You are on page 1of 36

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


PUSKESMAS NGEMPLAK I, KABUPATEN SLEMAN
PERIODE 01 SEPTEMBER – 15 SEPTEMBER 2014

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt.)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :
Raisa Novitae, S.Farm. 138115121
Ega Mantyas, S.Farm. 138115134

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
PUSKESMAS NGEMPLAK I, KABUPATEN SLEMAN
PERIODE 01 SEPTEMBER – 15 SEPTEMBER 2014

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt.)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :
Raisa Novitae, S.Farm. 138115121
Ega Mantyas, S.Farm. 138115134

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i
ii
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat yang senantiasa diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada periode 01
September – 15 September 2014 di Puskesmas Ngemplak I dengan baik.
Program PKPA yang dijalani merupakan salah satu syarat untuk meraih
gelar Apoteker (Apt.) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Melalui program PKPA ini, penulis mendapatkan banyak ilmu
kefarmasian yang nantinya akan berguna bagi penulis di masa mendatang di
dalam dunia kerja dalam lembaga pemerintahan khususnya puskesmas.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang sejak awal program PKPA hingga masa penyusunan laporan
ini telah banyak membantu baik dalam bentuk doa, dorongan, semangat, kritik,
maupun saran. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua kami yang mendukung, mendorong, dan mendoakan penulis selama
menjalankan praktek kerja dan menyusun laporan praktek kerja.
2. Aris Widayati, M. Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt., Ph.D selaku Ketua Program
Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt., Ph.D selaku Dosen
pembimbing PKPA atas bimbingan selama pembekalan, diskusi, pengarahan
dan masukannya.
5. Nirma Atin, S. Si., Apt., selaku Apoteker Pengelola dan pembimbing praktek
kerja di Puskesmas Ngemplak I yang telah banyak memberikan bimbingan,
pengarahan dan masukan.
6. Kakak dan adik kami yang mendukung, mendorong, dan mendoakan penulis
selama menjalankan praktek kerja dan menyusun laporan praktek kerja.

iii
7. Teman-teman Program Studi Profesi Apoteker angkatan 28, atas kebersamaan
dan kerjasamanya selama kuliah profesi apoteker.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas segala doa dan
dukungan yang diberikan.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini
sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Akhir kata, semoga laporan PKPA ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, September 2014

Tim Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i


HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… ii
PRAKATA ……………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. vii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi Apoteker…………………... 1
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas ……………. 2
C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas ...………… 2
BAB II. KEGIATAN PRAKTEK KERJA DAN PEMBAHASAN ............. 3
A. Aspek Umum Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas…………………………………………….. 3
2. Manajemn Mutu Puskesmas……………………………………… 3
3. Kegiatan Puskesmas Ngemplak I
a.Rawat Jalan..................................................................................... 4
b.Rawat Inap……………………………………………………….. 5
c.Rujukan .......................................................................................... 5
B. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ..................................................... 6
1. Rawat Jalan ........................................................................................... 6
2. Rawat Inap ............................................................................................ 8
3. Puskesmas Pembantu ............................................................................ 9
4. Puskesmas Keliling............................................................................... 10
5. Pelayanan Konseling dan Informasi Obat ............................................ 10
6. Promosi Kesehatan…………………………………………………. .. 11
C. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Farmasi di Puskesmas ........................ 11
1. Perencanaan dan Pengadaan ................................................................. 12
2. Penerimaan ........................................................................................... 13
3. Penyimpanan ........................................................................................ 14
4. Distribusi .............................................................................................. 15

v
5. Pencatatan dan Pelaporan ..................................................................... 16
6. Penghapusan Sediaan Farmasi.............................................................. 18
7. Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Obat………………………. .... 18
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 20
A. Kesimpulan……………..……………………………………………… 20
B. Saran ……………………………………………………………... 20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 21

vi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Leaflet Hipertensi………………………..…..……….. 22


LAMPIRAN 2. Puskesmas Pembantu Umbulmartani ………………… 23
LAMPIRAN 3. Puskesmas Pembantu Sindumartani ………………….. 23
LAMPIRAN 4. Puskesmas Ngemplak I ………………… ............. …… 24
LAMPIRAN 5. Gudang Farmasi Kabupaten Sleman………. …………. 24
LAMPIRAN 6. Lembar Register Harian Penggunaan Obat…………… 25
LAMPIRAN 7. Buku Pencatatan Penggunaan Obat Generik………….. 25
LAMPIRAN 8. Resep………………………………………………….. 26
LAMPIRAN 9. Alur Proses Penanganan Resep……………………….. 27
LAMPIRAN 10. Alur Distribusi Obat dan Alat Kesehatan……………... 28

vii
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap individu, di mana
tanpa kesehatan yang baik, individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam
melaksanakan aktivitas kesehariannya. Untuk meningkatkan kualitas kesehatan
dibutuhkan juga sarana, sumber daya, dan fasilitas kesehatan yang memadai dan
menunjang suatu pelayanan kesehatan. Salah satu saranakesehatan untuk
melaksanakan upaya peningkatan derajat kesehatan oleh pemerintah adalah Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 30 tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Pelayanan kesehatan di Puskesmas juga tidak terlepas dari pelayanan
kefarmasian di mana di dalamnya sangat dibutuhkan peran dan tanggung jawab
Apoteker untuk mengelola sumber daya yang terdiri dari SDM, sarana, prasarana,
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi serta pelayanan
farmasi klinik yang terdiri penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat, dan pencatatan/penyimpanan resep. Dalam PP no 51 tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian disebutkan bahwa penyerahan dan pelayanan obat
berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka Program Studi Profesi
Apoteker Universitas Sanata Dharma memberikan kesempatan kepada mahasiswa
farmasi untuk mempelajari secara langsung aplikasi ilmu kefarmasian tersebut
secara nyata melalui kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di puskesmas.
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman
yang dilaksanakan pada tanggal 01 –15 September 2014 merupakan sarana bagi
calon Apoteker agar dapat memiliki pengetahuan dan gambaran secara langsung
terkait dengan peran, fungsi dan pelayanan kefarmasian oleh Apoteker di
Puskesmas.

