You are on page 1of 9

MEDIA MASSA DAN PENYEBARAN ISU PEREMPUAN

Machya Astuti Dewi


Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 2 Tambakbayan Yogyakarta, Telp. (0274) 485268
Hp. 0815678911900/e-mail : Machdewi@yahoo.com,

Abstract
Mass media has significant role in dispersing women issues. Especially in conducive po-
litical opportunity structure, feminist ideology shared by woman activists grows rapidly. Inter-
national women discourses informed by mass media influence, adopted, and motivate what
women activists will do. And finally mass media play important role in the struggle for gender
equality. Mass media inform and campaign for news and informations so that the readers or
audiences give greater attention and awareness in women’s rights. In the Indonesia context,
many women from Non Govermental Organizations influenced by international issues and in-
ternational phenomena in their struggle for women empowerment. They learn almost all the
international issues and phenomena from mass media, especially newspaper and internet. For
the example, the vagina monolog performance in Madisson square motivated the Indonesian
women activist to performed the same thing in Indonesia. On the other hand, Indonesian women
activists always share their feminist ideologi or campaign for women empowerment in newspa-
pers, magazines and internet. Many Indonesian people realize that the encouregement for women,
gender equality and women empowerment are the important things to do. And all what Indone-
sian women activists have done become a reality that mass media has very important role in
campaingn for women issues and gender equality.

Key words : political opportunity structure, mass media role, feminism.

Pendahuluan nesia masih dipimpin oleh Soeharto yang cen-


Beberapa tahun terakhir ini muncul fe- derung mengambil kebijakan menempatkan
nomena maraknya tayangan isu-isu perempuan perempuan di sektor domestik sebagai isteri yang
oleh media massa, baik surat kabar, majalah, mengabdi pada suami atau ibu yang setia menjaga
televisi maupun film. Kompas, Suara Pembaruan keluarga dibandingkan sebagai pribadi yang
dan Suara Merdeka merupakan beberapa contoh memiliki otonomi. Di sini terlihat peran media
media massa surat kabar yang sering memuat isu massa amatlah besar sebagai wahana untuk
dan wacana tentang perempuan. Sementara itu menyuarakan isu-isu dan kepentingan perempuan.
melalui media film kita juga pernah menyaksikan Perkembangan menarik tersebut akan
nilai-nilai feminisme dalam film “Pasir Berbisik” dan dianalisis dengan mencoba melihat bagaimana
“Perempuan Berkalung Sorban”. Di media internet media massa memiliki peran penting dalam
fenomena tersebut lebih terlihat lagi dengan menyebarkan isu perempuan. Secara lebih khusus
hadirnya situs-situs organisasi perempuan dengan lagi tulisan ini akan melihat bagaimana dalam
wacana-wacana kritis yang dibangun oleh para konteks politik yang membuka dan memberi
aktivisnya. Fenomena ini menarik mengingat isu- kesempatan untuk lebih bebas berwacana, media
isu perempuan, terutama yang bernuansa feminis massa memainkan peran penting dalam menye-
nyaris tidak bisa ditemui di media massa pada barkan isu-isu perempuan, terutama setelah per-
periode sebelum akhir 1990-an ketika itu Indo- hatian dunia terhadap persoalan perempuan kian

228 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Machya Astuti Dewi Media Massa dan Penyebaran Isu Perempuan

menguat pasca Konperensi Perempuan Inter- kemudian disebarluaskan melalui pemberitaan


