You are on page 1of 10

205

Komunikasi Politik dan Partisipasi Warga dalam Arena Perencanaan dan


Penganggaran Dana Keistimewaan DIY

Iranda Yudhatama
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UNS
Jl. Ir Sutami No 36 A Surakarta
Email: yudha_merapi@yahoo.com

Abstract
As specialty province, Yogyakarta was given fives specialty authorities from government that
encompass as following as: (1) procedures of occupation and authorities requirement for governor
and vice governor; (2) Province government institutions; (3) Culture; (4) Land and (5) Space Policy.
To prevail these, DIY government get the expenditure aid ftom central government. Some of studies
showed that decentralization give people’s participation more open. But on otherwise, some of studies
also exposed that decentralization created democracy defisit. By qualitative approach, this research
was aimed to elaborate political communication and people’s participation in creating a plan and
expenditure for DIY government in 2015. The results pointed out as: (1) political communication
that was formed between government and people tended more linear or top down; (2) people’s
participation was a limited level; (3) people perception that the King will take step for people more
responsible. These implied that all program was prevailing and initiating by government.

Keywords: political communication, planning, expenditure, participation and DIY

Abstrak
Sebagai daerah istimewa, Yogyakarta diberikan lima kewenangan khusus yang mencakup;
(1) Tata cara pengisian jabatan, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; (2) Kelembagaan
Pemerintah Daerah; (3) Kebudayaan; (4) Pertanahan; dan (5) Tata Ruang. Untuk menjalankan lima
kewenangan tersebut Pemerintah DIY mendapatkan pendanaan dari pemerintah pusat. Beberapa studi
menunjukkan bahwa desentralisasi memberikan ruang dan partisipasi warga lebih besar. Namun di
sisi lain beberapa studi juga menunjukkan gejala terjadinya defisit demokrasi. Dengan menggunakan
metode kualitatif, penelitian ini bertujuan mengelaborasi komunikasi politik dan partisipasi warga
dalam proses perencanaan dan penganggaran anggaran keistimewaan DIY tahun 2015. Hasil penelitian
menunjukkan yakni: (1) Komunikasi politik yang terbangun antara pemerintah Propinsi dengan
warga bersifat top down dan teknokratis; (2) Partisipasi warga relatif minim yang dikarenakan adanya
kebijakan yang tidak membuka ruang partisipasi; (3) Persepsi bahwa warga tidak perlu berpartisipasi
dalam perencanaan dan penganggaran karena yakin dengan kearifan Sultan selaku gubernur DIY.
Dampak dari hal tersebut adalah sebagian besar program yang bersumber dari APBN diinisiasi dan
dipimpin Pemerintah DIY dan cenderung menegasikan aspirasi warga.

Kata Kunci: Komunikasi politik, perencanaan, penganggaran, partisipasi warga, DIY


206 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 15, Nomor 3, September - Desember 2017, halaman 205-214

