You are on page 1of 6

TUGAS MODUL 5 KB 1

DESTU ARI SUJONO

2018
ANALISA MASALAH SEPTYANA

Septyana (nama samaran) adalah seorang siswi kelas XII di SMK Negeri Kota
Surakarta. Pada SMK tersebut, Septyana mengambil jurusan Asisten Keperawatan karena
Septyana sangat menyukai hal-hal yang berbau medis dan kesehatan. Pada awal masuk
sekolah, Septyana sejujurnya tidak menginginkan masuk ke SMK. Septyana memiliki
keinginan dan cita-cita untuk sekolah di SMA biasa supaya bisa mengambil jurusan IPA
dan nantinya melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi dengan jurusan Sains.
Entahlah nantinya akan mengambl jurusan Kedokteran, Keperawatan, Farmasi, atau
apapun yang berhubungan dengan medis, sesuai dengan kemampuan intelegensinya.
Namun demikian, kondisi keluarga Septyana yang kurang berada dari sisi
ekonomi, memaksa Septyana untuk masuk ke SMK dengan alasan, setelah lulus dari
SMK, Septyana tentu bisa langsung masuk ke dunia kerja dengan memanfaatkan ilmu
yang telah ia peroleh dari bangku sekolah menengah. Meskipun tidak terlalu setuju
dengan pendapat keluarganya, Septyana akhirnya memutuskan untuk mengikuti apa yang
menjadi kehendak keluarganya tersebut. Dalam menjalankan pendidikannya, Septyana
memperoleh beasiswa dari pemerintah daerah sekaligus mendapatkan bantuan yang
cukup memadai dari keluarga besarnya, sehingga meskipun jurusan Asisten Keperawatan
membutuhkan dana yang cukup besar, Septyana tetap bisa menjalankan studinya dengan
baik dan hampir tanpa hambatan.
Keinginannya untuk masuk SMA pun lambat laun mulai terkikis. Apalagi SMK
yang dijalani adalah jurusan yang memang disenangi oleh Septyana. Ia biasanya belajar
dengan riang bersama dengan kawan-kawan seangkatan lainnya. Bahkan prestasinya di
sekolahpun tidak bisa dikatakan buruk. Setiap ada LKS tingkat SMK, Septyana
dipastikan akan ikut terpanggil oleh sekolah untuk mengikutinya. Tidak jarang Septyana
membawa trofi dan uang pembinaan dari lomba-lomba tersebut.
Banyak guru yang kemudian menyarankan Septyana untuk melanjutkan studi ke
jenjang yang lebih tinggi dengan jurusan yang sama. Mengingat, lulusan SMK untuk
jurusan Asisten Keperawatan belum terlalu ‘laku di pasaran’ dan tentu masih akan kalah
dengan lulusan-lulusan setingkat akademi maupun sarjana.
Di kelas XII ini, keinginan Septyana untuk melanjutkan studi terusik lagi,
ditambah dengan dorongan-dorongan dari banyak guru tersebut. Bahkan kawan-
kawannya pun juga mengatakan hal yang sama. Dalam hati paling dalam, Septyana tentu
menginginkan hal yang sama. Namun demikian, Septyana tidak berani untuk
membayangkan hal-hal yang lebih. Mengingat kondisi keluarga kecilnya yang sepertinya
tidak memungkinkan untuk membiayainya melanjutkan studi.
Ayahnya hanya seorang buruh harian, sedangkan Ibunya berjuang berjualan kue
di koperasi-koperasi sekolah. Septyana sendiri merupakan anak pertama dengan dua adik
kecil yang dimilikinya, Sina (12 tahun), dan Rurin (8 tahun). Keduanya tentu juga
membutuhkan biaya yang tidak kalah besar sebab masih masuk usia sekolah. Untuk minta
bantuan keluarga besarnya lagi, Septyana merasa canggung. Septyana juga tidak
mengetahui apakah beasiswa dari pemerintah daerah bisa berlanjut atau tidak saat ia
sudah masuk ke perguruan tinggi nanti.
Kelas XII yang seharusnya menjadi kelas paling ‘ngoyo’ untuk belajar, justru
membuat Septyana menjadi siswa yang berbeda. Lebih sering melamun, bingung, tidak
tahu apa yang sedang dan akan dilakukannya sehingga kegiatan belajar mengajarnya pun
menjadi terganggu.