nasional di Beijing tahun 1995. Tulisan ini pertama- media massa telah mendorong para aktivis
tama akan diawali dengan melihat keterkaitan mahasiswa di Indonesia untuk melakukan aksi
antara terbukanya kesempatan politik di level serupa.
nasional dan internasional dengan terbukanya Gelombang aksi gerakan mahasiswa di
kesempatan bagi media massa untuk mengekspos berbagai negara dengan wacana demokratisasi
wacana yang sebelumnya hampir tidak pernah yang mereka angkat merupakan imbas dari
dibicarakan orang. Kemudian, penulis akan me- menguatnya wacana demokratisasi dan Hak Asasi
ngajak pembaca untuk bereskplorasi melihat Manusia (HAM) akibat meredanya perang dingin
keragaman isu perempuan yang diekspos oleh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Men-
media massa untuk mengetahui media massa mana cairnya ketegangan ideologi di antara dua blok
yang sering memuat isu perempuan feminis dan isu yang berseberangan tersebut pada akhir 1980-
perempuan non feminis setelah sebelumnya an mendorong tumbuhnya isu-isu global yang
diberikan penjelasan apa yang dimaksud dengan semasa perang dingin terpinggirkan, seperti
isu perempuan feminis dan non feminis. Selanjutnya demokratisasi dan perlindungan HAM. Peluang
keragaman isu perempuan dalam media massa tersebut ditangkap oleh para aktivis sosial, terma-
akan dikaitkan dengan konteks peluang politik suk mahasiswa untuk melakukan aksi-aksi
macam apakah yang sedang tersedia di level menentang otoriterisme Soeharto dan menuntut
nasional dan internasional sehingga media massa demokratisasi. Lahirnya aksi-aksi tersebut tentu
memilih isu tersebut untuk ditampilkan. Pem- saja tidak terlepas dari pengaruh pemberitaan
bahasan akan diakhiri dengan melihat bagaimana media massa mengenai wacana apa yang sedang
dalam atmosfir kesempatan politik yang mendu- berkembang di level internasional dan peristiwa
kung, media massa berperan besar sebagai sum- apa yang sedang terjadi di negara-negara manca.
ber insprasi dan sekaligus sebagai media bagi Di Indonesia peran besar media massa
aktivis gerakan perempuan untuk terus menyua- sebagai pembawa dan penyebar isu internasional
rakan isu-isu perempuan. demokrasi dan HAM yang kemudian mempenga-
ruhi pergerakan aktivis mahasiswa berkembang
Media Massa dan Kesempatan Politik beriring dengan “keterbukaan” iklim politik yang
Media massa memiliki peran besar dalam diciptakan oleh rezim Soeharto pada awal 1990-
mengembangkan dan menyebarluaskan wacana an dan kemudian diikuti oleh periode transisi
dan peristiwa internasional. Isu, wacana dan menuju demokrasi sejak akhir masa kekuasaan
peristiwa yang berkembang atau terjadi di sebuah Soeharto (Sebagian pengamat politik, misalnya
negara dengan cepat akan menyebar ke negara- Arief Budiman mengemukakan bahwa keterbu-
negara lain berkat pemberitaan media massa. kaan yang diciptakan oleh Soeharto adalah
Peristiwa yang bisa diangkat sebagai contoh ada- keterbukaan semu, karena di satu pihak Soeharto
lah maraknya aksi gerakan mahasiswa di berba- mendengung-dengungkan isu keterbukaan, tetapi
gai kota di Indonesia pada akhir 1980-an dan di lain pihak masih melakukan kontrol yang ketat
terutama pada tahun 1990-an. Berkembangnya atas kebebasan berpendapat.
aksi-aksi gerakan mahasiswa Indonesia tersebut Periode ini ditandai oleh berkurangnya
tidak lepas dari peran media massa dalam mem- otoritarianisme negara menuju kondisi politik
beritakan kebangkitan gerakan mahasiswa di yang lebih demokratis yang membuka peluang
Philipina yang menuntut Ferdinand Marcos mundur kebebasan media massa untuk mengambil peran
dari jabatannya pada tahun 1986 dan aksi gerakan sebagai aktor perubahan sosial. Anders Uhlin
mahasiswa Cina di lapangan Tiananmen Cina pada menggambarkan Indonesia pada periode akhir
tahun 1989 menentang pemerintahan sosialis dan tahun 80-an dan awal tahun 90-an berada pada
menuntut pemerintahan yang demokratis. fase pra transisi menuju demokrasi. Pada masa
Peristiwa-peristiwa dan isu-isu yang diangkat oleh ini dominasi negara atas masyarakat masih kuat,
gerakan mahasiswa di dua negara tersebut yang namun sedikit demi sedikit mulai meluntur.