Pendahuluan Tornuist (2004) dalam Pratikno yang menjelaskan


Desentralisasi dalam pandangan mazhab bahwa terjadinya fenomena-fenomena non
Anglo Saxon sebagaimana yang dikemukakan demokrasi dalam era desentralisasi dan otonomi
oleh Sutoro Eko pada prinsipnya bertujuan daerah tersebut merupakan sesuatu yang telah
untuk mendekatkan proses demokrasi ke berakar jauh di masa lalu dan diformulasikan oleh
aras lokal. Artinya proses desentralisasi tidak Nordholt sebagai fenomena “strong continuities
sekedar membagi dan menyerahkan kekuasaan, of patrimonial patterns” atau meminjam
kewenangan dan keuangan pemerintah pusat terminologi Haris disebut sebagai”changing
kepada daerah tapi lebih dari itu adalah continuities” (Pratikno, 2010).
bagaimana mendorong proses demokratisasi Pada perkembangannya kritik terhadap
pada aras lokal dan mendekatkan negara kepada praktek-praktek desentralisasi dan otonomi
rakyat sehingga berdampak bagi kesejahteraan daerah ini telah beranjak dari kritik terhadap
masyarakat di daerah (Eko, 2013). implementasi (delivery sistem) beralih kepada
Namun sayangnya, dalam praktek kritik terhadap desain atau konsep desentralisasi
desentralisasi dan otonomi daerah yang telah yang bercorak simetris dan uniformitas yang
berjalan lebih dari satu dasawarsa di Indonesia selama ini diasumsikan paling ideal yang
ini, justru sebagian besar telah gagal memenuhi dituangkan dalam bentuk kebijakan Undang-
harapan terkait demokratisasi, mendekatkan undang Nomor 32 tahun 2004.
pelayanan negara yang lebih baik kepada rakyat Cara pandang atau paradigma simetris
serta mewujudkan kesejahteraan rakyat pada atau uniformitas ini menegasikan fakta
aras lokal. keberagaman (pluralitas) dari setiap daerah di
Banyak hasil riset dan kajian yang Indonesia dan praktek penyebaran kekuasaan
menunjukkan kegagalan sistem desentralisasi melalui desentralisasi diimplementasikan
dan otonomi daerah dalam memenuhi harapan secara seragam bagi seluruh daerah tanpa
tersebut dan bahkan memunculkan fenomema mempertimbangkan perbedaan fundamental,
anti demokrasi atau defisit demokrasi dalam karakter dan kekhususan setiap daerah.
bentuk patologi sosial yang akut dan kronis. Salah Beranjak dari konteks tersebut, beberapa
satu yang hasil studi yang paling populer dalam kalangan intelektual dan aktivis yang peduli
mengungkap kegagalan praktek desentralisasi dengan perkembangan demokrasi pada aras
dan otonomi daerah adalah studi Vedi Hadiz lokal, mencoba menawarkan gagasan atau
dalam Sutoro Eko. Hadiz memaparkan bahwa paradigma baru yang berseberangan dengan
desentralisasi dan otonomi daerah telah paradigma simetris. Cara pandang yang
memunculkan elit predator yang memanfaatkan menekankan pada pentingnya desentralisasi
daerah sebagai lahan kekuasaan baru bagi kekuasaan yang memperhatikan keberagaman
praktek-praktek kotor untuk melakukan korupsi dan keunikan setiap daerah atau yang dikenal
dan premanisme politik di tingkat daerah. dengan desentralisasi asimetris (asymetrical
Konsep elit predator ini juga serupa desentralization) yang merupakan pemberlakuan
dengan konsep “local boss”atau orang kuat kewenangan khusus atau otonomi khusus pada
lokal yang dikemukakan oleh John Sidel dalam wilayah-wilayah tertentu dalam suatu negara
Sutoro Eko. Menurut Sidel, bos lokal merupakan (Pratikno, 2010) .
tokoh-tokoh individu yang berpengaruh dan Hanya sayangnya, sejauh ini studi atau
mempunyai kekuasaan untuk mengontrol atas kajian terkait praktek desentralisasi asimetris
sarana-sarana kekerasan, sumberdaya ekonomi relatif belumlah terlalu banyak dibandingkan
dan mesin politik (Eko, 2013) dengan kajian tentang praktek-praktek
Demikian pula hasil studi yang dilakukan desentralisasi simetris. Beberapa kajian atau
oleh Norholdt dan Haris (2004), Stokke dan studi desentralisasi asimetris yang adapun relatif
Iranda Yudhatama, Komunikasi Politik dan Partisipasi Warga dalam Arena Perencanaan dan Penganggaran
Dana Keistimewaan DIY 207

mengkaji dari aspek kewenangan, keuangan, berbentuk vertikal atau top down dan arus
kontrol dan kelembagaan dalam konteks relasi komunikasi cenderung satu arah menujukkan
hubungan pusat dan daerah. Seperti studi sistem politik yang merefleksikan nilai-nilai
yang dilakukan oleh Pratikno, dkk yang lebih budaya feodalistik dan pola kepeminpinan yang
membahas terkait kewenangan, keuangan totaliter (Panuju, 1994).
dan kelembagaan dalam praktek dan proyeksi Berpijak dari teori dan konsep
desentralisasi asimetris di Indonesia. komunikasi politik tersebut, dapat diartikan
Sementara kajian atau studi terkait bahwa komunikasi politik merupakan sebuah
dengan bagaimana komunikasi politik yang proses interaksi antara warga dengan negara
terbangun antara pemerintah daerah dengan (pemerintah) sebagai pelaku komunikasi pada
warga dan bagaimana partisipasi warga yang suatu sistem politik baik dalam konteks agenda
berjalan dalam arena formulasi kebijakan saat setting kebijakan, formulasi, implementasi
implementasi desentralisasi asimetris diterapkan maupun evaluasi kebijakan. Teori dan konsep
relatif belum tersedia. inilah yang dijadikan perspektif dalam mengkaji
Komunikasi politik merupakan sebuah pola komunikasi politik antara warga di satu
studi yang multi disiplin ilmu, terutama dalam sisi dan Pemerintah DIY di sisi lain sebagai
kaitannya antara proses komunikasi dan pelaku atau aktor komunikasi politik dalam
proses politik. Dalam konteks politik mengacu arena kebijakan perencanaan dan penganggaran
pada pendapat Graceau dalam Dan Nimmo, anggaran keistimewaan DIY.
proses politik merupakan pola interaksi yang Demikian pula dengan tingkat partisipasi
menghubungkan antara warga negara dengan warga dalam sebuah sistem politik sangat
pembuat keputusan baik dalam konteks, ditentukan oleh pola komunikasi politik yang
kesetaraan, kerjasama ataupun dalam konteks ada. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
konflik (Nimmo, 1993). Hal ini dapat dimaknai horisontal pola komunikasi politik dalam sebuah
bahwa pola interaksi antara warga negara sistem politik maka akan semakin tinggi tingkat
dengan pemerintah dalam suatu arena kebijakan partisipasi warga. Sebaliknya semakin vertikal
merupakan sebuah proses komunikasi dalam pola komunikasi politik dalam sebuah sistem
konteks politik. Sedangkan menurut Alfian politik maka akan semakin rendah tingkat
dalam bukunya Komunikasi Politik dan Sistem partisipasi warga atau bahkan dapat menjadi
Politik (1993), komunikasi politik merupakan apatis dan dapat menimbulkan feedback yang
bagian dari sistem politik yang mengkonversikan negatif dalam bentuk berkurangnya partisipasi
aspirasi dan kepentingan para pihak menjadi politik formal dan merebaknya aktivitas
berbagai kebijakan. politik “bawah tanah” atau aksi-aksi protes
Pola komunikasi politik sangat (Panuju,1994).
tergantung dari sistem politik yang dibangun Sementara itu, partisipasi sendiri
dalam suatu masyarakat. Ada dua model tidak hanya dimaknai sekedar mengundang
pola komunikasi politik yang biasa dikenal masyarakat (invited space) dalam sebuah proses
dalam kajian komunikasi politik yakni, (1) formulasi kebijakan tapi lebih jauh dari itu yakni
Pola komunikasi politik horizontal, di mana melibatkan masyarakat sipil dalam setiap tahapan
posisi pelaku komunikasi yang terlibat dalam partisipasi mulai dari mengidentifikasikan
proses komunikasi politik relatif setara dan kebutuhan, perencanaan, implementasi sampai
seimbang sehingga terjadi sharing atau saling proses monitoring dan evaluasi sebuah kebijakan
berbagi informasi atau dialogis, bentuk atau pembangunan (Chambers, 1996).
pola komunikasi politik semacam ini hanya Berangkat dari nalar tersebut penelitian
dapat terjadi dalam sebuah sistem politik yang ini diletakkan, di mana penelitian ini merupakan
demokratis; (2) Pola komunikasi politik yang bagian dari program riset-advokasi terhadap
208 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 15, Nomor 3, September - Desember 2017, halaman 205-214

