You are on page 1of 2

DEMOKRASI REFORMASI 1998 SAMPAI SEKARANG DI INDONESIA

Demokrasi pada dasarnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip tentang


kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat praktek dan prosedur yang terbentuk
melalui sejarah penjang dan kadang berliku-liku. Suatu hal yang umum di
masyarakat tentang demokrasi adalah kekuasaan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk
rakyat. Seperti yang kita ketahui bahwa demokrasi adalah suatu bentuk sistem
pemerintahan yang digunakan oleh suatu negara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara tersebut.

Demokrasi yang diterapkan negara kita pada era reformasi ini adalah
Demokrasi Pancasila. Demokrasi pada era reformasi, peran partai politik kembali
menonjol sehingga demokrasi dapat berkembang. Pelaksanaan demokrasi setelah
pemilu banyak kebijakan yang tidak mendasarkan pada kepentingan rakyat,
melainkan lebih ke arah pembagian kekuasaan antara presiden dan partai politik
dalam DPR. Dengan kata lain, model demokrasi era reformasi dewasa ini kurang
mendasarkan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Adapun perbaikan ke arah positif Perkembangan Demokrasi pada era


reformasi ini dapat tercermin dalam beberapa hal, diantaranya yaitu pemilu yang
dilaksanakan tahun 1999 jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya serta
pelaksanaan pemilu setelah tahun 1999 juga berjalan demokratis dan lebih baik
daripada pelaksanaan pemilu sebelum era reformasi. Selain itu juga sebagian besar
hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat serta pola
rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.

Perkembangan demokrasi era reformasi yang menuju ke arah positif dapat


terlihat dari pengakuan Freedom House pada Tahun 2006 yang memasukkan
negara Republik Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga. Pujian-pujian
atas perkembangan demokrasi juga terus mengalir dari berbagai kalangan.

Selain itu, Dr. Fadli Zon, Wakil Ketua DPR RI menyatakan Indonesia dapat
dipandang sebagai negara demokrasi terbesar yang menggunakan pemilihan
langsung oleh rayat, sementara negara lain seperti India dan Ameria Serikat,
pemilihan umumnya masih menggunakan basis perwakilan.

Namun dibalik perkembangan demokrasi yang menuju ke arah positif,


penerapan demokrasi oleh sebagian kalangan dianggap tidal memberikan
kesejahteraan tetapi justru melahirkan pertikaian dan pemiskinan. Rakyat yang
seharusnya diposisikan sebagai penguasa tertinggi, ironisnya justru sering
dipinggirkan diposisikan sebagai penguasa tertinggi, ironisnya justru sering
dipinggirkan. Kondisi buruk diperparah oleh elite politik dan aparat penegak hukum
yang menunjukkan aksi-aksi

Namun dibalik perkembangan demokrasi yang menuju ke arah positif,


penerapan demokrasi oleh sebagian kalangan dianggap tidak memberikan
kesejahteraan tetapi justru melahirkan pertikaian dan pemiskinan. Rakyat yang
seharusnya diposisikan sebagai penguasa tertinggi, ironisnya justru sering
dipinggirkan. Kondisi buruk diperparah oleh elite politik dan aparat penegak hukum
yang menunjukkan aksi-aksi blunder. Banyak perilaku wakil rakyat yang tidak
mencerminkan aspirasi pemilihnya, bahkan opini publik sengaja disingkirkan guna
mencapai aneka kepentingan sesaat. Banyak kasus-kasus yang amat mencederai
perasaan rakyat mudah ditampilkan dan mengundang kemarahan publik.

Kondisi ini dikuatkan dengan pernyataan Jusuf Kalla (mantan Wapres) yang
mengatakan bahwa demokrasi cuma cara, alat atau proses, dan bukan tujuan.
Demokrasi boleh di nomor duakan di bawah tujuan utama peningkatan dan
pencapaian kesejahteraan rakyat.

You might also like