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009 229

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Media Massa dan Penyebaran Isu Perempuan Machya Astuti Dewi

Kelompok masyarakat sipil yang didominasi oleh arti penting melibatkan perempuan dalam pe-
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang re- ngambilan keputusan. Isu ini kemudian mendorong
latif independen muncul sebagai kekuatan sosial kaum perempuan di berbagai negara mendesak
politik yang cukup berpengaruh. Terlebih lagi kare- pemerintah untuk menerapkan kuota 30% bagi
na negara menjadi semakin sulit untuk menerapkan perempuan di lembaga-lembaga pengambil ke-
kontrol pada rakyat. Selain LSM terdapat bebe- putusan.
rapa aktor penting lain yang juga tumbuh sebagai
kekuatan oposisi melawan pemerintah pada Ragam Isu Perempuan
dekade 1990-an. Mereka adalah para aktivis Isu perempuan adalah isu yang memiliki
kampus, kaum profesional, jurnalis, seniman, dampak langsung terhadap perempuan. Cakupan
pengacara dan kalangan akademisi. Mereka lazim isu perempuan di antaranya adalah hak repro-
dikenal dengan sebutan sebagai “oposisi kelas duksi, persoalan perawatan anak, masalah eko-
menengah”. Dari kalangan media massa gerakan nomi, penciptaan lapangan kerja, pengentasan
oposisi dilakukan dalam bentuk pemberitaan kemis-kinan, HAM, pendidikan, penghapusan
beberapa media tentang peristiwa-peristiwa yang kekerasan terhadap perempuan, kesehatan dan
melibatkan konflik antara negara dan masyarakat. agama. Contoh-contoh tersebut menunjukkan
Tidak saja isu-isu global mengenai HAM bahwa isu perempuan amatlah beragam, mulai dari
dan demokrasi, dalam fungsinya sebagai pemberi persoalan-persoalan yang berkait dengan
informasi media massa juga telah berperan penting kehidupan pribadi sebagai perempuan hingga
dalam menyebarkan wacana tentang perempuan. persoaalan yang lebih bersifat publik.
Media massa aktif meliput dan memberitakan Keragaman isu perempuan bersumber dari
hasil-hasil konperensi perempuan internasional. adanya dua jenis kepentingan perempuan. Menurut
Informasi yang dibawa oleh media massa sejak Molyneux (1986:284) kepentingan perempuan
konperensi di Meksiko City tahun 1975 hingga dapat dibedakan menjadi kepentingan gender
Beijing tahun 1995 mengilhami kaum perem- “praktis” dan kepentingan gender “strategis”. Ke-
puan di berbagai negara mendirikan organisasi pe- pentingan gender praktis berangkat dari kondisi-
rempuan untuk memperjuangkan kepentingan kondisi konkret yang dialami perempuan sehari-
perempuan. hari. Kepentingan gender praktis tidak mem-
Terlebih lagi pasca konperensi Beijing tahun persoalkan konstruksi gender yang tidak adil,
1995 yang melahirkan Deklarasi Beijing semakin melainkan bersumber dari kesulitan-kesulitan
banyak media massa menampilkan isu perempuan. yang dihadapi perempuan dalam menjalankan
Hal ini menunjukkan bahwa media massa se- fungsi-fungsi mereka sebagai perempuan. Contoh
nantiasa menangkap peristiwa internasional untuk kepentingan gender praktis adalah masalah
kemudian disebarkan ke masyarakat. Kesem- pemeliharaan anak, perawatan kesehatan, ke-
patan politik bagi kaum perempuan di seluruh butuhan sanitasi lingkungan, air bersih dan
dunia untuk memperjuangkan hak-hak perem- pemenuhan kebutuhan pangan.
puan karena mendapat momen yang tepat pasca Sementara itu kepentingan gender strategis
konperensi Beijing banyak didukung oleh peran lahir dari adanya subordinasi perempuan dalam
media massa dalam menyebarluaskan hasil-hasil masyarakat yang mendorong keinginan untuk
konperensi sekaligus sebagai wadah bagi para mewujudkan tatanan sosial yang lebih adil gender.
aktivis perempuan untuk mewacanakan isu-isu Kepentingan gender strategis inilah yang identik
perempuan. Media massa, terutama televisi dan dengan isu-isu feminis. Contohnya adalah peng-
surat kabar memainkan peran penting dalam hapusan kekerasan dalam rumah tangga, pem-
mempengaruhi masyarakat umum (McAdam, berian kesempatan bagi perempuan di bidang
McCarthy, Zald, 1988:723). Pengaruh yang politik, dan kebebasan bagi perempuan untuk me-
dibawa oleh media massa ini terlihat dari semakin miliki anak atau tidak, termasuk untuk melakukan
maraknya publik membincang isu-isu perempuan aborsi.
pasca Konperensi Beijing, terutama isu mengenai Isu-isu perempuan yang diekspos media