kebijakan perencanaan dan penganggaran No.13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY.
anggaran Keistimewaan DIY yang dilakukan Secara prinsip pasal-pasal tersebut menyatakan
peneliti yang di dukung oleh Swara Nusa Institute bahwa pemerintah menyediakan pendanaan
dan Yayasan Tifa pada tahun 2015. Berpijak dalam rangka penyelenggaraan urusan
dari hal tersebut di atas, penelitian ini meneliti Keistimewaan DIY dalam Anggaran Pendapatan
bagaimana partisipasi warga dan pola komunikasi dan Belanja Negara sesuai dengan kebutuhan DIY
politik yang berjalan dalam arena perencanaan dan kemampuan keuangan negara. Dana dalam
dan penganggaran Dana Keistimewaan DIY rangka pelaksanaan Keistimewaan Pemerintahan
sebagai sebuah arena formulasi kebijakan. Daerah DIY tersebut dibahas dan ditetapkan oleh
Pertanyaan kunci yang dikaji dalam Pemerintah berdasarkan pengajuan Pemerintah
penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pola Daerah DIY .yang diperuntukkan dan dikelola
komunikasi politik antara warga dan Pemerintah oleh Pemerintah Daerah DIY yang pengalokasian
DIY yang berjalan dalam arena perencanaan dan penyalurannya melalui mekanisme transfer
dan penganggaran Dana Keistimewaan DIY ke daerah.
tersebut?; (2)Bagaimana partisipasi warga dalam Ada pun penjabaran dari undang-undang
arena perencanaan dan penganggaran Dana tersebut terkait dengan Dana Keistimewaan
Keistimewaan DIY ? dituangkan dalam Peraturan Daerah Istimewa
(Induk) No. 1 Tahun 20 tentang yang
Metode Penelitian menyatakan dalam rangka pelaksanaan urusan
Berangkat dari kerangka pikir dan Keistimewaan, Pemerintah Daerah wajib
permasalahan di atas, jenis penelitian yang membuat rencana kebutuhan yang dituangkan
digunakan adalah penelitian kualitatif. Hal dalam rencana program dan kegiatan tahunan
ini dikarenakan proses perencanaan dan dan 5 (lima) tahunan. Peraturan daerah ini
penganggaran Dana Keistimewaan DIY diturunkan lagi dalam bentuk peraturan teknis
dimaknai sebagai proses interaksi dialektis antara berupa Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor
aktor negara dan warga masyarakat. Interaksi 37 tahun 2014 tentang Pengelolaan Dana
dialektis adalah realitas kehidupan sosial yang Keisitmewaan yang tidak mengatur secara jelas
dinamis, sehingga lebih tepat dikaji secara dan detil terkait mekanisme partisipasi warga
kualitatif dibandingkan secara kuantitatif dengan dalam proses formulasi kebijakan perencanaan
mengandalkan angka statistik, (Giddens, 1984). dan penganggaran Keistimewaan DIY.
Metode penelitian kualitatif pun dapat memberi Hasil penelitian terkait pola komunikasi
jalan bagi peneliti untuk mengeksplorasi secara politik dan partisipasi warga dalam arena
mendalam terhadap perpektif, pengetahuan dan perencanaan dan penganggaran Dana
praktik sosial para informannya (Flick,1998). Keistimewaan DIY menemukan beberapa hal
Metode kualitatif yang dipilih adalah menarik, antara lain; (1) Pola komunikasi politik
studi kasus. Studi kasus dipilih karena relevan yang terbangun antara warga DIY di satu sisi
dengan tema kajian yang tengah menyelidiki dengan pemerintah DIY dalam arena kebijakan
suatu proses, aktivitas dan peristiwa yang dibatasi tersebut membentuk pola vertikal, top-down,
oleh waktu dan aktivitas (Creswell, 2010), terkait satu arah dan cenderung teknokratis; (2) Pola
pola komunikasi politik dan partisipasi warga komunikasi vertikal tersebut menjadikan tidak
dalam arena perencanaan dan penganggaran adanya partisipasi warga dalam arena perencanaan
Dana Keisitmewaan DIY tahun 2015. dan penganggaran Dana Keisitimewaan DIY
tersebut.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Beberapa forum perencanaan dan
Peraturan yang mengatur tentang Dana penganggaran Dana Keistimewaan DIY yang
Keistimewaan bersumber dari Undang-undang diikuti peneliti di tingkat Propinsi DIY yang
Iranda Yudhatama, Komunikasi Politik dan Partisipasi Warga dalam Arena Perencanaan dan Penganggaran
Dana Keistimewaan DIY 209

