: “Setiap kabaikan adalah sedekah.”

Jamaah Jumat rahimakumullah,


Oleh karena perkataan yang baik termasuk sedekah, maka perkataan itu pasti akan mendapatkan
balasan yang baik dari Allah SWT. Untuk itu, orang-orang emosional atau pemarah harus belajar
mengendalikan lisannya agar tidak bicara seenaknya yang dapat merusak hubungan antar personal.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Orang-orang seperti ini biasanya memiliki konflik dengan orang lain. Di dalam keluarga mereka
Khatib mewasiatkan kepada seluruh para jama’ah agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada
berkonflik dengan anggota keluarga lainnya, seperti dengan isteri atau suami, dengan anak atau orang
Allah Swt. Salah satunya dengan mengikhlaskan seluruh amal perbuatan, yang tidak mengharapkan
tua, dan dengan kakak atau adik. Di lingkungan tetangga, mereka juga sering menjadi masalah. Di
apapun dan ridha siapapun kecuali hanya ridha Allah ‫ﷻ‬. Sehingga amal kita diterima di sisi Allah serta
tempat bekerja, mereka juga sering cekcok dengan teman-teman sendiri. Di tempat-tempat ibadah,
mendapatkan balasan berupa jannah-Nya yang penuh dengan kenikmatan.
mereka juga sering membuat ketidak nyamanan orang lain.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah Az-Zalzalah, ayat 7 dan 8 sebagai berikut:
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Silaturrahim bisa terganggu disebabkan oleh perkataan-perkataan yang menyakitkan dari orang-orang
emosional. Orang-orang yang sering kita sakiti baik dengan sikap maupun ucapan yang emosional
pasti mengalami kesulitan untuk bersaksi bahwa kita orang baik. Padahal kita membutuhkan kesaksian
Artinya: "Barangsiapa berbuat kebaikan sebesar zaroh pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. seperti itu ketika kita telah meninggal dunia, misalnya pada saat dibacakan mahasinul mayyit kita
Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan sebasar zaroh pun, niscaya ia akan melihat dalam upacara takziyah atau layatan. Biasanya, kiai atau ustadz menanyakan kepada pelayat apakah
(balasan)nya pula." si mayit orang baik. Bagaimana mungkin mereka yang sering kita sakiti akan bersaksi tanpa hambatan
bahwa kita orang baik kalau setiap hari di masa hidup kita, kita sering melukai hati mereka? Kalau tokh
Zaroh adalah bagian terkecil dari sesuatu, yang di dalam Ilmu Fisika disebut atom. Allah SWT mereka menjawab bahwa kita orang baik, mungkin mereka mengatakan hal itu hanya di lisan saja
menegaskan bahwa tak satu pun perbuatan manusia, meski sekecil atom, lepas dari perhatian dan karena etika memang menuntut demikian. Padahal di dalam hati, mungkin mereka mengatakan yang
pengawasan Allah SWT. Perbuatan baik, betapapun kecilnya, pasti akan mendapat balasan. Demikian sebaliknya.
juga perbuatan jelek pasti akan mendapat balasan. Balasan bisa diterima di dunia ini, dan bisa pula di
akhirat kelak. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada balasan yang tidak hanya di dunia tetapi juga di Jamaah Jumat rahimakumullah,
akhirat.
Rasulullah SAW bersabda:
Jamaah Jumat rahimakumullah,

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari pergaulan sesama manusia. Dalam pergaulan
itu, disadari atau tidak, kita sering melakukan sesuatu yang jelek, seperti bicara ceplas ceplos tak
terkendali dan menyakiti orang lain. Orang-orang yang memiliki masalah ADHD, misalnya, biasanya
berperilaku impulsif.
Artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
( HR Muslim)

Jadi bicara yang baik itu sangat perlu dan kita harus bisa. Jika tidak, sebaiknya kita memilih diam.
Mengapa demikian? Sebab setiap amal baik, sekecil apa pun, pasti akan di balas Allah SWT.
Perkataan yang baik tidak saja mendapat pahala dari Allah SWT, tetapi juga secara sosial menciptakan
suasana kondusif yang memungkinkan masyarakat untuk hidup bersama dengan damai dan tentram.
Orang-orang tua kita sering berpesan, “podho-podho sing ngomong, mbok ngomongo sing apik.”
Artinya, sama-sama mengeluarkan energi, yakni berbicara, bicaralah yang baik. Maka haruslah kita
hindari ucapan-ucapan kotor seperti misuh-misuh, ucapan-ucapan kasar seperti menghujat atau
menghardik sebab kesemuanya itu bisa menimbulkan ketidak nyamanan bagi orang lain. Ucapan-
ucapan seperti itu pasti akan dicatat malaikat dan kita harus mempertanggung jawabkannya kelak.
Pasti akan ada balasan, yakni siksa dari Allah SWT, sebagaimana ditegaskan dalam ayat yang di awal
telah disampaikan, yakni:

Artinya: “Dan barangsiapa mengerjakan keburukan sebasar zaroh, atau sekecil apa pun, niscaya ia
akan melihat (balasan)nya pula.”

Jamaah Jumat rahimakumullah,


Hidup di dunia ini hanyalah sebentar. Maka hendaknya hidup yang sangat singkat ini kita manfaatkan
sebesar-besarnya untuk menyiapkan bekal yang sebanyak-banyaknya untuk hidup abadi di akhirat
nanti. Barangsiapa yang bekal akhiratnya sangat banyak, pasti akan hidup bahagia di surga bersama
orang-orang saleh yang di ridhai Allah SWT. Barangsiapa yang bekal akhiratnya sedikit atau bahkan
kurang, pasti akan sengsara di akhirat. Mereka akan menjadi geladangan yang mondar-mandir kesana
kemari meminta pertolongan. Maka sisa hidup ini marilah kita isi dengan amal-amal saleh sekecil apa
pun kesalehan itu agar kita selamat di dunia dan akhirat. Amin, amin, ya rabbal alamin.

You might also like