230 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Machya Astuti Dewi Media Massa dan Penyebaran Isu Perempuan

massa amat beragam. Bukan saja karena isu media cetak maupun elektronik kare-na semakin
perempuan tidaklah tunggal, tetapi juga karena banyak fenomena kekerasan terhadap perempuan
ekspos media massa amat terkait dengan wacana yang terungkap, padahal Undang Undang (UU)
populer yang sedang banyak dibincang oleh ma- Kekerasan dalam Rumah Tangga sudah disahkan
syarakat. Salah satu isu perempuan yang populer dan kampanye anti kekerasan terhadap perem-
di masyarakat dan pernah disorot oleh media mas- puan telah gencar dilakukan para aktivis perem-
sa adalah posisi perempuan yang masih terping- puan. Beberapa contoh ragam isu perempuan yang
girkan di bidang politik. Isu ini mendapat perhatian diekspos oleh media massa surat kabar dapat
dari berbagai surat kabar terutama menjelang disimak pada tabel 1 sebagai berikut:
pemilu tahun 2004 dan kembali berulang pada Tabel 1 menunjukkan bahwa isu yang
tahun 2009 ketika saat itu kuota keterwakilan paling banyak disorot oleh media massa selama
perempuan ramai disuarakan oleh para aktivis pe- kurun waktu lima tahun terakhir adalah persoalan
rempuan. Isu lain yang juga banyak diangkat me- perempuan di lembaga politik serta kekerasan
dia massa adalah kekerasan terhadap perempuan. terhadap perempuan. Hal ini sangatlah wajar
Isu ini mendapat perhatian media massa, baik mengingat kedua isu ini adalah isu yang sedang

20 Perlu Penguatan Komunitas Basis Suara Merdeka 25 November 2004


Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009 231

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Media Massa dan Penyebaran Isu Perempuan Machya Astuti Dewi

mengemuka pada dekade 2000, terutama setelah tulisan berbunyi “Perempuan dan Pria Setara di
berlangsung Konperensi Perempuan sedunia di Hadapan Tuhan” di setiap tampilan situs online-
Beijing pada tahun 1995. Sebagaimana diketahui, nya. Artikel bernada feminis dapat dibaca misal-
Konperensi Beijing menghasilkan 12 butir area nya dalam tulisan ustadz Faqihuddin Abdul Kodir
kritis di bidang pemberdayaan perempuan yang berjudul: “Menengok Hijrah Nabi: Dari Kesadaran
kemudian dikenal dengan nama Deklarasi Beijing. Menuju Gerakan Penguatan Perempuan”.
Dua belas pokok persoalan yang menjadi perha- Demikian pula artikel K.H. Hussein Muhammad:
tian dalam Deklarasi Beijing meliputi: (1) anak “Hijrah dalam Al Quran:- Refleksi bagi Kebang-
perempuan; (2) perempuan dan pendidikan; (3) kitan Perempuan”. Kedua artikel tersebut me-
perempuan dan ekonomi; (4) kekerasan terha- ngajak kepada semua pembaca agar memaknai
dap perempuan; (5) perempuan dan kesehatan, hijrah 1 Muharram sebagai momen untuk mem-
(6) perempuan dan media; (7)perempuan dan buka kesadaran akan adanya ketimpangan gen-
lingkungan; (8) hak asasi manusia; (9) perempuan, der dan sekaligus untuk membangun kesadaran
kekuasaan dan pengambilan keputusan; (10) untuk mewujudkan keadilan antara laki-laki dan
perempuan dan kemiskinan; (11) perempuan dan perempuan, sehingga kehidupan perempuan men-
konflik bersenjata; dan (12) institusi untuk me- jadi lebih baik (www.rahima.or.id/index.php?...
ningkatkan harkat dan martabat manusia. Para hijrah...suara-rahima..., 14 November 2009).
aktivis perempuan di berbagai negara kemudian Contoh lain dari semangat penyebaran
gencar memperjuangkan dua belas bidang ideologi feminis bisa dilihat dari situs Jaringan
persoalan perempuan tersebut baik melalui aksi- Islam Liberal (JIL). Organisasi yang berupaya
aksi pemberdayaan langsung kepada perempuan membongkar dan mengkritisi ajaran-ajaran Islam
maupun berwacana melalui berbagai media massa. yang selama ini dipercaya atau diyakini sebagai
Fenomena yang tidak kalah menarik bisa kebenaran oleh banyak kalangan ini senantiasa
kita simak melalui media internet. Beragam situs menyajikan dekonstruksi wacana tentang ajaran-
organisasi berperspektif feminis menyajikan ajaran Islam lengkap dengan analisis yang logis.
bahasan isu-isu perempuan dari sudut pandang Beberapa contoh upaya dekonstruksi pemahaman
feminis. Beberapa di antara organisasi tersebut ajaran Islam tentang perempuan antara lain me-
bisa disimak sebagai berikut: ngenai poligami yang dalam prakteknya banyak