diselenggarakan oleh Bappeda DIY, meskipun Pemerintah DIY dan bukan kewenangan
mengundang perwakilan warga hanya cenderung mereka selaku warga negara sehingga mereka
untuk mensosialisasikan dan melegitimasi usulan merasa tidak perlu ikut campur atau ribut-ribut
agenda kegiatan yang telah disusun oleh pihak untuk terlibat dalam proses perencanaan dan
pemerintah DIY. Posisi warga hanya sebagai penganggaran Dana Keistimewaan DIY. Hal
peserta forum tersebut. ini terutama disebabkan oleh faktor nilai dan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keyakinan serta latar belakang budaya informan
munculnya pola komunikasi politik vertikal, top- tersebut.
down, satu arah dan teknokratis tersebut, salah Sebagaimana mengutip pendapat
satunya adalah adanya kebijakan teknis dalam Nimmo, bahwa warga negara sebagai individu
bentuk Peraturan Gubernur Nomor 37 tahun selalu membuat pilihan untuk berpartisipasi
2014 tentang Pengelolaan Dana Keisitmewaan atau tidak dalam suatu aktivitas politik melalui
DIY yang tidak mencantumkan secara eksplisit proses intepretatif yang dipengaruhi oleh nilai-
ruang dan mekanisme partisipasi warga dalam nilai, keyakinan dan latar belakang budaya yang
arena perencanaan dan penganggaran Dana membingkainya dalam suatu proses komunikasi
Keistimewaan DIY tersebut. politik (Nimmo, 1993).
Hal ini sebagaimana pernyataaan dari Pendapat Nimmo tersebut, sangat
pihak Pemerintah DIY melalui Bambang relevan jika dikontekstualisasikan dengan
Wisnu Handoyo selaku Kepala DPPKA DIY bagaimana warga Yogyakarta sebagai
(Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan individu mengintepretasikan atau memaknai
Aset) dan juga Sulistyo selaku Assisten tiga Kebijakan Keistimewaan DIY terutama dalam
bidang kesejahteraan sosial Pemda DIY dalam kaitannya dengan keterlibatan mereka dalam
sebuah wawancara dan fokus grup diskusi. proses perencanaan dan penganggaran Dana
Mereka berdua mengakui bahwa meskipun Keistimewaan DIY sebagai sebuah aktivitas
saat ini Pemerintah DIY tengah menuju kepada politik. Proses pengintepretasian atau pemaknaan
penggunaan paradigma governance dan bukan ini juga sangat mempengaruhi bagaimana
goverment dalam tata kelola pemerintahan, perspektif atau cara pandang warga Yogyakarta
yang artinya pemerintah harus lebih responsif dalam memaknai relasi politik antara mereka
dan melibatkan partisipasi masyarakat sebagai sebagai warga negara dan sekaligus bagian
stake holder pembangunan tetapi dalam konteks dari masyarakat sipil dengan pihak pemerintah
implementasi Dana Keistimewaan diakuinya DIY (negara) selaku pembuat kebijakan. Hal
belum mampu menjalankan secara optimal. ini dapat diartikan, bahwa keputusan politik
Persoalan ini dapat diartikan bahwa ada setting warga Yogyakarta untuk berpartisipasi atau tidak
kebijakan yang dengan sengaja membuat pola berpartisipasi dalam proses perencanaan dan
komunikasi politik menjadi vertikal (top down) penganggaran Dana Keistimewaan DIY sebagai
atau linier. Peraturan Gubernur No.37 Tahun proses politik sangat tergantung dari nilai-nilai,
2014 tentang Pengelolaan Dana Keistimewaan keyakinan dan latar belakang budaya mereka.
tidak memberikan ruang bagi artikulasi politik Pemaknaan atau intepretasi atas tersebut
warga. dapat tercermin dari ungkapan-ungkapan warga
Situasi dan kondisi ini semakin diperparah yang muncul dalam serangkaian aktivitas
dengan masih adanya pandangan dari sebagian wawancara dan fokus grup diskusi selama
warga di DIY selaku informan penelitian penelitian berlangsung. Sebagai contoh,
yang hadir dalam suatu forum perencanaan apa yang diungkapkan oleh seorang aktivis
dan penganggaran Dana Keisitmewaan DIY perempuan yang bernama Anik dari organisasi
yang memandang bahwa permasalahan Dana perempuan Srikandi Mataram yang hadir dalam
Keistimewaan adalah kewenangan dari pihak sebuah forum perencanaan dan penganggaran
210 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 15, Nomor 3, September - Desember 2017, halaman 205-214