1
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas


1. Mengikuti dan mempelajari proses pengelolaan obat dan alat kesehatan di
Puskesmas.
2. Mengikuti dan mempelajari proses distribusi obat dan alat kesehatan di
lembaga Puskesmas.
3. Mengikuti dan mempelajari kegiatan dan pelayanan kefarmasian di lembaga
Pusksmas.

C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas


1. Mendapatkan pengalaman terkait dengan pengelolaan obat dan alat kesehatan
di Puskesmas.
2. Mendapatkan pengalaman terkait proses distribusi obat dan alat kesehatan di
Puskesmas.
3. Mendapatkan pengalaman terkait kegiatan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.

2
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB II
KEGIATAN PRAKTEK KERJA DAN PEMBAHASAN
A. Aspek Umum
1. Pengertian puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Pusat Kesehatan Masyarakat,
visi pembangunan kesehatan oleh puskesmas adalah tercapainyaKecamatan
Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat yang ingin
dicapai mencakup empat indikator utama yaitu lingkungan sehat, perilaku
sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan
penduduk kecamatan.Misi pembangunan kesehatanoleh puskesmas adalah
mendukungtercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Salah satu
misi yang mendukung peran apoteker dalam melakukan pelayanan kesehatan
adalah memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan (Keputusan Menteri Kesehatan
RI, 2004).
2. Manajemen Mutu Puskesmas Ngemplak I
Manajemen mutu suatu organisasi diatur oleh ISO 9001:2008
merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek - praktek standar untuk
manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses
dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu,
dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau
dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi (Mutu Certification
International, 2014). Puskesmas Ngemplak I telah meraih Sertifikat Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 sebagai hasil dari komitmen kerja yang
selalu melakukan perbaikan mutu yang berkesinambungan. Sesuai dengan
standar ISO 9001:2008, Puskesmas Ngemplak I sendiri mempunyai sasaran

3
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

mutu yaitu melakukan perencanaan mutu, dan membuat prosedur tetap yang
mengatur kegiatan operasional puskesmas yang berpusat pada kepuasan
konsumen,yaitu pasien yang datang untuk berobat ke puskesmas.
Prosedur kegiatan operasional di Puskesmas Ngemplak I sendiri
diatur dan dibuat sedemikian rupa untuk memenuhi dan menjalankan
manajemen mutu. Secara khusus di bagian instalasi farmasi telah dibuat suatu
prosedur untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang mendukung dan
memaksimalkan pelayanan kefarmasian di puskesmas seperti prosedur
pemusnahan obat yang telah kadaluarsa, pembuatan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk perencanaan obat selanjutnya,
prosedur penermaan obat dari Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan (POAK)
prosedur alur distribusi obat untuk masing-masing instalasi dan puskesmas
pembantu, dan prosedur pelaksanaan pemberian obat kepada pasien.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat penting
dalam suatu lembaga atau organisasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap masyarakat.Puskesmas Ngemplak I sendiri memiliki SDM yang
sudah terkualifikasi menurut tugas kerjanya masing-masing, seperti dokter,
unit farmasi yang dipimpin oleh seorang apoteker, perawat, bidan, dan analis
kesehatan.
3. Kegiatan Puskesmas Ngemplak I
Dalam melakukan kegiatannya, kegiatan di Puskesmas Ngemplak I
dibagi menjadi dua bagian yaitu upaya kesehatanperseorangan (UKP) dan
upaya kesehatan masyarakat (UKM). Selain itu kegiatan juga dibagi
berdasarkan unit-unit yang ada dan terpisah dari Puskesmas Ngemplak I
sendiri seperti pelayan di Puskesmas Pembantu yang merupakan kegiatan di
dalam gedung, puskesmas keliling dan homecare yang merupakan kegiatan
di luar gedung.
Kegiatan di dalam gedung puskesmas, antara lain :
A. Rawat jalan
1. Puskesmas induk:
a. Pelayanan kesehatan umum

4
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut


c. Pelayanan KIA dan KB
d. Pelayanan klinik keperawatan
e. Pelayanan konseling gizi
f. Pelayanan konseling kesehatan lingkungan yang dilakukan
dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan dengan
topik-topik tertentu bersamaan dengan pelayan puskesmas
keliling.
g. Pelayanan konseling psikologi
h. Pelayanan fisioterapi
i. Pelayanan penunjang : laboratorium, USG, EKG, Rontgent,
Farmasi
2. Puskesmas pembantu di desa Sindumartani dan Umbulmartani
B. Rawat inap
a. Rawat inap umum dengan 17 tempat tidur
b. Ruang bersalin dengan 5 tempat tidur
c. 24 jam terbatas dengan 3 tempat tidur
C. Rujukan
Untuk pelayanan rujukan dilakukan apabila puskesmas
sudah tidak bisa menangani pasien yang membutuhkan pelayanan
kesehatan dengan fasilitas-fasilitas tertentu yang tidak ada di
puskesmas. Rujukan pasien biasanya ditujukan langsung ke RSUD
Sleman kemudian jika RSUD Sleman tidak bisa menangani kondisi
pasien, maka selanjutnya pasien akan dirujuk ke RSUP dr.Sardjito
yang merupakan rujukan tertinggi.
Kepmenkes RI nomor 128 tahun 2004 Bab IV tentang Upaya dan Azas
penyelenggaraan menyebutkan bahwa Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah
upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta
yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap

5
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib yang


dilaksanakan di puskesmas adalah:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
Berdasarkan aturan Kepmenkes RI No.128 tahun 2004 tersebut, sampai
saat ini Puskesmas Ngemplak I telah menyelenggarakan kegiatan pelayanan
sesuai dengan kriteria upaya kesehatan wajib seperti yang tercantum dengan
membuat dan menyediakan leaflet serta memberikan penyuluhan dengan topik-
topik kesehatan yang sudah terjadwal untuk masing-masing wilayah.

B. Pelayanan Kefarmasian
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.30 tahun 2014 tentang
Satndar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas menyebutkan bahwa pelayanan
kefarmasian di puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia dan sarana dan prasarana.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Ngemplak I sendiri sudah sesuai
dengan KepMenKes tersebut dimana untuk pelayanannya dibagi menjadi
beberapa unit yang terdiri dari unit rawat jalan, rawat inap, puskesmas pembantu,
dan puskesmas keliling. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa unit
pelayanan kefarmasian Puskesmas Ngemplak I:
1. Rawat Jalan
Puskesmas Ngemplak I memiliki sarana dan prasarana yang cukup
baik.Unit farmasi puskesmas Ngemplak I sudah diberikan fasilitas yang memadai
untuk dapat melakukan kegiatan kefarmasian.Unit farmasi memiliki ruangan
sendiri yang memiliki air conditioner (AC) sekaligus berfungsi sebagai gudang

6
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

farmasi puskesmas dengan dipisah oleh sekat lemari. Adanya termometer yang
lengkap dengan higrometer menjadi nilai tambah tersendiri sebagai cara untuk
memantau kondisi ruangan. Sarana dan prasarana ini berupa alat-alat peracikan
yang memadai seperti mortir, stamper, sudip, gelas ukur, corong, dan lain-lain.
Ruangan ini memiliki tempat sampah dan wastafel sendiri sehingga kebersihan
ruangan cukup terjaga. Adanya tempat penyerahan obat yang memadai seperti
loket dengan pembatas kaca berlubang yang memungkinkan untuk melakukan
pelayanan informasi obat.
Kekurangan sarana dan prasana unit farmasi di Puskesmas Ngemplak I,
antara lain adalah ruang tunggu yang kurang nyaman karena kursi yang kurang
banyak, papan penanda ruang obat yang tidak terpasang dengan jelas sehingga
sukar dilihat oleh pasien dari luar ruangan.
Puskesmas Ngemplak I telah memiliki Standard Operating Procedure
(SOP) dalam tata cara pelayanan resep. Standard Operating Procedure (SOP) ini
dibuat dan dilaksanakan sesuai standar guna mengurangi kesalahan dalam
pelayanan resep yang hasil akhirnya dapat berakibat kepada pasien.Tahap
pelayanan resep yang dilakukan di Puskesmas Ngemplak I meliputi penerimaan
resep, skrining resep (administratif, farmasetis, klinis), peracikan obat, dan
penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi obat. Secara umum, skema
alur pelayanan resep di Puskesmas Ngemplak I digambarkan dalam Lampiran 9.
Pasien yang telah mendaftarkan diri di bagian pendaftaran akan diberikan
formulir pendaftaran. Selanjutnya pasien dapat memeriksakan dirinya ke Bagian
Pemeriksaan Umum, Bagian Pemeriksaan Gigi, KIA, KB, atau bagian lain sesuai
dengan keluhan dan kebutuhan pasien. Pasien yang telah diperiksa oleh dokter,
membayar ke bagian keuangan (khusus untuk pasien umum), kemudian
menyerahkan resep ke bagian farmasi.Resep diterima oleh petugas pada loket
Instalasi Farmasi sesuai dengan nomor urutan agar dapat dilayani sesuai dengan
antrian. Apoteker, selanjutnya bertugas melakukan skrining resep, yang meliputi
nama obat, dosis obat, bentuk sediaan, aturan pakai, dan jumlah obat (terutama
untuk obat golongan antibiotik jumlah diberikan untuk lima hari), serta umur dan
berat badan pasien. Pemeriksaan nama dokter dan SIK tidak dilakukan karena

