You are on page 1of 24

KASUS UJIAN

SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

Disusun Oleh :

Ramzy Kuswijayanto 1102014219

Pembimbing :

dr. Erlina Sutjiadi, Sp.KJ(K)

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

PERIODE 15 OKTOBER – 17 NOVEMBER 2018


KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. VW
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 12 Juni 1983
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : Sarjana
Status Pernikahan : Janda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Cikini Ampiun, Jakarta Pusat
Tanggal Masuk RS : 31 Oktober 2018
Tanggal Pemeriksaan : 9 dan 12 November 2018
Ruang Perawatan : Bangsal Amino RSPAD Gatot Soebroto

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Autoanamnesis : Pada tanggal 9 dan 12 November 2018 di
Bangsal Amino RSPAD Gatot Soebroto
Alloanamnesis : Ibu pasien tanggal 12 November 2018
Rekam Medis Pasien : 912925

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Rumah Sakit diantar keluarganya karena mengamuk dan
mengancam akan membunuh ibu pasien sejak 2 hari SMRS. Pasien agresif
namun tidak sampai memukul ibu pasien.

B. Keluhan Tambahan
Pasien menganggap ibunya berpindah agama dan bersekongkol dengan orang-
orang sekitar untuk membawanya ke rumah sakit.

C. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien Ny. VW, 35 tahun datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal
31 Oktober 2018 diantar oleh ibunya. Pasien datang dengan keluhan mengamuk
dan mengancam akan membunuh ibunya sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengatakan bahwa ibunya ingin membunuhnya karena ibunya murtad,
berpindah agama dari Islam ke Kristen. Pasien mempersepsikan orang yang
berbeda agama memiliki niat jahat kepadanya. Ia mengaku sebelumnya marah-
marah kepada ibunya karena tidak terima ibunya pindah agama dan berkomplot
dengan misionaris Kristen untuk membawanya ke Rumah sakit. Pasien
menceritakan bahwa ketika ia sedang jaga toko, tiba-tiba datang beberapa orang
teman ibunya yang dianggap oleh pasien sebagai orang kafir nasrani dan
security mall untuk membawanya ke rumah sakit. Pasien juga mengakui sedang
bertengkar dengan ibunya karena pasien merasa ibunya tidak adil karena
memberikan toko ke kakak dan adiknya, tetapi tidak kepadanya. Pasien
mempersepsikan keluarganya hanya mementingkan uang dan hanya ingin
meninggalkannya di rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan upah kerja yang
didapatinya kurang untuk memenuhi kebutuhannya untuk membeli barang-
barang dan juga diakuinya untuk memasukkan anaknya ke pesantren.
Menurut ibunya, pasien mulai marah ketika ibunya tidak memperbolehkannya
untuk bertemu dengan anaknya. Ibunya menceritakan beberapa hari terakhir
pasien sering membawa anaknya jalan-jalan tanpa sepengetahuan keluarga
sehingga membuat keluarganya khawatir.
Sejak dirawat dan mendapatkan terapi di Paviliun Amino, pasien sempat
mengalami krisis okulogirik akibat pemberian Haloperidol 2x3,5mg kemudian
Haloperidol diturunkan menjadi 2x2,5mg dan diberikan THP 3x1mg sehingga
sekarang teratasi. Pasien merasa lebih dapat mengontrol amarahnya. Saat ini
pasien dalam keadaan Extrapyramidal syndrome perbaikan. Pasien menyangkal
riwayat trauma kepala yang berarti dan kejang sebelum masuk rumah sakit.
Pasien menyangkal riwayat merokok, alkohol dan penggunaan zat psikoaktif.