Dana Keistimewaan yang menyatakan bahwa konteks perencanaan dan penganggaran Dana
selaku warga Yogyakarta tidak akan menuntut Keistimewaan. Ungkapan-ungkapan ini dapat
apa-apa dari Dana Keistimewaan DIY, karena dimaknai bahwa, masih ada sebagian dari warga
perjuangan mereka adalah ikhlas untuk Yogyakarta baik yang tinggal di perkotaan
mengusung penetapan Ngarso Dalem menjadi maupun pedesaan, baik yang berpendidikan
gubernur DIY dan yang penting bagi Anik dan tinggi maupun tidak yang mengintepretasikan
organisasi Srikandi Mataram adalah dengan atau memaknai urusan atau kewenangan
adanya Undang-undang Keistimewaan, Sultan Keistimewaan DIY termasuk di dalamnya Dana
memiliki posisi yang jelas selaku kepala daerah Keistimewaan merupakan kewenangan dari
dan kepala pemerintahan DIY. Bagi Anik dan Pemerintah DIY dan percaya bahwa dengan
rekan-rekanya di Srikandi Mataram masalah kearifan seorang raja yang dimanifestasikan
Dana Keistimewaan DIY bukanlah kewenangan melalui personifikasi Sri Sultan Hamengku
atau urusan mereka, tetapi merupakan urusan Buwono X akan dapat memikirkan kesejahteraan
Pemerintah DIY dan mereka yakin betul bahwa rakyatnya sebagai kawulo atau dengan kata
pasti Ngarso Dalem selaku gubernur akan lain mereka sebagai warga mengintepretasikan
memikirkan yang terbaik bagi kesejahteraan bahwa partisipasi dalam konteks perencanaan
rakyatnya. dan penganggaran Dana Keistimewaan tidaklah
Pendapat yang senada juga dikemukakan perlu dan bukan kewenangan mereka karena
oleh Mangun selaku warga Kabupaten Kulon mereka percaya bahwa Kasultanan sebagai
Progo dan aktif selaku penghayat kepercayaan. sebuah institusi yang merupakan sentral dari
Menurutnya bagi orang Jawa khususnya warga politik, ekonomi dan budaya akan mampu
Yogyakarta, percaya bahwa Ngarso Dalem memikirkan yang terbaik untuk kesejahteraan
sebagai seorang raja dan sekaligus gubernur rakyat.
pasti memiliki kearifan seorang raja dalam Cara pandang demikian muncul karena
memikirkan rakyatnya. Lebih lanjut Mangun memang secara sosio-psikologis dan sosio
mengatakan bahwa masalah urusan terkait kultural masih ada sebagian corak masyarakat
kebijakan Dana Keistimewaan merupakan di DIY yang memiliki karakter patron-client
urusan pihak Pemerintah DIY yang di bawah yang kuat dan disertai dengan kepercayaan
kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono terhadap mitos dan hal-hal yang berbau mistis
X pasti akan memikirkan secara bijaksana dan sebagaimana yang tertuang dalam studi Nur
yang terbaik bagi rakyat atau kawulonya. Azizah (2010). Menurutnya karakter ini dapat
Hal yang sama juga diungkapkan beberapa diidentifikasi dari antusiasme masyarakat
informan lainnya, seperti Sukijan, Martadani, Yogyakarta yang masih kuat terhadap acara-
Sudarman, Supri Indrajit yang menyatakan acara ritual yang diselenggarakan oleh pihak
bahwa keistimewaan DIY adalah terletak pada Kraton untuk mendapatkan keberkahan atau
kepemimpinannya yang arif dan bijaksana yakni dalam bahasa jawa disebut Ngalap Berkah.
Sri Sultan HB X sehingga pastilah Sri Sultan HB Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa masih
X yang sekaligus Guburnur DIY akan membuat relatif kuat posisi Kraton dan Pakualaman dalam
kebijakan anggaran keistimewaan dengan ruang sosial budaya masyarakat yang diposisikan
menggunakan kearifan dan kebijaksanaannya sebagai pusat budaya dan simbol pengayom.
demi kesejahteraan warga DIY. Dukungan secara sosio psikologis
Secara substansi apa yang diungkapkan dan sosio kultural terhadap Kraton yang
baik oleh Anik, Mangun, Sukijan, Sudarman, direpresentasikan oleh raja Sri Sultan HB
Supri Indrajit maupun Martadani mencerminkan X ini sejatinya memiliki akar sosio historis
atau merefleksikan pemaknaan mereka terhadap yang kuat di Yogyakarta. Sebagaimana yang
praktek desentralisasi asimetris DIY dalam pernah diungkapkan oleh Selo Sumardjan
Iranda Yudhatama, Komunikasi Politik dan Partisipasi Warga dalam Arena Perencanaan dan Penganggaran
Dana Keistimewaan DIY 211