7
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

kedua hal tersebut tidak tercantum dalam format resep, namun keaslian resep
dapat dipastikan dari tulisan dan paraf dokter yang menulis resep.
Pengelompokkan obat di unit farmasi Puskesmas Ngemplak I dilakukan
berdasarkan penggunaan (dalam dan luar) dan bentuk sediaan (padat dan
cair).Masing-masing kelompok obat tersebut kemudian diurutkan secara alfabetis.
Pengolompokkan obat ini dilakukan dengan tujuan mempermudah proses
penyiapan obat. Keberadaan sendok khusus untuk tiap jenis obat los dimaksudkan
untuk mencegah adanya kontaminasi silang antar obat. Puskesmas Ngemplak I
juga sudah memiliki mesin sealing untuk sediaan serbuk sehingga mempercepat
proses penyiapan obat. Etiket yang digunakan dibagi menjadi etiket untuk obat
oral dan obat luar.Etiket yang digunakan untuk obat oral berwarna putih
sedangkan etiket yang digunakan untuk obat luar berwarna biru. Penyerahan obat
kepada pasien hendaknya disertai dengan pemberian informasi obat yang
diperlukan, antara lain adalah nama obat, khasiat obat, aturan penggunaan obat,
serta peringatan tertentu, seperti obat golongan antibiotik yang harus dihabiskan.
Penyimpanan obat psikotropika dan narkotika di Puskesmas Ngemplak I
tidak sesuai dengan Permenkes No. 28/MENKES/PER/1978 Pasal 5 ayat 2 yang
menyebutkan bahwa seharusnya penyimpanan narkotika disimpan dalam lemari
khusus yang seluruhnya terbuat dari kayu, mempunyai kunci, lemari dibagi dua
masing-masing dengan kunci yang berlainan. Kenyataan yang ada di Puskesmas
Ngemplak I penyimpanan psikotropik dan narkotik disimpan di lemari berkaca
tanpa kunci ganda untuk narkotik, dan lemari laci biasa tanpa kunci untuk
psikotropika. Sebaiknya penyimpanan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
untuk menjamin keamanan dan mengindari penyalahgunaan.
2. Rawat Inap
Pelayanan obat di unit farmasi rawat inap dilayani selama 24 jam. Unit ini
berfungsi membantu pelayanan obat bagi pasien rawat inap, UGD, dan kamar
bersalin yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.Unit rawat inap Puskesmas
Ngemplak I memiliki fasilitas yang cukup memadai.Fasilitas tersebut adalah air
conditioner, tempat peracikan lengkap dengan alat-alat sederhana, lemari
penyimpanan obat, lemari penyimpanan alat kesehatan, dan kulkas.

8
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Penyiapan obat untuk pelayanan UGD dilakukan dengan sistem individual


prescribing, dimana penyaluran obat untuk pengobatan pasien dilakukan dari
bagian farmasi saat pasien masuk ke UGD melalui perawat. Pelayanan obat ini
untuk satu kali peresepan dimana setelah kurun waktu tertentu, pasien diharapkan
akan kontrol lagi dan dievaluasi oleh dokter apakah obat tersebut dihentikan,
ditambah, atau diteruskan. Pada rawat inap, digunakan sistem unit dose
dispensing. Sistem unit dose dispensing maksudnya obat didistribusikan ke ruang
perawatan untuk setiap pasien dalam kemasan persekali minum/per sekali
pemakaian.
Kekurangan utama dari unit rawat inap ini adalah tidak selalu adanya
apoteker yang menjaga unit rawat inap selama 24 jam. Oleh karena itu, apoteker
dapatbekerja sama dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, bidan dan perawat
untuk mengelola kebutuhan pasien akan obat supaya pelayanan tetap bisa berjalan
baik.
3. Puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas
Ngemplak 1, antara lain adalah puskesmas pembantu Sindumartani dan
puskesmas pembantu Umbulmartani. Tujuan dari adanya puskesmas pembantu ini
untuk menghadirkan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh
masyarakat.Kecamatan Ngemplak memiliki luas wilayah yang cukup besar
sehingga keberadaan puskesmas pembantu ini menjadi penting. Pelayanan
kesehatan dilakukan tidak jauh berbeda dengan pelayanan di puskesmas
induk.Pelayanan kesehatan dilakukan oleh seorang bidan atau dokter, petugas
obat dan petugas administrasi. Puskesmas pembantu melayani penimbangan berat
badan, pemeriksaan tekanan darah, dan pemeriksaan kesehatan umum.
Keterbatasan petugas perlu menjadi perhatian utama karena tidak adanya
apoteker pada bagian penyiapan obat di puskesmas pembantu. Sering kali tugas
apoteker ini kemudian menjadi dilakukan oleh petugas administratif. Berdasarkan
PP 51 tahun 2009 pasal 51 ayat 1 tentang Pekerjaan Kefarmasian, pelayanan
Kefarmasian di apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit hanya dapat
dilakukan oleh apoteker. Kebersihan ruang obat juga penting utuk diperhatikan