D. RIWAYAT GANGGUAN DAHULU


1. Gangguan Psikiatrik :
Berdasarkan keterangan dari ibu pasien, pada tahun 2008 dan sudah beberapa
kali dirawat di RSCM. Perubahan pelaku pasien berupa tidak suka dengan
orang yang tidak sesuai dengan ajaran agama pasien. Hal tersebut dikarenakan
tidak diperbolehkan menikah oleh ibunya. Ibunya menceritakan bahwa pasien
sejak dulu lebih banyak belajar di kamar, walaupun memiliki banyak teman.
Pasien cenderung kaku dan keras kepala dengan prinsip yang dipegangnya. Ia
menjadi marah atau tersinggung jika orang sekitar tidak berperilaku sesuai
prinsipnya.
Pasien sempat dirawat di RSJ Grogol ± 2 minggu sebelum masuk RSPAD Gatot
Soebroto dan diberikan obat serta dilakukan terapi ECT sebanyak 6 kali.
Berdasarkan informasi dari Ibu pasien, sempat mengalami perbaikan seperti;
tidak mudah marah, tidak terlihat bicara senediri dan dapat membantu ibu di
toko. Pasien kembali kambuh setelah beberapa hari tidak minum obat, ingin
melepas obat sendiri karena tidak mau ketergantungan.
Pada tanggal 31 Oktober 2018 pasien dibawa kembali ke RSPAD Gatot
Soebroto dengan keluhan mengamuk serta mengancam akan membunuh
ibunya. Pasien mengatakan ia merasa di jampi-jampi oleh dukun karena merasa
dirinya adalah pendakwah tauhid dan merasa banyak orang yang ingin
menjatuhkannya. Ia merasa di jampi-jampi karena konsentrasinya beberapa kali
buyar ketika sedang mengulang hafalan Al-Qur’an. Pasien juga merasa
perasaannya tidak enak ketika setiap menjelang maghrib dan menurut pasien
ini adalah ulah dukun dari orang yang iri kepadanya akibat pasien memiliki
banyak harta. Pasien juga mengatakan jika pikiran dan hatinya kosong akan
lebih mudah di jampi-jampi sehingga pasien lebih banyak mengisi waktunya
dengan berdoa dan berdzikir. Pasien menyangkal dapat mendengar bisikan.
Setelah berada di perawatan Bangsal Amino, pasien merasa lebih bisa
mengendalikan emosinya.

2. Gangguan Medik:
Pasien menyangkal riwayat kejang, infeksi dan trauma kepala yang berarti.

3. Gangguan Zat Psikoaktif dan Alkohol:


Merokok, Konsumsi alkohol dan zat adiktif lainnya disangkal.

E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa prenatal dan perinatal
Pasien lahir pada tanggal 12 Juni 1983. Masa kehamilan cukup bulan dan
persalinan secara normal. Kondisi kesehatan ibu pasien selama kehamilan
baik.
b. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh asisten rumah tangga karena ibunya sibuk bekerja di
toko. Selama masa ini, proses perkembangan dan pertumbuhan sesuai
dengan anak sebayanya. Pasien tidak pernah mendapat sakit berat,
demam tinggi, kejang ataupun trauma kepala. Tidak ada kelainan perilaku
yang menonjol.
c. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Masa ini dilalui dengan baik, tumbuh kembang baik dan normal seperti
anak seusianya. Pasien tergolong anak yang aktif, baik, dan mudah
bergaul. Pasien juga mengakui pernah mendapat juara kelas pada saat
kelas 1 SD di SDN 01 Pagi dan Pendidikan masa SD diselesaikan tanpa
pernah tinggal kelas
d. Masa kanak akhir dan remaja (12-18)
Pasien memasuki SMP di SMP 250 dan menyelesaikan Pendidikan tanpa
pernah tinggal kelas. Pasien berteman dengan laki-laki dan perempuan.
Pada saat SMA pasien bersekolah di SMA 7 dan menyelesaikan
pendidikannya tanpa pernah tinggal kelas. Pasien mengaku bahwa saat
SMA jarang bergaul dan lebih sering menghabiskan waktu di kelas untuk
belajar. Pasien mengaku tidak pernah melakukan kegiatan anti sosial
seperti berkelahi, mencuri dan sebagainya. Pada saat usia 17 tahun Ibu
dan Bapak pasien cerai dan meninggalkan trauma pada pasien sehingga
tidak mudah percaya dengan laki-laki.
e. Masa dewasa (>18 tahun)
Pasien tumbuh dewasa seperti pada umumnya. Pasien adalah sosok yang
ramah, mudah bergaul memiliki banyak teman. Pergaulan pasien dalam
kategori baik dengan keluarga dan masyarakat. Setelah lulus SMA pasien
melanjutkan Pendidikan Agama Pondok Pesantren di Teluk Jambe
selama 2 tahun namun tidak sampai lulus karena kakak pasien tidak mau
kuliah bila pasien tidak kuliah. Pasien kemudian mengambil Pendidikan
Sarjana di YAI dan lulus sebagai Sarjana Teknologi Informasi dengan
masa tempuh Pendidikan 4,5 tahun. Setelah lulus sarjana pasien langsung
menikah di usia 24 tahun, namun belum sampai setahun pernikahan
pasien sudah cerai.

