Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Masa remaja di awali dengan masa pubertas, adanya perkembangan biologis yang dapat menimbulkan
kecemasan. Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman remaja putri maka semakin siap remaja putri
menghadapi menarche, dan didukung oleh penjelasan menarche dari orang tua. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran pengetahuan, dukungan orang tua dan kecemasan remaja dalam
menghadapi menarche. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan
desain penelitian survey, pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling total sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 51 responden. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar
kuesioner. Hasil penelitian sebagian besar siswi yang berpengetahuan cukup sejumlah 26 siswi (51%),
sebagian besar orang tua yang mencerminkan ketanggapan atas kebutuhan anaknya terhadap menarche
sejumlah 30 siswi (58,8%), sebagian besar remaja yang mengalami kecemasan ringan sejumlah 22 siswi
(43,1%).
Pendahuluan
Remaja adalah masa perkembangan. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, biologis, dan emosi.
Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 10 sampai 19 tahun, sedangkan menurut PBB
menyebutkan remaja usia 15 sampai 24 tahun. Batasan Menurut The Health Resources And Services
Administration Guidelines Amerika Serikat rentang usia remaja 11 sampai 21 tahun. Kemudian
disimpulkan remaja adalah individu yang berusia 11 sampai 24 tahun.(1)
Masa remaja diawali dengan masa pubertas, masa pubertas adalah suatu fase perkembangan
yang ditandai telah terjadinya kematangan organ seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi.
Seiring dengan perkembangan biologis maka pada usia tertentu seseorang akan mencapai tahapan
kematangan organ-organ seks yang ditandai dengan haid pertama atau menarche. (1)
Menarche pada remaja putri dapat menimbulkan kecemasan. Banyak remaja memandang
menarche adalah hal yang menakutkan, karena menarche akan menimbulkan ketidaknyamanan, sakit,
pusing, dan sebagainya. Remaja yang akan mengalami menarche membutuhkan kesiapan mental yang
baik. Kesiapan menghadapi menarche adalah keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang siap untuk
mencapai salah satu kematangan fisik yaitu datangnya menarche. (2)
Hasil penelitian Yanti Yusuf (2014) didapatkan hasil sebanyak 22 responden (62,9%)
mengatakan siap sedangkan 13 responden (37,1%) mengatakan tidak siap.
Kecemasan yang terjadi berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Pada remaja
putri yang mengalami menarche tanpa pengetahuan yang cukup akan mengalami berbagai kecemasan,
kecemasan tersebut akan dapat berkurang apabila tersedianya layanan pendidikan kesehatan di
sekolah-sekolah serta meningkatnya keinginan remaja untuk membaca buku-buku kesehatan. Dimana
semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman remaja putri tentang menstruasi maka dia akan lebih baik
siap untuk menghadapi menarche. (4)
Dari hasil penelitian Nurma Ika Zuliyanti (2014) didapatkan hasil prosentase tertinggi pada
tingkat kecemasan berat sejumlah 22 siswi (37%) dan terendah pada tingkat kecemasan berat sejumlah
4 siswi (7%). Kecemasan yang dialami responden ialah karena kurangnya informasi responden
terutama mengenai kesehatan reproduksi.
Perilaku seseorang tentang kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu factor predisposisi,
factor pendukung, dan factor penguat. Factor predisposisi antara lain : tingkat pengetahuan, motivasi,
sikap, dukungan, kepercayaan, tradisi, system dan nilai-nilai masyarakat, adapunn factor pendukung
terdiri dari fasilitas, sarana, prasarana serta adapun factor penguat terdiri dari fasilitas dan kader
pelayanan kesehatan.(5)
Hasil penelitian Lestari Makmuriana, (2015) menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
dukungan keluarga kurang baik dan cemas dalam menghadapi menarche sebanyak 17 responden
sedangkan dukungan keluarga kurang baik dan tidak cemas sebanyak 10 orang responden yang
dukungan keluarganya baik dan cemas sebanyak 6 orang sedangkan dukungan keluarga baik dan tidak
cemas dalam menghadapi menarche 17 orang.