9
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

untuk menjaga higienitas dari obat yang akan diberikan pada pasien. Puskesmas
pembantu mendapatkan stok obat dari puskesmas induk bila stok obatnya
dibutuhkan. Dalam beberapa kasus ditemukan bahwa terjadi kehabisan obat,
etiket obat habis , ketidaksesuaian obat antara jumlah obat yang di kartu stok dan
fakta.
4. Puskesmas Keliling
Puskesmas keliling merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan
Puskesmas Ngemplak I. Petugas akan mendatangi dusun-dusun yang telah bekerja
sama dan melalukan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Puskesmas keliling
ini bekerja sama dengan daerah setempat/kepala dukuh setempat yang
mengundang warga yang ingin memeriksakan kesehatannya. Dokter akan
memeriksa dan memberi resep kemudian apoteker akan memberikan pelayanan
obat. Kelebihan utama dari puskesmas keliling ini adalah pelayanan kesehatan
yang lebih dekat kepada masyakarat terutama untuk lansia. Selain itu, sebagai
fasilitas kesehatan pemerintah tingkatan, Puskesmas Ngemplak I juga
menyelipkan program promosi kesehatan pada penyakit yang sering terjadi di
masyarakat berupa penyuluhan kesehatan rutin.
5. Pelayanan Konseling dan Informasi Obat
Pelayanan konseling dan pemberian informasi obat di Puskesmas
Ngemplak I biasanya dilakukan secara lisan maupun tertulis saat penyerahan obat
pada pasien. Pasien yang meminta atau memerlukan informasi khusus mengenai
obat akan diberikan informasi secukupnya. Informasi secara lisan ini secara
umum meliputi kegunaan obat, waktu penggunaan obat, lama penggunaan obat
tersebut, dan efek samping yang mungkin timbul. Pemberian informasi obat
secara tertulis dilakukan dengan bantuan leaflet untuk pasien kasus tertentu,
misalnya pasien penderita hipertensi, maupun cara penggunaan obat yang
memerlukan perhatian khusus. Tujuan dari pemberian leaflet ini adalah untuk
membantu pasien dalam memahami informasi yang diberikan. Sumber leaflet
berasal dari Dinas Kesehatan Sleman dan dari mahasiswa yang melakukan
praktek kerja di Puskesmas Ngemplak I.

10
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Kendala utama dalam pelayanan konseling dan informasi obat di


Puskesmas Ngemplak I adalah sarana untuk tempat konseling yang minimalis dan
terbatasnya jumlah tenaga kefarmasian sehingga tidak memungkinkanuntuk
melayani semua program yang ada.Dalam beberapa kasus tertentu, dibutuhkan
ruang yang sifatnya tertutup agar menjaga privasi pasien. Pada instalasi rawat
jalan, pelayanan konseling dilakukan di ruang tunggu pasien sehingga privasi
pasien menjadi kurang terjaga.
6. Perencanaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,
upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya
promosi kesehatan merupakan salah satu upaya kesehatan wajib yang dilakukan di
puskesmas.
Di Puskesmas Ngemplak I, kegiatan promosi kesehatan dilakukan
dipuskesmas pembantu maupun saat kegiatan puskesmas keliling. Tenaga
kesehatan yang berperan dalam kegiatan ini adalah dokter, apoteker, dan bidan
atau perawat. Jenis kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan serta
menyediakan berbagai media informasi, seperti poster, gambar-gambar, dan
leaflet. Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan oleh penulis adalah promosi
kesehatan tentang penyakit hipertensi dengan cara membuat leafet.Penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada pasien di
Puskesmas Ngemplak I. Leaflet hipertensi dapat dilihat pada Lampiran 1.

C. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Farmasi


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 30 tahun 2014, Obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

11
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Pengelolaan obat publik dan


perbekalan kesehatan di puskesmas bertujuan untuk menjamin kelangsungan
ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efisien, efektif dan rasional
(Departemen Kesehatan RI, 2009).
1. Perencanaan dan Pengadaan
Perencanaan pengadaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Ngemplak I
dilakukan setiap bulan dan setiap tahun Tujuan perencanaan kebutuhan obat
publik dan perbekalan kesehatan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat
sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk
program kesehatan yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Perencanaan pengadaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Ngemplak I
dilakukan berdasarkan konsumsi atas kebutuhan obat atau alat kesehatan perbulan
maupun pertahun sebelumnya. Perencanaan pengadaan obat dan alat kesehatan
dilakukan berdasarkan kebutuhan obat yang ada pada bagian farmasi dan
kebutuhan bagian selain farmasi, antara lain adalah vaksin, bahan habis pakai, alat
kesehatan, serta reagen.
Sumber pengadaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Ngemplak 1:
 GFK atau POAK Sleman.
 Pembelian atau pengadaan sendiri dilakukan khusus untuk obat-obat yang
tidak disediakan oleh POAK atau GFK.
 Serah terima atau peminjaman dari puskesmas lain dilakukan khusus
untuk obat-obat yang stoknya masih banak sedangkan untuk peminjaman
dilakukan apabila stok obat di gudang farmasi puskesmas tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan pengobatan.
 BKKBN, khusus untuk obat KB.
 Unit Vaksin POAK, khusus untuk vaksin.
Permintaan obat dilakukan oleh Apoteker dengan menggunakan Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Vaksin (LPLPV) yang diserahkan langsung ke Gudang
Farmasi Kabupaten (GFK) / Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan
(POAK)Sleman. LPLPO digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di

