Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Pembimbing :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. VW
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 12 Juni 1983
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : Sarjana
Status Pernikahan : Janda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Cikini Ampiun, Jakarta Pusat
Tanggal Masuk RS : 31 Oktober 2018
Tanggal Pemeriksaan : 9 dan 12 November 2018
Ruang Perawatan : Bangsal Amino RSPAD Gatot Soebroto
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Rumah Sakit diantar keluarganya karena mengamuk dan
mengancam akan membunuh ibu pasien sejak 2 hari SMRS. Pasien agresif
namun tidak sampai memukul ibu pasien.
B. Keluhan Tambahan
Pasien menganggap ibunya berpindah agama dan bersekongkol dengan orang-
orang sekitar untuk membawanya ke rumah sakit.
2. Gangguan Medik:
Pasien menyangkal riwayat kejang, infeksi dan trauma kepala yang berarti.
2. Riwayat Pendidikan
a. SD : Pasien menyelesaikan pendidikan SD tanpa pernah tinggal
kelas
b. SMP : Pasien menyelesaikan pendidikan SMP tanpa pernah tinggal
kelas
c. SMK : Pasien menyelesaikan pendidikan SMA tanpa pernah tinggal
kelas
d. Sarjana : Pasien menyelesaikan Pendidikan Sarjana dengan waktu
tempuh Pendidikan 4,5 tahun.
3. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai pengelola toko bersama ibunya.
4. Kehidupan Beragama
Pasien menganut agama Islam yang taat beribadah, kaku dan keras kepala
terhadap prinsip yang dipegangnya. Pasien yang menyatakan bahwa dirinya
adalah pendakwah tauhid, serta marah dan tersinggung jika orang di sekitar
tidak berperilaku sesuai dengan prinsipnya.
F. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya laki-laki dan
memiliki adik perempuan. Bapak pasien telah meninggal dan sebelumnya
sudah cerai dengan ibunya. Pasien saat ini tinggal bersama ibu dan anaknya.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pasien, mendiang bapak pasien
mengalami gangguan yang sama seperti pasien.
Genogram
Keterangan:
Laki-laki
Penderita perempuan
Hubungan Pernikahan
5. Pembicaraan
Pasien dapat berbicara menceritakan kehidupan pasien secara spontan, lancar
dan artikulasi jelas.
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi
Visual : Tidak ada
Audio : Tidak ada
Taktil : Tidak ada
Penciuman : Tidak ada
Pengecapan : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
7. Pikiran abstraktif
Baik (Pasien dapat membedakan pulpen dengan pensil)
8. Visuospasial
Kurang baik (Pasien dapat menggambarkan jam Pukul 10.10 namun jarak
antara angkanya kurang baik)
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
Kontinuitas : Koheren saat pemeriksaan.
Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
Preokupasi : Preokupasi Pulang dan ingin meminta kenaikan gaji
kepada ibunya
Miskin isi pikir : Tidak
Waham : Dari autoanamnesis terdapat waham kejar.
Waham Kejar (Pasien merasa bahwa dirinya di dukuni oleh orang
yang iri dengannya karena harta yang dimilikinya)
Obsesi : Tidak ditemukan selama pemeriksaan
Kompulsi : Tidak ditemukan selama pemeriksaan
Fobia : Tidak ditemukan selama pemeriksaan
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien dapat bersikap tenang dan tidak menunjukkan
gejala yang agresif.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik (Pasien dapat membedakan perbuatan baik dan
buruk)
2. Uji daya nilai : Baik (Bila ada di ruang gelap yang terbakar ia memilih
untuk keluar dari ruangan tersebut)
3. RTA : Perbaikan
H. TILIKAN
Derajat 3 (Pasien menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya).
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
a) Keadaaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 80 x/menit
Suhu : 36 ˚C
d) Sistem Kardiovaskular : Tidak diperiksa
e) Sistem Respiratorius : Tidak diperiksa
f) Sistem Gastrointestinal : Tidak diperiksa
g) Ekstremitas : Tidak diperiksa
h) Sistem Urogenital : Tidak diperiksa
B. Status Neurologik
Tidak dilakukan pemeriksaan neurologis
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
FORMULA DIAGNOSTIK
1. Setelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma atau perilaku dan psikologi
yang bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaan (distress) dan
ketidakmampuan/ hendaya (disability/impairment) dalam fungsi serta aktivitasnya
sehari-hari. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan
jiwa yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.
2. Pasien ini tidak termasuk gangguan mental organik karena pasien pada saat di
periksa dalam keadaan sadar, tidak ada kelainan secara medis atau fisik yang
bermakna. (F0)
3. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
zat psikotropika karena pasien tidak mengkonsumsi alkohol, dan zat psikotropika.