2. Riwayat Pendidikan
a. SD : Pasien menyelesaikan pendidikan SD tanpa pernah tinggal
kelas
b. SMP : Pasien menyelesaikan pendidikan SMP tanpa pernah tinggal
kelas
c. SMK : Pasien menyelesaikan pendidikan SMA tanpa pernah tinggal
kelas
d. Sarjana : Pasien menyelesaikan Pendidikan Sarjana dengan waktu
tempuh Pendidikan 4,5 tahun.

3. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai pengelola toko bersama ibunya.

4. Kehidupan Beragama
Pasien menganut agama Islam yang taat beribadah, kaku dan keras kepala
terhadap prinsip yang dipegangnya. Pasien yang menyatakan bahwa dirinya
adalah pendakwah tauhid, serta marah dan tersinggung jika orang di sekitar
tidak berperilaku sesuai dengan prinsipnya.

5. Kehidupan Sosial dan Perkawinan


Berdasarkan informasi yang didapatkan dari keluarga, pasien merupakan
pribadi yang ramah namun memang sering berdiam diri di rumah walaupun
memiliki banyak teman. Pasien menikah setelah lulus dari Pendidikan sarjana.
Kemudian cerai kurang dari setahun pernikahannya. Pasien memiliki anak
berusia 2 bulan yang dari seorang lelaki yang merupakan suami dari perawat
pasien dan saat ini tidak mau bertanggung jawab. Status pernikahan pasien saat
ini masih janda. Hubungan dengan kakak laki-laki dan adik perempuannya saat
ini masih kurang baik karena pasien cemburu dengan kakak dan adiknya yang
mendapatkan toko dari ibunya namun ia tidak. Hubungan dengan ibunya
sempat mengalami gejolak ketika pasien meminta harta ibunya untuk
memasukkan anaknya ke pesantren dan meminta upah kerjanya dinaikan.
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah
terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.

F. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya laki-laki dan
memiliki adik perempuan. Bapak pasien telah meninggal dan sebelumnya
sudah cerai dengan ibunya. Pasien saat ini tinggal bersama ibu dan anaknya.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pasien, mendiang bapak pasien
mengalami gangguan yang sama seperti pasien.

Genogram

Keterangan:

Laki-laki

Laki-laki penderita meninggal


Perempuan

Penderita perempuan

Hubungan Pernikahan

Hubungan tanpa nikah

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien menganggap bahwa gangguannya sekarang akibat di dukuni oleh orang
yang iri terhadapnya karena harta yang dimilikinya. Pasien mengaku dibawa
ke rumah sakit karena marah-marah kepada ibunya saat meminta menaikan
upah kerja dan tidak dituruti ibunya ketika di toko.

H. Impian, Fantasi, dan Cita-Cita Pasien


Pasien ingin segera pulang dan membicarakan perihal membuka usaha jual
bakso kepada ibunya agar tidak bertengkar terus

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien perempuan berumur 35 tahun dengan penampilan fisik sesuai dengan
usianya. Kulit berwarna sawo matang. Pasien menggunakan kerudung panjang
yang menutupi badannya. Pada saat wawancara, pasien berpakaian rapi dan
bersih. Pasien cukup baik dalam merawat diri dan menjaga kebersihan diri
maupun sekitarnya.
2. Kesadaran
Kesadaran : Compos mentis

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor


a. Sebelum wawancara : Pasien sedang berdiri di depan pagar saat akan
di wawancara.
b. Selama wawancara : Pasien tampak tenang, dan menjawab
pertanyaan dengan spontan.
c. Sesudah wawancara : Pasien kembali ke kamarnya.

4. Sikap terhadap pemeriksa


Selama wawancara pasien menunjukkan sikap kooperatif dalam menjawab
pertanyaan pemeriksa.

5. Pembicaraan
Pasien dapat berbicara menceritakan kehidupan pasien secara spontan, lancar
dan artikulasi jelas.

B. MOOD DAN AFEK


1. Mood : Eutim (saat pemeriksaan)
2. Afek : Luas (saat pemeriksaan)
3. Keserasian : Serasi

C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi
 Visual : Tidak ada
 Audio : Tidak ada
 Taktil : Tidak ada
 Penciuman : Tidak ada
 Pengecapan : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)


1. Taraf pendidikan : Sarjana
2. Pengetahuan umum : Sesuai taraf pendidikan
3. Kecerdasan : Cukup baik
4. Konsentrasi : Cukup baik
5. Orientasi
 Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan pemeriksaan pada
siang hari)
 Tempat : Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di Rumah
Sakit)
 Orang : Baik (pasien mengenal dirinya dan orang sekitarnya)
6. Daya ingat :
 Jangka panjang : Baik (Pasien dapat mengingat tanggal lahirnya)
 Jangka pendek : Baik (Pasien dapat mengingat kegiatannya
dipagi hari)
 Segera : Baik (Pasien dapat menyebutkan 3 hal yang
disebutkan oleh pemeriksa).