Beradasarkan data yang diperoleh dari wawancara pada siswi kelas V sejumlah 5 siswi hanya
3 siswi yang sudah mengetahui dan paham tentang menarche dan 2 siswi yang belum paham mengenai
menarche dan tidak tertarik untuk membahasnya dari hasil wawancara ibu mereka tidak pernah
memberi pengetahuan tentang menstruasi.
Mengetahui gambaran pengetahuan dukungan orang tua dan kecemasan remaja dalam
menghadapi menarche.
Tinjauan Teori
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pasca indra manusia, yakni indra
penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh melalui mata dan
telinga. (8)
Remaja atau “adoloscense” (Inggris) berasal dari bahasa latin “adolscore” yang berarti
tumbuh ke arah kematangan, yakni kematangan emosional, mental, sosial, dan fisik.(10) Remaja adalah
seorang individu yang berusia 10-19 tahun.
Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas tentang keprihatinan dan khawatir karena
ancaman pada system nilai atau pola keamanan seseorang. Individu mungkin dapat mengidentifikasi
situasi (misal: persalinan), tetapi pada kenyataannya ancaman terhadap diri berkaitan dengan khawatir
dan keprihatinan yang terlibat di dalam situasi. Situasi tersebut adalah sumber dari ancaman, tetapi
bukan ancaman itu sendiri.(15)
Menarche adalah haid pertama yang terjadi akibat proses system hormonal yang kompleks.
Menarche salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami perubahan di dalam dirinya dan
juga disertai dengan berbagai masalah dan perubahan-perubahan baik fisik, biologi, psikologi maupun
sosial, harus dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting karena merupakan
masa peralihan ke masa deawasa.(19)
Menstruasi atau haid adalah perdarah secara periodic dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium.(21) Pada wanita dewasa setiap bulan satu dari sel-sel telurnya akan matang
dari salah satu indung telur sebelah kanan atau sebelah kiri secara bergantian, sampai sel-sel telur
tersebut habis (menopause). Selama proses pematangan sel telur tersebut, dinding rahim akan menebal
sebagai persiapan bantalan janin apabila terjadi pembuahan, apabila tidak terjadi pembuahan, maka
lapisan dinding rahim yang menebal tersebut akan rusak dan luruh, yang kemudian keluar sebagai
darah haid.(22)
Dukungan sosial dapat dideskripsikan sebagai pertukaran sumber verbal dan non verbal antara
minimal dua orang yang berperan sebagai pemberi dan penerima yang memberi manfaat rasa nyaman
bagi penerima. Dukungan sosial adalah salah satu di antara fenomena yang banyak di dokumentasikan
di bidang psikologi kesehatan yang bermanfaat bagi kesehatan fisik. Dukungan sosial mengacu pada
kuantitas dan kualitas perhatian dan bantuan yang dibawa oleh hubungan antara manusia tersebut.
Teman dan keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling benar.(24
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatif. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan survey. Populasi penelitian ini adalah siswi kelas
V - VI SDN Palebon 01 Semarang sejumlah 51 siswi. Pada penelitian ini menggunakan total sampling
adalah semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Cara pengambilan sampel ini dengan
mengumpulkan siswi kelas V-VI di SDN Palebon 01 Semarang.