(F1)
4. Pasien ini termasuk gangguan Skizoafektif Tipe Manik karena memenuhi kriteria
umum diagnosis skizofrenia yaitu terdapat waham kejar dan terdapat peningkatan
afek yang tidak begitu menonjol yang disertai iritabilitas dan kegelisahan yang
memuncak. (F2)
5. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan suasana perasaan karena tidak terdapat
gangguan suasana perasaan yang lebih menonjol dibandingkan gangguan gejala
psikotik yang dialami. (F3)
6. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan
gangguan terkait stress. (F4)
Evaluasi multiaksial
Aksis I : F 25.0 Skizoafektif tipe manik
Aksis II : F 60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik
Aksis III : Extrapyramidal Syndrome Perbaikan
Aksis IV : Masalah ketidakpatuhan minum obat dan masalah pekerjaan (upah
kerja dirasa tidak sesuai)
Aksis V : GAF Current 60, yaitu gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : F25.0 Skizoafektif Tipe Manik
Diagnosis banding : F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan
Gejala Psikotik
PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : dubia ad malam
RENCANA TERAPI
a. Rawat inap
Untuk mencegah kejadian yang dapat merugikan atau mencederai orang lain dan
diri pasien.
b. Psikofarmaka
Per oral Seroquel XR 1 x 600mg
Per oral Haldol 2 x 2,5mg
Per oral THP 3 x 1mg
c. Psikoterapi
Psikoedukasi
Menurut PPDGJ-III :
F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik
Pedoman Diagnostik
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua,
gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-
pedoman diagnostic (a) sampai (d).
B. Rencana Terapi
Psikofarmaka
Skizoafektif tipe manik dapat diobati dengan antipsikotik. Pada kasus ini pasien
diberikan obat golongan antipsikotik atipikal yaitu Quetiapine dengan merk dagang
Seroquel XR 1x600mg. Seroquel merupakan obat antipsikotik atipikal golongan
Quetiapine dengan mekanisme kerja memblokade pada reseptor serotonin (5HT2) dan
reseptor dopamine pada reseptor D1 dan D2. Kombinasi antagonis reseptor dopamine
dan serotonin dengan tingkat selektif yang tinggi pada 5HT2 relatif terhadap reseptor
dopamine D2 yang dipercaya berkontribusi terhadap efek antipsikotik secara klinis dan
rendahnya efek EPS dibandingkan dengan antipsikotik tipikal. Quetiapine ini dipilih
karena dapat memperbaiki gangguan skizoafektif tipe manik dan gejala skizofrenia.
Pada kasus pasien ini juga diberikan Haldol 2x2,5mg berisikan Haloperidol yang
merupakan golongan antipsikotik tipikal yang termasuk ke dalam rantai
butyrophenone. Cara kerja utama antipsikotik tipikal diduga bekerja dengan
memblokir reseptor dopamin postsinaptik (D2) dalam sistem mesolimbik otak.
Hipotesa dopamin menyatakan bahwa obat antipsikotik menurunkan gejala psikosis
positif dengan menurunkan aktivitas dopamin pada sistem mesolimbik otak tersebut.
Secara total, terdapat 4 jalur dopamin utama pada otak yaitu jalur nigrostriatal, jalur
tuberoinfundibular, mesokortikal, dan mesolimbik. Haloperidol sebagai antipskotik
golongan pertama dapat memblokir semua jalur dopamin utama tersebut sehingga
dapat menyebabkan efek samping:
Jalur nigrostriatal: salah satu fungsi utama jalur nigrostriatal adalah unutk
pergerakan. Antogonisme pada reseptor D2 pada jalur ini dapat menyebabkan
gejala ekstrapiramidal.
Jalur tuberoinfundibular: Pada jalur ini dopamine bekerja sebagai suatu faktor
inhibisi prolaktin. Blokade pada jalur ini dapat menyebabkan sekresi prolaktin
yang berlebih oleh hipofisis sehingga terjadi hiperprolaktinemia.
Jalur mesokortikal: Patofisiologi skizofrenia juga mencakup disfungsi pada
jalur mesokortikal sehingga terjadi gangguan kognitif dan dan gejala negatif.
Blokade pada jalur ini dapat menyebabkan gejala negatif sekunder dan efek
kognitif.
Jalur mesolimbic: Patofisiologi utama skizofrenia mencakup hipotesa dopamin
yang menyatakan timbulnya gejala positif oleh karena berlebihannya dopamin
pada jalur ini. Blokade pada jalur ini oleh antipsikotik generasi pertama
menyebabkan penurunan gejala skizofrenia tersebut.
1. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI
2. Maslim, R. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta.
3. Swayami IG. Aspek biologi triheksiphenidil di bidang psikiatri. Medicina. 2014;
45(2):88-92.