7. Pikiran abstraktif
Baik (Pasien dapat membedakan pulpen dengan pensil)
8. Visuospasial
Kurang baik (Pasien dapat menggambarkan jam Pukul 10.10 namun jarak
antara angkanya kurang baik)

9. Kemampuan menolong diri


Baik (Pasien tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk makan, mandi
dan berganti pakaian)

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
Kontinuitas : Koheren saat pemeriksaan.
Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
Preokupasi : Preokupasi Pulang dan ingin meminta kenaikan gaji
kepada ibunya
Miskin isi pikir : Tidak
Waham : Dari autoanamnesis terdapat waham kejar.
 Waham Kejar (Pasien merasa bahwa dirinya di dukuni oleh orang
yang iri dengannya karena harta yang dimilikinya)
Obsesi : Tidak ditemukan selama pemeriksaan
Kompulsi : Tidak ditemukan selama pemeriksaan
Fobia : Tidak ditemukan selama pemeriksaan

F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien dapat bersikap tenang dan tidak menunjukkan
gejala yang agresif.

G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik (Pasien dapat membedakan perbuatan baik dan
buruk)
2. Uji daya nilai : Baik (Bila ada di ruang gelap yang terbakar ia memilih
untuk keluar dari ruangan tersebut)
3. RTA : Perbaikan

H. TILIKAN
Derajat 3 (Pasien menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya).

I. RELIABILITAS (TARIF DAPAT DIPERCAYA)


Pemeriksa memperoleh kesan bahwa tidak seluruhnya jawaban pasien dapat
dipercaya.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
a) Keadaaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 80 x/menit
Suhu : 36 ˚C
d) Sistem Kardiovaskular : Tidak diperiksa
e) Sistem Respiratorius : Tidak diperiksa
f) Sistem Gastrointestinal : Tidak diperiksa
g) Ekstremitas : Tidak diperiksa
h) Sistem Urogenital : Tidak diperiksa

B. Status Neurologik
Tidak dilakukan pemeriksaan neurologis

C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


1. Pasien Ny. VW, 35 tahun datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal
31 Oktober 2018 diantar oleh ibunya. Pasien datang dengan keluhan mengamuk
dan mengancam akan membunuh ibunya sebelum masuk rumah sakit.
2. Pasien mengatakan bahwa ibunya ingin membunuhnya karena ibunya murtad,
berpindah agama dari Islam ke Kristen. Pasien merasa bahwa dirinya di dukuni
oleh orang yang iri dengannya karena harta yang dimilikinya (Waham Kejar).
3. Pasien preokupasi pulang dan ingin meminta kenaikan gaji kepada ibunya.
4. Pasien memiliki anak berusia 2 bulan yang dari seorang lelaki yang merupakan
suami dari perawat pasien dan saat ini tidak mau bertanggung jawab. (Stressor)
5. Beberapa kali gangguan yang serupa ini kambuh (relaps).
6. Riwayat pengobatan terakhir pasien tidak teratur minum obat karena menurut
pasien tidak ingin ketergantungan obat.
7. RTA Perbaikan.
8. Status internus dalam batas normal. Tidak terdapat riwayat penyakit yang berarti
terhadap gangguan psikiatri pasien. Riwayat trauma kepala yang berarti dan
kejang sebelum masuk rumah sakit disangkal.
9. Pasien sempat mengalami krisis okulogirik akibat pemberian Haloperidol
2x3,5mg kemudian Haloperidol diturunkan menjadi 2x2,5mg dan diberikan THP
3x1mg sehingga sekarang teratasi.
10. Tilikan pasien derajat 3 (Pasien menyalahkan faktor lain sebagai penyebab
penyakitnya).