Situs-situs di table 2 tersebut mengekspos “mudlaratnya” karena apa yang disebut adil sulit
beragam isu perempuan dengan perspektif feminis. untuk bisa diwujudkan karena berkait dengan soal
Simak misalnya situs Suara Rahima. Ketika perasaan. Isteri-isteri nabi pun –sebagai manusia-
membuka situs tersebut maka kita akan mendapati menghadapi perasaan semacam itu, yaitu saling

232 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Machya Astuti Dewi Media Massa dan Penyebaran Isu Perempuan

cemburu. Bahkan kehidupan Nabi sebenarnya seluruh dunia, termasuk Indonesia bergabung
cenderung monogami karena hanya memiliki satu dalam solidaritas global melawan kekerasan
isteri, yaitu Khadijah selama 25 tahun. Nabi baru terhadap perempuan. Para aktivis di Indoesia
melakukan poligami setelah Khadijah meninggal. bergabung dalam solidaritas ini pada tahun 1995,
Keputusan Nabi Muhammad itu pun karena yaitu setelah Konferensi Perempuan Internasional
bertujuan untuk menolong janda dan anak-anak IV di Beijing. Perkembangan lain yang menarik
korban perang. Contoh lain, masih berkait dengan adalah munculnya berbagai organisasi perem-
dekonstruksi pemahaman ajaran Islam tentang puan antikekerasan terhadap perempuan seperti
perempuan adalah soal pemakaian jilbab yang Gerakan Antikekerasan terhadap Perempuan di
menurut JIL bukan sebuah keharusan bagi seorang Indonesia (GAKTPI).
Muslimah. JIL mengemukakan ada kesalahan tafsir Di sini terlihat bahwa media massa telah
dalam memahami ayat-ayat Al Quran yang me- mengilhami para aktivis perempuan dari berbagai
nyebabkan muncul keyakinan bahwa perem-puan penjuru dunia bersatu menjalin kekuatan me-
harus berjilbab (islamlib.com/id/komentar/ nyuarakan isu dan kepentingan perempuan.
benarkah-poligami-sunah/, Diakses 14 Novem- Fenomena semacam itulah yang menurut William
ber 2009). Gamson (2004) disebut sebagai master frame,
yaitu peristiwa di suatu tempat yang kemudian
Sumber Inspirasi dan Media Kampanye bagi mengilhami aktivis gerakan untuk melakukan aksi
Gerakan Perempuan serupa.
Peran media massa sebagai pemberi in- Kemajuan di bidang teknologi informasi
formasi pada gilirannya mendorong perkem- semakin mendorong media massa memiliki andil
bangan gerakan perempuan di Indonesia. Peris- besar dalam penyebaran gerakan perempuan di
tiwa-peristiwa internasional dan nasional yang di- seluruh penjuru dunia (Tarrow: 1994). Hal ini bisa
liput dan diberitakan melalui media massa telah dibuktikan dengan semakin maraknya kelahiran
berhasil menggerakkan perhatian kaum perempu- dan penyebaran gerakan perempuan di berbagai
an untuk bersatu menyuarakan kepentingan pe- negara. Kita bisa menyaksikan bagaimana
rempuan. Serangan Amerika terhadap Afghanistan partisipasi jumlah Non Governmental Organiza-
(kapan) misalnya, telah memberi inspirasi bagi tion (NGO) perempuan meningkat pesat semen-
kelompok perempuan di Indonesia untuk turun ke jak konperensi perempuan internasional I di
jalan dan berdemonstrasi. Pertunjukan Vagina Mexico city tahun 1975, Konperensi perempuan
Monolog di Madison Square 10 Februari 2001 II di Belanda tahun 1980, Konperensi perempuan
yang sukses luar biasa mendorong para aktivis III di Nairobi tahun 1985, hingga konperensi
perempuan di Indonesia menggelar pertunjukan perempuan IV Di Beijing tahun 1995.
serupa. Aksi berskala internasional yang diliput Keberhasilan gerakan perempuan dalam
oleh media massa tidak kalah pentingnya dalam mengkampanyekan hak-hak perempuan tidak ter-
menggerakkan aktivisme perempuan. Kampanye lepas dari iklim yang mendukung perkembangan
melawan kekerasan terhadap perempuan yang ideologi feminis. Dukungan dalam bentuk publikasi
dilakukan dalam bentuk aksi bersama di berbagai oleh media massa dalam mengkampanyekan dan
negara, hingga tragedi penyiksaan dan pembu- menuntut hak-hak perempuan sangat menunjang
nuhan Patricia dan Maria Theresa Mirabel oleh kelangsungan dan keberhasilan gerakan feminis di
penguasa Republik Dominika pada tanggal 25 berbagai negara (Taylor, 1990: 298).
November 1960 yang diberitakan media massa Sejak dekade 1980-an jaringan feminis
telah mendorong perempuan di seluruh dunia mulai menyebar secara transnasional melintasi
menggalang solidaritas bersama atas kekerasan batas-batas negara. Dalam era yang ditandai oleh
yang menimpa perempuan. kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi
Tragedi dan kampanye-kampanye anti media massa berperan besar dalam mendorong
kekerasan terhadap perempuan yang diekspos kerjasama antar aktivis perempuan di seluruh
oleh media massa mendorong para aktivis di penjuru dunia. Selama dekade 1990-an organisasi-