12
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

puskesmas serta digunakan untuk menganalisis penggunaan, perencanaan


kebutuhan obat, pengendalian persediaan, dan pembuatan laporan pengelolaan
obat.Laporan ini dibuat berdasarkan data yang terdapat pada buku Register Obat.
Penggunaan LPLPO ini juga sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.30 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa untuk perencanaan Puskesmas
diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO dibuat setiap bulan
untuk selanjutnya dibuat laporan LPLPO tahunan yang digunakan sebagai dasar
perencanaan untuk menentukan jumlah permintaan obat ke GFK/POAK.
Puskesmas Ngemplak I menyediakan obat-obat esensial yang terdapat pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), obat-obat generik, dan beberapa obat lain
di luar obat DOEN dan generik.Beberapa contoh obat non generik yang
disediakan adalah Hemafort® dan Renapar®/Kalipar®/Aspar-K®. Jumlah
permintaan obat dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah Permintaan = (1,5 x Jumlah Pemakaian Obat Periode Lalu) – Sisa Stok
Penggunaan angka 1,5 sebagai faktor perkalian kebutuhan obat di Puskesmas
Ngemplak I didasarkan atas kebutuhan pemakaian obat oleh pasien di mana setiap
bulannya permintaan untuk penggunaan obat cederung meningkat antara 1-1,5
kali lipat dibandingkan jumlah pemakaian bulan sebelumnya.
Permintaan khusus dapat dilakukan untuk mencegah kekosongan obat dan
alat kesehatan sebelum jatuh tempo permintaan bulan selanjutnya. Permintaan
khusus ini dibuat dalam bentuk bon yang dicatat di POAK Sleman. Jumlah
permintaan obat pada bulan selanjutnya akan dikurangi dengan sejumlah obat dan
alat kesehatan yang ada dicatatan bon. Bon yang masuk sebelum tanggal 20 akan
masuk pada bon bulan sebelumnya, sedangan bon yang masuk setelah tanggal 20
maka akan masuk bon pada bulan berikutnya. Jika obat tidak dapat dipenuhi oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, maka Puskesmas akan melakukan
pengadaan sendiri.
2. Penerimaan
Penerimaan obat di Puskesmas Ngemplak I dilakukan oleh Apoteker atau
petugas lain di Unit Farmasi. Pada saat penerimaan, GFK / POAK Sleman

13
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

menyerahkan obat kepada puskesmas sesuai dengan LPLPO yang sudah


mendapatkan persetujuan dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman atau
pejabat lain yang diberikan wewenang. Setelah proses selama 2-3 hari ini, petugas
puskesmas akan mengambil pesanan di GFK / POAK Sleman yang berlokasi di Jl.
Candi Gebang No.2, Tridadi, Sleman.
Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat
dan/atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang disetujui,
tidak rusak atau tidak mengalami perubahan selama transportasi (Peraturan
Kepala BPOM, 2012). Pemeriksaan dan pencatatan obat masuk di Puskesmas
Ngemplak I dilakukan oleh Apoteker. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap obat-
obat yang masuk meliputi :
 Kesesuaian obat, meliputi nama obat, bentuk sediaan, dan jumlah
 Kondisi fisik obat, meliputi bentuk, warna, keutuhan, dll
 Waktu kadaluarsa obat dan nomor batch.
Jika obat yang diterima sudah sesuai dengan permintaan maka, Apoteker
akan menandatangani bukti penerimaan obat dan diketahui oleh Kepala
Puskesmas. Obat datang yang sudah sesuai kemudian direkap ke dalam buku
penerimaan obat. Terkadang jumlah obat yang diberikan oleh POAK tidak sesuai
dengan jumlah obat yang diminta oleh puskesmas. Hal ini dapat disebabkan oleh
karena keterbatasan persedian obat di POAK. Untuk mengatasi masalah tersebut,
puskesmas dapat melakukan pengadaan sendiri maupun meminjam dari
puskesmas lain.
3. Penyimpanan
Tempat penyimpanan obat Puskesmas Ngemplak I berada di ruang obat
rawat jalan. Obat dan alat kesehatan yang telah diterima akan disimpan secara
teratur untuk memudahkan penggunaan. Obat dan alat kesehatan akan disimpan
pada tempat yang berbeda. Obat akan disimpan secara umum berdasarkan cara
penggunaan (obat luar dan dalam) serta bentuk sediaan (obat padat dan cair). Obat
juga akan disimpan secara alfabetis. Prinsip penyimpanan dan penataan obat
dilakukan dengan kombinasiFirst Expired First Out(FEFO) dan First In First
Out(FIFO).

14
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Obat-obat psikotropik disimpan di dalam lemari satu pintu khusus dan


diberi gembok untuk menjamin keamanannya. Obat-obat tuberculosis (TB)
memiliki tempat penyimpanan yang berbeda, yaitu disendirikan dalam lemari obat
khusus untuk obat TB. Obat-obat TB ini memang sudah dibuat dalam bentuk
paket untuk masing-masing pasien, hal ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan
pasien dalam melakukan pengobatannya. Gudang farmasi Puskesmas Ngemplak I
tidak melakukan penyimpanan obat-obat yang harus disimpan di dalam lemari es,
seperti vaksin, insulin, produk darah, dan lainnya.Obat-obatan yang telah rusak
dan kadaluwarsa diletakkan terpisah pada tempat khusus yang kemudian dibuat
laporan pemusnahan.
4. Distribusi
Distribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas Ngemplak I dilakukan
guna memenuhi kebutuhan obat dan alat kesehatan pada masing-masing subunit
pelayanan kesehatan. Gudang farmasi menjadi sumber utama kebutuhan obat
masing-masing sub unit, seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, rawat
inap, dan UGD. Persediaan obat di gudang farmasi puskesmas akan dikirimkan
kepada masing-masing sub unit setiap bulan berdasarkan jumlah obat yang
digunakan sebulan sebelumnya (LPLPO Sub).
Sistem distribusi yang dilakukan di Puskesmas Ngemplak I kepada pasien,
antara lain:
 Individual prescribing
Sistem distribusi obat ini biasa digunakan pada unit rawat jalan. Sistem
individual prescribing rawat jalan dilakukan dengan cara penyaluran
langsung sediaan obat untuk pasien berdasarkan permintaan obat pada
resep yang tertulis oleh dokter.
 Floor stock
Sistem distribusi floor stock dilakukan dengan menyiapkan obat dan alat
kesehatan di ruang tertentu. Obat dan alat kesehatan disimpan dan
digunakan saat ada pasien. Petugas dapat meminta kebutuhan obat dan alat
kesehatan apabila persediaan sudah menipis atau habis kepada gudang
farmasi.