dalam bukunya Perubahan Sosial di Yogyakarta Hal ini terungkap dalam serangkain proses
(Sumardjan, 2009). Dalam bukunya tersebut, wawancara dan diskusi yang bergulir selama
Sumardjan mengatakan bahwa kepercayaan penelitian ini. Salah satu informan penelitian ini,
atau keyakinan yang khas dari orang Jawa di Imam Setyadi selaku warga kabupaten Bantul
Yogyakarta yakni, kepercayaan bahwa semua dan pegiat LSM mengatakan bahwa perencanaan
barang atau segala sesuatu yang baik berasal dan penganggaran Dana Keistimewaan
dari Sultan (raja). Oleh karenanya hampir semua seharunya lebih trasparan dan partisipasit.
barang atau benda diberi awalan raja. Sepeti Menurutnya jika hal ini dibiarkan terus berlanjut
sesuatu yang paling berharga bagi petani Jawa akan menjadi preseden buruk bagi DIY sebagai
dinamakan rajakaya (kekayaan raja) dan barang- daerah Istimewa dan Imam khawatir jika status
barang berharga seperti emas disebut rajapeni keistimewaan yang dimiliki oleh DIY ini justru
atau rajabrana (benda-benda berharga dari raja) akan menjadi tidak istimewa ketika anggaran
Berangkat dari konteks tersebut, dapat keistimewaan yang ada tidak bermanfaat bagi
dikatakan bahwa pola komunikasi politik antara masyarakat.
warga di satu sisi dengan pihak Pemerintah DIY Pendapat lain yang menarik adalah
yang direpresentasikan oleh seorang raja yang pendapat yang diungkapkan oleh Wignyo selaku
sekaligus seorang gubernur akan cenderung informan dan warga yang tinggal di bantaran Kali
berbentuk vertikal atau hubungan atas-bawah. Code dan merupakan pengurus dari organisasi
Akibatnya jelas, komunikasi politik yang warga yang tinggal di bantaran sungai yang
terbentuk cenderung satu arah, arus informasi bernama Paku Bangsa. Menurutnya sebagai
hanya berjalan satu arah dari Pemerintah DIY orang yang lahir di Yogyakarta dan menetap di
selaku pihak yang mendesain pesan kebijakan Yogyakarta dan sampai sekarang masih tinggal
(komunikator/Sender) kepada masyarakat di pinggiran sungai belum bisa merasakan
sipil selaku warga negara dan juga komunikan perbedaan antara DIY sebagai wilayah yang
(reciever) dalam konteks komunikasi politik. istimewa dengan adanya undang-undang
Masyarakat sebagai penerima manfaat keistimewaan dengan Yogyakarta yang tidak
kebijakan hanya diposisikan sebagai pihak istimewa. Menurutnya yang jauh lebih penting
komunikan (reciever) yang pasif dan relatif tidak dalam berbicara Dana Keistimewaan adalah
diberi ruang dialog untuk mengintepretasikan, bagaimana dana yang bersumber dari APBN
memahami dan mengartikulasikan pendapat, tersebut dapat memenuhi hak-hak masyarakat
gagasan dan kepentingannya terkait dengan melibatkan partisipasi warga karena
program kegiatan yang bersumber dari Dana baginya itu adalah hak rakyat bukan kebaikan
Keisitmewaan. hati penguasa.
Hal ini membuat bentuk komunikasi Hal yang relatif sama juga dikatakan
yang terjadi membentuk pola vertikal (top down oleh Syarifudin, Mugiono, Imam Syafii,
yang mendominasi proses komunikasi politik Suyanto yang menyatakan bahwa sudah saatnya
dalam konteks perencanaan dan penganggaran Pemda DIY sekarang lebih membuka diri dan
keistimewaan DIY. Aspirasi dan artikulasi melibatkan partisipasi masyarakat secara lebih
warga menjadi ternegasikan tergantikan oleh luas, sehingga ide-ide kreatif dan inovatif dalam
kepentingan birokrasi pemerintah DIY. menterjemahkan keistimewaan DIY dapat
Namun demikian tidak semua warga dijadikan masukkan dalam perencanaan dan
Yogyakarta berpendapat sama terkait hal tersebut. penganggaran program keistimewaan DIY.
Beberapa warga Yogyakarta ada yang memiliki Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
pendapat kritis terkait proses perencanaan dan sebagian warga yang memutuskan untuk tidak
penganggaran Dana Keistimewaan DIY yang berpartisipasi dan tidak merasa mempunyai
terangkum dalam hasil wawancara dan diskusi. hak atas Dana Keistimewaan serta memaknai
212 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 15, Nomor 3, September - Desember 2017, halaman 205-214