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009 233

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Media Massa dan Penyebaran Isu Perempuan Machya Astuti Dewi

organisasi perempuan telah meningkatkan keputusan, arti penting melibatkan perempuan


jaringan dalam bentuk kegiatan besama, dialog, dalam forum rembug desa, dan bahwa perempuan
solidaritas dan tukar menukar dukungan. Jaringan memiliki karakter politik yang sangat diperlukan
feminis transnasional menyatukan kaum perem- di bidang politik. Lewat media massa KPI
puan dari berbagai negara dengan satu agenda berupaya meyakinkan masyarakat bahwa ma-
bersama, seperti hak asasi perempuan, kritik fe- suknya perempuan dalam dunia politik akan dapat
minis atas kebijakan ekonomi, perdamaian dan mengurangi ego politik yang dimiliki politisi dan
anti-militerisme, kesehatan dan hak-hak repro- pemerintah dalam menjalankan negara karena
duksi. Kelompok-kelompok feminis dan organisa- perempuan telah terbiasa untuk tidak egois dan
si perempuan tetap memperjuangkan isu-isu di turut memikirkan semua pihak dalam keputusan
tingkat lokal, namun kosa kata, strategi dan tujuan- politiknya.
tujuan mereka memiliki kemiripan satu sama lain Media massa juga digunakan oleh orga-
dan mengambil bentuk-bentuk supra nasional. nisasi-organisasi perempuan untuk membuka
Lebih dari itu organisasi-organisasi dan kelompok- kesadaran publik tentang arti penting keadilan
kelompok ini telah bergabung atau membantu gender. LSM Sehati di Yogyakarta misalnya,
membentuk jaringan feminis transnasional, sehing- senantiasa bekerjasama dengan berbagai media
ga mampu menghubungkan wacana dan aksi di massa: televisi lokal, surat kabar dan radio untuk
tingkat lokal, nasional, regional dan global. Me- mengkampanyekan isu-isu perempuan yang
reka terlibat dalam pertukaran informasi, saling diperjuangkan kepada publik. Menurut Sehati,
memberi dukungan, penelitian bersama, lobi, penggunaan media massa lebih efektif sebagai
advokasi dan kadang-kadang aksi langsung untuk media berkampanye dibandingkan merumuskan
mewujudkan tujuan mereka meraih kesetaraan, rekomendasi yang tebal, yang belum tentu dibaca
otonomi dan pemberdayaan perempuan dan oleh pengambil kebijakan. Meskipun demikian
demokratisasi dalam pemerintahan nasional dan langkah yang disebut terakhir tersebut juga tetap
global. dilakukan oleh Sehati untuk meneruskan poin-poin
Salah seorang aktivis perempuan di Yog- penting yang telah dihasilkan dalam kegiatan
yakarta membenarkan bahwa media massa ber- Sehati, terutama kepada Menteri Pemberdayaan
peran penting dalam membawa isu perempuan Perempuan dan lembaga legislatif (Wawancara
yang sedang berkembang di level internasional ke dengan Esti Susilarti, 11 September 2009).
dalam pemahaman aktivis perempuan di dalam Organisasi perempuan yang lain, yaitu
negeri Indonesia: “Kita selalu ngikuti perkem- Yayasan Annisa Swasti (Yasanti) di Yogyakarta
bangan lewat media. Isu-isu kesehatan repro- juga memanfaatkan media massa untuk meng-
duksi, hasil konperensi Beijing itu kita tahu kampanyekan hak-hak perempuan. Yasanti
dari media massa” (Wawancara dengan Amin menggunakan media siaran radio untuk melakukan
Muftiyanah, 11 Mei 2004). dialog interaktif sebagai bagian dari upaya
Selain menjadi sumber inspirasi bagi aktivis melakukan penyadaran masyarakat dan pen-
perempuan untuk melakukan gerakan, media didikan politik untuk buruh perempuan. Tujuan
massa juga dimanfaatkan oleh aktivis perempuan Yasanti adalah untuk meningkatkan kesadaran
sebagai wahana bagi untuk melakukan pendidikan politik masyarakat, khususnya buruh perempuan
politik bagi perempuan. Menjelang Pemilu 2004 melalui pendidikan politik. Dalam setiap diskusi
Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Yogyakarta Yasanti mengundang sekitar 20 orang peserta yang
memanfaatkan surat kabar sebagai media untuk mayoritas perempuan untuk mengikuti dialog
melakukan penyadaran masyarakat dan penguatan interaktif. Mereka terdiri dari para buruh, aktivis
hak politik perempuan melalui penulisan kolom buruh, dan ornop-ornop di kawasan industri Jawa
media di surat kabar Bernas. Beberapa persoalan Tengah seperti Ungaran, Bawen, Karangjati,
yang pernah diangkat oleh KPI di kolom surat Salatiga, Semarang. Narasumber yang diundang
kabar Bernas adalah tentang kuota 30 persen adalah para aktivis perempuan dan pakar hukum
keterwakilan perempuan di lembaga pengambil yang membahas topik diskusi yang berbeda. Topik