15
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

 Unit dosedispensing
Sistem ini biasa digunakan rawat inap. Sistem unit dose dispensing
maksudnya obat didistribusikan ke ruang perawatan untuk setiap pasien
dalam kemasan persekali minum/per sekali pemakaian.
Alur distribusi pada Puskesmas Ngemplak I secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 8.
5. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi (IF)
Kabupaten/Kota merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pengelolaan obat
secara tertib baik obat yang diterima, disimpan, didistribusikan. Tujuan pencatatan
dan pelaporan adalah tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan,
persediaan, pengeluaran atau penggunaan dan data mengenai waktu dari seluruh
rangkaian kegiatan mutasi obat (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan rangkaian
kegiatan dalam penatalaksanaan obat-obat yang diterima, disimpan, didistribusi
dan digunakan di puskesmas serta unit pelayaan lainnya. Rangkaian aktifitas
pencatatan dan pelaporan ini penting dilakukan agar memudahkan proses
monitoring dan evaluasi penggunaan obat.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di puskesmas
Ngemplak I adalah sebagai beikut:
a. Lembar Register Penggunaan Obat Harian, Buku Register Obat, Kartu
Stok, dan Dokumentasi Resep
Lembar Resgister Penggunaan Obat Harian berisikan penggunaan
obat dalam pelayanan harian untuk setiap unit yang ada.Buku ini
mencakup informasi tentang jenis obat dan jumlah obat yang digunakan
setiap harinya.Jumlah pemakaian obat harian kemudian disalin kembali
dalam Buku Register Obat. Buku ini berisi informasi mengenai jumlah
obat yang diserahkan ke pasien setiap harinya selama satu bulan. Jumlah
obat yang terpakai tiap bulan kemudian di rekapitulasi dalam Kartu Stok.
Kartu ini berisi nama barang, tanggal, jumlah barang masuk dan keluar,
sisa persediaan, serta keterangan. Kartu ini bermanfaat untuk mengontrol

16
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

persediaan obat, baik di gudang maupun sub unit farmasi Puskesmas


Ngemplak I. Hasil pengisian Kartu Stok merupakan dasar untuk
perencanaan pengadaan menggunakan LPLPO.
Setelah semua penggunaan obat direkap, resep-resep kemudian
dikumpulkan sesuai tanggal dan dikelompokkan berdasarkan bulannya
untuk memudahkan pencarian data. Seluruh resep yang diterima disimpan
dalam tempat tertentu dan diberi label yang mencantumkan nama bulan
dan tahun resep. Semua resep yang telah dilayani oleh puskesmas
disimpan selama 5 tahun. Selanjutnya, resep dimusnahkan sesuai dengan
tata cara pemusnahan disertai dengan berita acara pemusnahan resep.
b. Laporan Pola Peresepan
Pencatatan pola peresepan ini dilakukan setiap bulannya untuk
kategori resep tertentu, seperti ISPA, diare, antibiotik, dan umum.Resep
yang telah tekumpul selama sebulan kemudian dilakukan sampling hingga
terkumpul sampel sebanyak 30 resep. Resep-resep tersebut kemudian
dilakukan analisis kerasionalan dari penggunaan obatnya.
c. Laporan Penggunaan Obat Generik
Pada tahun 2010, dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah. Perhitungan penggunaan obat generik tiap bulan dihitung
dengan cara:

Persen obat generik =

Rata-rata penggunaan obat generik di Puskesmas Ngemplak I berada di


atas 90%.Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas Ngemplak I sudah
melakukan pelayanan kesehatan menggunakan obat generik dengan sangat
baik.
Setiap bulan Puskesmas wajib melaporkan penggunaan obat
generik di tempat pelayanan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten, untuk

17
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi, lalu yang


terakhir diteruskan kepada Kementerian Kesehatan.
6. Penghapusan Sediaan Farmasi
Penghapusan adalah rangkaian kegiatan pemusnahan sediaan farmasi
dalam rangka pembebasan barang milik/kekayaan negara dari tanggung jawab
berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku (Departemen
Kesehatan RI, 2007). Tujuan dari penghapusan ini adalah melindungi pasien
dari efek samping obat yang tidak layak pakai. Pengecekan terhadap sediaan
farmasi yang telah rusak atau kadaluarsa dilakukan setiap bulannya oleh
petugas Puskesmas Ngemplak I. Obat-obat yang telah rusak atau kadaluarsa
akan dikumpulkan untuk selanjutnya dilakukan penghapusan.
Pengahapusan dilakukan dengan cara mengirim berita acara obat rusak
atau kadaluarsa ke Dinas Kesehatan untuk ditindaklanjuti. Pemerintah
Kabupaten Sleman memiliki kebijakan tersendiri untuk memberikan
kewenangan terhadap puskesmas dalam memusnahkan sediaan farmasi secara
mandiri. Dalam proses pemusnahannya, Puskesmas Ngemplak I bekerja sama
dengan PT. ARAH. Apoteker mengajukan izin pemusnahan obat dan
perbekalan farmasi ke Dinas Kesehatan Sleman serta mengajukan permohonan
saksi dari Dinas Kesehatan untuk menyaksikan pemusnahan yang dilakukan.
Setelah mendapat surat izin dari Dinas Kesehatan, selanjutnya dilakukan
pemusnahan dengan disaksikan dari Dinkes berdasarkan waktu yang telah
ditentukan.
7. Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Obat
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelayanan
kefarmasian dan evaluasi merupakan proses penilaian kinerja pelayanan
kefarmasian itu sendiri. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan
memantau seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian mulai dari pelayanan resep
sampai kepada pelayanan informasi obat kepada pasien sehingga diperoleh
gambaran mutu pelayanan kefarmasian sebagai dasar perbaikan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas selanjutnya (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Kegiatan monitoring dan evaluasi penggunaan obat di Puskesmas Ngemplak I