FORMULA DIAGNOSTIK
1. Setelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma atau perilaku dan psikologi
yang bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaan (distress) dan
ketidakmampuan/ hendaya (disability/impairment) dalam fungsi serta aktivitasnya
sehari-hari. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan
jiwa yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.
2. Pasien ini tidak termasuk gangguan mental organik karena pasien pada saat di
periksa dalam keadaan sadar, tidak ada kelainan secara medis atau fisik yang
bermakna. (F0)
3. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
zat psikotropika karena pasien tidak mengkonsumsi alkohol, dan zat psikotropika.
(F1)
4. Pasien ini termasuk gangguan Skizoafektif Tipe Manik karena memenuhi kriteria
umum diagnosis skizofrenia yaitu terdapat waham kejar dan terdapat peningkatan
afek yang tidak begitu menonjol yang disertai iritabilitas dan kegelisahan yang
memuncak. (F2)
5. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan suasana perasaan karena tidak terdapat
gangguan suasana perasaan yang lebih menonjol dibandingkan gangguan gejala
psikotik yang dialami. (F3)
6. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan
gangguan terkait stress. (F4)

Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna dengan


urutan untuk evaluasi multiaksial, seperti berikut:
Aksis I : Gangguan Klinis dan Gangguan Lain yang Menjadi Fokus Perhatian
Klinis
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah memiliki riwayat trauma
kepala yang berarti maupun kejang sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga tidak
pernah menggunakan zat psikoaktif. Sehingga gangguan mental dan perilaku akibat
gangguan mental organik dan penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Berdasarkan autoanamnesis ditemukan terdapat waham kejar, iritabilitas dan
kegelisahan yang memuncak. Dari hal tersebut, kriteria diagnostik menurut PPDGJ III
pada ikhtisar penemuan bermakna pasien digolongkan dalam F25.0 Skizoafektif Tipe
Manik.

Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Pasien memperlihatkan adanya keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada
kebiasaan sosial dan menurut alloanamnesis ibu pasien menyatakan bahwa pasien
merupakan orang yang kaku dan keras kepala terhadap prinsip yang dipegangnya serta
cenderung marah jika ada orang yang tidak sesuai prinsipnya. Dari hal tersebut menurut
PPDGJ III pasien digolongkan dalam F60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik.

Aksis III : Kondisi Medis Umum

Tidak ada diagnosis aksis III

Aksis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan


Masalah ketidakpatuhan minum obat dan masalah pekerjaan terkait upah kerja yang
dirasa tidak sesuai diduga menjadi pencetus gangguan yang terjadi pada pasien.

Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global

Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assement Of


Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF Current saat pemeriksaan
berada pada 60 yaitu gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

Evaluasi multiaksial
Aksis I : F 25.0 Skizoafektif tipe manik
Aksis II : F 60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik
Aksis III : Extrapyramidal Syndrome Perbaikan
Aksis IV : Masalah ketidakpatuhan minum obat dan masalah pekerjaan (upah
kerja dirasa tidak sesuai)
Aksis V : GAF Current 60, yaitu gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : F25.0 Skizoafektif Tipe Manik
Diagnosis banding : F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan
Gejala Psikotik

PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : dubia ad malam

RENCANA TERAPI
a. Rawat inap
Untuk mencegah kejadian yang dapat merugikan atau mencederai orang lain dan
diri pasien.

b. Psikofarmaka
Per oral Seroquel XR 1 x 600mg
Per oral Haldol 2 x 2,5mg
Per oral THP 3 x 1mg

c. Psikoterapi
Psikoedukasi

a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami pasien.


b. Mengingatkan pasien tentang pentingnya minum obat sesuai aturan dan
datang kontrol ke poli kejiwaan.
c. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa dukungan keluarga akan
membantu keadaan pasien dan mempersiapkan adanya kemungkinan terjadi
deteriorasi dan mendiskusikan tentang rencana pekerjaan pasien.
Psikoterapi

Psikoterapi individual suportif: client-centered therapy, atau terapi perilaku


selama masa rawat inap. Difokuskan terhadap relatif konkrit dan aktivitas sehari-
hari. Membahas relasi pasien dengan orang-orang terdekatnya.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik


I. Definisi
Skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai adanya kombinasi gejala skizofrenia
(gangguan berpikir, delusi dan halusinasi) dan gejala afektif (gejala depresif atau
manik).
Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun gangguan
afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada
saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol. Gangguan
skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe depresif.

II. Pedoman Diagnostik


Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa pasien telah
memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik yang
bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari
skizofrenia. Di samping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama
sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala
gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan
residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi menghindari
mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu gangguan
skizoafektif.

Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III


a. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari
yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan
bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria
baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
b. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.
c. Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami
suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia)
d. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis
manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2).
Pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)

Menurut PPDGJ-III :
F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik
Pedoman Diagnostik
 Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.
 Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
 Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua,
gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-
pedoman diagnostic (a) sampai (d).