bahwa urusan atau kewenangan keistimewaan konteks proses perencanaan dan penganggaran
bukanlah urasan mereka tapi lebih merupakan Dana Keistimewaan pola komunikasi politik
kewenangan dari pihak Pemerintah DIY antara warga di satu sisi dengan pihak Pemerintah
yang direpresentasikan oleh figus Sri Sultan DIY cenderung membentuk pola liniar dan
Hamengkubuwo X sebagai seorang raja dan vertikal atau hubungan atas-bawah. Hal ini
sekaligus gubernur yang mereka yakini pasti dikarenakan adanya setting politik dalam bentuk
akan memikirkan kesejahteraan rakyatnya secara kebijakan yang dengan sengaja membuat pola
arif dan bijaksana. komunikasi politik menjadi vertikal (top down)
Namun di sisi lain, ada juga sebagian atau linier. Peraturan Gubernur No.37 Tahun
warga yang memiliki cara pandang yang kritis 2014 tentang Pengelolaan Dana Keistimewaan
dalam memaknai arena perencanaan dan yang tidak memberikan ruang bagi artikulasi
penganggaran Dana Keistimewaan DIY sebagai politik warga dan masyarakat sipil.
sebuah arena demokrasi menginginkan bahwa Kedua, situasi dan kondisi ini didukung
relasi antara warga negara dengan negara sebagi dengan masih adanya pandangan dari sebagian
bukan dalam relasi patron-client tapi sebuah warga masyarakat di DIY yang memandang
relasi politik antara aktor dan struktur yang saling bahwa permasalahan Dana Keistimewaan
mempengaruhi atau bersifat dualitas dalam adalah kewenangan dari pihak Pemerintah DIY
sebuah arena formulasi kebijakan perencanaan dan bukan kewenangan mereka selaku warga
dan penganggaran. negara sehingga mereka merasa tidak perlu ikut
Dalam konteks tersebut dengan meminjam campur atau ribut-ribut untuk terlibat dalam
teori strukturasi dari Giddens (Prijono, 2002), proses perencanaan dan penganggaran Dana
dapat dikatakan jika ruang partisipasi telah Keistimewaan DIY.
dihadirkan maka kapasitas untuk menjamin
dan meningkatkan efektivitas partisipasi warga Ketiga, dalam proses perencanaan
dan masyarakat sipil secara berkelanjutan akan dan penganggaran Dana Keistimewaan
tergantung pada interaksi dualitas antara agency mengutamakan pendekatan teknokratis yang
atau aktor baik individual agency maupun menegasikan pendekatan partisipatif dan yang
collective agency dengan struktur yang mencakup terjadi adalah partisipasi semu yang dapat
tata nilai dan makna, kekuasaan, kebijakan dan menjadi sebuah ancaman bagi bersemainya
sumber daya termasuk sumberdaya keuangan. demokrasi. Sebab keputusan tidak menjadi
Melalui proses interaksi inilah praktek- domain kontrol publik tapi menjadi wilayah
praktek sosial (social action) akan terjadi dan otoritas pemerintah dan elit politik, karena pada
membuat struktur baru di Daerah Istimewa hakekatnya dinamika negoisasi antara warga
Yogyakarta terutama dalam konteks penguatan negara dengan penyelenggara negara adalah
dan pelembagaan partisipasi guna mewujudkan jantung demokrasi.
kesejahteraan masyarakat. Bentuk komunikasi politik ini disadari
atau tidak pada akhirnya akan menciptakan
Simpulan situasi yang non demokratis dan bergeser
Berpijak pada hasil temuan penelitian menjadi feodalistik ketika relasi politik yang
ini, ada beberapa catatan penting yang dapat terbangun adalah relasi patron-client dan bukan
disimpulkan terkait dengan pola komunikasi relasi antara warga negara dan negara yang
politik dan partisipasi warga dalam perencanaan demokratis yang memberikan ruang partisipasi
dan penganggaran Dana Keistimewaan DIY aktif bagi warganya untuk mengartikulasikan
tahun 2015. Pertama, dalam praktek atau ide-ide, gagasan dan kepentingannya dalam
implementasi desentralisasi asimetris DIY dalam sebuah ruang publik (public sphere).
Iranda Yudhatama, Komunikasi Politik dan Partisipasi Warga dalam Arena Perencanaan dan Penganggaran
Dana Keistimewaan DIY 213