234 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Machya Astuti Dewi Media Massa dan Penyebaran Isu Perempuan

yang pernah dibahas antara lain tentang hambatan- Simpulan


hambatan yang dihadapi perempuan untuk terjun Media massa telah berperan besar dalam
ke dunia politik. Topik lain yang juga pernah di- menyebarkan isu-isu internasional, termasuk isu-
angkat dalam dialog adalah tentang perempuan isu yang berkait dengan persoalan perempuan. Isu
dan politik hukum di Indonesia yang ternyata masih tentang perempuan yang banyak diekspos oleh
diskriminatif terhadap perempuan sebagaimana media massa sejak pertengahan 1990-an telah
antara lain terlihat dari UU Perkawinan (Laporan membuat banyak pihak, terutama aktivis perem-
Yasanti Tahun 2000). puan semakin gencar memperjuangkan kepen-
Menjelang pemilu 2009 pemanfaatan me- tingan perempuan. Dalam iklim yang memberi
dia massa mendapatkan perhatian serius dari para peluang bagi maraknya wacana tentang perem-
aktivis gerakan perempuan. Menyadari arti penting puan, media masa juga telah dimanfaatkan oleh
media massa sebagai wahana untuk melakukan para aktivis gerakan perempuan sebagai wahana
komunikasi politik antara caleg perempuan dengan untuk mengkampanyekan hak-hak perempuan.
konstituen, maka KPI DIY mengadakan pelatihan Pelajaran berharga yang bisa diambil di sini
untuk para caleg perempuan dari wilayah DIY, adalah bahwa media massa menjadi aktor penting
Jawa Tengah dan Kalimantan. Selama pelatihan dalam menyebarkan isu-isu internasional ke dalam
para caleg perempuan tidak saja mendapatkan pemahaman masyarakat di berbagai negara, tak
pengetahuan mengenai bagaimana membaca terkecuali Indonesia. Di sini kejujuran dalam
daerah pemilihan dengan perspektif gender, menyajikan berita dan kearifan media massa untuk
peraturan pemilihan umum dan cara melakukan menyaring informasi menjadi sangat penting
kalkulasi politik, tetapi yang tidak kalah penting mengingat media massa bisa membentuk opini
KPI juga melatih para caleg perempuan agar publik. Berkait dengan upaya untuk mewujudkan
memiliki ketrampilan dalam memaanfaatkan me- kesetaraan gender, maka media massa sangat
dia massa sebagai wahana komunikasi politik. diharapkan dapat menginformasikan dan turut
Upaya memanfaatkan media massa sengaja membantu kampanye para aktivis perempuan
diberikan mengingat media massa amatlah penting dengan menyajikan berita dan informasi yang dapat
untuk mensosialisasikan program-program yang menggugah pembaca atau pemirsa untuk peduli
hendak ditawarkan oleh caleg perempuan, sebagai pada hak-hak perempuan.
media promosi bagi caleg perempuan dan sekaligus
mendekatkan caleg perempuan dengan konsti- Daftar Pustaka
tuennya (Wawancara dengan Retno Agustin, 24 Agustin, Retno, 2009, Wawancara dengan Penulis
Juni 2009). pada 24 Juni 2009.