Hasil Penelitian
a. Pengetahuan Remaja
Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagaian besar siswi yang berpengetahuan cukup
sejumlah 26 siswi dengan prosentase (51,0%). Dan siswi yang berpengetahuan kurang
Benar Salah
No. Pengetahuan
P
1. Menstruasi adalah pengeluaran darah setiap 49 96,0% 2 4,0%
bulan yang dipengaruhi oleh hormone
reproduksi
2. Menstruasi pertama 9-16 tahun 45 88,2% 6 11,8%
3. Lama menstruasi 5-7 hari paling lama15 hari 48 94,1% 3 5,9%
4. Siklus menstruasi normal 28 hari 38 74,5% 13 25,5%
5. Kram sewaktu menstruasi terjad karena otot- 45 88,2% 6 11,8%
otot berkntraksi
6. Penggantian pembalut maximal 2 kali saat 14 27,4% 37 72,6%
menstruasi
7. Haid itu pertanda wanita boleh pacaran 34 66,6% 17 33,4%
8. Menstruasi normal satu bulan sekali 42 82,3% 9 17,7%
Tabel 4.2 dari 51 responden, mayoritas didapatkan bahwa frekuensi terbanyak yang
(96,0%) dan lamanya mestruasi sebanyak 48 responden (94,1%). Dan hasil dari lima
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dukungan orang tua terhadap remaja dalam menghadapi
menarche di SDN Palebon 01 Semarang Tahun 2018.
Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua yang mendukung anaknya
dalam menghadapi menarche sebanyak 30 siswi (58,8%). Orang tua yang tidak
c. Kecemasan Remaja
Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswi yang mengalami kecemasan
ringan 22 siswi (43,1%), dan tidak ada kecemasan sebanyak 7 siswi (13,7%).
Pembahasan
a. Pengetahuan Remaja
sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas.
Informasi dapat diperoleh dirumah, media cetak, media online serta pelayanan
yang didapat dari teman sekolahnya yang saling bertukar informasi dan orang tua serta
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah. Makin tinggi
Orang tua dapat berperan aktif dalam memberikan pemahaman tentang menarche,
karena ini merupakan hal yang sangat awal bagi seorang remaja. Dengan pemahaman
tersebut, diharapkan remaja putri mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan jika
hygiene.(18)
Sebagian kecil remaja putri berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 2 siswi (3,9%) hal
ini dapat terjadi karena kurangnya informasi yang diterima oleh remaja, kurangnya
pemahaman yang dapat diserap oleh remaja putri serta kurangnya kemampuan remaja
mengetahui periode menarche dengan lamanya haid biasanya antara 3-5 hari ada yang 1-
2 hari dengan pengeluaran darah banyak dan diikuti pengeluaran darah sedikit-sedikit
sampai hari ke 7-8.(19) Sebagian besar responden mengalami lama menstruasi selama 7-8
hari.
sebagian besar 37 responden (72,6%) mengetahui ganti pembalut dilakukan pada soal
ganti pembalut dilakukan maksimal 2 kali dalam sehari dan responden sebagian besar
menjawab dengan jawaban salah. Responden mengetahui bahwa ganti pembalut itu bukan
2 kali dalam sehari tetapi setiap 3-4 jam sehari dalam sehari pada saat aktivitas oleh
karena itu responden pada saat menstruasi disekolahan responden selalu membawa
pembalut cadangan.
Responden menjawab pertanyaan secara mental gangguan yang sering terjadi menjelang
datang bulan adalah bahagia dengan jawaban sebagian besar salah sebanyak 42 responden
(82,4%). Karena responden sebagian besar menggalami perasaan sedih, lesu bukan
mengalami perasaan bahagia menurut mereka saat awal menjelang menstruasi mereka
perawataan, kehangatan, persetujuan, dan berbagai perasaan positif orang tua terhadap
anak.
Berdasarkan hasil penelitian di SDN Palebon 01 Semarang remaja putri yang orang
keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Orang tua
lebih dini harus memberikan penjelasan tentang menarche pada anak perempuannya agar
lebih mengerti dan siap dalam menghadapi menarche. Dalam hal ini remaja putri yang
merasa memperoleh dukungan sosial, emosional merasa lega karena diperhatikan,
dikarenakan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak karena hal pekerjaan.
