Professional Documents
Culture Documents
OLEH
SYARIF HIDAYAT
2011
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang
diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain :
· Jaringan Kelenjar 50 – 70 %
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi
tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat
Hipertrofi: Retensi urin. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing.
Miksi yang tidak puas. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari
(nocturia). Pada malam hari miksi harus mengejan. Terasa panas, nyeri atau
sekitar waktu miksi (disuria). Massa pada abdomen bagian bawah.
Hematuria. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk
mengeluarkan urin). Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik
renall. Berat badan turunm. Anemia.Kadang-kadang tanpa sebab yang
diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus
dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih,
maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.
F. KLASIFIKASI BPH
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak
teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40
gram.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
H. KOMPLIKASI
I. FOKUS PENGKAJIAN
Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post
Prostatektomi dapat penulis kelompokkan menjadi:
a) Data subyektif :
Gelisah
Terpasang kateter
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : pensiunan
Status martial : Kawin
Diagnosa masuk : post operasi BPH
Tanggal pengkajian : 1 Maret 2011
Tanggal masuk ruangan : 1 Maret 2011
Penanggung jawab : ny. S
Hubungan dengan kllien : isteri
Alamat : Bekasi
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri luka operasi
2. Riwayat penyakit sekarang
tiga hari sebelumnya klien di operasi den mendapatkan perawatan di
ruang Intensife care unit (ICU), kemudian di pindahkan ke ruang perawatan
bedah (Mawar) dengan keluhan nyeri luka operasi, kesadaran
Composmentis disertai lemah pada bagian ekstermitas bawah,suhu 37,20c
terpasang kateter urine tanpa selang drain,terpasang infus RL/ 8 jam,
tekanan darah 130/80 mmhg, respirasi rate 22 kali/ menit, nadi 78 kali
/menit.
3. Riwayat penyakit dahulu
Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit yang sama.
4. Riwayat penyakit keluarga
Menurut pengakuan klien, klien merupakan pengkonsumsi kopi dan rokok,
tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama.
b) Data Obyektif:
Gelisah
Rongten BNO
Hasil Lab Tanggal : 1 MARET 2011
1. HB :15,3
2. LE :3.700
3. Hematokrit :46,9
4. Trombosit :110.000
5. Ureum :
6. Kreatinin :
Tujuan :
Kriteria hasil:
a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus
serta penghilang nyeri.
Tujuan :
Kriteria :
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.
Intervensi :
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik
steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan
tertutup
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai
hari kedua post operasi)
Tujuan :
Kriteria hasil :
Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan
aktivitas secara optimal.
Intervensi :
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi
Kriteria hasil:
Intervensi:
a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
c. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter
dan drainage
Tujuan :
Kriteria :
Intervensi :
10.00 Pengkajian
1. Monitor dan catat adanya S:
1 10.30
rasa nyeri, lokasi, durasi dan
Klien mengeluh nyeri
faktor pencetus serta luka operasi
penghilang nyeri.
O:
Cefotaxime 2x1g
Ranitidine 2x1amp
1. Melakukan irigasi kateter S:
2 13.00
secara berkala dengan teknik
Klien mengeluh ngilu
steril dengan NaCl 0,9 100ml. jika BAK
O:
2. Atur posisi selang kateter
dan urin bag sesuai gravitasi Setelah di spooling
masih terdapat
dalam keadaan tertutup
gumpalan darah sisa
operasi.
3. Observasi adanya tanda-
tanda shock/hemoragi
(hematuria, dingin, kulit A:
lembab, takikardi, dispnea)
Masalah belum teratasi
4. Mempertahankan kesterilan P:
sistem drainage cuci tangan
Lanjutkan interfensi no
sebelum dan sesudah 1,2,3,4 dan 5
menggunakan alat dan
observasi aliran urin serta
adanya bekuan darah atau
jaringan.
Intervensi selesai
1. Memonitor dan catat S:
1 09.00
adanya rasa nyeri, lokasi,
Klien mengeluh nyeri
durasi dan faktor pencetus luka operasi
berkurang, skala 5-6
serta penghilang nyeri.
dari 0-10
2. mengobservasi tanda-tanda O:
non verbal nyeri (gelisah,
Keadaan umum lemah,
kening mengkerut, kesadara CM,
terpasang kateter dg
peningkatan tekanan darah
urine produktif, warna
dan denyut nadi) kuning bening. Skala
nyeri 5-6 dari 0-10
Cefotaxime 2x1g
Ranitidine 2x1amp
1. Melakukan irigasi kateter S:
2 13.00
secara berkala dengan teknik
steril dengan NaCl 0,9 100ml.
Klien mengeluh ngilu
jika BAK
2. Atur posisi selang kateter
dan urin bag sesuai gravitasi O:
dalam keadaan tertutup
Setelah di spooling
masih terdapat
3. Observasi adanya tanda- gumpalan darah sisa
operasi dengan masa
tanda shock/hemoragi
yang sedikit.
(hematuria, dingin, kulit
lembab, takikardi, dispnea)
A:
4. Mempertahankan kesterilan
Masalah teratasi
sistem drainage cuci tangan
sebagian.
sebelum dan sesudah
P:
menggunakan alat dan
observasi aliran urin serta Lanjutkan interfensi
adanya bekuan darah atau no 1,2,3,4 dan 5
jaringan.
-therapi oral
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer et all. (2006) Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aeusculapius. Jakarta