Pada skala nasional arti penting media Asia Foundation, Asia Foundation, 2009, “Gen-
massa sebagai sarana kampanye bagi caleg perem- der and Women’s Participation in Indo-
puan juga disadari oleh sebuah LSM internasional nesia” dalam asiafoundation.org/pub-
di Jakarta, yaitu Asia Foundation. Lembaga ini lications/pdf/263, diakses 6 Mei 2009.
secara serius memberikan pembekalan kepada Ashaf, Abdul Firman, 2008, “Menggagas Media
para caleg perempuan agar dapat menggunakan Lokal di Era Neoliberal”, dalam blog.
media massa untuk “menjual” nama mereka. Bagi unila.ac.id/.../menggagas-media-lokal-
sebagian besar peserta pemanfaaatan media mas- di-era-neo-liberal, Diakses tanggal 10
sa merupakan hal yang baru yang belum mereka Januari 2008.
kembangkan. Setelah mengikuti pelatihan terse- Gamson, William, David S. Meyer, 2004, “Fram-
but akhirnya peserta menjadi lebih paham me- ing Political Opportunity” dalam Doug
ngenai cara bagaimana menggunakan media un- McAdam, John D. McCarthy, Mayer N.
tuk membantu mereka mengartikulasikan dan Zald, Comparative Perspectives on So-
menyebarluaskan pesan-pesan politik (asia cial Movements: Political Opportuni-
foundation.org/publications/pdf/263, diakses 6 ties, Mobilizing Structures and Cultural
Mei 2009). Framing, Cambridge University Press,

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009 235

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Media Massa dan Penyebaran Isu Perempuan Machya Astuti Dewi

Cambridge. Muftiyanah, Amin, 2004, Wawancara dengan


Jaringan Islam Liberal, 2007, “Benarkah Penulis pada 11 Mei 2004.
Poligami Sunah” dalam islamlib.com/ Suara Rahima, 2007, “Memaknai Hijrah
id/komentar/benarkah-poligami-sunah/ Perspektif Perempuan” dalam www.
, Diakses 14 November 2009. rahima.or.id/index.php?...hijrah...
Koalisi Perempuan Indonesia, 2004, Laporan suara-rahima..., Diakses 14 November
pendidikan pemilih dan dialog politik 2009.
temu caleg dan pemilih perempuan di Susilarti, Esti, Wawancara dengan Penulis pada
DIY, Pebruari-Maret 2004. 11 September 2009.
McAdam, Doug, John D. McCarthy, Mayer N. Tarrow, Sidney 1994, Power in Movement: So-
Zald, 1988, “Social Movement” dalam cial Movement, Collective Action and
Neil J. Smelser, Handbook of Sociology, Politics, Cambridge University Press,
Sage Publications, Newbury Park. Cambridge.
Molyneux, Maxine, 1986, “Mobilization without Uhlin, Anders, 1995, Democracy and Diffusion:
Emancipation? Women’s Interests, State Transnational Lesson-Drawing among
and Revolution” dalam R.R. Fagen, C.D. Indonesian Pro Democracy Actors,
Derre, J.L. Coraggio, Transition and Lund University Press, Lund.
Development: Problems of Third World Yayasan Anissa Swasti (Yasanti), 2000, Laporan
Socialism, New York Monthly Review Kegiatan Tahun 2000.
Press, New York.

236 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

You might also like