Dampak dari ke dua hal tersebut adalah 2. Dalam konteks relasi pemerintah
hampir sebagian besar program kegiatan yang DIY dengan warga, warga DIY harus
terkait dengan implementasi kewenangan dipandang sebagai warga (citizen).
Keistimewaa DIY yang dibiayai oleh Dana Perubahan cara pandang ini menjadi
Keistimewaan DIY yang bersumber dari APBN prasyarat bagi upaya memberdayakan
didrive dan didirect oleh Pemerintah DIY dan mereka menjadi warga aktif (active
cenderung menegasikan aspirasi warga citizen) di DIY. Sehingga bentuk
Berkaca dari temuan-temuan penelitian komunikasi politik dalam konteks
ini, perlu adanya perbaikan atas mekanisme perencanaan dan penganggaran
proses perencanaan penganggaran yang Keistimewaan DIY dapat berbentuk
memberikan ruang partisipasi secara maksimum horisontal, artinya proses komunikasi
bagi warga untuk terlibat aktif. Selain politik yang dibangun akan semakin
memberikan ruang partisipasi yang maksimum, demokratis,
hal lain yang penting adalah membangun pola
komunikasi politik yang horisontal dalam proses Sehingga perwujudan dari semangat
formulasi kebijakan, di mana posisi antara desentralisasi asimetris DIY dapat dimaknasi
warga di satu sisi dan Pemerintah DIY termasuk sebuah proses demokratisasi pada aras lokal yang
di dalamnya adalah posisi kelembagaan dari memberikan ruang bagi bersemainya demokrasi
Kasultanan dan Puro Pakualaman yang relatif dan partisipasi warga dalam memaknai
setara dan seimbang sehingga dapat berjalan pembanguan Keistimewaan DIY . Sehingga jika
proses dialogis dalam memaknai Keisitmewaan hal itu yang terjadi warga tidak dilihat sebagai
DIY yang dituangkan dalam bentuk formulasi obyek penguasa namun warga atau masyarakat
kebijakan anggaran keistimewaan DIY. Dengan akan dilihat sebagai warga negara aktif (active
demikian warga dapat terlibat dalam perencanaan citizen) untuk ikut berpartispasi dan menentukan
dan melakukan kontrol atau monitoring nasibnya sendiri dalam rangka Keistimewaan
atas pelaksanaan kebijakan dan program DIY.
keistimewaan DIY sehingga masyarakat dapat
merasakan manfaat dari keistimewaan DIY. Daftar Pustaka
Berangkat dari nalar tersebut, dibutuhkan suatu Alfian, 1993, Komunikasi Politik dan
terobosan terkait partisipasi masyarakat dalam Sistem Politik, Jakarta: Gramedia
proses perencanaan dan penganggaran dalam Chambers. Robert, 1996, Participatory Rural
konteks Keistimewaan DIY? Secara khusus Appraisal, Memahami Desa Secara
untuk mengembangkan ruang partisipasi warga Partisipatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
DIY di dalam proses perencanaan daerah, dapat Creswell, John W., 2010, “Research Design,
dilakukan langkah-langkah berikut ini : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
1. Perlunya membuka ruang partisipasi Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
warga secara maksimum dalam proses Diamond, Larry, 2005,”Developing Democray,
perencanaan dan pengangaran anggaran Toward Consolidation, NJ: IRE Press
keistimewaan DIY melalui penyusunan Eko, Sutoro, 2013, Daerah Inklusif,
Peraturan Gubernur terkait Perencanaan Pembangunan Demokrasi Lokal dan
dan Penganggaran Keistimewaan DIY Kesejahteraan, Yogyakarta: IRE Press
yang mencantumkan secara tegas dan Flick, Uwe, 1998, “An Introduction to Qualitative
jelas partisipasi warga dalam setiap Research, London, Sage Publication
tahapan perencanaan dan penganggaran Giddens, Anthony, 1984, The Construction
Dana Keistimewaan DIY, of Society, The outline of The Theory
of Structation, yang diterjamahkan
214 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 15, Nomor 3, September - Desember 2017, halaman 205-214

oleh Adi Suyuno, 2003; Teori Priyono Herry B, 2002, Anthony Giddens,
Strukturasi untuk Analisa Sosial, Suatu Pengantar, Jakarta: Gramedia
Pasuruan Jawa Timur: Penerbit Pedati Windlesham, Lord, 1972 “What is Political
Guillermo O’Donnell dan Philippe C. Communication” dalam K.J. McGarry
Schimiter, 1993, Transisi Menuju (Ed.), Mass Communication,
Demokrasi: Rangkaian Kemungkinan Linnet Books & Clive Bingley.
dan Ketidakpastian, Jakarta: LP3ES. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012
Nimmo, Dan, 1993, Komunikasi Tentang Keistimewaan DIY
Politik: Komunikator, Pesan dan Peraturan Daerah Istimewa Induk Nomor 1
Media, Bandung: Rosdakarya Tahun 2013 tentang Kewenangan
Panuju, Redi, 1994, Telaah Politik Dalam Urusan Keistimewaan DIY
Untuk Studi Komunikasi, Peraturan Gubernur Nomor 37 Tahun 2014 tentang
Surabaya: Lembaga Penerbitan Pengelolaan Dana Keistimewaan DIY
Fakultas Komunikasi Unitomo. Badan Pusat Statistik, 2014
Pratikno dkk, 2010 Jurusan Politik dan
Pemerintahan FISIP UGM,
Desentralisasi Asimetris di Indonesia;
Praktek dan Proyeksi, Yogyakarta

You might also like