18
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

dilakukan antara lain melalui laporan pola peresepan dan laporan penggunaan
obat generik.
Peresepan yang rasional adalah apabila diagnosis yang ditegakkan
sesuai dengan kondisi pasien memilih obat yang paling tepat dari berbagai
alternatif obat yang ada dan merespon obat dengan dosis yang cukup dan
berpedoman pada standar yang berlaku atau ditetapkan. Laporan Penggunaan
Obat Rasional (LPOR) merupakan kewajiban dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman untuk mengontrol pemakaian antibiotik, kortikosteroid,
dan polifarmasi serta untuk manajemen pengobatan pada penyakit dengan
diagnosa diare, ISPA, dan kasus umum lainnya. Masing-masing jenis penyakit
tersebut telah memiliki standar tertentu akan penggunaan obat yang rasional.
Beberapa contoh standar tersebut adalah penggunaan antibiotik pada
Puskesmas Ngemplak I dikendalikan dengan cara pemberian antibiotik
minimal selama 5 hari dan pemberian informasi bahwa obat harus diminum
sampai habis. Persentase penggunaan obat untuk diare, GEA dan disentri
diharapkan penggunaan oralit mencapai 100%. Persentase penggunaan
antibiotik pada ISPA diharapkan < 20%, dan kortikosteroid 0%.
Peresepan rasional juga memperhatikan adanya polifarmasi pada resep.
Hal ini dapat diamati pada resep dengan diagnosis tunggal pada kasus umum,
misal: common cold. Obat yang diresepkan diharapkan tidak lebih dari 3 jenis
untuk satu kasus. Penggunaan obat yang terlalu banyak untuk suatu penyakit
tunggal akan menjadikan resep menjadi kurang rasional.

19
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Tenaga farmasi yang tersedia belum dapat mencukupi kebutuhan pelayanan di
puskesmas terutama di puskesmas pembantu.
2. Proses kegiatan distribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas Ngemplak I
dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan puskesmas
untuk distribusi obat.
3. Puskesmas Ngemplak I memberikan pelayanan kefarmasian ke masyarakat
melalui puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan promosi kesehatan yang
dilakukan secara rutin.

B. Saran
1. Perlu penambahan tenaga kefarmasian agar kegiatan pelayanan lebih lancar.
2. Perlu meningkatkan pengawasan secara rutin terhadap dokumentasi obat dan
alat kesehatan di puskesmas pada proses distribusi.
3. Perlu dilakukan kontrol rutin akan kebersihan dan kelengkapan sarana
prasarana serta keteraturan pencatatan kelengkapan sediaan farmasidi
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling untuk menunjang pelayanan
kefarmasian.

20
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di


P u s k e s m a s ,
ht t p: / / w w w. a c ad em i a. ed u/ 4 95 12 30/ P ED OM AN _ PELAYANA
N_KEFARMASIAN, diakses pada tanggal 13 September 2014.
Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan di Daerah Kepulauan,
http://binfar.depkes.go.id/dat/lama/1251258929_Pedoman%20Kepulauan.
pdf, diakses pada tanggal 12 September 2014.
Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman PKM,
http://binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256293621_Pedoman%20PKM%20A
dobe%2009.pdf, diakses pada tanggal 12 September 2014.
Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2004, Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat,http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%2
0No.%20128%20ttg%20Kebijakan%20Dasar%20Pusat%20Kesehatan%2
0Masyarakat.pdf, diakses pada tanggal 13 Semptember 2014.
Mutu Certification International, 2014, Quality Management System
CertificationISO 9001:2008, http://www.mutucertification.com/id/quality
management-system-certification-iso-90012008- diakses pada tanggal 14
September 2014.
Peraturan Kepala BPOM, 2012, Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik,
http://fkep.unand.ac.id/images/berita/CDOB.pdf, diakses pada tanggal 13
September 2012.
Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Peraturan Pemerintah RI, 2009, Pekerjaan Kefarmasian,
binfar.kemkes.go.id/?wpdmact=process&did=NC5ob3RsaW5, diakses
pada tanggal 13 September 2014.

21
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lampiran 1. Leaflet Hipertensi

22
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lampiran 2. Puskesmas Pembantu Umbulmartani

Lampiran 3. Puskesmas Pembantu Sindumartani

23
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lampiran 4. Puskesmas Ngemplak I

Lampiran 5. Gudang Farmasi Kabupaten Sleman

24
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lampiran 6.Lembar Register Harian Penggunaan Obat

Lampiran 7.Buku Pencatatan Penggunaan Obat Generik

25
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lampiran 8. Resep

26
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lampiran 9. Alur Proses Penanganan Resep

27
Laporan PKPA Puskesmas Ngemplak I Sleman,
Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXVIII,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lampiran 10. Alur Distribusi Obat dan Alat Kesehatan

28

You might also like