B. Rencana Terapi
Psikofarmaka
Skizoafektif tipe manik dapat diobati dengan antipsikotik. Pada kasus ini pasien
diberikan obat golongan antipsikotik atipikal yaitu Quetiapine dengan merk dagang
Seroquel XR 1x600mg. Seroquel merupakan obat antipsikotik atipikal golongan
Quetiapine dengan mekanisme kerja memblokade pada reseptor serotonin (5HT2) dan
reseptor dopamine pada reseptor D1 dan D2. Kombinasi antagonis reseptor dopamine
dan serotonin dengan tingkat selektif yang tinggi pada 5HT2 relatif terhadap reseptor
dopamine D2 yang dipercaya berkontribusi terhadap efek antipsikotik secara klinis dan
rendahnya efek EPS dibandingkan dengan antipsikotik tipikal. Quetiapine ini dipilih
karena dapat memperbaiki gangguan skizoafektif tipe manik dan gejala skizofrenia.

Pada kasus pasien ini juga diberikan Haldol 2x2,5mg berisikan Haloperidol yang
merupakan golongan antipsikotik tipikal yang termasuk ke dalam rantai
butyrophenone. Cara kerja utama antipsikotik tipikal diduga bekerja dengan
memblokir reseptor dopamin postsinaptik (D2) dalam sistem mesolimbik otak.
Hipotesa dopamin menyatakan bahwa obat antipsikotik menurunkan gejala psikosis
positif dengan menurunkan aktivitas dopamin pada sistem mesolimbik otak tersebut.
Secara total, terdapat 4 jalur dopamin utama pada otak yaitu jalur nigrostriatal, jalur
tuberoinfundibular, mesokortikal, dan mesolimbik. Haloperidol sebagai antipskotik
golongan pertama dapat memblokir semua jalur dopamin utama tersebut sehingga
dapat menyebabkan efek samping:
 Jalur nigrostriatal: salah satu fungsi utama jalur nigrostriatal adalah unutk
pergerakan. Antogonisme pada reseptor D2 pada jalur ini dapat menyebabkan
gejala ekstrapiramidal.
 Jalur tuberoinfundibular: Pada jalur ini dopamine bekerja sebagai suatu faktor
inhibisi prolaktin. Blokade pada jalur ini dapat menyebabkan sekresi prolaktin
yang berlebih oleh hipofisis sehingga terjadi hiperprolaktinemia.
 Jalur mesokortikal: Patofisiologi skizofrenia juga mencakup disfungsi pada
jalur mesokortikal sehingga terjadi gangguan kognitif dan dan gejala negatif.
Blokade pada jalur ini dapat menyebabkan gejala negatif sekunder dan efek
kognitif.
 Jalur mesolimbic: Patofisiologi utama skizofrenia mencakup hipotesa dopamin
yang menyatakan timbulnya gejala positif oleh karena berlebihannya dopamin
pada jalur ini. Blokade pada jalur ini oleh antipsikotik generasi pertama
menyebabkan penurunan gejala skizofrenia tersebut.

Selain diberikan antipsikosis, pasien ini juga diberikan triheksiphenidil 3x1mg.


Triheksiphenidil merupakan obat yang sering digunakan apabila didapatkan sindrom
ekstrapiramidal sebagai akibat penggunaan antipsikotik seperti yang dialami pada
pasien ini ketika pasien mengalami krisis okulogirik yang dapat teratasi setelah
pemberian Trihexylphenidyl. Obat ini lebih dikenal sebagai antiparkinson.
Antipsikotik mengurangi aktivitas dopamin di jalur nigrostriatal (melalui blokade
reseptor dopamin), sehingga tanda ekstrapiramidal dan gejalanya mirip penyakit
Parkinson.

C. Gangguan Bipolar Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik


F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik (F30.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau
F30.2 Mania dengan Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
1. Gambaran Klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (Mania
tanpa gejala psikotik)
2. Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas dan kecurigaan
menjadi waham kejar. (delusion of persecution). Waham dan halusinasi “sesuai”
dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent).
F30.1 Mania tanpa Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
1. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu, dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
2. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang
berkurang, ide-ide perihal kebesaran/”grandiose ideas” dan terlalu optimistic.
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI
2. Maslim, R. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta.
3. Swayami IG. Aspek biologi triheksiphenidil di bidang psikiatri. Medicina. 2014;
45(2):88-92.

You might also like