Dari uraian masalah Septyana tersebut, Bapak dan Ibu diminta untuk melakukan hal-hal
sebagai berikut.
1. Jika ditilik dari pendekatan person centered, maka bagaimana person centered melihat
Septyana sebagai pribadi yang bermasalah/ tidak sehat?
2. Seharusnya, untuk bisa menjadi pribadi yang sehat, apa yang harus dicapai oleh Septyana
dari sudut pandang person centered?
3. Jika masalah ini hendak dibantu menggunakan person centered, apa landasan pendekatan
yang digunakan?
4. Jika bapak/ ibu berperan sebagai konselor Septyana, langkah apa saja yang akan bapak/
ibu ambil sesuai dengan pendekatan person centered?
Jawaban
1. Bagaimana person centered melihat Septyana sebagai pribadi yang bermasalah/
tidak sehat?
Terapi person centered cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis yang
memiliki ketidakbahagiaan dalam dirinya, mereka biasanya akan mengalami
masalah emosional dalam kehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak
berfungsi sepenuhnya. Ini terlihat dari masalah yang dialami oleh Septyana yaitu
:
 Pada awal masuk sekolah, Septyana sejujurnya tidak menginginkan masuk
ke SMK. Septyana memiliki keinginan dan cita-cita untuk sekolah di SMA
biasa supaya bisa mengambil jurusan IPA dan nantinya melanjutkan studi
ke jenjang yang lebih tinggi dengan jurusan Sains. Entahlah nantinya akan
mengambl jurusan Kedokteran, Keperawatan, Farmasi, atau apapun yang
berhubungan dengan medis, sesuai dengan kemampuan intelegensinya.
 Kondisi keluarga Septyana yang kurang berada dari sisi ekonomi,
memaksa Septyana untuk masuk ke SMK dengan alasan, setelah lulus dari
SMK, Septyana tentu bisa langsung masuk ke dunia kerja dengan
memanfaatkan ilmu yang telah ia peroleh dari bangku sekolah menengah.
Meskipun tidak terlalu setuju dengan pendapat keluarganya, Septyana
akhirnya memutuskan untuk mengikuti apa yang menjadi kehendak
keluarganya tersebut.
 Banyak guru yang kemudian menyarankan Septyana untuk melanjutkan
studi ke jenjang yang lebih tinggi dengan jurusan yang sama. Mengingat,
lulusan SMK untuk jurusan Asisten Keperawatan belum terlalu ‘laku di
pasaran’ dan tentu masih akan kalah dengan lulusan-lulusan setingkat
akademi maupun sarjana.
 Di kelas XII ini, keinginan Septyana untuk melanjutkan studi terusik lagi,
ditambah dengan dorongan-dorongan dari banyak guru tersebut. Bahkan
kawan-kawannya pun juga mengatakan hal yang sama. Dalam hati paling
dalam, Septyana tentu menginginkan hal yang sama. Namun demikian,
Septyana tidak berani untuk membayangkan hal-hal yang lebih.
 Kelas XII yang seharusnya menjadi kelas paling ‘ngoyo’ untuk belajar,
justru membuat Septyana menjadi siswa yang berbeda. Lebih sering
melamun, bingung, tidak tahu apa yang sedang dan akan dilakukannya
sehingga kegiatan belajar mengajarnya pun menjadi terganggu.

2. Untuk bisa menjadi pribadi yang sehat, apa yang harus dicapai oleh Septyana dari
sudut pandang person centered?
Pribadi yang sehat menurut person centered salah satunya adalah kebutuhan untuk
tidak dicampuri orang lain dan menyendiri (privacy), berdasarkan masalah yang
dialami oleh Septyana di atas, kebutuhan Septyana untuk bersekolah di SMA
dicampuri oleh orang lain, yaitu keadaan orang tuanya yang memiliki latar
belakang ekonomi rendah dan memiliki dua adik yang juga harus dibiayai.
Sehingga Septyana harus menerima bersekolah di SMK dengan jurusan Asisten
Keperawatan dengan asusmsi setelah lulus dari SMK Septyana bisa langsung
bekerja dengan bekal keterampilan yang sudah ia miliki. Oleh sebab itu Septyana
menjadi pribadi yang kurang sehat dilihat dari latar belakang masalahnya tersebut.
Untuk bisa menjadi pribadi sehat, Septyana harus :
 Berani membuka diri untuk berkonsultasi dengan guru BK di Sekolahnya
 Berani untuk mengaktualisasi dirinya, sehingga Septyana mampu untuk
mengarahkan dirinya lebih lanjut.
 Percaya pada dirinya sendiri, dengan berbekal kemampuan dan prestasi
yang ia miliki, Septyana harus berani mengambil keputusan untuk masa
depannya.

3. Jika masalah ini hendak dibantu menggunakan person centered, apa landasan
pendekatan yang digunakan?
 Manusia cenderung untuk melakukan aktualisasi diri, hal ini dapat
dipahami bahwa organisme akan mengaktualisasikan kemampuannya dan
memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri.
 Manusia pada dasarnya bermanfaat dan berharga serta memiliki nilai-nilai
yang dijunjung tinggi sebagai hal yang baik bagi dirinya.
 Manusia pada dasarnya aktif bukan pasif
 Setiap individu memiliki motor penggerak dalam dirinya, terbuka pada
pengalamannya dan percaya pada diri sendiri.

4. Langkah apa saja yang akan bapak/ ibu ambil sesuai dengan pendekatan person
centered?
Sebagai konselor, seharusnya hal yang dilakukan adalah :
 Menciptakan suasana permisif, santai, penuh keakraban, kehangatan serta
terbuka, sehingga Septyana dapat bercerita dengan nyaman sehingga
Septyana dapat menentukan sikap dalam pemecahan masalah.
 Mendorong Septyana untuk mengungkapkan perasaannya secara bebas
berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.
 Secara tulus menerima dan bisa menjernihkan perasaan negatif Septyana,
sehingga tercipta pola pikir positif untuk pemecahan masalah dan
Septyana dapat tumbuh dan berkembang.
 Menerima segala keluhan yang disampaikan Septyana dengan apa adanya
dan tidak berprasangka negatif sebelumnya.

You might also like