Diharapkan orang tua dapat membagi waktu dan mendampingi remaja putri dalam
menghadapi menarche.
c. Kecemasan Remaja
kekhawatiran dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang
berbeda.(16)
yang mengalami kecemasan ringan sejumlah 22 siswi (43,1%). Dari hasil penelitian pada
kecemasan remaja putri mengalami kecemasan ringan dikarenakan sebagian dari remaja
putri tersebut mengatakan sudah mendapat informasi dan mengetahui dari temannya
sehingga sebagian dari remaja putri tersebut sudah bisa memahami tentang menarche.
Dari hasil wawancara dari beberapa responden remaja putri mengalami kecemasan
terkait menarche. Remaja tersebut merasa malu karena diejek teman-temannya, merasa
takut tiba-tiba keluar darah dari vagina, dan bingung belum tahu cara memakai pembalut.
Dukungan sosial dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana kehadiran orang lain
berfikir seseorang.
Dan siswi yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 7 siswi (13,7%) Semakin tinggi
dukungan yang diberikan oleh keluarga maka kecemasan yang dialami oleh remaja
berkurang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Pengetahuan, Dukungan Orang Tua Dan
Kecemasan Remaja Dalam Menghadapi Menarche di SDN Palebon 01 Semarang dapat diambil
kesimpulan :Sebagian besar siswi yang berpengetahuan cukup sejumlah 26 siswi (51,0%).
Sebagian besar orang tua yang mencerminkan ketanggapan orang tua atas kebutuhan anak
terhadap menarche yaitu sebanyak 30 responden (58,8%). Sebagian besar remaja yang
Saran
Hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan pengetahuan dan wawasan bagi responden. Hasil
penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan penyuluhan untuk siswi dalam menghadapi
menarche. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana menambah pengetahuan dan
DAFTAR PUSTAKA
(1) Gunarsa, S. (2008). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung
Medika.
(2) Ayu, Fajri. (2010). Hubungan Antara Komunikasi Ibu Anak Dengan Kesiapan Menghadapi
Menstruasi Pertama Pada Sswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh.
(3) Indriyani. (2008). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Murid SD Kelas VI dengan kesiapan
Menghadapi Menarche di Kecamatan Kota Barat Gorontalo.
(4) Yanti, Yusuf. (2014). Hubungan Pengetahuan Menarche Dan Kesiapan Remaja Putri
Menghadapi Menarche di SMPN 3 Tidore Kepulauan
(5) Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka
As Salam.
(7) Makhfudli & Effendi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba
Medika.
(10) Rohan, Siyoto. (2013). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi . Yogyakarta: Nuha Medika.
(11) Jahja. (2012). Psikologi Perkembangan . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
(12) Katono. (2006). Peran Keluarga Memandu Anak. Jakarta: CV. Rajawali.
(15) Maimunnah. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: DIVA Press.
(16) Stuart, W.G & Sundeen,J.S. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
(17) Hawari, Dadang. (2008). Manajemen: Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai FKUI.
(18) Moersintawati, dkk. (2008). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: IDAI Sagung
Seto.
(19) Brown dalam Winkjosastro. (2008). Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prihardjo.
(20) Manuaba. (2009). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB Untuk Pendidikan Bidan
Edisi 2. Jakarta: EGC.
(21) Wijayanti. (2009). Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Book Mars.
(22) Bobak. (2004). Buku Keperawatan Ajar Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.
(23) Magiyati & Marni. (2013). Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
(24) Lestari, N. (2011). Tips Praktis Mengetahui Masa Subur . Yogyakarta: Katahati.
(25) Roasih. (2009). Pengalaman Ibu Etnis Jawa Saat Remaja Putri Menarche di Desa Larangan
Dukuh Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro .
(26) Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
(27) Misaroh S. (2009). Menarche: Menstruasi Pertama Makna. Yogyakarta: Nuha Medika.
(28) Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperwatan. Jakarta:
Salemba Medika.
(30) Suyanto & Salamah. (2009). Riset Kebidanan : Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press.
(31) Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika