You are on page 1of 161

Ebook

Edisi 105 – 156


(Tahun ke-3)

buletin remaja gaulislam terbit setiap Senin sejak 29 Oktober 2007, “bacaan pas remaja cerdas”
Penerbit: Lembaga GAULISLAM | Alamat Redaksi: Jl. Majapahit I A-6 No. 6 Cimanggu Permai, Kota Bogor 16161 | Telp.: 0251-7115520. SMS: 0814-10061409
Website: www.gaulislam.com | e-mail: buletin@gaulislam.com | Pemesanan untuk penyebaran buletin, silakan hubungi 0812-8841181, buletin edisi cetak
GRATIS (hanya dikenakan ongkos kirim sesuai berat kiriman dan jarak pengiriman) | Bagi Anda yang ingin berpartisipasi dalam dakwah untuk menyebarkan
buletin ini, kami menerima infaq dan shadaqah di rekening Bank Muamalat (Shar’e): 919-6867999 an Oleh Solihin.

| www.gaulislam.com | 1
gaulislam edisi 105/tahun ke-3 (7 Dzulqaidah 1430 H/26 Oktober 2009)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Yang Muda Yang Bertakwa


A
pa yang kamu pikirin kalo denger kalimat bahwa pemuda adalah generasi penerus bangsa? Terus
apanya yang di terusin? Hehehe, siapa lagi yang akan menerusakan perjuangan dan dakwah yang
sudah dilakukan para kaum tua yang telah mendahului kita? Hmm.. yang pasti anak muda dong ya.
Khususnya, pemuda yang mempunyai akhlak yang baik dan tentunya memiliki ilmu pengetahuan yang luas.
Pemuda berperan penting dalam kehidupan di dunia ini. Potensi yang dimiliki sangat besar jika diasah
dan disinergikan, potensi-potensi itu akan menghasilkan ledakan yang dahsyat. Tapi percuma saja kalo
pemudanya bermalas-malasan (termasuk yang malas beneran), tidak bersemangat dan mudah putus asa
apa lagi kalo diajak halaqah atau ngaji aja susah? Hmm, kalo begitu gimana mau jadi pemuda muslim yang
ideal? Gimana mau jadi anak muda yang bertakwa?
Bro, ada orang bilang: “Yang muda yang berkarya dan jangan cuma bicara”. Hehe.. kita di gaulislam ini
bukan bicara, tapi menulis. Yup, insya Allah tulisan ini sebagai wujud nyata sumbangan pemikiran dan
dakwah, usaha untuk menyemangati dan mengkritisi kondisi pemuda saat ini. Prikitiw!
Sobat muda muslim, banyak perubahan besar yang terjadi dan dilakukan oleh pemuda, coba kita
flashback pada masa detik-detik kemerdekaan bangsa Indonesia, semangat para pemuda saat itu luar biasa
sampai-sampai Ir. Soekarno diculik oleh golongan pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Jangan lupa juga momentum sumpah pemuda yang bertekat untuk bersatu membangun
bangsa juga dilakukan oleh pemuda. Oya, ini terlepas dari perjuangan tersebut salah dalam pandangan Islam
ya. Tapi yang kita lihat pelakunya adalah pemuda.
Dalam sejarah Islam, banyak anak pemuda yang memilih dan masuk Islam. Yang termuda, Ali bin Abi
Thalib berusia 8 tahun hampir sama dengan az-Zubair bin Al-Awwam, kemudian Ja’far bin Abi Thalib (18),
Usman bin Affan (20), Umar bin Khattab (26). Bahkan ada yang berprestasi di usia muda, yakni Usman bin
Zaid yang ketika diangkat menjadi panglima perang usianya yang masih cukup belia (18). Rasulullah saw.
mengangkatnya menjadi penglima perang untuk memimpin pasukan muslimin dalam penyerbuan ke wilayah
Syam yang berada dalam kekuasaan Romawi.
Ibnu Abbas ra berkomentar: “Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia (dipilih) dari
kalangan pemuda saja (30-40 tahun). Begitu pula tidak ada seorang alim pun yang diberi ilmu melainkan ia
dari kalangan pemuda.” Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Kami mendengar ada seorang pemuda yang
mencela berhala-berhala, namanya Inrahim.” (QS al-Anbiyaa [21]: 60)
Pemuda-pemuda seperti merekalah yang kita patut teladani, ilmu pengetahuan, semangat berjuang,
jiwa berkorban dan ketakwaan semata-mata hanya mengharap ridho Allah dan RasulNya.

Potret buram
Saat ini kita patut bangga atas prestasi anak muda Indonesia dalam berbagai bidang. Di bidang sains,
pemuda Indonesia menjuarai olimpiade internasional seperti meraih medali perak pada tahun 2008 lalu,
dalam ajang Internasional Mathematics Olympiad (IMO), Internasional Biology Olympiad (IBO) dan masih
banyak lagi.
Di antara segudang prestasi yang diraih nggak kalah banyak juga pemuda yang terjerumus dalam
pergaulan yang salah. Budaya seks bebas yang mudah dijumpai. Hampir ada di setiap kampung maupun kota
besar. Narkoba pun merajalela. Padahal pakai narkoba bukan solusi yang gentleman “nggak cowok banget
dach!”. Lagian, apa nggak apda nyadar kalo banyak yang meninggal akibat OD (over dosis). Di media massa
juga seperti terbiasa memberitakan tentang aborsi akibat pergaulan seks bebas. Apa mungkin si
perempuan belum siap atas kehamilannya dan status buruk yang dicap kemudian menggugurkan
kehamilannya. Ada juga bayi yang sudah dilahirkan sengaja dibunuh oleh ibunya. Waduh, parah banget!

| www.gaulislam.com | 2
Bro en Sis, nggak sedikit kasus pelajar yang putus asa karena nggak lulus ujian nasional. Mereka
mengambil jalan pintas dengan melakukan bunuh diri karena merasa malu. Budaya konsumerisme dan gaya
hidup mewah mungkin udah mendarah daging di kehidupan remaja perkotaan. Doktrin kapitalisme membuat
mereka terperosok ke dalam nafsu individualisme dan materialisme. Ironisnya saat ada teman yang
mendakwahinya, dia bilang: “Urusin aja diri elo sendiri, ngapain repot-repot ngurususin gue? Udah deh
urusan kayak begini nggak usah disangkut-pautin sama masalah agama”. Wadduh, masih untung ada yang
mau peduli dengan sesama temannya. Apa jadinya dunia jika semua manusia bersikap individualistis?
Bro en Sis, sebelumnya saya nggak ingin menghakimi atau mencerca teman-teman nih. Tapi kita juga
wajib kritis dan menyadarkan bahwa masih banyak remaja yang mengaku Islam tapi nggak mau mengkaji
ajaran agamanya sendiri. Coba tanyakan pada anak muda yang mengaku Islam yang sedang berlalu-lalang di
jalan untuk menyebutkan 12 nama bulan dalam Islam? Kmeungkinan besar banyak yang tak hapal dan
terbata-bata menyebutkannya, tapi giliran ditanya bulan masehi? Anak sekolah dasar pun lancar nyerocos
(tentu yang tahu hehehe), kayak busway yang lagi ngebrutss. Repot-repot tanya soal bulan hijriah coba
dech tanya dulu huruf hizaiyah? Hehehe. Demokrasi mengajarkan kita untuk mengagungkan kebebasan, dan
hasilnya kerusakan!
Bro en Sis, “kita jangan jadi bebek” alias mengikuti budaya Barat mulai dari cara berpakaian,
hedonisme, hura-hura, pergaulan bebas terus suka mengkonsumsi narkoba. Pemuda adalah penerus bangsa
yang nantinya akan menjadi pemimpin negara bahkan dunia. Negara pastinya hancur jika remaja tidak
segera diselamatkan. Nggak percaya? Jangan dicoba!

Pemuda ideal
Solusinya hanya ada satu yaitu kembali kepada Islam yang kaffah (menyeluruh). Jangan setengah-
setengah agar kita menjadi pemuda yang ideal menurut Islam. Islam adalah agama yang amat memuliakan
dan memperhatikan pemuda. Dalam al-Quran ada kisah tentang Ashabul Kahfi, cerminan sekelompok
pemuda yang beriman dan tegar keimannya kepada Allah Swt. Mereka berani meninggalkan kaumnya yang
mayoritas menyimpang dari ajaran Allah Ta’ala dan penguasa dzalim sementara ratusan orang dibinasakan,
diceburkan ke dalam parit berisi api yang bergejolak. Sekelompok pemuda itu bersembunyi ke dalam sebuah
gua dan Allah Swt. menyelamatkannya dengan menidurkan mereka selama 309 tahun, Subhannallah!
Nah, gimana sih kriteria pemuda Islam yang ideal? dan sifat-sifat dasar yang dituntut dari pemuda
Islam? Yuk, ini juga perlu jadi catatan dan tolak ukur buat kita, menurut Dr. M. Manzoor Alam (1989 : 40-
43) kriteria dan sifat-sifat dasar tersebut adalah:
Pertama, percaya dan hanya menyembah kepada Allah. Firman Allah Swt. (yang artinya):“Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepada anaknya, “Wahai
anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman besar.” (QS Luqman [31]: 13)
Kedua, berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua, Islam menekankan pentingnya berbuat
kepada kedua orang tua dan merupakan bagian terhadap penyembahan terhadap Allah Yang Maha Kuasa.
Sebagaimana dalam firman Allah Swt. (yang artinya) “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS al-Israa [17]: 23)
Ketiga, jujur dan bertanggungjawab, pemuda Islam patutnya berikhtiar untuk memanfaatkan amanah
yang berupa kekayaan, kedudukan, kesehatan, tindakan, pengetahuan dan lainya (termasuk dakwah). Firman
Allah Swt. (yang artinya): “Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan
kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan
kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami),
Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh Telah
kami binasakan. dan cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya.” (QS
al-Israa [17]: 16-17)
Keempat, persaudaraan dan kasih sayang, Pemuda Islam juga harus memiliki sifat kasih sayang antar
sesamanya dan hendaknya dibarengi dengan semangat berkorban. Allah Swt. berfirman (yang artinya):
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS al-Hujuraat [49]:
10)

| www.gaulislam.com | 3
Kelima, yang terakhir adalah bermusyawarah, setiap individu memiliki perbedaan, agar tidak terjadi
perpecahan dan kesalahpahaman dalam bermasyarakat, tentunya pemuda Islam juga harus perpegang
teguh pada norma-norma permusyawarahan. Seperti yang telah diamanatkan Allah Swt. (yang artinya):
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya”. (QS Ali ’Imran [3]: 159)

Apa yang bisa kita lakukan?


Wah, indah banget deh kalau saja sifat-sifat dasar tersebut ada di dalam diri pemuda muslim saat ini,
pastinya akan membawa perubahan dan kemajuan ke arah yang jauh lebih baik. Poin yang teramat penting
adalah ketakwaan kita kepada Allah Swt. Jika hidup kita disibukkan dengan urusan agama Islam tentu
urusan duniawi akan mengikuti dengan baik. Namun sebaliknya jika kita hanya berjibaku dengan urusan
duniawi, alhasil hanya kenikmatan fatamorgana yang kita dapat, penyesalan dan kehancuran. Tentu, yang
lebih mendasar adalah perkara aqkdah. Seharusnya kita lebih memahami dan menerapkan akidah yang
benar.
Bro en Sis, bukan perkara sulit untuk mewujudkannya jika kita mau melakukan perubahan mulai pada
diri kita sendiri. Jangan cuma bicara “Talk less do more” Hehehe. Hal kecil yang bisa kita lakukan adalah
berdakwah, karena merupakan kewajiban setiap muslim untuk mengingatkan ke jalan yang benar dan
sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Dakwah bisa dengan lisan dan tulisan. Kepada orang terdekat
dengan kita, juga kepada yang jauh dari sekeliling kita. Jangan sampai mencela orang-orang yang berbuat
salah karena itu akan membuat mereka semakin gila dalam kesalahan, jangan sampai kita berdakwah namun
menganggap kita lebih mulia dan lebih berilmu dari mereka yang kita dakwahi.
Nah, pertanyaannya adalah bagaimana mewujudkan supaya kita menjadi pemuda yang ideal menurut
Islam? Hmm.. tentunya dengan belajar sebagai langkah awal mendalami Islam yang seutuhnya kemudian
segera menyampaikan ilmu yang kita dapat dan kita pahami kepada teman-teman yang lainnya dengan cara
berdakwah. Oh indahnya jika semua itu bisa terwujud. Tapi, memang harus diusahakan untuk terwujud.
Itulah mengapa kita wajib berdakwah. Yuk ah, moga kita makin takwa dan semangat untuk belajar Islam dan
mendakwahkannya. Siap? Yes! [samsi: saidansam.wordpress.com]

| www.gaulislam.com | 4
gaulislam edisi 106/tahun ke-3 (14 Dzulqaidah 1430 H/2 Nopember 2009)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Kuatkan Imanmu, Bro!


G ue bingung nih, kok di Indonesia kini banyak sekali muncul aliran-aliran sesat dan tumbuh subur pula.
Padahal mayoritas penduduknya kan orang Islam. Gue catet nih ya, ada Ahmadiyah, hadir juga
Kerajaan Tuhan yang dikembangan Lia Eden, pernah ada Ahmad Mushadeq dan Amaq Bakri yang
tiba-tiba ngaku sebagai nabi, ada juga pengajian Ilmu Kalam Santriloka yang bilang nggak perlu shalat dan
nggak perlu puasa Ramadhan, plus menyalahkan sebagian isi al-Quran, dan aliran sesat lainnya. Celakannya,
mereka juga mengaku bagian dari Islam. Padahal ajaran mereka nggak sesuai dengan ajaran Islam. Wah,
gimana nih? Udah pada error kali ye.
Jadi kali ini gue akan membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan akidah. Meskipun
mungkin bakal kurang nih space yang disediakan buletin kesayangan kamu semua yang makin cool aja untuk
membahas tema ini. But, sedikit demi sedikit pasti ada gunanya buat kamu semua. Iya nggak sih?

Akidah Islam
Akidah Islam ialah beriman kepada Allah Swt., Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-RasuNya,
hari kiamat, qadha dan qadar. Oya, yang namanya beriman tuh nggak boleh asal-asalan. Tapi harus
berdasarkan dalil yang pasti. Jadi alasan untuk beriman itu nggak bisa sembarangan. Misalnya, elo beriman
gara-gara ikut-ikutan seseorang yang bergelar profesor doktor dan serentetan gelar lainnya yang
sepanjang gerbong kereta api jabodetabek. Nggak lah. Iman wajib diyakini bener-bener alias elo harus
paham kenapa alasannya elo beriman Sebab, iman itu ialah sebuah pembenaran yang pasti, berdasarkan
fakta-fakta yang ada, bukan karena taklid buta pada seseorang.
Nah, dalam Islam kita mengenal dua dalil yaitu dalil aqli (akal/yang dapat diindera) dan dalil naqli
(sesuatu yang dijelaskan oleh al-Quran dan as-Sunnah). Dalam sarana meraih keimanan, akal mempunyai
peranan yang sangat penting. Misalnya dalam memikirkan adanya Dzat Allah sebagai Tuhan semesta alam.
Di dalam al-Quran dijelaskan tentang kisah Ibrahim (as) dalam mencari Tuhan. Allah Swt berfirman (yang
artinya): “Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi
tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian tatkala Dia
melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat."
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka
tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang
kamu persekutukan. Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh
kepasrahan (mengikuti) Agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musryik” (QS al-An’am
[6]: 76-79)
Bro en Sis, pencarian keimanan tak lepas dari akal. Sebab akal adalah karunia terbesar bagi manusia
dan karena dengan akal juga Allah memerintahkan malaikat bersujud pada Adam. Banyak penekanan yang
diberikan al-Quran agar manusia menggunakan akalnya. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Allah
menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Quran dan as-Sunnah) kepada siapa yang
dikehendakiNya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah) (QS al-
Baqarah [2]: 269)
So, dalam Islam fungsi akal amatlah dibutuhkan. Akal tidaklah merongrong iman. Malah akal akan
memperkuat dalam pencarian akan iman. Buktinya orang semakin memahami al-Quran semakin kuat pula
keimanannya. Banyak bangsa di negara maju tertarik dengan Islam ketika membaca kandungan al-Quran
atau malah menjadi muslim karena mencoba mengkritisi al-Quran. Firman Allah Swt. (yang artinya):”Adakah
orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan

| www.gaulislam.com | 5
orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (QS ar-Ra’d
[13]: 19)
Juga dalam firmanNya (yang artinya): “(al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia,
dan supaya mereka diberi peringatan denganNya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah
Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS Ibrahim [14]: 52)
Wuih Bro, kayaknya masih banyak ayat-ayat yang memerintahkan agar manusia mau berpikir dan
menggunakan akalnya untuk beriman kepada Allah Ta’ala. Tapi gue nggak bisa nulisin semua nanti bisa-bisa
kepanjangan deh nulisnya. Wacks!
Sobat muda muslim, dalam Islam keimanan haruslah utuh nggak boleh setengah-setengah. Nggak ada
tawar-menawar pula. Cuma ada dua pilihan, yaitu iman dan kafir. Allah Swt. berfirman (yang artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan bermaksud membeda-
bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasulNya, dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada
sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain)’, serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau
kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenarnya. dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab
yang menghinakan.” (QS an-Nisaa’ [4]: 150-151)
So, dalam akidah Islam nggak boleh tuh dikurang-kurangi. Nggak boleh kita cuma iman kepada Allah
dan ingkar kepada rasul atau iman kepada Allah Swt. dan rasul tapi mengingkari al-Quran dan syariat yang
tertera di dalamnya. Hey, nggak banget deh!
Hmm.. kalo iman elo itu memang bener-bener mantep, elo nggak perlu khawatir lagi deh. Sebab elo
udah yakin bahwa sesuatu yang udah ditentukan oleh Allah Ta’ala adalah yang terbaik walaupun elo diancam
orang supaya ninggalin keimanan elo. Mushab bin umair pun pernah diancam oleh Usaid bin Khudair dan
Sa'ad bin Muadz, dua pemuka bani Abdil Asyhal. Tapi tetap teguh dengan Islam, tuh. Oya, kalo iman elo udah
kuat, elo juga nggak akan dengan gampang ninggalin iman yang elo miliki ketika mengalami siksaan. Bilal bin
Rabbah pun pernah ngalami siksaan dari kaum Quraisy dengan cara tubuhnya ditindih batu di terik matahari
padang pasir. So, tetap istiqamah dan sabar di jalan Allah ya. Semangat!

Yang merongrong iman


Elo lihat sendiri deh, banyak tuh orang yang gaya hidupnya cenderung kebarat-baratan dan nggak
selektif. Misalnya gue sering ngeliat anak-anak muda genjrang-genjreng di atas panggung sambil bawain
lagu Underoath. Atau asik moshing ketika ngedengerin lagu-lagunya As I Lay Dying dan Demon Hunter yang
merupakan gerombolan band Christian Metal yang berasal dari kulon (baca: Barat). So, karena lagi tren tuh
lagu ya udah deh mereka happy-happy aja tanpa tahu makna dari lirik-lirik lagunya. Entah karena suara
vokalnya yang kurang jelas atau mereka nggak ngerti bahasa Inggris, sehingga mereka nggak merasa risih
dengan lagu-lagu kayak gitu.
Lagu-lagu itu sebenarnya kalo diperhatiin lagi ampir mirip sama ceramah pastur di gereja. Kalo gue sih
sori-sori aja ngikut-ngikut kayak gitu walaupun gue masih suka maen skateboard (lho, apa hubungannya?
Hehe…). Sebab, gue rasa nggak ada yang salah dengan alat olahraga tersebut karena hukum asalnya benda
itu kan mubah, kecuali ada dalil syar’i yang mengharamkannya.
Oya, kejadian ini nggak cuma terjadi di kalangan anak muda. “Anak tua” pun sama kayak gitu juga deh.
Gue geleng-geleng kepala sambil gantian bergumam: “Dasar anak tua jaman sekarang ada-ada aja!”
Misalnya nih, ada shalawat yang dibawain Kiai Kanjeng--yakni kelompok musik yang dipimpin oleh Emha Ainun
Nadjib--dengan menggunakan lagu Stile Nacht (malam kudus) yang diiringi instrument ala Franz Xaver
Gruber dioplos sama Shalawat Badar terus dinamain Shalawat Universal. Memang, shalawat ada
tuntunannya di al-Quran. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya Allah dan malaikat-
malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS al-Ahzab [33]: 56)
Nah, yang jadi masalah adalah kalo dicampur kayak Shalawat Universal, itu nggak boleh. Coz, lagu
malam kudus udah khusus produk budaya dari kaum agama lain. Apalagi sampe featuring sama biarawati.
Gaswat bener jadinya kan?
Bro, dalam hal beribadah kita kan nggak boleh ikut-ikutan agama lain. Kalo kita baca asbabuun nuzuul
alias penyebab turunnya ayat al-Quran—dalam hal ini adalah surat al-Kafirun—ternyata turunnya adalah
ketika orang-orang Quraisy meminta Rasulullah saw. untuk mengikuti ibadah mereka, dan mereka pun akan
mengikuti ibadah yang diajarkan Rasulullah saw. Tapi Rasulullah saw. menolak permintaan mereka. Jadi
dengan dalil apapun shalawat yang dioplos dengan tata cara, instrument nada, dan lirik pemujaan yang
sama dengan agama lain itu tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan firman Allah Swt. dalam surat
al-Kafiruun tersebut.

| www.gaulislam.com | 6
Selain itu bukankah agama yang dibawa oleh Rasulullah saw. itu sudah sempurna? Firman Allah Swt.
(yang artinya): “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.” (QS al-Maaidah [5]: 3)
Umar bin Khaththab r.a berkata, "Dulu kami adalah kaum yang hina, lalu Allah memuliakan kami dengan
Islam. Maka setiap kami mengharapkan kemuliaan di luar Islam, Allah menghinakan kami. Karena itu seorang
muslim, tidaklah akan mendapatkan kemuliaan bila ia mencarinya di luar Islam. Seorang muslim yang
mencari kekuatan di luar Islam, pada hakikatnya ia lemah, meskipun merasa dirinya kuat; ia fakir, meskipun
merasa dirinya kaya”.
Jadi nggak ada kemuliaan tuh dalam shalawat yang sejenis itu. Haram dilakukan. Udah jelas kalo yang
haq dan yang batil itu terpisah dan tidak bisa dicampur seenaknya walaupun namanya shalawat. Kalo kita
ngikut terus kayak gitu dan serba permisif bisa hancur deh keislaman dan keimanan kita. Rasulullah saw.
bersabda (yang artinya): “Kamu akan mengikuti jejak langkah umat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal,
sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikuti mereka”. Sahabat
bertanya, “Ya Rasulullah! Apakah mereka Yahudi dan Nasrani yang Rasul maksudkan? Nabi saw menjawab,
“Siapa lagi”. (HR Muslim)
Bro en Sis, kalo ada yang beralasan bahwa shalawat seperti itu adalah untuk mempromosikan Islam
kepada agama lain, itu juga nggak bisa dibenarkan. Sebab, nggak ada tuntunannya dari Allah Swt. dan
RasulNya. Toh kiblat kita pun berbeda dengan mereka. Ngapain juga kita membuat-buat syariat baru untuk
membuat orang lain beriman. Nggak boleh sembarang cara. Tapi tetap kudu ngikutin ajaran Islam.
Memang, kita adalah umat terbaik yang diseru untuk menyampaikan yang makruf dan mencegah yang
munkar. Tapi sudah jelas seruan-seruan yang kita lakukan haruslah sesuai dengan syariat-syariat Islam.
Sebab, kita sudah beriman dan akidah kita adalah akidah Islam. Ok?

Solusi yang gue tawarin


Karena zaman sekarang udah banyak amburadulnya, maka elo harus hati-hati bergaul. Inget nih, hati-
hati bukan berarti menutup diri dari pergaulan. Tapi hati-hati adalah benar-benar menyeleksi setiap budaya
yang masuk: apakah itu layak diterima atau nggak. Jangan menutup diri terhadap sesuatu yang baik. Elo
kudu obyektif. Jangan gara-gara seseorang itu make sorban dan jubah terus pake gelar kiai, terus elo main
gampang aja nerima setiap pendapat dia, padahal pendapat tersebut bertentangan dengan al-Quran dan
as-Sunnah.
Sebaliknya, kalo ada orang yang elo anggap penampilannya biasa-biasa aja tapi ngasih tahu elo tentang
kebaikan berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah, elo jangan sampe menolaknya. Apalagi sampe elo bilang:
“Kamu udah hapal berapa hadits?”. Halah, bukannya nanya hadis itu sahih atau nggak eh malah nanyain
jumlah, kan nyeleneh namanya tuh!
Yuk, kita ubah cara pandang kita. Pokoknya kalo sesuatu itu berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah, kita
kudu terima karena kita adalah muslim. Inget lho, umat terbaik. Bukan umat yang hanya bisa bertaklid pada
leluhur seperti orang jahiliyah dan malah menolak syariat Allah dengan alasan ketokohan. Allah Swt.
berfirman (yang artinya): “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (QS al-Baqarah [2]: 170)
Bro, yuk terus kita sampaikan dakwah Islam dengan cara yang benar dan baik sesuai dengan syariat
Islam. Jangan takut untuk menghadapi intimidasi dari orang-orang yang ingin menghancurkan Islam atau
dari orang-orang yang bodoh tentang Islam tapi sok tahu. Tugas kita adalah menyampaikan apa yang telah
Allah dan RasulNya turunkan. Soal hasil, itu adalah urusan Allah Swt. Kita nggak usah terlalu kecewa kalo
nggak berhasil. Yang penting udah berdakwah. Baca dan tadaburi al-Quran, insya Allah iman elo makin kuat
deh. Selain itu, tetep terus mengkaji Islam sebaik-baiknya, sedalem-dalemnya dan serajin-rajinnya ya.
Jangan lupa juga elo sering-sering baca buletin gaulislam (hehehe.. promosi dah gue), rajin kunjungi juga
websitenya: http://gaulislam.com. Gabung juga bareng redaksi gaulislam di facebook
(http://facebook.com/gaulislam). Terus, buat kamu yang di daerah Bogor dan sekitarnya, bisa sering-sering
juga deh dengerin acara [klinik] gaulislam setiap Rabu pagi di KISI 93.4 FM Bogor. Swit swiw, insya Allah
banyak sarana untuk jadi pinter dan nguatin iman kita. Tetap semangat, Bro![ikrar: ikrarestart@gmail.com]

| www.gaulislam.com | 7
gaulislam edisi 107/tahun ke-3 (21 Dzulqaidah 1430 H/9 Nopember 2009)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Sikat Koruptor!
es! Kita benci korupsi. Tentu saja benci juga terhadap pelakunya. Korupsi bikin sengsara, dan itu

Y artinya koruptor biang kerok kesengsaraan. Sikat sampai bersih! Kamu tentu gondok bin mangkel ati
kalo ada teman kamu yang korupsi duit organisasi, di OSIS misalnya (apalagi rohis, wew!). Iya dong,
kalo kamu mendiamkan aksi teman kamu yang udah jelas-jelas terbukti sebagai koruptor itu, berarti secara
tidak langsung kamu menyetujui tindakan doi. Lebih parah kalo korupsinya berjamaah. Idih, kirain shalat aja
yang berjamaah!
Bro en Sis, bagi kamu yang peduli berita ‘sensasional’ macam kasus KPK versus Polri dan pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya, pasti ngikutin dong ya jalan ceritanya (*jalan cerita, emangnya novel?). Iya,
maksudnya minimal merhatiin deh. Nah, gimana tuh pendapat kamu, kesel nggak sih kalo orang yang udah
jelas-jelas terlibat korupsi dan mendikte aparat penegak hukum masih dibiarin berkeliaran bebas alias nggak
ditahan dan dihukum? So, pasti gondok abis dah!
Yup, kasus terbaru dan cukup heboh karena sebagian besar rakyat Indonesia ikut mengamati ‘drama’
ini adalah “Cicak vs Buaya”. Ini ungkapan yang diberikan salah seorang oknum polri menyikapi kasus KPK
versus Polri. Meski akhirnya Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri meminta media tidak memberikan
label “cicak vs buaya” dalam pemberitaan tentang KPK vs Polri. Kasus ini makin menyita perhatian publik
ketika bukti rekaman penyadapan informasi oleh KPK terhadap pihak-pihak yang diduga melakukan tindak
korupsi diperdengarkan di sidang Mahkamah Konstitusi pada 3 Nopember 2009 lalu. Nah, karena sidangnya
terbuka dan disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi dan radio, tentu saja hampir semua rakyat
Indonesia tahu isi rekaman pembicaraan orang-orang yang terlibat dalam kasus tersangka korupsi Anggoro
Widjojo (bos PT Masaro) tersebut. Terutama yang jadi sorotan adalah pembicaraan Anggodo Widjojo—yang
merupakan adik tersangka dengan sejumlah pihak dari aparat penegak hukum di kejaksaan agung dan polri
demi upayanya membebaskan sang kakak dari jerat kasus korupsi. Hmm.. nekat bener tuh orang!
Bro en Sis, di buletin gaulislam ini kita nggak bakal membeberkan kasusnya dengan detil, karena kamu
bisa baca di media massa. Di sini, kita hanya ingin membahas tentang korupsi dan bahayanya. Tentu saja,
sudut pandang penilaian menurut hukum Islam dong ya. Bukan yang lain.

Korupsi bikin sengsara


Kalo kamu punya duit. Duit itu kamu simpan. Tiap hari nambah simpanan itu, maka tentu saja duit itu
jadi banyak. Berlimpah. Tapi kalo duit itu dibelanjakan untuk keperluan kamu, tentu akan berkurang. Sedikit
demi sedikit tergantung nilai belanja kamu. Itu hak kamu selama kamu membelanjakannya dari duit yang
kami miliki dengan sah. Nah, urusan duit—dari mulai pencarian dan penggunaannya—akan menjadi
bermasalah ketika dicari dari jalan yang nggak benar meskipun digunakan untuk perbuatan yang bener.
Korupsi salah satu contohnya.
Ya, kalo duit kamu sendiri, hasil kerja keringat kamu sendiri dibelanjakan sesuai kehendak kamu,
meskipun hal itu kadang tidak bijak karena boros, yang rugi cuma kamu sendiri dan orang-orang
terdekatmu. Iya kan? Tapi kalo duit hasil korupsi, yang bakal dirugikan banyak orang. Ambil contoh kalo
ketua OSIS di sekolahmu menyalahgunakan wewenangnya untuk menggunakan dana OSIS bagi kepentingan
dirinya pribadi. Dia melakukan korupsi. Padahal uang itu adalah ada yang titipan dari pihak ketiga, ada uang
iuran anggota, atau uang lainnya yang merupakan dana organisasi. Maka, yang dirugikan sudah pasti banyak
orang. Nah, apalagi kalo yang korupsi itu di perusahaan besar, instansi pemerintah, termasuk pejabat
negara dan pemimpin negara. Weleh, korupsinya bisa miliaran rupiah. Bahkan triliunan rupiah seperti dalam
kasus Bank Century (yang berganti nama jadi Bank Mutiara) yang diduga melibatkan sejumlah pejabat
negara dan nilainya hingga Rp 6,7 triliun. Kacau banget kan?

| www.gaulislam.com | 8
Kasus penyuapan pun hampir sama dengan korupsi, karena biasanya itu dilakukan untuk memperlancar
urusan dengan pihak yang sedang bertransaksi. Saya pernah lho kerja jadi sales alat-alat laboratorium dan
bahan kimia di sebuah perusahaan supplier. Untuk kasus yang boleh dibilang nilainya ‘cuma’ jutaan,
ternyata ada celah untuk nilep uang yang nggak halal. Saya punya pengalaman pribadi, ketika nawarin
sebuah produk, oknum di sebuah instansi pemerintah ini minta ‘diservis’ agar tim penjualan kami
memberikan kulkas satu pintu jika produk kami ingin masuk ke instansi mereka. Weleh.. tentu saja saya
ogah.
Dalam kasus serupa pernah juga saya diledekin sama bos saya bahwa kalo nunggu tanda tangan dari
tukang cap order dengan cara normal bakalan lama urusannya. Dia langsung mencontohkan dengan cara
mendekati petugas lalu ngomong-ngomong sebentar sambil menyerahkan duit dua rebu perak dan langsung
dapat tanda tangan dan cap untuk order ke perusahaan tersebut. Waduh, saya ngahuleung alias merenung
ternyata urusan begituan aja ada suapnya. Saya ngebayangin kalo setiap hari ada 200 orang yang
berurusan dengan petugas itu dan membayar uang dua rebu perak, dalam sehari petugas dan rekannya
bisa mendapat uang panas 400 rebu rupiah. Kalo dalam 20 hari kerja, bisa Rp 8 juta tuh! Duitnya nggak
seberapa besar, tapi gede dosanya.
Pernah juga ketika saya beli sebuah produk di sebuah toko (kebetulan jumlahnya agak banyak).
Petugasnya bilang, “kuitansinya mau kosong atau gimana?” Saya bingung, dan bilang ke dia, “Lho
memangnya kenapa? Tulis saja sesuai harga di situ”. Seingat saya dia jawab, “Iya, banyak orang yang cuma
minta kuitansi kosong, asal ada capnya dari kita terus mereka sendiri yang nulis nilai transaksi penjualan
ini.” Dan, akhirnya saya menyaksikan kejadian serupa di sebuah tempat foto copy. Waktu itu, yang minta
kuitansi kosong tapi ada capnya adalah seorang oknum pegawai di sebuah instansi pemerintah karena ada
badge di bajunya. Waduh!
Bro, berarti praktik kayak gini udah banyak dilakukan. Nggak cuma yang nilainya triliunan rupiah, tapi
yang kelas puluhan ribu perak pun marak terjadi. Bukan cuma bos-bos besar, tapi karyawan kelas teri aja
suka kok. Memang nggak semua begitu, tapi sayangnya jumlahnya banyak. Inilah gambaran buruk sistem
kapitalisme, Bro!
Sekarang mari kita hitung secara kasar duit yang ‘menyublim’ gara-gara korupsi. Jika dalam sebuah
instansi pemerintah atau BUMN, duit yang dikorupsi rata-rata Rp 10 juta per bulan, maka jika ada 100
instansi yang melakukan hal yang sama, duit yang hilang gara-gara korupsi jumlahnya Rp 1 miliar setiap
bulan. Jika ada 1000 instansi di seluruh Indonesia, maka duit negara yang dikorupsi menjadi Rp 10 miliar
per bulan. Itu baru hitungan kasar lho dan jumlahnya minim. Hmm.. itulah kejahatan yang menyengsarakan
orang banyak. Kok bisa? Ya, karena kebijakan pemerintah memang dibantu instansi-instansi tersebut.
Saya sempat mendapat informasi valid dari seorang aktivis LSM yang tentu saja sering berhubungan
dengan departemen yang sesuai dengan fokus kegiatan LSM tersebut. Jika ada program bantuan untuk
rakyat, misalnya dana yang cair itu Rp 1 miliar, maka jatah untuk dibagikan ke rakyat tak sampai jumlah
tersebut. Nilai pastinya dia tidak menyebutkan, tapi yang jelas ada dana yang ‘dialirkan’ untuk birokrasi dari
tingkat sampai tingkat kecamatan. Padahal, untuk tugas seperti itu mereka udah dapat gaji kok. Parah! Ini
baru satu instansi lho, belum instansi lainnya.
Nih, ada data yang saya dapatkan berkaitan dengan hal ini: Dana yang selayaknya untuk keperluan
masyarakat, beralih kepada individu koruptor. Selama 30 tahun terakhir, sedikitnya ada US$ 40 miliar
anggaran pembangunan yang masuk ke kocek pribadi karena perilaku korupsi (Media Indonesia,
31/03/2002). Setiap tahun, lebih dari US$ 1 triliun (lebih dari Rp 8.000 triliun) habis dibayarkan sebagai
uang suap dalam berbagai bentuk, terutama di negara-negara berkembang (Forum Keadilan, No. 41,26
Februari 2007)

Hapuskan korupsi!
Korupsi memang bukan persoalan mental pelakunya saja, tapi juga persoalan sistem yang buruk.
Kapitalisme telah memberi celah yang cukup lebar untuk kondisi penyalahgunaan wewenang pejabat dan
memberi peluang pelaku kriminal menyuap aparat penegak hukum. Suap dan korupsi adalah saudara kembar
yang harus dihapuskan. Namun, berharap kepada kapitalisme untuk menyelesaikan masalah ini, sama saja
bermimpi. Kita butuh institusi yang menerapkan sistem hukum yang adil, tegas, menyelamatkan, dan
memberi jaminan di dunia dan akhirat. Apakah ada sistem seperti itu? Ada! Yakni, Islam yang diterapkan
sebagai ideologi negara dalam institusi bernama Khilafah Islamiyah. Demokrasi? Hehehe… ke laut aja deh!
Bener! Soalnya seorang calon pemimpin tingkat RW sampai lembaga tertinggi negara sudah biasa
mengeluarkan duit untuk kampanye pemilihan dirinya. Jumlahnya tentu makin besar seiring dengan tingginya
tingkat kepemimpinan. Kalo untuk menjadi pemimpin saja sudah berani ngeluarin duit banyak, perlu

| www.gaulislam.com | 9
diwaspadai bahwa ada niat untuk “balik modal” saat terpilih jadi pemimpin atau pejabat. Ini sudah jadi
rahasia umum. Wajar dong, kalo aparat penegak hukum bisa disuap oleh pengusaha tertentu ketika tender
proyek. Sebab, sangat boleh jadi pengusaha itu udah nanam saham duluan saat membantu yang
bersangkutan menjadi pejabat. Balas jasa atau balas budi namanya. Kacau bener kan?
Ada satu teladan yang patut dijadikan contoh bagi pejabat publik saat ini, yakni apa yang dilakukan oleh
Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dalma sebuah riwayat, al-Laits berkata, “Tatkala Umar bin Abdul Aziz
berkuasa, dia mulai melakukan perbaikan dari kalangan keluarga dan familinya serta membersihkan hal-hal
yang tidak beres di lingkaran mereka. Kepada istrinya Khalifah Umar mengatakan, pilihlah olehmu, engkau
mengembalikan harta perhiasan ini ke Baitul Mal atau izinkan aku meninggalkanmu untuk selamanya.”
(Tarikh al-Khulafa’, Imam As Suyuthi, hlm. 274)
No suap, no korupsi! Yes! Umat Islam dididik untuk tidak menyalahgunakan harta dan jabatan. Korupsi
dan suap sangat akrab dan dekat dengan penguasa atau setidaknya bagi mereka yang memiliki akses
kepada sumber dana karena jabatan atau pekerjaannya yang berhubunan dengan hal tersebut. Hati-hati
euy!
Bro, Rasulullah saw. udah ngasih aturan tentang larangan menyuap, Abu Dawud meriwayatkan sebuah
hadis dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. telah menegaskan: “Allah melaknat penyuap dan
penerima suap di dalam kekuasaan.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Dalam hadis yang lain, “Orang yang memberi suap dan menerima suap maka mereka keduanya berada
pada api neraka pada hari kiamat kelak.” (HR Bukhari Muslim)
Mengenai “hadiah” seseorang kepada pejabat negara, Rasulullah saw, menamakannya dengan istilah
“ghulul” atau “shut”, yakni harta haram. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Hadiah yang diterima
para penguasa adalah ghulul (harta haram).” (HR Ahmad dan al-Baihaqi)
Lebih jelas tentang perkara suap ini, Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Tidak patut (laki-laki)
yang kami pekerjakan pada suatu pekerjaan dengan sesuatu yang diwakilkan Allah kepada kami, lalu laki-laki
itu berkata, ini (harta) untuk kalian dan ini (harta yang) dihadiahkan kepadaku. Tidakkah dia (lebih baik) duduk
di rumah bapak dan ibunya, lalu kami melihat apakah mereka akan menghadiahkan kepadanya atau tidak.”
(Kitab Negara Islam, Tinjauan Faktual Upaya Rasulullah saw. Membangun Daulah Islamiyah hingga Masa
Keruntuhannya hlm. 182)
Ada kisah menarik lainnya berkaitan dengan suap. Seorang sahabat bernama Abdullah bin Rawahah ra.
ketika hendak mengambil kharaj atas tanah Yahudi Khaibar yang telah ditaklukkan, dan kaum yahudi
berkeinginan agar meringankan kharaj yang diambil negara dengan memberikan harta perhiasan dari wanita
mereka kepada sahabat Abdullah bin Rawahah ra. Namun beliau berkata: “Hai orang-orang Yahudi!
Sesungguhnya kalian melakukan perbuatan yang paling dibenci oleh Allah. Tidaklah yang demikian ini
melainkan mengantarkan aku untuk bertindak tegas terhadap kalian. Adapun suap yang kalian sodorkan,
sesungguhnya itu adalah haram dan sungguh kami tidak akan memakannya!” Yahudi pun berkata: “Pantas
saja, dengan (sikap seorang mukmin) ini langit dan bumi ditegakkan”
Wei.. keren banget! Nah, lalu apa hukuman bagi koruptor? Di buku Sistem Sanksi dalam Islam, karya
Abdurrahman al-Maliki (hlm. 299, kebetulan saya ikut jadi editornya), tertulis: “Setiap orang yang
mengkhianati harta yang diamanahkan kepadanya, seperti halnya ia berkedudukan sebagai pemegang wasiat
bagi anak yatim, pengelola wakaf, atau sebagai wakil, atau sebagai pegawai atau yang lainnya, maka
pelakunya akan dikenakan sanksi jilid dan penjara sampai 5 tahun. Hal ini termasuk korupsi harta.”
Namun, ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa pelaku korupsi adalah dihukum potong tangan
karena dianggap mencuri. Jika harta yang dicurinya bernilai lebih dari ¼ dinar (1 dinar emas setara dengan
4,25 gram emas). Rasulullah saw. juga pernah menetapkan bahwa tangan pencuri tidak boleh dipotong
kalau hasil curiannya kurang dari ¼ dinar. (HR Bukhari (12/89), Muslim (1684), Malik (2/832), At-Tirmidzi
(1445) dan Abu Daud (4383) dari hadits Aisyah -radhiallahu anha-.)
Bro en Sis, buat para koruptor kelas kakap, sempat juga berkembang ide bahwa mereka harus
dihukum mati. Well. Apapun perbedaan pendapatnya, yang jelas, korupsi memang harus dihapus dan
pelakunya kudu dihukum. Dalam Islam, udah ada aturannya kok dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Ada yang mengatakan dipotong tangannya, ada juga yang berpendapat cukup dijilid (dicambuk) dan dipenjara
selama 5 tahun. So, kalo mau sikat koruptor, harus dengan cara syariat Islam, supaya pelaku dan calon
pelaku korupsi kapok dan mikir-mikir! [solihin: Twitter: @osolihin | http://osolihin.net]

| www.gaulislam.com | 10
gaulislam edisi 108/tahun ke-3 (28 Dzulqaidah 1430 H/16 Nopember 2009)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Yuk, Jadi Entrepreneur!


D alam sebuah acara reality show di salah satu tv swasta di negeri ini, ditayangkan kisah hidup
‘orang-orang kecil’ yang nun jauh di desa. Nyaris jauh dari sebuah peradaban yang katanya modern.
Lengkap ditampilkan dengan seluk beluk perjuangannya untuk bisa survive dalam hidup. Apa
pekerjaannya? Bertani, bikin perkakas rumah tangga atau kerajinan tangan, atau malah jadi buruh kasar,
sampai kerja serabutan sedapetnya. Dengan penghasilan yang nggak seberapa.
Kebetulan, tokoh yang dipilih udah sepuh alias nenek-kakek atau ibu-bapak paruh baya yang tinggal di
sebuah tempat nggak layak huni.. Presenter acara ini dipilih bergantian dari anak-anak muda yang
profesinya beragam: mulai mahasiswa, model, anak band, dj, sampai pengusaha. Dalam acara ini mereka
kudu ikut ‘magang’ ngelakuin aktivitas si tokoh cerita sehari-hari selama beberapa waktu.
Bagi pemirsa yang termasuk tipe orang dengan kepribadian melankolis yang sensitif terhadap apa yang
dia lihat, mungkin pada saat nonton acara ini bisa terbawa emosi dan tak terasa air matanya menitik
perlahan menganak sungai (lebay banget nggak sih?). Coz, suasananya emang sengaja di-setting mengharu-
biru, Man. Saking seringnya saya lihat adegan yang mirip tiap episodenya (hayo, ketauan sering nonton!).
Kadang saya berpikir, kok kehidupan saudara-saudara kita yang kurang beruntung ini kesannya malah
dieksploitasi buat kepentingan tertentu dari sudut pandang pengusaha media.
Ya, meski di akhir acara yang berdurasi setengah jam ini ada ending yang bikin mata penonton makin
berair dan dada sesak penuh haru, atau minimal berkaca-kaca, tetep aja buat saya jadi malah tambah
kasian plus geram segeram-geramnya. Kasian buat yang nonton, air matanya sia-sia dikeluarin, soalnya
cuma bisa nonton, bukannya action. Terus geram sama pemerintah yang tega sampai sekarang ngebiarin
mereka hidup di bawah garis kemiskinan. Arrrggghhhh!! Dasar kapitalis!
Sobat muda muslim, ngerasa nggak sih kalo jaman sekarang remaja tuh makin nggak mandiri? Jangan-
jangan termasuk kamu yang lagi baca ini? (Heuheu, sory, piss). Kalo mau dibandingin, kontras banget kan?
Ambil contoh tayangin tadi. Antara si tokoh dengan si presenter, kesehariannya aja beda. Yang keseleksi
jadi host kalo pas kebetulan mahasiswa, umumnya termasuk orang-orang yang hidup di zona nyaman
(trapped in comfort zone). Biasa hidup enak. Segalanya tinggal minta. Pokoknya hampir nggak ada yang
nggak terkabul. Berbeda halnya dengan sang tokoh, yang segala sesuatunya kudu bahkan wajib untuk
dimulai dengan perjuangan dan tak jarang dengan pengorbanan. Paling nggak ada satu nilai yang pengen
disampein dalam acara tersebut, kemandirian sang tokoh yang layak ditiru sama pemirsa di tanah air,
terutama generasi mudanya. Ayo, kamu boleh tepuk tangan... plok...plok...plok!

No Money, No-Dong?
Apa jadinya negeri kita di masa depan kalo yang mudanya aja males mikir dan males usaha? Ditambah
sama budaya gengsinya yang kelewat abis. Menurut Afifah Afra, seorang penulis buku-buku remaja,
menuliskan bahwa sebagian besar remaja Indonesia masih menggantungkan hidupnya kepada orang tua,
alias tidak mandiri secara finansial, alias miskin. Buat beli pulsa HP aja dikasih dari mamanya. Punya motor
atau mobil keren perlu bensin. Untuk beli bensinya? Ya, ‘nodong’ sama papanya. Belum urusan makan dan
traktir teman saat ultah. Kadang, bukan uang hasil usaha sendiri kan? Nah, ketahuan banget deh betapa
nggak mandirinya remaja Indonesia secara umum.
Bro ens Sis, rasanya jadi barang langka tipe remaja yang mau berwirausaha supaya mandiri. Dulu,
jaman saya sekolah sampai kuliah, banyak temen saya (termasuk saya sendiri) sambil sekolah bawa barang
jualan. Itu pas SMA, lho. Lumayan kan, buat tambah-tambah beli buku sama jajan. Nggak ada malu, apalagi
gengsi. Tapi sekarang? Wah, diacungin empat jempol kalo masih ada yang begitu. Kalo pun ada, jarang
banget. Bisa diitung sama jari. Rupanya, yang jadi cardo questionis (inti persoalan, -latin) itu mental remaja

| www.gaulislam.com | 11
kita yang masih senang ‘disuapi’. Saya nggak ngerti, alasan ogah wirausaha alias mandiri itu apa karena
belum berani atau nggak mau capek sama sekali. Tanya kenapa?

Jangan kalah sama Bill Gates!


Bill Gates adalah pendiri dan pemilik perusahaan Microsoft (bersama Paul Allen). Pernah beberapa kali
tercatat sebagai orang paling kaya di dunia versi Majalah Forbes. Berapa kekayaan Bill Gates? Bos
Microsoft ini pernah memiliki harta yang jumlahnya mencapai US 46,5 triliun dolar! Di bawah kendali Gates,
Microsoft tumbuh sebagai raksasa software dunia. Mempekerjakan tak kurang dari 55.000 karyawan di 85
negara. Tahun 2004, Microsoft mampu menuai pendapatan hampir US 37 miliar dolar.
Bro, apa kamu nggak ngiler baca kisah hidupnya Bill Gates? Awas aja kalo kamu nyletuk, ”ah saya mah
nggak ngiler sama yang begituan. Saya ngiler kalo pas tidur miring”. Pletak!
Sobat muda muslim, kita yang muslim harusnya malu sama doi yang nonmuslim. Sekaligus ngerasa
tertantang untuk bisa nandingin. Kita ini umat terbaik, lho. Coba deh baca Surat Ali Imran ayat 110 di al-
Quran. Jelas banget kan?
BTW, di negeri kita juga nggak kekurangan sama profil young entrepreneur alias pengusaha muda yang
nggak kalah kerennya. Ada Aa Gym yang udah nggak asing lagi buat kita. Atau sebut aja Elang Gumilang,
sang kontraktor dan pengusaha property (perumahan) yang sukses meski umurnya baru 24 tahun. Karir
bisnis doi yang lulusan IPB dan lagi S2 di UI ini dimulai dari SMA. Dari mulai jualan donat keliling, jualan
sepatu, bisnis ayam potong, lampu, minyak goreng, les bahasa Inggris, sempat jadi sales marketing bisnis
property, sampai akhirnya ia jadi pengusaha property betulan. Bahkan doi juga sekarang udah mampu bikinin
rumah sehat sederhana (RSS) yang diperuntukkan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang
harganya terjangkau. Wuih, keren!
Ada lagi Hendy “Baba Rafi” Setiono, ‘arsitek’ Kebab Turki dari Surabaya yang baru berusia 25 tahun.
Dua tahun yang lalu, untuk kedua kalinya Hendy meraih penghargaan dari Business Week, setelah setahun
sebelumnya juga tercatat sebagai salah satu Asia’s Young Entrepreneurs. Di usianya yang masih sangat
muda, ia berhasil membangun dan mengembangkan bisnis franchise Kebab Turki “Baba Rafi” dengan cepat.
Hanya dalam jangka waktu 4 tahun, ia berhasil memiliki lebih 140 cabang yang tersebar di 30 kota besar di
Indonesia. Hebat nggak tuh?
Kedua anak muda ini layak dijadiin contoh teladan sekaligus cambukan buat kita. Mereka aja bisa
mandiri, nggak ngandelin terus ortu. Bahkan udah bisa ‘balik jasa’ sama ortu. Kebayang kan di masa muda
mereka udah senang? Kalo dalam bahasa latinnya udah felix meritis alias merasa bahagia karena punya
penghasilan. Masa’ kita nggak bisa? So, how do you do, Guyz?

Islam dan wirausaha


Empat belas abad yang lalu, Allah Swt. telah memerintahkan umat Islam untuk giat mencari nafkah.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami
hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia (rizqi) dari
Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah
Kami terangkan dengan jelas.” (QS al-Israa’ [17]: 12)
Dari ayat ini gamblang banget kita bisa nyimpulin kalo nyari rezeki atau nafkah itu ternyata kewajiban.
Salah satunya dengan berwirausaha secara mandiri. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berusaha.
Apalagi yang ngerasa cowok yang bakal jadi the backbone-nya keluarga. Artinya, udah kudu latihan
ngebiasain diri neh dari sekarang. Biar entar pas waktunya tiba, udah terbiasa nyari nafkah. Rugi kalo
sampe nggak dilakuin. Kagak dapet nilai ibadah. Bekerja kan aplikasi dari berdoa. Kalo kata orang latin,
laborare est orare, bekerja=berdo’a (hehe.. sori nih pake istilah latin melulu, soalnya nih tampang mirip
Antonio Banderas jiahahah... ngibul deh gue!). Tapi tentu, kalo masih sekolah, jangan sampai ‘usahamu’
ngeganggu waktu belajar.
Emang sih, nggak semua orang diwajibkan jadi pengusaha. Tapi yang terpenting adalah mencari nafkah
yang halal, yang digunakan untuk kepentingan yang halal juga. Dahulu, para Nabiyullah selain giat berdakwah
mereka juga berbisnis. Misalnya Nabi Adam as. yang merupakan petani pertama di muka bumi. Nabi Idris as
juga seorang desainer pakaian. Nabi Daud as, adalah perajin daun kurma untuk dijadikan keranjang. Nabi
Zakaria as, seorang perajin kayu. Sementara nabi kita Muhammad saw. di masa mudanya terkenal sebagai
pedagang yang jujur dengan istri pertamanya yang seorang bussines woman. Kalo di kalangan sahabat, kita
pasti sudah familiar dengan sosok Abu Bakar ash-Shiddiq, Utsman bin ‘Affan, juga Abdurrahman bin ‘Auf
yang sudah terkenal sebagai pengusaha yang dermawan.

| www.gaulislam.com | 12
Berkaitan dengan keutamaan mencari rezeki dengan mandiri ini, Beliau saw. bersabda (yang
artinya):“Tiada seorang yang makan makanan yang lebih baik, dari pada seorang yang makan dari hasil amal
usaha tangannya sendiri.” (HR Ahmad, Bukhari)
Dalam hadis lain, ”Siapa saja yang pada sore harinya merasa lelah dari amal usaha yang dilakukan
dengan kedua tangannya sendiri, maka ia pada sore itu telah diampuni dosanya.” (HR Thabrani)
Sobat muda muslim, perlu diingat bahwa Islam nggak pernah mengharamkan umatnya jadi kaya.
Justru sebaliknya, mendorong agar umatnya kaya raya. Supaya bisa menolong orang yang membutuhkan.
Jadi kalo ada yang mengharamkan harta dunia, itu sebenarnya akibat pengaruh filsafat dan agama di luar
Islam. Kayak ajaran Cynis-nya Antithenes di Yunani yang mengajarkan bahwa kesenangan adalah kekejian,
dan semua kebanggaan adalah tercela, termasuk kebanggaan dalam penampilan dan kebersihan. Pun dalam
Hindu serta beberapa sekte Kristen yang menganggap kekayaan bisa menjauhkan diri dari Tuhan. Hmm..
sudah siap jadi kaya dan dermawan?

Berani mencoba, Bro!


Kata Cicero, Sang Pujangga Latin, aegroto dum anima est, spes est (selama hayat masih di kandung
badan, masih ada harapan). Baca deh al-Quran surat ar-Ra’d ayat 11 (yang intinya Allah Swt. nggak
bakalan ngubah kondisi suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang berusaha mengubahnya). Jadi, buat kamu-
kamu yang baru tercerahkan, terus siap fight untuk jadi a new becommer di blantika wirausaha, ayo
semangat! Yakinlah kalo Allah pasti akan memudahkan jalan bagi orang yang sungguh-sungguh.
Maka, tips buat mandiri dimulai dari niat, tentu kudu ikhlas karena Allah. Ya, innamal a’maalu bin
niyyaat, usaha itu tergantung niat. Niatkan segala usahamu ini dalam rangka ibadah dan taqarrub kepada
Allah. Terus tawakal. Kata Syaikh Ibn ‘Athaillah as-Sakandari, dalam Kitab al-Hikam, “min ‘alaamatin nujhi
fin nahaayaatir rujuu’u ilaallahi fil bidaayaati” (di antara tanda keberhasilan pada akhir perjuangan adalah
berserah diri kepada Allah sejak permulaan). Udah gitu kudu ditentuin dulu tujuan dan jenis usaha yang mau
dilakonin. Di samping nyiapin modal, baik finance maupun relationship, gali dan asah juga kemampuan
berbisnis kita.
Pokoknya jangan menyerah sebelum tetes darah penghabisan. Vergilius yang sekampung sama Cicero
bilang, audaes (audentes) fortuna juval (siapa yang memberanikan diri mencoba-coba melakukan sesuatu,
dialah yang akan memperoleh kemenangan), yang kalo kata orang Arab man jadda wa jada (siapa yang
sungguh-sungguh, pasti berhasil). Tumbuhkan motivasi dalam diri bahwa kamu bisa menjadi apa yang kamu
impikan. Jadi nggak sebatas kalimat ‘jika aku menjadi’, tapi ‘aku telah menjadi’. Boleh juga tuh kalo kamu
mau nerapin semangat Bushido (satria Jepang) dalam ngerintis usaha ini, biarpun jatu-bangun. Inget juga
kan pesan Baginda Rasul saw., “khoirunnaas anfa’uhum linnaas”, sebaik-baik manusia adalah yang paling
banyak manfaatnya buat orang lain” (HR Muslim)
Itu sebabnya, bermanfaatlah untuk orang lain yang membutuhkan. Menjadi dermawan yang kuat
imannya, rajin ibadah dan siap membiayai perjuangan penegakkan kembali Khilafah Islam.
Kamu tinggal memilih jenis usaha yang sesuai seleramu. Bisa bisnis waralaba/franchise, usaha jasa
pengetikan/penerjemahan, penelitian (riset), penyewaan komputer, kedai makanan, catering, parcel dan
karangan bunga, kursus/les pelajaran dan keterampilan, warung kelontong, bengkel, handycraft, servis
elektronik, fitness dan gym centre khusus muslim, salon muslimah, desain multimedia dan web, dan masih
banyak lagi. Insya Aallah, semuanya pasti menjanjikan selama dikelola dengan baik. Kesimpulannya, jangan
tunda untuk telusuri potensi diri sekarang. Jangan ragu mencari informasi yang terkait. Jangan takut
untuk memulai. Jangan lupakan dukungan orang-orang di sekitar kita, dan jangan malas untuk terus belajar.
Ok?
Bro en Sis, negeri kita ini kaya akan potensi SDA-nya, lho. Alhasil, jangan sampai kita seperti tikus
yang mati di lumbung padi, yang bahasa latinnya magnas inter opes inops (miskin di tengah-tengah
kekayaan yang berlimpah). Salam Mumtaz! [anto apriyanto, the spirit of soul |
antoputri_1924@yahoo.com]

| www.gaulislam.com | 13
gaulislam edisi 109/tahun ke-3 (6 Dzulhijjah 1430 H/23 Nopember 2009)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

2012
ngka 2012, akhir-akhir ini sering banget kita denger. Entah itu dari TV, radio atau pun dari berbagai

A media massa lainnya. Nggak tahu kenapa angka 2012 tiba-tiba jadi sangat terkenal. Berbagai artikel
yang menjelaskan mengenai fenomena 2012 sudah banyak dibuat, ditambah pula dengan film
mengenai 2012 dan MUI pun ikutan meramaikan dengan mengeluarkan himbauan mengenai 2012. Terus
sebenarnya apaan sih 2012? Kok heboh banget ya? Emang apa bedanya 2012 dengan angka-angka lain?
Yuk kita simak terus artikel ini.
Visualisasi singkat dari 2012 memang sudah sangat dikenal, karena thriller film 2012 sudah bisa
diperoleh jauh-jauh hari sebelum filmnya sendiri di-release sama Bang Sony, eh maksudnya Sony
Entertainment. Dalam thriller tersebut, digambarkan para biksu yang ada di pegunungan Himalaya, berlari
bergegas, seperti abis lihat setan atau mungkin lebih mirip kayak orang udah kebelet banget (huehuehue…).
Kemudian di antara mereka ada yang buru-buru membunyikan lonceng gede. Entah apa maksudnya. Tapi
kemudian dari arah pegunungan Himalaya yang dibalut es abadi, eh keluar air kayak tsunami yang cukup
tinggi dan membenamkan gunung tersebut.
Dari cuplikan film tersebut sudah kelihatan kira-kira apa pesan yang akan disampaikan dalam film 2012
tersebut. Ya, paling tidak bisa kita rasakan dari thriller film tersebut adanya sebuah bencana/kengerian
yang sangat pada 2012. Sebenarnya fenomena mengenai 2012 dimulai dari mana sih? Sampai-sampai
filmnya pun dibikin dan semua kehebohan mengenai 2012 ini dimulai, ayo simak terus.

Fenomena 2012
Fenomena 2012 sebenarnya sudah lama dikenal dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Namun
demikian semua informasi mengenai 2012 selalu berdasarkan landasan yang tidak kuat secara scientific.
Entah kenapa kemudian orang menggabungkan berbagai informasi tersebut sehingga kelihatan fenomena
2012 menjadi sesuatu yang sangat logis.
Kehebohan 2012 dimulai dari penemuan kembali para ahli arkeolog mengenai sistem penanggalan kuno
suku Maya. Terutama mengenai berakhirnya siklus besar penanggalan kuno suku Maya pada tahun 2012.
Suku Maya kuno menggunakan sistem penanggalan yang berlanjut terus (linear) dari awal dia mulai, jadi
tidak seperti siklus penanggalan yang digunakan sekarang (berakhir setiap 52 minggu).
Dalam sistem penanggalan suku Maya, 20 hari disebut sebagai 1 unial. 18 unial = 1 tun (360 hari).
20 tun = 1 K'atun. 20 K'atun (144.000 hari) = 1 B'aktun. Jadi kalo ditulis sebagai 8.3.2.10.15 artinya: 8
B'aktun, 3 K'atun, 2 tun, 10 uinal dan 15 hari sejak penanggalan dimulai. Nah, 2012 muncul dari
interpretasi mengenai berakhirnya siklus besar (B'aktun) ke 13 atau 13.0.0.0.0 pada penanggalan suku
maya atau bertepatan dengan 21 Desember 2012 dalam sistem penanggalan Barat. Setiap berakhirnya
siklus B’aktun ke 13 ini penanggalan akan berulang kembali dari awal.
Namun demikian 13 B’aktun ini bukan satu-satunya pendapat yang kuat, karena ada pendapat yang
menyatakan siklus besar akan berakhir setelah siklus 20 B’aktun. Hal ini bisa kita lihat dengan mudah
inkonsistensi sistem penanggalan yang berdasarkan 13 B'aktun tersebut. Why? Karena dari semua siklus
penanggalan maya dari yang paling kecil hingga K'atun akan berakhir setiap 20 putaran. Tapi entah kenapa
pada B'aktun kemudian berakhir pada siklus ke 13. Sangat aneh. Sebuah monumen yang didirikan untuk
mengenang salah satu raja suku Maya (Pakal) menunjukan bahwa pergantian tahun/siklus penanggalan suku
Maya ini terjadi setelah 4000 tahun kemudian (mengikuti siklus 20 B'aktun). Ini menunjukkan bahwa suku
Maya sendiri tidak semuanya percaya bahwa dunia akan berakhir pada 13.0.0.0.0.
Setelah ramalan bangsa Maya mengenai akhir dunia sebagian merupakan interpretasi para arkeolog
Barat. Bagi suku Maya sendiri mereka tidak terlalu peduli dengan 2012. Karena bagi mereka 2012
bukanlah akhir dunia. Tapi lebih merupakan sebuah tanda akan terjadinya perubahan besar-besaran di dunia
ini. Interpretasi mengenai perubahan besar ini tentunya bisa sangat luas. Mulai dari bencana besar yang

| www.gaulislam.com | 14
akan terjadi hingga perubahan sistem tatanan kehidupan secara mendasar. Kalo nggak percaya, dateng aja
ke daerah pegunungan Guatemala (daerah dimana suku Maya masih ada). Terus tanyain deh ama orang
situ. Emang dunia bakal kiamat pada 2012? Jawabannya pasti "Eh, kate siape?". Lho kok logatnya Netawi
ya? Yo wis, pokoknya gitu deh. Soalnya gue nggak tahu logat Guatemala kayak apa. Jiahahah…
Bro en Sis, pendapat yang paling kuat dengan dasar data yang bisa dipercaya menunjukkan bahwa
pada 2012 akan terjadinya badai matahari. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Bambang S Tedjasukmana
dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Bahwa fenomena yang akan muncul pada
sekitar tahun 2011-2012 adalah badai matahari. Prediksi ini berdasar pada pemantauan pusat pemantau
cuaca antariksa di berbagai negara maju yang sudah dilakukan sejak tahun 1960-an. Di Indonesia sendiri
oleh LAPAN telah dilakukan sejak tahun 1975.
Masih menurut ahli lain dari LAPAN, bahwa badai matahari akan terjadi ketika adanya flare dan Corona
Mass Ejection (CME). Apa itu Flare? Flare adalah ledakan besar di atmosfer matahari yang dahsyatnya
menyamai 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Padahal bom atom yang dijatuhkan Paul Tibbets, pilot
pesawat Amerika Serikat, B-29 Enola Gay, Agustus 1945, telah merenggut sekitar 80.000 jiwa manusia.
Berarti kalau dikalikan 66 juta lagi, hitung sendiri dah, kebanyakan nolnya nih. Sedang CME adalah sejenis
ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan tinggi yakni sekitar 400 km/detik.
Hmm.. kenceng banget ya, jadi inget salah satu iklan, yang kira-kira bunyinya: wuz wuz wuz bablas kabeh.
Gangguan cuaca matahari ini dapat mempengaruhi kondisi muatan antariksa hingga mempengaruhi
magnet bumi. Selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit
navigasi global positioning system (GPS), dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan
gelombang frekuensi tinggi (HF). Selain itu dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia.
Misalnya karena magnet bumi terganggu, maka alat pacu jantung juga akan terganggu, HP akan error, dan
sms bakal ‘kiamat’ betul.
Fenomena 2012 masih ditambah dengan berbagai bumbu untuk memperkuat dan menjadikannya
kelihatan logis dan meyakinkan, berbagai bumbu yang ditambahkan dalam fenomena 2012 antara lain bahwa
terjadinya perubahan/pembalikan medan geomagnetic bumi, tubrukan bumi dengan planet x atau dikenal
juga dengan planet Nibiru, perubahan posisi planet-planet sehingga kemudian sejajar pada satu garis. Juga
adanya pergerakan black hole ke pusat galaksi bima sakti, meletusnya kembali yellow stone dalam siklus
setiap 600.000 tahunan yang artinya akan terjadi lagi dalam waktu dekat. Wah, bener nggak sih? Sori ye,
kita jadi bahas sedikit iptek neh. Nggak apa-apa kan? Sekalin nambah wawasan gitu lho? Masa’ nasi melulu
yang nambah (hehehe..).

Bantahan para ilmuwan mengenai Fenomena 2012


Kalo kita meninjau ulang mengenai berbagai fakta yang disodorkan untuk memperkuat fenomena 2012,
seperti pembalikan medan magnet bumi, yang konon di tandai dengan retaknya medan magnet bumi
sepanjang 160.000 km di angkasa sebagai South Atlantic Anomaly (SAA). Sementara fakta yang ada, SAA
ini merupakan area dimana posisi sabuk radiasi van-Allen paling dekat dengan permukaan bumi dan terjadi
akibat perbedaan viskositas alias kekentalan or daya ‘rekat’ antara batuan kerak bumi dan lapisan selubung
dengan inti bumi. Perbedaan viskositas membawa pada perbedaan kecepatan rotasi, yang (meski kecil
sekali), memiliki beberapa efek, ya salah satunya munculnya SAA ini.
Sementara soal Yellowstone caldera yang dikatakan akan meletus dahsyat kembali (dengan
memuntahkan tephra sedikitnya 2 juta km3, jika merujuk letusan terdahulu) guna mengikuti siklus letusan
600.000 tahun sekali, jika kita cek ke USGS (yang langsung memonitor kaldera ini), ternyata Yellowstone
memiliki periode letusan rata-rata 640.000 tahun. Jika kita “saklek” dengan angka ini, masih ada selang
waktu 40.000 tahun bagi Yellowstone untuk meletus. Meski, dalam vulkanologi, yang namanya periode
letusan rata-rata itu hanyalah menjadi patokan. Bukan untuk keperluan prediksi apalagi peramalan. Sebut
saja misalnya dengan Gunung Merapi di Jateng-DIY. Dalam perspektif vulkanologi, gunung ini seharusnya
sudah meletus kembali karena periode letusannya 2-3 tahun (dengan letusan terakhir Juni 2006 silam).
Namun sampai kini nggak ada aktivitas yang menunjukkan perkembangan ke sana.
Di Yellowstone, memang pada Januari lalu terekam adanya seismic swarm, alias rangkaian gempa
vulkanik yang menjadi tanda migrasi magma. Namun selang waktu seismic swarm ini sangat pendek (hanya
2 minggu). Sehingga tak bisa diterjemahkan sebagai adanya pasokan magma secara terus menerus yang
sedang menembus kulit bumi menuju ke permukaan kaldera. USGS menyebut seismic swarm berdurasi
pendek ini biasa terjadi di Yellowstone caldera, demikian pula di kaldera-kaldera lain yang ada di dunia baik
mulai dari Toba (yang ini juga rutin direkam BMKG), Krakatau maupun yang paling muda seperti Pinatubo.
Sementara soal planet Nibiru, alias planet X, ternyata cuma mitos lama dari era Babilonia yang tak
pernah bisa dibuktikan. Jika ada planet bernama Nibiru yang ukurannya hampir menyamai Saturnus itu,
maka tentunya planet ini sudah nongol dalam pelat-pelat fotografis seabad silam ketika Clyde Tombaough

| www.gaulislam.com | 15
melakukan systematic search untuk menemukan Pluto. Apalagi dengan teknologi terkini dimana planet tidak
hanya diobservasi dengan spektrum cahaya tampak semata, namun juga dengan inframerah, ultraviolet dan
gelombang radio. Ketika teknologi astronomi masa kini bahkan demikian powerfull untuk menemukan
sejumlah planet baru yang mengorbit di bintang tetangga alias ekstrasolar planets, maka sulit diterima jika
ada benda langit asing sebesar Saturnus yang masih bersembunyi dalam region tata surya kita, dalam
rentang jarak dari orbit Pluto hingga kawasan awan komet Oort.
Oya, tentang tumbukan benda langit, memang tata surya kita sedang melintasi bidang galaksi Bima
Sakti dan itu akan menyebabkan perturbasi gravitasi dari bintang tetangga kita menjadi maksimal.
Persoalannya, kapan perturbasi itu mampu menghentakkan jutaan benda langit mini di awan komet Oort
dan sabuk asteroid Kuiper hingga berubah menjadi komet-komet yang menghujani tata surya bagian dalam,
saat ini belum bisa dikuantifikasi. Kita hanya tahu itu akan terjadi, tapi kapan? Belum diketahui.

Kenapa kok dibikin film 2012?


Pertanyaan ini sering kali muncul dari berbagai diskusi mengenai 2012. Berbagai jawaban mulai dari
yang menggunakan teori konspirasi hingga jawaban untuk meraup keuntungan pun segera muncul. Apa pun
maksud dari pembuatan film tersebut, yang jelas pasti ada pihak yang diuntungkan dengan fenomena 2012
ini. Misal kita asumsikan kiamat bakal terjadi 2012, segitu pun masih ada orang yang berusaha mencari
keuntungan dengan ngebikin filmnya. Dari sini tidak berlebihan sekiranya kita sebut manusia sebagai mahluk
yang serakah, walaupun tidak semuanya.
Apa sih nikmatnya atau senengnya berhasil membuat film mengenai kiamat? Pertanyaan yang sama
juga dilontarkan pada tipe film lainnya yang sejenis. Terutama film mistis dan horor yang sangat digemari di
Indonesia. Emang seneng kali ya kalo bikin penontonnya panik? Suka cita kalo bikin penontonnya gelisah?
Atau bangga kalo kemudian filmnya menginspirasi orang untuk bunuh diri karena tidak mampu menerima
dunia indah yang dia cintai selama ini akan hancur?
Masih banyak segudang pertanyaan lainnya yang nggak mungkin cukup dituliskan di sini, yang jelas
apapun motifnya, gue pribadi nggak nemuin adanya alasan yang baik dalam pembuatan film ini. Sebagian
pasti akan berkata, untuk memperingatkan manusia supaya siap menghadapi bencana. Yee.. sudah jelas itu
mah. Kalo peringatan seharusnya dilakukan setiap saat dan dengan cara yang sistematis bukan dengan
cara bikin film. Sebab, bencana juga bisa terjadi kapan saja kan? Nggak bisa diprediksi.
Selain itu ramalan kiamat dengan berbagai dasar acuan logis yang ditampilkan dalam film 2012,
sebenarnya telah mengacak-acak otoritas NASA sebagai salah satu badan pemerintah di Amrik sono juga
LAPAN di sini, yang seharusnya dan sudah sepatutnya memiliki kewenangan dan otoritas untuk melakukan
pengumumam dan pemberian informasi yang proposional kepada publik, mengenai fenomena 2012 ini. Dana
besar yang dikeluarkan produser film 2012 yang mencapai 200 juta USD, tentunya akan diupayakan agar
dana tersebut bisa balik modal. Kampanye film 2012 yang didukung dengan search engine google, dengan
telak telah mengalahkan kampanye kecil-kecilan yang dilakukan NASA dan LAPAN untuk masalah fenomena
2012.

Sikap kita sebagai muslim


Film 2012 dibuat dengan tujuan tertentu, yang pasti untuk meraup keuntungan dari kecemasan dan
kepanikan publik dalam menyikapi fenomena 2012. Sebagai seorang muslim kita sudah paham bahwa hanya
Allah Swt Yang Mahatahu. Firman Allah Ta’ala (yang artinya): “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang
ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.” (QS Jin [72]: 26)
Juga dalam ayat lainnya (yang artinya): “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah
terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak
seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya
bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-
tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui." (QS al-A’raaf [7]: 187)
Kita hanya tahu lewat tanda-tanda akan datangnya hari Kiamat itu. Bila tanda-tanda sudah ada, maka
hari yang dimaksud memang sudah dekat. Apa tanda-tandanya? Wah, itu kudu ada pembahasan khusus.
Kamu bisa baca via artikel atau buku lain aja ya. Yang jelas, soal waktu tepatnya kapan kiamat itu terjadi,
kembali ke konsep dasar, ummat Islam tidak ada yang boleh menyebut waktu, baik hari, tanggal, bulan
maupun tahun. Sebab "Innamaa ‘ilmuhaa ‘inda Allah, (yang tahu soal kiamat itu hanya Allah). So, kita hati-
hati saja. Dan, kehati-hatian ini harusnya dilakukan setiap hari, nggak perlu menunggu pada tanggal dan
tahun tertentu. Sebabnya, kiamat bisa terjadi kapan saja. Terutama kiamat sughro (kiamat kecil), yakni
kematian. Semoga bermanfaat ya. Semangat! [aribowo: aribowo@gaulislam.com]

| www.gaulislam.com | 16
gaulislam edisi 110/tahun ke-3 (13 Dzulhijjah 1430 H/30 Nopember 2009)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Remaja Juga Bisa Berkorban


D i senin pagi ini, tanggal 30 Nopember 2009 atau bertepatan dengan 13 Dzulhijjah 1430 H, kita
masih merasakan suasana Idul Adha, kurban, dan tentunya hari Tasyrik. Apa itu hari Tasyrik?
Singkatnya gini deh, hari Tasyrik itu adalah tanggal 11-13 Dzulhijjah. Pada hari-hari tersebut kaum
muslimin mengagungkan Allah Swt., senantisa mengingat asmaNya seraya menghayatiNya sehingga
mampu mempertajam rasa takwa kepadaNya. Soalnya pada jaman pra Islam, orang-orang yang telah
selesai menjalankan ibadah haji, berkumpul di pasar ‘Ukaz dan di pasar-pasar lain. Di sana mereka saling
menyombongkan kebesaran dan kehebatan orang tua dan nenek moyang mereka. Nah, tradisi or adat
istiadat itu nggak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Selain itu, pada hari Tasyrik ini juga disembelih hewan-hewan kurban semata sebagai wujud ketaatan
dan sekaligus mengagungkan Allah Swt. Di hari Tasyrik pula para jamaah haji melakukan ritual melempar
jumrah. Oya, karena hari Tasyrik berkaitan dengan hari raya Idul Adha, maka kaum muslimin diharamkan
berpuasa. Ok? Sekarang kamu paham deh ya. Sip lah. Gitu dong, remaja cerdas ya ngerti syariat. Gejlig!
Bro en Sis, karena biasanya juga kalo hari raya Idul Adha identik dengan pelaksanaan ibadah kurban,
maka jangan heran jika pada tanggal 10-13 Duzlhijjah para tukang sate siap-siap aja omzetnya turun.
Hehehe.. karena pada empat hari itu ngedadak banyak tukang sate jadi-jadian. Maklumlah, sebagian daging
kurban yang dibagikan umumnya disate sama yang nerima jatah. Apalagi daging kambing, enak untuk disate
dan perlu. Jihahah… (tapi ati-ati bagi pengidap darah tinggi dan asam urat, lho. Hehehe..)
Tapi, tentu saja Idul Adha bukan cuma diingat dengan banyaknya sembelihan hewan kurban. Tetapi
yang terpenting adalah pelajaran dari sikap berkorban yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim as. Beliau
senantiasa memegang kebenaran dan hanya taat kepada Allah Swt. dan rela berkorban demi ketaatannya
itu. Sebagaimana firman Allah Swt. (yang artinya): “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang
dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang
yang mempersekutukan (Tuhan)” (QS an-Nahl [16]: 120)
Dalam ayat lain, Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan
umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan
(keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah
yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.” (QS al-Mumtahanah [60]: 6)
Subhanallah, hebat nian pribadi Nabi Ibrahim as. Kita bisa mencontoh beliau dalam pengorbanan demi
ketaatannya kepada Allah Swt. Masih ingat kan kisahnya tentang perintah Allah Swt. untuk menyembelih
anaknya sendiri, yakni Nabi Ismail as sewaktu masih kecil? Masih ingat juga kan kisah beliau yang
meninggalkan istrinya, Hajar dan anaknya, Ismail? Kalo bukan karena perintah Allah Swt., Nabi Ibrahim tidak
akan melakukannya. Hebat pengorbanan dan ketaatan beliau kepada Allah Swt.
Kita bagaimana? Ah, nggak tahu deh, kayaknya pengorbanan kita belum banyak. Kualitasnya pun belum
sebanding dengan apa yang dilakukan Nabi Ibrahim as, dan juga para rasul lainnya. Pengorbanan kita juga
belum seberapa jika dibandingkan dengan pengorbanan nabi kita, Muhammad saw. Kita bisa ngukur diri
sendiri deh. Duh, jadi malu banget.

Belajar berkorban
Bro en Sis, manfaat belajar itu banyak lho. Kalo kita belajar, maka ada tiga aspek yang sekaligus bisa
kita raih jika belajarnya bener. Pertama, dapetin aspek kognitif alias ilmu pengetahuan. Tadinya tidak tahu
jadi tahu. Iya dong, kadang semalas-malasnya kita belajar, tetap akan dapetin ilmu pengetahuan. Sekecil
apapun itu. Tentu aja kalo serius belajarnya jadi makin banyak ilmu yang didapat. Kedua, dapetin aspek
afektif alias perasaan atau emosional. Bener lho, tadinya kita nggak mau jadi mau. Kita nggak mau ngaji,
setelah belajar jadi mau ngaji. Atau sebaliknya, kita yang biasanya berani maksiat, setelah belajar jadi malu

| www.gaulislam.com | 17
berbuat maksiat. Ketiga, aspek psikomotorik alias keterampilan. Sebelum belajar nggak bisa apa-apa,
setelah belajar jadi bisa apa aja. Yup, tadinya nggak bisa, jadi bisa. Mau kan?
Jadi, berkorban pun perlu belajar. Supaya apa? Supaya tahu bagaimana caranya berkorban yang benar
dan baik. Nah, dalam hal ini kita bisa berkorban dengan ketaatan atau kepatuhan kepada Allah Swt. Rela
berkorban demi melaksanakan ajaran Islam. Sudi untuk mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta, atau
bahkan nyawa demi tegaknya syariat Islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kita kepada Allah Swt.
Dan, remaja juga bisa melakukannya, lho.
Pernah tahu kan beberapa sahabat nabi yang masih muda usia tapi ingin berjihad di jalan Allah Swt.?
Yes, kamu kenal Abdullah Ibnu Umar? Nah, beliau ini patut kamu contoh dalam hidup kamu. Di usianya yang
menginjak 13 tahun, sudah kebelet ingin ikut berjihad bersama Rasulullah saw. Beliau bersama sahabatnya
yang bernama al-Barra’ ngotot ingin berperang bersama pasukan Rasulullah saw. dalam perang Badar.
Namun oleh Rasulullah saw. ditolak karena masih kecil. Tahun berikutnya pada perang Uhud, beliau tetap
ditolak. Hanya al-Barra’ yang boleh ikut. Barulah keinginannya yang tak tertahankan itu terpenuhi pada saat
perang Ahzab, Rasulullah saw. memasukkannya ke dalam pasukan kaum muslimin yang akan memerangi
kaum musyrikin. Subhanallah, keren banget tuh! (Lihat Shahih Bukhari jilid VII, hlm. 226 dan 302).
Semangat seperti inilah yang saat ini sulit ditemukan dalam diri pemuda Islam seusia kamu. Kalau pun
ada, itu hanya sedikit saja yang memilikinya. Jangankan untuk berjihad, dalam menuntut ilmu saja,
kadangkala kamu udah bosan dan tak bersemangat. Sebaliknya, yang muncul justru semangat main-main
atau jadi seleb dadakan di ajang audisi yang tersebar banyak saat ini, sebagian lagi malah menyalurkan hobi
adu jotos. Eh, itu nggak semuanya sih, tapi kebanyakan! Sedih deh jadinya.
Ibnu Abbas ra. berkata: “Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia (dipilih) dari
kalangan pemuda saja (yakni antara 30 - 40 tahun). Begitu pula tidak ada seorang ‘alim pun yang diberi
ilmu, melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda saja. Kemudian Ibnu Abbas ra. membaca firman Allah Swt.
dalam surat al-Anbiya ayat 60: “Mereka berkata: ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-
berhala ini yang bernama Ibrahim. (Tafsir Ibnu Katsir III, hlm. 183)
Bro en Sis, emang idealnya seorang pemuda atau remaja kudu memiliki semangat yang hebat.
Sebabnya, salah satunya adalah fisik kamu yang masih kuat. Dalam sejarah, usia para pemuda Islam yang
pertama mendapatkan pembinaan di Daarul Arqaam rata-rata sekitar 20 tahunan. Yang paling muda adalah
Ali bin Abi Thalib, waktu itu usianya masih 8 tahun. Hampir sama dengan az-Zubair bin al-‘Awwam.
Kemudian dalam pembinaan Rasul itu masih ada Ja’far bin Abi Thalib yang saat itu usianya 18 tahun.
Usman bin ‘Affan, usia 20 tahun. Umar bin Khaththab sekitar 26 tahun dan Abu Bakar ash-Shidiq yang
pada saat itu sudah berusia 37 tahun. Masih banyak lagi para sahabat yang semuanya masih relatif muda
usia. Mereka bersemangat dalam mengikuti pembinaan Rasulullah saw. Sehingga akidah Islam yang
ditanamkan Muhammad saw. mampu mengubah pola pikir mereka tentang kehidupan. Keren!
Ya, kita bisa belajar untuk berkorban demi Islam. Remaja saat ini pasti bisa juga lho. Wong, jaman
baheula aja udah banyak remaja yang melakukannya. Kita saat ini bisa meneladani mereka dengan bulat dan
utuh. Islam, memang mengajarkan agar umatnya mau taat kepada Allah Swt. dan RasulNya. Tentu saja,
untuk taat perlu pengorbanan. Lihatlah sahabat nabi bernama Yasir dan Sumayah, yakni orang tua Amr bin
Yasir. Mereka rela berkorban nyawa demi membela keimanannya kepada Allah Swt. Bilal bin Rabbah ra, tak
gentar meski dijemur di terik matahari padang pasir dan tubuhnya ditindih batu besar. Ia rela
mempertahankan akidahnya dan keimanannya kepada Allah Swt. Subhanallah!

Redam nafsu, gelorakan pengorbanan


Hawa nafsu, kalo diturutin bisa berabe dan bikin kita sengsara. Memang sih, sebagai manusia kita
ingin hal yang enak-enak. Makan, misalnya. Kalo nggak inget temen atau saudara yang juga berhak
memakan makanan itu, pengennya dilahap sampai habis tak bersisa dan perut kenyang. Tapi, karena ingat
saudara atau teman, kita harus merelakan untuk berbagi, dan mengorbankan keinginan kita tersebut.
Hawa nafsu hampir selalu sukses menggoda manusia yang lemah iman. Menyeret mereka ke dalam
ruang maksiat karena tidak mendapatkan petunjuk dari Allah Swt. Benarlah firman Allah Ta’ala (yang
artinya): “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak
mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim.” (QS al-Qashash [28]: 50)
Dalam ayat lain, Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmuNya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang

| www.gaulislam.com | 18
akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran?” (QS al-Jaatsiyah [45]: 23)
Bro en Sis, dari dua ayat ini sebenarnya udah cukup ngasih penjelasan bahwa orang yang lebih
mementingkan hawa nafsunya bakalan rugi. Salah satunya ya karena tidak diberi petunjuk. Allah Swt.
dengan ilmuNya tahu bahwa orang tersebut tidak mau menerima kebenaran. Coba deh lihat, orang yang
udah terbiasa maksiat kok kayaknya susah banget jadi baik. Meskipun berulang kali disampaikan teguran
dan nasihat kepadanya. Itu karena bisa jadi dalam hatinya tak berniat untuk mencari kebenaran. Malah
sebaliknya, betah bermaksiat karena lebih mementingkan hawa nafsu.
Hawa nafsu, adalah bagian yang perlu dikelola dengan benar. Memang, kita harus menyadari juga
bahwa hawa nafsu nggak bisa dimatikan. Hawa nafsu hanya bisa diredam atau dikendalikan. Tentu saja,
diredam atau dikendalikan dengan ajaran Islam. Bukan yang lain. Why? Karena hanya Allah Swt. yang tahu
betul karakter manusia. Itu sebabnya, permintaan Allah Swt. kepada manusia agar manusia taat
kepadaNya, justru untuk keselamatan manusia itu sendiri. Untuk bisa meredam nafsu, tentu saja
diperlukan pengorbanan untuk meninggalkan hal-hal yang menurut hawa nafsu sangat enak dan nikmat jika
dilakukan.
Aktivitas belajar misalnya, bila ngikutin hawa nafsu, malasnya minta ampun. Tapi, orang yang bisa
mengalahkan hawa nafsu, belajar menjadi asik-asik saja, bahkan ketagihan. Ada contoh lain? Ada. Berzina.
Jika mengikuti hawa nafsu kayaknya enak benar. Tapi, hawa nafsu untuk menyalurkan birahi itu harus
diredam dan nanti disalurkannya di jalur yang halal, yakni melalui pernikahan. Untuk bisa menghindari malas
belajar dan menjauhi berzina, kita perlu berkorban banyak. Bisa waktu (gunakan waktu untuk ibadah, bukan
untuk mendekati zina), tenaga (gunakan tenaga untuk kegiatan kaya manfaat dan halal, bukan kegiatan yang
mendekati maksiat), pikiran (gunakan untuk belajar dan berpikir positif menurut syariat, jangan gunakan
untuk pikiran yang negatif), perasaan (salurkan perasaan untuk kebaikan, bukan keburukan), dan juga harta
(manfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., bukan untuk semakin menjauhkan dariNya). Ini
memang cukup berat. Tetapi kamu rela berkorban demi kebaikan kan ya? Kamu harus bisa! Biar keren, gitu
lho.
Yuk, kita mulai berkorban demi ketaatan kita kepada Allah Swt. Remaja pun bisa melakukannya kok.
Asal kamu mau aja. Terus, dilakukan dengan serius dan dilandasi dengan iman yang kuat. Bagaimana
memulainya? Belajar yang benar tentang Islam! Sebab, di sanalah kita akan menemukan banyak hikmah dan
ilmu pengetahuan serta pelajaran berharga memaknai kehidupan, ibadah, pengorbanan, dakwah, perjuangan
dan banyak lagi. Siap berkorban? Yes! [solihin: Twitter: @osolihin | http://osolihin.net]

| www.gaulislam.com | 19
gaulislam edisi 111/tahun ke-3 (20 Dzulhijjah 1430 H/7 Desember 2009)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Cewek Kok Nyablak?


N yablak? Apaan tuh? Itu loh, gaya bicara yang kasar dan cenderung nggak sopan. Nggak kenal tempat
dan waktu. Cenderung nyakitin hati orang yang mendengar. Hal sepele aja kadang dikomentarin
dengan pedas. Gimana ceritanya ya kalo praktisinya malah remaja, cewek pula! Apa kata dunia? Kan
katanya masa depan dunia ada di tangan kita. Tul kan?
Dulu nyablak tuh ada batasan tempat dan kalangan sih. Tapi belakangan ini malah ada di mana-mana.
Gampang banget kita temui cewek cablak. Terutama pas sang cewek cablak nemuin masalah yang kadang
sepele. Nggak harus kenal sih, ciri-cirinya mudah ditangkap radar kita kok. Misalnya pas macet di angkot
dia ngomong gini: ”Duh, sial bener nih macet, mana gerah lagi!” sambil pasang tampang jutek kayak tuan
puteri minta dikipasin sama dayang-dayangnya.
Padahal ucapannya itu bisa bikin orang lain nggak enak hati loh. Mau kenal atau nggak, serasa jadi
tersangka yang bikin dia susah. Syukur-syukur nggak didengar cewek cablak lain. Coba kalo ketemu, bisa
dibales dengan kata-kata kasar juga. Misalnya: ”Eh, emang elo aja yang gerah, gue juga panas tau, ngga
usah berisik gitu deh!” Nah, kalo udah gitu, bisa ditebak kan ujungnya? Jadi inget video brutal Geng Nero
yang pernah beredar beberapa waktu lalu itu ya. Wkwkwwk...
Masih banyak lagi tempat-tempat umum yang jadi tempat nyablak. Di kantin sekolah, di mal, antrian di
bioskop, malah ada yang dengan nyamannya pake gaya nyablak pas jam belajar di kelas. (which is... lawan
bicaranya adalah bapak-ibu gurunya sendiri) gubrag! Nggak anggun banget cewek cablak itu…
Ditilik lebih jauh lagi, kecablakan cewek jaman sekarang nggak kenal waktu juga. Pagi, siang, sore,
malam, oke aja ngomong kasarnya (eh, pas ngimpi tetep ngomong cablak apa nggak tuh?). Belum lagi dunia
remaja cewek yang nggak jauh dari masalah penampilan, mulai dari bentuk tubuh, gaya pakaian, make up
dan pernak-perniknya. Salah sedikit aja bisa jadi sasaran empuk si cewek cablak. ”Eh, nggak salah elo pake
baju jadul gitu?” atau ” Ya ampun, ngaca dulu dong, Bo! Elo pikir siapa elo berani beli tas merek itu!” Wah,
wassalam deh ama persahabatan dengan cewek jenis ini. Walaupun temen, tetap aja nggak enak didengar.
And you know what? Nyablak itu bisa menular ke kita kalau kita tipe orang yang terlelu suka ngikutin arus.
Lagi tren tuh. Tren yang salah dan sedang mewabah. Waspadalah!

Kalo temen kita cewek nyablak


Nggak ada untungnya jadi cewek cablak. Perhatikan aja temen kita yang suka nyablak. Walupun
misalnya anak itu pinter secara akademis, cantik, fun abis, tetap aja kalau nyablaknya keluar bikin kita keki.
Kadang malu jalan sama dia. Walaupun dia punya pembelaan bahwa udah jadi bawaan lahir. Dia berdalik, kita
yakin 120% bahwa nggak ada yang mau di cap sebagai cewek cablak. Baik sengaja atau nggak. Baik cowok,
apalagi cewek. Cewek gitu loh.
Cewek, adalah makhluk yang diciptakan Allah Ta’ala dengan predikat ”perhiasan paling indah di dunia”
kalau dia jadi wanita atau istri yang shalihah. Wanita shalihah akan lebih indah dari berlian, emas permata,
mutiara laut dan semua aksesoris mahal yang ada di mal terkenal ibukota. Nggak sebanding ama tas
Hermes atau sepatu rancangan Manolo Balchnique yang disukai Madonna si Ratu Pop, apalagi dengan baju-
baju keluaran Zara. Ya, we can be more than that. Hmm... nggak mau dong predikat itu gagal kita raih
gara-gara kita punya sifat nyablak? Iya kan, Sis?
Kalo temen kita nyablak? Heheh.. ini nih yang agak repot. Bener. Paling sulit nasihatin teman sendiri,
betul? Takut dia tersinggung lah, marah lah, atau malah kita dipecat jadi temannya. Lebih gampang
ngajakkin ke jalan kebaikan daripada ngelarang ke jalan keburukan. Trus gimana dong?
Gampang, nih usulnya. Saat temen cewek kita itu bicara dengan cablaknya sama kita, bilang aja ”Hei,
nggak sayang ya ama aku? Kok sama temen ngomongnya gitu. Kata Rasulullah: man laa yarhum laa yurham.
Siapa yang tidak menyayangi, maka tidak akan disayangi”. Sekilas memang lebay, tapi percaya deh, kalo

| www.gaulislam.com | 20
udah masalah sayang temen, semua orang juga mau dicap penyayang. Perempuan kan makhluk
penyayang...betul, betul, betul? (Upin dan Ipin mode ”on”). Nah, nanti pelan-pelan, terapkan juga pas dia
nyablak sama orang lain. InsyaAllah kepikiran deh sama dia, bahwa mestinya nggak harus nyablak. Kalo
nyablak, wajah cantik juga jadi belel, lho!
Sebagai muslimah kita mesti tahu, Allah sayang banget sama yang namanya makhluk perempuan.
Makanya kita diperintahkan untuk jaga kehormatan kita, antara lain menjaga aurat dan lisan kita. Ah, jadi
teringat guru ngajiku ngasih penjelasan dari sebuah hadis: ”Tidak akan Allah mendatangkan siksaan karena
air mata atau karena kesedihan hati, melainkan karena lisan...”
Rasulullah saw. Juga telah mengajarkan kepada kita melalui sabdanya:"Sebaik-baik kalian adalah yang
selalu berbuat baik terhadap istri-istri kalian." (HR Turmidzi)
Kemudian sabdanya yang lain adalah: "Takutlah kepada Allah dan hormatilah kaum, wanita." (HR
Muslim).
Subhanallah betapa mulianya sebagai wanita dalam ajaran Islam. So, kalo tahu Islam memuliakan
wanita, ngapain juga wanita kudu merendahkan dirinya dengan cara mau diatur oleh ajaran selain Islam. Ah,
jangan sampe deh!
Kalo urusan ingin dihargai, dihormati, dipuji dan dimuliakan semua wanita pengen. Itu sebabnya,
jangankan muslimah, semua wanita di dunia pasti lebih senang dikenal sebagai wanita anggun, beretika,
elegan, lemah lembut, smart dan berkelas. Sampai ada kursusnya segala kan? Dan yang pasti, sifat-sifat
itu nggak akan bisa bergandengan serasi dengan sifat nyablak. Trus, apakah hasil akhirnya adalah kita mesti
jadi lemah letoy dan nggak pernah marah? Nggak dong. Ada saatnya kita mesti jadi cewek tegas, terutama
dalam menolak kemaksiatan. Tapi ingat, tegas nggak sama dengan galak atau malah nyablak. Kayak
Rasulullah saw. tuh, penuh kasih sayang kepada kaum muslimin, dan keras terhadap kaum kafir (coba aja
cek di al-Quran: surat Al-Fath ayat 29). Ok?

Muslimah nyablak? Nggak banget!


Karena kualitas generasi penerus umat ada di tangan kita para muslimah. Suer! Kalau sifat nyablak
nggak kita hilangkan dari sekarang, nanti jadi kebiasaan pas dewasa nanti (baca: pas udah jadi ibu). Nah,
apa bisa kita ngedidik anak kita dengan gaya bahsa yang nggak sopan? Penggunaan bahasa sangat
berpengaruh dalam membentuk karakter anak loh. Kita senang banget kan kalau ketemu anak kecil yang
polos tapi sopan dan smart? Otomatis itu didapat dari pendidik utamanya, yaitu ibunya, alias kita-kita nih
calonnya. Apa nggak terlalu lebay neh? Nggak. Bayangin kalau anak-anak sudah nyablak dari kecil,
dewasanya kayak apa ya? Jangan-jangan bukannya membangun peradaban manusia yang mulia kayak yang
diajarin Rasulullah saw., eh malah tua-tua doyan berantem walaupun jabatannya terhormat. Kayak yang di
tivi itu loh...awalnya kan karena nggak bisa jaga etika berbicara. Dari sinetron juga banyak pemerannya yang
ngajarin untuk bicara memaki ortu atau teman. Masa’ kita mau niru yang begitu. Naudzubillah.
Sis, kita bisa niru Aisyah ra., misalnya. Di usia muda udah jadi periwayat hadist, smart, bisa jaga
sikap sesuai yang diajarkan Rasulullah saw. Jadi tempat bertanya buat kaum muslim yang belum ngerti
Islam sebagai prinsip hidup. Jadi tren setter dalam bersikap gitu loh. Atau kita tiru Khadijah ra. Beliau
sangat sabar mendampingi Rasulullah saw. dalam mendakwahkan Islam. Pemboikotan, hinaan, siksaan
dalam jalan dakwah nggak pernah beliau komentari dengan komentar yang nggak enak didengar.
Sssst.... udah dengar hadis yang satu ini? Rasulullah saw. membuat empat buah garis seraya
berkata: "Tahukan kalian apakah ini?' Mereka berkata: 'Allah dan RasulNya lebih mengetahui.' Nabi saw.. lalu
bersabda: "Sesungguhnya wanita ahli surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah
binti Muhammad saw., Maryam binti 'Imron, dan Asiyah binti Mazahi.' (Mustadrak al-Shahihain 2:497)
Wah, tentu saja wanita ahli surga tutur kata dan perilakunya benar dan baik dong ya. Lha, kita? Duh,
gimana ya. Kok nggak dijamin masuk surga aja tutur kata dan perilaku kita malah nyebelin dan bikin sakit
ati. Ya Allah, ampunilah kami.

So, wrap it up!


Bungkus bu....! Mumpung masih muda, belum kiamat, ayo kita stop wabah nyablak yang sangat tidak
dianjurkan oleh syariat Islam. Sebagai muslimah yang beriman atau yang mau berusaha jadi orang beriman,
kita mesti perjelas karakter kita di hadapan Allah Swt. So, pasti kita akan jaga sikap selayaknya orang
bertakwa, terus nurut sama Allah Swt. dan RasulNya. Selalu pakai tolak ukur Islam dalam berpendapat dan
milih sikap. Otomatis cara hidup juga sesuai Islam. Bukan terbawa ‘wabah’ budaya yang bertentangan
dengan Islam. Ayo, tentukan arah kamu sekarang juga!

| www.gaulislam.com | 21
Sis, di jaman ini, remaja dan wanita dewasa ditawarkan untuk jadi pemenang kontes kecantikan dan
idola, terkenal di dunia dan jaminan masa depan cerah (di dunia doang, tuh..), syaratnya mesti berkarakter,
smart, anggun, berani umbar aurat dan bla bla bla, itu nggak cukup. Siap terkenal dunia akhirat? Tambah
lagi syaratnya: taat syariat! Sip deh. [anita intan: zen.yasmin@gmail.com]

| www.gaulislam.com | 22
gaulislam edisi 112/tahun ke-3 (27 Dzulhijjah 1430 H/14 Desember 2009)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Mengukur Ikhlas Kita


D ari Amirul Mukminin, Umar bin Khathab ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niatnya dan tiap orang akan
mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka ia
akan mendapatkan pahala hijrah karena Allah dan Rasulullah. Barang siapa yang hijrahnya karena faktor
duniawi yang akan ia dapatkan atau karena wanita yang akan ia nikahi, maka ia dalam hijrahnya itu ia hanya
akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari-Muslim)
Setiap amal bergantung kepada niatnya. Yup, benar banget. Niatnya pun kudu ikhlas karena ingin
mengharap keridhoan Allah Swt. semata. Hmm.. kudu ikhlas ya? Waduh, kayaknya kata itu buat kita jadi
makin asing neh. Bukan kenapa-kenapa, susah juga nemuin orang yang mau ikhlas di jaman sekarang.
Segalanya diukur dengan duit, dengan harta benda, ketenaran, cari muka dan sejenisnya. Iya, maksudnya
kalo kita mau nolong orang kadang yang kepikiran: nih orang mau ngehargai gue nggak sih; orang ini kalo gue
bantu mau balas jasa nggak ke gue; kalo gue menolong dia nama gue harum nggak sih; kalo gue nolong
orang ini, kira-kira berapa gue dibayar; dan seabreg pikirin lainnya yang ujungnya itung-itungan deh.
Bro en Sis, secara teori udah banyak orang yang jelasin. Seperti kata teori pula, kayaknya gampang
untuk bisa ikhlas. Tapi praktiknya, duh kita bisa rasakan sendiri gimana susahnya jaga hati dan jaga pikiran
biar ikhlas kita nggak ternoda. Soalnya, ada aja celah yang bisa bikin kita melenceng dari niat awal dalam
berbuat. Awalnya sih insya Allah bakalan ikhlas, eh nggak tahunya di tengah jalan ada yang godain kita
supaya nggak ikhlas. Halah, gawat bener kan?
Sobat muda muslim, sekadar ngingetin memori kita, dalam Islam ikhlas ternyata mendapat perhatian
khusus lho. Soalnya, ini erat kaitannya dengan amal perbuatan kita dan keimanan kita kepada Allah Swt.
Jangan sampe deh kita beramal diniatkannya bukan karena perintah Allah Swt. atau bukan karena ingin
mendapat ridho Allah Swt. Kalo sampe diniatkan dalam beramal karena ingin dipuji manusia gimana tuh?
Duh, nggak tega deh saya nyebutinnya. Soalnya, tuh amal nggak bakalan ada bekasnya alias nggak
mendapat ridho Allah Swt. Amal kita jadi sia-sia, Bro. Ih, nggak mau kan kita beramal tapi nggak dapat
pahala? Amit-amit deh!
Bro en Sis, ikhlas adalah melakukan amal, baik perkataan maupun perbuatan ditujukan untuk Allah
Ta’ala semata. Allah Swt. dalam al-Quran menyuruh kita ikhlas, seperti dalam firmanNya (yang artinya):
“dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS Yunus [10] :105)
Rasulullah saw, juga ngingetin kita melalui sabdanya (yang artinya), “Allah tidak menerima amal kecuali
apabila dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.” (HR Abu Daud dan Nasa’i)
Imam Ali bin Abu Thalib r.a juga berkata, “orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya
agar setiap amal diterima oleh Allah.”
Bro, sekadar tahu aja bahwa ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seseorang nggak dianggap
beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Firman Allah Swt (yang artinya): Katakanlah: “Sesungguhnya
shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS al-An’aam [6]:
162)
Allah Swt. juga berfirman dalam ayat lain (yang artinya), “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS
al-Bayyinah [98]: 5)
Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau
berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak
akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

| www.gaulislam.com | 23
Karena itu nggak heran kalo Ibnu Qayyim al-Jauziyah ngasih perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa
keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak
bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau menulis, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin
Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah
mencela orang-orang munafik.”
Bro, lawannya ikhlas itu adalah ujub dan riya’. Itulah sebabnya orang yang sekaliber Umar bin Abdul
‘Aziz r.a. pun sangat takut akan penyakit riya’. Ketika ia berceramah kemudian muncul rasa takut dan
penyakit ujub, segera ia memotong ucapannya. Dan ketika menulis karya tulis dan takut ujub, maka segera
merobeknya. Subhanallah!
Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengomentari ayat kedua dari surat al-Mulk (liyabluwakum ayyukum ahsanu
‘amalaa), bahwa maksud dari amal yang ihsan (paling baik) adalah amal yang akhlash (paling ikhlas) dan yang
ashwab (paling benar). Ada dua syarat diterimanya amal ibadah manusia, ikhlas dan benar. Amal perbuatan,
termasuk ibadah yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata tetapi pelaksanaannya tidak sesuai
dengan syariat Islam, maka amal tersebut tidak akan diterima Allah. Begitu juga sebaliknya, jika perbuatan
dan ibadah dilakukan sesuai dengan syariat, tetapi yang melaksanakannya tidak semata-mata ikhlas karena
Allah, maka amalnya tidak diterima.

Ikhlaskah kita?
Ikhlaskah kita jika beramal tapi ngarepin imbalan materi? Ah, kamu pasti bisa menilai sendiri deh.
Iyalah. Misalnya nih, kalo ortu kamu minta tolong sama kamu untuk belanja kebutuhan dapur ke warung
dekat rumah, kemudian kamu minta imbalan ke ortu kamu, ati-ati lho. Itu bisa termasuk nggak ikhlas kamu
berbuat. Sebaiknya lurus-lurus aja. Nggak ngerasa ada ruginya alias nothing to lose, gitu lho. Mau dapet
materi apa nggak dari apa yang kita usahain, kita nggak peduli. Nolong aja. Apalagi itu sama ortu. Jangan
sampe deh ketika ortu minta tolong, eh kita malah pake tarif segala: Jauh-dekat Rp 2000 (idih, emangnya
naik angkot!).
Bro, kalo kebetulan kamu ditunjuk jadi ketua OSIS atau ketua Rohis, nggak usah ngarepin materi dari
jabatan yang kamu sandang. Kalo kamu beranggapan bahwa dengan menjadi ketua OSIS kamu bakalan bisa
dengan mudah narikin iuran dari siswa terus kamu bisa memperkaya diri, wah itu namanya bukan cuma
nggak ikhlas tapi udah melakukan penyalahgunaan jabatan.
Bro, meski kita nggak ngarepin imbalan secara materi, tapi yakin deh bahwa apa yang kita lakukan
pasti mendapat ganjaran kebaikan lain di sisi Allah Swt. Jadi, nothing to worry about alias nggak perlu
cemas dengan jaminan kebaikan dalam bentuk lain yang Allah berikan sebagai ‘imbalan’ atas keikhlasan kita.
Intinya sih, jangan ngarepin imbalan dari manusia, cukup ridho dari Allah Ta’ala aja yang kita harepin. Setuju
kan?
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik ra., ia berkata: Aku pernah berjalan bersama
Rasulullah saw. Beliau mengenakan selendang dari Najran yang kasar pinggirnya. Tiba-tiba seorang badui
berpapasan dengan beliau, lalu menarik selendang beliau dengan kuat. Ketika aku memandang ke sisi leher
Rasulullah saw. ternyata pinggiran selendang telah membekas di sana, karena kuatnya tarikan. Orang itu
kemudian berkata: Hai Muhammad, berikan aku sebagian dari harta Allah yang ada padamu. Rasulullah saw.
berpaling kepadanya, lalu tertawa dan memberikan suatu pemberian kepadanya. (HR Muslim)
Subhanallah, Rasulullah saw. malah memberikan harta (berinfak), padahal orang badui itu memintanya
dengan kasar. Tapi itulah Rasulullah saw. sudah mengajarkan kepada umatnya bahwa beramal baik harus
ikhlas dan tanpa pertimbangan untung-rugi lagi. Hebat kan, Bro?
Oya, keikhlasan kita juga akan diuji saat kita merasa ingin dilihat oleh orang lain, lho. Kalo mikirin hawa
nafsu sih, kadang kita kepikiran ya pengen dilihat oleh teman kita ketika kita berbuat sesuatu. Ketika
masukkin duit ke keropak di masjid, kita bahkan kepengin banget diliatin ama temen di sebelah kita. Emang
sih, duitnya kita tutupi dengan tangan satunya saat masukkin ke keropak yang diedarkan di masjid kalo ada
acara di sana. Apalagi kalo sampe terbersit di pikiran dan hati kita akan adanya decak kagum dari teman
yang ngeliat amal kita, “subhanallah ya, dia rajin shadaqahnya”. Duh, itu bisa menodai amalan kita, Bro.
Emang nggak mudah berbuat ikhlas ya. Tapi bukan berarti nggak bisa dilakukan.
Saat tampil jadi imam shalat, dan kebetulan bacaan al-Quran kita maknyus alias enak didengerin sama
jamaah lain, jangan sampe deh kita punya pikiran ingin dianggap paling hebat. Apalagi kalo sampe diam-diam
kita malah mengagumi diri sendiri, “orang lain nggak ada yang bisa kayak saya. Mereka pantas memilih saya
jadi imam shalat”. Ah, ngeri deh. Ngeri kalo amalan kita bakalan nguap begitu aja. Insya Allah cara
shalatnya sih bener asal ngikutin aturan yang udah ditetapkan dalam fiqih, tapi persoalan niat yang ada di

| www.gaulislam.com | 24
pikiran dan hati bisa merusak amalan baik kita. Bener lho. Gara-gara nggak ikhlas, amal kita jadi sia-sia.
Karena kita lebih ngarepin agar diliat oleh orang daripada ingin diliat sama Allah Swt.
Bro en Sis, emang sih kita bisa merasakan langsung kalo targetnya ingin diliat orang. Begitu suara
kita mengalun manis dan easy listening saat mendendangkan nasyid terbaru dan kemudian para jamaah
penonton konser nasyid tingkat RT yang kita ikutin itu bersorak gembira dan mengelu-elukan kita, pasti deh
ada aja sedikit rasa jumawa en bangga diri (gue gitu, lho!). Awalnya sih boleh-boleh aja kita merasa ingin
dihargai orang lain. Wajar kok. Tapi yang nggak wajar adalah kita merasa harus memposisikan diri selalu
ingin dihargai dan dihormati. Kalo nggak dihargai ngambek dan kecewa. Nah, yang bisa merusak amal kita
adalah karena niat yang udah tercemar “ingin selalu diliat orang”. Padahal, menjadi “dilihat orang” adalah
efek samping, bukan tujuan kita dalam berbuat/beramal. Orang yang sering tampil dimuka umum wajar atuh
kalo akhirnya dikenal. Tul nggak sih?

Muhasabah diri
Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr
[59]: 18)
Ayat ini merupakan isyarat untuk melakukan muhasabah setelah amal berlalu. Karena itu Umar bin
Khaththab ra berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab” (Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin (terj.),
hlm. 478)
Muhasabah di sini artinya senantiasa memeriksa diri kita sendiri. Sudah sejauh mana sih yang kita
raih dalam beramal baik. Sudah banyak nggak pahala yang kita perbuat, atau jangan-jangan malah
sebaliknya kedurhakaan yang mengisi penuh pundi-pundi amal yang bakalan kita pertanggungjawabkan di
hadapan Allah?
Yuk, kita bareng-bareng meningkatkan kualitas amalan kita dan memperbanyak amal shaleh.
Senantiasa ikhlas, bersabar, dan bersyukur kepada Allah Swt. Nggak jamannya lagi mengingkari kelemahan
kalo sejatinya kita emang lemah dan nggak mampu. Juga nggak perlu malu mengakui kesalahan jika memang
kita salah. Jangan menyerang orang lain yang kita tuding sebagai biang kesalahan kita, tapi kita melakukan
interospeksi diri. Sebab, kita hidup bersama orang lain. Dan kita memang saling membutuhkan satu sama
lain. Kita juga pasti butuh kepedulian dari orang lain (termasuk kita sendiri harus peduli dengan orang lain).
Itu sebabnya, kita harus ikhlas menerima teguran dan nasihat dari teman kita. Jangan merasa terhina jika
dinasihati. Tapi sebaliknya, merasa diistimewakan karena selalu diingatkan.
Nikmati dunia ini dengan cara yang benar dan tuntunan yang sesuai ketetapan Allah Swt. dan
RasulNya. Tak perlu khawatir, karena semua yang diberikan oleh Allah Swt. kepada kita adalah demi
kebaikan kita. Tetaplah kita bersama Allah Swt. dan RasulNya. Jalani hidup dengan ikhlas, insya Allah
nikmat, bahagia, tanpa perlu merasa was-was. Ikhlas menjadikan kita lebih terhormat di hadapan Allah
Swt., juga menjadikan orang lain berusaha mencontoh pribadi kita yang baik. Semoga, kita semua bisa
menjadi hamba-hamba Allah Swt. yang senantiasa ikhlas menghadapi berbagai kenyataan hidup sembari
berdoa memohon ampun dan pertolongan kepada Allah Swt. Kita muhasabah diri: seberapa ikhlaskah kita?
Hanya kita yang mampu menjawabnya. Interospeksi yuk! [solihin: Twitter: @osolihin | http://osolihin.net]

| www.gaulislam.com | 25
gaulislam edisi 113/tahun ke-3 (4 Muharram 1431 H/21 Desember 2009)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Menjadi Bunda Keren


ebayang nggak sih kalo diri kita bakal jadi ibu? Jadi bundanya anak-anak? Wew.. married aja belum,

K masa’ udah mikir gimana jadi ibu sih? Kayaknya masih jaooooh banget. Uppss.. soal ‘masih blum
married en masih jauh’ cukup simpen dalam ati dulu ye. Coz, ibarat kata peribahasa, kudu dicatet nih
tentang ‘sedia payung dan jas hujan sebelum hujan tiba’. Gimana pun juga, sebagai muslimah insya Allah
kamu bakal menyandang status S3 (baca: estree alias istri, hehe—maksain nggak ya?), dan kemungkinan
besar bakal menjadi seorang ibu. Nah, kalo sedari sekarang kamu nggak juga nyadar masalah menjadi istri
en ibu, kayaknya bakal ada satu kata terlontar yaitu: ‘penyesalan’. Gimana nggak nyesel?
“Aduh, tahu jadi istri tuh kayak gini (gini gimana ya ?), nyesel gue nggak belajar dari dulu-dulu”(..ciee).
“Waduh, tahu begini jadi ibu, nyesel gue nggak training ama nyokap, padahal nyokap sering nyuruh gue
masak tapi gue sering kabur!” Wah, nyesel, kan? Nyesel, kan? Nah, nyesel emang nggak di awal, pasti di
akhir terus. Apalagi di jaman globalisasi, jadi bunda keren tuh sebenernya tantangan berat! Jadi bagi kamu
yang suka tantangan, yuk jadi bunda! (lho kok? Iya, maksudnya mengenal apa aja sih konsekuensi jadi bunda,
gitu lho)

Jadi bunda keren, siapa takut?


Yup! Siapa takut bakal jadi bundanya anak-anak di jaman globalisasi sekarang ini? Siapa takut dengan
segala bahaya yang ngancem terhadap anak-anak kita? Mulai dari serangan pemikiran ampe serangan
akidah. Kita semua kudu siap secara frontal ngadepin ini semua! Jadi jangan tergoda deh ngedidik anak demi
masa depan mereka tapi dengan hal-hal yang nggak penting-penting banget. Jiah..beneran ini! Lagian kok
gue berapi-api kayak naga gini ya? Cos, gue udah tahu gimana rasanya ngedidik anak dengan lingkungan
yang nggak ideal seperti sekarang. So, kudu siap mental!
Sis, kamu tahu sendiri kan gimana kondisi sekarang? Yup, anak-anak yang nggak tahu apa-apa malah
diajarin hal-hal yang sebenarnya nggak sesuai dengan umur mereka. Contohnya aja nih, misal ngeliat anak
yang balita udah punya banyak temen, termasuk temen yang lawan jenis. Eh, kita yang tua nih malah
ngeledekin kalo mereka ‘pacaran’. Manalah ngerti anak kecil ama pacaran cuma karena mereka lagi asik
ta’awun (kerja sama) sewaktu bermain. Kadung para ortu udah ngajarin kayak gitu. Jadinya melekatlah
stempel ‘pacaran’ buat anak-anak yang ada kecenderungan/akrab ama lawan jenisnya. Nggak heran
akhirnya anak-anak sekarang jadi cepet dewasa. Sebenarnya ya memang nggak dilarang untuk berteman
dengan lawan jenis, tapi kan memang ada rambu-rambunya dalam Islam. Ini kudu disiapin sampe mereka
berada di tahap akil balig.
Belum lagi bahaya serangan melalui hiburan, mulai acara tivi, film, bahkan games. Bukan berarti anak
kemudian nggak boleh nonton tivi, dilarang nonton film juga terlarang maen games. Nggak lah. Tapi
berdasar tulisan ‘di pojok kiri atas’ di layar televisi pas acara tertentu itu tuh: Bimbingan Orang Tua alias
Parental Guide bener-bener kudu dijaga. Jangan mentang-mentang dikasih tivi en games dan anak-anak jadi
anteng alias diem, lalu alat-alat elektronik itu jadi baby sitter buat mereka. Waduh, bisa diliat, tanpa
bimbingan ortu akhirnya anak-anak justru nonton film dan maen games yang nggak sesuai dengan umur
mereka. Film dan games sendiri ada klasifikasi khusus tuh sebenernya. Ada label PG (parental guide), Teens
(remaja), Adult (dewasa) atau dengan label berdasarkan umur. Misalnya 13 + (untuk remaja), 18 + (untuk
dewasa), gitu. Maka, kalo jadi bunda nggak bisa sembarangan kan?
Yang aneh lagi nih di kalangan para bunda, berlomba-lomba nyekolahin anak di SD di usia yang dini.
Ampe ngibul tahun lahir buat ngurus akta kelahiran demi diterima di SD. Standarnya, kalo udah bisa
membaca, berhitung en menulis di usia balita, udah keren banget! Padahal pada usia segitu sebenernya
belum saatnya otak diforsir. Sebab, masa anak-anak adalah masa bermain. Dia belajar melalui hal-hal yang
bikin dia exciting, menyenangkan, fun. Jadi nggak selalu kudu duduk rapi di belakang meja.
Menurut gue sih, anak yang pinter di masa balita, dia berani berteman dengan siapa aja, berlaku
sopan alias berakhlakul karimah baik, kepada ortu, orang-orang dewasa lainnya juga kepada sesama

| www.gaulislam.com | 26
temannya, dia bisa bercerita apapun kegiatan dia kepada orang-orang di sekitarnya. Juga bisa dilatih
mandiri, mulai makan nggak disuapin, mandi nggak dimandiin, pake baju-celana-kaos kaki-sepatu semuanya
sendiri. Jangan lupa juga, anak kudu diajarin ketaatan beribadah sedini mungkin. Keren banget tuh kalo anak
ampe negur en ngajakin ayah-bundanya untuk shalat. (pengalaman euy ditegur ma anak sendiri, keasikan
nonton film Korea yang menjelang maghrib itu .. hehehe, jadi maluuuw sayah…)
Itu baru pas balita. Gimana kalo anak udah memasuki masa remaja alias ABG, sampe dia transisi
menuju dewasa. Semakin deras bahaya yang mengancam tuh. Mulai dari seks bebas, pergaulan bebas,
drugs, miras, sampe dengan gabungnya anak-anak ke komunitas mereka. Misalnya, bikin band, gank, bahkan
sampai partai atau ormas tertentu. Para bunda kudu ngerti hal ini. Maybe, fenomena sekarang akan
berbeda dengan masa depan. Tapi selama kapitalisme dan sosialisme masih bercokol dalam benak para
penganutnya dan bahkan masih eksis dalam kehidupan, maka kemungkinan besar korbannya adalah generasi
berikutnya. Termasuk anak-anak kita di dalamnya. Na’udzubillah min dzalik. Jadi kudu siap dengan hal yang
terburuk yang bakal dihadapi. Waspadalah!
Kita nggak mau kan kalo anak-anak kita terlibat hal-hal yang nggak baik? Jadi kita kudu waspada dan
bisa ngejelasin kepada mereka gimana seharusnya mereka menghadapi kehidupan ini. Apalagi mereka udah
dewasa dan artinya udah harus ketemu ama jati diri mereka. Jati diri sebagai hamba Allah Swt.. Anak-anal
kudu ngeh tentang dirinya: dari mana awal kehidupan, gimana menjalani kehidupan dan kemana setelah
kehidupan berakhir. Dan, tentunya mereka harus dibimbing untuk menemukan jawaban yang benar, yakni
sesuai tuntunan Islam.
Jadi, jangan khawatir kalo kemudian anak-anak memilih komunitas atau gerakan yang memperjuangkan
kembalinya kehidupan Islam. Terus, mereka jadi sering sibuk dengan aktivitas mengkaji Islam dan dakwah.
Justru kita sebagai ortu kudu memotivasi agar mereka giat berdakwah dan istiqomah bersama Islam. Tapi
jangan lupa juga menegur kalo mereka mulai melenceng dari ajaran Islam. Misalnya, cuma bangga aja punya
ilmu, tapi miskin aplikasi. Karena apa? Karena Islam itu teori sekaligus praktik, gitu lho. Jadi, nggak bisa
diambil teorinya aja sebagai ilmu pengetahuan, bukan pengamalan. Ok?
Gue kok heran ya, masa’ sih ada banyak bunda yang sampe hari ini malah malu kalo anak-anaknya
nggak pacaran. Para ibu justru bangga kalo anak-anaknya pacaran (idih, aneh ya?). Mereka juga malah
ngelarang anak ceweknya pake jilbab dengan alasan nggak modis, ngahalang-halangin anaknya mengkaji
Islam dan berdakwah dengan alasan takut terlibat terorisme..Ampun deh! Jangan ampe jadi bundo yang
durhako kepada anak. Emang Malin Kundang aja yang jadi anak durhaka? Ckckckck.
Jadi gimana? Ayo, siapa takut jadi bunda! Ini tantangan paling keren buat kamu, girls!

Learning and doing


Belajar dan diamalkan. Itu inti pengajaran en pembelajaran dalam Islam. Itu sebabnya, ilmu yang
dipelajari dan udah dipahami bener-bener hakikatnya untuk diamalkan dalam kehidupan. Oya, apa
hubungannya nih dengan menjadi bunda keren ama ilmu. Ya eyalah ada. Jangankan jadi bunda keren, jadi
maling aja kudu ada ilmu… (jihahahah). So, untuk jadi bunda keren kudu disiapin mulai saat ini juga. Biar pun
belum married. Sebab, suatu saat kamu akan menjadi ibu. Insya Allah.
Kita kudu belajar gimana kehidupan berumahtangga. Hal ini bisa didapetin dengan ikut training pra-
nikah yang islami. Belajar gimana jadi ortu, bisa ikutan training parenting islami. Kudu bisa juga nyediain
makanan en minuman yang halal dan thayib/sehat, maka ikut aja demo masak yang masakannya dijamin halal
en sehat. Kalo kudu tahu ngobatin penyakit secara alami, bisa tuh ikutan training pengobatan dengan
bahan-bahan herbal. Selain itu, jangan dikira jadi bunda tuh buta politik. Sebab, politik itu kan riayah syu’unil
ummah alias ngurusin segala urusan rakyat. So, dengan jadi seorang bunda yang melek politik, pastinya
bakal memberikan kontribusi yang keren demi bangkit dan kembalinya peradaban Islam.
BTW, apa sih parameter or yang jadi ukuran seorang wanita menjadi bunda yang keren? Apakah si
bunda bisa menghasilkan uang yang banyak? Atau, begitu anak-anaknya gede terus mereka pada jadi ‘orang’
(entah pejabat, seleb, alim ulama, artis)? Atau sukses dalam karir dan mampu mempertahankan kehidupan
rumah tangga sampai akhir hayat? Jiah… gimana pun juga jangan terpancing dengan parameter buatan
manusia. Mengapa? Karena bunda yang keren sebenernya adalah bunda yang mampu mencetak anak-
anaknya supaya berkualitas tapi dengan metode perspektif Islam (ciee bahasanya euy!). Maksudnya,
mendidik anak secara islami dan menjaga agar rumah tangga tetep islami, gitu loh. So, jangan sembarang
juga yah entar kalo milih suami. Kalo partner hidup kita juga nggak beres.. mau dibawa kemana tuh rumah
tangga en anak-anak?
Terus, emang anak-anak yang berkualitas kayak gimana sih? Of course, tentu yang kuat akidah
Islamnya, terbentuk kepribadian Islam yang keren (baik pemikiran/aqliyah maupun kejiwaan/nafsiyah secara
islami). Kerennya kepribadian Islam sebenernya bertumpu pada kekuatan akidah Islam. Sebab, sumber dari
perbuatan adalah pemikiran/pemahaman dengan landasan Iman. Jadi kalo iman nggak kuat, wajar perbuatan

| www.gaulislam.com | 27
seseorang jadi error. Bahkan terjadi split personality, karena yang diomong nggak sesuai ama yang
dilakukan. Kacawww dweeeh…
Nggak mau kan anaknya jadi kacau? Nah, artinya sebagai calon bunda keren, kita harus berbenah dulu
neh dalam masalah akidah. Jangan lupa, ilmu syariah juga kudu dipelajari. Coz, itu wajib banget buat solusi
kehidupan. Kalo nggak ngerti syariah, gimana mau ngedidik diri dan anak-anak untuk paham Islam? Ya, kan?
Jadi? Ayo, para calon istri en calon bunda keren! Ngaji yuk ngaji! Nggak mengkaji Islam bakal nyesel seumur
idup! Dan, perubahan itu nggak akan terjadi kalo kita semua cuma berleha-leha dalam kemalasan apalagi
terbiasa jadi remaja yang manja. Interospeksi diri yuk!

3S: Smart, Syar’i dan Solehah


Yup, Smart, Syar’i dan Solehah. Inget loh, jadi bunda keren yang smart nggak diukur dari sederet titel
yang kita raih. Entah gelar sarjana, master, doktoral atau profesor! Bunda yang smart artinya dia tahu
gimana ngurus dan mendidik anak-anak. Smart yang kayak gimana? Ilmu yang didapetin bunda selama
sekolah atau pun kuliah kudu dipraktekkin dalam kehidupan, termasuk dalam hal ngedidik dan ngurus anak
selain untuk publik. Mulai dari milih makanan yang layak konsumsi yaitu halal dan thoyib/sehat, milih
permainan dan hiburan, milih sekolah, sampe ngatur keuangan keluarga yang ujung-ujungnya juga buat
ngebiayain kehidupan anak.
Bahkan, para bunda kudu nge-upgrade pengetahuannya setiap saat. Nggak asik dong saat anak minta
ajarin pelajaran dari sekolah ternyata bunda nggak bisa bantu. Berhubung mata pelajaran yang sekarang
diajarin ke anak-anak udah beda jauh ama yang dipelajari bunda waktu SD dulu. Apalagi kalo bunda ampe
gaptek ama internet or games. Penting loh buat bikin firewall or blokir situs-situs yang nggak baik untuk
diakses ama anak-anak. Selain itu, jangan lupa, kalo bunda nggak punya ilmu Islam gimana mo ngedidik
anaknya supaya pinter Islam?
Kalo bunda nguasain pengetahuan tentang anak-anak dan berempati penuh, dijamin bunda bakal
diterima sebagai sahabat mereka. Karena bisa ngasih advice, motivasi, bahkan larangan tanpa bikin mereka
jengkel kalo ada hal-hal yang membahayakan bagi mereka. Insya Allah anak bakal ce-es ama kita! Keren juga
tuh kalo anak-anak juga diajak ke tempat-tempat kita rutin beraktivitas. Jadi dia bisa lihat dan ngerti apa
aja yang dikerjakan oleh sang bunda.
Bunda keren yang syar’i dan solehah arrtinya bunda menjadikan Islam sebagai solusi kehidupan. Dia
ngajarin anak-anaknya nggak sebatas ibadah mahdhoh dan akhlakul karimah doang. Tapi juga mentransfer
ide-ide Islam kepada anak-anaknya. Plus jadi contoh bagi mereka. Kan aneh nyuruh anak shalat, tapi bunda
nggak shalat. Nyuruh anak belajar baca al-Quran, tapi bunda nggak bisa baca al-Quran. Nyuruh anak
berakhlakul karimah, tapi bunda suka berkata-kata kasar, jorok, berbohong bahkan sampe ngebentak-bentak
di depan anak-anaknya. Nyuruh anaknya berjilbab, tapi bundanya malah seneng dandanan yang minimalis
abis kalo ke luar rumah!Ckckck.. Wuaduh, kacau tenan itu! Apalagi anak-anak dibiarin mencerna ide-ide yang
bertentangan dengan Islam. Mulai dari pluralism beragama, liberalisme, dll. Hingga akhirnya tanpa disadari
mereka jadi ‘korban’ sekulerisme. Na’udzubillah min dzalik.

Akhirnya…
Jangan menyerah! Jangan takut! Berpikir positif deh kalo kita pasti bisa jadi bunda yang keren, smart,
syar’i dan solehah. Dan semua itu kalo cuma sebatas mimpi en nggak berusaha diwujudkan ya nggak akan
keliatan hasilnya. Jadi kudu dimulai dari sekarang. Jangan terjebak ama kegembiraan masa remaja yang
semu. Kita kudu berpikir cemerlang yaitu berpikir tanpa diselipi nafsu, tapi harus berlandaskan keimanan
kepada Allah.
Cuekin aja kalo ada yang bilang kita jadi berubah dan sok dewasa. Toh, kita pengen generasi
berikutnya—yang di dalamnya bisa jadi adalah anak-anak kita, nggak terjebak dalam aturan kapitalisme yang
berakidah sekuler dan sosialisme. Jadi, ya kitanya juga wajib dong berusaha jadi bunda keren yang
berkualitas. Bukannya jadi bunda yang agendanya dipenuhi dengan aktivitas nggak penting, apalagi sampe
melalaikan anak-anak dan rumah tangga.
Selain kita berusaha membenahi diri kita sendiri, sebenernya pemerintah juga punya andil penting buat
kita dan generasi berikutnya. Sampe sekarang tuh nggak ada sama sekali kurikulum khusus buat mencetak
jadi bunda keren yang smart, syar’i dan solehah. Yang ada malah semacam training buat calon pasutri. Itu
pun supaya demi menekan angka perceraian yang sekarang konon semakin meningkat tajam akibat kasus
krisis ekonomi dan perselingkuhan (wuaduh!), juga demi menekan angka kelahiran. Telat banget ya? So,
don’t give up, Girls! Coz, Islam dan syariahnya adalah solusinya! Inget tuh, pengen anak berkualitas? Bunda
juga kudu berkualitas plus negara juga wajib berkualitas yaitu dengan nerapin Islam dab syariatnya secara
kaffah ! [anindita: coffee.prince70@yahoo.co.id]

| www.gaulislam.com | 28
gaulislam edisi 114/tahun ke-3 (11 Muharram 1431 H/28 Desember 2009)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Infotainment, Selebriti, dan Pemirsa


enry Fordf, Sr, dalam The Internasional Jew: The Wolrd Foremost Problem, berkomentar: “Kita

H tidak sekadar memberikan pengaruh yang menentukan dalam sistem politik yang kita kehendaki
serta kontrol terhadap pemerintah; kita juga melakukan kontrol terhadap alam pikiran dan jiwa
anak-anak mereka.”
Kita sering menyaksikan berita seputar infotainment, misalnya: Luna Maya balik lagi ke Ariel, Nycta
Gina lagi jengkel, Pasha Ungu aniaya istri, sampe si fulanah kejepit pintu, dan si fulan ketabrak becak dan
lain-lain dan sebagainya. Wuah, kejepit pintu ama ketabrak becak aja bisa jadi berita? Nah, itu dia.
Berhubung selebriti ini termasuk orbek, maka kejadian or peristiwa yang menurut kita nggak layak jadi
berita, malah bisa diekspos dan jadi duit buat pengusaha media. Sama halnya kalo misalnya Presiden Amrik
Barack Obama kepalanya ketiban papan penggilasan, itu bakal jadi berita besar. Apalagi diliput CNN, bisa
geger seluruh dunia. Berita kecil apapun tentang mereka acapkali menjadi heboh. Dalam bahasa jurnalistik
dikenal pameo: name makes news.
Coba kamu perhatiin deh, berapa banyak majalah or tabloid yang memuat berita tentang para
selebritis? Juga, amati ada berapa program acara televisi yang menayangkan seputar sisi kehidupan
mereka. Ambil contoh tayangan infotainment yang pernah dan sedang tayang. Semuanya senantiasa hadir
terdepan dalam menguliti kehidupan kaum seleb sampe ke yang remeh-temehnya, semua televisi punya
program tersebut. Malah 'gokilnya' beberapa acara tersebut diputer ulang menjelang shubuh. Beuh!
Bro en Sis, sejak lama acara infotainment itu bikin bete. Sebenarnya kalo dikatakan para seleb butuh
infotainment nggak juga sih. Buktinya mereka banyak juga yang nggak suka kalo diusik terus masalah
pribadinya. Kasus terbaru Luna Maya yang ngungkapin kekesalannya kepada infotaiment di akun twitter
miliknya dengan pernyataan yang cukup kasar bikin geger dunia hiburan, khususnya pihak pengusaha dan
pekerja infotainment. Luna bukan yang pertama, dulu ada Parto yang sempat menembakkan pistol ke udara
untuk mengusir kerumunan pekerja infotainment yang terus memberondongnya dengan pertanyaan seputar
masalah pribadinya. Nicky Astria juga pernah marah-marah ketika pekerja infotainment terus menguntitnya
untuk mencari tahu masalah perceraiannya.
Namun anehnya, banyak juga lho masyarakat yang doyan nonton acara infotainment. Padahal,
beritanya nggak menarik-menarik amat gitu lho. Ambil contoh, misalnya tentang seleb yang ulang tahun,
koleksi sepatunya, atau bagaimana menikmati liburannya. Coba kalo kita yang begitu, nggak bakalan masuk
berita. Tapi, karena mereka orbek, maka hal kecil tetap aja menarik di mata media. Juga di matamu.
Jiahahah...!

Tontonan miskin manfaat


Ngomongin soal informasi, berarti kita nggak lepas dari yang namanya komunikasi. Salah satunya
adalah komunikasi massa. Maka bermunculanlah media komunikasi seperti koran, majalah, tabloid, televisi,
radio, dan yang lainnya. Tujuannya jelas, yakni untuk menyampaikan informasi. Menurut Defleur dan Dennis
dalam bukunya Understanding Mass Communication (1985), bahwa “komunikasi massa adalah suatu
proses di mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara
luas, dan secara terus-menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak
yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara”. Catet ya!
Dengan begitu, khusus masalah berita seputar selebritis, maka berita yang disampaikan adalah untuk
memberikan gambaran bahwa beginilah dunia kaum seleb. Tapi sayangnya, nggak dibarengi dengan penilaian
yang objektif dan memberikan bimbingan. Ya, berita itu dibiarkan meluncur dan pembaca atau penonton
sendirilah yang kudu menyimpulkan. Wuah, bahaya besar nih namanya.

| www.gaulislam.com | 29
Bro en Sis, kita tahu sama tahu deh, bahwa berita kayak begituan itu hanya ngabisin secara sia-sia
jatah energi kita untuk mikirin masalah lainnya. Tanpa maksud memvonis teman remaja, yang itu berarti
kamu termasuk di dalamnya, saya mencoba memberikan fakta bahwa remaja sekarang kebanyakan lebih
memilih menjalani kehidupan ini dengan nyantai. Ini memang disebabkan karena pengaruh lingkungan juga
tuh.
Walhasil, dalam hidup ini kita jadi orang yang dimanja dengan model kehidupan yang “adem ayem”.
Pagi-pagi, saat bangun tidur, ada teman remaja yang langsung menyalakan radio dan dengerin musik pagi,
karena kebetulan doi termasuk remaja yang malas bangun shubuh. Padahal biasanya kalo shubuh acara
radio maupun televisi berkaitan dengan persoalan agama. Ketika berangkat sekolah, teman-teman di sana
udah ngerumpi tentang film, sinetron, selebritis, bintang NBA, juga pahlawan-pahlawan di EPL atau ISL,
misalnya. Bacaan yang dipelototi bukan lagi pelajaran kimia, matematika, biologi, bahasa dan lainnya, tapi
yang dibaca adalah majalah remaja yang mengupas abis tren, gaya, dan gosip selebriti lokal maupun
mancanegara. Siang sampe sore hari, televisi sudah siap dengan acara infotainment dan itu mesti ada
hubungannya dengan kaum selebriti.

Membius akal sehat


Bro en Sis, kita benar-benar dikepung dari segala arah. Nyaris nggak bisa lepas dari suguhan beragam
tayangan murahan dari semua stasiun televisi. Selain infotainment, marak juga sinetron yang nggak
mendidik. Menyedihkan banget.
Inilah pertarungan budaya yang memaksa kita jadi korbannya. Kita menerima dan menyukai karena
banyak tersedia. Bukan karena kita butuh. Tayangan televisi banyak yang kental banget dengan budaya pop.
Kamu tahu budaya pop? Kata orang pinter, budaya pop adalah budaya yang ringan, menyenangkan, trendi,
dan cepat berganti.
Kritikus Lorraine Gamman dan Margaret Marshment, keduanya penyunting buku "The Female Gaze:
Women as Viewers of Popular Culture (1998)", bersepakat bahwa budaya populer adalah sebuah medan
pergulatan ketika mengemukakan bahwa tidaklah cukup bagi kita untuk semata-mata menilai budaya populer
sebagai alat kapitalisme dan patriarki yang menciptakan kesadaran palsu di kalangan banyak orang. Bagi
mereka, budaya populer juga tempat dipertarungkannya makna dan digugatnya ideologi dominan. Hmm..
waspadalah!
Celakanya, dalam pertarungan tersebut, siapa pun bisa terlibat dalam lingkarannya. Termasuk
tentunya remaja. Perang ideologi nggak bisa dihindarkan lagi sobat, alias kudu pasti terjadi benturan.
Lucunya, acapkali kita, kalangan remaja, udah merasa down duluan dari pada harus bertarung melawan
budaya tersebut. Halah, ini untuk tidak mengatakan kalo remaja biasanya pura-pura tidak tahu apa-apa, dan
lebih memilih “terbawa” arus budaya yang lebih kuat. Parahnya lagi, seperti diakui banyak pengamat, bahwa
budaya populer yang sekarang lagi ngetren bergerak amat cepat. Saking cepatnya, sampe tanpa sadar kita
dipaksa patuh dengan logic of capital, logika proses produksi, yakni hal-hal yang dangkal dan cepat
ditangkap yang cepat laku. Inilah yang sering dijuluki sebagai instans culture.
Anthony Giddens menyebutnya sebagai dunia yang sedang berlari dan semua yang selalu berlari satu
track lebih tinggi ini memang tidak memiliki kesempatan untuk merenungkan lebih dalam. Yang penting
dalam dunia ini adalah menjual dan membeli. Nah, lho.
Para pengusaha televisi juga kayaknya doyan menyihir pemirsa. Demi mengeruk banyak uang, mereka
rela meracuni anak bangsa. Kita benar-benar dibius dengan tayangan murahan seperti itu. Akibatnya,
jangan kaget kalo ada pemirsa yang akhirnya bertindak nekat karena merasa benar dengan apa yang
ditayangkan televisi. Inilah kalo dalam bahasa komunikasi ada sebuah efek yang namanya efek spiral
kebisuan. Artinya kalo info itu salah sekalipun, tapi ditayangkan berulang-ulang bisa berubah jadi ‘benar’,
lho. Apalagi nggak ada tayangan tandingannya. Udah deh, wassalam itu mah. Ckckck...
Itu sebabnya, pakar komunikasi seperti Mc.Luhan, yang juga penulis buku Understanding Media: The
Extensive of Man, menyebutkan bahwa media massa adalah perpanjangan alat indera kita. Yup, dengan
media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat
atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan media massa adalah realitas
yang sudah diseleksi.
Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh yang lainnya.
Surat kabar pun, melalui proses yang disebut “gatekeeping” lebih banyak menyajikan berbagai berita
tentang “darah dan dada” (blood and breast) dari pada tentang contoh dan teladan. Itu sebabnya, kita
nggak bisa, atau bahkan nggak sempat untuk mengecek peristiwa-peristiwa yang disajikan media. Boleh

| www.gaulislam.com | 30
dibilang, kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang
dilaporkan media massa. Bener-bener membius akal sehat!

Bikin malas
Sobat muda muslim, kalo kamu membaca tradisi kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya, juga para
ulama salaf, kayaknya kita kudu malu deh. Kenapa? Kehidupan mereka nyaris menyatu dengan persoalan-
persoalan ilmu dan ketakwaan. Kamu pernah dengar nama Imam Syafi’i kan? Nah, salah satu imam madzhab
ini layak dijadiin teladan dalam semangatnya mencari ilmu. Beliau punya semboyan begini: “Carilah ilmu
sebagaimana halnya seorang ibu yang kehilangan anak gadisnya”. Ehm, itu sebabnya, beliau menguasai
berbagai macam bidang kehidupan. Beliau jadi seorang mujtahid, yakni orang yang bisa menggali dalil syara,
kemudian berpendapat tentang suatu persoalan kehidupan. Manfaatnya pun terasa sama kita sampai saat
ini.
Kondisi saat ini bagaimana? Walah, berita-berita seputar kehidupan selebritis malah mengalahkan
berita yang lainnya. Di hampir semua stasiun televisi swasta, ada acara infotaiment. Di majalah remaja,
tabloid remaja, berita soal seleb juga hadir dalam kemasan yang eksklusif. Duh, bener-bener kita digempur
dari sana-sini.
Maka nggak usah heran kalo banyak teman remaja lebih hapal grup-grup musik dan lagu-lagunya
ketimbang persoalan politik, ekonomi, sosial, hukum, apalagi pemerintahan. Ah, nggak tega kalo harus
nyebut buta banget mah. Lho kok ini nyebut sih? (Bukan, ini nulis, kok) Huhuy!

Nyadar ngapa?
Bukan saya merasa sok benar sendiri, apalagi sok suci. Tapi maksud saya adalah supaya kamu juga
mulai berpikir lebih rasional, serius, dan dapat menghasilkan karya positif. Jadi otak kamu benar-benar
produktif.
Sebab, Allah Swt. telah membimbing kita untuk memberdayakan otak kita dengan hal-hal yang benar
dan baik. Sebagai contoh, firmanNya (yang artinya): Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (QS al-‘Alaq [96]: 1-5)
Penjelasan ayat ini mengajak kita untuk memaksimalkan peran otak untuk mendukung akal dalam
berpikir. Jadi, mulai saat ini, bersikaplah bijak. Tontonan dan bacaan seputar kehidupan selebritis, mulai
sekarang sedikit demi sedikit dikurangi, dan lebih banyak menyantap berita-berita yang erat hubungannya
dengan masalah kehidupan kaum muslimin.
Oke deh, sekarang saya mau tanya—khususnya kepada kamu yang doyan dan getol mengikuti liku
kehidupan kalangan seleb, apa sih yang selama ini kamu dapatkan? Terus aplikasinya ke mana? Kerasa nggak
manfaatnya?
Bandingkan bila kamu membaca tulisan atau menonton tayangan yang berguna; misal berita tentang
korban perang, kabar tentang masa depan politik suatu negara, bagaimana sepak terjang Amrik dalam
mengobok-ngobok dunia ketiga (baca: negeri-negeri Islam). Siapa tahu setelah membaca berita model
begitu, kamu bisa marah, kamu bisa terharu, dan kamu pun bisa berbagi suka dan duka. Bukan tak mungkin
bila kemudian dirimu tergerak untuk memikirkan dan menolong mereka. Hebat bukan? Dan itu jelas
manfaatnya.
Otak kita pun dilatih untuk berpikir serius alias tidak nyantai. Beda banget dengan menyantap berita
soal selebritis, itu berita ringan dan miskin manfaat. Ya, kalo pun kudu baca, anggaplah buat selingan aja,
bukan pokok. Tapi celakanya, sekarang kan nggak begitu. Banyak teman remaja yang justru menjadikan
berita tentang selebriti sebagai menu utama dalam bacaan dan tontonannya. Walah, celaka dua belas ini
mah!
Boys and gals, kalo kita perhatiin, di balik gencarnya berita tentang selebritis ini, paling nggak kita
melihat tiga bahaya besar yang mengancam. Pertama, menuntun pambaca dan penonton menuju kejumudan
berpikir. Kedua, memalingkan pembaca dan penonton dari masalah yang seharusnya mendapat perhatian
lebih. Ketiga, menyuburkan tradisi ghibah.
Akhirnya, memang kudu ada sikap tegas juga dari bapak-bapak pejabat kita di atas dalam bertindak.
Kalo nggak, jajanan baru ini akan bikin generasi masa depan kita buram, jumud, malas, dan nggak produktif.
Hih, syerem! [solihin: Twitter: @osolihin | http://osolihin.net]

| www.gaulislam.com | 31
gaulislam edisi 115/tahun ke-3 (18 Muharram 1431 H/4 Januari 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Manfaatkan Momen Awal Tahun!


S ebuah message singkat di HP dan email gue seminggu yang lalu mengingatkan kalo minggu ini sudah
waktunya gue nulis lagi buat gaulislam. Pertama baca seneng sekaligus sedih. Seneng karena bisa
ketemu lagi dengan para pembaca setia gaulislam. Namun sedih karena waktunya pas banget dengan
libur panjang. Karena dikejar deadline, jadi nggak bisa all out nih selama liburan. Eh emang liburan ini gue
mau ngapain ya? Hmmm… setelah mikir 3 Jam 10 menit 3 detik, kok masih blank! Walah kok blank? Gue
lupa bikin rencana liburan! Ohh noooo.
Emang setiap akhir tahun selalu ditandai dengan musim liburan yang panjang. Waktu liburan yang
cukup lama ini praktis bikin kita enjoy banget. Sehingga ujungnya kita malah lupa nggak ngapa-ngapain alias
nggak planning libur panjang ini mau buat apa. Situasi yang sama juga ngga beda jauh bagi para pekerja.
Karena stres dan beban kerja yang entah kenapa nggak ada habisnya, tiap kali ketemu ama yang namanya
liburan, mereka seneng banget, persis kayak kodok ketemu aer, eh nyambung nggak sih? Bagi mereka yang
penting tidak kerja dan bisa menikmati hari-hari nyantai tanpa tekanan kerjaan dan deadline.
Dari awal bulan Desember kemaren, suasana sudah berubah dengan drastis. Semua target harus
beres dalam waktu singkat. Alhasil, dari awal bulan, load sudah tinggi. Para pekerja ngejar taget kerjaan
mereka, anak-anak sekolah juga ujian di bulan tersebut. Sehingga selesai ujian nyetel banget dengan jadwal
libur panjang. Intinya semua kegiatan rutin dipaksakan untuk match dengan liburan. Dalam hal ini, liburan
tidak bisa diganggu gugat, alias penting banget gitu loh. Selain itu pergantian tahun selalu diwarnai dengan
perayaan yang katanye untuk memperingati pergantian waktu. Sepertinya perayaan tersebut untuk
menghargai waktu yang telah berlalu, tapi kenyataannya apakah demikian?
Nah, mumpung masih di bulan Muharram, yang juga bertepatan dengan bulan Januari di hitungan
kalender masehi, kita coba bahas masalah ini dari sudut pandang Islam.

Urgensi Waktu
Di antara ciri seorang muslim adalah pribadi yang konsen pada waktu. Seorang muslim seharusnya
tidak patut menunggu dimotivasi oleh orang lain untuk mengelola waktunya. Sebab, mengelola waktu
merupakan kewajiban pribadi bagi seorang muslim. Islam menganggap perhatian terhadap pentingnya waktu
adalah salah satu indikasi keimanan dan bukti ketakwaan. Allah Swt. berfirman (yang artinya):
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Alloh di langit dan di bumi,
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaanNya) bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Yunus [10]: 6)
Pren, Islam menempatkan ibadah ritual dalam bagian waktu, seperti sholat 5 waktu yang mengepung
seluruh hari, Ibadah haji, puasa, zakat dan ibadah lainnya. Bagi seorang muslim, menghargai waktu dan
menjaga penggunaannya sudah merupakan menu harian, yang mungkin tanpa kita sadari sudah kita anggap
sebagai sebuah kebiasaan. Karena kita tinggal di negara yang sebagian besar penduduknya muslim,
penyesuaian aktivitas dengan jadwal ibadah kita, bukan lagi sesuatu yang aneh. Lain halnya kalo kita ada di
negeri yang didominasi oleh masyarakat non muslim. Pernah suatu ketika gue di negeri orang, suatu pagi
gue keluar hotel untuk berangkat ke kantor. Gue inget bener waktu itu pukul 7.30 pagi. Lha kok sepi bener
jalan raya? Pada kemana nih orang-orang? Setelah clingak-clinguk nggak karuan, baru sadar kalo ternyata
orang-orang di sini baru mulai beraktivitas, dan suasana di sono mirip banget dengan suasana kalo jam 6
pagi di Bogor.
Bro, jangan dikira waktu diberikan begitu saja tanpa adanya pertanggung jawaban kelak di akhirat.
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Dua telapak kaki hamba tidak akan bergeser dari tempatnya pada
hari kiamat nanti, sehingga ditanya tentang empat hal: tentang umurnya—dalam hal apa ia dihabiskan?;
tentang masa mudanya—dalam hal apa ia dibinasakan; tentang hartanya—dari mana diperoleh dan dalam
hal apa diinfakkan?; serta ilmunya—apa yang dia lakukan dengannya?” (HR at-Turmudzi)

| www.gaulislam.com | 32
Begitu pentingnya waktu dalam Islam sehingga pemanfaatannya pun akan dipertanggung jawabkan
kelak di akhirat. Walaupun kita memperolehnya gratis banget, tapi kita tetap tidak terlepas dari tanggung
jawab sehingga kudu menggunakannya dengan baik. Dari semua hal dalam Islam, masalah waktu ternyata
menduduki tempat yang sangat penting. Itu sebabnya, para ulamapun sangat menghargai waktu. Sebagai
contoh adalah pendapat Ibnu Qoyyim dari kitab al-Fawaid: “Sikap menyia-nyiakan terbesar adalah menyia-
nyiakan hati dan waktu. Menyia-nyiakan hati timbul dari mengutamakan dunia atas akhirat, sedang meyia-
nyiakan waktu muncul dari panjang angan-angan. Seluruh kerusakan berhimpun pada sikap mengikuti hawa
nafsu dan panjang angan-angan, sebagaimana seluruh kebaikan berhimpun pada sikap mengikuti petunjuk
Allah Swt. dan bersiap-siap untuk berjumpa Allah Ta’ala yang maha dimintai pertolongan”.
Boys and gals, anggaplah sebuah lempengan besi seharga 50 rupiah. Kalo besi tersebut dicetak dalam
bentuk baut, harganya pun berubah menjadi lebih mahal, mungkin jadi 500 rupiah. Kalo dicetak dalam
bentuk pisau, harganya bisa jadi ribuan rupiah. Lain lagi kalo dicetak menjadi arloji, harganya bisa menjadi
ratusan ribu dan bahkan jutaan rupiah.
Waktu ibarat lempengan besi. Sejauh mana upaya yang dicurahkan untuk mengelola, mengorganisir
dan mengoptimalkan pemanfaatannya, maka sejauh itu pula harga yang dimilikinya. Selain itu kita juga kudu
inget kalo waktu adalah modal paling unik yang kita punya, karena modal tersebut tidak mungkin diganti dan
tidak mungkin disimpan dulu baru kita pake nanti. Dan kita juga tidak mungkin membeli waktu yang kita
butuhkan. So, artinya waktu adalah sesuatu yang tetap, tidak bisa diganggu-gugat, so take it or leave it.

Momen awal tahun dan cara pemanfaatannya


Karena kebetulan pas banget artikel ini dengan awal tahun 1431 hijriah dan bertepatan dengan tahun
2010, so mari kita gali lebih dalem bagaimana kita bisa memanfaatkan momen awal tahun untuk bisa
mengoptimalkan pemanfaatan waktu kita setahun ke depan.
Pertama, permasalahan utama dalam pemanfaatan waktu adalah banyaknya kegiatan atau keinginan
yang pengen kita kerjakan namun terbatasnya waktu yang kita punya. So, langkah pertama kita harus
menentukan target/prioritas tahunan kita. Prioritas adalah semua hal yang kita anggap penting untuk bisa
terlaksana. Namun perlu diingat, prioritas di sini tidak boleh bertentangan dengan Islam. Itu sebabnya,
jangan deh merencanakan mau ngerampok, maling ato nyopet, mending cari prioritas lain yang lebih syari
semacam, naik haji, qurban, atawa bisa sadaqah reguler.
Kedua, untuk membuat prioritas dapat dimulai dengan menuliskan semua hal yang ingin kamu
capai/kerjakan dalam tahun ini. Setelah daftar selesai, kemudian buatlah prioritas mana yang lebih penting
untuk dicapai terlebih dahulu. Langsung susun ulang daftar target tahunan kamu sesuai dengan skala
prioritasnya. Bila daftar sudah selesai, coba cross check dengan orang lain mengenai daftar prioritas
tahunanmu. Ini penting untuk memastikan kita telah menyusun prioritas dengan optimal. Oya, ini karena
manusia cenderung menyusun prioritas sesuai dengan keinginannya/hal yang disukainya, bukan berdasar
pada hal yang diperlukannya/dibutuhkannya.
Ketiga, bila target tahunan sudah dibuat, pikirkan kapan target tersebut mau dicapai dalam tahun ini.
Misal pengen bisa zakat fitrah tahun ini, kudu dilihat di kalender kapan bulan ramadhan akan tiba tahun ini.
Jangan sampai kelewat bulan ramadhan baru inget, itu namanya pengen doang tapi nggak serius. Nah,
untuk memastikan kita tidak lupa, bisa dengan cara tandain tuh kalender di kamarmu, atau tempel target
tahunanmu di dinding kamar plus masukin semua target kamu dan waktunya ke remainder HP kamu. HP
jangan hanya dipake untuk facebook-an ama sms-an doang.
Keempat, bila target tahunan sudah beres, saatnya untuk break down ke target bulanan. Sesuaikan
dengan target tahunan kamu yang ingin dicapai. misal pengen bayarin zakat harta, kudu dihitung dari awal,
berapa jumlah uang yang harus kita keluarkan untuk zakat tersebut. Kalo kudu nabung dulu, bisa
direncanakan dari awal tahun, kapan kita mulai nabungnya. Dalam membuat target bulanan bisa juga kita
tambahkan jadwal ibadah sunah tahunan. Misalmnya, kapan kita harus puasa sunah dalam setahun. Kalo
ramadhan kemaren bolong-bolong puasanya, bisa kita rencanakan kapan untuk meng-qodhonya sebelum
datang ramadhan tahun ini, dan sebagainya.
Kelima, bila target bulanan sudah beres, masukkan ke dalam remainder kamu, bisa berupa kalender
yang dicoret-coretin, diary, remainder HP kamu ato semua sistem yang biasa kamu pake untuk
mengingatkan kamu, akan hal-hal yang penting.
Keenam, dengan metode yang sama, bisa kamu gunakan untuk menyusun target mingguan dan harian
kamu. Cuma dari pengalaman gue, sebaiknya berhenti sampai target mingguan saja. Sebab, gue pernah
bikin. Di awal gue bikin target gue sampai harian. Eh, yang terjadi alhamdullilah memang kepengenan gue
banyak yang tercapai. Cuma kemudian kita jadi nggak manusia lagi, loh? Jadi setan? Nggak juga, cuma kita

| www.gaulislam.com | 33
jadi cenderung selfish (mementingkan kepentingan kita sendiri). Kita jadi ngga flexsibel lagi, karena
bagaimana pun juga, pasti akan muncul hal-hal yang sifatnya aksidental dan tidak bisa kita prediksi
sebelumnya. Sebagai manusia kita harus bisa mengakomodasi perubahan mendadak ini, dan tetap
mempertahankan kemampuan kita sebagai makhluk yang luwes dan mampu beradaptasi dengan baik
terhadap perubahan realita di sekitar kita. So, tidak perlu kamu menyusun jadwal sampai detail sekali,
karena harus tetap disediakan waktu untuk hal-hal yang tidak terduga.
Ketujuh, pindahkan target yang belum tercapai dalam satu minggu ke minggu berikutnya dan jangan
sampai target mingguan meleset lebih dari satu bulan. Demikian juga dengan target bulanan yang meleset,
jangan sampai target tersebut meleset lebih dari 2 bulan. Selalu perhitungan waktu cadangan untuk hal-hal
yang di luar perencanaan kita. Satu-satunya cara untuk memastikan target kita selalu on schedule adalah
keseriusan kita sendiri untuk mengelola hidup kita. Kalo kita sendiri tidak serius mengelola hidup kita, terus
siapa lagi?
Kedelapan, untuk menjadikan target kita tetep realistis, secara reguler siapkan waktu untuk
mengevaluasi target kita. Oya, kalo mau mengevaluasi target bulanan waktu yang paling baik adalah awal
bulan. Demikian juga untuk evaluasi target mingguan, paling pas dilakukan diawal minggu. Dalam melakukan
evaluasi. coba kenali kegiatan kamu yang sifatnya dinamis. Pergi ke sekolah dan les, adalah dua contoh
kegiatan yang waktunya tetap alias nggak dinamis. Kegiatan semacam ke toko buku, ke pasar atau bahkan
ngaji bisa dikategorikan kegiatan dinamis, karena tidak begitu pasti kapan selesainya, kita hanya bisa
memperkirakan saja. Alokasikan waktu yang cukup untuk kegiatan yang sifatnya dinamis dan hindarkan dari
berbagai hal yang bisa memalingkan kita dari kegiatan yang sifatnya dinamis tersebut.
Kesembilan, padukan aktivitas yang serupa dan kenalilah aktivitas yang dapat dilakukan secara
beriringan. Hapus aktivitas tidak penting dari daftar targetmu. Delegasikan tugas yang memungkinkan
untuk didelegasikan ke orang lain. Selalu bersiap untuk berinteraksi dengan hal-hal darurat, bila datang
sebuah tugas darurat (di luar rencana) segera evaluasilah dan sesuaikan dengan targetmu.
Kesepuluh, setiap orang memerlukan waktu istirahat/waktu luang. Nah, karena hal ini merupakan
kebutuhan, maka harus direncanakan juga. Rencanakan waktu istirahat/refreshing kamu dengan baik.
Gunakan waktu luang kamu untuk dirimu sendiri, berinteraksi dengan teman, keluarga dan lingkunganmu.
Coba atur dan seimbangkan kehidupan kamu antara ibadah, mengejar target kamu dan berinteraksi dengan
lingkungan di sekitarmu.
Kesebelas, nggak perlu menjadwal setiap detik waktu kamu, karena ini sudah termasuk dalam hal
berlebih-lebihan, tetap jadikan jadwal kamu se-fleksibel mungkin, dan selalu siap terhadap hal-hal di luar
rencana. Sehingga bila hal tersebut terjadi, kita bisa mengantisipasinya dengan baik.
Keduabelas, semua ini membutuhkan keseriusan. Jadi jangan setengah-setengah kalo kamu mau
mengeksekusi jadwal tahunan kamu, siapkan dengan matang rencana dan keperluan lainnya jauh-jauh hari,
dan tetep semangat dalam meraih target-target tahunan kamu, jangan mudah menyerah. Ingat, keinginan
memerlukan keseriusan, tanpa keseriusan percuma!

Kesimpulan
Sebagai seorang muslim, mengatur waktu sama halnya dengan mengatur hidup kita. Ada bagian yang
telah diatur dengan jelas oleh syariat dan ada bagian yang kita bebas mengaturnya. Tanpa perencanaan
yang matang terhadap penggunaan waktu dalam hidup kita, akan menjadikan waktu yang kita lewati berlalu
begitu saja, percuma tanpa makna dan manfaat, baik bagi dunia maupun akhirat kita. Rasullullah saw.
bersabda (yang artinya): “Penghuni surga tidak menyesali sesuatu, melebihi penyesalannya pada waktu yang
dilampauinya tanpa mengingat Allah Azza wa Jalla” (Ibnu Katsir, dalam al-Bidayah wa an-Nihayah)
Tuh Bro, orang yang sudah masuk surga saja menyesal, karena berlalunya waktu percuma tanpa tanpa
ibadah, apalagi kita yang belum tentu masuk surga. Yuk, sudah seharusnya kita lebih berhati-hati dalam
merencanakan waktu kita, dan selalu menempatkan waktu dalam posisi yang tinggi. Semoga artikel ini
bermanfaat dan pastikan hanya Allah Swt. sajalah yang ada dalam setiap hal dan langkah kita. Sebab,
segalanya kita lakukan demi meraih ridhoNya. Semangat! [aribowo | aribowo@gaulislam.com]

| www.gaulislam.com | 34
gaulislam edisi 116/tahun ke-3 (25 Muharram 1431 H/11 Januari 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Tobat Sebelum Ajal Mendekat


K
ematian nggak pernah diketahui datangnya. Setiap orang pasti mati. Tapi semua orang tak pernah
tahu kapan kematian menjemputnya. Itu sebabnya, kita kudu siap-siap sebelum datang hari di mana
kita harus sudah pergi meninggalkan segala nikmat dunia. Kalo kita perhatiin, ada yang sebelum mati
sempat ninggalin pesan tertentu kepada keluarganya. Tapi banyak juga yang pergi ninggalin dunia tanpa
pesan. Banyak orang juga yang insya Allah saat ajal mendekat ia masih bisa beramal shalih. Khusnul
khatimah alias baik di akhir hidupnya. Namun nggak sedikit yang saat ajal mendekatinya dan benar-benar
menjemputnya ia sedang berbuat maksiat. Su’ul khatimah alias buruk di akhir hayatnya Naudzubillahi min
dzalik.
Bro en Sis, ajal setiap orang udah ditetapkan waktunya. Udah dijatah sama Allah Swt. batas waktu
‘beredar’ setiap orang di dunia. Jangan lupa juga bahwa hidup kita dunia ini akan diuji, siapa yang terbaik
amalnya. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Maha Suci Allah Yang di tanganNyalah segala kerajaan, dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS al-Mulk [67]: 1-2)
Yup, ada ganjaran berupa pahala yang akan diberikan oleh Allah Swt untuk setiap ibadah yang kita
lakukan. Begitu pula, Allah Swt. akan memberikan siksa bagi manusia manapun yang telah berbuat dosa
dalam kehidupannya (atau bahkan selama hidupnya). Tentu itu adil dong ya. Mereka yang beriman dapat
pahala, dan siapa saja yang berbuat maksiat diberikan siksa karena dosa-dosanya. So, emang nggak akan
lepas dari pengawasan Allah Ta’ala. Waspadalah!
Terus, gimana kalo kita kadang berbuat maksiat? Ya, Allah Swt. udah ngasih jalan, yakni dengan cara
bertobat alias minta ampunan. Setelah bertobat tentu harus ninggalin maksiat yang telah atau biasa
dilakukannya sebagai wujud tobat yang sebenarnya-benarnya. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-
murninya).” [QS at-Tahriim [66]: 8]

Kita semua pernah berbuat dosa


Sobat muda muslim, siapa pun orangnya, pasti ia pernah melakukan dosa, kecuali Rasulullah saw.
tentunya, karena memang beliau ma’shum (terbebas dari dosa dan kesalahan) dalam penyampaian risalah
Allah ini. Itu sebabnya, saya waktu ngaji dulu, ustadz saya sering mengatakan bahwa, “Orang yang
bertakwa bukanlah orang yang selalu benar dalam hidupnya. Tapi orang yang bertakwa adalah ketika
berbuat dosa, kemudian menyadari dan segera memohon ampunan kepada Allah Swt.”
Rupanya ungkapan ustadz saya itu melumerkan kengototan saya waktu itu, yang menilai bahwa orang
yang bertakwa adalah orang yang selalu benar dalam hidupnya. Pernyataan ustadz saya ini juga semakin
menumbuhkan keyakinan dalam diri saya bahwa meski kita tak boleh salah dalam hidup ini, bukan berarti kita
akan lolos dari kesalahan. Karena yang terpenting adalah menyadari kesalahan tersebut dan bertekad untuk
tidak mengulanginya lagi sambil mohon ampunan kepada Allah Swt.
Imam Ibnu Katsir menukil sabda Rasulullah saw.: “Seorang hamba tidak dapat mencapai kedudukan
muttaqin kecuali jika dia telah meninggalkan perkara-perkara mubah lantaran khawatir terjerumus ke dalam
dosa” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Boys and gals, menurut hadis ini, yang mubah saja bila perlu dihindari karena khawatir terjerumus
dalam dosa, apalagi yang sudah jelas haram. Iya nggak sih? Oya, dalam keterangan lain, orang yang
bertakwa adalah orang yang mampu menjaga dan membentengi diri. Ibnu Abbas ra. mengatakan bahwa
muttaqin adalah orang-orang yang berhati-hati dan menjauhi syirik serta taat kepada Allah. Sedangkan
Imam Hasan Bashri mengatakan bahwa bertakwa berarti takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah
Swt. dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah Swt.. Berusaha sekuat tenaga untuk

| www.gaulislam.com | 35
melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Sedangkan Ibnu Mu’tazz melukiskan sikap yang mesti
ditempuh seorang muslim agar mencapai derajat muttaqin dengan kata-kata sebagai berikut: “Tinggalkan
semua dosa kecil maupun besar. Itulah takwa. Dan berbuatlah seperti orang yang berjalan di tanah yang
penuh duri, selalu waspada. Jangan meremehkan dosa kecil. Ingatlah, gunung yang besar pun tersusun dari
batu-batu kecil”.
Nah, kebayang banget kan kalo semasa hidupnya ada orang yang selalu maksiat. Duh, gimana tuh
dosanya. Termasuk dalam hal ini adalah orang-orang yang ketika hidupnya selalu melecehkan kaum muslimin,
menghina ajaran Islam, dan malah lebih memilih bersahabat dengan musuh-musuh Islam. Ih, dosanya pasti
berlipat-lipat. Apalagi pas ajalnya datang nggak bertobat. Naudzubillahi min dzalik.
Memang sih urusan dosa Allah Swt. yang akan menghisabnya. Tapi kan kita juga diajarkan oleh
Rasulullah saw. untuk menilai seseorang dalam berperilaku. Bahwa yang kita nilai itu adalah yang tampak
dan sudah jelas dilakukan seseorang (“nahnu nahkumu bidzdzawaahir”, begitu kata Nabi saw.). Misalnya,
ada orang yang ngomong bahwa demokrasi itu sistem yang lebih baik dari Islam (sambil dengan bangga
menentang upaya perjuangan orang-orang yang ingin menegakkan Khilafah Islamiyyah), dia juga ngoceh
bahwa pluralisme, sekularisme, dan liberalisme lebih hebat ketimbang Islam, selain itu dia terang-terangan
melecehkan kaum muslimin. Nah, untuk orang yang kayak gini tentu saja kita bisa menilai nih orang udah
bermaksiat kepada Allah Swt. Tentu, berdosa dong ya.

Minta ampunan Allah Swt. yuk!


Sobat muda muslim, ampunan Allah jauh lebih besar dari murkaNya. Lagi pula, memohon ampunan
Allah (bertobat) sekaligus mencerminkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah. Karena orang yang bertakwa
salah satu cirinya adalah segera mohon ampunan kepada Allah jika dia sudah menyadari kesalahannya. Jadi,
nggak usah malu untuk bertobat en nggak usah merasa ribet. Jalani aja sambil terus belajar supaya nggak
kecebur ke dalam jurang yang sama. Karena dengan belajar kita jadi tahu dan yakin bisa menjalani hidup ini
dengan tenang. Cobalah.
Rasulullah saw. memberikan pujian buat kita-kita yang takwa dan taat pada ajaran Islam. Apalagi
sebelumnya kita ahli maksiat. Betul nggak? Indah nian ungkapan Rasulullah saw. empat belas abad yang
lampau: “…ada kaum yang akan datang sesudah kalian (para sahabat r.a.). Mereka percaya kepada
(sekadar) kitab yang dibendel, lalu percaya dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Mereka
lebih utama daripada kalian. Mereka lebih besar pahalanya daripada kalian.” (HR Ibnu Mardawih yang dikutip
dalam penjelasan di Tafsir Ibnu Katsir)
Bro en Sis, hidup ini penuh dinamika. Penuh warna, penuh liku, penuh lubang dan mendaki (Iwan Fals
banget neh!). Kata orang bijak, hidup adalah untuk mati. Bisa dipahami, karena akhir dari kehidupan adalah
kematian. Nggak salah-salah amat kok. Tapi, kita juga wajib ngeh, untuk apa kita hidup. Untuk apa kita ada
dunia ini. Dan, akan ke mana setelah bersuka-cita, termasuk berduka-derita di dunia ini?
Kehidupan ini pasti akan berakhir. Wak Haji Rhoma Irama juga tereak: “Pesta pasti berakhir” (kalo
disebut nama ini, kamu jangan langsung menggoyangkan jempol tangan dan kaki ya, hehehe…). Hidup di
dunia ibarat menempuh sebuah perjalanan panjang dan melelahkan. Banyak sekali cerita terukir di sini.
Cerita suka, duka, derita, bahagia, sedih, gembira, kecewa, optimisme, putus asa, peduli, kasih-sayang,
cinta, dan seabrek pernak-pernik dan kerlap-kerlip kehidupan dunia yang melengkapinya.
Bro, perjalanan panjang di dunia ini pasti akan berakhir. Ada terminal akhir yang merupakan tempat
kita berlabuh. Allah Swt. udah menyediakan dua tempat; surga dan neraka. Surga untuk para pengumpul
pahala, sementara neraka adalah kelas ‘eksklusif’ para pendosa.
Nah, mumpung kita masih bisa bernapas, mumpung kita masih bisa tertawa, selagi kita masih punya
kesempatan banyak, di saat kita masih muda usia, sebelum air mata penyesalan mengalir deras dari kedua
mata kita, ada waktu untuk kita perbaiki diri. Jangan putus asa juga buat para pendosa. Yakinlah, selama
hayat masih di kandung badan, kalian punya kesempatan yang sama untuk menuai pahala. Bertobat dari
berbuat maksiat, itu keputusan tepat. Setelah itu mari belajar agama. Pahami, cermati, dan amalkan dalam
kehidupan.
Sobat muda muslim, ‘qod qola’ Alvin Toffler, “Perubahan tak sekadar penting untuk kehidupan.
Perubahan adalah hidup itu sendiri.” Paling nggak, kita berubah menjadi baik dari buruk adalah sebuah
perubahan yang menentukan hidup kita sendiri.
Islam juga mengajarkan agar kita senantiasa berbuat baik. Jika kebetulan berbuat maksiat,
bertobatlah segera. Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri ra. katanya: Nabi saw. bersabda: “Seorang
lelaki dari kalangan umat sebelum kamu telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang manusia,
lalu dia mencari seseorang yang paling alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang pendeta, dia terus

| www.gaulislam.com | 36
berjumpa pendeta tersebut kemudian berkata: Aku telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan
orang manusia, adakah taubatku masih diterima? Pendeta tersebut menjawab: Tidak. Mendengar jawaban
itu, dia lalu membunuh pendeta tersebut dan genaplah seratus orang manusia yang telah dibunuhnya.
Tanpa putus asa dia mencari lagi seseorang yang paling alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang
ulama, dia terus berjumpa ulama tersebut dan berkata: Aku telah membunuh seratus orang manusia.
Adakah taubatku masih diterima? Ulama tersebut menjawab: Ya! Siapakah yang bisa menghalangi kamu dari
bertaubat? Pergilah ke negeri si fulan, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah. Kamu
beribadahlah kepada Allah Swt. bersama mereka dan jangan pulang ke negerimu karena negerimu adalah
negeri yang sangat hina. Lelaki tersebut berjalan menuju ke tempat yang dimaksud. Ketika berada di
pertengahan jalan tiba-tiba dia mati, menyebabkan Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab berselish pendapat
mengenai orang tersebut. Malaikat Rahmat berkata: Dia datang dalam keadaan bertaubat dan
menghadapkan hatinya kepada Allah Swt. Namun Malaikat Azab juga berkata: Dia tidak pernah melakukan
kebaikan. Lalu Malaikat yang lain datang dalam keadaan menyerupai manusia dan mencoba menengahi
mereka sambil berkata: Ukurlah jarak di antara dua tempat. Mana yang lebih (jaraknya menuju negeri yang
dituju), itulah tempatnya. Lantas mereka mengukurnya. Ternyata mereka dapati lelaki tersebut tempat
meninggalnya lebih dekat kepada negeri yang ditujunya. Akhirnya dia diambil oleh Malaikat Rahmat” (HR
Bukhari dalam Kitab Kisah Para Nabi, hadis no. 3211)
Oke deh, bertobat lebih hebat ketimbang tetap berbuat maksiat. Kamu bisa kok. Yakin deh.

Apa yang harus kita lakukan?


Pertama, menyesal. Tanpa penyesalan, rasanya sulit untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat.
Penyelasan ini kudu benar-benar tumbuh dalam diri kamu. Minta maaf pula kepada orang yang kamu
“kerjain”. Janji nggak bakal ngulangi lagi. Kedua, niat sungguh-sungguh. Kuatkan tekad kita untuk
menghentikan kebiasaan maksiat. Ada pahala pula di balik niat yang sungguh-sungguh itu. Ketiga, cari
lingkungan yang mendukung. Ini penting banget sobat. Sebab, kalo kamu belum bisa mengubah lingkungan,
jangan-jangan kamu yang terwarnai. Kalo lingkungannya baik sih oke aja. Tapi kalo rusak? Bisa gawat kan?
Jadi, gaul deh ama teman-teman yang udah baik-baik untuk membiasakan kehidupan kamu yang baru.
Keempat, tumbuhkan semangat untuk mengkaji Islam. Sobat, dengan mengkaji Islam, selain
menambah wawasan, juga akan membuat kita tetap stabil dengan “kehidupan baru” kita. Maksiat? Sudah
lupa tuh! Kelima, senantiasa berdoa. Jangan lupa berdoa kepada Allah, mohon dibimbing dan diarahkan,
serta dikuatkan tekad kita untuk meninggalkan maksiat. “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepadaKu,
niscaya akan Kuperkenankan permohonanmu itu.” (QS al-Mukmin [40]: 60)
Yuk, mumpung masih ada waktu, kita mohon ampunan kepada Allah Swt. Bertobat dengan sebenar-
benarnya bertobat. Tak mengulangi kemaksiatan yang telah dilakukan dan sebaliknya kita berlomba
memperbanyak amal shalih. Semangat! [solihin: Twitter: @osolihin | http://osolihin.net]

| www.gaulislam.com | 37
gaulislam edisi 117/tahun ke-3 (3 Safar 1431 H/18 Januari 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Menjemput Hidayah
oree bertemu lagi dengan kamu semua. Alhamdulillah kita tetap bersama meski hanya dijembatani

H buletin kesayangan kamu ini. Kalo pekan kemarin gaulislam bahas tentang tobat, maka sekarang
semacam lanjutannya: menjemput hidayah. Ya, mudah-mudahan bisa melengkapi pemahaman kamu
sebelumnya dan kamu semua jadi tambah wawasan tentang Islam. Sip deh!
Bro en Sis, ada satu pepatah menarik yang pernah saya dapatkan ketika mengisi salah satu acara
bedah buku saya. Pengisi acara yang lain menyampaikan sebuah kata-kata mutiara: “Orang yang terbiasa
berada dalam kegelapan, cahaya terang sangat menyilaukan”. Saya catat dalam ingatan saya. Saya tulis
agar tak lupa. Pesan ini sangat bermakna bagi saya. Betapa dulu yang pernah saya rasakan, memang berat
meninggalkan kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan. Anggapan yang sudah bercokol di benak harus
dipaksa berubah bukanlah hal yang mudah. Saya berempati dengan teman-teman yang masih belum mau
meninggalkan kebiasaan yang buruk untuk berganti dengan kebiasaan yang baik. Memang tak mudah, tapi
bukan berarti tak bisa diubah.
Oya, sebenarnya “kebiasaan” itu netral lho. Karakter “kebiasaan” itu sulit dimulai, dan sulit juga
dihentikan. Beruntung bagi yang sudah melakukan “kebiasaan” baik, akan sulit baginya dipaksa untuk
melakukan “kebiasaan” buruk. Tapi perlu kesadaran penuh bagi yang sering melakukan kebiasaan buruk,
untuk dipaksa melakukan kebiasaan baik. Ia perlu banyak merenung dan menimbang-nimbang pikir dan rasa.

Ada niat berubah, ada hidayah


Bro en Sis, orang yang selalu berbuat maksiat belum tentu maksiat selamanya. Asalkan dia ingin
berubah menjadi baik, ada niat dan usaha untuk mewujudkannya, insya Allah ada jalan untuk menjemput
hidayah. Ada kisah menarik yang perlu menjadi inspirasi bagi kita. Kamu tahu Syaikh Fudail bin Iyadh? Bagi
yang pernah tahu, beliau adalah salah satu guru Imam asy-Syafii. Tahukah masa lalunya?
Nah, inilah kisahnya: Fudhail bin Iyadh, semasa masih jahat, bermaksud mengganggu seorang wanita
jelita. Ketika sedang memanjat tembok rumah wanita itu, tiba-tiba terdengar olehnya dari jendela rumah
alunan merdu bacaan al-Quran yang artinya: “Belumlah datang waktunya bagi orang-orang beriman untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah dan kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (QS al-Hadiid [57]:
16)
Ayat tersebut menyentak sanubari Fudhail bin Iyadh, membuatnya terdiam di atas tembok. Tiba-tiba
Bin Iyadh merasa persendiannya lumpuh. Lalu dengan tubuh gemetar dia mengiba, “Oh Tuhan, telah tiba
waktuku. Telah tiba waktuku.” Dia pun turun dari tembok dan berjalan pulang dengan hati bertaubat
setulus-tulusnya.
Karena kemalaman di jalan, Bin Iyadh istirahat di sebuah rumah kosong yang ditemuinya. Namun
ternyata, di dalam rumah tua itu ada serombongan musafir yang tampaknya juga sedang beristirahat.
“Ayo kita berangkat sekarang saja,” dari luar bilik Fudhail mendengar seorang dari mereka berkata
demikian.
Yang lain menjawab, “Jangan, lebih baik tunggu sampai pagi. Sebab, pada malam-malam seperti inilah
biasanya si Fudhail menjalankan aksinya.”
Mendengar percakapan mereka itu, Fudhail menampakkan dirinya sambil berkata, “Akulah Fudhail. Tapi
jangan takut, sekarang aku telah bertaubat dan tidak akan menyamun lagi.” (kisahnya dikutip dari Islamia,
edisi April-Juni 2005)
Sobat muda muslim, banyak teladan di masa lalu yang bertaubat dari maksiat yang dilakukannya. Tak
sedikit sahabat Nabi Muhammad saw. yang awalnya adalah musuhnya dan musuh Islam. Tahu kan Umar bin
Khaththab ra? Semasa jahiliyahnya, yakni ketika belum jadi muslim, Umar bin Khaththab adalah halangan
bagi dakwah Islam. Selain beliau, yang jadi halangan dakwah saat itu adalah Umar bin Hisyam alias Abu

| www.gaulislam.com | 38
Jahal. Sampai-sampai Rasulullah saw. berdoa memohon kepada Allah agar Islam bisa kokoh dengan salah
satu dari dua orang bernama Umar ini. Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzii dari Abdullah bin ‘Umar ra dan
ath-Thabranii dari Abdullah bin Mas’uud dan Anas bin Malik Radhyillaahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Muhammad
saw. bersabda dalam doanya, “Allahummaa, kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang
paling Engkau cintai, dengan Umar bin al-Khaththab atau dengan Abu Jahal (Umar bin Hisyam).”
Mau tahu kisahnya? Begini riwayat singkatnya: Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, Anas bin Malik ra. dan
Abdullah bin Abbaas ra., bahwasanya di tengah perjalanan mencari mereka, Umar bertemu dengan Nu’aim
bin Abdullah an-Nahlam al-Adwii, atau seorang laki-laki dari Bani Zuhrah, atau seorang laki-laki dari Bani
Makhzum, yang bertanya kepadanya, “Hendak ke mana engkau wahai Umar?” Lantas di jawab oleh Umar
dengan geramnya, “Aku mencari Muhammad yang telah memecah belah persatuan kita, mengacau
ketentraman Quraisy, dan mencela agama nenek-moyang. Aku ingin membunuhnya!”
Orang tadi lalu bekata kepada Umar, “Demi Allah, kau sangat sombong wahai Umar. Apakah kiranya
Bani Abdi-Manaf akan membiarkan kau berjalan di atas bumi setelah kau berhasil membunuh Muhammad?
Apa yang bisa menjamin keamanan dirimu dari pembalasan Bani Hasyim dan Bani Zuhrah jika engkau
membunuh Muhammad?”
Umar kemudian menjawab, “Menurut pengamatanku, rupanya engkau telah keluar dan meninggalkan
agama yang telah engkau peluk selama ini.”
Orang itu lantas menjawab, “Bagaimana jika kutunjukkan sesuatu yang membuatmu lebih tercengang
wahai Umar? Sesungguhnya saudarimu dan iparmu juga telah keluar dari agama serta meninggalkan agama
yang selama ini engkau peluk. Adikmu Fathimah dan suaminya telah menjadi pengikut Muhammad. Lebih adil
engkau habisi mereka terlebih dahulu!”
Mendengar kabar itu, maka dengan terburu-buru Umar berlalu dan begegas menuju rumah Fathimah
binti al-Khaththab, adik perempuannya. Di rumah Fathimah saat itu ada suaminya yaitu Sa’id bin Zaid bin
Nufail dan kawan mereka yaitu Khabbaab bin al-Arat ra. Mereka sedang mendengarkan ayat al-Quran yang
dibacakan oleh Khabbab yaitu dari surah Thaahaa (20). Ketika Khabbaab mendengar suara kedatangan
Umar, dia segera menyingkir ke bagian belakang ruangan, sedangkan Fathimah menyembunyikan shahifah
(lembaran) berisi ayat al-Quran. Namun tatkala mendekati rumah adiknya tadi, Umar sempat mendengar
bacaan Khabbab di hadapan adik dan iparnya.
“Apa suara bisik-bisik yang sempat kudengar dari kalian tadi?” tanya Umar ketika sudah masuk rumah.
“Hanya sekadar obrolan di antara kami, “ jawab Fathimah dan suaminya. “Kupikir kalian berdua sudah keluar
dari agama, “kata Umar lagi. Kemudian Sa’id bin Zaid bin Nufail yang merupakan adik ipar Umar itu berkata,
“Wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran ada dalam agama selain agamamu?”
Seketika Umar melompat ke arah adik iparnya dan memukul mukanya hingga jatuh tak berkutik lantas
menginjak-injaknya keras-keras. Fathimah kemudian mendekat untuk menolong suaminya dan mengangkat
badannya. Namun Umar memukul Fathimah hingga bibirnya luka dan bercucuran darah.
Demi melihat keadaan adiknya, Umar akhirnya sadar dan timbul rasa iba dalam hatinya. Sementara
Fathimah dengan berang berkata kepadanya, “Wahai Umar, benar kami telah memeluk Islam, beriman
kepada Allah dan RasulNya. Sekarang kau boleh berbuat apa saja terhadap kami.” Kemudian Fathimah
berkata lagi, “Wahai Umar, jika memang kebenaran itu ada dalam selain agamamu, maka bersaksilah bahwa
tiada Ilaah selain Allah dan bersaksilah bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.”
Umar mulai merasa putus asa, dan dia melihat darah yang meleleh dari bibir adiknya. Maka Umar
merasa menyesal dan malu atas perbuatannya. Lalu ia berkata, “Serahkan lembar-lembar yang kalian baca
itu kepadaku. Aku ingin membaca apa yang telah diajarkan Muhammad!” Tetapi Fathimah menjawab,
“Engkau adalah orang yang najis. Shahifah ini tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang suci.
Bangun dan mandilah jika mau!” Maka Umar segera mandi dan setelah itu memegang shahifah tadi dan
mulai membaca isinya yaitu surat Thaahaa (20) dari awal dengan membaca, “Bismillaahir rahmaanir rahiim.”
Lalu Umar berkata, “Nama-nama yang bagus dan suci.” Kemudian ia melanjutkan pembacaan dari ayat satu
hingga berhenti pada firman Allah di ayat 14: Innanii anallaahu laa ilaaha illaa ana fa’ budni wa aqimish
shalaata li dzikrii. Diterjemahkan, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu.”
Setelah membaca ayat tersebut, sanubarinya tersentuh dan Umar serta merta sadar bahwa yang
telah dibacanya belum pernah terdengar olehnya. Maka tiba-tiba secara drastis suara dan sikapnya
berubah. Umar lantas berkata, “Alangkah indah dan mulianya kata-kata ini! Tunjukkan padaku di mana
Muhammad berada saat ini!”

| www.gaulislam.com | 39
Mendengar perkataan Umar barusan, maka Khabbaab bin al-Arat muncul dari belakang rumah dan
berkata, “Terimalah kabar gembira wahai Umar. Karena aku benar-benar berharap agar doa Rasulullah saw.
pada malam Kamis itu jatuh kepada dirimu. Segeralah engkau menghadap beliau, wahai Umar!”
Singkat cerita, Umar bin Khaththab masuk Islam langsung di hadapan Rasulullah saw. Ketika itu,
sesampainya Umar di kamar dan bertemu dengan Rasulullah saw., ia disambut oleh beliau dengan cara
memegang baju dan pegangan pedangnya, lalu menariknya dengan tarikan yang keras seraya bersabda,
“Apakah engkau tidak mau menghentikan tindakanmu wahai Umar, hingga Allah menurunkan kehinaan dan
bencana seperti yang menimpa al-Walid bin al-Mughirah? Ya Allah. Inilah Umar bin al-Khaththab. Ya Allah,
kokohkanlah Islam dengan Umar bin al-Khaththab.”
Umar kemudian menjawab, “Ya Rasulullah, aku datang untuk menyatakan iman kepada Allah dan
kepada Rasul-Nya serta apa-apa yang datang dari Allah.” Umar berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada Ilaah
selain Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah.”
Umar bin al-Khaththab ra adalah seseorang yang memiliki watak tempramental dan sulit dihalang-
halangi, sehingga dengan dirinya masuk ke dalam Islam sangat mengguncangkan orang-orang musyrik dan
menorehkan kehinaan bagi mereka. Sebaliknya, hal ini mendatangkan kehormatan, kekuatan dan
kegembiraan bagi orang-orang muslim.
Subhanallah. Tak ada yang mustahil. Siapa pun bisa menjadi baik. Ahli maksiat sekalipun bisa berubah
jadi baik, bahkan jadi ulama. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa juga menyaksikan satu per satu kawan
kita menjadi baik. Teman sepermainan kita yang lama tak jumpa, ketika bertemu sudah berubah
penampilannya. Berubah pula akhlaknya. Dia menemukan kebenaran Islam di tempat lain. Bukan mustahil
toh?
Kita yang kini termasuk para pengemban dakwah, bisa jadi bukanlah orang yang baik-baik di masa lalu.
Bisa jadi malah penghalang dakwah. Seorang kawan pernah bercerita, bahwa ketika dirinya sekolah di SMA,
kepala sekolahnya sangat tidak setuju dengan siswi yang mengenakan kerudung dan jilbab. Bahkan sempat
bersitegang mempertahankan pendapatnya bahwa dirinya memimpin sekolah umum, bukan pesantren.
Namun ketika dirinya dipindahkan tugas ke sekolah lain, ternyata ada kabar baik, bahwa kini dirinya sudah
mengenakan kerudung. Sudah berbusana muslimah, dan malah baik kepada siswi yang mengenakan
kerudung dan jilbab.
Ya, ini menunjukkan bahwa tak selamanya manusia itu berada dalam maksiat. Tak selamanya terus
berbuat dosa. Pasti ada saatnya untuk berbuat baik. Asalkan ada kemauan untuk mengubah, insya Allah
akan mendapat hidayah dari Allah Swt. Memang, kalo ngikutin hawa nafsu, rasanya betapa berat
meninggalkan maksiat. Namun demikian, bukan berarti harus menyerah, apalagi “kepalang basah”. Tidak.
Kesadaran untuk berubah jauh lebih baik dan bisa mengalahkan hawa nafsu. Insya Allah. Percayalah![solihin:
Twitter: @osolihin | http://osolihin.net]

| www.gaulislam.com | 40
gaulislam edisi 118/tahun ke-3 (10 Safar 1431 H/25 Januari 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Biar Miskin Asal Nyenengin


A
rrrrrggggggh! Saya geram bukan kepalang tiap kali menyaksikan dengan mata-kepala sendiri potret
memilukan di tiap sudut tempat yang saya lewati dengan ‘bebek’ saya. Pemandangan asli dari kondisi
kehidupan mayoritas penduduk negeri ini yang jarang dijadikan setting cerita sinetron apa pun.
Kontras banget dengan setting cerita di hampir semua sinetron atau film yang menyuguhkan kemewahan.
Coba telusuri tiap jalan di seantero kota kamu, Bro. Itu yang namanya gelandangan dan pengemis
(gepeng) makin bejibun. Mereka duduk memelas menengadahkan tangan, mengelilingi mobil dan motor yang
lagi antri lampu merah, bahkan berkeliling menyambangi tiap komplek perumahan, lengkap dengan ‘atribut’
compang-campingnya. Ngapain? Ya ngemis lah. Pernah ada guyonan, pas seorang ibu yang biasa ngemis di
lampu merah tertangkap petugas tramtib, si ibu bilang: “ampun pak, saya memang ngemis di sini, tapi anak
saya yang satu di UI, satu lagi di Trisakti.” “Kuliah?”, tanya petugas. “Bukan…., ngemis juga Pak!” Pletak!
(nggak usah ketawa terus, karena ini guyonan yang bikin miris)
Buat mereka yang nggak punya rumah alias tunawisma, mereka kudu rela bergeletakkan tidur di
emper-emper toko tiap malam. Diwarnai juga dengan kisah-kisah getir para tukang, yang menjajakan barang
dagangannya dengan harap-harap cemas sampai terkantuk-kantuk, yang menunggu para konsumen
menggunakan jasanya, baik tenaga maupun keahlian. Sebagian dari mereka adalah orang tua di atas kepala
lima atau enam yang seharusnya sudah mengenyam masa istirahat di rumah dengan fasilitas lengkap yang
disediakan anak-cucu mereka. Tapi keadaan memaksa mereka untuk terus survive dengan cara masing-
masing.
Tiap menyaksikan itu semua dada saya serasa sesak, pun nafas terasa tercekat, menahan pilu. Sering
ada yang bilang: Ini hidup, Bung! Memang begini adanya. Whats? Betul ini hidup, tapi kehidupan yang sudah
mulai bergeser menjadi rimba belantara akibat keserakahan sebagian besar manusianya. Catet!
Bro en Sis, menyelami masalah kemiskinan itu ibarat dihadapkan pada tugas menguraikan benang
kusut. Kudu hati-hati dan bijaksana. Masalahnya, ada yang miskin itu karena memang alamiah, ada juga
yang karena pengen dikasihani. Buat kasus yang kedua emang nyata terjadi di sekitar kita. Cuma karena
pengen dapet jatah raskin alias beras buat orang miskin sama minyak tanah bersubsidi, warga kampung
berebut daftar jadi orang miskin. Di tiap jendela rumah mereka ditempelin stiker “Keluarga Miskin (Gakin)”.
Jadi serba salah kadang memandangnya. Di satu sisi kita ngerasa apa yang mereka lakukan nggak
seharusnya begitu, sampai banting harga diri. Tapi di sisi satunya lagi, kita nyadar emang ini seharusnya
hak mereka sebagai warga negara yang dijamin seluruh kebutuhannya oleh pemerintah. Cuma
pemerintahnya aja yang nggak nyadar. Iya kan?

Susahnya jadi orang miskin


Pernah baca sebuah penelitian nih, jumlah orang miskin di negeri kaya SDA Indonesia itu mencapai
setengah lebih dari total penduduknya yang berjumlah 220 juta jiwa. Cuma, lagi-lagi, realitas pada tataran
praktis di lapangan, semua fasilitas kehidupan yang disediakan pemerintah kok banyak yang nggak berpihak
kepada golongan ini ya. Coba aja dipikirin. Meski kebijakan mendiknas melalui pimpinan daerah masing-
masing menegaskan untuk membebaskan seluruh biaya pendidikan di sekolah negeri (baru SD-SMP), tapi
tetep aja masih banyak ditemukan praktik-praktik pemungutan biaya seputar LKS, renang, ekstrakurikuler,
bla bla bla.
Kasian kan buat orang tua yang penghasilannya kecil atau pas-pasan. Baru aja bisa bernapas lega
ngedenger biaya sekolah digratiskan, eh dibikin megap-megap lagi dengan urusan tetek-bengek yang
disebutin tadi. Apalagi yang nyekolahin anaknya di sekolah swasta. Buat yang nggak tahan dengan tekanan
seperti ini, mau nggak mau anaknya dipaksa putus sekolah dan akhirnya berkeliaran di jalan sambil
menenteng okulele: “permisi pak numpang ngamen.”

| www.gaulislam.com | 41
Belum lagi buat yang sakit. Udah jadi rahasia umum kalo berkaitan sama biaya pengobatan di RS,
nggak ada pembedaan buat pasien. Bisa dihitung dengan jari rumah sakit yang melayani sesuai kondisi
pasien. Rata-rata sih nggak ada keringanan biaya buat yang miskin. Pokoknya tetep kudu bayar mahal.
Meskipun udah ditunjukkin kartu askeskin ke bagian administrasinya.
Ada juga kondisi yang lebih parah. Pasien jenis ini biasanya dinomorduakan alias didaftar-tunggukan
setelah selesai melayani pasien yang siap bayar mahal. Sampai akhirnya banyak yang keburu meninggal
sebelum sempat mendapat pengobatan apalagi perawatan. Masya Allah! Begitulah susahnya hidup di negeri
ini. Mungkin ini semua memang harus terjadi sebagaimana yang diamanatkan UUD’45 Pasal 34 yang
bunyinya: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.” Hiks, hiks, jadi sedih, masa’ orang
miskin disamain kayak ayam, dipelihara. (jangan-jangan dipelihari untuk tetap ada? Semoga bukan ya!)
Sementara nun di Senayan sana, para wakil dari rakyat miskin yang hidupnya nggak kayak rakyatnya,
hidupnya wah bermandikan harta dan kesenangan. Gajinya, fasilitasnya, yang selama ini udah dinikmatin,
masih kurang juga ternyata buat mereka. Sekarang mereka minta renovasi rumah dinas, ngabisin duit
negara yang nyata-nyata punya rakyat sampai milyaran rupiah. Para menteri juga nggak mau ketinggalan,
mereka dikasih mobil dinas yang mewah. Istighfar lagi, yuk! Astaghfirullah al-‘Azhim…

Kok bisa miskin?


Sobat muda, kamu mungkin bertanya, faktor apa aja seh yang bikin seseorang jadi miskin secara
harta? Jawabannya (ngikutin Fitri Tropika di Missing Lyrics, hehe) ada beberapa sebab. Kalo kata saya
seenggaknya ada tiga faktor. Pertama, faktor manusianya sendiri yang males-malesan; atau sering
maksiat, jarang ibadah, nggak bersyukur, dan nggak rajin berdoa. Pantes aja rezekinya seret, kita sendiri
yang bikin.
Selain itu, kemiskinan bisa diakibatkan oleh sistem kehidupan yang diterapkan bukan sistem Islam.
Padahal Allah Swt. udah memperingatkan kita (yang artinya): “Dan siapa saja yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. Dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaahaa [20]: 124)
Jelas banget kan ayat ini. Kalo hidup kita jauh dari Allah Swr., pasti hidup kita susah. Apalagi lanjutan
ayatnya, wuih serem. Makanya jangan berani-berani ngelanggar perintah Allah Swt. Kalo kemudian kamu
temukan sosok manusia yang senantiasa maksiat, berbuat kejahatan—atau malah nggak beriman—tapi
hidupnya bergelimang harta dan kemewahan, menurut para ulama itu cuma sebatas istidraj. Oya, istidraj
adalah mengulur, memberi terus menerus supaya bertambah lupa, tiap berbuat dosa ditambah dengan
nikmat dan dilupakan untuk minta ampunan, kemudian dibinasakan.
Tentang istidraj ini dijelaskan dalam firmanNya (yang artinya): “Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan
untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam, berputus asa.” (QS al-An’aam
[6]: 44)
Rasullulah saw. bersabda: “Apabila kamu melihat bahwa Allah Swt. memberikan nikmat kepada
hambaNya yang selalu berbuat maksiat, ketahuilah bahwa orang itu telah diistidrajkan oleh Allah Swt.” (HR
at-Tabrani, Ahmad dan al-Baihaqi)
Bro en Sis, faktor lainnya yang memunculkan kemiskinan adalah faktor bumi. Maksudnya kemiskinan
yang dialami adalah akibat terjadinya fenomena alam di bumi. Bisa karena gempa, banjir, longsor, dan
sebagainya, yang berpengaruh pada produksi alam dalam penyediaan makanan dan minuman bagi manusia.
Sering kan kita dengar gagal panen padi di suatu daerah karena angin puting beliung yang menyebabkan
warga di sekitarnya menderita kelaparan. Tapi kalo mau ditelusuri, semua bencana alam itu juga disebabkan
sama tangan-tangan manusia yang nggak bertanggungjawab sehingga terjadilah kerusakan hingga
menimbulkan kemiskinan. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Ruum [30]: 41)
Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni dalam kitab Shafwatu at-Tafasir, menafsirkan kalimat bimaa
kasabat aydinnaas (disebabkan perbuatan tangan manusia) dalam ayat tersebut dengan bi sababi ma’ashi
an-naas wa dzunubihim (disebabkan kemaksiatan dan dosa yang dilakukan oleh manusia). Maksudnya, tiap
kali manusia melakukan maksiat dan dosa kepada Allah Swt., maka akan terjadi kerusakan di bumi. Salah
satu kemaksiatan bahkan telah menjadi kemungkaran saat ini adalah nggak diterapkannya hukum-hukum
Allah Swt., yakni syariat Islam. Itu sebabnya, kita butuh Khilafah yang bakal nerapin semua itu. Allahu
Akbar!

| www.gaulislam.com | 42
Nah, faktor yang ketiga dari masalah kemiskinan ini adalah faktor kekuasaan Allah Swt. Kemiskinan
seseorang memang bisa jadi sudah Allah tetapkan dalam waktu tertentu atau seumur hidupnya sebagai
takdir. Kita nggak bisa menilai hal ini cuma dari logika manusia yang pasti nyimpulin kalo Allah nggak adil.
Karena Allah Swt. berfirman (yang artinya): “... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 216)
Pasti ada hikmah di balik kemiskinan yang Allah tetapkan itu. Orang yang beriman adalah orang yang
menerima ujian dari Rabb-nya dengan penuh kesabaran. Dengan kesabaran yang diperbuatnya itulah kelak
Allah akan menggantinya dengan surga. Tapi bukan berarti pasrah begitu aja dengan keadaan. Kudu tetep
berusaha semaksimal mungkin, sembari dirangkai dengan aneka ibadah dan munajat kepada Allah Swt.

Renungan
Bro en Sis, kalau mau ditelusuri sejarah kehidupan Rasul saw. beserta para sahabat, ternyata kita
bakal nemuin juga kesusahan hidup mereka. Diriwayatkan dalam Kitab Irsyadul ‘Ibad, bahwa Rasul saw. ada
kalanya beberapa malam bersama keluarganya kelaparan, nggak punya makanan buat disantap. Dalam kisah
lain, beliau sering berpuasa atau mengganjal perutnya dengan batu kalo pas kebetulan nggak ada makanan
di rumahnya. ‘Aisyah ra pernah bertutur bahwa: “Tidak pernah keluarga Muhammad saw. merasa kenyang
makan roti tepung sya’ir dua hari berturut-turut, sampai masa beliau meninggal tiba.” (HR Bukhari dan
Muslim)
Atau kisah yang diceritakan dalam hadis riwayat Bukhari bahwa Abu Hurairah ra sering pingsan di
lokasi antara mimbar dan rumah ‘Aisyah sampai disangka gila. Padahal pingsannya itu hanya karena
kelaparan. Kenapa Rasul kok seolah menerima keadaan itu? Kenapa nggak berdoa aja minta segala
kebutuhan kepada Allah, bukankah doa Rasul mustajab? Semua ini beliau terima sebagai ujian yang harus
dijalani dengan kesabaran.
Saat kita dilanda kekurangan materi alias finansial, inget juga firman Allah (yang artinya): “Dan
sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa,
dan buah-buahan. Serta berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah [2]:
155)
Ada keutamaan untuk orang-orang miskin yang tetap sabar, beribadah, dan berikhtiar sampai akhir
hayatnya. Dalam sebuah hadis Rasul saw. bersabda: “Hai orang-orang fakir, sukakah aku beritakan padamu
kabar gembira? Sesungguhnya orang-orang fakir dari kaum mukmin akan masuk surga sebelum orang-orang
kaya kira-kira setengah hari, yaitu lima ratus tahun.” (HR Ibn Majah)
Dalam hadis lain, ”Aku melihat ke surga, kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir. Dan aku
melihat ke neraka, maka kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (HR Muslim)
Sobat muda, semoga kita semua meski dalam kondisi ekonomi yang carut-marut begini tetap
istiqomah beriman dan beribadah hanya kepada Allah Swt. semata. Karena pada dasarnya, walaupun
secara materi (harta), misalnya, kita serba kekurangan, pada hakikatnya kita tetap kaya akan fisik yang
sehat dan kuat; tetap kaya akan ilmu; tetap kaya akan iman; tetap kaya akan amal shalih, dan tentunya
tetap kaya akan kemuliaan karena kita muslim.
Yang harus kita lakukan sekarang adalah tetap bersyukur kepada Allah Swt. Salah satu wujud syukur
adalah beribadah secara totalitas. Jangan dilupakan juga buat senantiasa qana’ah (menerima pemberian
dari Allah Swt.). Karena kata Rasul saw.: ”Sungguh beruntung orang yang masuk Islam dan rizkinya cukup,
serta merasa cukup dengan apa-apa pemberian Allah kepadanya.” (HR Muslim)
Jangan berhenti berusaha dan berdoa. Karena tugas manusia hanya berusaha dan berdoa, Allah yang
menentukan. Makna kebahagiaan yang sejati bukan sebanyak apa harta atau kekayaan kita. Tapi seluas apa
hati kita dalam menerima setiap rizki dan mempergunakannya dalam ibadah. Lagi-lagi Rasulullah saw.
mengingatkan, ”Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda. Tapi kekayaan yang sebenarnya
adalah kaya hati.” (HR Muttafaq ’Alaih)
Semoga kita bisa semakin mensyukuri segala nikmat yang telah Allah Swt. berikan kepada kita. Allah
Swt. Berfirman (yang artinya):“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al-A’raaf [7]: 96)
Yuk, tetap jaga diri dan jaga iman, biar miskin asal nyenengin Allah Swt. karena tetap beriman dan
bersabar serta berusaha menjadi lebih baik disertai doa yang sungguh-sungguh. Wallahu a’lamu bi ash-
shawaab. Salam Mumtaz! [anto apriyanto, the spirit of soul I segi3_lc@yahoo.com]

| www.gaulislam.com | 43
gaulislam edisi 119/tahun ke-3 (17 Safar 1431 H/1 Februari 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Tak Kenal Maka Tak Benci


P epatah yang sering kita dengar adalah: “tak kenal maka tak sayang”. Ya, kalo kita nggak kenal sama
seseorang, kita nggak akan sayang. Begitupun kalo kita nggak kenal sama Islam, maka kita nggak
akan bisa sayang sama Islam. Apalagi sampe menjadi pembela dan pejuangnya. Iya nggak sih?
Bro en Sis, selain pepatah yang udah bertahun-tahun kita hapal itu, kita juga perlu membudidayakan
(idih, emangnya lele dumbo?), maksudnya mensosialisasikan pepatah: “tak kenal maka tak benci”.
Sebenarnya nggak ada yang aneh dengan istilah ini. Sebab hanya lawan kata saja dari pepatah pertama. Ya,
ini juga kudu kita pahami. Bahwa kita nggak bakalan benci sama seseorang kalo kita nggak kenal siapa
dirinya. Kita nggak bakalan benci sama ide-ide yang bertentangan dengan Islam, kalo kita nggak
mengenalnya. Iya nggak sih?
Coba, kamu pasti nggak bakalan ngerasa benci setengah idup sama Si Babeh sang penjagal itu.
Sebelumnya apa pernah kamu tahu siapa doi? Nggak juga kan? Baru deh setelah media massa ramai
menjadikan doi sebagai berita kita jadi tahu kesadisan doi. Kita benci banget karena doi tega-teganya
membunuhi anak-anak jalanan dan bahkan mensodominya. Bejat bener tuh orang! (hehe..ini salah satu
rangkaian kalimat yang spontan keluar dari mulut kita atau nengalir deras dalam tulisan kita). Kenapa bisa
benci? Karena udah mengenalnya, atau minimal mengetahui perilakunya yang bejat itu. Iya kan?
Bro en Sis, ini artinya bahwa kita seharusnya mampu mengetahui dan mengenali segala sesuatu.
Supaya kalo kita tahu dan kenal, maka kita akan bisa memutuskan pendapat kita. Bisa menilai dan
memberikan kesimpulan. Bisa sayang, bisa benci. Bisa bahagia, bisa kecewa. Mungkin saja bersenang-
senang, bisa juga bermuram-durja. Semua itu, setelah kita mengetahui dan mengenalnya. Itu sebabnya,
kita harus bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Siapa yang perlu didukung dan siapa
pula yang wajib dilawan. Cara pandang kita yang akan menentukan sikap dan perilaku kita. Dan, sebagai
muslim kita harus menjadikan Islam sebagai tolok ukur dalam berbuat dan berpendapat. Setuju kan? Kudu!

Kapitalisme-Sekularisme? Benci banget!


Secara singkat saya coba jelasin buat kamu nih. Biar kamu kenal dengan sistem kufur ini. Yup,
kapitalisme adalah ideologi dan sistem yang lahir dari doktrin sekular yang diadopsi Eropa setelah
runtuhnya kekuasaan gereja dalam arena politik. Kamu kayaknya pernah dengar deh semboyan pas revolusi
Perancis: “Gantung kaisar terakhir, dengan usus pendeta terakhir”. Nah, itu sebagai protes dari rakyat
Perancis waktu itu untuk mengakhiri kekuasaan gereja terhadap urusan pemerintahan. Jadi, nih
Kapitalisme tuh ‘akidahnya’ adalah sekularisme.
Soalnya dulu kekuasaan gereja ikut andil banget dalam menentukan kehidupan bernegara. Menurut
Victor Hugo (dalam History of Free Thought, hlm. 147, dalam kutipan di buku PeradabanBarat dalam
Kacamata Islam, www.irib.ir), sejarah gereja yang sebenarnya bukan saja dapat dibaca lewat halaman-
halaman buku, tetapi juga di celah-celah baris catatan resmi. Gereja telah menyebabkan Parnili dihukum
cambuk sehingga hampir saja menemui ajalnya. Hal itu terjadi lantaran ia menyatakan bahwa bintang tidak
jatuh dari jalan yang telah ditentukan. Pihak gereja melemparkan Campland ke dalam penjara sebanyak 27
kali karena dia mengklaim adanya kehidupan selain di bumi. Gereja menyiksa Harvey karena membuktikan
bahwa darah beredar lewat urat dan saluran darah di dalam badan.
Oya, Hugo menambahkan bahwa gereja juga memenjarakan Galileo karena dia menyatakan bahwa bumi
mengitari matahari, sebuah pernyataan ilmiah yang kontradiktif dengan teori yang terdapat dalam
perjanjian lama dan baru. Gereja memenjarakan Christopher Columbus yang menemukan benua tanpa
memberitahu Saint Paul. Gereja memvonis setiap penemuan hukum alam, evolusi dunia, ataupun benua
yang sebelumnya tidak diramalkan oleh kitab suci, sebagai sebuah pelanggaran moral. Gereja menyingkirkan
Pascal dan Montey karena dianggap tidak bermoral, dan Muller dengan tuduhan pencabulan.

| www.gaulislam.com | 44
Karuan aja, sikap model gini bikin panas masyarakat, khususnya para ilmuwan dan cendekiawan saat
itu. Mereka menganggap bahwa kalangan gereja terlalu ngatur dan ngekang akal mereka. Setelah banyak
protes di sana-sini dari rakyat, akhirnya dicari jalan tengah, yakni urusan pemerintahan diserahkan kepada
kalangan negarawan, dan urusan agama diberi wewenang kepada pihak gerejawan untuk mengaturnya.
Begitu cerita singkatnya.
Sekarang, konsep sekularisme ini berkembang, apalagi setelah diadopsinya HAM alias Hak Asasi
Manusia. Nah, salah satu konsep fundamental yang lahir dari sekularisme adalah adanya keharusan negara
atau kelompok atau individu untuk melindungi hak manusia dalam kebebasan beragama, kebebasan
berpendapat, kebebasan kepemilikan, dan kebebasan individu.
Dari prinsip kebebasan kepemilikan muncul sistem ekonomi kapitalis. Demokrasi, atau konsep
‘kedaulatan rakyat’, adalah sistem politik yang juga lahir dari keyakinan sekular, tapi sebagai sistem politik
demokrasi kurang menonjol dibandingkan sistem ekonomi kapitalis. Meskipun secara teoretis demokrasi
memberikan kekuasaan legislasi kepada rakyat, tapi pada kenyataannya mereka yang memiliki kekayaan
ekonomi adalah pihak yang secara riil memiliki kekuasaan.
Bro, sistem ekonomi kapitalis boleh dikata bisa mengendalikan dan mengambil peran dalam
pemerintah, dan pembuatan kebijakan di Barat hampir sepenuhnya didorong oleh faktor-faktor ekonomi.
Dari pemikiran ekonomi kapitalis lahir konsep benefit dan interest, dan keharusan untuk memaksimalkan
benefit dan interest individu dan masyarakat. Konsep ini menjadi driving force sistem politik dan kebijakan
luar negeri negara-negara Barat. Terus nih, para kapitalis, yaitu mereka yang menguasai kapital dan
kekayaan, adalah penguasa yang sesungguhnya.
Contohnya aja nih, kalo ada pilkada alias pemilihan kepala daerah (termasuk pilpres tentunya), tuh yang
berperan bukan cuma calon bupati atau gubernurnya aja. Tapi juga ada tim sukses. Nah, tim sukses inilah
yang akan bekerja nyari dukungan, termasuk pencarian dana. Dananya dari siapa? Ya, dari para konglomerat
yang punya modal. Ikhlas? Hmm.. dukungan tuh nggak ada yang gratis, man! Kalo nanti ‘jagonya’ kepilih jadi
bupati atawa gubernur (atau yang lebih keren lagi, presiden), maka proyek-proyek di daerah itu, atau dalam
skala nasional kalo yang dukung adalah presiden, bakalan jatuh ke tangan penyandang dana tersebut. Di
Amerika juga sama. Bahkan ada konglomerat asal Indonesia yang punya bank di sini, ikut patungan untuk
pemilihan presiden Bill Clinton beberapa tahun silam.
Oya, perlu diketahui bahwa demokrasi bukanlah monopoli sekularisme. Komunisme juga mengklaim
dirinya demokratis dan mengklaim bahwa pemerintahan berasal dari rakyat. Oleh karena itulah, ideologi ini
lebih tepat disebut Kapitalisme, dengan sekularisme sebagai landasannya alias akidahnya. (Diadapatasi dari
M. Ramdhan Adi, Globalisasi; Skenario Mutakhir Kapitalisme, al-Azhar Press, 2005)

Komunisme-Sosialisme? Halah, benci juga!


Walah, jadi nostalgia deh kalo ngomongin sosialisme dan komunisme. Soalnya apa? Soalnya secara
institusi nih ideologi udah “wasalam”. Udah nggak diemban lagi oleh negara besar sekelas Uni Soviet atau
USSR (Union of Soviet Socialist Republics) yang udah bubar pada tahun 1991. Banyak yang seneng dengan
bubarnya Uni Soviet, terutama negara-negara pengemban kapitalisme. Oya, grup rock sekelas Scorpion
juga ikutan bikin satu lagu manis berjudul Wind of Change sebagai bentuk ‘syukuran’ berakhirnya era
sosialisme-komunisme.
Saat ini, sosialisme-komunisme praktis berakhir. Secara individu atau kelompok masih ada yang
memperjuangkan. Negara kecil juga masih ada sih yang menerapkan, Vietnam salah satu contohnya. Nama
resmi negaranya adalah Socialist Republic of Vietnam. Selain Vietnam, Korea Utara dan Cina adalah dua
kekuatan negara Sosialisme yang masih dianggap sebagai ancaman bagi Amerika, meski Uni Soviet udah
hancur.
Bro, pada dasarnya sosialisme tuh muncul sebagai tandingan kapitalisme, lho. Sosialisme sebagai
bentuk perlawanan kepada kapitalisme yang udah bikin sengsara kaum buruh di Eropa pada abad 19.
Emang sih, pada satu sisi industrialisasi--dengan kapitalisasinya--telah mendorong dengan pesat laju
produksi barang dan jasa. Akan tetapi industrialisasi juga bertanggung jawab terhadap kesenjangan dan
krisis sosial yang merugikan kaum buruh. Upah kerja rendah, jam kerja panjang, eksploitasi tenaga anak dan
wanita, serta pabrik yang kurang--bahkan tidak--memperhatikan keamanan kerja dan kesejahteraan kaum
buruh.
Muncul kemudian Robert Owen (1771-1858) di Inggris, Saint Simon (1760-1825), dan Fourier
(1772-1837) di Perancis berusaha memperbaiki kondisi buruk ini. Didorong rasa kemanusiaannya mereka
memformulasikan teori-teori tentang sosialisme. Namun usaha mereka tidak dibarengi dengan tindakan
nyata, maupun konsepsi nyata mengenai tujuan dan strategi dari perbaikan itu. Sehingga teori-teori

| www.gaulislam.com | 45
mereka dianggap sebagai khayalan semata. Terutama oleh Marx dan Engels. Muncul kemudian istilah
Sosialisme Utopis.
Karl Marx (1818-1883) dari Jerman, tampil ke depan. Ia juga mengecam keadaan ekonomi dan sosial
yang bobrok akibat diterapkannya sistem ekonomi kapitalistik. Untuk mengubah kondisi bobrok masyarakat
tersebut, Karl Mark berpendapat bahwa masyarakat harus diubah dengan perubahan radikal (revolusioner)
bukan dengan perubahan tambal sulam. (baca Robert A. Isaak, International Political Economy (terj.
Ekonomi Politik Internasional; pentj. Muhadi Sugiono; ed.I, Juli 1995, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta)
Terus Marx menyusun teori-teori sosial bertumpu pada hukum-hukum ilmiah. Ia menamakan teori
sosialnya dengan nama Sosialisme Ilmiah (Scientific Socialism), untuk membedakan pahamnya dengan
Sosialisme Utopis. Dalam menyusun teori-teori sosialnya Marx banyak dipengaruhi oleh filsuf Jerman Hegel
(1770-1831, terutama filsafat Hegel tentang dialektika. Kemudian ia dan Engels menerbitkan berbagai
macam karangan, salah satunya yang paling masyhur adalah Manifesto Komunis dan Das Kapital.
Bro, sosialisme-komunisme nggak bertahan lama lho. Cuma 70-an tahun diterapkan sebagai ideologi
negara oleh Uni Soviet. Karl Marx sebagai konseptornya. Sementara Stalin, Lenin dan pemimpin berikutnya
sampe bubar di tahun 1991 adalah sebagai pelaksana aturan hukumnya.
Berbeda dengan kehidupan Kapitalisme yang individualistis, Sosialisme memiliki prinsip kesetaraan.
Dalam Kapitalisme, kalo pun berkelompok atau berserikat, tapi kepentingan pribadi lebih menonjol.
Sementara dalam sosialisme nggk boleh ada ambisi pribadi untuk memiliki apa pun. Semuanya harus sama.
Karena kepentingan pribadi bisa ngerusak kesatuan. Konsepnya sih gitu deh. Tapi kenyataannya?
Ya, tapi kenyataannya nih, pemikiran itu cuma teori doang. Prakteknya nol besar. Buktinya, para
petinggi partai komunis berebut harta dan kekuasaan. Bukan hanya itu, pejabatnya juga sering
mengeksploitasi rakyat dan mengatasnamakan rakyat untuk melanggengkan kekuasaan mereka. Itu
sebabnya, jangan heran kalo muncul lelucon-lelucon satire (sindiran) oleh banyak rakyat Soviet. Kalo nggak
percaya silakan baca buku Mati Ketawa Cara Rusia. Dijamin ngakak sendiri, tapi sekaligus bikin kita mikir.
Ya, karena sosialisme-komunisme juga nggak ada bedanya ama kapitalisme kalo dilihat dari merusaknya.
Oya, kayaknya kamu perlu tahu deh bahwa ‘akidahnya’ Sosialisme adalah materialisme. Prinsip
materialisme menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada hanyalah materi belaka. Nggak ada Tuhan, nggak
ada ruh, atau aspek-aspek kegaiban lainnya. Jadi, materilah asal-usul segala sesuatu. Materi juga
merupakan dasar eksistensi segala macam pikiran. Dari ide materialisme inilah dibangun dua ide pokok
dalam Sosialisme yang mendasari seluruh bangunan ideologi Sosialisme, yakni Dialektika Materialisme dan
Historis Materialisme. (Ghanim Abduh, Kritik Terhadap Sosialisme-Marxisme, Pustaka Al-Izzah, 2003)
Nah, atas dasar ide materialisme ini, dengan sendirinya agama nggak punya tempat dalam Sosialisme-
Komunisme. Sebab agama berpangkal pada pengakuan atas eksistensi Tuhan, yang jelas-jelas diingkari oleh
ide materialisme. Bahkan agama dalam pandangan kaum sosialis hanyalah ciptaan manusia yang tertindas
dan merupakan candu yang membius rakyat yang harus dimusnahkan dari muka bumi.
Itu sebabnya nih, menurut Sosialisme hubungan negara-agama dapat diistilahkan sebagai hubungan
yang negatif. Dalam arti Sosialisme telah menafikan alias secara mutlak eksistensi dan pengaruh agama
dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Agama merupakan candu masyarakat yang harus dibuang
dan dienyahkan. Begitu deh singkatnya. Oke? Kalo pengen lengkap sekarang udah banyak buku-buku yang
bahas tentang sosialisme, baik pandangan pemikir Kapitalisme, Islam, maupun dari praktisi Sosialisme-
Komunisme sendiri. Biar mantep, gitu lho.

Islam adalah ideologi


Bro en Sis, jelas banget kalo Islam tuh adalah ideologi. Itu sebabnya, jangan lagi kita menganggap
bahwa Islam cuma ngurus soal akhirat aja. Islam lihai juga lho ngurus dunia. Tapi dengan catatan, yakni kalo
Islam diterapkan sebagai ideologi negara. Jadi, mulai sekarang biasakan untuk memahami Islam sebagai
ideologi. Oke?
Sekadar menekankan aja nih, bahwa nggak ada keraguan kalo akidah Islam tuh menjelaskan bahwa
sebelum ada kehidupan dunia ini ada Allah Pencipta manusia, alam semesta, dan kehidupan; bahwa Allah
Pencipta manusia telah menurunkan aturan-aturanNya ke dunia ini untuk mengatur kehidupan manusia; dan
bahwa manusia akan menuju alam akhirat dengan dimasukkan ke dalam surga atau neraka—begantung pada
terikat-tidaknya dirinya dengan aturan-aturanNya. Itulah realitas akidah Islam yang harus diyakini oleh
setiap Muslim.
Karena itu, agama Islam tidak boleh dipisahkan dari kehidupan. Seorang Muslim diperintahkan untuk
menaati Allah Swt. di rumah, di pasar, di mal, di kendaraan, di kantor, di sekolah, di masjid, di ruang

| www.gaulislam.com | 46
pertemuan, di mess, di hotel, dan di setiap tempat. Demikian juga ketika makan, minum, berpakaian,
berakhlak, beribadah, dan berbagai muamalah. Semuanya kudu ngikutin aturan Allah Swt. dan RasulNya.
Boys and gals, Islam adalah agama yang nggak bisa diceraikan dari politik (baca: negara). Itu
sebabnya, Imam al-Ghazali berkata: “Karena itu, dikatakanlah bahwa agama dan kekuasaan adalah dua
saudara kembar. Dikatakan pula bahwa agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya.
Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan roboh dan segala sesuatu yang yang tidak berpenjaga
niscaya akan hilang lenyap.” (Dalam kitabnya, al-Iqtishad fil I’tiqad hlm. 199)
Nah, mulai sekarang, tanamkan pemahaman tentang Islam sebagai ideologi agar lebih mantep
mengenal dan meyakini Islam. Supaya makin sayang sama Islam. Sebaliknya, kenali lebih dalam kapitalisme,
sosialisme, komunisme, sekularisme, liberalisme, dan keyakinan serta semua ideologi rusak lainnya agar kita
makin benci dan mencampakkan aturan-aturan kufur tersebut. Hanya Islam yang wajib tegak di muka bumi
ini, bukan yang lain. Setuju kan? [solihin: Twitter: @osolihin | http://osolihin.net]

| www.gaulislam.com | 47
gaulislam edisi 120/tahun ke-3 (24 Safar 1431 H/8 Februari 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Valentine’s Day Tak Istimewa


B ro en Sis, bulan Februari ini orang-orang pada sibuk ngurusin keperluan Valentine’s Day (VD).
Seolah, menjadi hajatan wajib yang kudu digelar tiap tahun. Nggak cuma remaja yang serius
menyambut tanggal 14 Februari yang menurut mereka hari spesial, tapi orang dewasa dan anak-
anak juga nggak mau ketinggalan ngeramein. Ada yang bener-bener menganggap bahwa VD adalah hari
kasih sayang, tapi nggak sedikit yang cuma latah ikutan karena melihat banyak yang ngerayain dan
sepertinya asik dilakuin. So, bulan Februari selalu identik dengan momen hari kasih sayang. Maka, nggak
heran dong kalo tiap tahun tanggal 14 Februari dirayakan banyak orang. Momen yang menurut mereka pas
untuk mengungkapkan kasih sayang. Benarkah?
Di edisi kali ini gaulislam nggak bakalan bahas sejarah VD dari berbagai versi, karena pastinya banyak
yang udah bahas, termasuk gaulislam sendiri pernah bahas di tahun-tahun sebelumnya. Kamu bisa buka
arsipnya di website kita. Silakan cari sendiri deh. Hehehe.. bukan nggak mau nulisin lagi, tapi khawatir kamu
bosan. Sebab, udah jelaslah bahwa VD bukan berasal dari ajaran Islam. Tapi kali ini, kita lebih fokus
membahas dari sudut pandang gaya hidup remaja muslim yang seharusnya memang tak terkontaminasi
gaya hidup asing, salah satunya nggak ikut-ikutan kejeblos ngerayain VD. Ok?

Be My Valentine?
Para cowok yang percaya bahwa VD adalah hari kasih sayang, biasanya ngedadak romantis. Mereka
sibuk nyari pasangan atau menjalin hubungan erat dengan kekasihnya yang sudah lama dipacarinya. Di
antara mereka ada yang serius nyari buat dijadiin kekasih sejati atau memperkuat ikatan yang udah ada,
tapi nggak sedikit yang cuma nebar rayuan gombal dan nyari gebetan baru. Ya, niatnya pasti beragam.
Bro en Sis, di bulan ini sebagian dari kita kayaknya ngedadak jadi lebih sentimentil, lebih romantis (asal
jangan roman manis hati iblis aja yee—atau romantis=rokok makan gratis), lebih peka, dan ujug-ujug jadi
pujangga karbitan yang bisa melahirkan puisi cinta. Ibarat grafik pada sitemeter, bulan ini mencapai peak
(puncak) tertinggi. Itu karena tingkat kunjungan ke website meningkat dan juga karena banyak netter lain
nge-link ke web or blog kita. Lho apa hubungannya? Ada. Maksudnya, sekadar ingin menjelaskan bahwa di
bulan ini suasana hati orang-orang sedang berada di puncak untuk mikirin momen hari kasih sayang. Jadi
bawaannya romantis dan lembut serta ceria (hehehe.. analoginya maksain nggak sih?).
Oya, jangan-jangan banyak di antara teman kamu (atau kamu sendiri?) yang udah nyiapin big deal neh
dengan kekasih hatimu? Tambah berbunga-bunga deh menjelang perayaan Valentine Day’s. Wah, bisa-bisa
banyak cowok yang nawarin diri jadi ‘pangeran’. Itu sebabnya, sekarang udah berseliweran tuh rayuan
gombal: “Be My Valentine?” So pasti tuh cowok minta jawaban dari kamu yang cewek untuk
menganggukkan kepala sebagai bentuk persetujuan. Pernah ngalamin nggak? Kalo saya belum hehehe..
belum mampu ngerayu cewek kalo urusannya untuk maksiat (ciee.. boleh dong punya prinsip, swit swiw..)
Hati-hati lho kalo ada cowok kurang ajar berani nanya-nanya kayak gitu sama kamu yang cewek.
Waspadalah, siapa tahu itu hanya jebakan alias perangkap. Kita nggak pernah tahu kan isi hati seseorang?
Dalamnya samudera bisa diselami, dangkalnya hati manusia susah dipahami. Setuju?
Boys and gals, rasanya makhluk bernama cinta bisa dipoles sedemikian rupa bergantung latar
belakang yang se-dang jatuh cinta. Itu sebabnya, cinta itu memang universal banget. Kita bisa
menumpahkan energi cinta kita kepada orang yang kita sayangi dan kasihi. Tapi hati-hati lho, cinta juga
butuh aturan. Nggak sembarangan main tubruk atau main pukul aja dalam mengekspresikannya (*main
pukul, emangnya tinju?). Yup, cinta butuh aturan, bro!

| www.gaulislam.com | 48
Jangan tergoda rayuan
Saling tukar kado spesial, berbalas kirim SMS cinta, adu bikin puisi cinta, saling ngasih coklat, dan
ngajak jalan-jalan saat VD sudah menjadi tradisi. Nggak heran kalo hampir semua orang yang percaya
bahwa VD adalah hari kasih sayang dia akan ngelakuin hal-hal tersebut.
Bro en Sis, salah satu upaya agar tak terjerumus ikutan VD, buat kita yang muslim, adalah jangan
mudah tergoda rayuan. Baik rayuan dari teman yang ngajak dating di tanggal 14, maupun rayuan gombal
penjual pernak-pernik VD. Ada baiknya memperhatikan pepatah Woodrow Wyatt, “seorang pria jatuh cinta
melalui matanya, seorang wanita jatuh cinta melalui telinganya”. Maka pantas saja banyak cowok yang
hobinya lirak-lirik nyari tampang cewek yang enak dipandang mata. Karena dari situlah jalan untuk jatuh
cinta, sekaligus pintu hawa nafsu. Nah, karena cewek mudah tergoda dari rayuan, dan tentu saja itu
menggunakan telinganya untuk mendengar rayuan itu, maka banyak cewek yang lemah tak berdaya ketika
diberi harapan, dijanjikan, dan dirayu ini dan itu. Hmm.. apalagi di momen 14 Februari ini, banyak peluang ke
arah sana. Waspadalah!
Hehehe.. jadi inget tulisan saya dan Kang Iwan Januar di buku yang kami tulis 7 tahun lalu, Jangan
Nodai Cinta. Ada beberapa keterangan yang perlu saya bagikan dalam tulisan ini. Berikut kutipannya:
Pada masa Rasulullah saw. ada seorang pria sedang berjalan-jalan ketika kemudian ia melihat seorang
wanita yang menarik perhatiannya. Wanita itupun memandangnya. Syetan kemudian membisikkan godaan
pada keduanya hingga keduanya terus bertatapan sampai-sampai pria itu tidak menyadari bahwa ada
dinding di hadapannya. Akhirnya ia menabraknya dan hidungnya terluka. Ia berkata, “Demi Allah aku tidak
akan menghapus darah sampai aku mendatangi Rasulullah saw. dan memberitahukan pada beliau tentang
kejadian ini.” Ketika ia berjumpa dengan Rasulullah saw. dan menceritakan peristiwa tersebut Allah Swt.
pun menurunkan ayat 30-31 dari surat an-Nuur: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih
suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada
wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,"(QS an-Nuur [24]:
30-31)
Sejak saat itu kaum muslimin diperintahkan untuk saling menjaga pandangan yang dapat memunculkan
syahwat mereka.
Ketika Rasulullah saw. tengah membonceng al-Fadhl bin Abbas ra. pada saat pelaksanaan qurban dari
Mudzalifah hingga ke Mina, mereka berpapasan dengan serombongan wanita yang mengendarai unta. Al-
Fadhl melihat mereka dan terus menatapnya lekat-lekat. Rasulullah saw yang mengetahui hal itu lalu
membalikkan kepalanya ke arah yang lain.
Sementara itu kepada Ali bin Abi Thalib ra. beliau juga bersabda: "Wahai Ali, janganlah engkau ikuti
pandangan dengan pandangan lagi, karena yang pertama menjadi bagianmu dan yang berikutnya bukan lagi
untukmu (menjadi dosa)"(HR Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud)
Nah, semoga sedikit kutipan ini bisa menyegarkan kembali ingatan kamu tentang ajaran Islam. Ajaran
Islam ini menyelamatkan lho. Maka, pada momen VD ini, waspadalah terhadap segala rayuan dan godaan
yang bisa mengajak kepada maksiat. Berbahaya, gan!

Ikut pesta Valentine? No!


Bro en Sis, meski pada tanggal 14 Februari seluruh dunia pesta cinta, tapi bukan berarti pesta itu
layak juga kamu lakuin. Bener lho. Karena yang jelas, pesta ini nggak ada sangkut pautnya dengan ajaran
Islam, bahkan ada juga kalangan Kristen yang nggak suka dengan pesta ini.
Mau tahu pendapat mereka? Menurut mereka, VD nggak ada hubungannya dengan keimanan kaum
Kristen. Menurut Ken Sweiger yang menulis artikel “Should Biblical Christians Observe It?”
(www.korrnet.org) kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat
dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Jadi, sama
sekali nggak ada hubungan dengan agama Kristen. Walaupun ada juga yang menyebutkan bahwa ketika
agama Kristen masuk ke Romawi, khususnya untuk menarik perhatian para pemuda Romawi agar memeluk
agama Kristen, tapi mereka masih suka dengan tradisi mereka, maka dibuatlah pesta Valentine agar tradisi
kaum pagannya nggak ilang.
Boys and gals, Islam juga nggak mengajarkan masalah ini. Coba deh kamu buka al-Quran en kitab-kitab
hadis, dan juga fikih. Nggak ada an-juran untuk ngerayain V Day. Sebaliknya, malah dilarang abis. Misalnya
dalam firman Allah Swt.: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka

| www.gaulislam.com | 49
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS al-An’am [6]: 116)
Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum (gaya hidup dan adat istia-
datnya), maka mereka termasuk golongan tersebut.” (HR Abu Daud dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar)
Jadi, kalo sampe ada remaja muslim dan muslimah yang ikutan latah ngasih kado berupa permen,
coklat, atau ngirim e-mail bergambar Cupid en hati, kirim SMS, EMS, MMS, cuap-cuap di status en note
facebook, bikin tweet di twitter dan lainnya yang bernuansa VD kepada seseorang yang kamu sukai, apalagi
terus ngerayain pesta VD, aduh, mohon untuk segera minta ampunan sama Allah deh. Istighfar yang
banyak yee... (maaf lho, bukan nyuruh-nyuruh, tapi sekadar ngingetin aja)
Bro, Islam adalah agama yang khas peribadatannya, termasuk dalam soal hari raya. Rasulullah saw.
udah mengingatkan bahwa Allah Ta’ala telah memberikan kita hari raya yang terbaik dari yang pernah ada.
Sabdanya:“Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari raya yang lebih baik; hari fitri dan
hari adha.”(HR Abu Dawud)
Allah telah melarang kaum muslimin terlibat dalam hari raya orang-orang kafir. FirmanNya:“Dan orang-
orang yang tidak menyaksikan kepalsuan (az-zûr)…” (QS al-Furqan [25]: 72)
Terdapat kesalahan dalam sejumlah penerjemahan ayat tersebut di dalam terjemahan al-Quran bahasa
Indonesia. Ayat tadi sering diterjemahkan “dan orang-orang yang tidak bersaksi palsu”. Padahal, para
ulama tafsir menjelaskan beragam seperti kebohongan, kebatilan dan perbuatan syirik. Ibnu Abbas ra.
menjelaskan ayat itu sebagaimana tercantum di atas, yakni hari raya orang musyrik. Sayyidina Umar bin
Khaththab memerintahkan kaum muslimin untuk menjauhkan diri dari hari raya orang-orang kafir. Sebab,
pada saat itulah azab Allah Swt. akan hadir.
So, walhasil nggak ada istimewanya VD bagi kaum muslimin yang tetap berpegang teguh pada ajaran
Islam. Oya, sebenarnya bukan hanya tak istimewa, tapi VD adalah budaya jahiliyah bin kufur. Maka, jauhilah.
Setuju kan? [solihin: Twitter: @osolihin | http://osolihin.net]

| www.gaulislam.com | 50
gaulislam edisi 121/tahun ke-3 (1 Rabiul Awal 1431 H/15 Februari 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Cinta Tanpa Koma


B icara tentang cinta pasti nggak pernah ada habisnya. Akan selalu ada cerita. Beragam cerita
tentang berbagai versi cinta di dalamnya. Cerita bahagia. Cerita sedih. Cerita tentang kemarahan.
Cerita tentang kerinduan. Cinta kepada orang tua. Cinta kepada sahabat. Cinta kepada saudara.
Cinta kepada kekasih. Cinta kepada kekuasaan. Cinta kepada kekayaan.
Tapi, adakah cinta sejati di antara semua itu? Cinta yang dapat membuat pengorbanan dilakukan
tanpa penyesalan. Cinta yang mampu melahirkan sejatinya kebahagiaan.
Ramai orang berlomba mencari cinta yang sesungguhnya. Mereka mencari, kita mencari, menapaki
jalannya masing-masing dengan caranya sendiri. Ada yang dengan memperturutkan hawa nafsu, menjadikan
diri sendiri sebagai satu-satunya penentu. Sehingga tidak heran bertebaranlah cinta rela mati ala Romeo
dan Juliet atau ala Jack ‘n Rose. Sehingga lahirlah perayaan berhala cinta ala Juno Februata atau ala Dewa
Zeus dan Hera. Cinta liar. Cinta tanpa akal. Cinta tanpa perenungan.
Lalu bagi kita, cinta sejati seperti apakah yang akan kita perjuangkan? Cinta sejati seperti apakah
yang layak kita miliki dan bagi?

Cinta sejati yang terabai


Manusia ada karena diciptakan oleh Sang Penguasa Alam Semesta, Allah Swt. Allah telah ciptakan
manusia dengan rasa butuh. Manusia membutuhkan makanan-minuman, pakaian dan tempat tinggal untuk
bisa tetap menjalani kehidupan. Manusia membutuhkan perlindungan untuk bisa hidup dengan aman.
Manusia membutuhkan pendidikan agar mampu berkembang.
Allah ciptakan manusia dengan kemampuan merasa: haru, marah, suka, takut, sedih, takjub, kecewa,
cinta. Sehingga hidupnya bisa dijalani dengan lebih berwarna.
Allah ciptakan manusia dengan menyediakan segala isi bumi dan langit diperuntukkan bagi manusia.
Allah curahkan air dari langit sebagai penyubur tanaman. Allah ciptakan laut dan sungai beserta makhluk di
dalamnya. Allah telah ciptakan padang rumput untuk manusia bisa gembalakan hewan ternak bagi
kepentingannya. Allah telah ciptakan pepohonan sehingga manusia bisa berteduh dan membuat tempat
tinggal.
Allah telah ciptakan padi, gandum, jagung, ketela untuk mengenyangkan perut manusia. Allah telah
ciptakan api dan barang tambang sehingga manusia bisa hidup lebih nyaman. Air, api, udara, tanah, Allah
sudah serahkan semuanya bagi manusia. Allah telah hadirkan akal pada manusia sehingga mampu selalu
memajukan hidupnya. Dan itu yang teristimewa. Namun, apa yang telah manusia perbuat untuk membalas
cintaNya?
Cinta Allah dibalas dengan pendustaan terhadap perintah dan laranganNya. Cinta Allah dibalas dengan
penolakan untuk berhukum berdasarkan aturanNya. Yang halal tidak dipedulikan! Yang haram dilanggar!
Cinta Allah dibalas dengan pelalaian, pembohongan, dan keengganan untuk taat sepenuhnya, untuk
mengabdi sepenuh jiwa. Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw. hanya dipakai sesekali, tidak untuk dikaji lagi
dan ditaati. Ironis. Miris.

Cinta sejati tak akan pernah menyakiti


Cinta Allah kepada makhlukNya adalah ampunan dan nikmatNya atas mereka, dengan rahmat dan
ampunanNya, serta pujian yang baik kepada mereka. Cinta Allah kepada kaum mukmin adalah pujian, pahala,
dan ampunan bagi mereka (Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, hlm.: 42)
Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari hadist Anas bin Malik r.a. Dia berkata:
“Rasulullah saw bersabda tentang apa yang beliau riwayatkan dari Rabnya. Dia berfirman : ‘….Jika Aku

| www.gaulislam.com | 51
mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar. Aku menjadi matanya
yang ia gunakan untuk memandang. Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memegang. Aku menjadi
kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. DenganKu ia mendengar, denganKu dia memandang, denganKu dia
memegang, denganKu dia berjalan. Seandainya ia meminta kepadaKu, niscaya Aku benar-benar memberikan
kepadanya permintaanya, dan seandainya dia berlindung kepadaKu, niscaya Aku benar-benar
melindunginya….”
Dari Anas r.a., sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:”Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya
ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih dari yang lainnya,
orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan orang yang tidak suka kembali kepada kukufuran
sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke Neraka.” (Mutafaq ‘alaih)
Indah. Teramat indah cinta yang Allah Swt. anugerahkan kepada manusia. Cinta yang melebihi cinta
semua makhluk di seluruh jagad raya. Kalau kita membalas cinta itu dengan tulus dijamin tidak akan pernah
bertepuk sebelah tangan, bahkan balasannya melebihi apa yang kita mampu perkirakan.
Itulah cinta Allah, cinta sejati. Cinta yang nggak akan pernah menyakiti.

Cinta tanpa koma


Cinta Allah bagi para hambaNya sudah sangat jelas tidak akan pernah lekang oleh jaman. Nggak
pernah habis digerus kondisi, situasi, dan waktu. Lalu bagaimana sebaliknya? Balasan seperti apa yang
sepatutnya kita persembahkan bagi Allah? Pastinya cinta haruslah dibalas dengan cinta. Cinta yang seperti
apa? Al Zujaj berkata, “Cintanya manusia kepada Allah dan RasulNya adalah menaati keduanya dan ridlo
terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw.”
Di sebuah kisah, Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, dan Utsman datang bertamu ke rumah Ali. Di sana
mereka dijamu oleh Fathimah, putri Rasulullah sekaligus istri Ali bin Abi Thalib. Fathimah menghidangkan
untuk mereka semangkuk madu. Ketika mangkuk itu diletakkan, sehelai rambut jatuh melayang dekat
mereka. Rasulullah segera meminta para sahabatnya untuk membuat perbandingan terhadap ketiga benda
tersebut, yaitu mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut. Malaikat Jibril yang hadir bersama
mereka, turut membuat perumpamaan, “Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk
yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan
agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.” Allah Ta'ala, pun membuat perumpamaan
dengan firmanNya dalam hadits Qudsi, “SurgaKu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat
surgaKu itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surgaKu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.” (Sabili
No.09 Th.X)
Cinta kita kepada Allah akan mampu membuat kita rela berkorban apa saja demi Dia, membuat kita
akan terus mengingatNya, tunduk terhadap segala tuntunanNya, dan bersabar atas segala ujian dariNya.
Tanpa kita was-was kalau cinta kita tidak berbalas. Allah sendiri yang menjanjikan seperti yang termaktub
dalam hadist Qudsi di atas. Surga. Memang akan selalu muncul rintangan di tengah perjalanan. Akan ada
jalan terjal menuju ke sana. Namun Allah sudah pastikan surga itu nyata ada buat kita.
Cinta kepada Allah memang harus diletakkan di atas segalanya. Namun, bukan berarti cinta kita
kepada manusia yang lain tersingkirkan. Cinta seperti itu seharusnya tetap ada dan memang akan terus
ada karena secara alami Allah telah ciptakan bagi kita. Namun, harus dipastikan bahwa iman yang menjadi
satu-satunya sandaran. Sandaran bagi cinta. Sandaran bagi benci kita.
Allah berfirman dalam hadist Qudsi:”KecintaanKu pasti akan diberikan kepada orang-orang yang saling
mencintai karenaKu. KecintaanKu berhak diperoleh oleh orang-orang yang saling mengunjungi karenaKu.
Kecintaanku berhak diperoleh olah orang yang saling memberi karenaKu. KecintaanKu berhak diperoleh oleh
orang yang saling menjalin persaudaraan karenaKu.”
Keindahan cinta seperti itu pernah ditunjukkan oleh Suhail bin Amr, Ikrimah bin Jahal, dan Al Harist bin
Hisyam. Ketiganya adalah syuhada di Perang Yarmuk tahun 15 H. Saat itu mereka bertiga mengalami
dahaga yang luar biasa. Para sahabat yang mengetahui itu segera membawakan air kepada Ikrimah.
Namun Ikrimah menolak karena dia melihat Suhail merasakan yang sama. Ikrimah meminta para sahabat
memberikan air itu kepada Suhail. Rasa haus sudah mencengkeram kerongkongan, namun di titik nafas
penghabisan itu Suhail melihat Al-Harits bin Hisyam juga sedang kehausan. Dia meminta air itu diberikan
kepada Al Harits. Ketika air itu tiba, ternyata Al Harits sudah tiada. Air itu segera dibawa ke Ikrimah
kembali, ternyata dia pun sudah tidak bernafas lagi. Sahabat langsung membawakan air kepada Suhail,
ternyata kondisi Suhail pun sama, sudah gugur menjadi syuhada. Akhirnya mereka bertiga syahid dalam
pengorbanan dan kesetiaan kepada saudara seiman, seakidah, dan tentunya wafat dalam berjuang di jalan
Allah, jihad fisabilillah.

| www.gaulislam.com | 52
Jangan sampai iman pudar lalu hawa nafsu yang menang. Ketika itu yang terjadi maka cinta Allah yang
agung tidak akan pernah bisa diindera, dirasa. Cinta antar manusia pun hanya akan berbuah malapetaka.
Keinginan kita menuju surgaNya akan sirna.
“Betapa buruk pemuda yang memiliki budi pekerti
dipaksa mengorbankan adab karena nafsu diri
kehinaan didatangi padahal ia mengetahuinya
kehormatannya terkoyak dan kehinaan dijaga
kesadarannya bangkit tatkala dia jatuh terjerembab
dia menangis tatkala tak mampu lagi bangkit” (Syair Abu Bulaf al-Ajly)
Bro en Sis, Allah Swt. masih memberikan kesempatan bagi kita untuk mencintaiNya dan kita masih
memiliki peluang untuk menerima curahan kasih sayangNya. Lalu mengapa kita tidak berusaha mewujudkan
itu pada diri kita? Jangan sampai ada rasa sesal di kemudian hari karena kesempatan yang berharga telah
hilang dari diri.
Cinta Allah akan senantiasa mengalir bagi para hambaNya. Siang. Malam. Saat manusia terjaga. Saat
manusia terlelap. Ketika manusia ingat. Ketika manusia khilaf. Tiap detik helaan nafas. Tiap hentakan
langkah yang kita buat. Tiap waktu cinta Allah hadir selalu. Cinta tanpa titik akhir. Tanpa jeda. Cinta tanpa
koma. Kita pun wajib membalasnya dengan upaya sekuat tenaga untuk memgkokohkan iman, memelihara
perjuangan, tentunya diiringi doa dan ketulusan. [nafiisah: http://nafiisahfb.co.cc]

| www.gaulislam.com | 53
gaulislam edisi 122/tahun ke-3 (8 Rabiul Awal 1431 H/22 Februari 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Hitam-Putih Facebook
S etelah kasus heboh Nova-Ari yang mengaku mereka suka sama suka melakukan hubungan badan,
Facebook kian disorot. Khususnya sisi negatifnya. Ya, melalui perantaraan situs jejaring sosial inilah
Nova dan Ari bertemu dan sekaligus dilanjutkan berkencan di dunia nyata. Nggak hanya kasus Nova-
Ari, berikutnya muncul kasus ‘menghilangnya’ gadis berumur 20 tahun asal Bantul. Ada juga mahasiswi
asal Jambi yang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, tak diketahui jejaknya, dan belakangan
ketahuan kalo dia ada di suatu tempat bersama kekasihnya asal Brebes. Pertemuan mereka, via Facebook.
Oya, nggak ketinggalan kasus 4 orang siswa yang dipecat dari sekolahnya gara-gara menghina salah
seorang guru mereka. Nah, mereka melakukan penghinaan tersebut di Facebook. Waduh!
Bro en Sis, deretan fakta terbaru untuk saat ini tentang sisi negatif Facebook perlu menjadi
perhatian kita semua. Jangan sampe kejadian tersebut juga menimpa kita. Ih, nggak banget deh! Fakta ini
pun sekaligus meyakinkan kita semua bahwa teknologi, tetap saja memiliki sisi positif sekaligus negatif. Kita
perlu waspada deh kalo kenyataannya kayak gini sih.

Fenomena Facebook
Facebook memang fenomenal! Situs jejaring sosial bikinan Mark Zuckerberg ini digilai oleh lebih dari
350 juta manusia di seluruh dunia. Di sini setiap orang bisa berkomunikasi, bergaul, berinteraksi, bahkan
bertransaksi bisnis. Facebook menjadi dunia sendiri. Dunia yang dihuni oleh ratusan juta orang yang
memang senang berhubungan dengan sesamanya. Ini membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Fasilitas yang diberikan Facebook memang tak tanggung-tanggung. Selain daftarnya free alias gratis,
juga di dalamnya terdapat fasilitas standar yang dibutuhkan manusia dalam berkomunikasi di dunia maya.
Facebook sudah menanam beragam fitur yang oke punya (setidaknya sampai saat ini). Ada “note” ini untuk
mengekspresikan perasaan dan pemikiran kita. Catat sepuasnya di sana. Jika belum puas bahwa catatan
kita akan dibaca banyak orang, kita bisa bikin grup. Facebook menjembatani upaya merengkuh banyak orang
melalui sebuah grup.
Masih ingat kan tentang dukungan Facebookers (sebutan untuk jamaah facebookiyah alias orang-orang
yang bergaul di dalam komunitas Facebook) terhadap KPK, khususnya Bibit dan Chandra? Juga menggalang
dukungan bagi Prita dan Balqis. Melalui grup ini, pembuatnya bisa mengundang banyak orang untuk
bergabung. Disediakan juga “Wall” tempat menumpahkan segala pendapat. Member grup bisa
mengeluarkan unek-uneknya di sini. Kalo mau kirim pesan juga bisa. Menyebarkan pesan berharga kepada
sebanyak orang itu, dan dengan fasilitas yang gratis, tentu sangat menyenangkan. Kita hanya membayar
pulsa telepon atau bayar di warnet, bisa juga nebeng dari fasilitas kantor.
Selain bikin “grup” dan “note”, pengelola Facebook juga memahami betul keinginan manusia untuk
interaksi, maka fasilitas chat disediakan, pencarian teman yang unik yang dilacak berdasarkan nama
perusahaan, asal sekolah, asal daerah, dan sejenisnya. Selama member yang bersangkutan meng-input
data yang sebenarnya, maka biarkan mesin pintar Facebook mencarikannya untuk kamu. Saya sering
mengalaminya. Tiba-tiba muncul “saran teman” dari Facebook di beranda akun kita. Beberapa kali
mengamati nama-nama yang muncul memori saya mengingatkan masa lalu. Hehehe.. ada teman yang
pernah ngilang sejak lulus SMP sekitar 20 tahun yang lalu, eh ketemu lagi. Ada yang loss contact sejak
beberapa tahun lalu, tiba-tiba nongol dan nyapa minta di-confirm jadi teman. Wah, asik benar.
Oya, pengguna Facebook tahu betul fitur-fitur yang ada di dalamnya. Termasuk fasilitas “status” kita
yang selalu ‘ditanya’ “apa yang anda pikirkan?” Lalu kita jawab semau kita. Ada yang ngocol, ada yang asal
tulis, ada yang protes, ada yang maki-maki, pengeluh, tukang ngasih motivasi, ada yang jualan, dan
sebagainya. Di situ setiap orang yang sudah tergabung dengan orang tersebut bisa tahu update statusnya
dan bisa ngasih komentar. Paling banter kalo malas ngasih komen, cukup ngasih “jempol” dengan meng-klik

| www.gaulislam.com | 54
“like/suka” terhadap status temannya tersebut. Tapi, di sini kudu ati-ati lho, karena siapa tahu kamu malah
jadi ngikutin jejak Evan Brimob yang bikin heboh karena komentarnya yang emosional menyikapi kasus KPK
vs Polri. Hehehe… yang aktif di Facebook pasti tahu deh kasus detilnya. Iya nggak?
Bro en Sis, inilah Facebook, salah satu situs jejaring sosial yang ngetren saat ini. Saya punya
pengalaman tentang hal ini. Seorang tetangga paman saya di Bandung, minta dibikinkan akun facebook saat
saya browsing internet pas berkunjung ke sana dalam suatu acara. Meski dengan pengetahuan seadanya,
ia nekat minta dibikinkan akun facebook. Ya, gimana nggak bisa disebut seadaanya, wong istilah e-mail saja
dia masih bingung. Sami mawon dengan cara buat e-mail, dia nggak tahu. Padahal, untuk bisa daftar ke
facebook kudu punya e-mail. Akhirnya, ya dibuatkan dulu e-mailnya. Lucunya, alasan yang bersangkutan
pengen punya akun facebook biar bisa gaul. Nggak kuper lah. Hehehe.. padahal usia udah menjelang pensiun,
anaknya udah ada yang kuliah. Tragisnya, pake komputer aja masih gagap. Tapi, dia nggak putus asa, karena
Facebook bisa diakses via ponsel. Waduh, benar-benar sudah tergoda Facebook. Prikitiw!
Lain waktu, teman saya cerita bahwa supir mobil odong-odong minta dibikinkan akun Facebook. Oya,
istilah odong-odong ini untuk angkutan umum yang kendaraannya udah nggak ada surat-suratnya,
operasinya di jalur khusus giliran dengan tukang ojek. Biasanya ke dalam komplek perumahaan yang jauh dari
jalan raya. Teman saya yang jaga warnet itu sempat bingung, tapi kemudian supir mobil odong-odong itu
bilang bahwa nanti pakenya di ponsel. Wedeh, gaul juga nih supir mobil odong-odong!

Dunia maya lebih menggoda?


Sejak kenal dunia maya, saya penasaran banget. Kenapa penasaran? Karena bisa berhubungan dengan
banyak orang di ‘seberang’ sana hanya melalui komputer yang terhubung dengan modem dan perangkat
lainnya yang dibutuhkan untuk menjalankan internet. Meski komunikasi lebih banyak via tulisan, tapi rasanya
asik-asik aja. Pertama kali diajari chatting, langsung nyetel dan betah berlama-lama. Apalagi ketika sudah
kenal e-mail, wuih, makin anteng aja dah di depan komputer. Punya e-mail seperti punya alamat kotak pos
sendiri. Urusan komunikasi jarak jauh lebih lancar terjalin. Meski tentu saja nggak interaktif. Tapi tetap
asik. Lebih keren lagi ketika era web 2.0 yang ditandai dengan munculnya blog, maka komunikasi di dunia
maya jadi lebih dinamis dan lebih variatif. Bahkan melalui blog yang dimilikinya, seorang blogger bisa
menyampaikan pendapatnya tanpa perlu kena sensor pihak lain. Kecuali kalo diketahui melanggar term of
service yang dibuat situs penyedia blog gratis tersebut, maka situs itu bakalan dibekukan.
Bro en Sis, dunia maya itu ibarat pasar. Apa aja ada. Mau yang gratis, harga murah, dan juga harga
mahal. Semua bisa diatur dan ada. Konten atau isi situs yang halal, yang subhat, bahkan yang haram
tersedia di sana. Tergantung kita, apakah akan memilihnya atau tidak. Semua berdasarkan pilihan dan tentu
saja ada konsekuensinya atas pilihan tersebut. Dunia maya sama seperti halnya dunia nyata, ada yang
buruk dan ada yang baik. Ada yang tercela dan ada yang terpuji. Ada yang halal dan ada yang haram.
Pornografi ada, judi ada, gosip bejibun, fitnah marak, motivasi kehidupan banyak, dan dakwah pun gencar.
Kebaikan akan selalu berhadapan dengan keburukan. Kesalahan akan bertarung dengan kebenaran.
Kelebihannya (sekaligus kekurangannya) di dunia maya, semua orang bisa jadi apa saja dan bisa jadi siapa
saja. Phew!
Iya, karena meski di dunia nyata dan dunia maya bisa sama-sama berbohong, tapi di dunia maya
kebohongan kita sulit dideteksi. Jika di dunia nyata orang tak mudah untuk mengelabui orang lain dengan
penampilan beda jenis, tapi dunia maya hal itu bisa dilakukan. Kita hampir tidak pernah bisa melacak
keberadaan seseorang apakah dia berjenis kelamin laki-laki atau wanita. Kita pun hampir tak pernah bisa
mendeteksi apakah teman misterius itu baik atau jahat. Ya, di satu sisi, orang bisa ‘bersembunyi’ untuk
menasihati orang lain, dan hal itu bisa menjadi kebaikan karena ingin ikhlas dalam beramal. Tapi di sisi lain,
orang bisa ‘sembunyi’ untuk melakukan kemaksiatan, dan tentu bisa menjadi bahaya dan dosa bagi pelaku
dan juga orang lain. Waspadalah!
Dunia maya memang lebih menggoda. Baik untuk hal yang bermanfaat maupun berbuat jahat.
Sebenarnya sama dengan di dunia nyata. Orang bisa berbuat salah dan bisa berbuat baik. Namun, di dunia
maya orang akan lebih ‘agresif’ karena halangan-halangan seperti minder, malu, segan, dan rasa inferior
lainnya, bisa dikikis habis di balik topeng kepalsuan (jika mau). Percaya atau tidak, banyak yang sudah
membuktikannya. Saya juga insya Allah banyak tahu bahwa ada orang yang lebih tampil percaya diri di dunia
maya, padahal aslinya di dunia nyata dia orang yang agak minder. Well.. dunia maya memang lebih
memberikan atmosfir rasa yang lain. Seringkali bisa ‘memanipulasi’ fakta yang sesungguhnya dan bisa juga
menjadi pemicu orang untuk menunjukkan kemampuan terpendamnya (termasuk aksi jahatnya).
Namun demikian, dunia maya tetaplah dunia maya. Tak selamanya kita hidup di dunia tersebut. Emangnya
kalo mau nikah bisa secara virtual? Hehe.. nanti anaknya virtual juga dong? Tetap saja kita akan lebih banyak

| www.gaulislam.com | 55
berhubungan di dunia nyata. Meski dunia maya lebih menggoda, tapi waspadalah, kita tetap hidup bersama
orang lain yang bisa saja mereka berbuat nggak benar kepada kita. So, sewajarnya sajalah. Jangan sampai
lupa diri, lupa daratan, apalagi lupus alias lupa usia (umur udah bangkotan tapi kelakuan kayak bocah).
Jangan juga mudah percaya sama orang yang belum kita kenal, apalagi awal mengenalnya via Facebook. Kalo
diajak ketemuan, tolak saja. Nggak ada jaminan kan kalo dia bakalan baik sama kita? Terus, jangan
memberikan informasi detil tentang diri kamu. Kita nggak tahu kan, kalo kita ternyata jadi sasaran
kejahatan mereka? So, waspadalah![solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 56
gaulislam edisi 123/tahun ke-3 (15 Rabiul Awal 1431 H/1 Maret 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Kado Cinta dari Islam


arta terbesar pada diri manusia adalah adanya iman Islam dalam diri. Betapa banyak manusia

H lainnya yang tersesat tak menemukan jalan kebenaran meskipun sepanjang hidupnya ia telah
mencari. Dalam pencariannya itu, tak jarang di antara mereka kemudian menjadi atheis alias tak
percaya adanya Tuhan.
Ludwig Feurbach bilang: “Tuhan itu hanya proyeksi manusia yang kosong hatinya”. Karl Marx bilang:
“Kalau manusia secara sosial ekonomi bisa hidup dengan baik, Tuhan just die out”. Fredrich Nietchze bilang:
“Tuhan telah mati”. Sigmund Freud: “bertuhan itu seperti mendambakan seorang ayah saja, maka kalau
kita langsung dewasa, kita tidak lagi butuh Tuhan”. Richard Dawkins bilang: “kebutuhan akan Tuhan itu
hanya meme (semacam gene) yang menular dari brain-to-brain dalam proses evolusi”. Daniel Dennett
bilang: “Pikiran akan Tuhan itu hanyalah gen mistik yang tertinggal dalam proses evolusi manusia”.
Pengikut mereka banyak, tersebar di seluruh penjuru dunia. Bahkan anehnya, banyak juga perguruan
tinggi Islam yang menjadikan mereka, para atheis itu sebagai idola. Pemikirannya yang tulalit itu dikaji dan
diikuti. Padahal sepanjang kisah hidup mereka hingga akhir hidupnya, berisi kisah tragis sepanjang masa.
Contohnya Karl Marx. Ia hidup dalam kemelaratan dan keterasingan. Bahkan sedikit sekali orang yang mau
menjadi temannya karena sikapnya yang buruk dalam berinteraksi dengan orang. Sebuah sikap seseorang
ketika ia tidak menemukan apa yang dicari dalam hidup yaitu keimanan. Hidupnya penuh kegelisahan dan
penuh ketidakteraturan.
Bersyukurlah kita yang sudah dikaruniai iman dan Islam sejak lahir. Meskipun begitu, iman ini haruslah
ditingkatkan terus dan terus. Apalagi Allah Swt. sudah memberi bekal akal untuk semakin meyakini iman
Islam ini. Bila potensi akal ini maksimal kamu gunakan, tak akan pernah goyah meskipun banyak orang dan
peristiwa datang berusaha untuk meruntuhkannya. Bahkan dalam kondisi sepahit apa pun menurut
kebanyakan orang, seorang mukmin itu bisa merasakan manisnya iman. Hebat!
Kado indah bernama iman ini pantas dan harus diperjuangkan hingga titik darah penghabisan. Kamu
masih ingat kan seorang budak bernama Bilal bin Rabbah yang bertahan pada iman Islamnya meskipun
dadanya ditindih batu besar di tengah padang pasir yang panas? Yang dilafalkan Bilal cuma ‘Ahad! Ahad!’
secara berulang-ulang. Keimanan inilah yang mampu membuat seseorang bertahan dan berjuang seberapa
berat kehidupan menghampiri.
Beda banget dengan kondisi jiwa orang-orang atheis itu. Akhir hidupnya selalu dipenuhi kisah
memprihatinkan. Rumah tangga para tokoh calon penghuni neraka ini juga berantakan, bahkan tak jarang
matinya pun bunuh diri. Jadi, sungguh nikmat iman dan Islam ini benar-benar begitu indah hadir sebagai
kado kita sepanjang zaman.

Kado bernama Freedom


Freedom atau kebebasan adalah kado terindah bagi setiap makhluk hidup. Jangankan manusia, lalat aja
bila ditangkap dan dimasukkan toples pastilah berjuang keras untuk menemukan jalan keluar agar bisa
bebas lagi. Apalagi manusia yang mempunyai akal untuk berpikir, sudah pasti ia tak akan mau dipenjara atau
diperbudak. Jadilah kebebasan menjadi daya tarik tersendiri untuk diperjuangkan.
Islam datang sejak awal memberi kebebasan pada manusia. Kebebasan dari segala macam
pemberhalaan terhadap sesama makhluk. Berhala yang mengurung kebebasan ini bisa berupa harta, tahta
dan wanita. Coba lihat, berapa banyak yang lemah tak berdaya di bawah kerling wanita. Kebebasannya jadi
hilang karena yang ada hanya terpenjara pada nafsu syahwat saja. Begitu juga dengan harta dan tahta.
Terjadinya saling bunuh dan pertikaian biasanya bermula dari rebutan harta dan tahta.
Manusia tak pernah bisa menjadi bebas hingga Islam datang dengan memberikan jalan keluar berupa
penghambaan pada yang sepantasnya. Sifat lemah manusia membutuhkan sesuatu di luar dirinya yang

| www.gaulislam.com | 57
bersifat Maha. Ketika manusia berhasil ‘menemukan’ Sang Maha ini, maka pada saat itulah ia merasa
bebas karena keresahan hati telah terobati.
Penghambaan pada Allah Yang Esa telah menjadikan manusia menggapai kebebasan sejatinya. Gimana
nggak kalo semua aturan Allah Swt. yang harus ditaati sebagai bukti taat sebagai hamba, pas bener
dengan fitrah dan akal manusia. Coba deh kamu cari orang mukmin yang merasa gelisah dan terkekang
karena kebebasannya terbatas. Nggak bakal nemu deh!
Misalnya saja seorang muslimah berjilbab karena taat pada Allah Ta’ala. Ketika orang-orang kafir itu
menyebutnya sebagai pengekangan kebebasan perempuan untuk memilih mode, para muslim berpikir
sebaliknya. Mereka merasa bebas dengan aturan dari Allah ini karena tak ada lagi laki-laki yang menilai
mereka sebatas kulit dan daging saja. Mereka merasa menjadi perempuan berharga diri karena keimanan,
ketakwaan, kecerdasan dan kebaikan hati-lah yang menjadi ukuran, bukan panjang pendeknya rambut
sebagai mahkota yang harus ditutupi. Mereka jadi pengendali mata lelaki dalam memandang bagian tubuh
mana yang boleh dilihat dan yang tidak. Tuh kan, keren banget!

Kado bernama syariah


Syariah adalah aturan. Yang dimaksud di sini so pasti syariat Islam bukan syariat lain-lain yang nggak
jelas asal-usulnya. Syariah adalah kado cinta Islam bagi umat manusia dan lingkungan, bukan hanya muslim
semata. Bagaimana bisa? Syariah menjamin kesejahteraan umat manusia dan lingkungan yang berada
dalam lingkup penerapannya.
Misalnya saja perbuatan merusak alam dan lingkungan dengan menebang pohon sembarangan dilarang
keras. Perilaku ini memberikan efek berantai bagi rusaknya keseimbangan alam berupa tanah longsor dan
banjir. Bencana alam ini efeknya menelan korban jiwa manusia dan binatang di sekitarnya. Syariah Islam
memberikan tuntunan agar tidak merusak pohon-pohon.
Itu dari segi perlindungan alam. Dari segi perlindungan manusia, Islam mempersembahkan kado indah
untuk melindungi akal, jiwa dan harta. Gentel, seimbang dan impas.
Haramnya khamr atau minuman keras beralkohol adalah dalam rangka melindungi akal ini. Haramnya
membunuh jiwa manusia tanpa alasan jelas bertujuan melindungi jiwa sehingga ada hukum qishash atau
balik membunuh si pembunuh. Bahkan qishash ini bisa tak dilaksanakan apabila keluarga yang dibunuh
memaafkan dan sebagai kompensasi ‘hanya’ dengan membayar sejumlah ganti rugi. Bukan kejam tapi ini
manusiawi agar manusia tak sembarangan membunuh orang lain seperti misalnya Babeh yang membunuh
banyak anak jalanan tapi proses hukumnya belibet.
Pencuri yang sudah mencapai jumlah tertentu dan bukan karena kelaparan akibat paceklik, dihukum
potong tangan. Sanksi ini memberi efek jera kepada pelaku. Bandingkan dengan hukum sekuler yang
memberi sanksi penjara 3 bulan bagi maling ayam dan cuma 2 tahun bagi koruptor milyaran rupiah. Keluar
dari penjara bukannya insaf tapi malah lebih lihai karena para pencuri ini berguru kepada teman sesama napi
trik-trik mencuri dan korupsi yang lebih canggih.
Masih banyak aturan Islam lainnya yang indah semisal di bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan,
ekonomi, bertetangga dan lain sebagainya. Islam itu bukan hanya hukum potong tangan, tapi Islam itu
meliputi seluruh aspek kehidupan. Dan seluruh aspek kehidupan yang diatur oleh Islam ini tak bakal dapat
terwujud nyata tanpa adanya sebuah sistem yang menerapkannya. Ibaratnya sebuah air yang jernih,
kejernihan itu tak akan tampak ketika tak ada wadah yang menampungnya. Dan wadah bagi aturan Islam
yang indah ini hanya ada pada sebuah sistem bernama Daulah Khilafah Islamiyah.

Meraih kado cinta Islam


Sejak diruntuhkan oleh seorang keturunan Yahudi bernama Mustafa Kemal Attaturk pada 3 Maret
1924, daulah Khilafah ini tak lagi ada di tengah-tengah kita. Maka pantas saja umat Islam jadi merana dan
terlunta-lunta serta teraniaya karena tak punya pemimpin dan rumah yang bisa melindungi. Tapi jangan
berkecil hati! Selalu saja ada cara untuk meraih kemuliaan itu dengan memperjuangkan kembalinya
kehidupan Islam sebagaimana telah terbukti selama lebih dari 14 abad.
Cara meraih kemuliaan itu adalah dengan dakwah dan jihad. Dakwah di sini adalah dakwah tanpa
kekerasan. Ya, dakwah dengan membangkitkan pemikiran umat agar sadar dan bergerak. Jihad di sini pun
bukan jihad ngawur mengebom sana-sini tanpa ilmu. Adanya sebagian orang yang suka bom inilah yang
seringkali dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk menyudutkan aktivis dakwah. Oleh karena itu
dakwah dan jihad pun ada ilmunya, nggak bisa sembarangan aja main pukul rata.
Nah, untuk mencari ilmunya, kamu kudu bergerak dong! Nggak bisa ilmu datang tiba-tiba tanpa
diupayakan. Yuk, hadir di majelis ilmu yang membahas tentang Islam sebagai the way of life, aturan hidup

| www.gaulislam.com | 58
yang menyeluruh. Bukan hanya sekadar bisa sholat dan puasa tapi tak mau berdakwah. See, asik kan
ternyata jadi orang muslim itu. Selalu ada kado cinta berebut pahala kebaikan di setiap kesempatan. Tidak
tegaknya syariat Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah ini jangan sampai membikin kamu pasif. Sebaliknya,
ketiadaan ini malah bikin kamu makin semangat bergerak dan berjuang untuk mewujudkannya lagi dalam
kehidupan sehari-hari.
Tanamkan dalam diri kamu bahwa seorang muslim itu hidupnya mulia. Jadi jangan pernah deh mau
diremehkan dan diinjak-injak oleh kaum kafir. Apabila ini yang terjadi maka mati syahid jauh lebih baik
daripada hidup terhina di bawah kaki penjajah. Penjajah bukan hanya ada dalam sejarah kumpeni yang
melakukan kerja rodi pada kakek nenek moyang kita. Tetapi penjajah masih ada saat ini dalam bentuk
penjajahan ekonomi, politik, sosial, budaya dsb. Wah… makin gemas dan menambah semangat berjuang nih.
Yuk, cintai Islam, pelajari dan pahami ajarannya, praktikkan dalam kehidupan nyata. Dukung dengan aktivitas
dakwah Islam yang tanpa kekerasan. Kita bisa terlibat bersama dalam dakwah. Tentu sepakat dong ya.
Harus itu! [ria: riafariana@yahoo.com]

| www.gaulislam.com | 59
gaulislam edisi 124/tahun ke-3 (22 Rabiul Awal 1431 H/8 Maret 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Jangan Takut Hadapi UN


B ro en Sis, ngomongin rasa takut, saat ini ada banyak siswa kelas XII atau kelas IX yang lagi deg-
degan menghadapi UN (Ujian Nasional). Kalo nilainya jeblok pas ujian tersebut alamat bakalan
nggak lulus. Duh, siapa yang nggak takut? Udah gitu malu lagi. Hmm.. wajar sih punya perasaan
seperti itu. Tetapi yang nggak wajar adalah kamu nggak berupaya untuk meminimalisir rasa takut tersebut.
Termasuk kalo nggak berusaha sedikit pun untuk mengatasinya. Logika sederhananya kan, kalo takut gagal
ujian, ya belajar dong. Kadang, yang udah belajar aja masih gagal ujian apalagi yang nggak belajar. Iya nggak
sih?

Siapkan mental
Sobat, kadang pada kondisi tertentu, kemauan lebih utama dari kemampuan. Maksudnya, kemauan
untuk belajar, kemauan untuk mengubah keadaan, kemauan untuk bersusah payah mengatasi kendala akan
bisa mengalahkan mereka yang memiliki kemampuan tapi malas belajar, tapi tidak mau mengubah keadaan,
dan tidak sabar dalam mengatasi kendala. Inilah yang kita sebut kesiapan mental. Kita sudah cukup banyak
lho menyaksikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Saya pernah tahu ada teman yang kalo dari segi IQ
itu kalah jauh dibanding teman lainnya. Tapi, dia rajin belajar. Rajin berlatih. Akhirnya dia dapat prestasi
juga. Jadi, persoalannya bukan melihat kekuatan atau kemampuan yang kita miliki semata, tapi juga sikap
mental untuk menghadapi kondisi tertentu dan berusaha agar tidak tegerus meskipun dengan kemampuan
seadanya.
Klub sepakbola yang kaya raya dan bertabur bintang serta bejibun prestasi, Manchester United,
pernah dikalahkan lho sama tim dari divisi di bawahnya dalam kompetisi Piala FA,. Leeds United. Jadi,
kemampuan dan kekuatan bukan segalanya. Kalo sikap mentalnya pada saat bertanding sedang lamah bin
loyo ya bisa kalah.
Jadi, kalo sekarang kamu akan ngadepin UN, jangan kepikiran hal-hal negatif. Jangan dipikirkan hal-hal
yang belum tentu terjadi seperti: takut nggak bisa ngejawab soal, takut nilainya buruk, dan akhirnya yang
kepikiran takut gagal ujian. Lha, buat apa kamu belajar selama ini kalo masih takut juga dengan hal-hal yang
belum tentu terjadi? Ini ibarat dalam ujian kehidupan lho. Apapun yang terjadi, kita harus fokus pada tujuan
dan berusaha meraih hasil maksimal. Tetapi kalo tujuan itu tidak tercapai, bukan berarti menyesal seumur-
umur dan kamu kecewa selamanya. Nggak lah ya. Ambil sisi positifnya. Kamu bisa rencanakan skenario
berikutnya sambil menyiapkan semua yang diperlukan. Nikmati aja. Tapi jangan khawatir, insya Allah jika
kamu udah berusaha maksimal, kamu pantas untuk mendapatkan hasil terbaik yang diberikan Allah Swt.
Jangan sampe kita berharap mendapat hasil maksimal, tapi belajar aja nggak. Iya kan?
So, sikap mental perlu kamu miliki untuk hadapi UN. Mental juara layak dipupuk. Meski demikian, kamu
perlu lapang dada jika hasilnya belum maksimal. Sebab, dalam sebuah pertandingan, adakalanya seorang
jawara menjadi pecundang. Siapkan mental untuk fokus hadapi UN. Semaksimal kekuatan dan usaha yang
kamu miliki. Selebihnya, serahkan kepada Allah Swt. Biarlah Allah Swt. yang menyempurnakan usaha kita.
Tawakal sajalah. Sebab, untuk mewujudkan tawakkal bukan berarti meniadakan usaha. Nggak lah. Usaha
terus, hasilnya serahkan kepada Allah Swt. Oke?

Belajar dengan strategi


Bro en Sis, setiap orang pasti memiliki cara atau strategi untuk mencapai hasil terbaik dari setiap
tujuannya. Strategi mutlak diperlukan lho. Dalam ilmu beladiri aja ada banyak teknik menyerang dan
bertahan. Maka, tak heran jika muncul beragam teknik beladiri dari berbagai negara: karate, aikido,
taekwondo, tarung drajat, gulat, silat, kung fu, capoera, dan lain sebagainya. Dalam dunia sepakbola juga
ada strateginya lho. Meski kita nggak jadi pelatih atau pemain sepakbola profesional, setidaknya kita bisa

| www.gaulislam.com | 60
baca, apalagi kalo main gim Champion Manager, di situ ada simulasi menerapkan berbagai strategi dalam
bermain sepakbola. Kita mungkin kenal teknik Catenaccio (Italia), Kick and Rush (Inggris), Total Football
(Belanda) dan adu jotos ala ISL (hehehe.. sori bukan nyindir, tapi faktanya sepakbola kita seringnya ricuh
sih).
Nah, ternyata dalam belajar juga ada strateginya lho. Tiap orang pasti beda-beda caranya. Boleh-boleh
saja. Selama itu diyakini akan memberikan hasil positif dari apa yang kita upayakan. Guru-guru di sekolah
juga pasti punya gaya mengajar berbeda-beda. Tapi selama yang diajarkanya sesuai dengan kurikulum
tentunya akan memudahkan untuk memahaminya dan menjawab soal-soal yang diujikan. Untuk bisa
mendapat hasil maksimal dalam ujian, tentunya tidak instan alias perlu perjuangan yang mungkin saja
memakan waktu, menyedot energi, menguras pikiran dan perasaan. Itu, hanya bisa ditempuh sejak kamu
memutuskan masuk sekolah. Jadi tentu sangat mengkhawatirkan kalo kamu baru belajar serius—meski
dengan strategi jitu—ketika jadwal ujian nasional seminggu lagi. Wedeh, ajaib aja kalo sampe berhasil.
Berikut ini ada tips belajar yang bisa kamu coba (meski mungkin tulisan ini termasuk telat ya karena
jadwal ujian udah dekat):
Pertama, preview semua materi pelajaran yang akan diujikan. Maksud preview di sini adalah men-
survei secara umum materi-materi yang ada dalamnya. Bila perlu menandai beberapa bagian yang dianggap
penting dan kemungkinan besar akan terdapat dalam soal ujian. Kamu bisa konsultasikan dengan guru
pelajaran tersebut dan minta sarannya.
Kedua, supaya belajarnya lebih maksimal, cobalah susun semacam pertanyaan-pertanyaan untuk
membantu memahami topik tertentu. Pertanyaannya bisa kamu buat sendiri. Misalnya, apa sih reaksi
reduksi-oksidasi itu?; “mengapa bisa tejadi demikian?”; atau pertanyaan lain: “genetika adalah…”; “apa
yang menyebabkan sebuah benda padat larut?” dan sebagainya sesuai dengan mata pelajaran yang akan
diujikan. Ini cuma contoh aja dari saya yang kepikiran kalo lagi belajar. Question atau pertanyaan-pertanyaan
tersebut perlu kita buat agar memudahkan pemahaman.
Ketiga, read. Tentu saja untuk memahami materi pelajaran tertentu kamu harus membacanya secara
cermat sambil mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang udah kamu susun tadi.
Keempat, reflect. Selama membaca materi pelajaran, hendaknya kamu ‘mengenangnya’ secara
mendalam (dipikirkan), seraya berusaha memahami isi dan menangkap contoh-contohnya serta
menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. So, ini akan menjadi aktivitas
belajar yang menyenangkan, karena bukan menghapal, tapi memahami.
Kelima, recite alias diingat. Nah, kalo sebuah subbab atau dalam satu mata pelajaran selesai dibaca,
informasi yang ada di dalamnya kudu diingat-ingat. Lalu semua pertanyaan mengenai subbab tersebut
dijawab. Kalo ada jawaban yang menurut kamu kurang maksimal atau malah salah, kamu bisa baca lagi
secara cermat dan teliti agar lebih paham.
Sebenarnya masih banyak strategi dalam belajar. Kalo ditulis semua kayaknya nggak cukup deh dalam
satu lembar buletin ini. Tetapi mudah-mudahan meski cuma satu strategi belajar kamu bisa mengambil
manfaatnya.

Tawakkal, Bro!
Tawakkal itu di awal. Artinya, sebelum memulai usaha yang hendak kita lakukan, kita udah tawakkal
lebih dahulu kepada Allah Swt. bahwa hanya Allah Swt. saja yang akan memberi pertolongan kepada kita,
bukan yang lain. Terus, kita menyerahkan segala keputusan kepada Allah Swt. Lanjutkan dengan niat yang
kuat, sikap mental kita upgrade jadi lebih baik, dan tentu saja usaha untuk belajarnya juga diupayakan
maksimal, dan jangan lupa agar tak putus berdoa. Sip banget kan?
Jangan salah paham terhadap tawakkal lho. Untuk mewujudkan tawakkal, bukan berarti meniadakan
usaha. Nggak atuh. Allah Swt. berfirman: “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan
kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-
Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS Huud [11]: 123)
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa tawakkal adalah salah satu buah keimanan: “Dan hanya kepada Allah
hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS al-Maaidah [5]: 23)
Allah Swt. juga berfirman: “(Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang
mukmin bertawakkal kepada Allah saja.” (QS at-Taghaabun [64]: 13)
Nah, setelah tawakkal langsung wujudkan dengan usaha, Bro. Jangan bengong aja. Ada satu kisah
menarik yang perlu kita jadikan bahan pelajaran. Di masa Imam Ahmad bin Hanbal ada seorang yang malas
bekerja dan masa bodoh. Ketika beliau bertanya mengenai sikapnya itu, ia menjawab: “Saya telah membaca
hadis Rasulullah saw. yang mengatakan: “Jika saja kamu sekalian bertawakkal kepada Allah dengan sepenuh

| www.gaulislam.com | 61
hati niscaya Allah akan memberi rizki untukmu sekalian, sebagaimana Ia memberinya kepada burung; burung
itu pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Maajah)
Terus dia bilang lagi, “maka sebab itu saya tawakkal kepada Zat yang memberi rizki kepada burung
itu.”
Imam Ahmad lalu mengatakan: “Kamu belum mengerti maksud hadis tersebut. Rasulullah
menyebutkan bahwa pulang-perginya burung itu justru dalam rangka mencari rizki. Jika burung itu duduk
saja di sarangnya, tentulah rizkinya tidak akan datang” (Muhammad al-Ghazali dkk, Wasiat Takwa,
terjemahan Husein Muhammad, hlm. 139)
So, artinya memang selain harus tawakkal hanya kepada Allah Swt., tetapi kudu ada upaya dari kita
untuk mewujudkannya.
Oke deh, semoga pembahasan singkat ini mampu menyemangati dan menginspirasi kamu agar siap
hadapi UN tahun ini. Jangan lupa tetap tawakkal hanya kepada Allah, giat belajarnya, rajin berlatih dan
jangan pernah putus berdoa. Tetap semangat! [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 62
gaulislam edisi 125/tahun ke-3 (29 Rabiul Awal 1431 H/15 Maret 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Jangan Berhenti Belajar


B ro, waktu pertama kali saya diminta ngisi pengajian, terus terang saja saya merasa takut. Takut
salah, takut nggak bisa nguasai audiens, takut kalo ditanya nggak bisa jawabnya. Tapi, atas
dorongan dari rekan-rekan DKM sekolah, akhirnya saya mau juga meski agak ragu.
Oya, waktu itu saya kelas 2 atau kelas 3 di sekolah kejuruan kimia di Bogor. Terus, yang membuat
saya makin nggak percaya diri waktu itu karena saya pun baru ikutan ngaji. So, tentu ilmunya masih cetek
banget. Eh, malah diminta ngisi pengajian untuk membina adik kelas. Jujur, saya stres dan tertekan. Ketika
ngisi pengajian, yang lancar keluar adalah keringat dingin. Udah gitu saya selalu ngeliatin jam tangan aja.
Sebab, saya rada heran, perasaan udah semua hal saya sampaikan, tapi kok waktu di jam tangan saya
seperti bergerak lambat. Ternyata memang baru 20 menitan.
Yup, saya akhirnya menyadari bahwa saya miskin penguasaan terhadap materi yang diajarkan dan juga
miskin wawasan tambahannya. Itu menjadi evaluasi berharga bagi saya. Selain itu yang terpenting, saya
juga bersyukur banget karena teman-temen tetap memotivasi saya. Selain karena jumlah mentornya
kurang, jadi mau nggak mau memang saya harus bisa—juga karena mereka memberi saya kesempatan
untuk belajar. Alhamdulillah.
Menghadapi tantangan yang seperti itu, akhirnya saya berusaha belajar. Cara yang saya lakukan
adalah dengan melihat dan berusaha mencontoh teman yang udah bisa ngisi pengajian dalam teknik
penyampaiannya yang menarik, juga mendengarkan ceramah-ceramah ustad atau ulama yang udah terkenal
dan bagus dari radio yang saya miliki. Pokoknya segala cara saya coba pelajari. Alhamdulillah, meskipun saya
yakini tak sebagus gaya penyampaian saya dalam menulis waktu itu, tapi saya bisa memberikan kontribusi
sekecil apapun untuk kemajuan kaum muslimin. BTW, kalo sekarang sih, ketika ngisi acara seringkali malah
diingatkan panitia karena jatah waktu bicara tinggal sedikit lagi. Nyerocos aja karena merasa banyak yang
diketahui dan ingin disampaikan.
Mengingat pengalaman pertama kali belajar, saya menyadari betul bahwa belajar itu mendatangkan
banyak manfaat. Sebagaimana yang memang diajarkan dalam ilmu pedagogi (kependidikan) bahwa dengan
belajar ada banyak aspek yang bisa kita raih. Pertama, aspek kognitif (ilmu pengetahuan). Yup, dengan
belajar, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Betul. Awalnya saya nggak tahu teknik menyampaikan
pesan dengan lisan yang bagus tuh seperti apa, tapi setelah belajar jadi tahu dan mulai memahami dan
mempraktikkan ilmu baru tersebut. Begitu pula dalam menulis, awalnya sangat berantakan sekali
sistematika penulisannya, tapi setelah belajar dan belajar terus, akhirnya jadi lebih rapi dan insya Allah
mahir.
Kedua, aspek afektif (perasaan/emosional), yakni dari yang tadinya tidak mau menjadi mau, dari tidak
suka menjadi suka, dari benci menjadi cinta, dari cinta menjadi benci dsb. Itulah sebabnya, orang yang
belajar, perasaan atau emosionalnya akan lebih terasah. Misalnya, awalnya seorang wanita nggak mau
berbusana muslimah, tapi setelah belajar dan mendapatkan informasi bahwa mengenakan busana muslimah
itu wajib bagi seorang muslimah yang sudah baligh, kemudian disampaikan juga dalilnya, dijelaskan juga
ancaman bagi yang melanggar, maka sedikit demi sedikit hatinya mulai lunak dan mau mengenakan busana
muslimah untuk menutup auratnya.
Ketiga, manfaat belajar yang bisa diraih adalah dalam aspek psikomotorik alias keterampilan, yakni dari
yang tadinya tidak bisa menjadi bisa. Pasti banget deh. Orang yang senantiasa belajar pastinya akan lebih
baik dari waktu ke waktu. Apalagi belajarnya tak pernah henti. Coba deh, tanya sama teman yang berlatih
dan belajar terus tentang karate dengan tekun, insya Allah dia akan lebih mahir dari yang belajarnya malas-
malasan, apalagi yang nggak belajar sama sekali. Saya sendiri bisa menyampaikan gagasan melalui tulisan,
kemudian bisa menyampaikan materi secara lisan di hadapan banyak orang adalah karena belajar.

| www.gaulislam.com | 63
Percayalah, bahwa belajar akan mengasah kemampuan kita. Apalagi jika belajarnya tak pernah henti dan tak
pernah bosan.

Fokuskan dalam bidang tertentu


Saran ini bukan berarti menghalangi kreativitas diri kita. Nggak. Sama sekali bukan itu tujuannya.
Hanya saja, seseorang yang fokus terhadap satu bidang keahlian yang sangat diminatinya dan dinikmatinya
akan memberikan efek kreativitas dan ketahanan mental juang yang lebih baik ketimbang mereka yang ingin
meraih segalanya untuk bisa dikuasai atau mereka yang merasa beban dalam menekuni bidang yang ingin
diraihnya.
Mengapa demikian? Tentu saja faktor konsentrasi dan perhatian. Bila banyak yang dipikirkan dan
dikerjakan, maka dalam konsentrasi dan mengerahkan kemampuan berpikirnya juga jadi lebih besar. Berbeda
dengan yang fokus pada satu bidang. Kerja otak jadi lebih ringan. Lagipula, kita harus mengakui bahwa
kemampuan otak setiap orang nggak bisa disamakan satu sama lain.
Namun demikian, untuk menjadi pintar memang harus belajar. Belajar kapanpun, di manapun, dari
siapapun, melalui jalan apapun. Untuk bisa menulis, saya belajar kapan pun ada kesempatan. Waktu sekolah
dulu memang lebih banyak punya waktu khusus, yakni setelah selesai belajar pelajaran sekolah, biasanya
malam hari. Umumnya waktu itu yang saya gunakan. Tapi di lain waktu khusus tadi, saya belajar mengasah
kemampuan saya dalam membaca banyak hal. Ini sebagai bagian dari belajar dalam rangka menambah
wawasan untuk bahan penulisan.
Saya juga belajar menulis tak terikat tempat. Meski umumnya di rumah, tapi sesekali saya juga bisa
belajar di tempat lain. Biasanya ini dilakukan untuk bahan penulisan, yakni membaca fakta dan data. Kalo
perjalanan jauh saya bawa buku, beli koran, beli majalah. Sehingga nggak ada waktu terbuang percuma.
Termasuk jika jenuh dengan bacaan saya kadang ngobrol dengan orang yang ada di perjalanan baik di kereta,
bis, pesawat terbang, atau kapal laut. Sedikit basa-basi berkenalan dan umumnya yang pertama kali
dilakukan adalah melemparkan satu topik untuk diobrolkan. Tanpa terasa, jika nyambung kita akan dengan
mudah berbagi ilmu.
Sobat, saya meyakini betul bahwa setiap orang itu unik, maka saya mencoba “menyadap” informasi
darinya dan saya jadikan sebagai pelajaran. Jujur saja, saya seringkali terinspirasi dari orang yang saya ajak
ngobrol. Tak segan pula saya ngasih apresiasi kepadanya bahwa saya sangat beruntung bisa bertemu dan
berbagi pengalaman dengannya. Ternyata, banyak juga di antara mereka yang saya ajak ngobrol mengaku
mendapat informasi baru, wawasan baru sebagai inspirasi bagi dirinya setelah ngobrol dengan saya.
Yup, ternyata kita bisa belajar dengan mudah dan murah serta menyenangkan saat saling berbagi
informasi dengan siapapun. Apalagi jika kegiatan ini kita lakukan sesering mungkin dengan orang yang
berbeda-beda. Jangankan dengan orang yang berbeda-beda, dengan orang yang sudah lama kita kenal pun
selalu ada hal baru dalam obrolannya. Sebab, saya juga merasa yakin dia pasti belajar terus dalam
kesehariannya dan itu bisa kita ambil manfaat darinya. Maka, bergaullah dengan orang-orang yang
semangat belajarnya tinggi. Kita jadi kebawa pinter. Insya Allah. So, beruntung banget bisa ketemu orang-
orang spesial dalam hidup kita, sehingga kita bisa belajar darinya dengan mudah dan murah.
Oya, Ngomongin soal teman dan memilih tempat belajar, saya jadi inget pernyataan Luqman al-Hakim
yang menyampaikan pesan kepada anaknya, “Wahai anakku! Berhati-hatilah memilih suatu majelis. Apabila
kamu berjumpa majelis yang mengingat Allah, segeralah kamu ikut duduk bersama mereka. Karena kalau
sekiranya kamu orang alim, ia akan bermanfaat pada kealimanmu. Jika engkau orang yang bodoh, ia akan
memberikan pengajaran kepadamu dan Allah akan mencurahkan rahmat kepada mereka yang mengena juga
kepadamu,” paparnya.
Kemudian Luqman melanjutkan nasihatnya, “Wahai anakku, janganlah engkau duduk di dalam majelis
yang tidak mengingat Allah. Jika engkau seorang pandai, ia tidak akan memberikan manfaat kepadamu, dan
jika engkau seorang yang bodoh, maka akan bertambah-tambahlah kebodohanmu akibat ikut berada di
majelis yang lupa kepada Allah itu. Di samping itu Allah marah kepada mereka dan kamu akan mendapat
kemarahan Allah sama seperti mereka juga.”
Jadi, meskipun saya merasa harus belajar dari siapapun dan di manapun, tapi saya membatasi diri
untuk hanya belajar dari mereka yang secara akhlak tuh bagus dan memang di situ tempatnya mencari ilmu
yang benar dan baik. Kalo untuk belajar secara umum, ilmu umum maksudnya, ya saya tidak terlalu
membatasi, sekadar berbagi informasi aja siapa tahu memang ada sedikit manfaat bagi perkembangan
pengetahuan saya.
Kembali kita ngobrolin tentang harus fokus dalam belajar. Benar banget yang pernah saya alami. Sejak
awal saya memang sangat meminati dan menikmati dunia tulis-menulis (termasuk jurnalistik), maka saya

| www.gaulislam.com | 64
fokuskan belajar untuk bidang ini. Maka, ketika sudah bisa dan lancar menulis pun, demi mendapat informasi
lebih banyak lagi tentang bidang jurnalistik dan kepenulisan secara umum, saya mengoleksi banyak buku
yang berkaitan dengan itu. Tujuannya tentu saja adalah untuk menambah wawasan dan meng-upgrade
kemampuan menulis saya.
Ya, memang terasa banget manfaat belajar itu. Ilmu bertambah, wawasan meningkat, pengetahuan
meluas, dan menjalin ukhuwah dengan banyak orang. Wuih, seru abis deh. So, jangan cuma diem sambil
bengong meratapi nasib diri yang tak kunjung membaik. Bergeraklah untuk mencari jalan keluar dari
penderitaan. Salah satunya melalui proses belajar. Apalagi belajarnya tak pernah henti. Learning never
ending (termasuk learning never pusing kali ye? Hehehe…). Insya Allah, kesuksesan bukanlah impian untuk
kita raih jika kita mau serius untuk mendapatkannya. Yuk, kita berusaha maksimal, Bro. Semangat! [solihin:
Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 65
gaulislam edisi 126/tahun ke-3 (6 Rabiuts Tsaniy 1431 H/22 Maret 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Takwa Sampai Akhir


S emoga kamu pernah dengar ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-
Hasyr [59]: 18)
Nah yang menjadi pertanyaan, udah belum ya kita semua bertakwa kepada Allah? Terus gimana
caranya supaya bisa bertakwa? Sampe akhir lagi! Ibarat film, kan kagak afdol tuh kalo nggak tahu ending-
nya. Nggak tahu jagoannya mati or tetep idup. Gitu juga dengan bertakwa kepada Allah, pastinya nggak
afdol dong kalo nggak ampe kelar. Cuma setengah-setengah, eh berakhir di tengah jalan. Akhirnya nggak
ketahuan jelas tuh kita tetap bertakwa kepada Allah atau nggak hingga akhir hayat. Idih, serem banget dah!
Oya, ngomongin soal takwa, berdasarkan yang gue pahami, takwa itu adalah menjalankan perintahNya
en menjauhi laranganNya. Tapi, ya gitu deh..sayang seribu sayang, cuma tahu artinya tapi nggak nahan ama
konsekuensinya. Alesan sih macem-macem. Misalnya: “Secara, kan masih muda. Masa’ sih kudu ngejalanin
semua perintahNya, kayaknya nggak fun banget dah!” Eits, emang bertakwa ada umurnya gitu?
Sembarangan! Cuma ya gitu, remaja biasanya identik dengan hal-hal yang fun. Tapi, fun yang gimana dulu
tuh? Cos, fun juga tergantung ama apa yang kita pahami. Bisa jadi menurut temen-temen kamu seharian
nongkrongin pensi, maen skateboard di taman kota, ML ama pacar itu fun (Naudzubillah!).
Tapi bagi kita yang udah ngeh banget ama takwallah alias takwa kepada Allah, malah bilangnya ngaji,
tahajjud, nggak ninggalin shalat wajib, nggak pacaran, nggak berzina twrus ikutan aksi damai menentang
kapitalisme di jalanan itu adalah fun!
Bro en Sis, kadang ada temen kita yang mikirnya buat ngejalanin ketakwaan justru baru muncul begitu
usia menjelang underground alias udah uzur. Padahal ketakwaan adalah konsekuensi dari keimanan kita
kepada Allah, Rasulullah, malaikat-malaikat Allah, al-Qur’an dan as-Sunnah plus Qadha dan Qadar. Nggak
kebayang deh baru semangat ber-Islam begitu usia dah tua. Terus waktu mudanya tu ngapain aja ya? Ya,
untung juga masih dikasih umur sama Allah, coba kalo ternyata di waktu muda udah duluan dipanggil. Ngeri,
apalagi bekal amalnya kagak ada.
Inget lho, iman Islam bukanlah iman yang menjadikan orang bagaikan orang yang tua renta. Menjadi
serba terbatas karena usia yang udah uzur. Justru dengan iman Islam sebenarnya bikin insan muda menjadi
smart, shalih-shalehah en militan! Wow!

Jangan setengah-setengah
Kok bisa sih makna ketakwaan nggak meresap dalam diri? Padahal, ketakwaan adalah bukti dari
keimanan. Kalo takwanya setengah-setengah, atau malah nggak sama sekali, bisa gawat tuh. Apalagi kalo
nyari-nyari dalil cuma buat pembenaran dari perbuatan yang sebenarnya nggak mencerminkan ketakwaan
kepada Allah. Contohnya aja Allah udah memerintahkan untuk tolong-menolong dalam kebaikan. Eh, kita
malah nekat berbaik hati ngasih contekan ke temen berhubung temen udah buntu banget ngejawab soal-
soal ujian. Ngelesnya pake dalil lagi di al-Quran surat al-Maidah ayat 2: “Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan..” Padahal, masih ada sambungannya tuh! “..dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran”)
Bro, al-Quran dan as-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang isinya adalah kebenaran, bukan buat
pembenaran. Catet tuh!
Ati-ati lho! Kalo semakin sering ngeles pake dalil untuk ngedukung pembenaran entar malah jadi
kebiasaan. Apalagi kalo ke depannya sampe diiming-imingi harta dan jabatan. Pada tahu Islam Liberal? Nah,
kerjaan mereka kayak gitu tuh. Kucuran dolar dari berbagai lembaga asing, salah satunya The Asia
Foundation, sebagai imbalan buat nge-golin sekulerisasi global.

| www.gaulislam.com | 66
Terus, ada lagi nih cermin ketakwaan yang retak. Udah tau gimana sepak terjang negara adidaya,
Amrik? Biarpun diganti ama siapa pun kepala negaranya tapi criminal state-nya tetep dilanjutkan. Coz,
ideologi Amrik tetep kapitalisme sekuler. Penjajahan di negeri-negeri muslim seperti Irak, Afghanistan,
nggak berhenti juga. Udah jelas-jelas status AS adalah negara kafir harbi fi’lan (kafir yang statusnya
memerangi muslim) seperti itu, masih aja dianggap baik, berhubung Obama sempet tinggal di Indonesia,
keluarganya keturunan Muslim (yeee.. itu kan keluarganya, belum tentu Obamanya), apalagi Obama nggak
keliatan jahat-jahat amat kayak George W.Bush, jadi jangan su’udzon. Kali aja dengan Obama datang ke
Indonesia bisa memperbaiki keretakan antara Islam dan Barat, memperkuat hubungan Amerika dan
Indonesia. Gubrak!
Yang bener aja, Cuy! Artinya ente udah kena perangkap soft powernya Amrik. Sebab, waktu Bush dulu,
dia konsen ke hard power. Bagi seorang muslim yang takwallah, dia jelas jeli banget merhatiin kondisi politik
negeri Islam dan hubungan bilateral– multilateral dengan negara asing kafir. Jadi nggak sembarangan
nerima baek-baek kunjungan ‘tamu’ luar yang mau maen. Apalagi ‘tamu’ yang buang omong kosong bakal
membina hubungan baik dengan umat Islam tapi ‘tamu’ itu merestui lahir batin agresi Israel di bumi al-
Quds Palestina. Dan udah berapa lama Freeport di bumi Papua dikeruk habis-habisan oleh Amrik? Belum lagi
sumber daya alam lainnya, minyak bumi en gas di negeri-negeri muslim termasuk Indonesia, lewat
perpanjangan tangan multinational corporation (MNC) perlahan-lahan tapi pasti dieksploitasi. The real
terrorist! That is it!
Jadi mulai sekarang latihan deh baca buku-buku non fiksi kayak The Economic Hitman-nya John
Perkins, trus terjemah dari buku American Visions of The Netherlands East Indies/Indonesia ; US Foreign
Policy and Indonesian Nationalism-nya Frances Goude dan Thijs Brocades Zaalberg (penerima beasiswa
Fullbright Foundation), dll. So, jangan dikira orang yang takwallah itu jadul!
Nah, sekarang apa yang salah ya kok jadi sering terjebak dalam pemikiran yang nyeleneh, pemikiran
yang bertolak-belakang ama perintah Allah Swt.? Yup! Nggak salah lagi! IMAN. Itu dia! Umumnya iman kita
terhadap Islam cuma iman keturunan, bukan Iman yang lahir dari proses berpikir, yang membuat kita bener-
bener akhirnya yakin kebenaran Islam. Kalo itu yang kamu alami juga, berarti kudu direfresh lagi tuh
keimanannya. Gimana tho nge-refreshnya?
Ya, dengan berpikir berpijak pada dalil al-Quran dan as-Sunnah. Refresh iman artinya kudu ngerti
kenapa manusia, alam semesta, kehidupan itu ada dan sifatnya serba terbatas. Sementara Allah Swt.
adalah yang maha atas segalanya. So, jangan sampe deh Iman Islamnya di-delete trus di-empty recycle bin!
Itu mah ngilangin akidah namanya! Yang jelas, pembinaan keimananlah yang sebenernya bermasalah. Nggak
membekas dalam benak dan menjadi pemahaman, cuma sekedar transfer pemikiran. Pelajaran agama cuma
2 jam di sekolahan dalam sepekan, dan parahnya ortu juga cuek-cuek aja ama pembinaan keimanan
keluarga. Selain itu, negara juga nyerahin balik pembinaan keimanan ini ke keluarga tanpa ada aktivitas
keren buat memelihara dan melindungi akidah rakyatnya. Kalo udah kayak itu, akhirnya iman pun jadi nggak
imun, Pren!

Sekelumit potret militansi remaja


Yap! Takwallah akan mencetak pribadi muslim yang tangguh en militan. Nggak cuma muncul sosok
takwallah dimana orang-orang yang uzur, lanjut usia dan menghabiskan sisa hidup di atas sajadah dengan
shalat dan zikir melulu. Tetapi justru yang terlihat adalah insan-insan tua maupun muda yang enerjik
sebarkan energi positif, nggak lalai ama kewajibannya kepada Allah swt., sabar dan tabah terhadap ujian
dari Allah Swt. serta mandiri karena ia yakin Allah Ta’ala sajalah yang menjadi penolongnya.
Pernah nemu orang-orang kayak demikian? Ada banyak kok. Misalnya, teman kamu yang selama ini
dianggap pelit kasih contekan, sok alim coz sering negur jangan pacaran karena ngedeketin zina, suka
absen dari kegiatan pensi yang dia anggap momen khalwat dan ikhtilat, terus dia lebih banyak ngehabisin
waktu buat diskusi, nyebar-nyebar selebaran islami. Kalo pun FB-an juga suka pasang status dan kirim note
yang memotivasi semangat, terus ngumpulnya juga suka di mushola sekolah. Tetep sabar dengan nunjukin
akhlakul karimah-nya walaupun suka dituduh dan dicurigai sebagai sel dari teroris baek ama pihak sekolah
maupun temen-temen. Ckckck..Aneh juga ya, yang baik-baik dianggap berbahaya?
Ada kisah nyata yang lebih keren lagi. Ane ambil dari sebuah tabloid Islam yang menuliskan feature
seorang pemuda Islam asal Palestina. Nama pemuda itu adalah Muhammad, masih berumur 16 tahun.
Kejadiannya tanggal 25 Januari 2010. Ia tiba-tiba diculik oleh pihak Pemerintah Palestina untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Lha, apa sebab? Jadi bandar narkoba? Nyebar video mesum?
Pelaku pencabulan? Idiiiih! Ngawur.

| www.gaulislam.com | 67
Doi ditangkep karena nyebar selebaran ke orang-orang tentang otoritas Palestina yang tunduk kepada
Yahudi. Dia bersikeras dan menyatakan di depan Jaksa Militer, “Karena Otoritas ini dibentuk berdasarkan
kesepakatan Oslo, sementara kesepakatan Oslo batal demi hukum syariah. Sebab, berdasarkan
kesepakatan itu, justru Otoritas telah menyerahkan Palestina kepada Yahudi, dan ini merupakan perbuatan
haram. Sehinga setiap yang dibangun di atas sesuatu yang haram, maka ia juga haram, dan tidak sesuai
syariah. Oleh karena itu bagaimana mungkin saya mengakui legitimasi sesuatu, sementara Allah tidak
menganggapnya sebagai sesuatu yang sah dan bagaimana mungkin saya menentang perintah Allah?”
Subhanallah! Keren banget, kan?
Apalagi Otoritas Palestina malah menjaga Yahudi dan di satu sisi menyiksa dan membunuh warga
Palestina yang ikhlas ingin merdeka dari penjajahan Yahudi. Setelah 15 hari dipenjara, dipaksa
menandatangani lembar pernyataan untuk tunduk pada otoritas Palestina yang pro Yahudi, juga
diinterogasi habis-habisan, akhirnya, buah takwallah pun didapat oleh pemuda tersebut. Muhammad
akhirnya dibawa ke sebuah kota yang nggak dikenal sama dia, lalu ia dilepas begitu saja oleh petugas. Cengo
abis deh! Uang nggak ada, pengen balik ke rumah juga nggak tahu arah, naek angkot juga kudu bayar
(emang ada angkot di Palestina, Neng?). Akhir cerita, dia ketemu orang baek yang mau nganter dia balik ke
rumahnya (wilayahnya sengaja nggak disebutin, sori).
Nah, kira-kira kita bisa nggak bakal setangguh pemuda Palestina itu? Kalo ketakwaan dia dijadikan
indikator ketakwaan kita, dan ternyata kita masih dibawah dia… beuh, kalah tangguh tuh kita, Bro! Padahal
dia dan kita sama-sama manusia, ciptaan Allah Swt., bukan makhluk tanpa dosa dan dilengkapi hawa nafsu
pula.

Finally...
Iman adalah senjata kekuatan bagi Islam. Jadi, kalo cuma ngakunya Islam tapi kekuatan imannya nggak
ada penampakan, percaya deh, ketakwaan kita berada pada level paling bawah, krisis lagi! Susahnya, kalo
pengen beriman yang nggak setengah-setengah juga kudu siap dengan konsekuensinya. Siap ama segala
tanggung jawab sebagai hamba Allah, siap melaksanakan kewajiban, siap dicibir jadi sok alim dll, dst. So,
biarlah anjing menggonggong kafilah tetep berlalu! Just think about: “Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” (QS adz-Dzaariyaat [51]: 56)
Ketangguhan Muhammad, pemuda Palestina yang Ane ceritain tadi cukup menjadi contoh bukti
ketakwaan seorang manusia kepada Allah. Jauh banget ama kita-kita yang kali aja pas UN ampe nekat
berani beli soal dan lembar jawaban biar lulus, gengsi nutup aurat dengan sempurna biar nggak dituduh jadi
teroris. Apalagi yang mikirnya fine-fine aja nggak ngerjain perintah Allah karena merasa masih muda, umur
panjang, dan merasa belum saatnya buat jadi alim. Ckckck… Jauh banget dah. So, cepetan dah introspeksi
diri. Siapa tahu besok ente dipanggil Allah, nah lho!
Bro en Sis, kalo sekarang kamu merasa kurang banget ngedapetin pembinaan keimanan, jangan gengsi
dah! Panggil aja kru gaulislam ke sekolahmu (loh?). Iya, bisa kok. Kayak beberapa sekolah udah kerjasama
dengan gaulislam. Atau kamu bisa dengerin siaran [klinik] gaulislam yang setiap pekan sekali ba’da shalat
Shubuh (kalo di kota Bogor sih, pantengin aja di Radio KISI 93.4 FM).
Pren, kalo mo berubah memang perlu proses. Bisa cepet bisa lambat. Tergantung kamunya juga. Kalo
udah berubah, dipertahankan perubahannya dan jangan lupa untuk tetep fastabiqul khairat alias berlomba-
lomba dalam kebaikan Kadang ane bête juga nih, gara-gara isu teroris yang dituduhkan berasal dari Islam,
orang-orang yang lagi proses berubah dan yang udah berubah jadi dipengaruhin macem-macem ama orang-
orang di sekitarnya. Akhirnya mereka pun jadi mundur satu-persatu dan berguguran. Ane juga punya temen
yang mempertahankan jilbab (baju jubah)nya untuk keluar rumah terus diplorotin ama nyokapnya gara-gara
isu teroris ini. Bahkan ada yang ampe digebukin bokapnya gara-gara cuma mo ikut pengajian. Sebel banget
dah! Tapi teteplah bertahan. Inilah ujian bagi orang-orang yang bertakwa. Doakan para ortu kita, keluarga
juga guru-guru kita semoga mereka dibukakan hatinya oleh Allah agar nggak dibutakan oleh syaithan dan
dimudahkan oleh Allah untuk memahamkan mereka akan syariat-Nya. Amin ya rabbal’alamin.
Buat pihak sekolah juga ortu, semoga sadar bahwa selama ini negara nggak menjaga dan melindungi
akidah rakyatnya dengan menyeluruh. Kita semua kan pengen masuk surga. So, Ane menyarankan untuk
benar-benar berdiskusi dengan orang-orang yang Aanda percaya untuk membina keimanan dan ketakwaan
remaja agar pembinaan yang dijalankan nggak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah. Bebas dari
paham kufur seperti sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Ngobrol dulu, jangan maen percaya aja ama
media massa, lagian tuh orang yang ditembak mati belum tentu teroris. Gimana bisa kita yakin mereka
teroris, wong langsung ditembak mati. Harusnya tangkep dulu, adili, dan tanya kenapa berbuat begitu, dari
mana sejantaranya, dan siapa dalangnya. Ssst.. jangan-jangan kalo digituin ketahuan deh dalang

| www.gaulislam.com | 68
sesungguhnya, karena isu terorisme yang selama ini dihembuskan memang demi kepentingan negara
penjajah, yakni Amerika. Weleh-weleh!
Yup, bertakwalah sampe akhir. Til the end of ur life! Allahu Akbar! [anindita; email/facebook:
coffee.prince70@yahoo.co.id]

| www.gaulislam.com | 69
gaulislam edisi 127/tahun ke-3 (13 Rabiuts Tsaniy 1431 H/29 Maret 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Pikirkan Masa Depanmu


ai putih-abuabuers! Alhamdulillah, akhirnya UN kelar juga. Setelah kamu dibikin ‘sport jantung’

H ngadepinnya, sekarang kamu bisa sedikit bernapas lega. Eits, inget jangan banyak-banyak dulu
bernapas leganya, karena perjuanganmu masih belum berhenti. Jangan dulu terlalu ‘over pede’
ngerasa pasti lulus sebelum surat keputusan kelulusan itu kamu baca dengan mata-kepala sendiri. Ok?
Yang pasti, kami segenap kru gaulislam (tanpa diminta pun) bakal selalu ngedoain kalian semua supaya bisa
lulus 100% dengan nilai yang memuaskan dan bisa ngelanjutin pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Insya Allah, amin Ya Robb.
Sedikit tips aja buat kamu yang mungkin masih bingung mau ngapain abis UN ini sembari menunggu
hasilnya kelar. Pertama, pasrahkan semua usaha yang udah kamu lakukan pada Allah Swt. dalam arti
tawakal. Jadikan diri kamu dalam posisi zero alias nol menghadapi ketentuanNya kelak. Kita hanyalah
makhluk kecil dan lemah di hadapan keMahaKuasaanNya. Saat usaha sudah kita lakukan semaksimal
mungkin, diiringi munajat yang tiada henti-hentinya, maka diri kita sudah harus disiapkan dalam posisi zero
tadi. Karena, faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah (dan jika kamu sudah berusaha, tawakkallah pada Allah
Swt). Katakan, “Ya Allah, aku sudah berusaha maksimal, sekarang aku pasrah pada ketentuanMu. Aku
yakin, Engkau pasti akan memberi yang terbaik untuk hamba-hambaMu yang senantiasa dekat denganMu.”
Kedua, meski UN udah lewat, jangan pernah berhenti untuk terus beribadah dan berdoa. Allah berjanji
di dalam al-Quran (yang artinya): “…Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka beriman
kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS al-Baqarah [2]: 186).
Ini adalah jaminan dari Allah bagi siapa aja yang mau terus berdoa tanpa lupa ibadah dan ikhtiar
tentunya. Mohon agar selalu diberi yang terbaik di dalam suka maupun duka. Lengkapi juga dengan aneka
rutinitas ibadah sunnah seperti sholat sunnah dhuha, tahajjud, hajat, istikharah (saat harus memilih di
antara dua pilihan), plus shaum sunnah senin-kamis, atau bisa juga shaum sunnah daud (dua hari sekali),
shaum sunnah tengah bulan (tiap tanggal 13,14,15 bulan hijriah), shaum sunnah di momen yang
dicontohkan oleh Rasul Saw., dan nggak ketinggalan juga baca al-Quran, shalawat, dzikir, serta istighfar.
Ditambah lagi sama sedekah. Beberapa keutamaan sedekah itu antara lain bisa memudahkan rizki dan
menolak marabahaya. Tunggu apa lagi, kalo sobat muda mengamalkan semua ini dengan ikhlas, pasti Allah
memberi yang terbaik dalam hidup, cita-cita, karir, dan masa depan.
Ketiga, kamu boleh bernazar kok. Nazar adalah janji kepada Allah Swt. bila keinginan kita dikabulkanNya
akan melakukan suatu ibadah atau perbuatan baik. Misalnya kamu bernazar, Ya Allah kalo saya lulus UN
dengan nilai rata-rata 7, saya akan puasa tiga hari berturut-turut. Hukum asalnya boleh. Saat dikabulkan,
janji tersebut hukumnya menjadi wajib untuk ditunaikan. Tapi kalo nggak terkabul, nggak dipenuhi pun ora
popo.
Keempat, ba’da UN jangan pernah melakukan perbuatan sia-sia dan dosa. Hayo ngaku, siapa yang pas
pulang UN hari terakhir kemarin corat-coret seragam? Atau ngerayain dengan aneka party, dari mulai
minuman keras, narkoba, sampe free sex? Na’udzu billahi min dzalik. Semoga nggak ada yang ngelakuin hal
‘bodoh’ itu ya. Udah sia-sia, dosa pula. Jangan sampai kamu dicap sama orang tua, para guru, dan
masyarakat sebagai pelajar yang nggak terpelajar atau pelajar yang kurang ajar. Belum terlambat kok untuk
istighfar mohon ampunan pada Allah Swt. dan mohon maaf pada ortu, guru, dan diri sendiri kalo kamu udah
terlanjur ngelakuinnya. Bersyukur atau meluapkan suka-cita bukan begitu caranya, Pren. Tunjukkan kalo
kamu udah dewasa. Karena hanya orang-orang dewasalah yang mampu berpikir, berucap, dan bersikap
sesuai kebutuhan.
Kelima, persiapkan kuliah. Di antara kamu mungkin ada juga yang mau langsung kerja terus pesimis
nggak mampu kuliah karena masalah biaya. Iya kan? Berdasar pengalaman pribadi, kalo boleh ngasih saran,
mumpung masih muda, kamu menimba ilmu dulu aja sampe ke jenjang yang paling tinggi kalo bisa. Karena

| www.gaulislam.com | 70
masa depan kita insya Allah lebih cerah dengan ilmu, wawasan, pengalaman, plus skill yang didapet di
bangku kuliah. Nggak percaya? Nyok kite bahas…

Masa depan butuh ilmu!


Sobat muda, sebagai muslim kita diperintahkan untuk terus menuntut ilmu. Banyak sekali firman Allah
Swt. yang menganjurkan untuk berilmu. Pun Rasulullah Saw. teladan kita sangat menganjurkan umatnya
untuk berilmu. Bahkan, salah satu keutamaan menuntut ilmu itu bisa menjadi penebus dosa-dosa kita yang
telah lalu. Rasullulah bersabda: “Siapa saja yang menuntut ilmu, maka menjadi penebus dosa-dosanya yang
telah lalu.” (HR at-Tirmidzi)
Sampai-sampai dalam Islam, kedudukan mencari ilmu itu sejajar dengan berjihad. Maka tatkala ada
kewajiban berjihad, tidak boleh semua orang terjun ke medan perang. Sebagian ‘alim ‘ulama (orang yang
berilmu) harus tetap tinggal di tempat untuk terus mengajar dan mendidik generasi penerus. Mutlak, dalam
menjalani kehidupan ini kita pasti membutuhkan ilmu.
Seringkali banyak orang menilai pendidikan yang sarat ilmu dengan sebelah mata. Sehingga
menyimpulkan bahwa pendidikan itu nggak penting. Belajar nggak penting. Pengennya langsung bisa kerja
dan punya banyak uang. Padahal untuk kerja aja butuh ilmu. Maka yang terjadi adalah seperti yang kita lihat
saat ini, selepas SMA/sederajat banyak yang ingin langsung bekerja. Di satu sisi itu bagus, menandakan
kamu adalah orang yang mandiri dan bertanggungjawab. Tapi di sisi lain kamu melupakan kewajiban untuk
terus menuntut ilmu. Bukankah menuntut ilmu itu kewajiban dari mulai dalam buaian ibu hingga ke liang
lahat, sebagaimana yang telah disabdakan Beliau Saw.? Lagian, nyari ilmu bisa kapan aja, termasuk sambil
kita cari nafkah. Iya kan?
Bro en Sis, hati-hati dengan motivasi kamu. Apakah kamu termasuk orang yang punya motivasi
materi, yang mau melakukan sesuatu hanya karena ingin dapat kepuasaan berdasar materi alias kekayaan
keduniawian belaka? Atau termasuk orang dengan motivasi moral, yang mau melakukan sesuatu hanya
karena ingin dapat pujian, penghargaan, alias prestise dari manusia saja? Semoga nggak ada ya. Karena
bagi seorang muslim, setiap melakukan apa pun, selalu motivasi yang dimiliki adalah motivasi ilahiyah, hanya
karena Allah Swt. (lillah), billah (dengan Allah/mengikut-sertakan Allah), dan ilallah (untuk Allah Swt.).
So, yuk kita ubah mindset (pikiran) kita. Hidup kita jangan diorientasikan dengan hal-hal yang bersifat
duniawi doang. Jangan pula memfokuskan hidup kita hanya untuk karir dan pekerjaan aja. Alangkah indahnya
jika kita berprinsip bahwa hidup adalah untuk belajar dan beramal. Di sinilah letak pentingnya ilmu.
Pilihan baik setelah kamu lulus dari SMA/sederajat adalah melanjutkan kuliah. Menuntut ilmu di
lembaga formal di jenjang perguruan tinggi bisa kamu pilih dari mulai jalur D1, D2, D3, D4, atau S1 yang
diselenggarakan oleh universitas, institut, akademi, sekolah tinggi, atau lembaga pendidikan setingkat itu,
sampai nanti S3 dan dianugerahi gelar profesor. Atau di lembaga non-formal seperti tempat kursus
keterampilan. Atau magang bersama ahli kemudian belajar sendiri untuk pengembangannya. Pilih jurusan
dan program studi yang sesuai dengan minat, bakat, serta cita-cita kamu. Tentu yang nggak bertentangan
sama Islam, dong. Kuliah, kursus, atau belajar mandiri adalah dalam rangka menuntut ilmu yang bermanfaat
untuk dunia dan mudah-mudahan juga untuk akhirat. Masalah biaya? Gampang, komunikasikan dengan ortu
kita, atau nabung dulu, meminjam biaya sementara kepada saudara, mencari orang tua asuh, atau mencari
beasiswa.
Nah ini pilihan berikutnya, kuliah sambil bekerja. Waktunya diatur sedemikian rupa. Berikutnya, jangan
pernah pesimis dengan biaya. Karena yang punya rizki hanyalah Sang Maha Pemberi Rizki, Allah ar-Razaq.
Bukan ortu atau manusia lainnya. Pokoknya, yakini bahwa dengan jalan menuntut ilmu di bangku kuliah,
kursus, atau otodidak ini kita bisa mendapatkan ridho dan kemudahan dari Allah Swt. Nggak ada yang lain,
semua yang kita persiapkan ini adalah (sekali lagi) untuk masa depan bahagia.

Menata masa depan


Kita sadar hidup di dunia nggak akan selamanya. Kita sedang menuju masa depan (baca: akhirat) yang
menjadi tujuan akhir hidup kita. Semoga surga adalah tempat yang Allah Swt. sediakan buat kita semua,
hamba-hambaNya yang senantiasa beriman dan beramal shalih.
Bro en Sis, tuk melengkapi semua rencana masa depan kita, nggak lupa juga saya ingetin agar terus
istiqomah mengkaji Islam. Kamu bisa memulainya dengan masuk pondok pesantren sambil kuliah atau
bekerja, atau rutin mengikuti pembinaan dalam halqoh dan liqo’. Atau minimal kamu rutin mengikuti kajian
Islam yang digelar di tiap masjid, majlis ta’lim, radio, tv, de-el-el, saban minggunya (BTW, dengerin juga
acara klinik gaulislam di radio KISI 93.4 FM Bogor ya, setiap Rabu mulai jam 05.30 WIB). Nggak lupa juga
mengamalkan dan mendakwahkannya. Semua ini kita lakukan (lagi-lagi) untuk melengkapi persiapan kita

| www.gaulislam.com | 71
dalam menata masa depan, agar hidup kita seimbang dunia-akhirat, sebagaimana firman Allah (yang
artinya): “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat. Dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi...” (QS al-Qashash [28]: 77)
Sebagai kesimpulan, mari kita mulai menata masa depan kita dari mulai mempersiapkan kuliah, kuliah
sambil bekerja, kursus keterampilan atau otodidak, kemudian bekerja mencari nafkah, sembari tetap
istiqomah mengkaji, mengamalkan, dan mendakwahkan Islam hingga maut memisahkan kita. Insya Allah.
Wallahu a’lamu bi ash-shawaab. Salam Mumtaz! [anto apriyanto, the spirit of soul |
anto.mumtaz@gmail.com]

| www.gaulislam.com | 72
gaulislam edisi 128/tahun ke-3 (20 Rabiuts Tsaniy 1431 H/5 April 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Guru Bule di Sekolahmu


D iberlakukannya internasionalisasi pendidikan di Indonesia, telah mengakibatkan berbagai dampak
sosial dalam kehidupan pendidikan di negara kita. Mulai dari pendidikan biaya tinggi, pengkelasan
level pendidikan hingga standardisasi mutu pendidikan dengan UN. Namun tidak banyak yang
memperhatikan bagaimana sekolah bisa mengejar ‘status’ internasional mereka, sehingga bisa mengklaim
dengan instan kalo pendidikan yang mereka selenggarakan adalah berskala internasional. Salah satu cara
yang paling sering dan mungkin paling mudah ditempuh, adalah dengan mengimpor guru asing. Yuk kita
bedah lebih dalam bagaimana kiprah guru asing di sekolah-sekolah elit di negara kita.
Perut keroncongan and konsentrasi buyar adalah dua tanda yang sangat jelas kapan gue harus makan
siang, setelah sholat dhuzur, gue turun deh cari makan, (maklum ngantor di atas puhun). Longok kanan, en
kiri, hmmm kok nggak ada yang menarik. Akhirnya setelah berfikir keras selama tiga jam, gue putusin makan
di kantin sekolah, sebelah kantor. Siang itu kantin udah kaya pasar. Namanya juga kantin sekolah, rame
banget. Dari pembicaraan seputar gosip paling gress di kelas sampe berapa jumlah rambut tupai langsung
bisa kita denger seketika. Di antara kericuhan kantin itu, sempet gue simak diskusi soal guru bule.
Gini nih obrolannya: (kode: A=Murid cewek, B= Murid Cowok) Murid A1: “Eh tahu nggak? Ada guru
bule di kelas bahasa gantiin pak Amir, tampangnya miriiiip banget bule!”. Murid A2 bilang: “Ya iyaalah”.
Terus Murid B1, “Eh namanya siapa? Gue habis ini ada kelas bahasa”. Murid A1 bilang, “Namanya mister
Frank”. Murid A2 nimpali, “Sodaranya mister baso ya?” Murid A1, “Huss, sembarangan, bule gitu looh”.
Tiba-tiba ada murid yang nggak jelas (tampang sih B tapi kelakuan A) ikut ngomong, “Cakep nggak? Cakep
nggak?”. Murid A1: “Yah, Bule gitu looh” udah deh gue akhiri sampai di sini aja percakapan mereka, mules
perut gue.
Sebenernya pembicaraan mereka hari itu tidak begitu menarik buat gue, sampai suatu ketika di dalem
angkot Bogor yang kesohor, dua orang guru terlibat perbincangan seru soal guru bule, yang intinya mereka
“khawatir” dengan keberadaan guru asing tersebut. Hmm dapet bahan menarik neh buat artikel buletin
gaulislam. BTW, kalo ngomongin inspirasi buat nulis, semua ada di sekitar kehidupan kita.

Tuntutan globalisasi
Dengan embel-embel sekolah internasional atau sekolah nasional plus, maka dijanjikanlah pendidikan
yang lebih maju dibanding sekolah-sekolah umum lainnya. Pada awalnya sekolah internasional dibuat untuk
memenuhi permintaan pendidikan putra-putri warga asing di Indonesia. Tapi lambat laun, sekolah tersebut
juga berisi murid lokal dari keluarga mampu yang menginginkan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anaknya.
Pada akhirnya, bisnis pendidikan juga mulai dilirik oleh pemodal asing, agar lebih menarik, sekolah
bermodal asing inipun memberdayakan SDM asing. Sehingga guru-guru asing pun didatangkan. Selain untuk
memikat para orang tua murid, tuntutan globalisasi untuk memenuhi pendidikan dengan mutu yang mampu
bersaing dalam skala internasional memaksa untuk mendatangkan guru-guru alien (baca asing) ini ke negara
kita. Ada beberapa bidang pendidikan yang biasanya memanfaatkan jasa para guru alien ini, yang paling
sering adalah bidang pendidikan bahasa, baik bahasa Ingris, Jepang, Cina, Arab maupun bahasa asing
lainnya yang diajarkan di sekolah tersebut.
Guru asing dalam pendidikan bahasa memang lebih dianggap kredibel ketimbang guru lokal, walaupun
guru tersebut punya nilai TOEFL yang tingginya selangit 7 lapis. Tetep saja guru dengan tampang bule
(apalagi beneran orang bule) bakal dianggap lebih kredibel. Sebagai contoh salah satu lembaga pendidikan
Bahasa asing Elit di seputar Sempur Bogor, malah menggunakan 100% tutor alien. Jangan tanya soal
biaya pendidikan, karena sudah pasti di atas rata-rata. Sebab, memang tidak murah biaya yang harus
dikeluarkan untuk “merayu” para guru alien ini untuk mau dateng ke negara kita untuk jadi guru. Ah, gue
jadi inget lagunya Iwan Fals, Umar Bakrie. Nasib guru Umar Bakri yang tetap miskin meski telah melahirkan
murid yang pinternya nggak ketulungan. Kasihan deh!

| www.gaulislam.com | 73
Kredibilitas guru dalam pendidikan memang sangat berpengaruh. Penguasaan terhadap materi ajar
dan kemampuan untuk berimprovisasi dan kecerdasan dalam mengajar, memang sangat diperlukan.
Tengoklah di Jepang, murid setara SD rata-rata sudah bisa merakit komputer atas arahan gurunya. Kalo di
sini jangan ditanya, lulusan SLTA pun banyak yang belum bisa mengoperasikan komputer.

Culture shock
Culture shock adalah suatu kondisi kebingungan yang dialami ketika seseorang meninggalkan
lingkungan budayanya untuk tinggal di lingkungan dengan budaya baru. Ini adalah kondisi dimana seseorang
dipaksa untuk menghadapi begitu banyak perubahan dalam hidupnya. Orang yang tidak kuat dengan kondisi
ini biasanya mereka akan merasa sedih, frustasi dan ingin pulang ke lingkungan asalnya. Nah budaya bule
yang dibawa atau dikenalkan oleh guru-guru asing ini cepat atau lambat akan membawa kita pada
pertarungan budaya yang lebih seru. Misal budaya bule yang suka banget mempertontonkan auratnya,
mungkin menjadi lebih menarik untuk dicoba dan dipraktekkan dengan kehadiran examplenya/contohnya di
depan mata para remaja kita. Bukan tak mungkin, para remaja akhirnya doyan mempertontonkan ketek
mereka. Ampuuuun, ketek bagian dari aurat, Non. Sebagai muslim kita tidak boleh mempertontonkannya,
apalagi mempertontonkan bau ketek kita, ampyuuun!
Kalo kita terbiasa dengan olahraga macem badminton, sepak bola kampung, renang, balap lari, panjat
pohon dan sebagainya, mungkin banget rasanya guru-guru alien ini mengajarkan olahraga kampung mereka,
jadi olahraga bangsa berkuda, rugby, maupun hocky. Sangat memungkinkan untuk bisa diajarkan juga.
Anyway, entah kenapa olah raga berkuda jarang banget diajarin di sekolah-sekolah kita, padahal kalo kita ke
pasar bogor, seabreg-abreg kuda bersliweran ke sono kemari (baca: tukang delman).
Disiplin dan budaya tepat waktu adalah salah satu hal yang bakalan bisa juga dinikmati dari para guru
alien ini. Karena memang sudah sangat umum di negeri bule sono, untuk selalu tepat waktu. Jargon macam
“time is money” udah hampir pasti akan diajarkan, padahal time is jelas-jelas bukan money (saya simpan
pembahasan ini untuk artikel lainnya di buletin gaulislam, so tunggu saja!)
Bro en Sis, benturan budaya nggak bisa dihindarkan. Budaya baru yang diusung para guru alien ini,
mau tidak mau bakal menjungkir balikkan budaya lokal sekolah yang telah lama tumbuh. Mulai dari benturan
waktu ngaret, bekerja secara professional sampai dengan benturan nilai-nilai sosial budaya lainnya.
Interaksi murid dengan guru emang nggak akan bisa dibatesin pada satu pelajaran saja, sangat
memungkinkan para guru alien ini bakal jadi pembimbing untuk beberapa kegiatan ekskul yang udah pasti
memberikan ruang dan waktu yang lebih luas untuk berinteraksi dengan para muridnya.

So, harus gimana dong?


Secara umum sikap kita terhadap keberadaan guru bule sebenernya sederhana saja dan cukup klasik,
yaitu mengambil yang baik, dan membuang yang buruk. Namun sikap ini hanya bisa dilakukan dengan
sempurna, kalo kita sudah memiliki dasar keimanan yang kuat, sehingga dengan keimanan tersebut kita bisa
memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Selain filter dipasang di setiap individu, perlu juga diterapkan
oleh tiga komponen utama pendidikan di Indonesia, yaitu pemerintah, sekolah dan orang tua.
Pemerintah memiliki dua peran utama, yaitu pertama untuk menentukan regulasi yang jelas bagi
warga negara asing yang ingin bekerja sebagai guru di Indonesia, terutama dalam hal perekrutan dan
kualifikasi. Pemerintah harus memastikan kalo para guru impor ini memang digunakan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, bukan sebagai alat penarik pelanggan (marketing).
Peran kedua pemerintah adalah untuk menentukan regulasi yang lebih fair dalam penentuan standar
gaji guru. Dengan memberikan kebebasan bersaing dalam ranah gaji, tentunya sesuai dengan prestasi yang
dicapai. Sehingga menjadikan profesi guru sebagai salah satu profesi yang cukup menjanjikan.
Sementara sekolah sendiri memiliki dua peran utama, yaitu 1) harus mempunyai sistem pengawasan
dan kontrol yang cukup baik terhadap performa guru bule di sekolah mereka. Kontrol dan pengawasan ini
merupakan alat utama pengendali mutu pendidikan di sekolah tersebut. Sehingga bila fungsi ini melempem,
mau sehebat apapun guru yang didatangkan, tidak akan banyak manfaatnya.
Peran kedua sekolah adalah meningkatkan kemampuan SDM yang sudah ada, sehingga mampu
bersaing dengan guru impor ini. Jangan pernah bermimpi untuk bisa bersaing di dalam pasar bebas, kalo
untuk memberikan pengajaran yang layak saja kita masih bergantung dengan para guru asing ini.
Terakhir adalah peran murid/orang tua, peran orang tua dan setiap individu murid adalah menjaga
Islam dan imannya. Bila kiprah para guru asing ini jelas-jelas melanggar hukum syara, maka hukumnya kudu
bin wajib bagi kita untuk menolaknya. Tetap yang jadi masalah, ngerti nggak sih kita sama batasan-batasan
hukum syara agama yang kita cintai ini? Kalo jawabannya nggak, berarti “Selamat! Kamu ketambahan PR

| www.gaulislam.com | 74
kudu belajar agama lebih giat lagi!”. Yuk, kita belajar bersama memahami Islam. Semoga bermanfaat dan
jangan lupa semboyan khas gaulislam, nggak ngaji nggak trendi! Tetap semangat, Bro![aribowo:
aribowo@gaulislam.com]

| www.gaulislam.com | 75
gaulislam edisi 129/tahun ke-3 (27 Rabiuts Tsaniy 1431 H/12 April 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Anak Belajar dari Kehidupannya


B
ro en Sis, mungkin kamu tahu berita tentang anak umur 4 tahunan yang udah lihai merokok dan
terbiasa bicara cabul. Aduh, pas tahu ada berita ini, saya sedih banget. Terus jadi inget deh waktu
saya nulis di buku Jangan Jadi Bebek (2002). Pada bagian akhir buku ini membahas tentang
perilaku orang tua yang akan dicontek oleh anak-anaknya. Baik orang tuanya, insya Allah baik anaknya. Buruk
orang tuanya, buruk pula anaknya. So, emang kudu ati-ati memberikan contoh perilaku kepada anak kecil.
Memang sih, nggak murni salah orang tua kandungnya aja. Orang dewasa di sekitar kehidupan anak kecil
juga akan turut mempengaruhi lho.
Ada pepatah/peribahasa lama, “Air cucuran atap, jatuhnya ke pelimbahan juga”. Yup, pepatah ini
pernah menjadi judul tulisan di buku saya, Jangan Jadi Bebek. Dengan indah peribahasa itu
mengumpamakan orang tua sebagai atap, bagian paling atas dari rumah. Posisi yang memberikan
perlindungan kepada seluruh anggota keluarga. Atap jugalah yang kemudian meneteskan air ke pelimbahan,
yakni anak-anak kita. Dan air, adalah karakter yang diwariskan kepada anak-anak, meluncur deras – sesuai
sunatullah — dari atap menuju pelimbahan.
So, disadari atau nggak tingkah laku dan kebiasaan para orang tua, sebenarnya menjadi cerminan bagi
anak-anak di rumah. Memang benar ada karakter yang diwariskan secara genetis kepada anak-anak, seperti
yang diuraikan berbab-bab oleh para ahli biologi. Tetapi sebenarnya jauh lebih banyak karakter yang
diperoleh anak-anak dari hasil didikan kita.
Anak-anak belajar dari orang tua mereka dengan cara mendengarkan, mengamati dan memikirkan
tingkah laku orang tua. Ayah dan ibunya mengajak anak-anak untuk sholat, akan direkamnya, kebiasaan
ibunya membuatkan secangkir kopi bagi ayahnya, kebiasaan ayahnya berpamitan kepada ibunya saat
berangkat ke tempat kerja, kebiasaan mereka berdua mencurahkan kasih sayang pada mereka, anak-
anaknya, menjadi pelajaran-pelajaran yang lebih berkesan ketimbang duduk mendengarkan ceramah berjam-
jam. Bahkan kebiasaan ‘sepele’ seperti jam berapa menyalakan televisi dan acara apa yang biasa kita
saksikan, seluruhnya terekam baik dalam ingatan anak.
Anak-anak adalah cermin bagi orang tua. Bagaimana orang tuanya, begitulah anaknya. Like father, like
sons. Saat para orang tua menatap mata anaknya, mengamati bentuk hidungnya, cara berjalannya dan
gaya bicaranya, pasti mereka akan temukan diri mereka pada anak-anaknya. Maka bila kita tidak ingin
dipermalukan di depan orang lain oleh tingkah polah anak-anak, berarti kita pun jangan berbuat hal yang
memalukan di depan anak-anak kita sendiri. Setuju kan, Bro?

Salah asuhan
Ini bukan judul cerita roman karya Abdoel Moeis, lho. Meski mungkin saja kisah di dalamnya mirip
dengan kondisi masyarakat kita saat ini. Silakan dibaca aja novelnya. Yup, Salah Asuhan bukan sekadar
novel biasa, ia juga merupakan pandangan kritis pengarangnya, Abdoel Moeis, terhadap dampak politik etis
(Etische Politiek) yang dilancarkan pemerintah Hindia Belanda sejak awal abad ke-20. Moeis menyiratkan
pesan, pendidikan Barat yang dinikmati sebagian kaum bumiputra seharusnya tak membuat mereka
tercabut dari akar budayanya. “Orang Timur jangan sekali-kali menjadi sepuhan Barat,” ujar Mariam, ibu
dari tokoh utama novel ini, Hanafi.
Ok, kisah hidup di novel itu mirip-mirip dikitlah dengan kondisi kehidupan kita sekarang. Sekularisme,
hedonisme, permisifisme, liberalism menjadi bagian dari hidup kita. Jelas ini salah asuhan. Sebab
masyarakat Indonesia, khususnya yang muslim seharusnya menjadikan Islam sebagai pilihan dan bagian
dalam hidupnya. Seluruh hidupnya adalah cerminan dari ajaran Islam. Kalo boleh menggunakan istilah full
time muslim, maka seorang muslim dalam seluruh hidupnya harus senantiasa menjadi muslim dan
mengamalkan ajaran Islam. Nah, kalo pengen lengkap gimana itu model Full Time Muslim, insya Allah
penjelasan detilnya ada di buku yang sedang saya garap tersebut (hehehe.. jadi promosi deh gue!).

| www.gaulislam.com | 76
Bro en Sis, Kak Seto Mulyadi dari Komnas Perlindungan Anak bilang bahwa kasus serupa Sandi (bocah
4 tahun yang merokok dan videonya udah tayang di Youtube itu), saat ini di Indonesia ada 12 kasus. Walah,
banyak amat! Kirain cuma anak itu aja. Ckckck… kasihan juga ya. Waktu mencoba searching di mbah google,
saya ngeri banget membaca berita yang bertebaran di sana, plus yang bikin penasaran adalah di sebuah
blog ditampilkan juga video berdurasi 3:29 menit yang merekam aktivitas Sandi yang lagi ngerokok dan
berkata cabul.
Kalo diperhatiin emang itu ada peran orang dewasa di sekitarnya. Dia menjawab dengan lugas
pertanyaan-pertanyaan orang dewasa (yang tidak diperlihatkan batang hidungnya) seputar kata-kata cabul.
Setelah Sandi menjawab, terdengar tertawa ngakak dari sejumlah orang dewasa di sekitarnya.
Astaghfirullah. Udah deh, haqqul yakin kalo ini memang ada peran orang dewasa dalam membentuk perilaku
anak itu. Bener-bener salah asuhan. Kasihan dia. Oya, update terakhir bocah itu udah mulai berkurang
aktivitas merokoknya sejak publik tahu kasus dia dan banyak yang merhatiin serta mau bantu menyelesaikan
masalahnya. Syukurlah kalo memang begitu. Mudah-mudahan bisa dibina dengan cara yang benar dan baik.
Bro en Sis, orang tua memang paling bertanggung jawab, tapi tentu saja lingkungan sekitarnya juga
harus ikut mencontohkan perilaku yang baik. Bukan perilaku yang malah memberikan efek negatif, apalagi
kepada anak-anak kecil yang memang mudah untuk meniru.

Tanggung jawab bersama


Sobat muda muslim, benar banget bila anak tumbuh menjadi liar, keras, pendendam, dan tidak punya
sikap penyayang, tentu tidak muncul begitu saja. Para orang tua dan orang-orang dewasa di sekitarnyalah
yang merekayasa semuanya. Jadi waspadalah!
Maka tidak ada ‘horor’ yang lebih menakutkan bagi anak-anak selain kehilangan kasih sayang. James
Coleman, dalam Abnormal Psychology and Modern Life, menyebut kekurangan kasih sayang sebagai
communicable disease (penyakit menular). Karena itu Islam sebagai agama yang membawa misi rahmatan lil
‘alamin mewajibkan orangtua untuk mengekspresikan kasih sayang mereka kepada keluarganya. “Orang
yang paling baik di antara kamu ialah yang paling penyayang kepada keluarganya,” kata Rasulullah saw.
Bahkan Allah Swt. berfirman: “Bertakwalah kamu kepada Allah tempat kamu saling memohon, dan
peliharalah kasih sayang dalam keluarga.” (QS an-Nisâ’ [4]: 1).
Tidak ada tempat yang lebih aman bagi seorang anak selain di dalam pelukan orang tuanya. Karena
anak-anak senantiasa membutuhkan kekuatan untuk bersandar, dada untuk menangis dan contoh untuk
belajar. Bila kita memberikan itu semua pada mereka, maka lebih dari sekadar perwujudan kasih sayang,
tapi bernilai ibadah di sisi Allah Swt.
Ada sebuah riwayat menarik mengenai hal itu. Diriwayatkan bahwa ada seorang seorang perempuan
miskin datang menemui Aisyah r.a. “Ia membawa dua orang anak perempuan. Aku memberikan tiga butir
kurma kepadanya. Ia memberikan dua butir kurma kepada anaknya. Ia bermaksud untuk memakan sisanya.
Tetapi kedua orang anaknya berusaha merebutnya, sehingga kurma itu pun jatuh dari tangannya. Akhirnya,
perempuan itu tidak makan kurma satu butir pun. Aku terpesona dengan perilaku perempuan itu. Aku
ceritakan peristiwa itu kepada Rasulullah saw. Ia bersabda; “Barangsiapa yang mendapat ujian atau
menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya
akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka.” (HR Bukhari, Muslim, dan Turmudzi)
Selain itu anak-anak juga memiliki hak untuk mendapatkan harta dan pendidikan. Tanpa keduanya,
mereka akan tumbuh menjadi generasi yang lemah. Allah Swt. berfirman: “Dan hendaklah takut kepada
Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (iman, ilmu, dan
amal), yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS an-Nisâ’ [4]: 9).
Bukanlah orang tua yang baik yang meninggalkan anak-anak mereka dalam keadaan lemah. Baik iman,
ilmu dan harta. Anak-anak membutuhkan semuanya.
Suatu ketika Luqmanul Hakim bercakap-cakap dengan anaknya. “Wahai ayah, apa yang terbaik bagi
manusia?”
“Agama,” jawab Luqman.
“Kalau dua?”
“Agama dan harta.”
“Kalau tiga?”
“Agama, harta dan rasa malu.”
“Bila empat?”
“Agama, harta, rasa malu dan akhlak yang mulia.”

| www.gaulislam.com | 77
“Jika lima?”
Agama, harta, rasa malu, dan akhlak yang mulia dan dermawan.”
Anaknya bertanya lagi, “Jika enam?”
Luqman menjawab, “Anakku, jika yang lima itu berkumpul pada diri seorang hamba maka dia adalah
orang yang bertakwa, dan Allah akan menolong orang yang menjauhi syetan.”
Yuk, kita jaga bersama masa depan generasi muslim. Agar mereka tumbuh dengan benar dan baik.
Kalo bocah usia 4 tahun itu fasih berkata-kata cabul dan lihai merokok, itu membuktikan bahwa dia memang
belajar dari kehidupannya. Pastilah, itu karena dia melihat faktanya dan bisa jadi di-create oleh orang-orang
dewasa di sekitarnya. Apalagi kasus serupa lainnya, bocah umur 3 tahun merokok karena kakek dan
kakaknya merokok dan si bocah melihat kenyataan itu. Waduh, ngeri deh. Saya kepikiran juga, kalo bocah-
bocah itu dengan mudah bisa merokok, seharusnya dia bisa juga diarahkan untuk hal positif. Karena anak-
anak memang relatif lebih mudah dibentuk karakternya ketimbang yang udah bangkotan. Semoga ini menjadi
pelajaran kita semua dan mulai berpikir serius untuk menyelamatkan generasi ini dari pengaruh buruk. Yuk
dakwah yuk! [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 78
gaulislam edisi 130/tahun ke-3 (5 Jumadil Ula 1431 H/19 April 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Jangan Main-main dengan Hidupmu


P ernah dengar nggak ungkapan-ungkapan kayak gini? “Ah elo nggak keren kalo nggak mabok!” ; “Ah elo
nggak jantan kalo nggak ngerokok”; “Ah elo nggak gaul kalo nggak ditato”
Setuju nggak elo sama ungkapan-ungkapan tersebut? Kalo elo nggak setuju gue kasih jempol
deh buat elo karena elo bisa menggunakan pikiran dan akal sehat elo dengan baik. Tetapi kata-kata tersebut
sering banget menginspirasi banyak orang—nggak peduli tua atau pun muda—yang penting orang yang
pikirannya pendek pasti akan ngikut aja. Orang model gini, biasanya berprinsip: yang penting sebuah
pengakuan supaya bisa dibilang kerenlah, jantanlah gaullah dan sejuta predikat yang nggak nyambung sama
fakta. Iya nggak?

Hasrat menjadi penting


John Dewey pernah bilang: “Desakan yang paling dalam di dalam diri manusia adalah hasrat menjadi
penting”. Maka dari itu sesuai dengan faktanya banyak manusia berlaku bodoh hanya untuk menjadi penting,
merasa dihargai, dipandang, serta dihormati, bahkan tak jarang hal bodoh itu dapat merusak diri mereka
sendiri, orang lain serta membuat mereka tampak lebih bodoh.
Ya, ketika sesorang ditanya apakah ditato itu sakit, mereka menjawab, “Ya, tentu saja sakit” (gimana
nggak sakit, wong jarum ditusuk-tusukkan ke tubuh campur tinta). Lalu kenapa kamu masih mau ditato?
Dengan berbagai alasan pun dikemukakan: mulai dari alasan seni sampe alasan supaya sangar (apalagi kalo
tatonya di wajah dengan gambar topeng Bali pasti dijamin tambah sangar).
Bro en Sis, tetapi apapun alasannya mereka telah melakukan hal yang tidak berguna. Udahlah ngabisin
duit, nahan sakit, eh ujungnya susah cari kerja. Padahal mereka itu bukan anak orang kaya, istilahnya biar
tekor asal nyohor. Kasihan deh, mereka cuma ikut-ikutan supaya dianggap keren. Istilahnya “posser”, atau
follower, mereka mengikuti seorang public figure yang dianggap keren oleh kaum-kaum mereka sesuai
dengan jamannya walaupun yang diikutinnya sisi negatifnya aja.
Dandanan sih masberto (masyarakat bertato) ala Oliver Skyes, Lars Federiksen atau Travis Barker
tapi tetep aja kagak terkenal habisnya cuma follower. Yang ada malah jadi korban cibiran orang, karena
bisanya cuma mengekor dan nggak punya jati diri. Kalo dipikir-pikir sih malah jadi alay (kampungan), Bro!
Jadi, pikir-pikir lagi deh kalo mau ngelakuin suatu perbuatan. Jangan cuma ngikut doang. Ok?

Ghazwul fikri
Lha, istilah apaan nih? Kok pake bahasa Arab? Well, nggak apa-apa dong, biar kamu dikit-dikit ngerti
istilah ini. Yup, artinya adalah perang pemikiran, euy! Nah, ada baiknya deh kita buka salah satu ayat di al-
Quran (yang artinya): “…mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)
mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang
murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS al-
Baqarah [2]: 217)
Seperti nukilan ayat di atas Allah Swt. telah memperingatkan kita bahwa orang-orang kafir selalu
berusaha mengembalikan kita kepada kekafiran dengan cara apapun. Nah, cara yang paling efektif saat ini
dilakukan di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam adalah dengan ghozwul fikri atau perang
pemikiran.
Seperti yang dikatakan Samuel Zwemer dalam konferensi al-Quds pada tahun 1935: “Sebenarnya
tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan
tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (al-Quran dan Sunnah). Sehingga mereka menjadi orang-orang
yang putus hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling bermusuhan), menjadi terpecah-belah dan

| www.gaulislam.com | 79
jauh dari persatuan. Dengan demikian kalian telah menyiapkan generasi-generasi baru yang akan
memenangkan kalian dan menindas kaum mereka sendiri sesuai dengan tujuan kalian”.
Nah lho, bagi elo yang mengaku Islam elo kudu hati-hati dengan alat perang yang namanya ghozwul fikri
ini karena metode yang satu ini mempunyai banyak kelebihan yaitu dananya sedikit, dampaknya fatal dan
berjangka panjang, sasarannya tidak terbatas dan tidak menimbulkan korban bagi si penyerang.
Dalam rangka memenuhi ambisi mereka maka diciptakanlah sebuah “trend” yang menyimpang dari
ajaran agama Islam. Banyak perbuatan yang tidak berguna dianggap “keren”, maka diciptakanlah acara-
acara televisi yang berbau budaya kebarat-baratan dalam sisi negatif seperti sinetron percintaan yang
berujung pamer aurat dan perzinahan. Payahnya, hal itu kemudian diikuti oleh pemuda-pemudi yang akhlak
dan pola pikirnya lemah. Malah akhir-akhir ini nih ada metode baru yang diciptakan dalam perang pemikiran,
yaitu pencitraan bahwa orang Islam yang sering ngaji, berjenggot dan sering aktif dalam acara keislaman
adalah teroris. Waduh!
Ngomong-ngomong soal ini, gue jadi inget cerita temen gue. Kalo nggak salah temen gue itu cerita
waktu dia balik kampung ada seorang bapak yang bilang gini ke dia hanya karena liat penumpang lain yang
berjenggot panjang sambil bawa tas, “Dek, saya kalo ngeliat orang seperti itu ngeri jadinya, takut bawa
bom”. Ckckck…
Bro en Sis, lagian bukankah seharusnya kita bertanya lagi: kok kalo ada mafia di Italia atau Yakhuza di
Jepang yang sering bikin onar, mereka nggak menghubungkan dengan agamanya? Atau Israel yang udah
jelas-jelas telah membantai umat Islam di Palestina mereka nggak pernah ngehubungin sama agamanya.
Tapi kalo orang Islam, langsung aja deh dituduh tanpa bukti. Jadinya orang takut untuk mengkaji Islam lebih
dalam. Padahal kalo yang udah mengkaji Islam pasti tahu deh kalo Islam itu mengajarkan kebaikan bukan
keburukan. Wah, wah, bahaya benar ya perang opini ini. Sampe-sampe orang Islam aja saling curiga dengan
sesamanya. Waspadalah!

Jangan sia-siakan hidupmu


Boys and gals, kita kudu yakin bahwa kita itu diciptain sama Allah Swt. nggak sia-sia. Sebab, hidup
kita ini terlalu berharga bila nggak digunakan dengan sebaik mungkin. Sampai-sampai Allah berfirman dalam
surat al-Mu’minuun ayat 115 (yang artinya). “Maka Apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?”
Tuh kan, bener lho. Kematian itu selalu dekat dengan kita. Jadi kita harus memanfaatkan hidup kita
dengan sebaik mungkin. Allah Swt. aja menciptakan kita bukan main-main (bukan asal aja), kok kitanya malah
main-main di dunia ini. Jangan mentang-mentang elo masih muda lalu elo hidup maen-maen dan cenderung
santai. Pikirin deh, gimana jadinya kalo di tengah jalan tiba-tiba elo meninggal dunia dalam keadaan
bermaksiat? Nggak banget ah. So, mulai sekarang elo harus berpikir kematian itu mengincar siapa aja dan
jangan sampai elo meninggal dalam keadaan suul khotimah (buruk di akhir hayat). Justru di masa mudalah
kita harus menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Sebenarnya nih, Bro, kalo ingin mendapat pengakuan dari orang lain dengan menjadi terkenal
sebenarnya ada dua jenis: terkenal dari sisi positif dan terkenal dari sisi negatif. Sedangkan keduanya juga
sama-sama membutuhkan usaha yang sama sulitnya. Jadi kita tinggal milih tuh mau terkenal lewat sisi
mana. Kita tuh hidup di dunia bukan cuma numpang makan dan buang air doang (plus beranak), tapi harus
bisa menjadi pribadi yang bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi orang lain.
Udah seharusnya kita bangga jadi orang muslim. Banyak tokoh muslim yang menginspirasi dunia.
Contohnya Ibnu Sina (Avicena), karena keilmuan kedokterannya dia menjadi inspirasi dunia karyanya yang
terkenal yaitu al-Qonun fi at-Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran. Ada lagi nih seorang penemu
konstruksi mesin terbang pada abad ke 9 yaitu Abbas ibn Firnas. Dia mendesain sebuah perangkat sayap
dan secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordoba
Spanyol, Firnas terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan
tulang belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga menjadi inspirasi bagi seniman Italia
Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian. Tapi tetep aja yang sering diangkat ke media atau yang
kebanyakan orang tahu Da Vinci lah penemu konstruksi pesawat terbang pertama. Ini juga bagian dari
ghazwul fikri.
Wuih kalo bicara tentang ilmuwan muslim yang sukses dan orang muslim yang menggoncang
peradaban dunia nggak bakal ada abisnya, Bro. Tetapi memang kadang kita nggak mengenal mereka, apalagi
orang-orang dulu karena orang Eropa sering mengganti nama ilmuwan muslim menjadi nama-nama latin.
Mungkin juga itu dilakukan supaya kita nggak mengenal kejayaan Islam di masa lalu. Kalo zaman sekarang
kayaknya sedikit sekali ilmuwan muslim dan tentunya amat beda kualitasnya jika dibandingkan dengan masa

| www.gaulislam.com | 80
kekhalifahan. Sebab, di masa kekhalifahan pendidikan itu harganya nggak mahal. Malah, di masa Khalifah
Harun ar-Rasyid, beliau mendirikan Baitul Hikmah atau gedung ilmu pengetahuan dimana kitab-kitab bahasa
asing diterjemahkan ke dalam bahasa Arab sehingga pengetahuan itu gampang didapat oleh rakyat dan
dikembangkan lagi oleh ilmuwan muslim.
Sebenarnya kalau kita ingin mendapatkan pengakuan dan dikenang orang dalam kebaikan, bukanlah
dengan cara-cara yang nggak bener, tetapi dengan cara yang sesuai dengan koridor keislaman. Contohnya
nih, dengan belajar. So, selagi elo masih sekolah elo belajar yang pinter supaya nanti bisa menjadi ilmuwan
muslim yang handal. Selanjutnya karena belajar adalah tradisi utama bagi umat Islam, maka harus dihiasi
dengan akhlak islami. Supaya apa? Supaya mantap dong ya. Nah, biar lebih mantap lagi, jangan lupa juga
dengerin acara kita di program [klinik] gaulislam setiap hari Rabu jam 05.30 WIB di KISI 93,4 FM Bogor.
Kamu bisa kirim SMS pas acara, atau malah bisa ikutan siaran bareng. Kamu mau kan? So, biar keren, kita
bilang: “Nggak ngaji, nggak trendi!” [ikrar muhammad: ikrarestart@gmail.com]

| www.gaulislam.com | 81
gaulislam edisi 131/tahun ke-3 (12 Jumadil Ula 1431 H/ 26 April 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Nggak Ngaji Nggak Trendy


alah, ini kan semboyannya program [klinik] gaulislam yang kita geber saban Rabu abis shubuh di

H Radio KISI 93.4 FM Bogor ya? Hehe.. bener Bro, ini sengaja kita jadikan judul buletin gaulislam edisi
ini. Biar mantaplah. Soalnya, kita masih sering ketemu sama temen-temen yang lebih asyik
ngomongin dandanan, gaul soal film terbaru, konser musik, berbusa-busa bahas kehidupan selebriti, gitu
lho. Untuk apa tujuan mereka ngobrolin semua itu? Konon kabarnya biar disebut anak gaul dan ngetren.
Sementara kalo urusan ngaji mah dibilangnya kampungan dan jatahnya orang yang udah TOP alias Tua
Ompong Peot. Glodak!
Bro en Sis, udah saatnya deh kita percaya diri bilang kalo ngaji adalah bagian dari tren saat ini. Saat
ini emang banyak orang udah stres dengan kehidupan dunia. Stres cari duit, stres pengen terkenal, stres
pengen naik jabatan, stres dengan tekanan target pekerjaan dan bentuk-bentuk tekanan jiwa lainnya, Itu
sebabnya, sebenarnya orang udah mulai senang lho ngaji. Seneng kumpul-kumpul bahas persoalan agama.
Mereka banyak yang yakin kok bahwa kembali kepada ajaran agama adalah obat antistres. Insya Allah.
Semoga demikian. So, itu artinya pula, sebenarnya kalo orang nggak ngaji saat ini, bisa dibilang nggak
trendy dong ya? Hmm.. betul betul betul.
Oya, meski demikian, tetap aja lho ada temen kita yang masih ragu untuk ngaji. Ngerasa belum
maksimal dalam niat, dan yang pasti banyak banget godaannya. Sehingga akhirnya sedikit demi sedikit mulai
malas ngaji dan akhirnya bukan tak mungkin nggak ngaji sama sekali. Waduh!

Beratnya godaan
Saat masih belum ngerti tentang Islam, apalagi tentang dakwah, saya masih merasa bahwa godaan
itu hanya ada pada diri orang yang lemah iman. Eh, ternyata yang sudah mulai baikan pun, godaan tetap
saja ada. Di masa Rasulullah saw. ada kisahnya lho. Telah diriwayatkan bahwa ‘Umar bin Khathab ra.
mendatangi Rasul dengan membawa naskah (sepucuk tulisan) Taurat lalu ia berkata: “Wahai Rasulullah ini
adalah tulisan Taurat, lalu Rasul diam. Lalu ‘Umar membacanya, maka berubahlah raut muka Rasulullah
kemudian Beliau bersabda: “Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, seandainya Musa as.
masih hidup lalu kalian mengikutinya dan meninggalkan aku sungguh kalian telah sesat dari jalan yang lurus,
seandainya ia (Musa) masih hidup dan mengetahui kenabianku sungguh ia akan mengikuti aku.” (HR ad-
Darimiy dalam as sunan no. 436)
Kenapa Rasululllah saw. marah? Ini untuk membuktikan bahwa ketika sudah masuk Islam, kita nggak
boleh lagi menjadikan ajaran lain sebagai aturan. Dekat-deket aja dan mempelajari ajaran mereka tanpa ilmu
yang cukup bisa nggak boleh lho. Why? Ya, karena khawatir kita tergoda. Kan banyak kasus orang yang
tertipu dengan ide selain Islam. Ada yang tergoda karena harta, ia belajar Islam tapi untuk ngancurin Islam.
Ada yang dikasih beasiswa untuk kuliah hingga dapat gelar master atau doktor, tapi syaratnya harus ikut
rencana para donatur tersebut dalam rangka menghancurkan ajaran Islam. Lha, kalo sampe kita tergoda
demi harta dan status sosial dengan cara ninggalin ajaran agama, namanya kacau, Bro. Biarlah kita banyak
harta yang penting tetap beriman. Beu... kalo itu sih ideal dong namanya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga mungkin udah ngalamin ya gimana beratnya kalo godaan datang
menghampiri. Lagi enak-enak puasa, ada yang nawarin makanan dan minuman. Lagi seneng-senengnya
belajar, ada teman yag ngajakkin main PS. Hati dan pikiran kita semangat mengkaji ilmu Islam, eh ada orang
nawarin liburan ke Ancol gratis. Termasuk ketika kita udah merasa enjoy ikut ngaji dan mencoba sedikit
demi sedikit berani untuk berdakwah, nggak tahunya ada orang iseng nyebar isu kalo pengajian yang kita
ikuti adalah bagian dari jaringan teroris. Waduh!
Ya, kita harus siap ketika godaan itu datang. Jadikan sebagai ujian untuk mengukur kualitas iman,
takwa, dan komitmen kita. Tidak usah putus asa. Tak usah pula merasa ternistakan gara-gara memilih jalan

| www.gaulislam.com | 82
perjuangan dakwah dan aktivis pengajian. Justru sebaliknya harus bangga. Hidup ini adalah anugerah.
Nikmati sajalah.
Nih, D’Masiv mode “on” dalam lagu Jangan Menyerah:
tak ada manusia yang terlahir sempurna/ jangan kau sesali segala yang telah terjadi
kita pasti pernah.dapatkan cobaan yang berat seakan hidup ini/tak ada artinya lagi syukuri apa yang ada.
hidup adalah anugerah. tetap jalani hidup ini. melakukan yang terbaik

Oke deh, sebagai muslim, godaan itu memang bisa jadi ujian. Kita kaya dan miskin pun adalah ujian
keimanan lho. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia
dimuliakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.”. Adapun
bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.” (QS al-Fajr
[89]: 15-16)
Semoga kita tetap sabar, tahan godaan dan tetap semangat jalani kehidupan dan jalan dakwah ini.

Percaya diri jadi anak ngaji


Jadi aktivis kudu optimis. Tampang pun boleh klimis meski jenggotnya tipis. Pakaian juga necis meski
dompet selalu tipis. Ya, asal jangan sering meringis sampai tampangnya kayak teletubbies. Hehehe.. nggak
ding. Kamu kudu tampil pede dengan predikat jadi aktivis masjid or kampus. Nggak boleh minder. Meski
kadang cibiran, cemoohan termasuk sindiran suka mampir juga ke telinga para aktivis rohis. Dicap sok alim,
sok suci, mau menang sendiri, nggak suka gaul, bahkan ‘bau surga’ lekat dengan anak rohis. Kalo yang
puteri kebetulan lewat di tengah-tengah gerombolan cowok okem, suka diledekin dengan sapaan,
“Assalamu’alaikum bu haji..”
Bro en Sis, menjadi aktivis rohis atau anak ngaji adalah pilihan bukan kebetulan. Jadi kamu kudu tahu
betul risikonya. Sama seperti halnya anak funky dan okem, mereka juga udah memilih apa yang
diinginkannya. Dan tentunya kudu tahu juga risiko yang bakalan diterima dari pilihannya itu. Jadi, kenapa
musti minder, kita di jalan yang bener sobat. Uppss.. tapi inget, teman kita yang masih jahiliyah bukan
berarti musuh kita, tetep kita anggap sebagai teman. Cuma, memang masih berada di tempat gelap aja.
Jadinya, kita yang kudu nuntun. Okeh?
Nah, karena kita boleh dibilang dianggap beda sama teman-teman pada umumnya, maka gerak-gerik
kita selalu aja jadi sorotan. Ada yang bangga, tapi nggak sedikit yang sinis. Itu biasa, romantika hidup
sobat. Nggak seru rasanya kalo hidup cuma lurus-lurus aja. Hmm.. coba deh telusuri jalan tol, wuih jenuh
banget deh rasanya. Jadi, kalo pun ada cibiran dan cemoohan dari kawan-kawan kita, anggap aja bumbu
dalam kehidupan ini.
Anak masjid sering diidentikan dengan penampilan yang rada-rada beda, seperti memelihara jenggot,
anak putrinya pakai jilbab, ilmu agamanya lumayan oke, dan perilakunya kalem. Terjun sebagai aktivis masjid
sekolahan emang gampang-gampang susah. Gimana nggak, hampir setiap gerak-gerik kita pasti dalam
pantauan teman dan guru. Uniknya lagi, pandangan miring dan lurus bisa aja ditujukan sama anak masjid ini.
Nah, itulah kenapa gampang-gampang susah.

Ngaji? Enjoy!
Bro en Sis, mengkaji Islam itu menyenangkan lho. Jangan dianggap ngaji itu sebagai beban, sehingga
terkesan kepaksa banget. Itu cuma faktor kebiasaan. Sama seperti ketika saya belum ngaji, saya enjoy
dengan kebiasaan saya buang waktu dengan nonton film di bioskop, dengerin lagu-lagu dari Bedil Karo
Kembang alias Guns N Roses (yang merupakan grup band favorit saya waktu itu). Kebiasaan seperti itulah
yang saya lakukan hampir di setiap waktu luang.
Bayangkan, jika kita udah enjoy dengan kebiasaan kita, rasanya flow aja menjalaninya. Ngaji nggak
bakalan membosankan sama seperti orang yang sudah menjadikan aktivitas memancing sebagai
kebiasaannya (hehehe.. sambil ngelirak-ngelirik temen saya nih). Mereka bisa tahan berjam-jam nungguin
ikan yang masuk perangkapnya.
Nah, kalo kamu memandang bahwa ngaji itu adalah sarana mencari ilmu, mungkin bakalan sutris
duluan. Kenapa? Karena kalo “judulnya” dianggap sebagai aktivitas mencari ilmu, biasanya akan tergambar
dalam pikiran kamu segala hal yang berkaitan dengan sesuatu berat dan perlu banyak mikir. Sekarang saya
ubah pandangannya, bahwa ngaji itu mengasyikan sebagai sarana memperkaya wawasan kita tentang
kehidupan. Beda nggak seh kalimat ini dengan sebelumnya: “mencari ilmu” dan “memperkaya wawasan kita
tentang kehidupan”? Kalimatnya jelas berbeda dan “rasa bahasanya” berbeda pula, meski tujuan akhirnya
bisa sama. Betul?

| www.gaulislam.com | 83
Oke deh, dengan ngaji, kita bakalan diperkaya dengan nilai gizi yang tinggi untuk pelajaran hidup kita.
Wawasan kita bakalan bertambah, karena ngaji nggak cuma belajar tsaqafah (pengetahuan yang titik tolak
pembahasannya adalah akidah), tapi juga belajar tentang makna hidup, tentang ukhuwah, tentang empati,
tentang harga diri, tentang peduli, tentang pengorbanan, tentang kesetiaan, dan lain sebagainya. Semua
itu bisa kita dapatkan dalam pengajian.
Ngaji, nggak cuma memperkaya akal kita dengan wawasan tentang berbagai pemikiran, tapi juga
menghaluskan perasaan kita tentang berbagai sikap yang membuat ruangan di hati bisa menampung banyak
hal yang indah. Ngaji juga selain mengembangkan kebiasaan kita mengkaji ilmu-ilmu berat, tapi juga
menumbuhkan persahabatan yang nggak kenal kata putus.
Sobat muda muslim, jadikan ngaji sebagai kebiasaan dalam hidup kita. Nikmati saja dengan penuh
kesenangan. Semua itu bisa kita ciptakan bersama teman pengajian lainnya. Ada canda-tawa, ada
keseriusan meski tetap santai, tegur sapa, saling mengingatkan, saling menghargai dan menghormati.
Wah, indah banget kan? So, mulai sekarang kita bilang: nggak ngaji nggak trendy. Sip deh! [solihin: Twitter:
@osolihin]

| www.gaulislam.com | 84
gaulislam edisi 132/tahun ke-3 (19 Jumadil Ula 1431 H/ 3 Mei 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Karena Kita Manusia


M
anusia dengan segala macam latar belakang, warna kulit, dan bahasa sebenarnya menjalani
fenomena kehidupan yang serupa. Lihat saja diri kita dan putar kembali memori kita ke sebelas
atau bahkan dua puluh tahun silam lewat foto-foto yang sempat diabadikan, lewat video yang
sempat direkam.
Kelahiran misalnya; dari tidak ada menjadi ada. Kulit mulai bersentuhan dengan udara bumi. Panca
indera mulai difungsikan. Terus, tumbuh dan berkembang; yang lemah menjadi mandiri. Kita sebelumnya
adalah para bayi mungil yang bisanya cuma ngompol dan menangis untuk meminta sesuatu. Kemudian
berbulan berikutnya kita menjadi tahu cara lainnya untuk mengekspresikan keinginan walaupun baru sekadar
bergumam dan… ngompol (teteep, ya hehe…). Merangkak lalu berdiri. Berdiri lalu berjalan. Berjalan lalu
melesat berlari. Kita tumbuh menjadi sosok dengan segudang potensi yang berhasrat besar meraih ribuan
keinginan dan berjuta impian.
Terus kematian; ada menjadi tiada. Manusia-manusia gesit melemah. Tulang mulai terasa goyah.
Beban badan yang sebenarnya ringan terasa menjadi berat. Perlahan waktunya datang. Kematian pun
menjemput semua orang.
That’s life! Tidak ada satu manusia pun yang bisa keluar dari putaran hidup yang semacam itu. Babak
kehidupan yang sama. Hanya ceritanya saja yang berbeda di setiap episodenya dengan ending yang
beragam pula.

Menjadi hamba Allah yang istimewa


Proses keimanan yang kita jalani memuarakan kita kepada satu keyakinan penuh dan utuh bahwa tuhan
kita adalah Allah Swt. Kita yakin sepenuh hati bahwa Allah lah yang menciptakan kita. Kita pun yakin hanya
Allah yang patut disembah dan dipuja.
Allah telah memberikan banyak anugerah kepada kita. Panca indera yang lengkap dan akal yang
membuat kita mampu berpikir. Allah telah mengutus Rasulullah saw. dan menurunkan al-Quran sebagai
petunjuk bagi kita ke jalan yang terang, yakni Islam.
Islam dianugerahkan kepada para manusia sebagai agama yang sempurna. Semua persoalan bisa kita
temukan jawabannya dalam Islam. Masalah menuntut ilmu ada jawabannya dalam Islam. Sering marahan
dengan ortu, carilah solusinya di Islam. Ada masalah sama cowok? Islam juga ngasih jalan keluarnya.
Persoalannya sekarang, seberapa sering kita mencari jawaban di Islam ketika bertemu dengan masalah?
Jangan-jangan jarang atau malah nggak pernah sama-sekali. Waduh!
Kenapa, sih, harus Islam? Persoalan yang kita hadapi, kan, kebanyakan persoalan dunia bukan akhirat.
Emang, sih. Tapi, jangan lupa. Kita semua kan pasti akan menuju ke sana, ke kehidupan yang abadi. Setiap
perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya. Perbuatan kita ketika hidup di dunia, memecahkan
persoalan hidup dunia, akan menjadi penilaian amal baik atau buruk.
Buat kita yang mengaku beriman kepada Allah, wajar kalau kita pakai apa yang sudah Allah berikan
kepada kita. Wajar aja, kan, kita cari jawaban di Islam atas segala permasalahan yang kita hadapi. Itulah
yang membuat kita menjadi istimewa. Manusia yang tidak hanya memperturutkan hawa nafsu dalam
menyelesaikan persoalan hidup. Manusia yang beradab yang mau mengakui kelemahan di hadapan Zat Yang
Maha Perkasa sekaligus taat terhadap aturan hidup yang diperuntukkan baginya oleh Allah yang
menciptakannya.

Care terhadap sesama


Saat ini orang-orang yang punya rasa peduli itu langka. Kehidupan modern yang serba instan bikin kita
nggak peka. Atmosfir kapitalisme yang pekat menyelubungi keseharian membuat kita cuma sibuk sama

| www.gaulislam.com | 85
urusan uang. Kita dibuat lebih nyaman mikirin urusan perut sendiri, dan mikirin nasib orang lain itu cuma
jadi beban. Prinsipnya: “Elo ya urusin diri elo. Gua, ya gua”. Halah!
Padahal kita sadar kita nggak bakal bisa hidup tanpa keberadaan orang lain. Kita punya uang, tapi
tanpa mbok, mbak, mas pedagang di pasar, apa tuh uang bisa langsung jadi makanan? Bisa care en share
terhadap dan dengan orang lain bukan soal kemampuan, tapi kemauan. Untuk bisa seperti itu semua orang
pasti mampu, tapi sayangnya tidak semua orang mau.
Buat saudara-saudara kita yang masih hidup dalam kekurangan dan kelaparan, mereka yang masih
hidup dalam kecemasan dan penindasan penjajahan, seharusnya perasaan kita terusik, dan kita mau mulai
berpikir. Apa yang kita bisa lakukan buat mereka? Penggalangan dana, mungkin. Penyampaian aspirasi ke
pihak-pihak yang berwenang? Boleh juga dicoba, atau kalaupun semua itu masih dirasa sulit masa iya
seuntai doa saja kita pelit?
Buat teman-teman kita yang masih terbelenggu dengan masalah narkoba, berkutat dengan bentuk
kemaksiatan lainnya, kita harusnya mau berbagi Islam dengan mereka. Kita coba rangkul mereka, gandeng
tangan mereka dalam genggaman persaudaraan. Persaudaraan sejati yang hanya keimanan sebagai
pondasi.
Kita bimbing mereka dengan pengetahuan Islam yang kita punya dengan rasa sayang dan cinta. Cinta
tulus sebagai saudara yang diikat oleh Allah dengan Islam sebagai sandaran. Indah rasanya hidup kalau
setiap diri kita bisa menjadi orang yang semanis itu buat sesama.

Kita bisa berdakwah


Kita mungkin tidak punya cukup uang untuk membantu teman yang sudah kecanduan narkoba masuk
rehabilitasi. Kita pastinya tidak bisa menangkap para dedengkot korupsi karena kita bukan polisi. Tapi kita
memiliki kekuatan yang lain. Kemampuan untuk berbicara. Berbicara tentang yang haq, tentang Islam.
Kemampuan untuk menulis. Menulis tentang kebenaran, ya tentang Islam. Kemampuan yang Allah berikan
menyertai kewajiban dakwah yang Allah bebankan. Fair, kan?
Al-Quran menyebut orang-orang mukmin laki-laki perempuan saling tolong dalam dakwah. Allah Swt.
berfirman: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‘ruf, mencegah dari yang
mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta‘at kepada Allah dan RasulNya. Mereka
itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS at-Taubah [9]:
71)
Rasul pun memberikan peringatan kepada kita. Beliau saw. bersabda: “Hendaklah kalian benar-benar
menyuruh perbuatan yang ma’ruf dan benar-benar melarang perbuatan yang munkar, atau (bila tidak kalian
lakukan) Allah akan menjadikan orang-orang jahat di antara kalian berkuasa atas kalian semua (yang
akibatnya banyak sekali kejahatan dan kemungkaran diperbuatnya) lalu orang-orang yang baik di antara
kalian berdoa (agar kejahatan dan kemungkaran itu hilang) maka doa mereka (orang-orang baik itu) tidak
diterima” (HR al-Bazzar dan ath-Thabrani)
Bro en Sis, dakwah tak berarti harus menjadi ustadz or ustadzah dahulu. Nggak kok. Nasihat kita
kepada sesama juga adalah dakwah. Menegur dan mengingatkan saudara kita yang lalai menjalankan
kewajiban ajaran agama juga adalah bagian dari dakwah. Yup, dakwah merupakan tugas yang mulia sekaligus
bentuk teragung kepedulian kita kepada manusia lainnya. Kita tentu tidak ingin menjadi orang baik
sendirian. Apa gunanya menjadi orang baik seorang diri sedangkan sekelilingnya berbuat kemaksiatan
dibiarkan?
Seperti orang yang tidak pernah mau membuang sampah sembarangan tapi tidak mencegah orang lain
membuang sampah sembarangan. Sampah semakin bertumpuk, tapi orang itu masih merasa aman karena
dia merasa tidak melakukan kesalahan. Toh, bukan dia yang melakukan. Tapi, di bulan-bulan selanjutnya
bencana itu pun datang. Hujan lebat turun. Sampah yang menggunung menghambat air sungai mengalir.
Air sungai berlimpah dan deras berbelok arah ke jalan raya, perlahan menggenangi perumahan dan akhirnya
menenggelamkannya. Kita yang tidak pernah membuang sampah ke sungai tapi tidak pernah pula mencegah
orang berbuat itu ikut merasakan akibatnya. Tragis!
Rasulullah saw bersabda :”Tidaklah suatu kaum yang orang-orang taatnya lebih banyak daripada pelaku
maksiatnya, tetapi mereka membiarkannya, melainkan Allah akan mengadzabnya secara merata.” (HR
Ahmad dan Baihaqi)
Menyeramkan. Kita tentunya tidak ingin itu menimpa. So, buruan deh meng-upgrade diri untuk menjadi
salah satu dari sekian banyak orang yang bergerak dan menunjukkan kepedulian dengan berbagi Islam.

| www.gaulislam.com | 86
Caranya? Terus belajar Islam dan segera menyampaikannya kembali kepada orang-orang di sekitar. Insya
Allah keberkahan hidup bisa kita genggam.

Kita tidak sempurna


Kita tetap manusia yang penuh dengan keterbatasan dan kelemahan ketika menjalani aktivitas dakwah.
Kita tetap cewek yang butuh sahabat ketika bertemu dengan rintangan hidup. Kita tetap butuh makan dan
minum. Kita bisa merasakan sakit dan sedih. Kita juga bisa tertawa dan merasakan bahagia.
Kita tetap manusia. Kita tidak pernah akan sempurna, tapi kita bukan manusia biasa. Buat kita yang
sudah meniatkan diri menjadi pengawal agama Allah di muka bumi reward Allah pasti menanti. Rasulullah
saw. bersabda: “Siapa saja yang menyeru manusia kepada petunjuk (Islam),dia pasti akan dapat pahala yang
diperoleh orang yang mengikuti petunjuk itu tanpa mengurangi sedikitpun pahalanya.” (HR Ahmad, Muslim,
Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Kesadaran kita sebagai manusia justru akan membawa kita kepada kehati-hatian dalam melangkah di
dunia. Kita akan selalu senang hati belajar Islam secara kontinyu, sehingga selalu terjaga dari kesalahan
dan selalu punya bahan untuk disampaikan ke orang lain. Kalaupun kita pernah berbuat salah, kita tidak akan
pernah berlama-lama betah. Kita segera bangkit kembali menyusuri jalan yang seharusnya, yakni jalan Allah
dan RasulNya. Islam memuliakan kita. Semangat! [nafiisah: http://nafiisahfb.co.cc]

| www.gaulislam.com | 87
gaulislam edisi 133/tahun ke-3 (26 Jumadil Ula 1431 H/ 10 Mei 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Berjilbab Itu, Modern!


S atu kali, sebuah situs tentang cewek memberikan tips bagaimana caranya tampil PD dengan tank top
meskipun lengan tangan besar. Saya pun merespon bahwa berpakaian menutup aurat (kerudung plus
jilbab) adalah solusi cerdas bagi cewek tanpa harus meributkan ukuran lengan. Kelanjutannya adalah
masing-masing bertahan pada pendapatnya. Situs tersebut menyatakan bahwa kita harus menghargai
pilihan orang dalam memilih pakaian. Saya pun tidak keberatan karena pendapat tentang kerudung dan jilbab
itu juga pendapat pribadi sebagai seorang perempuan.
Kamu masih ingat kan kasus temen-temen kita yang mengenakan kerudung sekitar tahun 90-an?
Kalau nggak ingat, boleh kok tanya ke ortu, kakak atau tante kamu. Saat itu muslimah yang mengenakan
kerudung diusir dari kelas beberapa sekolah negeri karena mempertahankan diri untuk menutup auratnya
(wuih, baru pake kerudung aja dipermasalahkan, gimana kalo pake lengkap dengan jilbabnya ya?). Okelah, itu
tahun jadul (jaman dulu). Kejadian paling baru pada bulan kemarin, yakni seorang wartawati sebuah stasiun
televisi dilarang mengenakan kerudung ketika mewawancarai ibu presiden di istana. Ya, kita tahu sendirilah,
ibu presiden kita kan nggak pake kerudung, apalagi berjilbab. Tetap kalo sampe pihak proteokoler istana
ngelarang wartawati itu mengenakan kerudung saat mewawancarai ibu presiden namanya kebangetan.
Hmm. ini mirip ketika presenter Sandrina Malakiano memutuskan mengenakan busana muslimah, dia malah
dilarang tampil di layar televisi lagi dengan berbagai dalih. Herman, eh, heran deh!
So, dari beberapa contoh di atas bisa terlihat sebetulnya siapa yang tidak menghargai siapa. Apabila
seseorang mengakui dirinya sebagai muslimah, maka sudah ada aturan khusus tentang tata cara
berpakaiannya. Jadi tidak bisa semau gue atas nama kebebasan memilih atau bahkan memakai dalih HAM.

Cara berbusana cewek modern


Pembaca setia gaulislam, banyak orang salah mengira kalau modern itu adalah berpakaian yang
mengumbar aurat. Tank top, rok mini, you can see (everything?), bahkan pusar pun diobral adalah gaya
berbusana cewek modern. Orang yang berpendapat begini pasti sedang mabok. Coba deh kamu perhatikan
film kartun Flinstone yang settingnya adalah zaman batu. Atau mungkin film Robin Hood dan Xena yang
settingnya adalah zaman kuno abad pertengahan. Baju yang dipakai di sana sangat minim, hampir semua
aurat terutama pemeran cewek diobral semua.
Terus, gimana dong dengan beberapa suku di Indonesia yang pakaian tradisionalnya adalah koteka
semisal suku Asmat? Coba deh kamu lihat, bagaimana kehidupan dan tingkat berpikir suku tersebut.
Seharusnya menjadi tugas bersama untuk membina suku-suku pedalaman yang masih awam terhadap Islam
dan hukum menutup aurat. Bukan malah dijadikan tontonan sebagai aset pariwisata dengan alasan
melestarikan budaya bangsa. Kasihan mereka. Bayangkan bila kamu yang di posisi mereka berpakaian,
minim kemudian menjadi bahan tontonan. Pasti rasanya tak nyaman.
Tak ada orang yang bilang kalo mereka hidup di zaman modern. Yang ada adalah mereka hidup di zaman
batu, kuno, jadul dan yang utama jahiliyah alias bodoh. Yang namanya modern adalah ketika manusia itu
jelas bedanya dengan binatang yaitu ketika akalnya dimanfaatkan secara sempurna. Akal inilah yang
menuntun manusia untuk mempunyai malu dan iman. Jika malu dan iman ada maka otomatis manusia akan
memilih busana yang menutup aurat sebagai gaya berbusananya.
Hal ini pas banget dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dalam QS an-Nur: 31 dan al-Ahzab: 59
bahwa kerudung dan jilbab adalah pakaian muslimah bila mereka keluar rumah. Rasional dan masuk akal,
itulah ciri-ciri Islam. Termasuk juga dalam mengatur cara berbusana perempuan, Islam jauh lebih modern
daripada agama ataupun ideologi dan budaya mana pun di dunia ini. Ini karena memang Islam diturunkan oleh
yang Mahamenciptakan manusia sendiri, jadi Ia pula yang berhak mengaturnya.

| www.gaulislam.com | 88
Di atas semua itu, modern atau tidaknya seseorang bisa dilihat dari pola pikirnya. Pola pikir inilah yang
akan menentukan pola sikap dia termasuk dalam hal memilih pakaian. Jadi meskipun gelar selangit, rumah di
kawasan elit, mobil keluaran terbaru tapi memakai rok mini dan tank top, sudah langsung bisa dilihat
kualitas pola pikirnya. Semua materi duniawi yang disebutkan tersebut cuma aksesoris saja, tidak
menyentuh intinya.

Jilbab, pakaian modern


Boys and girls komunitas gaulislam, jilbab itu pakaian perempuan modern dan beradab. Dari busana ini
pula, terlihat identitas seseorang apakah ia muslim atau bukan. Jilbab adalah pakaian takwa yang
merupakan bukti tunduknya seorang hamba kepada penciptanya. Siapa saja yang memperolok pakaian takwa
ini, itu artinya ia juga memperolok Sang Pencipta yang menurunkan aturan tersebut.
Tak jarang muslimah berjilbab mendapat cobaan berupa suara-suara miring semisal disebut ‘sok alim-
lah’, ‘sok suci’, dan berbagai sebutan lainnya. Biar saja, Non. Daripada harus menjadi orang yang sok kafir
dan menjadi pembangkang perintah Allah, itu jauh lebih buruk dan hina untuk dilakukan. Cuekkin saja
komentar-komentar tak penting seperti itu.
Sedangkan bagi kamu yang masih belum berkerudung (apalagi belum berjilbab) karena satu dan lain hal,
mulai saat ini niatkan dirimu untuk berubah. Kamu tak akan pernah tahu kapan tibanya sang ajal. Nggak
usah menunggu berjilbab ketika sudah menikah. Atau bahkan ada juga yang bernazar untuk berjilbab ketika
keterima di perguruan tinggi negeri (PTN). Lalu apabila tidak keterima di PTN, kewajibab berjilbab tersebut
bisa gugur? Tentu saja tidak.
Yang namanya wajib ya wajib saja hukumnya, tidak usah menunggu persyaratan tertentu semisal kalau
keterima di PTN. Bila pun misalnya cewek itu ketrima di PTN, maka itu artinya niatnya tidak karena Allah,
tapi karena sekadar memenuhi nazar saja. Bukannya tidak mungkin, dia berjilbabnya juga setengah hati
karena salahnya niat sedari awal. Di tengah jalan, ia akhirnya membuka jilbabnya dan kembali umbar aurat.
Nggak banget deh!
Sobat muslim, berjilbab itu indah. Tapi bukan karena lantas terlihat indah ini kita mau berjilbab. Betapa
banyak perempuan berkerudung karena setelah mematut diri di depan cermin, mereka merasa lebih cantik.
Jadi ketika berkerudung (apalagi kalo sampe berjilbab) membuat dirinya tidak terlihat cantik, maka orang
semacam ini tidak akan mau berjilbab. Banyak sekali ungkapan yang menyatakan enggan berjilbab karena
pakaian tersebut hanya akan membuat dirinya terlihat gemuk dan tidak menarik. Meskipun tahu bahwa
jilbab adalah perintah Allah, mereka lebih mementingkan apa kata manusia daripada kata-kata atau firman
Allah. Semoga kamu bukan tipe perempuan seperti ini.

Berjilbab, mutiara dalam etalase


Pembaca setia gaulislam, perempuan berjilbab ibarat mutiara indah dalam etalase. Orang yang lalu-
lalang bisa melihat tanpa bisa menyentuh, apalagi menodai. Mutiara ini hanya bisa dibeli dengan harga
mahal dan seizin penjualnya. Tak jarang mutiara dalam etalase ini dilengkapi dengan kunci pengaman agar
terjaga kemurniannya.
Bandingkan dengan perempuan yang tidak berjilbab. Mereka ini ibarat mutiara yang diobral di kaki lima.
Semua orang tidak hanya bisa melihat, tapi juga menyentuhnya. Tak jarang tangan-tangan yang menyentuh
mutiara tersebut ternyata bernoda sehingga membuat si mutiara tak lagi putih cemerlang. Cacat-cela pun
hinggap di permukaannya yang indah. Bila si penjual lengah, bisa jadi ada maling yang menyusup dan mencuri
mutiara itu dari tempatnya berada.
Ya, mutiara dalam etalase adalah muslimah berjilbab yang hanya bisa disentuh oleh laki-laki beriman
yang berani mengucapkan akad nikah di depan wali dan saksi. Nama Allah sebagai jaminan bahwa laki-laki ini
akan menjaga si muslimah hingga kelak dipertanggungjawabkan di hadapan pengadilanNya. Mutiara ini
terjaga kehormatan dan harga dirinya, setara dengan upayanya untuk tunduk pada aturanNya pula.
Mutiara kaki lima, kita semua sudah tahu bagaimana nasibnya. Di antara kedua pilihan ini, muslimah
cerdas pastilah tahu harus memilih yang mana. Karena sudah sunatullah bahwa Allah akan memasangkan
wanita baik-baik dengan laki-laki yang baik pula, begitu sebaliknya (QS an-Nur: 36). Ini adalah janji Allah. Tapi
seorang muslimah salihah bukan tujuan tersebut yang menjadi incarannya. Ridho Allah adalah segalanya di
atas semua tujuan.
Jadi, mulai sekarang luruskan niatmu bila sebelumnya ada niat lain mengotori keputusanmu untuk
berjilbab. Oya, kalo baru sebatas bisa berkerudung, tingkatkan untuk bisa mengenakan kerudung plus
jilbabnya (semacam baju kurung yang longgar, lebar dan tebal). Yakin deh, niat-niat duniawi itu umurnya
tidak bertahan lama. Betapa banyak muslimah yang berkerudung (termasuk yang mengenakan jilbabnya)

| www.gaulislam.com | 89
karena sekadar ingin agar segera bisa bersuami, setelah nikah menanggalkan kerudungnya, termasuk
jilbabnya. Karena tujuannya sudah tercapai, buat apalagi memakai kerudung dan jilbab? Naudzubillah.
Namun bila yang menjadi tujuan adalah ridho Allah semata, apa pun halangan dan rintangan yang
menghadang karena keputusannya dalam berjilbab, hal itu tak akan menggoyahkannya. Sebaliknya, ia akan
semakin tegar dalam mempertahankan identitasnya sebagai muslimah berjilbab.
Jadi sobat muda muslimah, jangan cuma berkerudung aja, tapi tingkatkan levelnya untuk juga
berjilbab. Insya Allah, bakalan keren deh karena menunjukkan karakter positif seorang perempuan yang
punya prinsip. Kamu tak akan pernah diombang-ambingkan oleh tren mode berbusana jahiliyah berkedok
modern. Karena tren berjilbab adalah mode busana everlasting yang tak akan lekang oleh zaman. Oleh
karena itu, tak ada pilihan lain bagi seorang perempuan yang sudah meng-azzamkan diri atau bertekad kuat
menjadi seorang muslimah kecuali berbusana sesuai dengan yang ditentukan oleh Islam. So, ayo berjilbab
mulai sekarang! Sip deh [riafariana: riafariana@yahoo.com]

| www.gaulislam.com | 90
gaulislam edisi 134/tahun ke-3 (3 Jumadits Tsaaniy 1431 H/ 17 Mei 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Manfaatkan Waktu Hidupmu


A
sik! Cihuy! Dapet jatah nulis lagi di buletin gaulislam tercinta (maklum lho, ada 9 penulis (termasuk
gue) di buletin ini, tiga di antaranya adalah penulis senior: Kang O. Solihin, Mbak Ria Fariana, dan
Mbak Nafiisah FB). Gue rada-rada gimana gitu kalo diminta nulis. Tapi, ini kesempatan berharga, Bro!
Siapa tahu gue bisa jadi penulis terkenal kayak mereka itu. Hehehe...
Di tengah kesibukan sehari-hari, berkelana kemana-mana cari lowongan kerja baru, huft! Ternyata
sesulit membalikkan telapak kaki gajah! Tiap Senin keliling Bogor nyebar buletin gaulislam ke sekolah-sekolah
kalian sambil cari inspirasi tapi konsentrasi kabur-kaburan terus hehe.. Lho kok malah cerita kegiatan gue?
Sori en asikkin aja dah!
Oke deh, dan akhirnya dapet juga inspirasi buat nulis, memang betul-betul banget (lebay : mode on).
Inspirasi bisa dapet dari mana aja bisa dapet pas lagi diem di kamar apa lagi di kamar kecil, ngak usah pake
semedi tujuh hari tujuh malam di gua atau kuburan atau nginep di rumahnya Ki Joko Stupid, eh Ki Joko
Bodo.
Malam ini gue lagi di warnet en lumayan rame. Suara-suara bising motor, mobil odong-odong (baca:
angkutan umum plat hitam) yang berseliweran di jalan setia menemani..Oya, karena harus berbagi tempat
dengan user lainnya di warnet, maka kedua kaki wajib dilipat alias bersila. Masalahnya, kalo terlalu lama bisa
pegel dengkul ini, hadeu! (maklum gue ngetik di rental komputer yang lesehan)
Kawan-kawan gaulislam yang gue cintai! (jiaah masih aja sempet-sempet ngegombal? Wataw!!) Terus
baca ya! To the point aja, kalian suka perhatiin kondisi anak muda zaman sekarang kan? (termasuk kalian
juga—dan gue tentunya, hehe..) Coba deh cek en observasi di daerah terdekat. Hitung seberapa banyak
anak muda yang aktif di pengajian? Jarang kita temui anak muda yang kritis terhadap agamanya. Waduh,
kalo begini terus gimana bisa berdakwah? Huft!
Gue denger juga ada yang nyeletuk “Duh nggak usah repot-repot peduli sama gue, yang penting gue
nggak nyusahin orang lain kok!” Malah pernah ada cewek yang ditanya: “Kenapa kamu nggak pake kerudung.
Padahal kan kamu tahu perempuan seumur kamu wajib menutupi aurat?” Eh, dia bilang: “Aku nggak munafik
kayak cewek-cewek yang pake kerudung itu. Padahal hatinya busuk. Aku sih ada apanya, eh apa adanya
sesuai dengan kata hati. Nantilah kalo udah tobat baru pake..Slow ajah ah mumpung masih muda hehe..”.
Halah… amit-amit gue!
Bro end Sis! Perempuan berkerudung belum tentu hatinya juga ‘berkerudung’ alias alim. Tapi kalo
terus-terusan ngikutin kata hati dan hawa nafsu dijamin nggak bakalan ada usaha untuk jadi lebih baik. Gue
belum jadi orang tua aja udah pusing duluan kalau-kalau nanti punya anak tantangan untuk mendidiknya
pasti berat cuy. Hwach nggak kebayang! Sistem kapitalisme udah bener-bener meracuni anak bangsa! “Asal
hati senang urusan yang lain what ever lah!” Musibah deh…

Bekal buat akhirat


Sobat muda muslim, jelas kita nggak dilarang buat ngejar urusan duniawi tapi kita juga wajib menomor
satukan masalah akhirat. Yup, kita wajib nabung pahala. Beramal sholeh di dunia buat di akhirat kelak.
Mumpung masih muda isi kegiatan sehari-hari dengan hal-hal yang positif dan syar’i, betul?
Oya, di luar kegiatan sekolah pasti kamu punya banyak agenda. Mulai dari kursus atau ikutan
bimbingan belajar, les musrik, ech musik, latihan band, olah raga dll. Kegiatan tersebut sah-sah aja
dilakukan selama ngikut tuntunan syariat Islam dan nggak nyita waktu, plus bermanfaat untuk masa depan
kalian (buset, banyak amat syaratnya).
Tentu bukan kegiatan miskin manfaat macam pulang sekolah terus nongkrong seharian di warung atau
di depan gedung bioskop ngobrol ini itu pura-pura nunggu film dimulai. Padahal nggak nonton sama sekali.
Hehe pengalaman gue ini. Hus-hus yang ini jangan dicontoh!

| www.gaulislam.com | 91
Jangan sampe pula kamu seharian di depan komputer en mantengin situs jejaring sosial macam
facebook. Terus update statusnya yang tulisannya pake bahasa plat nomer alias nulis kata-kata dicampur
pake angka. Huhu, bikin orang lain pusing bacanya. Oya, nggak baik juyga kalo sampe terus-terusan main
game online. Facebook-an nggak ada salahnya tergantung kita memanfaatinnya. Contoh yang baik nih ya
kalian update status dengan nasihat-nasihat yang berguna atau tulis terjemahan ayat al-Quran atau hadist
untuk saling mengingatkan dalam kebaikan keren dah pastinya. Ok?

Memanfaatkan waktu
Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepadaKu.” (QS adz-Dzariyat [51]: 56)
Pernah nggak membandingkan waktu kegiatan untuk hal duniawi dengan waktu buat akhirat? Lebih
banyak mana hayo? Contohnya nih, kita melaksanakan sholat fardu rata-rata butuh waktu hanya 5-10
menit. Itu juga kadang suka males-malesan apalagi sholat subuh. Terus tinggal dikurangin 24 jam (jumlah
waktu dalam sehari). Nah sisanya kita ngapain aja—selain tidur dan sekolah?
Sudah semestinya (ciee.. gue jadi tua gini), kita yang masih muda harus mengisi kehidupan ini dengan
kegiatan-kegiatan yang positif. Betul? Jangan punya prinsip “mumpung masih muda seneng-seneng aja
dulu, tobatnya belakanganlah kalau sudah tua”. Waduh, emangnya kamu tahu kapan datang ajalmu?
Bukan nggak boleh senang-senang dalam hidup. Silakan aja. Tentu dengan tujuan rekrasi atau me-
refresh pikiran dan tetap dalam koridor syariat Islam. Ok?
Bro en Sis pembaca setia gaulislam, kita wajib memanfaatkan waktu hidup kita dengan amalan-amalan
sholeh agar tidak menyesal dan merugi nantinya. Sesuai dengan firman Allah Swt. (yang artinya): “Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran. (QS al-Ashr [103]: 1-3)
Terus, bagaimana caranya supaya waktu kita bisa bermanfaat dan ngak sia-sia? Nih sedikit advice
yang bisa kalian lakukan. Pertama, mulailah setiap pagi dengan berdzikir kepada Allah, niatkan semua hal
yang akan kita lakukan semata hanya untuk beribadah kepadaNya. Bukan untuk yang lain.
Kedua, jadwalkan semua kegiatan kita pada hari ini dengan jelas. Begitu ada waktu luang, segera isi
dengan kegiatan bermanfaat, contohnya membaca buku, menkhatamkan al-Quran, membaca kitab, baca
gaulislam (ehm..), dan lain sebagainya. Ketiga, manfaatkan dengan baik waktu yang memiliki keistimewaan,
misalnya pada sepertiga malam kamu bisa bangun dan melaksankan sholat malam.

Ngaji aja!
Bro and Sis, meskipun sudah diniatkan untuk mengisi waktu kita dengan hal-hal yang berguna, tapi
kalo nggak konsisten kadang kita terlena dengan urusan duniawi. Iya kan? Kita mudah tergoda, suka ikut-
ikutan tren—meskipun trennya yang nggak bener—karena hanya pengen diakui dalam komunitas kita biar
dicap gaul. Huh cape dech! Kalau begini terus kita bakalan jadi budak kapitalis, generasi pengekor kayak
kerbau yang diiket idungnya supaya mau ikut kemana-kamana. (No my way dech!) Saatnya sadar dan
memikirkan kehidupan kita.
BTW, ada nggak cara buat mem-protect kita dari serangan “racun dunia” sistem en budaya Barat?
Well, salah satu jalannya kita wajib ngaji atau mengkaji serta aktif dalam pengajian. Ikut aja acara-acara
kajian keislaman, kumpul bareng temen yang sholeh atau yang lebih paham agama. Bisa juga kita bentuk
kelompok kajian Islam. Adakan pertemuan rutin sembari ngobrol bebas masalah agama, mengkaji materi
keislaman yang memang kita butuhin seperti fikih, akidah, muamalah, akhlak, dakwah, syariah, dan juga
khilafah. Hwach pasti seru bro!
“Bosen dan Jenuh”? Halah, itu dua kata yang pertama kali muncul di benak gue ketika diajak caplin
(bukan nama sebenarnya) ikutan ngaji. Pasti ini godaan setan! Tapi setelah terjun langsung ke TKP alias ke
tempat pengajian ternyata setan itu pendusta sejati! Hehe.. gue enjoy di pengajian, karena bahasannya
nyantai gue bisa sharing apa aja. Ngobrolin masalah ini itu dari a ampe z, mulai dari masalah pacaran dalam
Islam gue tanyain, prikitiw! Sampai masalah ideologi dan sebagainya. Yang lebih serunya lagi kadang kita
ngaji di tempat terbuka atau tempat rekreasi, asikk dah! Ilmu dapat, pikiran jadi tenang perut juga kenyang
khwkhwk (jadi inget waktu ngajinya abis mancing deh). Hwaaah asiknya!
Boys and gals, pokoknya buat acara pengajian senyaman mungkin dan tetap semangat aktif di
pengajian serta sebagai bekal berdakwah atau menyampaikan kebaikan kepada teman yang lainnya.
Rasulullah saw. Bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari a-Quran dan mengajarkannya” (HR
Bukhari)

| www.gaulislam.com | 92
So, kamu-kamu mulai deh dari sekarang ikutan ngaji, mengkaji Islam secara kaffah atau menyeluruh,
bersosialisasi dengan agama kita sendiri, satu-satunya agama yang di ridhoi Allah Swt. Dijamin bakalan
lebih enteng hadapi hidup! Menjadikan kita lebih berideologi dan bangga karena punya prinsip hidup,
ketimbang cuma ikuat-ikutan biar dianggap gaul. Dengan ngaji juga kita terhindar dari dosa-dosa, terjaga
dari maksiat, juga punya temen yang bisa saling mengingatkan kalau kita berbuat salah dan pastinya
berguna untuk dunia dan akhirat.Jangan lupa sebagai anak pengajian, sikap dan perilaku kita wajib dijaga,
agar terlihat ciri khas seorang muslim sejati. Oke?
Oke deh, tetap semangat. Jangan putus dalam memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang positif dan
sesuai syariat Islam. Semoga kita selalu ingat bahwa semua hal dicatat oleh Allah Swt., baik yang besar
maupun yang kecil. Bijaksanalah dengan apa-apa yang dimudahkan oleh Allah. Yuk, manfaatkanlah waktu
yang ada dengan kegiatan bermanfaat buat hidup kita. Jangan tertipu hawa nafsu. Siap? Yup, sampai jumpa
di acara [klinik] gaulislam yang membedah buletin ini setiap pekannya. Masih inget kan semboyan khasnya:
“Ngak Ngaji Ngak Trendy!” [samsi: saidansam.wordpress.com]

| www.gaulislam.com | 93
gaulislam edisi 135/tahun ke-3 (10 Jumadits Tsaaniy 1431 H/ 24 Mei 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Dilarang Percaya Paranormal


K
ematian paranormal Mama Lauren pekan kemarin ternyata jadi ajang cari jimat. Gimana nggak, sisa
kain kafan untuk membungkus jasad Mama Lauren diperebutkan warga yang ikut melayat. Hingga
akhirnya ada pihak keluarga yang kepikiran untuk menjaga makam Mama Lauran selama 40 malam.
Tujuannya, supaya tidak ada orang-orang yang membongkar makamnya. Hmm.. konon menurut keyakinan
sebagian orang, terutama penganut ilmu hitam, kain kafan dan tali pocong dari orang yang diyakini punya
ilmu tertentu bisa membuat dirinya makin digdaya. Ah, yang benar saja, Bung!
Kematian Mama Lauran mengundang kontroversi. Kalo saya menyimak di berbagai pemberitaan,
termasuk entertainment, Mama Lauren katanya tahu saat dia akan mati. Walah, kaum muslimin
seharusnya tidak percaya dengan kabar tersebut. Sebabnya apa? Sebab, kematian adalah rahasia Allah.
Allah Swt. tidak memberikan pengetahuan tentang yang ghaib kepada siapapun kecuali yang
dikehendakiNya, yakni kepada rasul yang diridhoiNya. Lha, Mama Lauren itu siapa? Cuma paranormal! Jadi
nggak bisa dipercaya.
Ssstt.. seseorang pernah bilang ke saya: “Bingung juga sih. Ramalannya kok kadang-kadang benar ya?
Terus gimana tuh?” Ah, itu kan kebetulan aja. Lagian biasanya paranormal nggak bisa nyebutin dengan pasti
tentang ramalannya. Cuma bilang: “akan ada ini dan itu”. Kitanya aja yang tertipu karena udah terlanjur
percaya. Glodak!
Jaman dulu di kampung saya ada juga dukun. Orang bilang sekarang paranormal atau pinter. Dia
ngakunya bisa ngeramal dan nyembuhin orang. Sebenarnya saya nggak terlalu percaya, tapi orang-orang di
desa udah kadung menganggapnya hebat. Tapi setelah saudara saya bilang, “Ngapain minta tolong ke dia,
shalat aja dia nggak. Gimana bisa dipercaya?” Hmm.. bener juga ya, jangan-jangan dia temenannya ama jin
bin iblis deh yang memang para pembangkang Allah Swt. Sejak saat itu saya sama sekali nggak percaya.

Masyarakat primitif
Jaman boleh berubah. Teknologi boleh serba digital, tapi soal kepercayaan tentang hidup, masyarakat
kita masih banyak yang mengandalkan kepada ramalan para dukun (kecuali dukun beranak dan dukun urut
kali ya..?), masih percaya mitos, dan segala urusan klenik. Itu sebabnya, nggak salah-salah amat kalo
dibilang bahwa masyarakat kita masih primitif. Ciri khas masyarakat primitif adalah percaya kepada para
dukun dan tukang ramal. Di masa jahiliyah dulu, yang subur makmur adalah tukang sihir, tukang tenung, dan
tentunya dukun ramal. Mereka banyak didatangi orang yang ingin mengetahui nasib mereka di masa depan.
Untuk jasanya, sejumlah harta kekayaan mereka raih.
Sekarang, di jaman kuda gigit prosesor, masih banyak juga orang yang percaya dukun dan tukang
ramal. Kalo kamu baca tabloid or majalah mistik, di situ banyak iklan tentang klenik. Dari mulai yang
menawarkan jasa untuk keselamatan, sukses usaha, dagang, ruwatan rumah, kemasukan jin, sampe urusan
jodoh. Dan, boleh jadi dukun sekarang lebih modern lho, nggak heran kalo syarat yang diminta bukan lagi
ayam hitam cemani, tapi Toyota Crown Royal Saloon atau mobil Aston Martin DB5 yang pernah dipakai
James Bond (beuuu itu sih dukun matre kali yeee…)
Suer, masyarakat kita emang bener-bener aneh bin ajaib. Selain percaya sama dukun, perkara mitos
juga akrab banget dalam kehidupan masyarakat negerinya Mak Lampir—yang jadi bintang utama MGM alias
Misteri Gunung Merapi ini. Misalnya, banyak yang masih percaya tentang keberuntungan disesuaikan
dengan hari kelahiran, terus nggak boleh bepergian jauh pada hari-hari tertentu. Kalo mau menikahkan anak
saja harus nyari hari baik. Kalo sopir di jalan kebetulan ngelindes kucing, sampe kudu bela-belain beli kain
kafan dan dikubur karena takut kualat, sebaliknya kalo yang ketabrak orang malah ngibrit ninggalin
korbannya nggak pake lihat lagi karena takut dipenjara. Aneh memang. Astaghfirullah…

| www.gaulislam.com | 94
Nah, maraknya tayangan dan bacaan seputar klenik ini makin mengukuhkan bahwa masyarakat kita
masih percaya tahayul, dukun, perbintangan, dan ramalan. Sama seperti masyarakat Inggris dan suku-suku
di Afrika yang masih banyak percaya sihir.
Oya, ternyata dalam pertandingan sepakbola juga ada mitos dan ritual aneh-aneh. Dulu waktu saya
SD, pernah liat beberapa pemain kencing di sekitar gawang. Katanya bisa nggak kalah. Pletak! Ternyata
ritual aneh bukan cuma ada di sini, di Eropa banyak juga pemain sepakbola yang percaya tahayul. Johan
Cruyff salah satunya. Demi mendapatkan kemenangan, legenda sepakbola Belanda itu juga punya kebiasaan
aneh, mulai dari menjadikan kiper Gert Bals sebagai sansak hidup saat masih di Ajax, hingga membuang
permen karet yang dikunyahnya ke lapangan lawan sebelum kick-off. Ritual yang terakhir sempat lupa
dilakukannya saat Ajax melawan AC Milan di final Piala Eropa 1969. Hasilnya? Ajax babak belur dihajar AC
Milan 4-1.
Di Afrika lain lagi. Ritual konyol pernah dilakukan Midlands Portland Cement. Klub Zimbabwe ini sempat
melakukan ritual pada Oktober 2008 lalu. Pelatih klub ini meminta 17 pemainnya nyebur ke sebuah sungai
yang dipenuhi buaya untuk menghilangkan nasib buruk mereka. Hasilnya? Hanya 16 pemain yang keluar dari
sungai dalam kondisi hidup. Tim juga masih kerap mengalami kekalahan. Beeuh.. berlatih malah ditinggalin.
Pengen instan sih!
Bro en Sis, kalo ditelusuri lebih banyak lagi. Memang sih, dari ritual yang mereka lakukan, timnya
kadang menang kadang kalah. Itu artinya untung-untungan alias nggak pasti. Hehe.. yang berlatih aja
kadang masih keok, apalagi cuma ngandelin nasib via tahayul.

Merusak akidah
Sudah bisa dipastikan bahwa tayahul, klenik dan sejenisnya bukan tambah iman kita mantap, justru
menodai, bahkan merusak akidah dan keimanan kita kepada Allah Swt. Sebab, Islam telah mengharamkan
kita pergi ke tempat dukun or paranormal untuk menanyakan perkara-perkara ghaib, juga Islam
mengharamkan perbuatan sihir atau pergi ke tukang sihir untuk mengobati suatu penyakit yang diderita,
atau untuk mengatasi problem yang sedang dihadapi. Cara-cara semacam ini tidak diakuinya oleh Nabi saw.
sebagai golongannya. Sebagaimana sabdanya: Tidak termasuk golongan kami, barangsiapa yang
menganggap sial karena alamat (tathayyur) atau minta ditebak kesialannya dan menenung atau minta
ditenungkan, atau menyihir atau minta disihirkan. dan barangsiapa yang mendatangi dukun lalu
membenarkan ucapannya, maka sungguh ia telah kafir dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad”
(HR Bazzar; dari hadits Imran bin Hushain. Al-Haitsami menyebutkan dalam al-Majma’ (5/117) dan berkata:
perawinya adalah para perawi shahih selain Ishaq bin Rabi’, dia tsiqah).
Padahal urusan gaib itu nggak ada yang tahu kecuali Allah sendiri. Bisa kamu simak firman Allah Swt.
(yang artinya): “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua hal yang gaib, tak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri.”(QS al-An’âm [6]: 59)
Allah Swt. juga berfirman (yang artinya):”(Dialah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun (sesuatu) tentang yang ghaib itu. Kecuali pada rasul yang diridlaiNya.”
(QS al-Jin [72]: 26-27)
Sobat pembaca, kondisi masyarakat yang seperti ini memang bukan tanpa sebab. Saat ini,
masyarakat kita bukan masyarakat Islam. Tapi masyarakat yang hidup dan dibina dalam sistem kehidupan
kapitalisme yang memang mengajarkan segala kebebasan. Atas nama HAM, sistem demokrasi (alat
politiknya Kapitalisme) justru mengajarkan kebebasan kepada setiap orang, di antaranya adalah kebebasan
berakidah, kebebasan berpendapat, kebebasan bertingkah laku, dan kebebasan pemilikan. Dalam masalah
ini, berarti kebebasan berakidah. Bahaya, sobat!
Gimana nggak, kita bisa saksikan sendiri, bahwa menjamurnya tayangan dan bacaan bernuansa klenik
nggak dilarang sama sekali. Masyarakat dibiarkan bebas memilih. Bahkan sampe perkara apakah ia akan
bergama atau tidak, bukan tanggung jawab negara. Sebab, dalam pandangan sistem Kapitalisme, yakni
sistem yang berlandaskan pemisahan antara agama dengan politik (kehidupan), hak individu sangat dijunjung
tinggi, bahkan oleh negara sekalipun. Seseorang dibiarkan untuk melakukan apa saja. Permisif alias serba
boleh banget. Pokoknya terserah berbuat apa pun sesuka hatinya. Dan itu nggak ada sanksinya, kecuali bila
tindakannya merugikan orang lain.
Kok bisa begitu ya? Kamu jangan heran bin aneh, sebab sistem ini—yang sekarang mengatur
kehidupan kita—memang buatan manusia. Bayangin aja, masak agama dipisahkan dari politik (kehidupan). Ini
jelas nggak bener. Itu artinya, agama nggak boleh mengurusi problem kehidupan manusia. Dengan kata lain
agama nggak boleh ikut campur dalam menata kehidupan. Itu sebabnya, agama cukup diterapkan oleh
individu sebatas urusan ibadah ritual. Untuk masalah sosial, ekonomi, politik, pendidikan, pemerintahan,

| www.gaulislam.com | 95
peradilan, dan hukum diserahkan kepada penguasa dengan aturan buatan manusia. Inilah jalan kompromi
yang kemudian melahirkan sistem rusak ini.
Maka, akibatnya kita bisa ngelihat dengan jelas, banyak bukti yang menunjukkan bahwa dalam sistem
kapitalisme orang banyak yang sudah tak jelas agamanya. Sebab, gaya hidupnya aja udah bebas nilai.
Tayangan dan bacaan merusak akidah sekalipun nggak bakalan dilarang. Alasannya, selama masih ada orang
yang membutuhkan, tak jadi soal. Meski ada sebagian masyarakat yang teriak protes kenceng-kenceng
menolak bacaan dan tayangan berlumur tahayul, negara cuek bebek aja, semboyan yang diusung adalah
“Anjing menggonggong, kafilah berlalu”. Glodaks!!
Oke deh, sudah saatnya kita sadar, bahwa cuma Islam solusi tunggal atas masalah ini. Islam yang
diterapkan sebagai ideologi negara. Insya Allah, jangankan masalah tahayul bin klenik yang bakal diberangus,
musuh yang mengancam kedaulatan negara pun akan dihadapinya. Mari, jadikan Islam sebagai way of life
kita. Hanya dengan Islam hidup kita mulia. Yakin! [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 96
gaulislam edisi 136/tahun ke-3 (17 Jumadits Tsaaniy 1431 H/ 31 Mei 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Memotivasi Diri, Raih Prestasi


S uatu hari di tahun 711 M, armada berkekuatan 7.000 prajurit itu merapat di pantai Andalusia. Sang
Panglima lantas memerintahkan pasukannya untuk membakar seluruh armada mereka. Sebuah orasi
tersulut dari mulut Sang Panglima, “Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh
ada di depan kalian, ke manakah kalian akan lari?...” Instruksi ini dimaksudkan agar semua pasukan
membakar habis pilihan untuk menjadi pecundang dan pengecut. Mereka hanya diberi dua pilihan,
memenangkan pertempuran atau mati syahid.
Ya, sebait episode di atas adalah sebuah epik tentang seorang Thariq bin Ziyad, panglima pembebas
Andalusia, beserta pasukannya yang berhasil menaklukkan 25.000 prajurit Visigoth di bawah komando Raja
Roderick Spanyol. Kemenangan yang diraih pasukan kavaleri Islam tersebut termasuk historical moment.
Berkat perjuangan mereka, Islam menaungi benua Eropa. Nggak heran kalo akhirnya nama beliau diabadikan
untuk menyebut sebuah bukit karang setinggi 450 meter di semenanjung pantai tenggara Spanyol, Jabal
Thariq. Orang Barat menyebutnya Gibraltar.
Sobat muda, motivasi adalah salah satu kunci selain keimanan dan doa yang menjadi penentu
kemenangan tersebut. Dalam bahasa Arab, motivasi diistilahkan sebagai al-quwwah. Mutlak dalam
menjalani hidup, kita memerlukan motivasi. Keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam karir dan hidup,
disinyalir dipengaruhi erat oleh motivasi yang dimilikinya. Itulah mengapa saat ini menjamur kemasan
program-program training (pelatihan) dalam rangka memfasilitasi peningkatan motivasi berprestasi
(achevement motivation). Termasuk salah satunya Training the Spirit of Soul-nya Segi3 Learning Centre
(permisi, numpang promosi dikit, heuheu).
Tapi sayangnya, di saat yang bersamaan pula, kita saksikan betapa banyak remaja yang diharapkan
menjadi calon-calon pemimpin masa depan, seolah kehilangan semangat dan motivasinya untuk berlomba
mengukir prestasi serta mempersiapkan hari esoknya. Ada apa gerangan? Awal kisah kita mulai dari te-ka-
pe…

Remaja, riwayatmu kini...


Seperti sedang berada di persimpangan jalan dan kebingungan, itulah gambaran remaja kiwari. Bak
hidup segan mati tak mau. Kadang mengenaskan melihat rutinitas harian mereka yang nggak lebih dari
sekedar having fun ’menikmati masa muda’, nyaris minus nilai. Bukan bermaksud mendikte apalagi usil sama
urusan kamu, Pren. Anggaplah ini sekadar masukan konstruktif dari saya yang seumuran, atau lebih duluan
hidupnya dibanding kamu, sebagai bukti care­ dan sayangnya saya. Moga kamu semua ikhlas nerimanya, ya.
Dalam perenungan, saya sering ketakutan terhadap eksistensi remaja ke depannya. Klop, seperti yang
Allah Swt. firmankan (yang artinya): “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (QS an-Nisaa’ [4]: 9)
Ketakutan yang saya maksud bukan tanpa dasar. Semakin hari, kita semakin lemah. Baik dari sisi
personal maupun persatuan umat. Dengan prestasi jeblok. Kita jadi asyik dengan aktivitas nafsi-nafsi. EGP.
Saya sering menemukan remaja yang malah nggak peduli sama hidup dan masa depannya sendiri. Jangankan
punya sense of belonging (rasa memiliki) untuk Islam, atau motivasi berprestasi dan jadi pemimpin hari
esok, dirinya sendiri pun nggak apik ngelolanya. Apalagi buat masalah yang ada kaitannya sama mikirin
masalah umat. Nggak ada semangat. Sayyid Quthb pernah mengibaratkan kondisi ini dengan mengatakan,
“al-islamu syaiun wal muslimu syaiun akhar (Islam itu seperti sesuatu dan penganutnya seperti sesuatu
yang lainnya)”. Itu artinya, dia sendiri nggak kenal sama jati diri sendiri dan Islam yang dianutnya.
Nastaghfirullah…

| www.gaulislam.com | 97
Buat masalah pacaran, tawuran, vandalisme, seks bebas, narkoba, dkk, baru pada semangat nunjukin
’ke-aku-annya’. Prestasi yang ada malah untuk yang sifatnya negatif. Coba deh perhatiin gaya remaja
sekarang yang katanya ’gaol’. Budaya malu seakan terkikis seiring perkembangan zaman. Nggak ada lagi
akhirnya istilah ewuh pakewuh (sungkan) untuk melakukan perbuatan negatif di depan publik dalam kamus
hidup mereka. Belum lagi ditambah fakta menyedihkan mengenai minimnya jumlah remaja yang bisa baca
tulis al-Quran dengan fasih dan lancar. Gimana mau ngerti plus faham kandungan al-Quran, baca aja nggak
bisa! Mungkin ada benarnya juga pepatah latin mengatakan Omnia mutantur nos et mutamur in illis (segala
sesuatunya berubah dan manusia pun ikut berubah dengannya). Hal ini terjadi karena sebagian besar
remaja kita nggak punya konsep dan tujuan hidup yang jelas. Victor Frankl, psikolog yang pernah disiksa oleh
Nazi dan kemudian memopulerkan Logoterapi, mengemukakan “tujuan hidup yang jelas, membuat orang
punya harapan serta tidak mengakhiri hidupnya”. Itulah sebabnya, nggak mengherankan jika dikatakan
bahwa salah satu penyebab terbesar dari angka bunuh diri juga disebabkan oleh kehilangan arah atau pun
tujuan hidup.Oalah rek!

Motivasi dan prestasi


Barangkali ada yang masih belum ngeh apa seh motivasi itu? Nah, menurut David C. McClelland
(1961), psikolog asal Harvard University, motivasi diartikan sebagai “...is impertus to do well relative to
some standard of excellence.” (Jhonson, 1984). Suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan
suatu aktivitas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji.
Motivasi adalah bahan bakar yang dapat menggerakkan mesin kehidupan kita. Apa yang kita cita-
citakan bisa tercapai kalo kita punya motivasi yang tak terhingga. Sebab, kemampuan tubuh kita terbatas.
Tapi kekuatan motivasi nyaris nggak ada batasnya. Motivasi ini juga yang sekarang nyaris raib di dunia
Islam, baik untuk motivasi hidup ber-Islam maupun berprestasi. Hmm...padahal kita umat terbaik.
Bro, sebagai bukti, kedahsyatan efek motivasi ini bisa kita lihat dari cuplikan kemenangan Italia pada
World Cup 2006 silam. Masih inget nggak? Bicara soal skill pemain, kerjasama tim, dan strategi yang
dipilih pelatih, pasti semua tim yang berlaga memilikinya dengan ciri khas masing-masing. Tapi yang
membedakan adalah motivasi. Faktor inilah yang mendorong Italia berusaha sekuat tenaga untuk menang
melawan Jerman di partai semifinal. Di lain pihak, tim yang berjuluk Panser itu sedang berusaha
memaksakan supaya permainan berakhir seri lalu adu penalti. Karena di sanalah mereka berharap bisa
mengalahkan lawan, seperti ketika melawan Argentina. Hasilnya? Hanya dalam dua menit sisa
pertandingan, Italia berhasil menjebol pertahanan Jerman dengan dua gol. Jadilah Italia melaju ke final dan
akhinya juara.
Gimana caranya melahirkan motivasi? Bisa melalui perenungan, pengalaman empiris dari sebuah
peristiwa yang berkesan, bacaan, atau peniruan (imitasi/copy paste) dari orang yang lebih dulu memiliki
motivasi tinggi. Tapi perlu digarisbawahi, karena motivasi terbagi dalam beberapa jenis, jangan asal atau
salah memiliki. Menurut Syaikh Muhammad Muhammad Ismail dalam buku al-Fikru al-Islami, seenggaknya
ada tiga motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan, yaitu motivasi fisik-material (al-
quwwah al-madhiyah), motivasi emosional (al-quwwah al-ma’nawiyah), dan motivasi ilahiyah (al-quwwah ar-
ruhiyah). Sebagai muslim, yang pantas untuk dimiliki hanyalah motivasi yang terakhir.
Berbicara motivasi dan tokoh motivator dunia, Muhammad Saw., nabi yang mulia, boleh disebut bapak
motivasi numeru uno (nomor wahid) dunia. Karena Beliau adalah utusan panyampai wahyu dari Sang
Mahamotivator, Allah ’Azza wa Jalla. Dari Beliau memang tidak lahir dari kerajaan bisnis, ketenaran, atau
kekayaan pribadi. Tapi sebuah peradaban yang agung. Dari masyarakat jahiliyah yang nggak ngenal etika,
dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan motivasi untuk melaksanakan titah Ilahi, Beliau membawanya
menjadi masyarakat yang penuh takwa. Berbilang abad lamanya dan menaungi hampir ke seluruh pelosok
dunia.
Sobat muda, prestasi bukan cuma ukuran di dunia, tapi juga akhirat. Kalo cuma berhubungan sama
karir atau prestise, belum terlalu bernilai di hadapan Allah Swt. Maka kita harus mempersiapkan prestasi
yang hakiki dalam bentuk ketaatan kepada hukum-hukumNya serta nggak lupa mengamalkannya agar
bermanfaat. Langkah yang bisa ditempuh biar kita bisa melejitkan motivasi plus mudah menggapai prestasi
adalah dengan cara mengenali diri, menerima diri, dan membangkitkan diri kita sekarang juga. Kewajiban
kita hanya berusaha dalam proses semaksimal mungkin. Selebihnya (hasil) adalah hak Allah. Pepatah latin
bilang, Ultra posse nemo obligatur (of tenetor), tidak ada seorang pun yang diwajibkan untuk melakukan
sesuatu melebihi kemampuannya.
So, ayo tunggu apa lagi. Seorang muslim yang kuat nggak pernah putus asa. Inget, Philosophus non
curat (seorang yang bijaksana nggak pernah menyerah). Begitu kaum Salsa menyatakan.

| www.gaulislam.com | 98
Tujuan kita memotivasi diri adalah tidak lain hanya untuk meraih prestasi yang tinggi di hadapan Allah
Swt. Hanya muslim yang memiliki motivasi tinggi untuk bisa menjalani hidup di dunia dengan penuh takwa
sembari terus berusaha meraih capaian spektakuler di berbagai bidang saja yang akan sampai pada
predikat insan kamil (manusia paripurna) yang berhak meraih fauzul ‘azhim (kesuksesan besar di dunia dan
akhirat). Semangan dan salam Mumtaz! [anto apriyanto, the spirit of soul | anto.mumtaz@gmail.com]

| www.gaulislam.com | 99
gaulislam edisi 137/tahun ke-3 (24 Jumadits Tsaaniy 1431 H/ 7 Juni 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Obama, Israel, dan Kita


mmm.. udah bulan Juni nih, Bro en Sis. Pada inget nggak kalo entar kedatangan Obama ke

H Indonesia dijadwal ulang? Kemungkinan pertengahan bulan Juni ini. Kapan tepatnya sih masih belum
ada kepastian (tapi berdasarkan berita dari ‘telik sandi’, doi batal datang lagi di Juni 2010, tapi
katanya nanti bulan Nopember karena bulan Mei kemarin Teluk Meksiko tercemar karena ketumpahan
minyak dari kilang milik British Petroleum yang bikin rugi ekonomi rakyat sono) Wait and see lah. Coz, akhir
bulan Maret kemarin, kan doi batal tuh ke Indonesia. Ehm, kejadian terbaru yang mungkin saja bisa
ngebatalin rencana Obama berkunjung ke Indonesia adalah gara-gara ‘anak emas’ Amrik, yakni Israel
kembali bikin ulah. Pada 31 Mei 2010 lalu tentara Israel nembakin konvoi relawan yang tergabung dalam
misi kemanusiaan untuk Gaza. 16 orang relawan meninggal dunia. Nah, lho. Jangan-jangan Obama batal lagi
datang ke sini karena ngeri dihadang demonstran anti Israel dan Amerika. Syukurlah kalo begitu. Hehehe…

Siapa sih Obama?


Doi adalah presiden ke 44 di Amrik dan yang pertama berkulit item. Konon, buat ngebuktiin kalo Amrik
tuh soko gurunya demokrasi akhirnya yang berkulit item pun dikasih kesempatan buat jadi presiden. Yah,
sakarepmu lah.
Kenapa sih Obama sampe dapet tempat di hati rakyat Indonesia ya? Ampe dibikinin patung monumen
‘Obama kecil’ lagi! Oww…ternyata doi sempet tinggal di Indonesia dari tahun 1967-1971. Hmm, 4 taon
dong yah ? Ternyata lagi, Obama jadi tinggal di Indonesia gara-gara nyokapnya, Ann Dunham menikah
dengan orang Indonesia, Lolo Soetoro, temennya sekampus di Universitas Hawaii. Obama sendiri adalah
anak dari pernikahan Ann dengan suami yang sebelumnya. Di Indonesia, Obama dan ibu serta ayah tirinya
tinggal di Jl. Taman Amir Hamzah 22 Jakarta (heu..kira-kira tu rumah jadi korban gusuran apa kagak ya?)
Trus sekolahnya di sebuah SDN Menteng 01, Jakarta Pusat.
Kadang ane bingung, yang dibilang Obama pulang kampung lah; Obama bernostalgia lah. Padahal, kalo
diutak-utik urusan keluarga doi, aslinya doi cuma numpang lewat doang di Indonesia, apalagi pernikahan
kedua ortunya juga mengalami perceraian. Abis bercerai, doi, adek tiri en nyokap balik ke Amrik. Terus apa
istimewanya? Ya, mungkin bagi orang-orang yang pernah deket ama mereka secara personal sih pastinya
ada kenangan. Tapi, kunjungan Obama ke Indonesia nggak cuma buat bernostalgia deh. Tapi ’lebih’ dari itu.
Dan masalah ‘lebih’ ini nih yang pengen lebih ane curhatin lagi. Serius neh! Nggak pake lebay! So, baca aja
terus curhat terbuka ane di buletin kesayagan kamu ini. Ok? Tetep stay tune bersama buletin gaulislam ya.
Semangat!

Di balik rencana kunjungan itu…


Nah, curhat ane berikutnya nih, kalo pun Obama udah terlanjur dianggap istimewa ama rakyat
Indonesia kok mereka nggak nyadar kayak gimana peta perpolitikan Amrik ? Cos, intinya gini Bro n Sis, siapa
pun kepala negaranya kalo sistem or ideologi alias pondasi negara itu nggak berubah. Itu artinya, kebijakan
yang bakal dihasilkan ya sama aja walopun dalam kemasan yang berbeda. Mungkin yang dulu terlihat
nyeremin karena sering bunuh-bunuhin orang demi memperkaya diri dengan minyak bumi en sumber daya
alam lainnya (taktik hard power), kalo yang sekarang terlihat lebih manis dan kalem, ngggak kerasa
ngebunuhnya (taktik soft power).
Selain itu, kita juga kudu menganalisa tentang konstelasi internasional (hehehe, apa pula tuh?)
Konstelasi Internasional is struktur hubungan internasional yang berpengaruh antara satu negara dengan
negara-negara lainnya dengan posisi-posisi entah mengikuti satu negara adidaya, saling bersaing atau
menjadi negara satelit. Gitu. Jadi kita kudu ngerti kedudukan Amerika dan Indonesia di dunia ini sebagai
negara apa? Dari konstelasi internasional justru yang ane liat nih, Amrik punya kedudukan sebagai negara

| www.gaulislam.com | 100
pertama di dunia, terus Indonesia sebagai negara pengikut Amrik. Kok jadi pengikut? Yup, cos Indonesia
terikat secara politik luar negeri dengan Amrik bahkan sebagian masalah dalam negerinya juga.
Berat yah curhat ane? Makanya nih, ane sharing ke ente biar nggak berat-berat banget jadinya.
Intinya? Yah, kasarnya sih, Amrik sebagai penganut kapitalisme sekuler memang udah mengikat Indonesia
sedemikian rupa. Dan efeknya, luar biasa negatifnya! Nggak percaya?
Ane nemu buku tebeeel banget. Ngulik soal “Apakah Indonesia merdeka karena Amerika” hasil tulisan
peraih beasiswa Fullbright, Frances Gouda & Thijs Brocades Zaalberg. Ternyata perang ideologi pada masa
1920-1948 di dunia termasuk Indonesia antara ideologi Kapitalisme dan Komunis-Sosialis lagi bentrok-
bentroknya. Untuk itulah dibikin Truman Doctrine trus disusul Marshall Plan demi mengepung kekuatan
komunis. Dan hasilnya memang terbukti, kekuatan komunis-sosialis terpatahkan dan digantikan oleh
kapitalis sekuler. Efek ini keliatan begitu Perjanjian Renville (diplomasi Indonesia-Belanda di kapal Perang US
Renville) 1948 diadakan, cos perjanjian ini sepenuhnya didukung oleh Amrik. Selain itu para nasionalis
Indonesia juga emang pada ngefans banget ama Amrik. Ibarat mercusuar di tengah lautan, Amrik dielukan
sebagai pemberi petunjuk yang cespleng buat Indonesia yang saat itu masih muda dalam ‘bernegara’.
Jangan heran kalo sampe sekarang pada nongkrong tuh korporasi multinasional (MNC/multinational
corporation) made in USA di Indonesia juga negara-negara yang dinilai punya seabreg sumber daya alam
(SDA). Chevron asal California, Freeport juga dari Amrik, Murphy Oil & Gas sama juga dari USA. Bahkan
mereka nggak segan-segan ‘ganti nama’ dengan nama pribumi supaya gak ketauan itu adalah MNC. Tahu
sendiri kan kalo aktivis lingkungan udah pada peka dengan nama-nama MNC yang terkenal, yang kerjaannya
eksplorasi-eksploitasi SDA tanpa menghiraukan lingkungan dan rakyat.
MNC hingga kini dikawal oleh pemerintah dan kekuatan militer terus menggerus kekayaan SDA
Indonesia tanpa rakyat menikmati hasil dengan sepenuhnya. Yang nikmatin ya cuma segelintir orang aja.
Udah gitu masih aja pada merindukan kerja di MNC, iya sih, gajinya gede, tapi efek ke rakyat apa gak mikir?
Kalo kamu jalan-jalan ke Kalimantan, sempetin nengokin tambang batu bara dan tambang minyak bumi-gas.
Liat deh gimana kondisi alam juga rakyat yang tinggal di wilayah itu. Apa sepenuhnya sejahtera? Yang ada
sering banjir. Rencananya, Obama juga bakal mengunjungi Chevron di Sukabumi sekalian inspeksi aktivitas
en operasional Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi milik Chevron.
Hm… bener-bener SDA udah dikuasai asing. Dan kayaknya Amrik kena efek kedzalimannya sendiri deh,
barusan Mei kemarin kan Teluk Meksiko kena tumpahan minyak dari kilangnya British Petroleum (BP).
Efeknya, pencemaran lingkungan dashyat banget terus ekonomi rakyat jadi merugi.

Pelanggar HAM
Amerika tetep ngedukung kebijakan Israel buat ngegempur Palestina. Asal tahu aja nih, mentornya
Obama yaitu Abner Mikva nyablak kalo “Obama will be the first Jewish President of USA” ! Tiap agresi
Israel ke Palestina malah Amrik ngak ada reaksi apa-apa. Selama rentang waktu penyerangan kapal misi
kemanusiaan Mavi Marmara bareng dengan penulisan curhat ane ini Obama cuma menyesalkan aksi militer
Israel, tapi nggak ngasih hukuman. Sementara VOA (metrotv 1/6/2010) memberitakan terjadinya protes
dari sebagian rakyat Amrik yang udah sebel banget ama pemerintahan Obama yang idem ditto ama Bush
karena sikap mereka yang pro Israel plus mendanai agresi militer ke negeri-negeri Muslim selama ini yang
mereka anggap sarang teroris. Halah, parah banget kan?
Itu baru di Palestina. Belon lagi yang di Afganistan dan Irak. Memerangi terorisme dan membumikan
demokrasi itu adalah dalih mereka. Buktinya, dengan dar-der-dor rakyat sipil termasuk wanita, anak-anak
en manula malah tewas. Yang idup dan pro kepada Amrik akhirnya ikut-ikutan liberal ala Amrik Liat aja
sekarang di Afganistan dan Irak para muslimahnya jadi bebas milih nutup aurat or nggak trus pada latah
jadi idol ala Amrik. Bioskop-bioskop dengan film-film yang nyeleneh didatangi para penonton. Yang pro Islam
malah kian disudutkan dengan cap teroris.

Walhasil…
Sampe sini ane cuma mo bilang, kalo dalam konteks kenegaraan, dan dalam Islam sendiri Amrik
termasuk negara kafir muhariban fi’lan (kafir yang memerangi Islam) terus berkunjung ke negara Indonesia
yang mayoritas penduduknya muslim, jelas haram menerima kunjungan itu. Cos, Obama maen ke Indonesia
bukan cuma mo makan bakso, nasi goreng ama rambutan, tapi masalah bilateral negara yaitu mo ngumumin
masalah Perjanjian Kemitraan Komprehensif (Comprehensive Partnership Agreement). Bahkan Menteri
Perekonomian, Hatta Rajasa bilang akan ada 6 perjanjian yang bakal dioprek, mulai dari bidang invesasi,
pendidikan, kehutanan, pertanian, migas, dll. Bahkan, militer pun diajak latihan bersama. Ampe bikin Densus

| www.gaulislam.com | 101
88 segala yang bahkan didanai Departemen Dalam Negeri AS. Buat merangin siapa coba kalo bukan
merangin yang mereka sebut teroris (baca: kaum muslimin)?
So, Bro n Sis, aneh banget kalo kamu justru nganggap Obama adalah tamu yang kudu disambut
dengan baik. Penjajah kok disambut?! Orang yang melanjutkan War on Terrorism tapi justru ngebunuhin
rakyat sipil negeri muslim dan brain washing dengan pemikiran sekuler kok dibangga’in? Ngarep Obama
ngasi kesempatan untuk kemajuan Indonesia? Jangan ngarep deh! Yang ada, soft power Amrik bakal
memakan rakyat Indonesia abis-abisan dengan kekuatan Kapitalis-Sekulernya.
Kaifa? Demikianlah curhat ane, sodara-sodara sekalian. So, yang muda yang bertakwa, ayo tetep tolak
Obama! [anindita. email/fb: coffee.prince70@yahoo.co.id]

| www.gaulislam.com | 102
gaulislam edisi 138/tahun ke-3 (2 Rajab 1431 H/ 14 Juni 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Soccer Industry
P enggila sepakbola sudah mulai dimanjakan dengan hajatan akbar di Afrika Selatan. Ya, World Cup
2010! Pesta pembukaannya sudah dilakukan di Johannesburg pada 11 Jjuni 2010 lalu. Gelaran ini
akan berlangsung sebulan penuh. Mulai 11 Juni hingga 11 Juli 2010. Afrika Selatan menjadi tuan
rumah ajang pesta bola empat tahunan kelas dunia tahun ini. Sepuluh stadion megah di sembilan kota siap
menampung ribuan penonton dan menjadi saksi sejarah helatan akbar sepakbola sejagat. Soccer City
Stadium, salah satu stadion yang berkapasitas 94.700 tempat duduk akan menjadi stadion yang
menggelar laga perdana dan laga final.
Bro en Sis, membangun sepuluh stadion untuk menggelar ajang sekelas piala dunia tentu nggak
mudah. Butuh waktu, perlu dana banyak dan mempertaruhkan kepercayaan dunia. Maka, pemerintah Afrika
Selatan pasti sudah menghitung dengan cermat sebelum nekat menjadi tuan rumah. Faktor duit yang
bakalan dikeruk dari ajang itu sekaligus ketenaran nama negara bisa menjadi pemicu untuk menggelar event
tersebut. FIFA sendiri, sebagai badan resmi yang mengatur turnamen ini, sudah menghitung laba.
Sekretaris Jenderal FIFA, Jerome Valcke, menyebutkan bahwa keuntungan FIFA yang bakal didapatkan di
Piala Dunia nanti mencapai 1,65 miliar pounsterling atau sekitar Rp 22 triliun. Keuntungan tersebut
berasal dari pendapatan dari sponsor, hak tayang, dan sumber lainnya (dapunta.com, 4 Juni 2010)
Itu baru FIFA lho yang menangguk untung. Di era industri sepakbola ini, bagi mereka yang ngurusin
event sebesar piala dunia pasti kecipratan ‘rejekinya’. Kalo FIFA dapetin untung segede gitu, maka tuan
rumah pun pasti dapat untung. Kerjasama lah. Ini kan bisnis, bos. Sebagai tuan rumah, pemerintah Afsel
memiliki pos-pos yang sudah pasti jadi tambang duit adalah dari tiket penonton, sponsor, merchandise
resmi, jatah prosentase dari hak siar. Pemilik hotel dan pengusaha café atau sejenisnya juga ketiban rejeki
nomplok. Gimana nggak, ratusan ribu atau bahkan jutaan orang yang bakalan tumplek blek datang ke Afsel
pasti butuh tempat tinggal, butuh makan, butuh minum dan keperluan hajat hidup lainnya. Sudah pasti
putaran duit dari industri sepakbola itu bakalan berpusat di sana. Wrrr.. siapa yang nggak ngiler kalo
urusan duit?

Sepakbola dan industri olahraga


Tak seperti olahraga lainnya, sepakbola adalah olahraga yang bisa disulap jadi industri. Maklum,
olahraga ini memiliki penggemar fanatik dan jumlahnya miliaran di seluruh dunia. Itu artinya, jika ngomongin
soal bisnis, maka tentu saja jumlah penggila sepakbola adalah potensi bisnis yang sangat besar. Tak heran
jika event akbar seperti piala dunia adalah saatnya panen duit bagi semua pihak yang terlibat dalam ajang
tersebut. Tukang cetak termasuk yang kecipratan duit segar lho. Bayangin aja, tiket kan perlu dicetak tuh.
Nah, so pasti orderan kenceng banget kalo kudu cetak tiket resmi piala dunia. Meski tiket yang dicetak
hanya sekitar 3,5 juta lembar, tapi kalo per lembarnya dapat laba bersih sepuluh ribu rupiah saja, yang
dapet tender tersebut bisa kebagian 35 miliar rupiah. Sampe bulan Maret 2010 saja, tiket resmi yang
sudah terjual adalah 2,1 juta dari total 3,5 juta tiket yang dicetak. Mau tahu berapa harga tiket termurah
dan termahal? Pada laga pertama antara Afsel lawan Meksiko, tiketnya Rp 1,8 juta. Untuk pertandingan
lainnya, termurah adalah Rp 740 ribu. Dan, untuk nonton laga final piala dunia pada 11 Juli 2010, tiketnya
Rp 8,3 juta. Terus, kalikan dengan ribuan penonton yang bakal memenuhi stadion. Kamu udah bisa ngitung
sendiri deh. Benar-benar bisnis yang menggiurkan! BTW, berarti orang yang bisa nonton langsung ke Afsel
(selain yang dapat jatah nonton gratis karena menang undian) pastinya berkocek tebal dong ya. Indonesia
sendiri dikasih jatah 1500 tiket.
Selain gelaran piala dunia yang pastinya bertabur duit, klub-klub sepakbola di liga-liga Eropa doyan
menghambur-hamburkan duitnya untuk menggaji pemain topnya. Bagi kamu yang ngikutin info sepakbola
dunia, pasti pernah tahu nilai transfer termahal yang saat ini dipegang oleh Cristiano Ronaldo. Yup, nilai

| www.gaulislam.com | 103
transfer yang nyaris mimpi untuk bisa mempercayainya. Kepindahannya dari Manchester United ke tim
berjuluk Los Galacticos, Real Madrid dihargai Rp 1,3 triliun. Ini lebih mahal dari biaya operasi Dono di film
yang diproduksi tahun 80-an: “Manusia 6 juta Dolar” (hehehe.. nyambung nggak sih?)
Selain nilai transfer termahal, ternyata industri sepakbola royal menggelontorkan duitnya untuk
menggaji pemain top mereka. Saat ini, rekor gaji tertinggi dipegang Lionel Messi. Pemuda asal Argentina
yang menunjukkan permainan atraktifnya ini dibandrol 33 juta euro atau sekitar Rp 406 miliar per tahun
oleh manajemen Barcelona (mengungguli David Beckham, 30,4 juta euro dan Cristiano Ronaldo, yang digaji
30 juta euro). Artinya, Messi digaji Rp 33,8 miliar per bulan atau sama dengan Rp 8,5 miliar per pekan.
Waduh, itu duit semua. Bukan daun!
Bagaimana para pemain di liga Indonesia? Hmm.. memang jauh banget sih nilainya. Rekor gaji tertinggi
pemain ISL (Indonesia Super League) dipegang Bambang Pamungkas (Persija), Rp 1,37 miliar per tahun.
Disusul Abanda Herman (Persija) Rp 1,315 miliar dan di urutan ketiga C. Gonzales (Persib) Rp 1,3 miliar.
Wedeh, gaji ilmuwan dan para guru kalah tuh kayaknya (hehehe).

Kapitalisme dalam sepakbola


Sobat muda muslim, yang paling mencolok dalam sistem ekonomi kapitalisme adalah modal. Duit dan
selalu duit yang jadi ukuran. Maka tak heran jika dalam industri sepakbola pun hukum itu berlaku. Menang
dan selalu menang yang ditargetkan dalam setiap pertandingan. Kalo kalah sekali aja berarti bencana bagi
pelatih dan pemain. Pasti kena semprot manajemen klub. Sebab, jika selalu menang, pendapatan juga
meningkat. Jika juara, bukan saja pretasi yang didapat, tapi juga duit. Dan, itu jumlahnya pasti berlipat.
Bagi para pemain di liga-liga Eropa, mereka harus selalu siap bertanding. Kalo klub besar dan
berprestasi maka pertandingan bukan hanya sekali sepekan. Bisa jadi maksimal 3 kali dalam sepekan di
semua kompetisi yang diikuti. Waktu habis hanya dengan sepakbola. Mungkin itu pula yang akhirnya para
pemain topnya dihargai miliaran rupiah per pekan. Meski demikian, gaji tinggi tak membuat mereka
menikmati sepenuhnya profesi tersebut. Setidaknya Nemanja Vidic, bek Manchester United asal Serbia ini
pernah bilang, “Bermain sepakbola di Inggris sangat menguras waktu, kita harus selalu bermain, dan harus
selalu dalam kondisi prima. Kita tidak bisa menikmati setiap waktu kita, karena semuanya habis oleh
sepakbola.”
Nah, karena ukurannya adalah uang bin duit, maka industri sepakbola ini dimanfaatkan juga oleh para
penjudi. Lho kok bisa? Taruhan, Bro! Ya, pasar taruhan di setiap pertandingan liga-liga Eropa termasuk di
Indonesia selalu ramai. Bahkan ada judi online segala. Para bandar judi ini ada juga yang berani masang logo
usahanya di kaos klub. Itu pula yang sempat membuat Frederick Kanoute, pemain Sevilla yang kebetulan
muslim, menolak mengenakan kaos yang disponsori perusahaan judi online. Bayangin aja sekarang saat
digelar hajatan sepakbola sedunia, pasti pasar taruhan bakalan lebih ramai dari biasanya. Waktu Piala Dunia
2006 di Jerman saja, menurut Titan Sports Weekly, Cina menghabiskan sampai 500 milyar yuan (73 miliar
dolar AS) untuk judi “online” selama Piala Dunia tahun 2006. Jumlah tersebut sebanding dengan dua
persen dari PDB Cina. Waduh!
Inilah kapitalisme, Bro. Segalanya memang hanya diukur dengan duit dan asas manfaat yang ujungnya
juga duit. Meski di beberapa negara judi diangap ilegal, tapi jika duit yang bicara, siapa yang nggak tergiur?
Seperti di Korea Selatan misalnya, ada institusi khusus yang memegang ijin dari pemerintah untuk
menyelenggarakan taruhan di segala turnamen olahraga, termasuk piala dunia, dengan syarat harus
memberikan 25 % pendapatannya kepada pemerintah. Ya, duit lagi, duit lagi.
Namun bersamaan dengan itu, kemiskinan tetap menjadi problem tersendiri di tengah gemerlapnya
industri sepakbola. Pada gelaran Piala Dunia saja, meski Afsel terus berbenah dengan membangun stadion-
stadion megah tapi kemiskinan tetap ada di Capetown. Menurut Harian Belanda, Trouw, betapa kemewahan
akan sangat kontras dengan kemiskinan Capetown. Di kota ini 26.2% penduduk berpenghasilan tidak lebih
dari 1.25 dolar--atau sekitar Rp 12.000-- per hari. “Dengan stadion-stadion baru, hidup kami tidak akan
jadi lebih baik. Afrika Selatan tidak akan jadi lebih maju,” kata Simon Nomolkma, penduduk Capetown.
Sayang, lanjut Trouw, pendapatnya tidak akan terdengar sampai ke gelanggang-gelanggang besar yang baru
dibangun. Tidak juga sampai ke pembuat kebijakan yang seolah tak melihat kenyataan di balik pagar stadion.
Gedenya gaji para pemain sepakbola di Eropa pun sering mendapat kritikan. Ketimpangan itu sangat
nyata terlihat. Di Inggris saja, para pekerja rumah sakit (perawat) pernah protes karena gaji mereka
setahun masih kalah jauh dengan gaji para pemain sepakbola liga Inggris dalam sepekan. Brasil, negara
pemegang rekor dengan 5 kali juara dunia, negerinya tetap dibelit kemiskinan. Karena yang makmur
hanyalah para pemain bintangnya saja yang merumput di liga-liga Eropa. Tak heran pula, jika para orang tua

| www.gaulislam.com | 104
di negara-negara Afrika lebih memilih anaknya jadi pemain sepakbola di liga-liga Eropa demi meraih mimpi
memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.
Oke deh, sampe sini dulu ya, insya Allah pekan depan kita lengkapi dengan pandangan Islam terhadap
permasalahan ini. Stay tune terus di buletin gaulislam. So, jagain terus waktu terbit buletin ini. Kalo nggak
dapet edisi cetak, ada kok edisi internetnya. Jangan sampe nggak baca ya! [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 105
gaulislam edisi 139/tahun ke-3 (9 Rajab 1431 H/ 21 Juni 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Melawan Pornografi
alah, masalah pornografi kayaknya lagi banyak disorot. Nggak tanggung-tanggung, kasus terbaru

H melibatkan para selebritis. Apa sebabnya? Karena dalam video yang sudah beredar luas di
masyarakat—seorang teman bilang bahwa dalam seminggu video tersebut didownload hingga 700
ribu kali—pemeran dalam video tersebut mirip Ariel Peterporn (eh, Peterpan); Luna Maya dan Cut Tary.
Waduh, kata urang Sunda mah: geunjleung euy! (bikin geger gitu lho). Sampe-sampe Wagub Jabar Dede
Yusuf melarang mereka tampil manggung (show atau performance) di wilayah Jawa Barat. Wedew! (malu
banget tuh!)
Oya, ampir lupa nih. Sebelumnya gaulislam mohon maaf kalo pekan kemarin menjanjikan pekan ini mau
bahas kelanjutan tentang sepakbola. But, berhubung lagi anget “bola panas video porno”, maka pekan ini
kita dahulukan pembahasan seputar pornografi ya. Insya Allah tentang sepakbola kita lanjutkan pekan
depan. So, jagain terus gaulislam setiap pekannya. Akur ya? Sip deh. Gitu dong. Hehe..
Bro en Sis, gaulislam sengaja ikutan bahas masalah ini bukan mau nambahin masalah, tapi insya Allah
menawarkan penyelesaian atas masalah tersebut. Benar, masalah ini harus diselesaikan tuntas, bukan
malah dibiarkan liar kemana-mana. Seolah masalah yang sangat menghebohkan. Padahal mah, pornografi
udah marak terjadi. Kebetulan aja pemerannya mirip (atau emang beneran) selebritis tertentu. Name
makes news. Ini kaidah jurnalistik, Bro. Nama membuat berita. Coba kalo nama orang yang nggak terkenal
dan nggak dikenal luas kayaknya media massa juga adem-adem aja. Palingan beritanya cuma masuk kolom
Nah Ini Dia di Pos Kota kali ye hehehe..
BTW, ada juga lho yang mengaitkan maraknya pemberitaan video porno mirip artis tertentu itu untuk
kepentingan lain. Misalnya, untuk mengalihkan perhatian masyarakat pada kasus Bank Century yang malah
mulai dilupakan. Selain itu, ada yang menganalisis bahwa pemberitaan ini untuk meredupkan pemberitaan
seputar penahanan Susno Duadji yang kemungkinan bakal menyeret para petinggi polri dan kejaksaan dalam
kasus mafia pajak miliaran rupiah. Juga (walah banyak amat), ada yang menghubungkannya dengan akan
digulirkannya dana aspirasi Rp 8,4 tiliun atau sebesar Rp 15 miliar per anggota (sumber:
www.itempoeti.com) yang kabarnya sudah jadi keputusan resmi Badan Anggaran DPR. Sumber lain
menyebutkan bahwa dana aspirasi itu adalah Program Percepatan dan Pemerataan Pembangunan Daerah.
Namun yang jadi soal dikhawatirkan dikorupsi lagi. Duitnya dari pemerintah turun tapi programnya nggak
jalan. Wah, wah, wah, masuk akal juga kalo berita ini rekayasa. But, terlepas dari rekayasa atau tidak, tapi
tetap kita harus menilai kasus per kasus. Gimana pun juga, masyarakatlah yang telah jadi korban. Coba
deh, berapa banyak remaja dan anak-anak yang kebablasan pengen tahu dan akhirnya bela-belain ngunduh
video porno tersebut dan tentu saja menontonnya.

Pelaku dan penyebar kudu dihukum


Ada wacana yang berkembang bahwa pelaku ‘sambungraga’ di video mesum yang diperankan oleh
orang yang mirip Ariel, Luna Maya, dan Cut Tary adalah korban. Ya, ada yang bilang bahwa mereka korban.
Itu sebabnya yang harus dihukum adalah para penyebar konten video yang katanya koleksi pribadi dari orang
yang mirip selebritis di atas. Hehehe… kalo statusnya korban berarti nggak dihukum dong ya? Enak banget
dong kalo gitu. Menurut saya yang kudu diseret ke meja hijau bukan cuma pengedarnya, tapi juga pelakunya.
Sebab, nggak mungkin akan ada penyebaran video mesum kalo nggak ada yang membuatnya atau
mengabadikan adegan asusila tersebut.
Oya, meskipun itu koleksi pribadi, tapi kalo pemiliknya lalai bisa berbahaya lho. Misalnya aja dia simpen
di harddisk laptop atau komputer, atau handphone. Eh, laptop atau handphonenya ilang atau ada yang
nyuri. Terus, ada yang beli, atau sebelum dijual sama malingnya dilihat-lihat dulu tuh isi laptop atau hape.
Pas ada adegan begituan, muncul niat isengnya, diupload deh tuh video. Hasilnya? Nyebar seantero dunia.

| www.gaulislam.com | 106
Apalagi didukung pemberitaan media massa. Wassalam deh. Nah, apakah pelakunya nggak dihukum? Ya,
tetap dihukum dong. Karena meskipun koleksi pribadi tapi kalo udah masuk ke ranah publik si pemiliknya
kudu bertanggung jawab juga.
Bener lho. Logikanya gini deh. Kalo si A punya anjing gede, gagah, dan tentu saja galak. Si A
membelinya untuk koleksi pribadi. Diikat di halaman rumah. Tapi, suatu hari anjing itu lepas karena
pemiliknya lalai ketika mengikat anjing galak itu. Kejadian berikutnya, banyak orang yang kena gigit si anjing
galak. Kalo udah kejadian begitu apa pantas pemiliknya disebut korban? Yang pasti orang di sekitaranya
yang kena gigit adalah korban dari anjing yang pemiliknya lalai.
Contoh lain: Si B iseng nanam pohon ganja di halaman belakang rumahnya. Sebagai koleksi pribadi.
Niatnya sih begitu. Terus, suatu ketika ada orang yang iseng nyuri ke rumahnya di siang hari. Eh, pas kabur
lewat halaman belakang, si maling tahu ada pohon ganja, dan pas nengok ke sisi rumah ada juga beberapa
gulung daun ganja yang sudah dikeringkan. Maka, dicomotlah daun ganja sekalian dengan barang yang
berhasil dicurinya. Ketika dia ditangkap polisi (nih singkat cerita ya hehehe—apes bener tuh maling), si
maling tersebut buka mulut (pake bau juga nggak?). Sekaligus ngasih tahu kalo si pemilik rumah yang dia
curi, juga menyimpan daun ganja, yang sebagian dia curi. Nah, apakah pemilik daun ganja itu sekadar korban
atau wajib diseret juga sebagai pemilik barang haram? Well.. ini harus dihukum juga.
Jadi dalam kasus maraknya peredaran video porno ini, bukan cuma penyebarnya aja, tapi juga
pelakunya. Walaupun itu ranah pribadi dan untuk koleksi pribadi ketika bikinnya, tapi kalo sudah masuk ke
ranah publik, baik karena kelalaiannya ataupun ada laporan dari pihak lain, tetap saja pemiliknya kudu
dihukum.

Pengaruh pornografi bagi remaja


Bro en Sis, dalam pemberitaan yang marak di media massa, ternyata ada yang terlupakan atau
memang sengaja dilupakan, adalah dampak. Yup, dampak dari pemberitaan yang seringkali lebih mirip show
dan menguliti sampai detil, bahkan disertakan gambar dan videonya segala (meskipun disamarkan) telah
memberikan rasa penasaran bagi remaja—termasuk juga para orang tua sih hehehe..). Warning banget
tuh!
Bener! Sebab, dengan adanya video porno ini akan mempengaruhi naluri seksual, termasuk pada diri
remaja. Allah Swt. sudah ‘menyetel’ manusia secara default memiliki nasluri seksual, yang perwujudannya
mencintai lawan jenis. So, kalo kian sering remaja menkonsumsi hal-hal bernuansa pornografi, maka naluri
seksualnya bakalan makin bergejolak.
Selain itu, bacaan pornografi baik melalui media cetak maupun internet tentu saja sangat
berpengaruh bagi perkembangan kepribadian manusia, termasuk remaja. Apalagi jika hal itu dilakukan setiap
hari. Ditambah pula dengan malas ikut pengajian atau datang ke majlis taklim. Udah deh, wassalam
namanya. Kok bisa? Ya iyalah, kan di majlis taklim mah yang dibaca dan didengerin adalah ayat-ayat al-Quran
atau hadis. Misalnya tentang larangan mendekati zina. Insya Allah akan mengendalikan hawa nafsu kita.
Apalagi jika belajarnya serius. Bukan asal dateng terus bercanda. Ok?
Terus, apa dong yang harus dilakukan remaja terhadap masalah pornografi ini?
Hmm.. gini deh. Pertama, kamu yang cowok kudu mau mikir ribuan kali sebelum ngelakuin perzinaan
(termasuk jangan dekati zina). Nah, yang mendekati zina itu adalah ngintip en nonton video mesum.
Waspadalah! Kalo kita berteman dengan kaum Hawa. Hargai mereka. Kamu kan pasti punya ibu, atau
mungkin punya adik dan kakak perempuan. Sebelum berzina dengan pacarmu, pikirin dulu gimana kalo ibumu,
kakak dan adik perempuanmu ada yang menzinai? Wedeh.. pasti nggak rela kan. Makanya, jangan coba-coba
melecehkan wanita dengan cara memacarinya, apalagi menghamilinya. Hih, jangan sampe ‘test drive’ segala
kalo belum resmi nikah. Dosa, euy!
Kedua, pikirkan masa depanmu, Bro. Jangan sampai rusak hanya gara-gara sering ngintip pornografi
(film dan gambar). Ih, kalo isi otak kamu cuma dipenuhi dengan bayangan erotis dan sensual, rasanya hidup
nggak ada artinya deh. Suer. Gimana nggak, kamu hanya kecanduan pornografi. Padahal seharusnya
‘kencanduan’ ngaji, belajar dan dakwah. Iya nggak sih? So, hentikan deh kegiatan ngintipin mulu pornografi
ke hal yang positif, misalnya ngintipin ayat-ayat al-Quran sebagai pedoman hidup kita. Terus, dibaca dan
diamalkan. Ok?
Ketiga, prioritaskan keperluan hidupmu. Yup, daripada tuh duit dipake beli download-an video porno
atau main internet saban hari nyari konten-konten mesum, mendingan tuh duit ditabungin. Udah jelas itu
cara sehat berhemat. Bisa juga duitnya dibeliin baju, buku, shadaqah atau keperluan bermanfaat lainnya.
So, mumpung masih muda, nggak usah mikirin yang begituan. Suatu saat, kalo udah mapan dan kuat ilmu
dan mentalnya, silakan nikah aja. Kalo cuma pacaran, itu mah mental pengecut!

| www.gaulislam.com | 107
Keempat, kita lawan pornografi dan kasihani pelakunya. Eit, tunggu dulu. Maksud saya mengasihani
pelakunya itu adalah karena bisa jadi mereka nggak sadar dan lupa (termasuk melupakan), atau belum tahu
(termasuk yang tak mau tahu). Kasihan, andai mereka tahu dan takut pasti nggak mau melakukan
perbuatan bejat yang mengundang laknat itu. Sebab, kalo mereka nggak tobat, tubuhnya bisa jadi bahan
bakar api neraka. Naudzubillahi!
Jadi, tulisan ini pun sekaligus untuk media menyadarkan siapapun para pelaku pornografi dan
perbuatan melanggar syariat Islam lainnya, bahwa perbuatannya pasti nanti akan dimintai
pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. Di dunia ini mungkin nggak mau ngaku karena gengsi dan
malu, atau bisa lolos dari pengadilan dunia dengan membayar sejumlah uang untuk pengacara dan hakim.
Hmm… ingatlah di akhirat Allah Swt. tak akan bisa disuap. Hukum berat menanti. Jangan sampe deh! (sori,
ini bukan nakut-nakutin lho, tapi emang demikian adanya). Ayo kita lawan pornografi! [solihin: Twitter:
@osolihin]

| www.gaulislam.com | 108
gaulislam edisi 140/tahun ke-3 (16 Rajab 1431 H/ 28 Juni 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Ideologi Suporter Sepakbola


K
amu pasti pernah tahu kan gimana aksi-aksi suporter sepakbola dalam mendukung klub atau timnas
pujaannya? Mereka bela-belain datang ke stadion jika klub pujaannya bertanding. Ada yang memang
bayar masuk ke stadion untuk nonton, nggak sedikit juga yang cuma ngeramein jalanan aja karena
nggak punya ongkos untuk beli tiket pertandingan. Para suporter ini nyaris memiliki semua atribut klub
kebanggaannya: kaos, slayer, stiker, bendera, dan sejenisnya. Selain itu, mereka ada yang rela mati demi
membela klub pujaannya dan juga rela melakukan kerusakan dalam melampiaskan kegembiraan (apalagi
kekecewaan).
Rasanya masih membekas dalam ingatan ketika final Liga Indonesia tahun 1998. Saat itu, ribuan
suporter Persebaya yang dikenal sebagai bonek, alias bodo dan nekat, eh, maksudnya bondo (modal) nekat,
turun ke jalanan begitu timnya berhasil menggulingkan Persib Bandung. Toko-toko dijarah, puluhan mobil
dibakar. Bahkan aparat keamanan pun kerepotan mengawal mereka sampe Stasiun Senen. Keberingasan
belum selesai, kawasan sepanjang jalur kereta Jakarta-Cirebon dihujani batu oleh para suporter brutal ini.
Gila!
BTW, artikel ini adalah sebagai pelengkap dari edisi 138 lho. Waktu itu saya menjanjikan akan menulis
lanjutannya tentang sepakbola dan pembahasan yang dikaitkan dengan Islam. So, dengan demikian janji itu
insya Allah udah terlunasi. Jadi kamu nggak nunggu-nunggu dan tuntas sudah rasa penasaran kamu dengan
adanya gaulislam edisi 140 ini. Ok?
Bro en Sis, nuansa ashobiyah (bangga dengan kelompok atau kesukuannya) juga kentara kok dalam
polah para suporter. Saya pernah baca di jalan ada anak Viking yang di kaosnya ada tulisan: “Aing Persib,
Sia Naon?” Hehehe.. itu artinya “gue Persib, elu apa?” Nggak ketinggalan suatu ketika ada suporter Persija
yang saya lihat di kaos bagian belakangnya tertulis: “Kuserahkan hidup-matiku hanya untuk Persija” Waduh!
Sekadar tahu aja, Persib Bandung punya suporter berjuluk Viking (nama suporter ini di Italia juga ada,
yakni basis suporternya Intermilan, Juventus dan Lazio yang dijejali para ekstrim kanan alias kelompok
fasis). Persebaya dengan boneknya. Laskar Jakabaring (Sriwijaya FC) punya suporter Sriwijayamania. Ada
yang serem lho, suporternya PSMS Medan, yakni Kampak FC. Eh, julukan klub yang rada keren juga ada:
Badai Pengunungan Selatan (sebutan untuk Persiwa Wamena), dan nama suporternya Persiwamania.
Mungkin kita yang tinggal di Jabodetabek dan Jabar lebih sering denger nama suporter seperti The
Jakmania (Persija), Kabomania (Persikabo Bogor), dan Viking (Persib). Masih banyak sebenarnya yang
lainnya. Banyaknya nama-nama suporter tentu seiring dengan banyaknya klub yang tumbuh subur setelah
kompetisi menggunakan sistem liga yang dimulai pada 1994 yang waktu itu langsung dijuarai Persib
Bandung. Sebelumnya, di era galatama dan perserikatan klub yang bertanding dikit banget. Maka suporter
yang ada juga biasa-biasa saja. Meski tetap terasa nuansa dukungan mereka terhadap klub kebanggaannya.

Sepakbola dan kebanggaan kelompok


Sepakbola seperti ditakdirkan bukan sekadar olahraga. Di Jerman dan Perancis sepakbola adalah
kebanggaan teritorial dan pesta. Kalo di Inggris lain lagi, sepakbola adalah ritual dan hiburan. Tak heran kalo
di Old Trafford, stadion klub berjuluk Setan Merah, Manchester United sering dibentangkan spanduk dalam
ukuran raksasa: Manchester United is My Religion, Old Trafford is My Church. Mungkin ritualnya di stadion
karena agamanya adalah MU. Ckckckck…
Bagaimana dengan di Brazil? Hmm.. ternyata sepakbola adalah jalan hidup. Jutaan orang
menggantungkan hidupnya kepada sepakbola untuk melepaskan jeratan kemiskinan yang parah di negara
tersebut. Lihat saja, talenta-talenta keren mereka hampir semuanya sukses bersama klub-klub raksasa di
daratan Eropa. Mulai dari jamannya Pele (Edson Arantes do Nascimento) sampe yang muda belia macam
“Si Bebek” Alexander Pato yang main di AC Milan.

| www.gaulislam.com | 109
Oya, kalo kita mau jeli, ternyata di Spanyol dan Italia, sepakbola adalah politik. Real Madrid adalah klub
dengan basis suporter fanatik yang dihuni para ultra kanan yang fasis. Sevilla adalah bentuk perwakilan
rakyat Andalusia. Sementara Barcelona adalah bentuk perlawanan rakyat katalan (Katalunya) yang sering
diidentikan dijajah Spanyol (diwakili klub Real Madrid). Perseteruan bukan hanya terjadi antara Real Madrid
dan Barcelona, ternyata pemerintah Spanyol melakukan “devide et impera” dengan membiarkan tumbuh
subur klub Espanyol yang merupakan rival sekota Barcelona. Suporternya? Tentu saja berpotensi saling
memusuhi. Selain itu di daerah Basque yang didominasi basis politik kelompok perlawanan ETA (Euskadi ta
Askatasuna: Tanah air Basque dan Merdeka) yang diduga kuat mendukung Athletic Bilbao, maka pemerintah
Spanyol menghidupkan klub kedua sebagai penyeimbang atau oposisi, yakni Real Sociedad.
Bro en Sis, di Italia sendiri sudah tumbuh subur pertikaian politik dan kelompok-kelompok fasis.
Mungkin itu udah dari sononya ya. Sebab, orang Italia kayaknya dari jaman dulu udah ‘hobi’ dengan
persekutuan politik. Kamu mungkin pernah tahu mitosnya kisah Romus dan Romulus yang saling bunuh
untuk merebut Roma. Maka, para tifosi (suporter) klub-klub di Italia secara sadar membawa atribut
kesadaran politik ke dalam stadion. Bukan mustahil pada akhirnya bentrok fisik juga terjadi antar suporter.
Terutama klub-klub yang basis suporternya sangat fanatik macam Juventus, Intermilan, AS Roma serta
Lazio.Mereka rata-rata dihuni para Irriducibilli, suporter garis keras nan fasis bin rasis.

Suporter sepakbola Vs Suporter Islam


Kalo kamu sempat belajar psikologi, mungkin pernah dengar istilah konformitas. Nah, konformitas ini
secara sederhana sering disebut kenyamanan (berada dalam sebuah kelompok). Supaya nggak bingung,
saya kutipkan definisi konformitas menurut Brehm dan Kassin. Kedua orang ini mengatakan bahwa
konformitas adalah kecenderungan untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga
konsisten dalam perilaku atau norma kelompok. Setiap seseorang yang masuk ke dalam suatu kelompok
(termasuk kelompok pendukung sepakbola) memiliki kecenderungan untuk menyamakan presepsi, pendapat
dan perilaku seseorang terhadap kelompoknya. Coba deh kamu lihat, nggak mungkin banget kan kalo ada
suporter Viking tapi berhati Bonex. Begitu juga nggak mungkin ada Banaspati (suporternya Persijap) tapi
berjiwa Pasoepati (suporternya Persis Solo). Itu artinya kalo kedua klub kebetulan bertanding, pasti
suporternya masing-masing membela klub kebanggaannya. Intinya, menurut teori konformitas ini rasanya
nggak mungkin ada individu kelompok yang berbeda dengan kelompoknya. Dalam level tertentu, meskipun
ada individu yang berbeda tapi biasanya mereka ngikut pendapat kelompoknya karena khawatir ada celaan
terhadapnya. Inilah yang juga terjadi dalam sepakbola. Melihat temannya jadi pendukung Maung Bandung,
ikut-ikutan jadi bobotoh Viking. Nggak enak sama temannya yang mendukung Persija, rela juga jadi bagian
The Jakmania. Kalo beda dianggap di luar kelompoknya. Jadi nggak nyaman kan hidupnya? Padahal mah,
cuekkin aja lah. Tetapi nggak semua remaja begitu. Lebih banyak yang ikut-ikutan arus yang besar,
meskipun itu salah. Musibah memang.
Bro en Sis, jika dalam sepakbola saja banyak orang rela menjadi pendukung setianya, maka seharusnya
dalam Islam kita bisa menjadi bukan hanya pendukung tapi pembela dan pejuangnya. Perbedaan dukung
mendukungnya hanya pada ideologi. Kalo para suporter sepakbola mungkin ada yang sekadar ikut-ikutan,
ada yang memang menjadikan sepakbola sebagai muara emosi kesukuan dan kelompoknya, ada yang sebagai
jalan hidup dan politik, maka para suporter Islam seharusnya menjadikan Islam sebagai pilihan hidup. Islam
sebagai ideologi yang wajib diperjuangkan dan ditegakkan dalam kehidupan individu, masyarakat, dan juga
negara.
Saya dan kawan-kawan yang ngelola pengajian suka sedih banget ketika melihat banyak teman kita
yang sampe bela-belain memenuhi stadion untuk mendukung klub pujaannya bertanding, sementara untuk
memenuhi masjid dalam pengajian mereka nggak mau meski udah kita kasih undangan khusus. Miris deh.
Nggak abis pikir juga banyak kaum muslimin yang pelit ngeluarin zakat, infak dan shadaqah atau
apapun yang berkaitan dengan kebaikan dalam Islam. Tetapi mereka jor-joran bin royal dalam membelanjakan
uangnya untuk sepakbola: beli kaos, merchandise, tiket stadion dan lain-lain. Aneh yang punya bapak ajaib
alias aneh bin ajaib.
Kalo suporter sepakbola banyak yang mengerahkan tenaga dan pikirannya serta kreativitasnya dalam
mendukung tim-tim kebanggaannya, tentu sebagai mukmin sejati seharusnya kita lebih hebat lagi dalam
menyumbangkan tenaga, pikiran, dan memunculkan kreativitas untuk kemajuan Islam di berbagai bidang:
pendidikan, dakwah, sosial, budaya, teknologi dan sebagainya. Inilah seharusnya yang membuat kaum
muslimin berbeda dengan umat lainnya. Kaum muslimin lebih merindukan kehidupan akhirat ketimbang
hiasan dunia yang sifatnya fana.

| www.gaulislam.com | 110
Soal ibadah juga seharusnya seorang muslim pejuang Islam lebih memilih memperbanyaknya. Jangan
sampe kalah dengan para bolamania. Kita patut menyayangkan energi yang digeber tanpa lelah oleh mereka
yang gila bola. Demi melihat aksi tim kesayangannya bertanding, tak bisa ke stadion maka di televisi pun
tak jadi soal. Meski waktu mainnya di sini dinihari nggak jadi masalah. Shalat tahajud? Ah, mungkin mereka
sudah lupa. Aneh ya? Padahal kekuatan Islam seharusnya lebih menggerakkan untuk beramal baik sebanyak
mungkin. Ironi memang.
Bro en Sis, banyak remaja muslim yang lebih mengenal nama-nama pemain sepakbola dalam negeri
maupun luar negeri ketimbang nama-nama sahabat nabi atau kisah hidup para nabi. Banyak pula yang sudah
menjadi martir dalam kerusuhan antar suporter sepakbola. Mereka berani mati demi klub kebanggaannya.
Tapi jarang yang secara umum terang-terangan mengatakan berani mati membela Islam sebagai agamanya.
Mungkin saja ada, tapi saat ini jumlahnya tak sebanyak para suporter sepakbola.
Kalo para suporter Liverpool saja menyemangati tim kesayangannya saat bertanding, maka
seharusnya pemuda Islam lebih bersemangat lagi dalam berjuang membela Islam. Kita kenal, para
Liverpudlian, suporternya Liverpool sering menyemangati tim kesayangannya dengan menyanyikan: "Walk
on... Walk on... with hope in your heart... and you'll never walk alone... Berjalanlah...berjalanlah dengan
harapan di hatimu... dan kau takkan pernah berjalan sendirian..."
You'll Never Walk Alone adalah lagu karya klasik Rogers dan Hammerstein, untuk penghias drama
musikal Carousel. Gerry Marsden and The Pacemakers menyanyikan lagu ini di klub-klub yang bertebaran di
kota Liverpool sejak 1963.
Mungkin, tak ada salahnya jika para remaja muslim menyanyikan nasyid untuk menyemangati dakwah.
Misalnya lagunya Izatul Islam yang liriknya kayak gini: “Barisan mujahid melangkah ke depan/ Tanpa rasa
takut menghalau rintangan/ Cahya Islam kan selamanya memancar/ Dengan darah kami sebagai pembakar”.
Tetep semangat berjuang sampai akhir hayat. Ehm, kalo dalam bahasanya White Lion sih: Till Death Do Us
Part. Huhuy!
Bro en Sis, padahal kalo dipikir-pikir para suporter itu nggak dibayar lho untuk melakukan berbagai
cara dalam mendukung klub kebanggaannya. Tapi segala cara dilakukan demi klub pujaannya. Yel-yel yang
banyak terdengar di antara para suporter di ISL (Indonesia Super League) aja lebih mengarah kepada
tindakan rasis dan pelecehan satu terhadap yang lainnya. Tak perlulah ditulis di sini sebagai contohnya
karena sangat tidak etis—termasuk nama-nama binatang kerap dikumandangkan untuk melecehkan
suporter lawan.
Apalagi saat ini, Piala Dunia 2010 tengah digelar dan mencapai babak perdelapan final, di mana klub-
klub unggulan sudah ada yang lolos ke babak perempat final. Pastinya emosi para suporter makin diaduk-
aduk karena tangga juara sebentar lagi diraih. Jerman, Argentina, Ghana, Uruguay adalah tim yang sudah
lebih dulu menembus babak perempat final dengan mengalahkan lawannya masing-masing. Kita lihat saja
nanti apa yang akan dilakukan para suporter ketika tim pujaan mereka saling ‘membunuh’ untuk menjadi
juara.

Sekadar renungan
Bagi kita, kaum muslimin, pembelaan tertinggi kita adalah untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin
atas landasan keimanan kepada Allah Swt. dan RasulNya. Sementara para suporter fanatik klub sepakbola,
lebih mengarah kepada loyalitas semu dan konyol. Padahal, menurut Sayyid Quthb, kita mati karena
membela negara yang nggak ada urusan dengan iman saja bisa dikatakan mati bukan di jalan Allah Swt.,
apalagi sekadar urusan sepakbola.
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang menyeru
kepada ashabiyyah (fanatisme kelompok). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang berperang
atas dasar ashabiyyah (fanatisme kelompok). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang
terbunuh atas nama ashobiyyah (fanatisme kelompok).” (HR Abu Dawud)
Syaikh Safiyurrahman al Mubarakfuri dalam kitab al-Ahzab as-Siyasiyyah fil Islam mengutip sebuah
hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa berjuang di bawah bendera kefanatikan, bermusuhan karena kesukuan dan menyeru kepada
kesukuan, serta tolong menolong atas dasar kesukuan maka bila dia terbunuh dan mati, matinya seperti
jahiliyah.” (HR Muslim)
Bro en Sis, jika “judulnya” sama-sama mendukung sesuatu dengan totalitas dan nggak dibayar,
alangkah lebih eloknya bila kita membela Islam. Menjadi suporter sepakbola itu nggak dibayar, sukarela dan
bahkan mengeluarkan banyak duit, tenaga dan pikiran. Iya kan? Membela Islam juga sama, tidak dibayar.
Tenaga, pikiran dan harta kita rela dikeluarkan. Tetapi yang berbeda adalah nilainya dan rasa perjuangannya.

| www.gaulislam.com | 111
Jika para suporternya menjadikan sepakbola sebagai muara emosi dan jalan hidupnya, maka sebagai pejuang
Islam kita jadikan Islam sebagai muara emosi dan jalan perjuangan. Para suporter sepakbola mungkin saja
akan mati “fi sabili bola”, tapi pejuang Islam insya Allah mati “fi sabilillah”. Itulah bedanya.
Ok deh kayaknya pengen terus nulis nih kalo nggak dihentikan oleh deadline dan batasan panjang
halaman. Semoga gaulislam edisi ini bisa bermanfaat buat kita semua. Semoga kita tetap menjadikan Islam
sebagai jalan hidup kita. Bukan yang lain. Islam sebagai ideologi kita. Cukuplah sepakbola sebagai hiburan,
itupun jangan berlebihan dan sekadar ditonton pertandingannya di televisi saja. Kalo mau main dengan
kawan-kawan, mainlah seperlunya saja bukan sebagai profesi atau maniak. Sebab, yang layak dijadikan jalan
hidup hanyalah Islam. Sekali lagi: ISLAM. Tetap semangat! [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 112
gaulislam edisi 141/tahun ke-3 (23 Rajab 1431 H/ 5 Juli 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

“Mangan ora Mangan”, Facebook!


B udayawan Umar Kayam pernah nulis buku, “Mangan ora Mangan Kumpul”. Ini memang diambil dari
kultur masyarakat Jawa secara umum di masa lalu, bahwa makan tidak makan yang penting
ngumpul. Artinya, dalam kondisi apapun, baik susah maupun senang tetap kumpul bersama
keluarga. Makan itu simbol bahwa kita senang. Nggak makan perlambang kalo kita susah. Jadi, apapun
kondisinya, sing penting ngumpul, rek!
Nah, kalo sekarang saya plesetkan jadi mangan ora mangan yang penting facebook! Hehehe… soalnya
ngeliat fenomena yang ada, kok orang betah banget berintim-ria dengan facebook. Sehari nggak ketemu
situs jejaring sosial ini perasaannya kok seperti nggak plong. Masih menyimpan penasaran. Meski
praktiknya, sekadar ngecek status teman atau melihat apakah ada permintaan teman baru yang masuk ke
akun facebook kita. Jika ada remaja yang tak bisa lepas dari facebook meskipun untuk itu dia nggak makan,
berarti udah parah tingkat ketergantungannya kepada situs jejaring sosial ini.
Facebook emang bisa dijabanin kapan aja, situs itu nggak peduli orang yang mengunjungi dan bekumpul
di komunitas yang difasilitasinya udah makan atau belum. Makan secara fisik dengan memasukkan makanan
ke tubuh bisa jadi akan tahan beberapa saat, tapi yang tak bisa dilakukan orang yang terkena facebook
addict itu adalah tahan dari tidak berinteraksi dengan sesamanya di dunia maya. Agar bisa tetap
berinteraksi dengan teman-temannya di dunia tersebut, dia akan ambil jatah uang makannya untuk beli
pulsa telepon agar bisa ngenet terus. Atau setidaknya nongkrong di warnet. Waduh!
Bro en Sis, karena facebook juga bisa diakses via ponsel, maka akan lebih banyak lagi pengguna yang
kecanduan situs jejaring sosial bikinan Mark Zuckerberg ini. Nggak perlu pake komputer. Maka, kita
saksikan ada tukang bakso keliling yang asik main facebook. Meski doi nggak punya komputer, online bisa
tetap jalan asal punya ponsel, Bro. Ya, lagian kalo pun punya komputer pasti bakalan ribet karena harus
dibawa keliling sambil jualan bakso. Tukang bakso aja tetap bisa online di facebook dengan fasilitas layanan
GPRS atau 3G yang tertanam di ponsel yang dimilikinya. Hebat bener facebook, bisa mengubah cara
pandang orang tentang makna pertemanan dan eksistensi diri meskipun di dunia maya.
Banyak sudah komentar dan sindiran kepada orang-orang yang “facebook addict” bertebaran di dunia
maya seperti di blog dan website. Gambar-gambar yang dihadirkan lucu-lucu. Ada foto tengkorak lagi ngetik
pake notebook, terus yang muncul di layar notebooknya adalah logo facebook. Foto menarik lainnya ada yang
posenya orang yang sedang berhubungan seksual di balik selimut. Yang muncul di situ, ada satu tangan
yang keluar dari balik selimut yang menggambarkan sedang menekan tombol enter di laptop yang berlogo
facebook. Tentu, meski mungkin dalam kenyataannya di lapangan sulit dibuktikan faktanya bahwa ada yang
sampai seperti itu, tapi bisa kita rasakan. Bahwa banyak orang yang tidak bisa lepas dari facebook. Mereka
rela menahan lapar dan haus asalkan tetap bisa online di facebook. Waduh, jangan-jangan di bulan
Ramadhan nanti banyak orang ngabuburit dengan nongkrong di facebook nih?
Facebook emang fenomenal dan mengasikkan, tapi kalo sampe kita nggak makan gara-gara facebook
itu kebangetan. Bahwa facebook bisa juga ada manfaatnya memang iya, tapi kan nggak mesti berbuat
konyol dan punya prinsip: mangan ora mangan, yang penting facebook. Ah, itu lebih dari kebangetan, yakni:
Sungguh terlalu! (backsound: tunjukkan dengan ekspresi Bang Rhoma ya!) Hehehe..

Facebook Addict
Gila kerja, meskipun hal itu berdampak kepada bertambahnya pendapatan, tetap saja ada yang
dikorbankan. Salah satunya, waktu berharga bersama keluarga. Gila belajar, meskipun ada manfaatnya,
namun tetap saja ada yang diabaikan. Salah satunya, kita menjadi pribadi yang hanya fokus kepada belajar,
belajar, dan belajar. Gila bola, akan menjadikan orang rela menjadi suporter fanatik sebuah klub atau timnas
yang berlaga di piala dunia, misalnya. Mereka yang gila bola, rela memasang atribut timnas tertentu,

| www.gaulislam.com | 113
memiliki koasnya, bahkan di Polman (Polewali Mandar) ada seorang pria tewas tersengat aliran listrik saat
hendak memasang bambu basah—karena bambu tersebut mengenai kabel listrik bertegangan tinggi—untuk
mengibarkan bendera timnas Belanda sesat setelah tim negeri kincir angin itu meremukkan Brasil di
perempat final Piala Dunia 2010 lalu. Halah!
Bro en Sis, gila kerja memang ada manfaatnya, gila belajar juga tak sedikit manfaatnya. Namun bukan
berarti harus terus begitu sepanjang waktu. Selain kudu menghemat tenaga untuk bisa istirahat, juga agar
kita tak selalu fokus ke satu masalah. Sebab, ada waktu yang juga kita alokasikan untuk istirahat,
berhubungan dengan orang banyak dari berbagai kalangan. Ssst.. kalo gila belanja gimana? Wah, itu
berdampak tidak baik bagi diri kita, meskipun ada manfaat bagi para penjual produk karena produknya pasti
laku kalo di dunia ini banyak orang yang gila belanja.
Ngomong-ngomong soal kecanduan, ternyata nggak cuma narkoba yang bisa bikin orang kecanduan.
Seks bisa bikin orang kecanduan juga lho. Kalo itu dilakukan suami-istri sih nggak masalah. Yang jadi
masalah adalah ketika dilakukan oleh mereka yang bukan mahrom. Kita prihatin dengan seks bebas yang
kian marak dilakukan remaja dan orang dewasa yang lemah iman tapi kuat nafsunya (setidaknya kalo itu
diukur dan dilihat dari PNDK alias Penulusuran Nafsu Dan Kekuatan, hehehe). Obat-obatan tertentu pun
bisa bikin orang ketagihan untuk terus mengkonsumsi.
Ada ketagihan yang lain nggak? Hehehe.. ada. Ya, salah satunya ketagihan untuk online. Sebelum ada
situs jejaring sosial bernama Facebook, orang sudah banyak menghabiskan waktu di depan komputer untuk
chatting, untuk kumpul-kumpul di komunitas grup diskusi. Apalagi kalo udah berselancar nyari data. Bisa
data yang bermanfaat, maupun data yang tidak bermanfaat. Situs porno pun jadi tempat mangkal netter
yang ketagihan cerita dan gambar erotis. Belum lagi game online. Halah makin tekun deh tuh di depan
komputer!
Maniak-online juga bisa membahayakan lho, meskipun ada manfaatnya. Ya, kalo seharian online, apa
nggak bosen tuh? Facebook-an seharian apa nggak pegel? Kalo sampe kamu ngerasa kehilangan facebook
sehari aja, itu tandanya kamu sudah kecanduan. Uring-uringan kayak orang kebakaran kumis (bagi yang
punya kumis tentunya), kalo yang nggak punya kumis, ya ibarat orang kebekaran bulu keteknya. Hihihi..
Bro en Sis, kalo sampe tiap hari kamu merasa kudu online terus di facebook, waspadalah! Sebab, bisa
jadi kamu mulai terkena gejala “Facebook Addict” alias kecanduan facebook. Bawaannya liat hape pengennya
langsung browsing dan yang terbayang di pikirannya logonya facebook plus teman-teman dunia maya
tempat ngumpul bareng secara virtual. Pengen tahu “status” terbaru teman-teman yang ada dalam list
kita. Penasaran dengan apa yang dikerjakan mereka saat ini. Geregetan pengen nyapa, pengen cari
informasi, pengen komentar, pengen ngasih “jempol” tanda suka dengan statusnya. Bener lho.
Saya, pada awal-awal kenal facebook, meski nggak sampe ‘gila’, tapi sering nongkrong di situs jejaring
sosial. Cuma kalo saya tertantangnya pengen mengeksplorasi apa aja fitur dan fungsinya. Diulik (bukan
diulek lho!) semua fitur yang ada. Satu per satu saya cobain dan praktikkan. Setelah merasa puas, barulah
jarang buka-buka lagi. Toh, cuma “gitu-gitu” aja. Saya lebih memilih memfungsikan semaksimal mungkin fitur
yang cocok untuk berbagi manfaat dengan teman lainnya. Untuk update status juga perlu dipilih isinya lho.
Jangan sampe cuma nyampah aja. Tapi pastikan yang bermanfaat bagi teman kita yang baca. Misalnya
tentang motivasi, kutipan hadis atau ayat al-Quran, bisa juga info kegiatan positif dan sejenisnya yang
memang bermanfat.

Waktu yang terbuang


Yuk, kita kalkulasikan waktu yang kita korbankan untuk ngenet dan mangkal di facebook dengan waktu
kita di tempat lain yang lebih bermanfaat. Misalnya, dalam sehari kita nongkrong di facebook minimal 5 jam,
itu udah parah lho. Berarti dalam sebulan waktu yang habis untuk ‘bermesraan’ dengan situs jejaring sosial
ini adalah (150 jam, yakni 30 hari dikali 5 jam). Silakan hitung sendiri jika dikonversi dengan duit yang kudu
dikeluarkan untuk beli pulsa telepon. Juga yang terpenting, soal memanfaatkan waktunya itu lho. Waktu 5
jam itu kalo dibagi-bagi buat istirahat, belajar, dan bekerja bisa sangat berharga.
Oya, waktu yang dipake 5 jam sehari untuk facebook-an itu, baik waktu 5 jam itu secara berturut-
turut atau memanfaatkan waktu di sela-sela aktivitas lain, tetap aja ada waktu yang secara khusus
dialokasikan untuk main-main di facebook. Saya kok nggak merasa yakin kalo remaja yang mangkal di
facebook itu memanfaatkannya dengan kebaikan. Masih ragu gitu lho. Soalnya, yang saya tahu lebih banyak
dipake sekadar “hiburan” dan “main-main” saja. Mungkin ada juga yang memanfaatkan untuk dakwah
misalnya, tapi jumlahnya tak sebanyak yang dipake untuk main-main. Sori ya, bukan nuduh tapi emang ada
faktanya. Kalo kamu baca artikel ini nggak ngerasa sampe facebook addict, ya jangan tersinggung. Namanya
juga nggak ngelakuin ya jangan ngaku. Heheh.. anggap aja dalam contoh ini adalah teman kamu. Ok?

| www.gaulislam.com | 114
So, waktu 5 jam sehari main facebook aja udah kebanyakan, apalagi yang lebih dari 5 jam sehari online
terus, bisa-bisa jadi manusia online deh. Itu namanya udah sampe taraf kecanduan lho. Ati-ati jangan
sampe kamu terkena “Facebook Addict”. Pikirin lagi sebelum berbuat, dan yang pasti, kamu tinggal lebih
banyak di dunia nyata. Bukan di dunia maya dan bukan cuma di facebook. Ok? Dunia tak seluas “update
status, news feed, atau note” di facebook. Manfaatkan waktumu dengan cara yang benar dan sebaik
mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupmu dan bekal di akhirat kelak. Akur ya? Harus! (ciee… saya kok
jadi ngatur-ngatur gini?). Ngatur-ngatur? Kalo untuk kebaikan, kenapa nggak? Yes!

Manfaatkan waktu
Waktu yang kita miliki bisa jadi amat luang dan lapang, namun adakalanya kita nggak bisa
memanfaatkan untuk hal-hal yang benar dan baik. Jasiem M. Badr dalam buku Efisiensi Waktu dalam Islam
memberikan alternatif cara mengefisienkan waktu: Pertama, pergerakan (kegiatan) terarah. Untuk
mencapainya, seseorang kudu memprogram dan menggariskan tujuan geraknya. Dan pastikan bahwa tujuan
dari setiap gerak itu nggak boleh lepas dari haluan Allah. Misalnya untuk dakwah, untuk beramal shalih
lainnya, untuk ibdah, bekerja dan semua yang bermanfaat dan bernilai ibadah.
Kedua, bergaul dengan masyarakat. Ini juga penting, sebab waktu kita jadi lebih bermanfaat, apalagi
kalo kita adalah pengemban dakwah, tanpa bergaul dengan masyarakat, alamat aktivitas kita nggak ada
apa-apanya. Jadikan masyarakat itu sebagai lahan dakwah kita. Jadi gaul dong. Jangan hanya gaul dalam
urusan yang nggak bener doang. Meskipun di faceboo kita juga dakwah, tapi jangan sampe dakwahnya hanya
di dunia maya aja. Ok?
Ketiga, suka membantu orang lain. Keberadaan orang lain di sekitar kita jangan dianggap sebagai
bilangan doang, tapi juga kudu diperhitungkan. Kalo mereka membutuhkan uluran kita, ya kita kudu peduli.
Sabda Rasulullah saw.: “Barangsiapa yang melapangkan suatu kesulitan di dunia bagi seorang mukmin,
maka Allah pasti akan melapangkan baginya suatu kesulitan di hari Kiamat.” (HR Muslim)
Keempat, menjalani lima perkara yang disukai para sahabat, yakni selalu bergabung dengan orang-
orang shaleh yang aktif, mengikuti sunnah Rasul saw., memakmurkan masjid, baca al-Quran, dan jihad fii
sabilillah.
Kelima, membaca. Kata Imam Ahmad: “Kebutuhan manusia terhadap ilmu pengetahuan itu porsinya
lebih besar daripada kebutuhan makan dan minum. Kebutuhan makan dan minum dalam sehari bisa dihitung,
tapi mencari ilmu adalah sebanyak tarikan napas kita. Ilmu akan menerangi jalan hidup kita.”
Jadi jangan sampe kita nyesel seumur-umur akibat kita menzalimi diri sendiri. Sebab, kita nggak
bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat, bila kita udah meninggalkan dunia ini.
Firman Allah Swt. (yang artinya): “Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim
permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertaubat lagi.” (QS ar-Rûm [30]: 57)
So, jangan sampe hidup kita hanya diisi dengan kegiatan yang nggak ada manfaatnya. Apalagi karena
kehidupan akhirat kita hanya membutuhkan bekal sebanyak mungkin amal shalih. Bukan amal salah. Yuk,
mulai sekarang tinggalkan segala aktivitas yang merugikan kita. Meski mungkin tampaknya aktivitas itu
bakalan nguntungin menurut penilaian kita; popularitas, harta, kesenangan dan sebagainya. Tapi kalo itu
maksiat kepada Allah, nggak ada artinya kan? Kalo aktif di facebook gimana? Manfaatkan seperlunya saja
(khususnya untuk dakwah). Jangan berlebihan dan jangan sampe kecanduan mengaktifkan facebook untuk
hal-hal yang miskin manfaat, apalagi maksiat. Setuju kan? [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 115
gaulislam edisi 142/tahun ke-3 (30 Rajab 1431 H/ 12 Juli 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Pengalaman adalah Guru Terbaik


B ro en Sis, tanggal 12 Juli 2010 ini adalah hari petama masuk sekolah ya? Sip deh. Bagi kamu yang
naik kelas, jadikan pelajaran kemarin untuk lebih baik lagi prestasinya. Kamu yang udah lulus
sekolah juga dan masuk SMA atau kuliah, jadikan pengalaman selama belajar sebelumnya untuk
evaluasi kita. Semoga menjadi lebih baik lagi segalanya.
Pepatah yang mengatakan bahwa “Pengalaman adalah guru yang terbaik”, kayaknya ada benarnya juga
lho. Sumpah. Saya sering ngalamin kejadian begitu. Bisa kejadian buruk atau baik. Keduanya bisa dijadikan
sebagai pengalaman untuk pelajaran pada waktu yang akan datang. Istilah kerennya sih, menjadi cermin gitu
deh. Jadi bisa ngukur. Bisa membandingkan. Misalnya, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Sebab,
hari-hari kemarin setelah dievaluasi ternyata kita banyak ngelakuin kesalahan. Sehingga kesempatan hari ini
dan hari esok harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Tidak mengulangi kesalahan apalagi menambah
kesalahan baru. Jadikan sebagai pelajaran berharga bagi kita. Insya Allah.
Begitu pula sebaliknya, kalo itu pernah ngalamin kejadian yang menyenangkan tentang sesuatu, maka
jadikan sebagai ukuran dan pelajaran berharga agar kejadian yang menyenangkan itu bisa terulang lagi, atau
bahkan bisa lebih menyenangkan lagi. Tul nggak sih? Itu semua belajar dari pengalaman.
Di dunia sepakbola, seringkali pengalaman bertanding yang banyak bisa mengalahkan teknik dan
strategi dari klub atau timnas yang belum pengalaman. Timnas Spanyol contohnya. Timnas Spanyol di Piala
Dunia 2010 ini sebagian dihuni pemain yang punya pengalaman bertarung di kompetisi Eropa sebelumnya.
Bahkan pernah menjuarai Piala Eropa 2008 yang di final mengalahkan Jerman melalui gol Fernando Torres.
Banyak pengamat soccer menyebutkan bahwa pasukan yang dibesut Vicente Del Bosque ini punya
pengalaman bertanding yang cukup. Pada semifinal Piala dunia 2010 melawan Jerman, Carlos Puyol dan
kawan-kawan berhasil memupus mimpi juara pasukan muda Jerman yang ditangani Joachim Loew. Jerman
menyerah. Maklum, pasukan mudanya, meski pada Piala Dunia 2010 menunjukkan agresivitas yang oke
ketika melumat Inggris dan Argentina dengan skor telak, tapi sejatinya pengalaman bertanding mereka
sangat kurang, apalagi melawan timnas yang dihuni para pemain berpengalaman dalam kompetisi tersebut.
Ngomongin soal pengalaman yang saya alami sendiri. Saya juga punya cerita lho. Kayaknya nggak seru
kali ya kalo sampe saya pendem terus tanpa ada yang tahu. Begini ceritanya. Saya kadang agak nggak enak
ati kalo ditanya sama peserta bedah buku atau acara talkshow lainnya yang saya isi: “Kang Oleh, gimana
sih bisa nulis seperti di buku yang Kang Oleh tulis tersebut. Bahasanya lincah, mudah dipahami, ringan,
inspiratif dan menghibur serta tanpa menggurui.” (perhatian: ini bukan narsis, tapi menyambung lidah
beberapa peserta diskusi pada acara bedah buku saya. Yuhuuu! Hehehe…)
Menjawab pertanyaan yang cukup panjang ini, saya biasanya menjawab singkat saja: “Pengalaman.” Di
antara mereka ada yang belum ngeh. Sehingga saya harus jelasin lagi. “Iya, saya bisa nulis seperti itu
butuh waktu, butuh proses, dan juga kesabaran dan keuletan. Termasuk tentunya pengorbanan uang,
tenaga, dan juga waktu.”
Karena menulis adalah keterampilan, saya ibaratkan belajar menulis seperti kita sedang belajar naik
sepeda. Udah nggak keitung deh berapa kali saya jatuh dari sepeda, dapet pinjem, lagi. Saya pinjem sepeda
dari adiknya nenek saya (berarti kakek saya juga istilahnya ya?) waktu di kampung halaman dulu. Saking
pengen bisanya naik sepeda, saya paling bersemangat kalo adiknya nenek saya sowan ke nenek saya.
Sepeda onthel yang biasa dinaikinya saya pinjem. Beliau baik banget dan tanpa ragu minjemin walaupun udah
saya bilang untuk belajar dan udah tahu risikonya.
Wah, kebayang kan gimana jadinya tuh sepeda? Lampu depannya pernah copot, rantainya pernah
lepas, pedalnya juga sempat ilang bautnya sehingga nyaris lepas. Itu terjadi karena saya sering kompakan
jatuh bareng sepeda tersebut. Kalo sepedanya aja sampe babak belur gitu, tentu yang naiknya lebih parah
lagi. Tapi demi cita-cita mulia (idih, cita-cita mulia, man!) pengen bisa mengendarai sepeda, lutut berdarah-

| www.gaulislam.com | 116
darah, tangan baret-baret sampe badan pegal-pegal karena “jatuh-bangun” nggak terlalu dirasakan, apalagi
dipikirkan. Jalan aja terus demi keinginan kuat: lihai naik sepeda.
Pengalaman “jatuh-bangun” itu saya jadikan sebagai pelajaran. Saya akhirnya bisa mengatur
pengereman sepeda. Nggak tiba-tiba atau sekaligus direm. Tapi pelan-pelan. Cara belokkin stang, cara
ngayuh alias ngegowes, dan terutama belajar keseimbangan badan saat mengendarai sepeda tersebut.
Pengalaman jatuh itu pula yang kemudian membuat saya jadi lebih hati-hati di kemudian hari. Akhirnya, saya
bisa naik sepeda.
Menulis juga sama. Pengalaman saya waktu pengen bisa nulis itu lumayan perih juga. Jangankan
komputer, mesin tik aja nggak punya. Tapi semangat saya untuk bisa menulis lebih besar dari kendala yang
saya hadapi. Maka, tak putus dihadang kondisi, saya cari cara untuk bisa belajar nulis. Cara yang paling
mudah itu adalah menulis pake pulpen di kertas kosong yang saya miliki. Hasilnya, banyak catatan di buku
hasil karya saya dalam menuangkan gagasan lewat tulisan, termasuk catatan utang ke warung nasi juga
ada di situ. Hehehe… Itu saya lakukan setelah belajar pelajaran sekolah ketika duduk di bangku SMA. Jadi
malam hari biasanya saya berlatih menulis. Menulis apapun sesuka saya, karena yang terpenting saya bisa
menuangkan gagasan melalui tulisan.
Hanya saja, karena tulisan tangan saya itu mengalahkan cara dokter menulis resep, maka saya
seringnya malah nggak bisa baca tulisan sendiri. Wacks! Bener. Maka, karena saya pikir kurang efektif,
mulailah saya menulis pake mesin tik hasil pinjam dari teman saya. Jadi deh, saya yang paling sering minjem
tuh mesin ketik. Satu halaman, dua halaman saya tulis. Dan, sejumlah itu pula saya buang tulisan tersebut
karena saya merasa nggak sreg dengan tulisan saya sendiri. Rasanya memang jelek. Susunan katanya
acak-acakan, nggak jelas ujung-pangkalnya, dan solusinya nyaris nggak ada. Halah!
Saya nggak peduli walau harus susah payah menulis dan membuang tulisan yang saya pikir kurang
bagus. Terus dan terus begitu untuk berlatih menulis. Sambil tentunya saya mengasah wawasan menulis
dari para penulis terkenal waktu itu melalui buku-buku mereka yang saya beli maupun pinjam dari teman.
Wawasan dan keterampilan menulis saya akhirnya makin terlihat karena seringnya berlatih. Saya ‘contek’
gaya menulisnya Bung Emha Ainun Nadjib dari beberapa bukunya, di antaranya: Markesot Bertutur, Slilit
Sang Kiai, Secangkir Kopi Jon Pakir, Dari Pojok Sejarah dan lain sebagainya. Selain Bung Emha, karya-karya
lain juga saya baca seperti karya Bang Eka Budianta. Maka, proses belajar menulis saya mendapatkan
pengalaman berharga dari para penulis terdahulu yang karyanya saya baca tersebut. Sungguh pengalaman
belajar yang sangat langka dan memberikan pengaruh besar dalam upaya saya meniti karir menjadi seorang
penulis.
Itulah mengapa saya berkeyakinan, bahwa saya bisa menulis seperti sekarang adalah memang karena
pengalaman. Yup, bahwa pengalaman adalah guru terbaik yang bisa dijadikan ukuran dan bahan evaluasi
dalam belajar meniti kesuksesan yang kita idamkan. Percayalah. Tak ada orang yang langsung bisa.
Semuanya melewati proses, butuh waktu, butuh pengorbanan, dan jangan takut melalui kendala dan
halangan-halangan. Bahkan bila perlu banyak mencoba hal baru untuk mencari pengalaman. Sebab, bukan
mustahil hal baru itu akan memberikan pengalaman berharga bagi kita. Siapa tahu kan?

Jangan ragu, cobalah hal baru


Bro en Sis, waktu saya kelas 3 sampe kelas 5 SD (tahun 1983-1985), sering banget diajak sama
ayah saya naik bis ke Jakarta. Paling nggak sebulan sekali. Maklum, ayah saya adalah seorang sopir bis
AKAP (Antar Kota Antar Propinsi), trayeknya Kuningan-Jakarta. Dulu mah belum ada jalan tol Jakarta-
Cikampek. Terus terminalnya juga masih di Cililitan. So, jauh banget kan? Bisa seharian di bis untuk
perjalanan PP. Berangkat abis subuh, pulang lagi ke rumah menjelang isya. Lelah banget. Tapi, kelelahan
saya itu terbayar dengan banyaknya pengalaman merasakan jauhnya perjalanan dan apa saja yang bisa
dilihat di jalan. Lalu yang paling seneng dan membahagiakan adalah ketika menceritakan pengalaman
tersebut ke teman-teman saya. Mereka sih terbengong-bengong aja sambil berusaha ngebayangin tentang
kota Jakarta yang saya ceritakan.
Oya, sejak kecil saya termasuk senang ‘bertualang’ dengan hal baru. Selain pengalaman pergi ke kota
dengan ayah naik bis, pengalaman belajar naik sepeda, saya juga sama ibu saya diajarkan untuk berjualan.
Nah, saya waktu SD kelas 3 sampe kelas 6 setiap bulan Ramadhan pasti dikasih modal sama ibu saya untuk
jualan. Jualannya juga keren. Mungkin kalo dulu saya udah kenal Adnan Kasoghi--pedagang senjata saat
perang Iran-Irak itu—boleh juga masok barang dari dia. Ciee.. maklum waktu itu ibu saya modalin saya untuk
berjualan petasan! Hehehe…
Sebulan penuh saya jualan petasan. Saya udah belajar prihatin sejak SD. Itu semua jadi pengalaman
saya. Banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan. Mulai bagaimana mencari tempat belanja dan

| www.gaulislam.com | 117
barang yang murah, jenis petasan yang sedang jadi tren, sampe gimana masarin petasan itu agar lebih laku
dijualnya. Belanjanya bareng ibu saya. Seminggu dua kali ke pasar. Jualan tiap hari mulai jam 4 sore.
Sekalian ngabuburit. Waktunya buka puasa sampe shalat tarawih dan ikut tadarusan di masjid saya nggak
jualan. Setelah itu sampe sekitar jam 10-an malam dilanjutkan lagi jualannya. Wah, seru deh. Saya yang
jualin petasan, teman-temen saya yang ngebakarnya. Saya dapet duitnya. Temen-temen yang ‘ngasih’ duit
ke saya. Dikumpulin tuh duit sampe lebaran. Jadi, ketika temen-temen dibelikan pakaian baru sama ortunya,
saya malah bisa membeli pakaian sendiri selain yang dikasih dari ortu, plus bisa jajan di hari lebaran dan
masih bisa nabung. Seneng banget deh. Ini kok jadi nostalgia ya? Halah!
Kebiasaan saya jualan kebawa juga sampe di SMA. Saya kebetulan sekolah di sekolah kejuruan kimia di
Bogor, tapi karena padat dan harus konsentrasi belajar, saya baru bisa jualan mulai kelas 4, berarti tahun
terakhir sekolah di sana. Waktu itu memang terdesak juga dengan kebutuhan hidup karena uang kiriman
dari ortu di kampung sering telat dan kalo pun udah keterima, eh nggak nyampe hitungan sebulan uang
tersebut udah habis. Bukan karena boros, tapi karena SPP di sekolah tersebut menurut saya cukup malah
dan biaya hidup sebagai anak kos termasuk gede, lho. Apalagi jumlah uang yang dikirim juga ngepas banget.
Maka, saya jualan nata de coco deh demi nambah-nambah uang saku. Barangnya saya ambil dari guru ngaji
saya yang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Bogor yang juga wirausahawan. Duh, seru deh
pokoknya. Itu yang harus saya lakukan jika tak ingin bokek di kota yang jauh dari ortu saya. Ya, saya
menyadari karena saya anak pertama dan adik saya ada 5 orang yang juga masih sekolah dan ortu udah
cerai. Jadi, saya yang harus berjuang lebih keras dibanding adik-adik.
BTW, ini sekadar berbagi aja ya. Bahwa pengalaman yang kita alami akan menjadi modal berharga bagi
kehidupan kita di kemudian hari. Sampai sekarang pun, saya masih selalu mencoba dan ingin mendapatkan
pengalaman baru. Maka, selain menjadi penulis, saya juga jualan buku saya dan pernah juga buku orang lain.
Seru juga sih. Sebab, dengan menjalani aktivitas ini, saya jadi bisa dapetin pengalaman gimana berhubungan
dengan pembaca atau konsumen lainnya. Saya bisa mengeksplorasi keinginan pasar, selain tentunya jadi
banyak kenalan dan relasi dalam bisnis.
Bro en Sis, jangan pernah ragu untuk mencoba hal baru. Baik dalam kondisi “normal” alias nggak ada
masalah lain yang mengharuskan terjun ke situ, maupun karena terpaksa mencoba hal baru itu dengan
alasan terdesak kebutuhan hidup. Insya Allah pengalaman yang akan didapat menjadi sangat berharga.
Dalam kondisi seperti ini, kita nggak bisa terus ngandelin ijazah atau gengsi karena menekuni pekerjaan
yang bertolak belakang dengan keahlian bidang akademik yang diajarkan di sekolah atau perguruan tinggi
tempat kita belajar.
Pengalaman memang guru yang terbaik. Sensasinya akan memberikan tambahan wawasan, tambahan
informasi, dan tambahan inspirasi dalam menjalani kehidupan kita. Tak perlu ragu atau bimbang. Yakin
sajalah. Karena tak ada yang sia-sia dengan pengalaman yang kita jalani jika kita mau mengambil hikmahnya,
mengambil pelajarannya dan menjadikan sebagai evaluasi untuk kemajuan kita di masa yang akan datang.
Jangan diam, ayo bergerak. Lakukan apa yang memang bisa kita lakukan. Kerjakan dengan ikhlas, kerjakan
dengan keras, lakukan hingga tuntas dan tak kenal lelah. Juga, resapi setiap jengkal pengalaman hidup
sebagai sesuatu yang sangat luar biasa yang akan mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik dan meraih
ridha Allah Swt. Percayalah!

Tips singkat nih


Pertama, nikmati hidup dengan penuh ketenangan dan kesadaran. Yakinlah, bahwa kehidupan yang kita
jalani tak selamanya lurus. Pasti ada saatnya melalui jalan berliku dan terjal. Kaki kita mungkin untuk
kesekian kalinya harus terpeleset dan membuat tubuh kita terjerembab. Tapi, nikmatilah dengan tenang dan
sadar. Bangkit kembali dan jangan down! Ketenangan akan membuat kita bisa mencari jalan keluar.
Kesadaran akan memberikan dorongan bahwa apa yang kita alami adalah nyata, dan perlu waspada
sehingga tidak terlena atau malah terpuruk. Jalani saja apa adanya sambil mencari solusi. Hadapi
kenyataan sambil menghayati pengalaman apa yang akan menjadi pelajaran dalam hidup kita.
Kedua, berbagilah dengan yang lain. Ini penting lho. Sebab, dengan berbagi pengalaman kepada orang
lain kita jadi merasa ada teman dan insya Allah sebagai ladang amal dan pahala karena bisa memberikan
manfaat atau inspirasi bagi orang lain. Siapa tahu, mereka akan belajar dari pengalaman hidup kita. Susah
atau senang, sedih atau gembira. Ceritakanlah. Bila perlu secara total.
Ketiga, ambil hikmahnya. Sebagian dari kita mungkin sering merasakan berbagai peristiwa yang
dialami, tapi jarang yang bisa mengambil hikmahnya. Cobalah sejenak untuk berhenti. Renungkan perjalanan
atau peristiwa yang kita alami. Ambil hikmahnya, jadikan sebagai pengalaman berharga. Agar ke depannya

| www.gaulislam.com | 118
lebih baik dan lebih baik lagi. Insya Allah. So, tetap semangat menatap masa depan ya. Kita raih ridho Allah
Swt. untuk kemuliaan hidup kita. [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 119
gaulislam edisi 143/tahun ke-3 (7 Sya’ban 1431 H/ 19 Juli 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Unlimited Liability
B uat new comer seperti kamu alias siswa anyar pasti baru aja bisa bernapas lega setelah
’disambut’ serangkaian acara MOS di sekolah baru. Mudah-mudahan udah nggak ada lagi
perploncoan yang keterlaluan. Kalo masih ada praktiknya di sekolah baru kamu, wajib tuh dilaporin
ke Disdik di daerahmu. Coz, udah nggak musim yang kayak gitu. Lagian nggak mendidik. Alhamdulillah, saya
liat di beberapa sekolah konten acara MOSnya tahun ini mulai terkemas baik dan lebih bermakna. Salah
satunya ada sesi training motivasi The Spirit of Soul dari saya dan temen-temen Segi3 Learning Centre,
lho (wew, iklan niye). Tema training motivasi yang diangkat pun sama persis dengan judul di atas.
Sobat muda, kalo ngomongin sekolah saya jadi inget film India yang baru saya tonton sekitar dua
minggu yang lalu. File filmnya dikasih sama temen yang dia copyin ke USB saya. Saking banyaknya temen
yang merekomendasikan buat nonton film ini, akhirnya terpaksa saya tonton (padahal hobi) dan kemudian
dapet beberapa pelajaran berharga dari film yang berjudul “3 Idiots” ini.
Btw, kamu udah nonton belum, pren? Kalo belum, hitung-hitung refreshing ba’da MOS saya ceritain
deh sedikit. Buat kamu yang ngerasa kakak kelasnya boleh juga kok ikutan baca. Pengen tahu apa pelajaran
dari film tersebut? Klik...

All iz well...
“3 Idiots” adalah film yang mengisahkan 3 orang mahasiswa yang kuliah di jurusan teknik dengan
motivasi yang berbeda. Adalah Rancho alias Phunshuk Wangdu yang diperankan aktor muda India Aamir
Khan (yang sepintas mirip ex-pemeran film Spiderman 1-3) dan kedua temannya, Farhan dan Raju
(dibintangi R. Madhavan dan Sharman Joshi), 3 sekawan yang banyak mengajarkan kepada penonton
tentang hakikat persahabatan, belajar, dunia pendidikan, cita-cita, pilihan hidup, dan cinta. Tak ketinggalan
Kareena Kapoor yang memerankan tokoh Pia, putri rektor, ikut melengkapi jalan ceritanya yang di akhir film
ternyata berjodoh dengan Rancho. Prikitiw.
Meski film produksi Vinod Chopra ini sarat nilai, tapi tetap saya punya catatan minus buat film ini.
Beberapa bagian memang perlu diedit karena nggak pantas dilakukan sebagai seorang terpelajar. Apalagi
kalo kita muslim. Jadi kudu pinter pilah-pilih yang tepat.
Ok. Semua berawal dari Rancho, mahasiswa yang sebenarnya jenius walau kadang kelewat keblinger
sampe disangka idiot oleh para dosen dan teman-temannya. Ia adalah sosok manusia pembelajar sejati yang
sangat menikmati proses pendidikan yang dilakoninya. Semenjak kecil ia memang sangat bersemangat
belajar. Ia bahkan mampu menuntaskan soal-soal kelas 10 saat masih duduk di kelas 6. Kepandaiannya
itulah yang mengantarkannya diterima di kampus favorit yang ia cita-citakan sejak dulu. Nggak aneh kalo
akhirnya ia selalu jadi peringkat 1 dan setelah lulus kuliah berhasil menjadi ilmuwan besar dengan nama asli
Phunshuk Wangdu yang memiliki 400 paten karya ilmiah plus memiliki sekolah keren yang menerapkan
teknologi terpadu dalam pembelajaran.
Sementara kedua rekannya, adalah mahasiswa yang terpaksa harus kuliah di jurusan teknik karena
tuntutan keluarga. Farhan kuliah disitu karena tuntutan sang ayah yang menginginkannya menjadi seorang
insinyur. Padahal ia tidak menyukai bidang itu, dan lebih tertarik pada fotografi. Jadilah ia selama kuliah
mendapatkan posisi dan nilai terbawah. Tapi karena keberanian yang diajarkan Rancho, nyaris di akhir
studinya, ia memberanikan diri untuk meyakinkan, menyampaikan keinginannya menjadi fotografer wild
animal plus berhenti kuliah kepada ayahnya yang sangat berharap ia menjadi insinyur. Keyakinan dan doa
restu orangtuanya itulah yang kemudian membawa ia menjadi fotografer handal.
Setali tiga uang, nasib Raju juga nggak jauh beda dengan Farhan. Ia terpaksa kuliah di jurusan teknik
karena tuntutan ekonomi keluarga. Ia berasal dari keluarga sangat miskin. Kalo ia berhasil menjadi insinyur,
terus bekerja, pasti dapet gaji besar sekaligus bisa ngangkat ekonomi dan martabat keluarga. Itu yang jadi

| www.gaulislam.com | 120
harapan besar orang tuanya. Makanya selama kuliah ia merasa terbebani dan selalu dilanda ketakutan
bilamana gagal mewujudkan impian dan harapan dari orang-orang tercinta. Nggak usah tanya gimana
prestasi akademisnya. Ya agak lumayan lah dibanding temennya yang tadi. Persis 1 tingkat di atas Farhan.
Mereka berdua memang terkenal ’istiqomah’ dalam mempertahankan prestasi dan posisi terbawah selama
kuliah. Don’t try this at school ya.
Raju sebenarnya terancam DO gara-gara bikin onar di rumah rektornya dalam keadaan mabuk
bersama Rancho dan Farhan, yang mengantarkannya lumpuh sementara setelah loncat dari lantai 3
rektorat. Tapi peristiwa itu ternyata merubah hidup Raju secara drastis. Ia sadar, sembuh kembali normal,
menjadi lebih baik dan optimis sehingga berhasil diterima bekerja di sebuah perusahaan besar meski kalo
diliat dari nilai akademisnya mustahil terjadi. Lagi-lagi, semua berkat advice Rancho, sahabat sejati mereka.
Sobat muda, menurut saya banyak yang menarik dari sosok Rancho dalam film tersebut. Nilai
persahabatan yang diangkat lumayan mantap. Ia pun mengajarkan bahwa kesuksesan diawali oleh motivasi
belajar yang luar biasa. Ia begitu mencintai ilmu. Hingga menganggap bahwa belajar lebih dari sekedar
kewajiban. Ya, belajar adalah sebuah bentuk pertanggungjawaban hamba kepada Robbnya untuk terus
memperbaiki diri dan bermanfaat bagi sekitar tanpa ada batasan ruang dan waktu selama hayat masih
dikandung badan. Inilah yang saya istilahkan dengan Unlimited Liability. Kalo di dunia pendidikan dikenal
dengan istilah Long Life Education (pendidikan sepanjang hayat). Kesimpulannya hidup adalah belajar, dan
belajar untuk hidup. Kesadaran inilah yang sejatinya mutlak ada serta dimiliki oleh setiap kita sebagai
manusia pembelajar. Termasuk juga kamu yang baru aja mulai start lagi untuk mengitari ‘sirkuit’ pendidikan
sampe nanti kamu jadi orang besar dan dipanggil Yang Mahakuasa. Bukankah kata nabi menuntut ilmu itu
dari sejak buaian ibu hingga ke liang lahat?
Rancho juga mengajarkan agar kita kritis terhadap metode dan sistem pendidikan yang berlaku saat
ini yang lebih membentuk pelajar menjadi tak ubahnya seperti mesin dan kehilangan kemanusiaannya. Siswa
terkesan ’dipaksa’ untuk mengikuti kemauan orang tua dan sekolah tanpa mempedulikan potensi yang
dimiliki sebenarnya oleh sang anak. Jadilah produk pendidikan itu seperti robot, cerdas intelektualnya
namun tidak berhati. Orientasi pendidikan hanya tertuju pada sesuatu yang bernilai material. Ya, apalagi
kalo bukan harta, tahta, dan manusia. Cukup hanya bisa bekerja dengan posisi terpandang dan
berkelimpahan kekayaan. Padahal pendidikan itu bukan hanya untuk hidup kita saat ini di dunia, melainkan
juga untuk hidup kita yang kedua dan abadi kelak di akhirat. Berarti, ada yang salah dalam kurikulum
pendidikannya. Nah, lho.
Yang menarik, Rancho mengajarkan mengenai manajemen konflik kepada kita. Kalimat sugesti yang
nyaris mirip mantra dan selalu ia ajarkan kepada banyak orang manakala berhadapan dengan masalah adalah
all iz well yang maksudnya semua akan baik-baik saja. Dalam Islam, kita juga telah diajarkan lho. Firman
Allah Swt. (yang artinya): “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
(QS al-Baqarah [2]: 286)
Jadi, nggak usah takut menghadapi hidup dan masalah. Karena pada hakikatnya hidup adalah masalah.
Dan yang perlu kita syukuri adalah karena masalah itulah kita bisa hidup dengan tegar. Bukankah selama
kita tetap berada di jalan yang benar, semua akan baik-baik saja?

Mau dibawa ke mana?


Bukan maksud nulisin judul lagunya Armada yang lagi kamu suka. Kali ini saya agak serius neh. Sebait
pertanyaan itu saya ingin sodorkan pada pembaca dan sobat muda sekalian. Kita harus mengakui kalo
selama ini tanpa sadar kita udah ngelakuin kesalahan dalam proses pendidikan. Betapa sering kita
meniatkan proses belajar hanya untuk keuntungan duniawi saja. Betapa sering kita punya motivasi dalam
belajar yang keliru dan kadang untuk mengejar prestise (strata sosial) semata. Dan betapa sering kita
belajar dengan tujuan yang nggak jelas juntrungannya. Lalu, hendak dibawa ke manakah diri dan hidup kita?
Niat, motivasi, dan tujuan yang salah sudah pasti akan menghasilkan suatu kesalahan. Begitu pun bila
sebaliknya. Hati-hatilah terhadap ketiga hal ini. Karena Nabi Saw. mengingatkan: “Segala sesuatu
tergantung dari niat. Dan tiap-tiap orang akan mendapatkan sesuatu dari apa yang diniatkan...” (HR
Bukhari dan Muslim)
Idealnya sebagai muslim dalam mengenyam pendidikan selalu bermuara pada ridho Allah semata. Niat,
motivasi, dan tujuan belajar hanya untukNya. Di sinilah konsep Islam mengenai iman-ilmu-amal harus kita
aplikasikan secara nyata. Seorang bijak pernah berkata, jangan belajar untuk mencapai sukses tapi
belajarlah untuk membesarkan jiwa. Ya, sekolah adalah tempat untuk kita dapat menemukan jati diri
kemanusiaan agar memiliki jiwa besar dengan keyakinan penuh kepada Allah Rabbul ‘Izzati dengan proses
pembelajaran yang bermakna. Lalu kedewasaan pun akan menghampiri kita.

| www.gaulislam.com | 121
Sekarang saatnya menata diri, hati, dan hari dengan rencana dan aktivitas bermanfaat dan terarah.
Nikmati perjalanan pencarian makna hidup kita dengan Islam sebagai guide-nya. Jangan lewatkan setiap
momen hidup kita untuk terus dicari plus ditemukan hikmahnya. Dan songsong keberhasilanmu dalam
naungan rahmat, berkah, dan ridhoNya selalu. Salam Mumtaz! [anto apriyanto, the spirit of soul |
anto.mumtaz@gmail.com]

| www.gaulislam.com | 122
gaulislam edisi 144/tahun ke-3 (14 Sya’ban 1431 H/ 26 Juli 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

“3 Hati 2 Dunia 1 Cinta”


S udah pernah nonton film “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta” belum? Kalo belum, nggak usah malu. Itu karena
film ini isinya nggak penting alias nggak bermutu. Tema yang diangkat oleh film ini adalah hubungan
cinta beda agama antara laki-laki muslim dengan perempuan non muslim. Diceritakan dalam film
tersebut tentang cinta sepasang remaja yang berbeda keyakinan. Antara Rosid dan Delia. Rosid adalah
seorang seniman keturunan Arab sedangkan Delia adalah seorang penganut Kristen Katolik. Film ini
diangkat dari sebuah novel berjudul “The Da Peci Code”. Dalam film ini tokoh Rosid yang kribo diperankan
oleh Reza Rahadian. Dalam film ini juga turut bermain Laura Basuki dan Arumi Bachsin.

Campur aduk hak dan batil


Usaha musuh-musuh Islam untuk mengalahkan kaum muslimin begitu kreatif. Anak-anak muda yang
cenderung suka having fun dicekoki dengan film yang mengarahkan ke tujuan tertentu. Tak bisa meraih
tujuan dengan cara biasa, maka diambillah langkah tak biasa. Toleransi semu yang seringkali digembar-
gemborkan misalnya ajakan untuk merayakan hari raya agama lain tak berhasil, maka dicarilah cara lain.
Salah satunya adalah dengan memberikan topik ringan yang disuka kaum muda yaitu tema cinta.
Toleransi semu yang melibatkan perasaan, seringkali menjebak banyak kaum muda. Jiwa muda yang
menggelora dan meledak-ledak apalagi untuk urusan cinta menjadi begitu mudah dimanipulasi. Sudah pada
dasarnya orang yang jatuh cinta itu seringkali logikanya meluncur ke level paling rendah, ditambah lagi
dengan cinta buta terhadap lawan jenis beda keyakinan. Top dah, cinta buta bin tolol yang pernah ada di
dunia.
Gula Jawa rasa coklat, logika miring orang jatuh cinta. Tapi ini masih mendinglah, daripada tahi kucing
rasa coklat. Ini logika orang gila yang kehilangan indra perasa. Tapi di antara itu semua, ada yang kehilangan
akal sehat melebihi sekadar kehilangan indra perasa seperti perumpamaan di atas. Yaitu ketika jatuh cinta
pada seseorang beda keyakinan, dinasehatin tetap saja ngeyel, bahkan suka memutar balik ayat hanya
sekadar mencari pembenaran plus durhaka sama orang tua demi cinta buta. Pesan-pesan seperti inilah
yang berusaha ditanamkan dalam film ini.
Sobat muda, hubungan “cinta-kasih” beda agama itu bukan masalah sepele. Bukan cuma melibatkan
hati dan perasaan saja, tapi lebih ke berbagai aspek luas lainnya. Di sini nanti akan bersinggungan dengan
yang namanya etika pergaulan antar lawan jenis. Bila berhubungan dengan seseorang yang beda keyakinan,
akan ribet urusannya karena si dia pasti terheran-heran bahwa ada agama yang begitu mengatur secara
detil tentang pergaulan. Belum lagi terkait juga dengan keberatan dari kedua belah pihak karena itu
nantinya pihak keluarga harus siap menerima calon anggota keluarga yang berbeda keyakinan, dan itu tidak
mudah. Yang paling penting adalah terkait dengan akidah yang ini urusannya sama sekali tidak bisa
dipandang enteng. Dunia dan akhirat, Bro!
Telah jelas yang hak dan yang batil itu. Adanya hubungan beda keyakinan ibarat mencampur air susu
dengan air comberan. Apakah kamu mau meminum air yang sudah terkontaminasi ini? Boro-boro disuruh
minum, mendengarnya saja kamu pasti sudah jijay bajay alias ogah banget. Seperti ini juga gambaran orang
yang menjalin hubungan asmara dengan beda keyakinan. Bila perempuannya muslimah dan laki-lakinya non
muslim, hubungan seperti ini sudah jelas haram. Ikatan mereka tidak sah, bahkan hubungan suami istri
mereka statusnya sama dengan berzina. Naudzubillah.
Bila yang laki-lakinya muslim dan perempuannya non muslim, memang ada sedikit perbedaan pendapat
di kalangan ulama dalam masalah ini. Perbedaan pendapat inilah yang sepertinya dimanfaatkan oleh orang-
orang liberal yang berada di balik pembuatan film “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta” untuk dibidik dalam melemehkan
keyakinan pemuda muslim lainnya. Ada pendapat yang membolehkan bila laki-lakinya muslim, karena dialah

| www.gaulislam.com | 123
yang akan menjadi imam dalam keluarga. Diharapkan ia bisa memimpin istri dan anak-anaknya agar masuk
Islam bersama-sama. Tapi bagaimana bila kenyataan berbicara sebaliknya? Hmm...

Pemurtadan terselubung
Banyak kasus terjadi, laki-laki tidak bisa membuat istrinya yang beda agama agar mau memeluk Islam.
Sebaliknya, si suami malah terseret murtad karena bujuk rayu mulut perempuan non muslim yang telah
menjadi istrinya itu. Si suami pun mudah tergoda dengan alasan demi keutuhan rumah tangga dan anak-
anak. Bukannya menyelamatkan keluarga dari siksa api neraka seperti yang diperintahkan dalam al-Quran, si
suami malah dengan sukarela akhirnya menapak jejak yang mendekatkannya pada neraka jahanam.
Firman Allah Swt. (yang artinya): “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izinNya.
Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-perintahNya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.” (QS al-Baqarah [2]: 221)
Yang sudah menikah saja kasus seperti ini banyak, apalagi yang belum menikah. Selain pemurtadan,
kedua pasangan ini akan banyak melanggar etika pergaulan dalam Islam. Misalnya saja berkhalwat atau
berdua-duaan dengan non mahram alias mojok berdua sebagaimana pada umumnya aktivitas pacaran.
Masa’ iya hubungan dengan seorang non muslim diajak berta’aruf yang islami? Pastilah akan banyak
pertanyaan dan keberatan yang menyertai. Tidak bisa tidak, memahamkan secara akidah harus diberikan
sebelum sampai pada etika hubungan dengan lawan jenis. Nah, bisakah ini dilakukan?
Kamu jangan lupa juga bahwa seringkali orang yang nekat menjalin hubungan asmara beda agama
adalah mereka yang cenderung tidak paham terhadap Islam. Bila pun mereka mengaku paham, sebetulnya
mereka cuma hapal tanpa tahu konteks makna dalil yang dihapalkan itu. Hal ini banyak menimpa mereka
yang sok hapal plus sik tahu banyak dalil kemudian dengan sombongnya memutar balik ayat. Bahkan ada
juga seorang yang mengaku dirinya ulama, anak perempuannya malah menikah dengan non muslim
keturunan yahudi. Bahkan dia sendiri yang menjadi wali bagi anaknya yang itu artinya dia restui poerzinaan
tersebut. Sebab, menurut hukum Islam, haram seorang muslimah menikah dengan orang musyrik dan
kafir.
Upaya para manusia yang mengaku dirinya ulama dan cendekiawan muslim ini jelas-jelas merusak.
Mereka mempunyai makar, tapi rencana Allah jauh lebih dahsyat untuk menggagalkan upaya liberalisasi ide
Islam ini. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas
tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali Imraan [3]: 54)
Bro en Sis, mereka sering kalah dan gagal ketika duduk berdialog dengan ulama dan cendekiawan Islam
yang lurus. Karena gagal di ranah ilmiah inilah, akhirnya ada orang-orang yang seide dengan para sekularis
bin liberalis ini mengangkatnya dengan tema hiburan berupa film. Cemen banget dah!

Be careful!
Setelah mendapatkan wawasan baru tentang upaya musuh-musuh Islam dalam merusak generasi
muda muslim, kamu kudu waspada. Nonton film tersebut sih boleh-boleh saja, tapi kamu kudu siap dengan
saringan atau filternya. Apaan tuh filternya? Tentu saja Islam dong. Emang ada filter yang lain selain Islam?
Jawabnya tak ada filter yang mampu menyaring sampah-sampah ide kotor semisal toleransi semu ala
sekularis kecuali Islam saja.
Nonton film tak sekadar nonton film. Karena setiap perbuatan anak manusia akan
dipertanggungjawabkan di yaumul akhir nanti, maka berbuatlah bijaksana meskipun hanya untuk nonton film
ini. Seharusnya setelah membaca uraian di atas, kamu bisa menyikapi dengan bijak isi film tersebut dan
menangkap makna tersirat dalam upaya melegalkan kawin campur beda keyakinan yang merusak itu. Kamu
semakin kritis dan cerdas, plus juga makin hati-hati dalam memilih tontonan.Ingat, fungsi tontonan saat ini
sangat berpeluang besar untuk menjadi tuntunan alias ditiru oleh para penontonnnya.
Jangan sampai kamu terjerumus! Menonton film apalagi yang merusak akidah dan pemahaman, kudu
hati-hati banget. Perkuat dulu keimanan dan wawasan keislaman kamu. Jangan sampai niat hati mau cari
hiburan tapi malah menjerumuskan. Begitu juga dengan teman-teman kamu yang biasanya pada demen
nonton film. Paling tidak pelajari dulu isi film, pahamkan tentang muatannya yang merusak akidah dan
mengajak pada kebatilan, baru deh nonton filmnya penuh dengan kekritisan khas pemuda muslim yang
cerdas.

| www.gaulislam.com | 124
Kalau ini yang kamu lakukan, so pasti keimanan dan kecerdasan kamu bakal makin meningkat, insya
Allah. Wawasan ini tak boleh hanya diketahui oleh kamu sendiri saja. Sebarkan isi artikel ini sehingga akan
banyak generasi muda muslim yang terselamatkan pemikirannya. Karena hubungan beda agama, jelas-jelas
tak membawa manfaat apa pun bagi pelakunya. Selain aktivitasnya yang notabene mendekati zina dengan
pacaran, sangat berpeluang mengajak kamu kepada meragukan keyakinanmu sendiri yang nantinya bisa
berakibat murtad. Be careful! So, hubungan “cinta-kasih” beda agama? NO WAY! Catet ya! Sip deh. [ria:
riafariana@gmail.com]

| www.gaulislam.com | 125
gaulislam edisi 145/tahun ke-3 (21 Sya’ban 1431 H/ 2 Agustus 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Jangan Ada Cinta di Facebook!


L ah kok facebook lagi? Haduh-haduh! Jangan kaget gitu dong. Bagi pembaca setia buletin remaja
gaulislam pasti tahu kalau kita udah pernah buat tema yang sama mengenai facebook. Ups! Meskipun
demikian jangan menilai artikel ini monoton atau itu-itu aja. “Emang apanya yang beda?” ya beda lah
kali ini kita nggak bahas facebook tapi kita bahas FB. “Lah sama aja itu sih!” haha bukan ding. Kali ini kita
akan bahas facebook dari segi C.I.N.T.A. “Kayak judul lagu?” nggak apa-apa ya? Heup! Serius donk! Kapan
mulainya, nih!
Situs jejaring sosial facebook bisa dibilang semua orang udah familiar dengan situs ini. Penggunaan
jejaring sosial di internet ini baru meningkat pesat di Indonesia pada tahun 2008 meninggalkan situs
jejaring yang populer sebelumnya, Friendster. Wuihh fenomenal kan. Gimana nggak, tukang siomay aja
punya akun facebook. Berdasarkan statistik pertumbuhan, pengguna facebook di Indonesia meningkat
645% sejak 2008 hingga 2010. Sebanyak 831.000 user di akhir tahun 2008. Meningkat pesat pada
pertengahan tahun 2010 ini menjadi lebih dari 21 juta user. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara
dengan tingkat pertumbuhan pengguna tertinggi di Asia dan hingga tahun 2010. Tumbuh tertinggi kedua di
Asia setelah Malaysia.
Facebook memang situs asik yang mudah digunakan untuk bertukar pikiran. Namun, facebook atau
yang popular disingkat FB juga banyak menuai masalah. Beberapa di antaranya berita penculikan yang
berawal karena perkenalan melalui FB. Kasus pencermaran nama baik, kasus perzinaan. Tetapi belakangan
si pelaku zina dapat keringanan hukuman karena mengaku melakuknnya atas dasar suka sama suka. Halah,
tetep aja zina! Facebook juga sempat menjadi perantara kasus pemerkosaan, hingga pembunuhan telah
terjadi hanya gara-gara situs jejaring sosial satu ini.

Ati-ati kalo ‘nongkrong’ di facebook


Bro en Sis, mudah saja bagi siapa pun untuk mengakses situs ini, dan memberi peluang untuk
melakukan tindak kejahatan atau penyalah-gunaan yang melenceng dari fungsi sebenarnya. Dengan FB
seseorang mudah menjadi siapa saja misalnya kita bisa menutupi kekurangan diri sendiri. Wajah yang PPD
alias Pas Pasan Deh juga bisa kita make over. Pasang foto dengan gaya narcis (kayak di iklan kaos, tapi
kaos lampu! Whuhaha..), mengedit foto menjadi lebih ganteng atau lebih cantik dari aslinya. Kita juga bisa
menciptakan karakter yang berbeda. Contohnya nih, ada teman saya memiliki 3 buah akun facebook. Itu pun
yang saya ketahui lho! Masing-masing akun memiliki karakter yang berbeda, bahkan saling bertentangan
satu sama lain. Satu di antara ketiga akunnya berkarakter satanik atau penyembah setan. Tidak percaya
Tuhan dengan memasang foto-foto menyeramkan namun di sisi lain pada akun lainya mimiliki profil islami.
Sopan dan sholeh ini bisa di lihat dari info profil dan komentar-komentarnya di fitur status wall, “waduhhh
kok bisa ya?” Dari contoh kecil tersebut kita dapat melihat fakta bahwa di situs jejaring sosial ini, kita
mudah saja menjadi siapapun yang kita mau.

Jangan mudah jatuh cinta di facebook


Bro en Sis, di facebook juga saja muncul benih-benih cinta, lho. Maklum, namanya juga situs jejaring
sosial, pasti dihuni oleh banyak orang. Itu artinya, ada peluang untuk saling berbagi informasi dan bukan
mustahil jika saling menebar pesona dan akhirnya bertautlah hati di antara mereka. Tapi, apa iya kita begitu
mudah percaya dan mau menjalin ikatan hati hanya karena si dia menarik hati dan mau peduli dengan kita?
Jangan mudah percaya lho, siapa tahu itu adalah jebakan. Apalagi kalo kita nggak pernah tahu siapa dia
sesungguhnya.
Khususnya buat para cewek nih. Kayaknya kaummu deh yang lebih mudah tergoda bujuk rayu kaum
lelaki. Bukan gue bias gender. Tapi gue kasih tahu aja bahwa gue juga lelaki, tahu betul dah gimana akal

| www.gaulislam.com | 126
bulusnya cowok kalo lagi kepengen. Hahaha… gue buka rahasai daleman cowok neh. So, nggak usah percaya
kecuali ke gue (idih, narsis abis deh gue!). Bener, gals. Jangan mudah percaya kepada cowok yang belum
pernah kamu tahu jati dirinya. Di facebook kan orang bisa jadi siapa aja dan apa aja. Ini informasi awal yang
kudu diperhatikan banget. Kalo boleh membuat kaidah ushul, “hukum asal semua teman di facebook adalah
patut diwaspadai karena berbahaya, kecuali setelah ada informasi bahwa teman tersebut orang baik-baik”
(ehm.. jadi kayak intelijen dong ya. Hehehe…)
Masih inget pesan Bang Napi? Yup, “kejahatan bukan saja karena niat pelakunya, tapi juga karena ada
kesempatan”. Sementara kesempatan, seringnya datang dari kita sendiri. Maka, kita wajib
‘mempersenjatai’ diri agar tak mudah mengobral data diri, apalagi jatuh hati. Waspadalah!
Nih ada sedikit tips aman ber-facebook ria, hehe! Pertama, jangan mencantumkan info profil atau data
diri di facebook terlalu lengkap apalagi sampai masalah-masalah privasi. Kasih gambaran umum aja. Bila
perlu nomor telepon nggak ditulis lengkap. Jangan membuka diri terlalu jauh. Itu sebabnya, kamu perlu tahu
fitur-fitur di facebook agar kamu terhindar atau diminimalisasi dari kejahatan orang lain. Meski tentu, itu
tak berarti aman dan bebas aja. Siapa tahu, ada celah yang bisa dimanfaatkan pelaku kejahatan. Jaga
dirimu ye!
Kedua, jangan memasang foto-foto diri kamu yang sekiranya kamu sendiri nggak akan merasa nyaman
foto tersebut tersebarluaskan secara bebas. Nggak maukan kalau fhoto kamu disalahgunakan orang lain
untuk hal-hal yang tidak menyenangkan.
Ketiga, jangan sembarangan ‘add friend’ alias tambah teman atau melakukan approval alias
mengkonfirm permintaan seseorang untuk menjadi teman kamu. Pilih-pilihlah dalam mengkonfirm teman
pastikan kita sudah mengenalnya di dunia nyata atau lihat jumlah teman yang sama atau mutual friends-nya
cukup banyak.
Keempat, yang sedang marak adalah akun FB yang di hack atau dibajak orang lain bahkan ada akun
yang sama persis dengan akun milik kita namun disalah-gunakan untuk kepentingan pihak lain coba
bayangkan kalau akun aspal (asli tapi palsu) kita digunakan untuk hal-hal yang tidak diinginkan semisal
meminjam uang ke pada teman kita, memaki-maki orang lain, membuat status wall dengan kata-kata kasar
dan tidak senonoh wahh bakal marah-marah sendiri jadinya. Jika terjadi hal tersebut jangan dibiarkan
segera laporkan ke pengelola layanan untuk mencabut akun tersebut, atau meminta bantuan kepada
kenalan yang kiranya faham dan bisa membantu.
Terus yang nggak kalah penting dan kudu waspada sesuai dengan judul artikel ini, facebook ternyata
banyak digunakan sebagai ajang mencari jodoh atau istilah liberalisnya pacaran. Iddih ampun deh! Nggak tau
apa kalo istilah pacaran ngak ada dalam Islam? Kalo bermesra-mesraan tanpa ikatan pernikahan itu haram?
Kalau sudah terikat pernikahan pun tak selayaknya mengumbar kemesraan di muka monitor, eh di muka
umum! Dan bagaimana hukum asal pergaulan antar lawan jenis dalam Islam? Hei-hei! Kalo pengen tahu
ulasan tentang pergaulan antar lawan jenis silahkan baca di website gaulislam www.gaulislam.com salah
satu judulnya “Pacaran? Nggak, Ah!”, hehe. (sstt.. itu tulisan gue. Busyet, narsis lagi dah gue!)
Islam udah mewanti-wanti tentang hubungan antar lawan jenis dengan firman Allah (yang
artinya):”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk.” (QS al-Isra [17]: 32)
Khusus masalah hubungan lawan jenis, facebook juga berpotensi mengikatkan jalinan hati para
penggunanya, iyakan? So, mesti waspada! Apa lagi bagi sobat-sobat muda dalam masa puber. Sadar nggak
sadar kita mudah tergoda dengan profil-profil yang kelihatanya amat meyakinkan, Halo-Halo! Aduh jadi
flashback lagi dech ke masalah aturan antar lawan jenis. Intinya kita jangan mudah tergoda untuk
melakukan kemaksiatan dimanapun bahkan di dunia maya. So, jangan ada cinta di Facebokk, hehe!
Buat kamu-kamu nih yang nggak mau pacaran karena sudah tahu itu nggak boleh dalam Islam, tapi
sungguh-sungguh ingin cari jodoh kuncinya jangan mudah percaya dan tergoda yang belum jelas
juntrunganya di dunia maya. Ada Alternatif kalau mau cari jodoh: Pertama, lewat orang yang kita kenal dan
orang tersebut bisa dipercaya. Kedua, mencari sendiri tapi pastikan jati diri orang tersebut, harus yakin
keberadaannya dan kebenarannya, jangan pake hawa nafsu ya! Ketiga, seleksilah tawaran dari orang yang
tak kita kenal dan percayai.
Tentunya kita nggak ingin membuang waktu hanya untuk melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya,
seperti yang di jelaskan dalam firman Allah Swt. (yang artinya): Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-Ashr
[103] : 1-3)

| www.gaulislam.com | 127
Sekali lagi kita pastikan pada diri kita sendiri untuk tetap syar’i di manapun dan kapanpun. Gunakan
facebook untuk hal-hal positif dan bermanfaat seperti berdiskusi tentang ilmu pengetahuan umum, tentang
keislaman dan lain sebagainya. Bukan hanya sekedar update status yang berisi semua keluhan-keluhan yang
nggak penting sama sekali untuk kemaslahatan umat.
So, tetap semangat dan tetap syar’i alias selalu merujuk kepada syariat Islam. Selain itu, jangan
mudah jatuh hati dan kelilit cinta di facebook. Jangankan di dunia maya, di dunia nyata aja banyak
penjahatnya. Siapa tahu itu jebakan yang bakal merugikan kita di kemudian hari. Bener. Nggak seru dong
kalo tiba-tiba nama kamu muncul di media massa sebagai korban kejahatan. Naudzubillahi min dzalik
[samsi: samsi_hn@yahoo.co.id]

| www.gaulislam.com | 128
gaulislam edisi 146/tahun ke-3 (28 Sya’ban 1431 H/ 9 Agustus 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Sambut Ramadhan dengan Cinta


W
ah, nggak kerasa ya kita sebentar lagi memasuki bulan Ramadhan. Nggak kerasa pula nih
ternyata gue udah lebih dari satu tahun bersama gaulislam. Oya, berhubung sebentar lagi kita
bakal bertemu bulan Ramadhan nih, elo semua udah pada siap-siap belum? Kita bakal bertemu
bulan yang paling spesial buat umat Islam. Udah seharusnya kan kita bangga akan datangnya bulan ini.
Soalnya ada keistimewaan di bulan ini.
Allah Swt. berfirman yang (artinya): “Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-
Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS al-Baqarah [2]: 185)
Tuh kan sampe Allah Swt aja memerintahkan kita untuk berpuasa ketika bulan ini tiba. Selain ayat di
atas keistimewan bulan Ramadhan adalah dibukanya pintu rahmat dan dibelenggunya para syaithon. “Jika
datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu syurga (Dalam riwayat Muslim : “Dibukakan pintu-pintu
rahmat”) dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggulah syaithan.” (HR Bukhori (4/97) dan Muslim
(1079)
Dalam riwayat lainnya: “Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para syaithan dan jin-
jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka tidak ada satu pintu pun yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu
syurga tidak ada satu pun yang tertutup, menyerulah seorang penyeru : “Wahai orang yang ingin kebaikan
lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah, Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari
neraka, itu terjadi pada setiap malam. (Diriwayatkan oleh Tirmidzi (682) dari Ibnu Majah (1642) dan Ibnu
Khuzaimah (3/188) dari jalan Abi Bakar bin Ayyash drai Al-A’masy)
Pada bulan Ramadhan ini jin jahat dan syaithan aja dibelenggu, sembari dibukakan juga pintu surga dan
diampuni dosa-dosanya yang yang telah lewat, kurang asik gimana tuh.
Kadang gue suka sedih juga kalo gue liat-liat nih dari pengalaman Ramadhan bulan kemaren masih ada
juga orang-orang yang menyediakan lapak untuk orang lain nyemen (baca: makan di siang hari) atau malah
orang-orang yang nyemen sambil ngajak temennya. Kalo mau buka warungnya ketika menjelang senja aja.
Jangan pernah berpikiran bahwa elo nggak bakal bisa dapat rejeki kalo nggak dagang siang hari atau elo
berpikiran bahwa kalo elo nggak gitu kapan majunya. Wah, kalau sampe gitu pemikiran elo berarti elo udah
dalam keadaan kritis dan harus segera ditolong tuh keimanan elo. Apa-apa harus diukur dengan materi.
Padahal bukankah urusan rezeki udah ada yang ngatur? Jangan gadaikan urusan akhiratmu dengan urusan
dunia yang tidak lebih berat dari sayap nyamuk. Yakin deh Allah pasti menolong hamba-hambaNya baik
dalam perkara dunia maupun akhirat. Ok?

Persiapan menghadapi bulan Ramadhan


Karena keistimewaannya bulan ini maka kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk
menghadapinya. Ya, sesuatu yang istimewa itu butuh persiapan yang istimewa juga.
Apa saja sih persiapannya? Jangan males untuk makan sahur. Dari Amr bin ‘Ash radhiallahu ‘anhu
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Pembeda antara puasa kita dengan puasanya Ahlul Kitab adalah
makan sahur” (HR Muslim (1096))
Selama kurang lebih 14 jam kan tubuh kita tidak mendapatkan asupan gizi. Padahal sel-sel dalam
tubuh kita membutuhkan energi dalam jumlah yang cukup. Itu sebabnya, makan sahur adalah cara sehat

| www.gaulislam.com | 129
untuk menghadapi puasa. Oya, jangan lupa makan sahurnya harus diakhirkan ya. Misalnya 20 menit
menjelang imsak. Supaya bisa terus ikutan shalat shubuh berjamaah di masjid.
Kedua, ketika tiba saatnya berbuka maka segeralah untuk membatalkan puasa. Dari Sahl bin Sa’ad
Radhiyallahu’anhu, Rasulullah saw. bersabda: “Senantiasa manusia di dalam kebaikan selama menyegerakan
berbuka.” (HR Bukhari (4/173) dan Muslim, No. 1093)
Kalo urusan berbuka sih untuk gue pribadi nggak usah disuruh lagi. Pokoknya ketika denger adzan
maghrib langsung cari maanan seadanya supaya cacing di perut gue berhenti demo. Dalam berbuka juga
diusahakan makan makanan yang manis-manis terlebih dulu buat ganti energi yang ilang selama elo
berpuasa. Ngomong-ngomong soal buka puasa gue jadi inget nih kalo nanti insya Allah tanggal 22 Agustus
2010 buletin gaulislam dan Radio MARS 106 FM mengundang kalian untuk berbuka puasa bersama yang
bertempat di gedung Pusat Pengembangan Islam Bogor. Elo semua udah dapet undangannya kan via
Facebook?
Tips ketiga, usahakan jangan ninggalin olahraga. Jangan mentang-mentang elo puasa bawaannya tidur
melulu. Ngapa-ngapain lemes. Olahraga tetep berjalan tapi nggak usah olahraga yang berat-berat seperti
ngangkat 30 karung beras atau lari keliling GOR Pajajaran 30 kali. Elo kan bisa jogging atau lari lari kecil di
pagi hari atau sore, yang penting kalori dapat terbakar atau bahkan dengan ikut sholat tarawih selain
dapet pahala itu juga dapat membakar kalori juga lho.

Perbanyak amal baik dan jauhi maksiat


Ramadhan ini adalah kesempatan kita untuk berbuat amal sebanyak-banyaknya. Bukan waktu kita
untuk berleha-leha. Gara-gara berpuasa elo males belajar, malas ikut pengajian, males disuruh ke warung
sama nyokap. Alasannya lemes lagi puasa. Padahal kan nggak masuk akal tuh alasan kalo elo males keluar
untuk ikut pengajian elo kan bisa ikutin acara [klinik] gaulislam di KISI 93.4 FM Bogor atau ikutin tuh acara-
acara gaulislam yang ada di Radio MARS 106 FM Bogor seperti Taman Ccurhat Rremaja, Fresh Air dan
Remaja Shalihin. Pasti seru kalo ada pertanyaan tinggal SMS or telepon.
Ramadhan ini seharusnya adalah sarana menempa diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Ada sedikit
cerita pengalaman gue sendiri. Sekitar dua tahun lalu gue adalah perokok dan sulit sekali menghilangkan
kebiasaan tersebut karena udah kecanduan. Tapi gue janji gue bakal berhenti ngerokok di bulan Ramadhan.
Soalnya kan gampang nahannya kalo gue ngerokok siang hari konsekuensi gue bakal batal puasa tapi kalo
malem hari kan waktunya cuma sedikit jadi nahannya nggak terlalu lama. Hasilnya, alhamdulillah sampe
sekarang gue udah sembuh dari kebiasaan buruk gue dan nggak kecanduan rokok lagi.
Kadang gue suka heran aja ada orang bisa puasa tapi nggak bisa mempertahankan sholat 5 waktu dan
masih banyak melakukan perbuatan yang melanggar hukum syara. Rasulullah bersabda: “Banyak orang yang
puasa mereka tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya rasa lapar dan haus saja” (HR Bukhari)
Jadi di bulan ramadhan ini kita nggak cuma nahan lapar dan haus aja. Tetapi kita juga harus menahan
hawa nafsu kita. Nggak boleh melakukan hal-hal yang dilarang Islam, seperti berbohong, mencuri dan
bekhalwat (hehe..). Mulailah coba untuk menghindari hal seperti itu di bulan Ramadhan ini supaya puasa elo
nggak sia-sia.

Sambut ramadhan dengan cinta


Allah Ta’ala telah menjanjikan hal-hal yang spesial buat kita di bulan ini. Tentulah kita harus bergembira
karena yang janji adalah Allah Swt. yang setiap janjinya pasti benar dan melalui rasulNya yang jujur. Salah
satu janji Allah untuk orang yang berpuasa dan berpuasa dengan sempurna yaitu diterangkan dalam hadist:
“Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam bulan ramadhan, dan
semua orang muslim yang berdo’a akan dikabulkan do’anya.” (HR Bazzar (3142), Ahmad (2/254) dari jalan
A’mas, dari Abu Shalih dari Jabir, diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1643))
Oya,hati-hati juga dengan hukumanNya: Dari Abi Umamah al-Bahili ra, aku pernah mendengar
Rasulullah saw. bersabda:”Ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang dhobaya (dua
lenganku) membawaku kesatu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata : “Naik, aku katakan : “aku
nggak mampu, keduanya berkata: “kami akan memudahkanmu,” akupun naik hingga ketika aku sampai ke
puncak gunung ketika itulah aku mendenganr suara yang keras. Akupun bertanya : “Suara apakah ini ?
Mereka berkata: “Ini adalah teriakan penghuni neraka kemudian keduanya membawaku, ketika aku melihat
orang-orang yang digantung dengan kaki diatas, mulut mereka rusak/robek, darah mengalir dari mulut
mereka. Aku bertanya: “Siapakah mereka ? keduanya menjawab : “mereka adalah orang-orang yang berbuka
sebelum halal puasa mereka.” (Riwayat an-Nasa’i dalam “al-Kubra” sebagaimana dalam “tuhfatul Asyraf”

| www.gaulislam.com | 130
(4/166) dan Ibnu Hibban (no. 1800- zawahidnya) dan Al-Hakim (1/430) dari jalan Abdur Rahman bin Yazid
bin Jabir, dari Salim bin Amir, dari Abu Umamah. Sanadnya SHAHIH)
Bro en Sis, kita persiapkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya supaya bisa ngadepin bulan yang
istimewa ini dengan sempurna dan insya Allah dapat menjadi bekal elo di akhirat kelak. Tetap semangat ya.
Gue dan seluruh kru buletin gaulislam mengucapkan selamat menunaikan ibadah shaum semoga amal
ibadah kita semua diterima Allah Swt. Yuk, sambut Ramadhan dengan penuh kecintaan kepada Allah Swt.
[ikrar: ikrarestart@gmail.com]

| www.gaulislam.com | 131
gaulislam edisi 147/tahun ke-3 (6 Ramadhan 1431 H/ 16 Agustus 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Ngaku Mukmin? Akan Diuji, Lho!


mm.. kebagian juga jatah nulis di buletin gaulislam. Ya, lumayan buat isi kegiatan sehari-hari gue

H yang kurang produktif akhir-akhir ini. Maklum, setelah keluar dari tempat kerja, gue keseringan
tidur, makan, ngopi, main, dan tentu nggak lupa ibadah. Lumayanlah, nggak kayak Patrick Star lagi
gue sekarang, yang kerjaannya hanya bermalas-malasan di balik batu. Walaupun dia bilang “menganggur”
itu adalah pekerjaan tersulit, terkadang kita harus menggaruk punggung, di mana itu bagian yang sulit
terjangkau oleh kita. Setelah itu kita harus bolak-balik memutar antenna televisi untuk mendapatkan
gambar yang jernih dan harus kehilangan remote juga. Lho, jadi ngomongin Patrick gini yah? Hahaha…
Mumpung lagi bisa diajak kerja sama nih otak, kayaknya langsung ajah deh gue mulai nulisnya. Daripada
ngalor ngidul.
Bro en Sis, di antara remaja saat ini banyak juga lho yang jauh dari ajaran Islam. Nggak tahu deh apa
alasannya. Mungkin mereka malu dengan Islam atau cuman pengen hidup ala hedonis yang kehidupannya
hanya bersenang-senang dengan hal yang berbau dunia dengan jargonnya “Bergembiralah engkau hari ini,
puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati.”
Kalau denger kata-kata ini jadi ingat seorang teman waktu gue lagi aktif main skate di Taman
Kencana. Dia sih ngakunya “Atheis”. Pas gue tanya “Emang elo atheisnya apa?” Dia cuma ngejawab, “Ya
atheis”. Gue pojokin lagi deh buat mengetahui nih orang ngerti atheis dan bener atheis nggak yah?
Gue tanya ajah: “Ya, atheis apa? Hedonis? Materialis? Humanis atau rasionalis? Nggak tahu deh
bener nggak nih bagian dari atheis. Soalnya, gue dulu pernah atheis lho. Waktu itu, setelah gue tanya gitu
dia cuma bisa diam dan bengong. Jadi bisa gue ambil kesimpulan kalau teman gue itu nggak ngerti sama
sekali tentang atheis dan dia bisa jadi hanya ikut-ikutan aja atau aturan agama (Islam) yang dia peluk itu
tidak sesuai dengan pola hidup dia yang senang minum-minuman keras (non HCl dan H 2SO4 tentunya: idih,
nekat banget kalo sampe minum asam klorida ama asam sulfat mah. Koit bisa jadi luh!), free sex dan masih
banyak lainnya. Musibah deh!
Semoga saja remaja yang model gini cuma sedikit jumlahnya. Sayang banget kan kalo jumlahnya banyak
tapi cuma jadi SPAM di dunia ini. Jangan sampe lah!

Melewati ujian iman


Boys and Gals, ngomongin tentang ujian dalam masalah keimanan memang nggak ada abisnya. Apalagi
di bulan Ramadhan, ujian keimanan so pasti lumayan berat. Entah ujian itu waktu kita lagi di rumah, terus
melihat adik kita lagi makan bakso sambil minum es campur. Bisa juga lagi di sekolah kita ngelihat teman
yang nyeruput teh manis. Wuih, jangan ampe batalin puasa, Bro.
Di sini keimanan kita diuji. Seberapa besar ketundukan dan kepatuhan kita terhadap aturan Allah Swt.
dan RasulNya. Sebab, iman yang benar seharusnya mau menjalani semua perintahNya dan menjauhi apa
yang dilarang olehNya. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS al-‘Ankabuut [29]: 2-3)
Ujian terhadap iman seseorang nggak jauh beda deh sama ujian yang ada di sekolah. Setelah kita
belajar pasti ada ujian. Kita tentu akan mendapatkan hasilnya. Bisa lulus, bisa juga gagal total. Seberat
apapun ujian yang kita hadapi, kita harus tetap menjalaninya. Jangan jiper duluan, terus ambil satu langkah
ke belakang buat menghindar dari ujian tersebut. Yakinlah, hal itu malah membuat kita menjadi jauh dan
menyimpang dari ajaran Islam.
Memang sih, meghindari ujian itu akan terlihat tidak menyusahkan kita.Malah seperti memberi suatu
kesenangan pada saat kita menghindari ujian tersebut. Padahal, kesenangan itu hanya berupa hal duniawi

| www.gaulislam.com | 132
yang merupakan salah satu komponen untuk kita tetap hidup dan menjalankan hidup untuk mencapai tujuan
dari hidup itu sendiri.
Dalam menghadapi ujian, sebenarnya kita sudah diberi beberapa contoh dari para sahabat Rasululllah
saw.. Mereka orang-orang yang gigih dan selalu berjuang untuk bisa tetap mempertahankan keimanan
mereka meskipun ujian itu berat dan barang kali dapat membahayakan nyawa mereka. Seperti Bilal al
Habsyi yang disiksa oleh majikannya yang bernama Umyyah bin Khalaf. Umayyah menyiksa Bilal dengan
meletakan sebuah batu yang sangat besar di dadanya sehingga Bilal tidak dapat bergerak, bisa saja waktu
itu Bilal selamat dari siksaan tersebut, dengan syarat Bilal harus meninggalkan Islam, tetapi Bilal hanya
berkata “Ahad, Ahad ( hanya satunya berhak disembah )”.
Siksaan yang diberikan kepada Bilal bukan hanya itu saja. Pada malam hari ia dirantai dan dicambuk
terus menerus sehingga badannya penuh luka.dan pada esok harinya dengan luka itu dijemur kembali di
padang pasir yang panas sehingga lukanya semakin parah, Tuannya berharap ia akan meninggalkan Islam
atau mati pelahan dengan cara tersebut.
Orang yang menyiksak Bilal r.a. silih berganti, kadangkala Abu Jalal atau Umayyah bin Khalaf, bahkan
orang lainpun ikut menyiksanya. Setiap orang berusaha menyiksanya dengan lebih berat. Ketika Abu Bakar
r.a. melihat hal itu ia menebusnya dan segera memerdekakannya. Kita bisa lihat nih, apa yang harus kita
lakukan saat keimanan kita sedang diuji, tapi kayaknya berat banget yah? (iyalah, nyawa gitu!). Tetapi tetap
ajah kita tidak boleh menukarkannya dengan keselamatan dunia. Belum tentu kan nanti kita selamat dari
siksaan neraka kalau kita memilih selamat dari siksaan di dunia tapi ngorbanin keimanan kita.

Gue pernah ngalamin ujian itu…


Oya, ngomongin soal ujian keimanan, gue juga pernah diuji waktu gue masih baru memeluk agama Islam
(narsis dikit deh heuheu..). Waktu itu keluarga gue belum tahu kalau gue udah pindah agama. Keluarga gue
semuanya pemeluk agama Kristen Protestan. Jadi semua keluarga gue tahunya guw masih Kristen sama
seperti mereka.
Ketika itu ortu gue lagi ada di rumah. Biasanya bokap gue udah nangkring depan televisi jam setengah
lima. Pas banget udah mau shalat subuh tuh. Gue sempat kelabakan cari alasan biar bisa ambil air wudhu di
kamar mandi agar bisa shalat subuh. Tapi kalau gue ke kamar mandi jam segitu sampai nyalain pompa air
bokap pasti nanya mau ngapain. Bagi gue ini juga sebuah ujian. Bagaimana pun juga gue harus tetap shalat.
Ujian buat gue belum selesai sampai di sana. Waktu itu bokap gue manggil gue pagi-pagi. Dia ngajak gue
ngobrol-ngobrol dulu sambil nawarin gue kuliah.
Wwaktu lagi asik ngobrol tiba-tiba bokap nanya ke gue, “Yang di kamar itu sajadah siapa?” Gue
sempat bingung tuh waktu ditanya itu. Mesti jawab jujur atau bohong. Kayak ada iblis dan malaikat yang
sedang berkelahi deh rasanya di dalam hati gue saat itu. Tapi entah kenapa gue tiba-tiba jawab “Sajadah
saya pak”.
Bokap gue kaget waktu dengar jawaban gue. dia langsung bilang “Kamu udah masuk Islam, udah
benar-benar positif itu? Coba kamu pikir-pikir lagi!”. Gue langsung spontan ngejawab “Udah Pak. Saya udah
benar-benar yakin. Soalnya saya masuk Islam bukan karena iming-iming sembako atau harta, saya udah
pelajarin.”
Bokap gue langsung ngusir gue waktu itu. Padahal gampang aja buat gue biar bisa aman, gue tinggal
balik ke agama gue yang lama terus gue nggak jadi diusir dan langsung dimasukin kuliah deh. Tapi ya
namanya ujian, seberat apapun itu, kita harus tetap menghadapinya. Gue benar-benar diusir.

Jangan menyerah
Ada beberapa tips nih dalam ngadepin ujian keimanan: Pertama, sering baca. Yang jelas bukan baca
komik. Ribuan komik elo baca juga gak bakal berpengaruh itu mah. Bacaan-bacaan tentang islam tentunya.
Entah itu tetang apa saja yang berkaitan dengan Islam. Kalo males buat ke toko buku terus beli bukunya,
bisa juga download digibook atau ebooknya dari internet. BTW, di blog gue juga ada lho:
www.sisigelapotak.blogspot.com (iklan gratis deh neh hehehe..). Atau pantengin aja terus website
gaulislam: www.gaulislam.com. Insya Allah banyak manfaatnya.
Kedua, kalau kata teman gue, sebut saja Ecot (bukan nama sebenarnya) “Mending kita nonton video
Harun Yahya aja rame-rame untuk dapetin ilmunya”. Yup, kalo malas baca, nonton video bisa jadi alternatif.
Seru tuh buat belajar tentang Islam.
Ketiga, yang jelas mah NGAJI deh. Di tempat ngaji kita bisa banyak nanya tuh sama gurunya. Mungkin
dari situ juga nanti ada masukan-masukan yang bermanfaat.

| www.gaulislam.com | 133
Keempat, yakinlah apa yang direncanakan oleh Allah Ta’ala itu adalah yang terbaik untuk kita dan yang
kita inginkan belum tentu yang terbaik untuk kita. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 216)
So, jangan pernah salah dalam bertindak dan mengambil keputusan jika yang sedang dipertaruhkan itu
adalah keimanan kita. Sebab, Iman itu mahal harganya. Jangan sampai menukarkan iman kita dengan
sekardus mie instan, kecantikan wanita, harta, jabatan, atau iming-iming kenikmatan duniawi lainnya.
Semoga kita semua dianugerahkan kesabaran dan kekuatan oleh Allah Swt. untuk menghadapi ujian
keimanan yang mungkin saja sedang dan akan kita alami. Jangan menyerah. Semoga kita tetap istiqomah
bersama Islam sampai akhir hayat kita. Islamlah jalan hidup kita. Allahu Akbar! [putra]

| www.gaulislam.com | 134
gaulislam edisi 148/tahun ke-3 (13 Ramadhan 1431 H/ 23 Agustus 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Nggak Virgin Nggak Ok!


S ori Bro, di bulan puasa gini ane kudu nulis masalah virginitas. Sekali lagi harap dipersori ya. Soalnya
ente kan juga puasa. Khawatir kalo bahas ginian jadi langsung ngerumpi deh ama temen-temen ente
ngomongin soal ini, ujung-ujungnya bukan buka bersama tapi batal puasa bersama. Padahal kan kalo
puasa kata temen ane nih, kudu ngomongin atau bahas seputar puasa dong. Tapi ane sih berpikirnya
sederhana aja. Nggak ada larangan kok kalo kita bahas tema selain puasa meski lagi bulan Ramadhan. Iya
nggak sih? Sebab, yang penting isinya ngajak kepada kebaikan, ada pesan takwanya, ada pesan sponsor dari
Islam sebagai ideologi kita. Ok? Sip deh.
Tulisan di buletin gaulislam edisi ini sengaja ane pilih dengan tema virginitas. Sebabnya, sekarang
banyak remaja putri yang lemah iman dan pergaulannya naudzubillah udah menganggap bahwa virginitas
bukanlah hal penting. Ada sayup-sayup terdengar sampai ke meja redaksi nih, bahwa banyak remaja putri (di
Bandung khususnya) yang berprinsip: “Virgin nggak ok!” Waduh, berarti itu artinya ngeledekin yang masih
virgin dong ya. Makin bermasalah karena yang ngomongin adalah remaja putri yang masih duduk di bangku
SMA. Naudzubillah banget deh. Wajar kalo sekarang angka aborsi meningkat, karena pergaulan bebasnya
juga makin marak. Nggak heran kalo kehamilan tak diinginkan kian sering terdengar beritanya, karena
banyak remaja putri yang gampangan diajak berzina. Jangan kaget kalo “keong racun’ berkeliaran karena
“tokek racun”-nya juga gampang dicari. Hehehe.. sori bukan ane latah ikutan trennya si Jojo ama Sinta,
tapi nih fakta emang bikin miris, Bro en Sis. Ente semua pada paham deh kayaknya.
Sobat muda muslim, mengapa banyak remaja yang tak lagi menghargai dan merasa harus peduli
dengan kehormatannya? Hmm.. susah juga ane menjawab nih. Tetapi sejauh yang ane terawang, nih
masalahnya ada pada banyak faktor, baik faktor internal anaknya itu sendiri, juga faktor eksternal dari
keluarga, lingkungan dan pergaulannya secara umum. Problem besar dan berat, Bro. Tak semudah
menggulingkan traktor.
Jaman ane sekolah dulu (duluuuu banget), sebelum internet marak dan stasiun televisi jumlahnya
bejibun seperti saat ini, fakta bahwa ada pergaulan bebas sampe seks bebas sudah ada lho. Meski tak
semarak sekarang. Jujur aja ane kaget baru-baru ini saat ngisi ekskul [menuliskreatif] di sebuah sekolah
dasar, peserta ekskul yang cowok—tentu masih bau kencur alias belum baligh—malah lancar nyeritain
kasus video mesum bin porno selebritis (nih anak sering nonton infotainment kali ye?). Seorang siswa
lainnya malah dengan sangat atraktif menceritakan praktik pacaran—konon dia menceritakan itu kisah
teman-temannya . Hmm.. masih SD gitu, lho. Astaghifrullah aladhim.
Bro en Sis, kasus anak SD yang nyerocos soal berita video porno dan soal pacaran itu ketika mereka
ane minta menceritakan kisah apa saja yang pernah dialami atau yang berkesan dimana nantinya kisah-kisah
itu bisa dijadikan sebagai bahan tulisan. Di luar dugaan mereka ternyata melahap juga informasi yang
berkaitan dengan info-info yang betebaran di media massa. Waduh, berarti tugas orang tua makin berat aja
nih, terutama untuk melindungi anak-anaknya agar tidak terkontaminasi dari virus liberalisme saat ini.
Khususnya dari informasi yang tak layak dikonsumsinya. Sebab, gimanapun juga, hal itu akan mempengaruhi
kepribadian mereka.

Internet ‘memicu’ maraknya gaul bebas


Teknologi informasi sebenarnya nggak salah-salah amat. Sebab, yang salah adalah yang
menggunakannya untuk penyimpangan. Adanya internet memang bagai pisau bermata dua: untuk
menunjang kebaikan, juga bisa sekaligus menjadi jalan keburukan. Bahkan sangat boleh jadi efeknya lebih
dahsyat.
Teknologi internet ini juga bukan berarti steril dari informasi asusila. Apalagi kebebasan berinternet di
banyak negara memang nggak dibatasi. Itu sebabnya, informasi macam pornografi juga hadir di internet.

| www.gaulislam.com | 135
Bahkan pornografi di internet lebih parah lagi. Karena bebas diakses dan privasinya lumayan terjaga. Bisa
diam di kamar, nyalakan komputer langsung konek ke internet. Bisa juga pergi ke warnet. Bisa dikunjungi
kapan saja. Tentu selama servernya nggak ngadat. Meski jaraknya jauh sekalipun. Itu sebabnya, internet ini
ibarat kampung besar. Situsnya ada di Amerika, tapi bisa diakses dari Bogor. Mudah, cepat, murah pula.
Gambarnya bisa di-download, isi ceritanya bisa di-save. Nah lho.
Sori ye, ini bukan ngajarin atau ngasih tahu supaya melakukan kunjungan ke situs “begituan”. Sekadar
ngasih info bahwa kalo berburu informasi yang bermanfaat sama cara kerjanya dengan berburu informasi
sampah. Cara kerja sama, isinya yang beda. Pilihan tentu ada di tanganmu. Lengkap dengan konsekuensinya
dong, Iya nggak? Cuma masalahnya, apa pantas kita sebagai Muslim jadi pelanggan tetap situs porno?
Maraknya situs porno, tentu menjadi tambang uang bagi pengusaha yang menginvestasikan duitnya di
bisnis situs porno itu. Untuk pengelola situs porno yang serius, mereka memang jual-beli. Entah gambar
atau video porno dari internet. Pengguna internet tentu kudu bayar.
Yup, kini teknologi itu dalam genggaman. Ponsel kini bukan sekadar untuk SMS-an dan nelepon doang,
tapi sudah bisa untuk internetan. Bisa nyari teman di dunia maya melalui situs jejaring sosial, misalnya.
Tentu hal ini berpeluang memberikan efek samping yang negatif.
Kalo dulu orang harus susah payah ngintip dengan mata langsung ke kamar mandi untuk melihat orang
yang sedang mandi demi memuaskan nafsu seksnya, kini kamera pengintai bisa mempermudah. Bahkan
saking canggihnya ponsel berkamera dan mampu merekam, kita malah bereksperimen dengan benda itu
untuk membuat klip video. Termasuk video porno sekali pun. Celaka lagi jika kemudian ditransfer ke
komputer via bluetooth atau kabel USB, dan selanjutnya klip porno itu, atau foto pose syuur itu, akan
berseliweran di dunia maya dan bisa diakses oleh banyak orang.
Oke, nafsu mesum memang nggak berubah. Sejak dulu udah ada. Tapi kini sarana untuk
mengekspresikannya udah sedemikian canggih, sehingga sangat membahayakan. Jelas, ini udah mengubah
gaya hidup kita.
Sobat, tentu saja nggak semua hasil perkembangan teknologi ini buruk. Banyak juga beragam kebaikan
yang bisa dicapai dan diraih berkat teknologi informasi lengkap dengan perubahan gaya hidupnya. Seperti
misalnya memanfaatkan teknologi ponsel dan internet untuk berdakwah. Jelas hal itu udah mampu
merevolusi cara kita berkomunikasi dalam meyampaikan dakwah dan mengubah gaya hidup kita dalam
menikmati teknologi komunikasi tersebut untuk kebaikan. Tapi anehnya, mengapa lebih banyak orang
bereksperimen menggunakan teknologi ini untuk hal yang buruk dan maksiat? Ah, di sinilah perlunya faktor
keimanan dan akidah Islam yang kuat. Iya nggak, Bro? Yup, emang kudu kuat menahan godaan yang nyaris
setiap hari kita dapatkan.

Jangan dekati zina


Allah Swt. menegaskan pengharamannya dalam firmanNya (yang artinya): “Dan orang-orang yang tidak
menyembah tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari Kiamat dan dia
akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina kecuali orang-orang yang bertaubat ...” (QS al-Furqan
[25]: 68-70)
Sobat, dalam kamus virgin itu bermakna keperawanan. Artinya, tak pernah melakukan seks. Dalam
Encarta Dictionary Tools misalnya, virgin diartikan sebagai: somebody, especially a woman, who has never
had sexual intercourse.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perawan adalah: belum pernah bersetubuh dengan laki-laki;
masih murni (tt anak perempuan). (KBBI, 2003, hlm. 855)
Boys and gals, dari pengertian menurut kamus tersebut, tentunya kita harus berhati-hati dengan
kelamin kita. Nggak boleh diobral dan dijajal or diujicoba sebelum waktunya, yakni sebelum menikah.
Pemuasan hawa nafsu melalui kelamin masing-masing hanya halal setelah adanya pernikahan di antara
kalian. Kalo belum terikat pernikahan? Itu namanya perzinaan. Dosa besar. lho.
Dalam sebagian jalan (riwayat) hadits Samurah bin Jundab yang disebutkan di dalam Shahih Bukhari,
bahwa Nabi saw. bersabda: “Semalam aku bermimpi didatangi dua orang. Lalu keduanya membawaku
keluar, maka aku pun pergi bersama mereka, hingga tiba di sebuah bangunan yang menyerupai tungku api,
bagian atas sempit dan bagian bawahnya luas. Di bawahnya dinyalakan api. Di dalam tungku itu ada orang-
orang (yang terdiri dari) laki-laki dan wanita yang telanjang. Jika api dinyalakan, maka mereka naik ke atas
hingga hampir mereka keluar. Jika api dipadamkan, mereka kembali masuk ke dalam tungku. Aku bertanya:

| www.gaulislam.com | 136
‘Siapakah mereka itu?’ Keduanya menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang berzina.” Ih, naudzubillahi
min dzalik.
So, sebenarnya yang nggak ok tuh yang nggak virgin. Islam sangat menghargai kehidupan manusia.
Maka, dalam kehidupan cowok-cewek ada aturannya yang jelas dan ketat. Kalo sekarang ada sebagian
remaja putri yang terjun bebas mengobral keperawanannya (dan tentu saja dalam waktu yang bersamaan
anak cowok udah ngobral keperjakaannya), ini udah musibah besar, Bro. Jangan sampe terjadi lebih banyak
lagi yang seperti itu. Jangan punya prinsip kepalang basah sehinga teriak: “virgin nggak ok!”. Tapi sebaliknya
hrus berani bilang: “nggak virgin nggak ok!” Sip deh! [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 137
gaulislam edisi 149/tahun ke-3 (20 Ramadhan 1431 H/ 30 Agustus 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Industri Ramadhan
S uatu siang di kota Hujan, gue berada di antara ribuan angkot yang berjubel memenuhi jalanan. Gue
kejebak macet di Pasar Anyar. Di tengah macet parah, gue melamun. Sambil mata gue ngeliat keluar
angkot dan gue dapatin sederet pedangang lengkap dengan barang dagangannya, berusaha memikat
pembeli, dan selalu aja ada orang yang mampir atau paling tidak milih-milih dan cuma nanya harga doang.
Beberapa saat kemudian baru gue nyadar ternyata emang ada yang beda dengan pemandangan ini. Jumlah
barang yang didagangkan lebih banyak, jumlah orang yang lalu lalang juga lebih banyak, macem/jenis
dagangan juga lebih bervariasi. Jelas banget kalo pasar yang tiap hari gue lewatin ini, emang sekarang
nampak lebih hidup. Nggak ada yang istimewa akhir-akhir ini, kecuali... sekarang bulan puasa, iya bulan
puasa!
Hmm… jadi inget gue obrolan dengan temen soal keberhasilan doi jualan HP dengan keuntungan per
unit yg cukup lumayan, plus perkembangan dagang dia dan rencana-rencana ke depan. Masih inget juga
berita pagi ini soal harga sembako yang beranjak melangit, dan yang paling gress adalah harga tiket yang
naik ugal-ugalan dibanding tahun kemaren. Hei guys, this all happened during Ramadhan. Ya ini adalah
kondisi klasik Ramadhan di negeri kita. Sepertinya tidak ada yang baru dari fakta yang gue sodorin, karena
emang kita udah biasa banget ngadepin suasana seperti ini. Menyedihkan ya? Loh kok menyedihkan?

Kapitalisasi dalam agama kita


Gue yakin kapitalisme bukanlah kata baru lagi bagi kamu, tapi mari kita samakan pemahaman dulu
sebelumnya. Kapitalisme gue definisikan sebagai sistem ekonomi dimana produksi barang dilakukan oleh
individu/private (bukan negara) dan dilakukan semata untuk tujuan profit. Supply dan demand, harga dan
investasi semuanya juga dikendalikan oleh sektor private (bukan negara) dalam sebuah pasar bebas (pasar
dengan persaingan bebas tanpa aturan).
Melonjaknya harga hampir pada semua sektor, perputaran uang yang lebih cepat, pergerakan sektor
riil di pasar-pasar tradisional mengindikasikan bergairahnya pasar, meningkatnya demand (permintaan)
masyarakat yang pada kahirnya memicu kenaikan harga berantai. Bila harga menjadi tinggi, beban hidup
yang harus diemban masyarakat juga semakin berat dan susah. Menyedihkannya kondisi ini terjadi setiap
tahun, ketika Ramadhan, Bro!
Kapitalisme diam-diam telah mencemari suasana khusyuk Ramadhan kita. Bulan yang seharusnya
mengajarkan kita bagaimana menghargai rasa lapar dan haus. Bulan dimana kita ditempa untuk mampu
mengendalikan diri dengan lebih baik, ternyata malah sebaliknya. Statistik menunjukkan tingkat
konsumerisme masyarakat kita yang melonjak tajam, justru selama bulan Ramadhan. Keuntungan mengalir
bak air bah ke pemilik modal kuat, dimana mereka telah mempersiapkan diri untuk mengkapitalisasi
Ramadhan.
Hingar-bingar industri Ramadhan merambah juga sektor media elektronik, hal ini ditandai dengan
banyaknya stasiun TV yang me-launching program special Ramadan. Dari program yang bersifat religi, film
hingga komedi digelar bak dagangan di pasar pagi. Setiap hari acara-acara inilah yang menemani sebagain
besar muslim di Indonesia dalam melalui waktu sahur dan buka puasa kita. Hampir bisa dipastikan selama
sahur dan buka puasa, TV dinyalain, entah ditonton atau tidak, di jutaan rumah muslim di Indonesia. Dengan
kondisi semacam ini, stasiun TV memiliki kesempatan emas untuk bisa mencetak box office dari
program/acara yang mereka tayangkan, yang pada akhirnya membawa keuntungan besar bagi stasiun TV
dari para pengiklan yang berebut jatah tayang iklan walaupun dengan harga premium.
So, nggak heran kalo selama Ramadhan, penjualan baju dan aksesoris muslim juga meningkat. Tradisi
menggunakan baju baru selama lebaran, emang nggak ada matinya. Artis, politikus dan para pelakon TV pun
seketika didandanin islami selama bulan Ramadhan. Acapkali para public figure ini, menggunakan momentum

| www.gaulislam.com | 138
Ramadhan untuk mengenalkan “trend fasion” baru. Kalo kamu udah berencana bakal pake baju koko lengan
pendek, dipadu dengan sandal model ‘croc’ dan tentengan HP QWERTY, gue jamin, tahun ini kamu bakal
mati gaya abis, karena emang gaya seperti ini yang lagi laku banget saat tulisan ini dibikin. Bisa kebayang
nggak kalo 50% aja muslim pake gaya beginian waktu lebaran, boring banget kan ngelihatnya? Inget, Allah
saja menciptakan setiap manusia unik, alias nggak ada yang sama. So, kamu nggak perlu ikut-ikutan deh.
Karena gue yakin nggak ada satupun sobat gaulislam yang pengen tampilan lebarannya “pasaran” banget
kan?

Pelajaran Ramadhan
Sobat muda muslim, emang kesel, risih, gemes, sebel dan entah kosakata apalagi untuk
menggambarkan keprihatinan kita tentang kondisi kaum muslimin saat ini, khususnya di bulan suci
Ramadhan. Gimana nggak kesel, gimana nggak sebel, kalo Ramadhan nggak bisa membekas dalam kehidupan
kita. Cuma numpang lewat dalam hidup kita. Kalo pun kita berupaya menyambutnya, tapi itu pun sekadar
“dalam rangka”. Jadi ketika Ramadhan berlalu, kita balik lagi ke selera asal. Bah!
Ramadhan mengajarkan pada kita untuk mampu mengendalikan diri, mengendalikan rasa haus dan
lapar yang merupakan ‘basic needs’ manusia, juga mengendalikan hawa nafsu yang sebagian besar melekat
pada kenikmatan dunia. Pelajaran utama Ramadhan adalah untuk mengendalikan ‘keduniaan’ kita untuk lebih
fokus pada akhirat kita. Dalam kenyataannya, yang terjadi adalah kita justru lebih terfokus ke hal-hal
duniawi selama bulan Ramadhan dibanding bulan lainnya. Sehingga muncul pertanyaan besar, bagaimana
kualitas keislaman kita? Apakah layak kita disebut sebagai muslim yang kuat? To be honest, kita sangat
lemah Bro!
Selama Ramadhan seharusnya tingkat konsumsi kita menurun, karena makan dibatasi dan ketika kita
‘lemes’ keinginan lainnya pun menjadi berkurang. Kalo kita puasa, seharusnya perut kita jadi lebih kecil
(cepet kenyang) bukan malah sebaliknya. Selama Ramadhan fokus kita lebih banyak ke akhirat, bukan malah
sebaliknya. Jadi dalam kondisi yang ideal, selama Ramadhan, harga-harga menjadi lebih murah (turun)
karena demand berkurang, acara TV juga berkurang jam tayangnya karena orang pada males nonton TV,
karena lebih seneng ke mesjid dan pengajian.
Ramadhan juga mengajarkan ketika manusia mulai menginjeksi tradisi baru dalam agama ini, seabrek
masalah pun mucul. Kalo kita tengok kembali ajaran tentang Ramadhan bukanlah seperti yang kita rayakan
selaman ini. Nggak ada tuh perintah untuk pake baju baru selama lebaran. Nggak ada perintah dalam agama
ini untuk ngabuburit ataupun sekatenan di Jawa. Nggak ada juga perintah menjual dan nyalain petasan. Bro
en Sis, ketika tradisi sudah disandingkan dengan syariat, maka kehancuranlah yang akan terjadi.
Kehancuran yang disebabkan percampuran antara yang haq dengan yang bathil bukanlah hal yang
baru. Berapa banyak kaum terdahulu yang mengalami kehancuran disebabkan mereka mencampur-adukkan
antara yang haq dengan yang bathil? Ingatlah: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan
iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS al-An’am [6]: 82)

Khulasooh (alias kesimpulan)


Bro en Sis, kondisi Ramadhan tiap tahun yang kita lalui cukuplah menjadi pelajaran berharga bagi kita
untuk sadar bagaimana lemahnya keislaman kita. Wasapadai semua hal yang ditambahkan ke dalam agama
ini, baik yang dianggep sebagai tradisi ataupun budaya. Kalo hal itu nggak bertentangan emang nggak
masalah. Cuma nggak semua yang tidak bertentangan tersebut tidak bermasalah pada akhirnya. Tidak
mudah mengubah budaya Ramadhan di Indonesia, apalagi budaya yang telah diwariskan turun temurun.
Allah berfirman (yang artinya): “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS al-Baqarah [2]: 170)
Sobat muda muslim, memang kaum muslimin nggak salah-salah banget dalam kondisi ini. Karena
kelakuannya pun lebih banyak disetir oleh sistem kehidupan saat ini. Sistem kehidupan kapitalisme-
sekularisme yang udah berurat-berakar ini menjadikan kaum muslim banyak yang nggak kenal dengan ajaran
agamanya sendiri. Banyak di antara kita yang lebih patuh dan ridho diatur oleh kenyataan saat ini,
ketimbang mempertahankan akidah Islam kita. Itu sebabnya, nggak berlebihan dan memang pantas dan pas
kalo kita mulai mencintai Islam. Ramadhan ini saat yang ideal untuk come back kepada Islam.
Mempelajarinya, memahaminya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan lupa juga,supaya

| www.gaulislam.com | 139
lebih mantap, apa yang udah kita pelajari, sampaikan lagi deh ke teman-teman yang lain agar mereka juga
jadi ikutan sadar. Syukur-syukur malah jadi lebih baik lagi penguasaan ilmu dan wawasan islamnya. Ok?
Bro en Sis, berhentilah menambahkan tradisi nggak berguna kedalam Agama kita. Tidak perlu kita
mengulangi kesalahan yang sama seperti kaum-kaum sebelum kita. Wapadai komersialisasi selama
Ramadhan, jangan mau kita dijadikan obyek eksploitasi.
Mari kita retas Ramadhan dengan cara yang benar, sesuai yang maksud oleh syariat Islam. [aribowo:
aribowo@gaulislam.com]

| www.gaulislam.com | 140
gaulislam edisi 150/tahun ke-3 (27 Ramadhan 1431 H/ 6 September 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Lebaran Sebentar Lagi


dah tradisi dan udah jadi kebiasaan kalo nyambut Idul Fitri harus pake yang ‘serba baru’! Hm, bisa

U dibayangin ya, tiap jauh hari sebelum lebaran, semua pusat perbelanjaan full Sale alias diskon
gede-gedean bahkan ampe Midnight Sale (tengah malem, bo!) yang akhirnya dipenuhin pembeli yang
berjubel (awas copet!). Toples kue baru, cangkir baru, mukena baru, kerudung baru, baju baru, sepatu
baru, HP baru, kue-kue baru seabreg…semuanya dah serba baru! Habis berapa duit tuh? Waduh…Jadi
pada shopaholic alias gila belanja!
Belum lagi yang kudu mudik. Pasti pusing banget mikirin tiket or karcis. Kalo dapet sih ya udah
booking jauh hari. Bahkan sebelum Ramadhan tiba udah booking di agen. Cuma ada aja yang bookingnya pas
Ramadhan ato mepet-mepet lebaran, padahal udah masuk Peak Season. So, pastilah kena harga
mahhhaaal! Sementara nih pikiran cuma mikir kampung halaman en keluarga aja. Bikin ibadah jadi nggak
khusyuk deh.
Nah, kayaknya di Indonesia nih kalo nyambut Idul Fitri kok justru paling heboh banget ya? Tapi ya
namanya juga hari rayanya umat muslim jadi ya kudu tetep disambut dengan gembira, cuma jangan
berlebihan lah. Itu aja kok. Cos, berhasilnya shaum Ramadhan kita kan bukan dinilai dari yang serba baru
yang kita pake pas lebaran tapi dari pemikiran en sikap kita terhadap segala sesuatunya apakah udah make
Islam sebagai sudut pandang dan standar berpikir plus berbuat? Kalo belum? Nah, gagal maning dunk...
Padahal nih ya, menjelang Idul Fitri yaitu 10 hari ketiga di bulan Ramadhan, waduh momen
menjemput surga tuh buanyaak banget! Nah, kalo momen begini malah dipake buat midnight sale, hunting
barang ke pusat-pusat perbelanjaan, kan sayaaang!
Ummul Mu`minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan kalo Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
10 terakhir Ramadhan: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki 10 terakhir
Ramadhan, beliau mengencangkan tali sarungnya (yakni meningkat amaliah ibadah beliau), menghidupkan
malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Itu kan, Rasulullah…Pantes aja ibadahnya kenceng. Wuups! Salah besar kalo ngiranya kayak gitu.
Justru kita sebagai pengikut Rasulullah ya kudu ngikutin apa yang beliau contohin buat kita. Nah, bahkan
ada empat keutamaan 10 hari terakhir Ramadhan nih. Gue kopas dari www.ikhwanmuslim.or.id. Cekidot,
Guys!
Pertama: Rasulullah serius tuh dalam melakukan amaliah ibadah yang lebih banyak dibanding hari-hari
lainnya. Keseriusan dan peningkatan ibadah di sini nggak terbatas pada satu jenis ibadah tertentu saja,
tapi semua jenis ibadah baik shalat, tilawatul qur`an, dzikir, shadaqah, dll. Ya sayang ajah, kalo duit jajan
habis cuma buat hal-hal yang nggak penting. So, jangan berat hati yah untuk bersedekah bahkan sampe
berinfak. Ya siapa tahu kalo harta kamu cukup nisabnya, bisa sampe bayar zakat mal. Hehe..
Kedua: Rasulullah bahkan sampe ngebangunin istri-istri beliau agar mereka juga berjaga untuk
melakukan shalat, dzikir, dan lainnya. Yup, coz Rasulullah juga pengen supaya keluarganya meraih
keuntungan besar pada waktu-waktu utama tersebut.
Ketiga: Rasulullah saw. beri’tikaf pada 10 hari terakhir ini. Mau nyoba? Silakan. Kan, sekolah juga
masih libur. Minta ijin deh sama ortumu buat i’tikaf di masjid.
Keempat: Pada malam-malam 10 Terakhir ini sangat besar kemungkinan salah satu di antaranya
adalah Lailatul Qadar. Suatu malam penuh berkah yang lebih baik daripada seribu bulan. Woow!
Allah Swt. bahkan nyatain dalam firmanNya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran)
pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu?

| www.gaulislam.com | 141
Malam kemuliaan itu (Lailatul Qadr) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai
terbit fajar”. (Al-Qadr: 1-5)
Ditambah lagi sebuah hadis : “Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas
dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Al
Bukhari no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 82)
Bahkan temen gue , seorang muslimah asal Irlandia sono ngasih tips ngadepin lebaran dari message
FB-nya: “Spend the last 10 days worshipping Allah rather than trying to prepare for Eid! A day that is
better than a thousand months is in these last 10 days. You can't afford to miss this.” Trus dia bilang
lagi : “Eid doesnt require loads of preparation. Dont fall into this trap! Keep it simple, and it will be
blessed”. Tuh kan, bener. Jangan berlebihan. Yang penting kualitas ibadah yang udah kita kerjain dan
setelah Ramadhan tetep dilaksanain. Gicu Guys!

Udah capek
Gue maklum deh kalo waktu shaum Ramadhan ternyata ada yang masih tetep pada kerja. Jadi
begitu nyampe rumah, udah tepar. Tapi walaupun gitu sebenernya ibadah-ibadah yang lain ya jangan
ditinggal donk! Sebab, di bulan Ramadhan kan ibadah bukan cuma puasa doang. Justru shalat fardhu tetep!
Tarawih, kudu! Baca al-Quran, harus! Eh, ini malah molor, hehehe. Iya iya capek. Tapi kalo inget iklan obat
vitamin neh “Jangan jadikan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan.” Walopun ujung-ujungnya ya
ngiklanin supaya puasa tetep fit kudu makan tuh vitamin, hehe.. Supaya tetep fit, ya bener minum vitamin
tapi jangan lupa, makanan dan minuman juga kudu halal nan bergizi, banyak minum air putih en buah-buahan
plus sunnah nabi juga diamalin. Itu tuh, makan kurma baik sewaktu sahur maupun buka puasa. Catet tuh!
Sebenernya dalam ngejalanin shaum Ramadhan juga perlu trik khusus tuh supaya nggak terlalu
lemes. Yaitu, segera berbuka kalo tiba waktunya dan bersahur di akhir waktu. Selain jaga makanan,
aktivitas juga kudu tetep jalan. Tapi kalo nggak terbiasa, ya memang kudu dibiasakan. Mungkin awalnya
dikit, tapi besok-besok jadi super sibuk ama agenda Ramadhan en jadi lupa tuh ama aktivitas yang nggak
berpahala dan nggak berdosa alias mubah yang tak penting-penting banget. Misalnya ngabisin masa shaum
Ramadhan dengan maen game online, PS, nonton DVD, de el el. Masih banyak kan aktivitas yang status
hukumnya fardhu en sunnah. Contoh, mengkaji Islam bareng gaulislam or para Pembina Pesantren
Ramadhan di sekolahmu, ngebantu ortu, ngadain acara-acara yang bermanfaat misalnya training menulis,
jurnalis, motivasi dll.
Bro en Sis, kalo di kampus gue, awal Ramadhan malah dipake buat Ospek Mahasiswa Baru lagi!
Mampusnya lagi, gue perwakilan civitas akademika ditunjuk jadi koordinator P3K. Waduh, nyawa anak orang
nih jadi tanggungan. Serasa jadi aktivis relawan kemanusiaan deh. Cuma nih, nggak ngenakin banget yah
kalo penyebab sakit dan dirawat di P3K cuma karena dibentak-bentak ama senior (Ckckck..). Akhirnya, efek
psikologis dari dibentak-bentak gitu adalah mual dan pusing dan akhirnya ya kudu buka shaum deh
berhubung udah puyeng dan mualnya nggak alang kepalang ampe bikin bodi panas dingin. Selain itu senior
juga ada yang sesak nafas en pingsan juga. Kesian kesian… Tapi walopun puasa, tim kami (saya dibantu
mahasiswa dan tim dinkes) tetep siap kok. Semangat!
So ? Nah, maksud gue tuh jangan ampe shaum Ramadhan kita cuma menahan lapar dan haus
doang. Tapi hawa nafsu juga. Kelakuan juga. Rasulullah yang dijamin masuk surga aja ibadahnya kenceng,
akhlaknya keren, imannya pun nggak diragukan lagi berhubung beliau memang diutus Allah sebagai
‘Messenger’ bagi umat manusia, nah kita-nya?
Itulah, guys. Maksud gue lagi, ya ironis aja kalo di bulan Ramadhan para pembawa acara infotainmet
juga dialog-dialog di tv-tv swasta tuh cewek-ceweknya baju-bajunya pada maksimal nutupnya. Kalo udahan
Ramadhannya? Eh, kembali lagi ke asal. Kok jadi maenin hukum Allah gitu yah? Terus di bulan Ramadhan ada
yang ngejaga banget, ampe pacarannya libur dulu (hehe, kayak sekolahan aja pake libur), tarawih nggak
pernah absen, ngaji al-quran juga..yah iyalah, kan buat diisi ke dalam cek list. Jaim dunk ama guru agama.
Jaman gue sekolah dulu tuh ada cek list gitu..
Eh, Ramadhan bubar, kenceng lagi pacarannya.Ngaji al-Qurannya udah pada lupa, tergantikan ama
aktivitas ekskul en sekolah. Hm..udah capek? Masa’ pengen masuk surga, capek mulu...(hehe).

| www.gaulislam.com | 142
Udah kelar
Yup, akhirnya Ramadhan bakal kelar juga. Coz, memang cuma dikasih jatah 29 hari ama Allah.
Kalopun lebih, paling juga cuma 1 hari. Jadi digenapin 30 hari. Biasanya itu dlakukan jika ru’yatul hilal
Syawal nggak terlihat dari belahan bumi mana pun dan hilalnya tertutup awan. So? Have fun with family,
Guys! Silaturahmi deh, insya Allah bakal memperbanyak rejeki. Bagi yang udah berpenghasilan or punya
rejeki rada banyakan, bagi-bagi dunk ama sodara-sodaranya yang nggak berpunya. Maaf-maaf’an? Ya nggak
salahnya sih. Tapi, besoknya jangan balik cari-cari masalah lagi loh. Gara-gara saling ejek, ada yang sensi.
Kebakar aja tuh hati n berantem lagi. Wuadu! Semoga Ramadhan membuat kita makin dewasa.
Kembali ke fitrah kembali kepada kesucian. So? Tua-muda teteplah kudu introspeksi diri. Jangan
ampe maksiat yang dulu-dulu dilakuin lagi. Kalo udah berubah dalam kebaikan, kita doain bareng-bareng yah
supaya tetep istiqomah dan husnul khotimah. Amiiin ya rabbal’alamin.
Akhir kata: Taqabalallahu mina wa minkum. Shiyaamanaa wa shiyaamakum. Mohon maaf atas segala
kesalahan. Semoga Allah menerima seluruh amal kita semua. [Anindita: e-mail : thefaith_78@yahoo.com]

| www.gaulislam.com | 143
gaulislam edisi 151/tahun ke-3 (4 Syawal 1431 H/ 13 September 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Menapaki Jejak Ramadhan


P ekan ini, saat buletin remaja kesayangan kamu ini terbit, adalah hari keempat di bulan Syawal. Yup,
edisi Senin tanggal 13 September 2010 adalah bertepatan dengan tanggal 4 Syawal 1431 H.
Subhanallah. Nggak terasa ya, kayaknya minggu kemarin kita masih berada di bulan Ramadhan.
Waktu itu, di sepuluh hari terakhir Ramadhan, kita menikmati semua fasilitas yang diberikan Allah Swt.
untuk mengeruk pahala sebanyak mungkin di bulan penuh barokah. Seminggu kemudian, ya pekan ini, kita
udah ada di bulan Syawal, bulan kesepuluh dalam hitungan tahun hijriah. Gimana, masih terasa kan indahnya
Ramadhan? Masih terasa saat-saat nikmat beribadah? Insya Allah ya. Semoga jejak Ramadhan masih
terasa bekasnya hingga saat ini dan pada bulan-bulan yang akan datang.
Bro en Sis, Ramadhan memang telah berlalu. Tak mungkin bisa kita minta kembali pada saat ini.
Sebab, waktu memang hakikatnya adalah terus berjalan tanpa perlu menunggu kita siap atau nggak untuk
ngikutinnya. Maka, berbahagialah bagi kita yang bisa memanfaatkan waktu dengan baik dan bahkan sangat
baik. Kita akui bahwa Ramadhan masih menyisakan kenangan, menyisakan segala pernik indah hari-hari
penuh semangat ibadah. Berbagai kegiatan kita gelar. Semua aktivitas yang berpeluang mendapatkan
pahala kita lakukan. Kadang, saking semangatnya, hujan tak peduli, malam tak kita takuti. Subhanallah.
Berkah Ramadhan bisa memberikan energi bagi kita untuk memanfaatkan momen beribadah dengan sebaik-
baiknya. Insya Allah, kita senantiasa berdoa agar apa yang selama ini kita kerjakan mendapat pahala yang
setimpal di sisi Allah Swt. Allah Ta’ala berkenan pula mengampuni dosa-dosa kita sesuai harapan yang kita
selalu penjatkan dalam bait-bait doa kita kepadaNya. Insya Allah.
Sobat muda muslim, hari ini kita sedang menikmati indahnya Syawal. Menikmati karunia Allah Swt.
kepada kita semua untuk bisa bertemu di bulan bahagia. Saling bermaafan dan saling berbagi rasa cinta
dengan sahabat dan juga keluarga besar kita. Buat yang mudik pasti punya pengalaman indah juga ya.
Berkumpul dengan keluarga, dengan orang tua, bahkan teman lama yang berbilang tahun tak jumpa. Momen
Idul Fitri kita manfaatkan dengan lebih baik. Semoga pula, shaum or puasa yang kita laksanakan selama
sebulan penuh di bulan Ramadhan berbuah takwa. Yup, menjadi orang-orang beriman yang bertakwa.
(backsound: Lho, kok nulisnya orang beriman yang bertakwa? Bukankah kalo udah beriman harusnya juga
takwa?)
Hmm.. gini deh, perlu diketahui bahwa orang yang beriman, belum tentu otomatis bertakwa lho. Itulah
sebabnya, Allah Swt. dalam al-Quran menjelaskan bahwa perintah puasa Ramadhan yang diwajibkan kepada
orang-orang yang beriman adalah untuk menjadikannya orang-orang yang bertakwa (coba deh bukan lagi al-
Quran surat al-Baqarah ayat 183 ya). O gitu tah? Iya, karena di awal ayat tersebut Allah Swt. memang
memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Kemudian diakhiri dengan
kalimat: agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa. Itu artinya, antara iman dan takwa adalah dua hal
yang berbeda. Waduh, kalo gitu ternyata berat juga jadi orang beriman ya. Sebab, beriman aja ternyata
belum cukup kalo belum bertakwa. Semoga kita menjadi orang-orang yang beriman dan bertakwa ya. Insya
Allah.

Meraih takwa
Sobat muda muslim, takwa (taqwa) itu berasal dari kata waqa, yaqii, wiqayah dengan makna yang
sejalan, sedang kata muttaqin adalah bentuk faa’il (pelaku) dari ittaqa suatu kata dasar bentukan tambahan
(mazid) dari kata dasar waqa atau secara singkatnya waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara.
Ada juga yang membagi dua definisi taqwa, yakni pertama, hati-hati dan yang kedua meninggalkan yang
tidak berguna. Ada juga yang mengatakan takwa itu mengetahui dengan akal, memahami dengan hati dan
melakukan dengan perbuatan. Sementara muttaqin dapat diterjemahkan menjadi orang yang menjaga diri
untuk menyelamatkan dan melindungi diri dari semua yang merugikan.

| www.gaulislam.com | 144
Nah, secara keseluruhan kata muttaqin adalah menjaga diri untuk menyelamatkan dan melindungi diri
dari semua yang merugikan. Merugikan di sini yang dimaksud yaitu melindungi diri dari segala perbuatan
yang mengandung kemaksiatan, syirik, kemunafikan dsb.
Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Baqarah [2]: 233)
Bro, dalam al-Quran bisa kita temui perintah dan dukungan untuk melaksanakan ketakwaan. Nggak
heran jika seruan agar kaum Muslim meningkatkan ketakwaannya kepada Allah Swt. sering dilontarkan para
khatib Jumat, dan para aktivitis dakwah lainnya pada berbagai kesempatan.
Syaik Abdullah Nashih Ulwan dalam kitab Ruhaniyatud Da'iyah menjelaskan mengenai hakikat takwa.
Menurutnya, takwa lahir sebagai konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk
dengan muraqabatullah, merasa takut dengan murka dan azabNya, serta selalu berharap limpahan karunia
dan maghfirahNya.
Para sahabat dan salafus shaleh (orang-orang saleh terdahulu) yang memahami betul tuntunan al-
Quran, mempunyai perhatian besar terhadap takwa. Mereka terus mencari hakikatnya. Mereka sering
bertanya satu sama lain dan berusaha untuk mendapatkan jawaban tentang takwa. Dalam suatu riwayat
yang sahih, disebutkan bahwa Umar bin Khattab ra bertanya kepada Ubai bin Ka'ab ra tentang takwa. Ubai
menjawab, "Bukankah Anda pernah melewati jalan yang penuh duri?
"Ya," jawab Umar.
"Apa yang Anda lakukan saat itu?" tanya Ubai lagi.
"Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati," kata Umar.
"Itulah takwa," kata Ubai.
Berkaitan dengan hal itu, Sayyid Quthb menuliskan dalam buku tafsir Fi Zhilalil Qur'an, “Itulah takwa,
kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus, selalu waspada dan hati-hati jangan
sampai kena duri jalanan.”
Bro en Sis, ternyata takwa itu identik dengan kehati-hatian. Khawatir berbuat salah. Takut kepada
Allah kalo kita berbuat dosa. Itu artinya, orang yang bertakwa sesungguhnya memiliki hubungan yang
sangat baik dengan Allah (hablum minallah), juga dengan sesama manusia (hablum minan naas), dan dengan
makhluk Allah lainnya. So, apakah kita udah dapetin ketakwaan melekat erat dalam diri kita? Semoga ya.
Dan, semoga pula bukan cuma di Ramadhan aja kita mendadak takwa. Tetapi takwa itu bisa awet berlanjut
hingga akhir hayat kita. Insya Allah.

Jejak indah dalam ibadah


Hayo, siapa di antara kamu yang nggak puasa di bulan Ramadhan? Owh.. masa’ sih harus ditanya
seperti ini? Hehehe.. kalem aja, Bro. Saya sekadar sedang menguji. Karena insya Allah saya tahu kok bahwa
kamu--yang insya Allah beriman dengan benar--pasti melaksanakan perintah shaum atau puasa Ramadhan
ini. Iya kan? Yup, saya sekadar ingin meyakinkan aja bahwa kamu baik-baik saja dan rela melaksanakan
ibadah shaum ini. Kalo nggak shaum, duh kebangetan deh. Sebab, semarak Ramadhan cukup terasa di
mana-mana: di rumah, di lingkungan tempat tinggal kita, di sekolah, di tempat kerja, di pasar, di mal, di
jalan raya, di gedung-gedung pemerintahan, di mana saja. Ramadhan memberikan warna dan nuansa
berbeda. Hampir semua orang memanfaatkan momen Ramadhan ini dengan beragam aktvitas bernilai
pahala. Itu sebabnya, nggak usah kaget kalo selain ibadah puasa, juga ramai dengan tadarus al-Quran,
sanlat, kajian keislaman di masjid-masjid bahkan di televisi dan radio. Semua ikut bergembira menyambut
dan mengisi bulan Ramadhan dengan aktivitas yang bisa meningkatkan keimanan dan meraih pahala
sebanyak mungkin.
Sungguh saya sangat terkesan dengan aktivitas yang dilakukan oleh banyak kaum muslimin. Shalat
subuh berjamaah terlihat semarak. Masjid seolah sesak dengan membludaknya jamaah. Terutama di awal-
awal Ramadhan. Begitupun dengan shalat dhuhur, ashar, maghrib dan isya. Hampir di semua masjid
berbeda dari biasanya. Terutama dalam jumlah jamaah yang melaksanakan shalat lima waktu. Nggak
ketinggalan juga shalat sunnah taraweh berjamaah di masjid, sangat antusias dilakukan kaum muslimin.
Buktinya, hampir setiap malam masjid ramai dijejali jamaah yang ingin ‘ngalap’ pahala yang melimpah.
Subhanallah. Sungguh indah ibadah di bulan Ramadhan. Pantas saja banyak kaum muslimin yang merindukan
Ramadhan datang kembali di tahun depan.
Bro en Sis, meski demikian, tentu saja nikmatnya ibadah Ramadhan bukan sekadar untuk dikenang
rasanya. Tidak. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa “napak tilas” perjalanan ibadah kita pada
bulan Ramadhan agar semangatnya bisa ditularkan di bulan-bulan berikutnya di luar Ramadhan. Sayang
banget kan kalo nikmatinya ibadah hanya dilakukan saat Ramadhan saja. Padahal masih ada sebelas bulan

| www.gaulislam.com | 145
selain Ramadhan yang bisa kita isi dengan ibadah juga. Sehingga bila perlu Ramadhan terasa ‘sepanjang
tahun’. Jejak indah ibadah di bulan Ramadhan terasa sepanjang tahun karena kita tetap semangat
beribadah meski bukan lagi di bulan Ramadhan. Insya Allah.

Masih ada noda di Ramadhan


Sobat muda muslim, di balik indahnya beribadah di bulan Ramadhan, ternyata kita juga tidak menutup
mata bahwa masih ada noda di Ramadhan. Tepatnya, masih ada cela yang ‘merusak’ kemuliaan Ramadhan.
Apa itu? Rasa-rasanya kamu semua udah bisa tahu deh jawabannya. Yup, selama Ramadhan kita bisa
menyaksikan acara televisi yang miskin manfaat, bahkan beberapa acara bisa dikategorikan melanggar
syariat. Tak perlu menyebut nama program dan televisi yang menyiarkannya, insya Allah kamu semua pada
tahu ya (kalo kamu merhatiin perkembangan tersebut tentunya). Ya, hampir selalu seperti itu dalam
beberapa tahun terakhir ini. Ketimbang informasi penting yang berkaitan dengan pendalaman terhadap
ajaran Islam, ternyata banyak acara yang malah menjauhkan hati dan pikiran kita dari mengingat Allah Swt.,
dan nikmatnya ibadah Ramadhan pun hilang begitu saja. Inilah pekerjaan rumah yang perlu kita selesaikan
segera.
Coba deh kamu ingat-ingat, apa saja yang masih terasa menodai indahnya Ramadhan. Masih ingat?
“Hmm.. banyak orang yang nggak puasa. Bener nggak?” mungkin ada di antara kamu yang menjawab
seperti ini.
Owh.. tebakan kamu ada benarnya. Ya, saya sedih banget dan juga kesal. Banyak di antara kaum
muslimin yang nekat nggak puasa. Buktinya, di hari pertama Ramadhan saja masih banyak warung yang
buka di siang hari, meski harus pake hijab alias dihalangi kain untuk menutupi aksi para pelaku maksiat
tersebut. Mungkin masih bisa ditolerir lah kalo jualannya di terminal bis antarkota. Sebab, untuk melayani
mereka yang boleh tidak berpuasa karena sedang dalam perjalanan jauh. Tapi, ini warungnya di sekitar
perumahan atau tempat di mana banyak orang yang tidak terkategori musafir. Itu kan sama aja dengan
memberi peluang orang untuk nggak puasa. Iya nggak sih?
Selain itu, banyak juga remaja yang di bulan Ramadhan, justru pacarannya tetap hot. Halah, memang
sih mereka pergi ke masjid. Tapi ternyata itu sekalian bikin janji untuk dilanjutkan dengan memadu asmara
setelah taraweh atau jalan-jalan subuh dengan lawan jenis. Yee.. puasa sih puasa, tapi kok masih ngelakuin
maksiat? Ingat lho. Memang aktivitas itu nggak bikin puasa kita batal. But, aktivitas tersebut berpeluang
menjadikan kita nggak dapat pahala. Ih, jangan sampe deh. Ngeri en rugi euy!

Bikin Ramadhan sepanjang tahun!


Well, ini tentu bukan berarti menjadikan bulan Ramadhan jadi setahun. Duh, gimana jadinya. Sebulan
aja nggak tahan, karena buktinya banyak yang nggak kuat puasa, gimana kalo sepanjang tahun? Hehehe…
tentu ini bukan maksud saya mengharap Ramadhan sepanjang tahun, tapi kita ambil semangatnya dalam
beribadah. Kalo di bulan Ramadhan kita beribadah seperti nggak kenal lelah, maka di bulan lainnya pun,
diusahakan untuk tetap beribadah, bahkan bila perlu lebih banyak lagi karena nilai pahalanya nggak
sebanding dengan ‘bonus’ pahala di bulan Ramadhan.
Bro en Sis, yuk mulai dari sekarang merencanakan hidup kita setelah Ramadhan ini. Pastikan kita
memiliki konsekuensi takwa tadi. Yakni, menjadi hamba Allah yang takut kepadaNya, sehingga hanya mau
mengerjakan perbuatan sesuai dengan tuntunan Allah Swt. dan RasulNya saja. Bukan aturan lain. Orang
yang bertakwa juga akan memelihara lisan, hati, pikiran, dan perbuatannya agar tetap sejalan dengan Islam.
Konsekuensi ini memang berat. Tapi, harus kita jalankan. Kalo memang kita ingin tunjukkin bahwa kita orang
yang bertakwa. Jangan sampe deh takwa sekadar harapan kosong. Tetapi jadikan takwa sebagai penghias
kehidupan kita sehari-hari dalam segala aktivitas.
Semoga semangat ibadah di bulan Ramadhan yang berhasil kita torehkan bisa kita ikuti jejaknya hingga
sebelas bulan ke depan, meraih sebanyak mungkin pahala bagi bekal di kehidupan akhirat kelak. Iman kita
bertambah, ilmu kita luas, sabar kita meningkat, rasa syukur kita makin kuat, keberanian kita kian kokoh,
semangat dakwah kita makin bergelora, kecintaan kepada Islam terus membara. Subhanallah. Keinginan ini
memang sulit diwujudkan, namun bukan berarti tidak bisa dilaksanakan. Iya kan? Kita bisa senantiasa
berdoa kepada Allah Swt. dan menguatkan tekad untuk memperbaiki diri kita setiap waktu. Agar kita kuat
menjalani sisa kehidupan kita di dunia ini, sehingga tetap semangat dan tetap istiqamah dalam kebenaran
ISLAM. Allahu akbar! [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 146
gaulislam edisi 152/tahun ke-3 (11 Syawal 1431 H/ 20 September 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Sinetron: Yang Dibenci, Yang Dinanti


ari gini yang punya TV pasti nggak asing sama tontonan yang namanya sinetron. Sinema elektronik

H atawa sinetron –istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Bapak Soemardjono, salah satu pendiri
Institut Kesenian Jakarta (IKJ)-udah jadi menu sehari-hari yang buat sebagian orang kudu
dinikmati. Mau yang sinetron sekali tayang habis ala FTV atau yang stripping beratus episode ala Cinta Fitri
ada penggemarnya sendiri. Atau sinetron yang diimpor dari luar Indonesia kayak telenovela yang asalnya
dari Amerika Latin atau soap opera alias opera sabun yang lahir pertama kali di Amerika, plus drama seri
Asia yang diisi akting para artis Korea, Taiwan, dan Jepang, semua makin bikin warna sinetron di Indonesia
beragam, banyak pilihan.
Banyak yang suka sama sinetron karena cerita sinetron yang bikin orang penasaran. Tiap episode
berakhir dengan cerita yang dibuat ngegantung, bikin orang geregetan dan “nagih” untuk besok nonton lagi.
Plus juga pemain-pemainnya yang cantik-cantik en ganteng bikin tangan makin nggak sanggup pencet
remote pindah channel.
Tapi ternyata nggak semua masyarakat merespon keberadaan sinetron ini dengan suka. Ada juga
sebagian masyarakat yang memilih untuk nggak nonton sinetron apalagi yang produk dalam negeri. Bahkan
ada yang sampai bikin gerakan “Anti Sinetron”!
Kalau dicek n crosscek ketidaksukaan sebagian masyarakat terhadap sinetron wajar-wajar aja.
Karena produk sinetron yang ada kebanyakan emang nggak bikin orang tambah pinter ngeliat hidupnya dan
hidup orang lain. Nggak tambah bijak dan lihai untuk bisa ngejadiin diri cari solusi untuk permasalahan hidup
yang sedang dihadapi.
Loh kan sinetron emang bukan media pendidikan kan? Sinetron kan emang peruntukkannya cuma untuk
menghibur. Gitu sih ngelesnya. Iya sih. Sinetron emang dibikin untuk menghibur, tapi kan bukan berarti
melupakan unsur pendidikan. Contohnya –ini contoh yang sering banget dipake’, karena selain yang ini nggak
ada lagi yang lain - sinetron Kiamat Sudah Dekat, Lorong Waktu, atau Para Pencari Tuhan. Lewat
sinetron-sinetron tersebut banyak cerita keseharian ditampilkan plus bagaimana contoh penyelesaiannya
sesuai dengan syariat Islam. Orang nggak ngerasa diguruin, nggak ngerasa diceramahin, tapi bisa dengan
baik bercermin.
Sayangnya nggak banyak sinetron yang semacam itu. Ada juga sih sinetron yang mencoba tampil
islami, apalagi seperti pada Ramadhan kemarin. Tapi karena global idenya masih yang kebanyakan:
perseteruan karena warisan, harta, perempuan, dan mistis hantu-hantuan, walhasil nama Allah, ayat-ayat
Allah yang digunakan di tiap adegan jadi tampak garing. Nggak ada “ruh” yang ditampilkan, bahkan
bertentangan dengan syariat Islam.

Sinetron dihujat, rating tetap nanjak?


Nah, ini fenomena lain dari sinetron di tanah air. Banyak kejadian sinetron yang isinya dinilai banyak
pihak nggak mutu tapi ratingnya tinggi. Kesimpulannya, tontonan yang nggak mutu juga banyak
penontonnya. Berarti penontonnya juga banyak yang nggak mutu dong. Bisa jadi. Bener nggak tuh?
Harusnya bener kan? Glodak!
Tapi, ada temuan nih yang bilang kalo rating bisa juga direkayasa. Rating yang jadi “tuhan” di jagad
sinetron ternyata nggak melulu presentasi dari pilihan penonton. Apalagi mengingat lembaga perating
tayangan televisi di Indonesia itu hanya diisi oleh AC-Nielsen yang asal Amerika. Posisi monopoli bisa
memungkinkan segala praktek di luar kelaziman karena nggak ada yang bisa kontrol.
Jadi nggak seutuhnya bener kalo sinetron booming karena mengikuti keinginan pasar, keinginan
masyarakat. Jangan-jangan masyarakat lah yang dikondisikan untuk mau nerima sinetron dengan segala

| www.gaulislam.com | 147
jenisnya itu. Sama seperti dulu masyarakat yang semula nggak peduli sama urusan gosip via layar kaca,
sekarang malah ketagihan infotaintment.
Nah lho! Kok bisa? Coba deh kita sama-sama teliti tulisan Steven Sterk yang merupakan nama
samaran dari karyawan yang sudah bekerja 6 tahun di AC Nielsen. Teliti sebelum menyimpulkan, dan teliti
dengan menghubungkannya dengan fakta yang ada di hadapan. Siap? Oke, ini dia.
Tujuh fakta di balik AC-Nielsen:
Pertama, AC Nielsen Indonesia tidak memiliki tenaga handal profesional yang direkrut dari luar negeri
demi menjaga kerahasiaan sistem mereka, seperti yang selalu diklaimnya. AC Nielsen Indonesia yang
sekarang banyak ditangani oleh para pekerja Indonesia, yang sebagian besar dari mereka adalah fresh
graduated (sebagian besar adalah lulusan statistik dan matematika). Sehingga kerahasiaan sistem mereka
sebenarnya tidak benar-benar seperti benda suci yang selalu mereka jaga kerahasiaannya. Mereka banyak
merekrut tenaga dari dalam negeri dengan anggapan bahwa tenaga dari Indonesia adalah jauh lebih murah
dibanding mempekerjakan tenaga dari negara mereka yang sudah berpengalaman. Bahkan Hampir setengah
dari tenaga lapangan AC Nielsen adalah para mahasiswa yang belum lulus dengan hitungan tenaga magang.
Sehingga dengan tujuan efisiensi pada sumber daya manusia, mereka bisa lebih banyak mendapat
keuntungan.
Kedua, dengan banyak merekrut tenaga kerja baru lulus kuliah dan mahasiswa magang, AC Nielsen
banyak memberikan toleransi kesalahan data. Terutama data-data yang ada di lapangan. Sering sekali saya
alami penyimpangan data terjadi hanya karena keteledoran SDM semata-mata.
Ketiga, untuk pemilihan demografis responden rating televisi cenderung dilakukan dengan asal-asalan.
Dan tidak diusahakan pemerataan pada sebaran datanya. Misalnya, untuk mengetahui berapa
kecendrungan pemirsa untuk tayangan televisi A, mesti diambil jumlah responden yang seimbang misalnya
untuk kelas ekonomi atas 33,3%, kelas ekonomi menengah 33,3 %, untuk kelas ekonomi bawah 33,3%,
sehingga total 100%. Dengan model seperti ini, diharapkan angka rating yg didapat adalah lebih obyektif.
Namun pada prakteknya, AC Nielsen Indonesia banyak mengambil data responden sebagian besar dari kelas
ekonomi rendah. Profil mereka sebagian besar adalah: ekonomi kelas rendah, berpendidikan rendah, tidak
mempunyai pekerjaan, bekerja sebagai pembantu rumah tangga, pedagang kaki lima, karyawan toko, buruh
pabrik, dan lain-lain. Hal ini menjelaskan mengapa sebagian besar tayangan televisi nasional yang memiliki
rating tinggi justru yang memiliki cita rasa rendah dan apresiasi seni yang rendah. Seperti tayangan gosip
artis, tayangan mistik, film-film hantu, dan sinetron-sinetron picisan.
Tayangan-tayangan televisi yang justru bersifat mendidik dan mencerdaskan akan selalu mendapat
nilai rating yang rendah dari AC Nielsen. Kebijakan ini diambil AC Nielsen karena ia tidak mau membayar
uang imbalan untuk respondennya. Sehingga responden yang diambil adalah kebanyakan dari kaum ekonomi
bawah agar bisa dibayar murah.
Keempat,untuk pemilihan responden secara geografis juga dilakukan dengan tidak merata. Sebaran
data yang diambilnya tidak pernah dilakukan dengan distribusi yang sama rata secara nasional, melainkan
sekitar lebih dari 60% datanya hanya terkumpul dari Jakarta saja.
Kelima, sebagai imbalan (honor), responden rating hanya mendapat souvernir senilai Rp 30,000 s/d Rp
50,000,-saja per bulannya. Sehingga responden cenderung ogah-ogahan untuk menjaga integritasnya.
Keenam, idealnya sebuah keluarga atau sebuah rumah yang menjadi responden televisi menjadi
reponden selama 6 bulan saja atau maksimal selama 1 tahun. Setelah itu AC Nielsen harus mencari
responden baru. Secara statistik hal itu perlu dilakukan demi menjaga obyektivitas data. Agar secara
psikologis, mood responden tidak mempengaruhi data selanjutnya. Namun pada kenyataannya, seorang
responden kebanyakan bisa menjadi responden selama 7 TAHUN LEBIH. Untuk hal ini adalah murni
dikarenakan kemalasan dari manajemen AC Nielsen untuk melakukan pemeriksaan ke lapangan.
Ketujuh, para responden rating AC Nielsen sama sekali tidak mempunyai integritas. Dengan demikian,
beberapa oknum televisi beserta oknum AC Nielsen dapat memberikan “pesanan” kepada ratusan
responden sekaligus agar “memanteng” program televisi tertentu, agar hitungan rating program tersebut
menjadi tinggi. Biasanya jumlah yang diajak adalah sekitar 100 s/d 700 orang dari total 3,500 responden.
dengan 700 orang berarti program tersebut diharapkan sudah memegang rating 1/5 dari total rating.
Biasanya tiap satu kali “memanteng” (demikian sebutannya) tiap responden meminta bayaran Rp
100,000,-. Sehingga dengan 700 orang x Rp 100,000,-, oknum pihak televisi tersebut hanya
mengeluarkan uang Rp 70,000,000 saja per satu kali “manteng”. Dengan begitu angka rating dapat
dimanipulasi dengan mengeluarkan biaya yang relatif murah sebenarnya bagi para stasiun televisi.

| www.gaulislam.com | 148
Bro en Sis, saya dapetin data ini dari sebuah blog. Silakan cek di:
(http://illegalblogging.wordpress.com/2009/06/05/%E2%96%A0-kenapa-sinetron-picisan-bisa-masuk-
prime-time-rating-palsu-ac-nielsen/)
Nah gimana menurut kamu setelah meneliti tulisan Steven Sterk di atas? Nyium-nyium bau nggak
sedap “rekayasa” atau “konspirasi” kah? Hehehe … lebay ya pake bawa-bawa istilah konspirasi? Apapun
istilahnya, fakta di lapang sinetron yang isinya nggak jelas tapi ratingnya teratas emang nggak jauh dari apa
yang dibeberkan oleh Steven. Penyebabnya? Ya karena “ada main mata” antara pihak TV atau PH dengan
AC Nielsen. Rahasia umum yang masih dianggap tabu oleh sebagian orang untuk dibilang bukan rahasia lagi.

Behind the scene


Sinetron bisa ada di layar kaca pastinya dengan proses. Proses berlapis yang melibatkan banyak pihak.
Kalau bicara soal konten cerita ada tiga pihak yang punya peran penting yaitu produser, sutradara, dan
penulis skenario, selain TV sebagai fasilitator.
Produser punya wewenang yang sangat besar untuk nentuin mana cerita yang lolos, mana yang
harus direvisi dulu, mana yang harus langsung masuk tong sampah. Penulis skenario jarang banget punya
bargaining position untuk menyampaikan argumentasi. Ya iyalah, karena produserlah yang punya fulus.
Apalagi TV kadang punya permintaan-permintaan khusus ke PH (produser) demi upaya penyelamatan rating.
Ceritanya harus ditambah porsi Si Tokoh X, dikurangin di bagian ini, yang bagian itu dihilangin aja. Begini-
begitu. Begitu-begini. Jadi, nggak ada tayangan sinetron yang asli 100% eksekusi ide dari penulis.
Makanya jadi berat untuk para penulis idealis untuk bisa tetap mempertahan idealismenya, yang
nggak pengen keyboard-nya dinodai pembodohan masyarakat. Semua akhirnya runtuh di hadapan kapital
alias uang. Hidup kan butuh duit. Keluarga mau dikasih makan apa kalau nggak ada job nulis. Muncul
dilema.
Kalau yang masih bertahan, pilihannya cuma dua. Mereka harus berusaha lebih keras lagi, doa lebih
khusyuk lagi untuk bisa nyantol sama produser dan sutradara yang punya visi dan misi idealisme yang
sama, dan itu jaraaa...ng banget. Atau banting stir nulis yang lain yang dinilai itu bisa menyelamatkan
misinya. Ya gitulah kapitalisme bikin keinginan hidup yang lempeng jadi susah banget.

Semua kudu bertanggung jawab


Masalah mutu tayangan TV di Indonesia termasuk sinetron nggak cuma jadi tanggung jawab satu
pihak. Pemerintah, pengusaha televisi, PH, juga masyarakat penonton punya porsi tanggung jawab
masing-masing.
Bagi pengusaha televisi dan PH udah saatnya menginvestasikan modal yang dimiliki untuk ikut
mencerdaskan bangsa. Cerdas yang nggak hanya ukuran duniawi, materi, tapi juga ukhrowi. Cerdas
menjalani hidup sebagai makhluk Allah Swt.: mampu mengurai permasalahan hidup menggunakan penuntun
yang sudah dianugerahkan Allah yaitu al-Quran dan as-Sunnah dan mampu menghadirkan solusi itu buat
orang lain juga.
Bagi masyarakat penonton, punya tanggung jawab untuk saling mengingatkan demi saling
meningkatkan kualitas diri. Kualitas sejati sebagai hamba Allah yang peduli, bervisi kebangkitan dan bermisi
perjuangan bersandar keimanan, seperti yang selama ini diupayakan oleh buletin kesayangan kamu,
gaulislam ini.
Tanggung jawab terbesar ada pada pemerintah sebagai pihak yang diamanahi untuk mengayomi dan
membina masyarakat. Sabda Rasulullah saw: “Imam adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap
rakyat yang diurusnya.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Sudah saatnya para pemimpin negeri ini mengambil standar yang mapan yang benar-salah, hitam-
putihnya jelas dan terang yaitu syariat Islam. Sehingga tayangan pun bisa disensor atau dinilai dengan
benar-salah yang juga terang. Menutup kemungkinan tumpulnya gunting sensor. Karena yang jadi korban
nantinya juga anak bangsa sendiri. Jika anak bangsa rusak, negeri ini pun akan terpuruk. Dan, pastinya
bukan itu yang kita semua mau. [nafiisah fb: http://sastralangit.wordpress.com]

| www.gaulislam.com | 149
gaulislam edisi 153/tahun ke-3 (18 Syawal 1431 H/ 27 September 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Peduli Dakwah, Kenapa Tidak?


S ori bin maaf Bro en Sis, pas mau liburan kemarin nggak bilang-bilang dulu. Nggak ngasih pengumuman
di edisi cetak. But, bagi kamu yang stay tune terus di edisi online-nya, gaulislam tetap terbit tanpa
henti setiap pekannya. Lagian nggak ada alasan untuk nggak terbit tiap pekan. Sebabnya, gaulislam
udah punya website, terus editor dan para penulisnya juga pada punya website, blog dan akun di facebook,
jadi publikasi tulisannya bisa langsung deh di website, blog, dan akun facebook mereka. Belum lagi gaulislam
punya kerjasama dengan banyak pihak, khususnya para pengelola website, jadi bisa naro naskah di manapun.
Adapun edisi cetak, ini untuk memberikan kesempatan bagi kamu yang nggak bisa akses internet. Supaya
bisa ngikutin juga manfaat yang ditebar gaulislam. Insya Allah.
Bro en Sis, akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan banyaknya informasi yang bikin umat Islam merasa
terpojok. Abisnya, gimana dong, kasus di Ciketing, Bekasi, malah umat Islam di situ yang dituduh tidak
toleran kepada umat agama lain, sampe-sampe ada lho mereka yang ngaku muslim malah merasa minder
dan bela-belain agama lain. Padahal, mereka bukan orang yang tinggal di sana dan hanya tahu dari media
massa. Jadinya gimana? Ya, jadinya ngawur,, ngasih judgement nggak pas. Tuduh sana tuduh sini.
Seharusnya kan, lakukan investigasi, media massa juga wajib beritakan secara berimbang. Bagi kita yang
ingin mendapatkan keputusan akurat, bawalah kasus itu ke pengadilan atau pihak berwenang sejenisnya
untuk mengurus masalah itu. Setelah tahu duduk perkaranya, bolehlah kita menilai. Siapa yang salah, siapa
yang benar, siapa yang berbohong, siapa yang jujur. Gitu lho.
Eh, masalah itu belum beres, muncul kasus lain. Densus 88 Antoteror menembak mati beberapa
orang dari gerombolan perampok Bank CIMB di Medan. Belum selesai penyelidikan dan penyidikan, kok tiba-
tiba diberitakan bahwa perampokan itu adalah bagian dari aksi teroris Al Qaeda Aceh. Menurut cerita polisi
(yang belum tentu benar itu), para teroris melakukan perampokan untuk membiayai perjuangan mereka.
Lha, tahu dari mana? Parahnya, media massa juga bukan memberikan berita, tapi menuliskan cerita yang
sumbernya juga cuma dari polisi. Walhasil, kasus ini diduga kuat merupakan rekayasa dan upaya pemberian
cap negatif kepada kelompok tertentu, khususnya umat Islam. Waduh!

Jangan ragu, dakwah tetaplah melaju


Bro en Sis, berdakwah itu tugas mulia seorang muslim. Terlepas dari adanya kasus terbaru itu atau
tidak, dakwah mah tetap wajib terus berjalan. Termasuk buat kita para remaja muslim yang shalih dan
shalihah, jangan kendor dong semangatnya. Justru kita kudu buktikan bahwa tuduhan-tuduhan yang
menyebutkan Islam sebagai agama teror dan umatnya gemar bikin teror adalah tuduhan keliru yang punya
bapak salah alias keliru bin salah. Tuduhan yang ngaco, gitu lho.
Oya, ngomongin soal dakwah biasanya kamu langsung mengkerut dahinya. Hehehe.. pengalaman
membuktikan bahwa remaja ogah deket-deket dengan dakwah. Tapi, gaulislam, buletin kesayangan kita
semua ini, bakalan ngajak kamu bermain sambil belajar mengenal apa itu dakwah dan tentu saja
menyarankan kamu semua untuk peduli dengan dakwah. So, pasti dakwah Islam, dong. Dan, harap dipahami,
bahwa dakwah Islam nggak melulu tugas dan tanggung jawab para ulama atau ustad, lho. Tapi kita semua,
sebagai muslim. Lagian, dakwah bukan selalu berarti harus disampaikan di depan forum besar, tabligh akbar
atau sejenisnya. Nggak juga lho. Kamu menegur dan mengingatkan kawan kamu yang nggak shalat pun, itu
adalah dakwah. Betul?
Mungkin kita pernah bertanya kepada diri sendiri: mengapa ada banyak orang yang mau bersusah
payah mengingatkan orang lain? Mengapa ada begitu banyak orang yang rela kehilangan begitu banyak
waktu hanya untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang dipahami dan diyakininya? Mengapa selalu saja
ada orang yang merasa harus peduli dan cinta kepada orang lain, sehingga ia merasa perlu untuk menegur
dan menyadarkan? Apakah kita sudah punya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut?

| www.gaulislam.com | 150
Seorang teman pernah menyampaikan bahwa ia merasa hampa dalam hidupnya. Padahal, ia sudah
mendapatkan segala cita-cita dan keinginannya. Ia sudah bekerja di sebuah perusahaan asing. Perusahaan
yang setidaknya memberikan jaminan hidup yang lebih dari cukup. Ia pun berambisi ingin meraih gelar
sarjana, maka ia kuliah meski dengan susah payah karena harus berbagi waktu dengan pekerjaannya.
Beberapa tahun kemudian berhasil lulus. Keluarga? Ia bahkan sudah lebih dulu menikah ketimbang saya yang
waktu itu masih luntang-lantung tak karuan. Keluarga? Ia sudah punya anak-anak dan istri yang siap
menemani, mendampingi dan menghidupkan hari-harinya.
Tapi mengapa ia merasa hampa dalam hidup, padahal ia sudah berhasil meraih segala yang diangankan
dan diinginkannya selama ini? Bukankah sebuah kebahagiaan ketika kita bisa berhasil meraih apa yang
selama ini kita harapkan? “Memang bahagia, tapi rasanya belum lengkap,” begitu jawabnya suatu saat.
Ia lantas bercerita bahwa dirinya merasa iri dengan teman-temannya semasa sekolah dulu dan saat
itu masih sering bertemu karena ada sebagian yang bekerja di kota yang sama dengannya. Ia sampaikan
bahwa ia merasa tak berarti apa-apa di hadapan teman-temannya. Meski jika dibandingkan secara ekonomi,
beberapa temannya tak seberuntung dirinya. Tapi ia tetap memendam rasa iri sekaligus rasa kagum kepada
teman-temannya yang senantiasa istiqomah dalam dakwah. Sementara ia sendiri merasa bahwa hidup
sekadar menikmati untuk diri dan keluarganya saja. Ia pantas merasa iri dan kagum kepada teman-
temannya yang, meski dengan kondisi jauh lebih sederhana darinya, tapi mampu berbagi dengan orang lain.
Meski kehidupan ekonomi teman-temannya terbilang biasa, tapi baginya adalah istimewa. Karena teman-
temannya bisa berbagi tenaga, berbagi waktu, dan berbagi ilmu dengan sesamanya.
Kemudian, tak lama setelah ‘curhat’ kecil-kecilan itu, ia bertekad untuk membagi kehidupannya untuk
orang lain. Ia sudah azzam-kan kuat-kuat dalam niatnya untuk terjun dan menyiapkan diri dalam barisan
pengemban dakwah. Ia semangat mengkaji Islam dan tak kenal lelah mencari ilmu. Tak lama kemudian,
dakwah telah menjadi pilihan hidupnya. Ia sudah menyiapkan segalanya untuk itu. Alhamdulillah. Tapi
beberapa waktu lalu, terdengar kabar dari teman saya yang satu daerah dengannya. Kabar yang tak sedap
tentang dirinya: ia futur dari dakwah. Innalillaahi. Mungkin ia belum sepenuhnya siap.
Sebelum bisa menulis seperti ini, sebelum bisa menyampaikan secara lisan kepada orang lain tentang
Islam, saya termasuk orang yang cuek terhadap orang lain. Saya punya prinsip, “Urus diri sendiri, jangan
campuri urusan orang lain. Dan yang terpenting: Jangan membuat susah orang lain”. Itu saja sudah cukup
bagi saya dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Tapi, ternyata prinsip itu runtuh seketika saat seorang teman mengajak saya untuk merenung
tentang hidup. Saya termasuk kagum kepadanya karena di usianya yang masih remaja (waktu itu SMA kelas
2) sudah berani berbicara tentang bagaimana memiliki rasa peduli kepada orang lain, ia sudah dengan tegas
menyampaikan bahwa dakwah adalah perjuangan antara hidup dan mati. Entah dari siapa dan bagaimana
caranya ia mendapatkan prinsip tersebut. Yang jelas dan pasti, pikiran dan perasaannya sudah jauh lebih
dewasa dari fisiknya itu sendiri. Saya salut kepadanya. Karena ia telah begitu serius menyiapkan diri di jalan
dakwah. Subhanallah.
Masih di tahun-tahun yang sama, awal tahun 90-an waktu itu, gairah mengkaji Islam di kalangan
pelajar sangat semarak. Semangat mereka mampu membakar perasaan dan pikiran saya waktu itu. Saya
bahkan merasa yakin, jika banyak anak muda yang memiliki semangat untuk mengkaji Islam, bukan mustahil
bila Islam akan semakin banyak pendukungnya, pembelanya, dan pejuangnya. Akan banyak anak muda muslim
yang berdakwah dengan semangat berkobar-kobar laksana api yang membakar. Ia akan mendidihkan pikiran
dan jiwa sesamanya untuk bangkit bersama membela Islam.
Kini, sudah dua puluh tahun tahun sejak saya tercerahkan dengan Islam, kebanggaan saya kian
memuncak, karena ada banyak generasi pembela dan pejuang Islam yang masih belia, yang ketika jaman
saya seusia mereka masih senang main-main. Kini, semangat untuk mengemban dakwah mengalir sampai
jauh ke generasi yang masih belia. Saya yakin, ini tidak jadi dengan sendirinya, tapi disiapkan oleh orang-
orang yang punya semangat untuk menggerakkan segenap potensi yang dimiliki kaum Muslimin. Insya Allah,
kemenangan Islam, bukan khayalan. Kemenangan Islam bukan juga mimpi atau ilusi. Tapi sebuah kenyataan.
Insya Allah.
Jadi, yuk kita peduli terhadap dakwah. Sejak dari sekarang. Kalo kamu udah jadi anak ngaji dan aktif
berdakwah, sebaiknya pedulimu terhadap dakwah makin kuat. Saya juga sama. Ingin lebih baik lagi
kepeduliannya terhadap dakwah—termasuk tentunya terjun langsung dalam dakwah. Mari sama-sama
saling peduli dan saling menguatkan. Sip deh, kalo barengan gini kan jadinya asik. Ok?
Oya, nih ada pesan bagus lho dari Ustad Aa Gym. Aa Gym, dalam narasi awal di salah satu lagu The
Fikr bertutur: “jalan berliku, terjalnya tebing, curamnya jurang, bukanlah sesuatu yang mengerikan. Yang
paling mengerikan adalah kehilangan keberanian untuk mengarungi kehidupan. Siapapun yang berani

| www.gaulislam.com | 151
mengarungi kehidupan, dia harus menikmati hiruk-pikuk kesulitan, terjalnya masalah, dalamnya kepiluan,
karena di balik semua itu tersimpan hikmah yang dalam. Bagi pencari kebenaran, kenikmatan adalah untuk
terus mencari, mengarungi samudera kehidupan.”
Ayo, tetap semangat, Bro en Sis! Pasti! [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 152
gaulislam edisi 154/tahun ke-3 (25 Syawal 1431 H/ 4 Oktober 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Pemimpin-pemimpin Hebat
S obat muda muslim, ngomongin soal Islam, nggak lengkap kalo kita nggak ngebahas tentang pemimpin-
pemimpin Islam yang mejadikan Islam tersebar dan terbesar dalam sejarah peradaban manusia.
Memberikan manfaat terbanyak yang menjangkau wilayah hampir 1/3 luas daratan di dunia.
Subhanallah.
Kalo mikirin pemimpin sekarang?Aduh, kayaknya ribet. Sori ya bukan maksud merendahkan, tapi
faktanya lebih banyak yang rese. Korupsi merajalela di mana-mana, kriminalitas membengkak jumlahnya,
kerusakan moral ada di tiap sektor kehidupan, banyak juga remaja yang asik masyuk dalam birahi ilegal,
seneng nyantai mantengin game online sampe nggak shalat, narkoba jadi barang dagangan dan lain
sebagainya. Selain itu, aksi Densus 88 Antiteror yang main hakim sendiri dan menebar teror atas nama
keamanan negara. Ngeri. Welcome to the Jungle! (begitu kira-kira Axl Rose, vokalisnya Guns N’ Roses
berteriak di album Appetite for Destruction, 1987).

Belajar dari pemimpin Islam


Ini sepenggal kisah tentang Abu Bakar ash-Shiddiq ra. yang dinukil dari kitab al-Bidayah wa an-
Nihayah, bab Masa Khulafaur Rasyidin, karya Ibnu Katsir. Selepas dibaiat, Abu Bakar mulai berpidato
setelah memuji Allah Pemilik segala pujian, ‘Amma ba’du, “Para hadirin sekalian, sesungguhnya aku telah
terpilih sebagai pimpinan atas kalian dan bukanlah aku yang terbaik. Maka jika aku berbuat kebaikan
bantulah aku. Dan jika aku bertindak keliru maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sementara
dusta adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian, sesungguhnya kuat di sisiku hingga
aku dapat mengembalikan haknya kepadanya, insya Allah. Sebaliknya siapa yang kuat di antara kalian, maka
dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya. Tidaklah
suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali Allah akan timpakan kepada mereka suatu kehinaan, dan
tidaklah suatu kekejian terbesar di tengah suatu kaum kecuali adzab Allah akan ditimpakan kepada seluruh
kaum tersebut. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan RasulNya. Tetapi jika aku tidak mematuhi
keduanya maka tiada kewajiban taat atas kalian terhadapku. Sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan
shalat semoga Allah merahmati kalian.” (Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah 4/413-414, tahqiq Hamma
Sa’id dan Muhammad Abu Suailik)
Bagaimana dengan Umar bin Khaththab ra? Bro, beliau bahkan sudah didoakan oleh Rasulullah untuk
bisa masuk Islam. Dalam sebuah riwayat dituturkan, “Nabi saw telah berdoa kepada Allah swt, Ya Allah
kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai, dengan ‘Umar bin Khaththab
atau dengan Abu Jahal bin Hisyam.” (HR Tirmidziy, dari Ibnu Umar. Shahih)
Inilah doa Rasulullah saw. ketika beliau sangat menginginkan salah seorang dari dua umar tersebut
bisa masuk Islam. Ketika itu, keduanya masih dalam kondisi kafir. Mereka juga memiliki kesamaan karakter,
bersikap sangat keras terhadap siapa saja yang dimusuhinya. Hingga akhirnya, Allah swt mengabulkan doa
Rasulullah saw dengan menjadikan Umar bin Khaththab sebagai seorang Muslim. Bahkan lebih dari itu,
Umar ra. menjadi pengikut Muhammad saw. yang setia membela dan memperkokoh risalah Islam seraya
tetap memiliki sifat kerasnya, yang sangat keras terhadap musuh-musuh Allah dan RasulNya, musuh-
musuh Islam, namun sangat terlihat lembut kepada kaum Muslimin, bahkan lebih lembut daripada perlakuan
mereka kepada Umar sendiri. Sebagaimana yang dikatakannya, “Kekerasanku hanya berlaku bagi mereka
yang menyimpang dari aturanku. Dan bagi mereka yg bersama Allah maka kelembutanku melebihi dari pada
saudaraku sendiri”
Khalifah Umar ra., pemimpin negara Khilafah yang luas wilayahnya meliputi Jazirah Arab, Persia, Irak,
Syam (sekarang: Syria, Yordania, Lebanon, Israel, dan Palestina), serta Mesir, pernah berkata: “Andaikan

| www.gaulislam.com | 153
ada seekor hewan di Irak kakinya terperosok di jalan, aku takut Allah akan meminta pertanggung-jawabanku
kenapa tidak mempersiapkan jalan tersebut (menjadi jalan yang rata dan bagus).”
Bahkan, beliau tidak pandang bulu. Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah menyita sendiri seekor unta
gemuk milik putranya, Abdullah bin Umar, karena kedapatan digembalakan di padang rumput milik Baitul
Mal. Ini dinilai Umar sebagai bentuk penyalahgunaan fasilitas negara.
Kerisauan Umar ra. yang takut kelak akan dihadapkan pada pengadilan Allah, kemudian beliau risau
kalau ditanya tentang rakyatnya. Kata beliau, “demi Allah kalau benar aku telah berbuat adil terhadap
mereka, aku tetap khawatir akan diri ini. Aku khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan Allah. Dan risau
kalau ada rakyat yang terzalimi olehku, sedangkan aku tidak menyadarinya”
Umar bin Khaththab terkenal tegas dan kukuh dalam berpegang kepada kebenaran. Namun, dalam hal
kematian beliau pun senantiasa teringat padanya. Beliau menangis saat mendengarkan ayat-ayat atau
peringatan tentang akhirat. Bahkan cincin yang dikenakannya bertuliskan “Kematian itu sudah cukup
sebagai peringatan, wahai Umar!” Demi menumbuhkan keberanian rakyat mengoreksi aparat, Khalifah Umar
bin al-Khaththab di awal pemerintahannya pernah menyatakan, “Jika kalian melihatku menyimpang dari jalan
Islam maka luruskan aku walaupun dengan pedang.”
Beliau juga mengajarkan para pemimpin di bawahnya, yakni para gubernur untuk tidak
menyalahgunakan kekuasaannya. Pernah ‘Amru bin Ash, gubernur yang sangat berjasa menaklukkan Mesir,
diberi hukuman cambuk karena seorang rakyat Mesir melapor bahwa dirinya pernah dipukul sang gubernur.
Orang yang melapor itu sendiri yang disuruh memukulnya.
Abdulah bin Qathin, seorang gubernur yang bertugas di Hamash, pernah dilucuti pakaiannya lalu
disuruh menggantinya dengan baju gembala, kemudian disuruh menggembala domba beberapa saat.
Sebelumnya ada yang diperintahkan membakar pintu rumahnya, karena salah seorang rakyatnya bercerita
setelah ditanya oleh Umar tentang keadaan gubernurnya. Dia menjawab, “Cukup bagus, hanya sayangnya
dia mendirikan rumah mewah.”
Kemudian gubernur itu disuruh memasang kembali pintunya dan dipesan, “Kembalilah ke tempat
tugasmu tapi jangan berbuat demikian lagi. Saya tidak pernah memerintahkan engkau membangun rumah
besar,” tegas Umar.
Sebaliknya, terhadap gubernurnya yang sederhana, Umar sangat sayang. Seperti yang dilakukannya
terhadap Sa’ad bin al-Jamhi yang diprotes rakyatnya karena selalu terlambat membuka kantornya, tidak
melayani rakyatnya di malam hari dan tidak membuka kantor sehari dalam seminggu. Itu dilakukan karena
Sa’ad tidak memiliki pembantu sehingga dia membantu istrinya membuatkan adonan roti. Nanti setelah
adonan itu mengembang, barulah berangkat ke kantor.
Sa’ad tidak melayani rakyatnya di malam hari karena waktu itu digunakan untuk bermunajat dan
memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sengaja tidak membuka kantor sehari dalam
seminggu kecuali di sore hari karena ia harus mencuci pakaian dinas dan menunggu hingga kering.
Bro en Sis, kayaknya kamu perlu tahu juga deh kisah Umar bin Abdul Aziz, yang juga sebagai khalifah
(kepala negara). Ketika itu, dunia Islam berada di bawah kepemimpinan Khilafah Bani Umayyah. Tersebutlah
dalam sejarah, Khalifah ke-8 Bani Umayyah, yakni Umar bin Abdul Aziz (memerintah 717-720 M) sebagai
salah seorang Amirul Mu’minin yang menggoreskan tinta emas dalam bingkai sejarah kejayaan kekhalifahan
di masanya. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang menjadi teladan atas kepemimpinannya serta dalam
menjaga kesejahteraan dan keamanan rakyatnya.
Beliau juga dikenal teladan dalam mengatur pemerintahan dan mengatur aparat-aparatnya, lho.
Termasuk dalam memberantas korupsi. Dalam sebuah riwayat disebutkan, suatu ketika, demi menjaga agar
tidak mencium bau minyak wangi yang bukan haknya, Khalifah Umar bin Abdul Azis sampai menutup
hidungnya saat mengunjungi baitul mal yang di dalamnya ada tempat penyimpanan minyak wangi. Maka,
dengan teladan pemimpin, pemberantasan tindak korupsi jadi mudah. Umar berupaya untuk membersihkan
baitul mal dari pemasukan harta yang tidak halal dan berusaha mendistribusikannya kepada yang berhak
menerimanya saja. Umar membuat perhitungan dengan para Amir bawahannya agar mereka mengembalikan
harta yang sebelumnya bersumber dari sesuatu yang tidak sah. Di samping itu, Umar sendiri
mengembalikan milik pribadinya, yang waktu itu berjumlah sekitar 40.000 dinar setahun, ke baitul mal.
Harta tersebut diperoleh dan warisan ayahnya, Abdul Aziz bin Marwan.
Ini dia yang benar-benar ikhlas demi semata mengharap ridho Allah Swt. ketika berkuasa dan
memimpin rakyat. Jabatan bukanlah alat untuk menumpuk harta demi memperkaya diri dan keluarganya.
Sebab, jabatan adalah amanah. Umar bin Khaththab dan Umar bin Abdul Aziz udah nunjukkin tanggung
jawab dan keikhlasannya ketika menjadi pemimpin. Subhanallah. Keren banget euy! Pas deh dengan sabda

| www.gaulislam.com | 154
Rasulullah saw.,”Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan
ia akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Bro en Sis, mimpikah semua itu? Nggak. Itu pernah terjadi di masa pemerintahan Islam. Kalo
sekarang? Ah, kamu jangan pura-pura nggak tahu, kamu kan bisa lihat sendiri gimana para pemimpin
sekarang. Iya kan? Pada ngejar jabatan. Nyari suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu atau pemilukada
demi meraih jabatan tertinggi itu. Obral janji manis yang sering kali tak terbukti (backsound: langsung deh
nyanyi dangdut: “kau yang berjanji kau yang mengingkari”). Jadi wajar memimpin bukan untuk mengayomi
rakyat, tapi menghamba pada kepentingan pribadi, keluarga, partai, dan kelompoknya. Naudzubillah min
dzalik! [solihin: Twitter: @osolihin]

| www.gaulislam.com | 155
gaulislam edisi 155/tahun ke-3 (3 Dzulqaidah 1431 H/ 11 Oktober 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Bakat Anak Indonesia Dieksploitasi!


A
cara bertajuk mencari bakat anak-anak Indonesia sedang menjamur sekarang ini. Hampir semua
stasiun TV berlomba-lomba menggelar acara yang mirip satu sama lain. Indonesia Mencari Bakat
yang diselenggarakan oleh Trans TV muncul lebih dulu dan menyedot banyak perhatian permirsa. Tak
lama kemudian, nongol Indonesia’s Got Talent, sebuah acara yang mendapat lisensi dari Fremantle Media.
Isinya persis plek dengan America’s Got Talent, Britain’s Got Talent, dll.
Setelah era AFI, Indonesian Idol dan dan beberapa acara sejenis namun kurang tenar berlalu, muncul
yang namanya Mama Mia dan hal-hal yang ber’bau’ anak dan mama. Kemudian, muncullah ajang pencarian
bakat baik yang memakai judul bahasa Indonesia ataupun yang menjiplak plek dari bahasa aslinya yaitu
bahasa Inggris. Tapi intinya mah saja, mengekor kreativitas dari negara yang dianggap lebih daripada dirinya
sendiri.
Masyarakat Indonesia pun terlena, mulai dari anak kecil hingga dewasa bahkan ibu-ibu dan bapak-bapak
serta kakek-nenek pada mantengin acara pencarian bakat ini. Semua punya jago masing-masing. Ada yang
milih Hudson, penyanyi ‘transgender’ alias separuh laki-laki dan separuh perempuan. Ada juga yang ngefans
berat dengan Brandon, si kecil yang lincah kayak bola bekel. Lalu ada juga yang berada di pihak Putri, si
penyanyi seriosa atau bahkan Klanthink, grup pemusik jalanan yang bisa eksis hingga tahap final.
Sebagai remaja muslim yang cerdas, gimana sih kita menyikapi semua ajang pencarian bakat seperti
ini? Apa iya kita kudu mantengin aksi-aksi mereka setiap tampil di TV terus ikut-ikutan kirim polling SMS?
Atau kita sama sekali anti terhadap tayangan sejenis dan tak mau tahu sama sekali tentangnya?
Hmm…gimana ya enaknya. Yuk kita bahas satu demi satu. Lanjoott!

Tambang uang kapitalisme


Semua acara audisi yang mengeksploitasi kemampuan diri apalagi body (baca: tubuh), bertujuan UUD
(Ujung-Ujungnya Duit) juga. Masyarakat yang gampang dibuat tersihir oleh tayangan TV adalah mangsa
yang empuk untuk menggali tambang uang ini. Mereka enggan beranjak apalagi ketika jagoannya lolos dari
eliminasi. Karena itu, si pembawa acara tak bosan-bosannya mengajak pemirsa untuk terus mengirim SMS
dukungan agar idolanya tidak berada di level terendah perolehan SMS.
SMS ini tarifnya premium alias kalo bahasa awamnya sih, MAHAL. Normal SMS kan tarifnya sekitar
100-150 rupiah sekali kirim. Kalo tarif lomba-lomba beginian biayanya 2000 rupiah. Coba kamu kalikan nilai
ini dengan 1000 orang yang mengirim SMS, dan satu orang mengirim nggak hanya sekali tapi bisa 10 kali
misalnya. Berhubung jumlah masyarakat Indonesia sekitar 200 juta lebih, 1% saja mengirim, wow….akan
didapati jumlah yang sangat fantastis hanya dari perolehan SMS.
Perolehan iklan bagaimana? Ini juga tak kalah fantastis dan bombastis jumlahnya (hehehe…sesekali
memakai kosakata hiperbola). Hitung saja jumlah iklan setiap jeda penampilan dan kalikan berapa kali jeda
selama acara tersebut ditayangkan. Padahal sekali tampil suatu iklan, nilai nominalnya lumayan mahal juga
lho. Itungannya per detik dan tergantung ditaro di prime time (waktu utama) atau bukan. Kalo nggak salah
di waktu biasa aja, pagi menjelang siang, per 15 detiknya bisa 30 juta lho. Kalo 30 detik yang 60 juta. Itu
sekali tayang. Kalo sehari sampe 10 kali tayang? Lebih dari setengah M (ini singkatan dari Milyar, bukan
eMber hehehe). Belum lagi produksi iklannya yang bisa mencapai ratusan juta karena harus ngurus ijin,
menggunakan jasa selebriti dan sebagainya. Pasti deh langsung *tuing-tuing* pusing karena mikirin duitnya.
Gimana nggak, kalo uang sebanyak itu kita cuma bisa menghitung di atas kertas tanpa pernah punya sendiri
(huu…bilang aja kalo pingin jadi orang kaya juga :D)
So, gimana dengan bakat dari para pelaku entertainer itu sendiri ya? Beberapa bakat anak bangsa
yang diaudisi sudah diseleksi, sekarang bagaimana dengan bakat mereka sendiri untuk menampilkan karya
anak bangsa yang kreatif? Kenapa juga harus membebek terus pada program sejenis dari mancanegara?

| www.gaulislam.com | 156
Indonesia adalah megara ke-35 yang menjadi pemegang izin terselenggaranya acara serupa loh. Semua ini
tak lebih hanya sekadar mencari formulasi baru agar masyarakat Indonesia tetap keranjingan TV.

Wanted: bakat dunia akhirat


Bukan maksud ikut-ikutan acara audisi pencarian bakat seperti di TV swasta itu. Tapi di sini kita
semua diajak mikir, apakah tak ada bakat lainnya yang dimiliki oleh anak Indonesia selain dari joged dan
nyanyi? Hampir semua peserta menampilkan kebolehan dirinya di bidang ini. Mengapa pula tak ada ajang
pencarian bakat yang menyaring anak-anak hebat bukan hanya berdimensi dunia tapi juga akhirat?
Acara Laptop si Unyil pernah menampilkan sosok tiga bersaudara yang hafidz alias penghafal al-Quran.
Usia mereka di bawah 10 tahun dan hidup dalam kondisi sangat sederhana. Anak-anak ini adalah anak-anak
hebat yang ‘bakatnya’ (baca: potensinya) sangat susah dicari tandingannya di zaman yang semua serba
matrealistis ini. Tapi adakah yang peduli dengan kehebatan anak Indonesia yang model begini?
Orang-orang, baik pemirsa TV, pemilik TV, penggiat TV mulai dari produser, sutradara, penata acara,
dll cenderung lebih suka anak-anak Indonesia yang terlihat glamour daripada sosok yang bersahaja namun
jelas-jelas berprestasi. Bukan hanya bakat, tapi kecemerlangan otak telah dimiliki oleh anak-anak yang hafal
al-Quran ini. Hanya orang-orang dan anak-anak yang ‘bersih’ dan cemerlang daya pikirnya saja yang bisa
mencapai tahap level ini.
Potensi yang dimiliki seseorang itu bukan sesuatu yang tiba-tiba atau jatuh dari langit datangnya.
Seorang Brandon yang pintar breakdance bukan tiba-tiba bisa begitu saja. Sejak kecil ia terbiasa
mendengar musik rancak yang memang memancing pendengarnya untuk bergerak. Bukan itu saja, Brandon
juga sering melihat video yang berisi orang-orang dewasa sedang ‘dance’. Input dari musik dan tayangan ini
memberi efek pada Brandon untuk menirukan gaya mereka. Di usia 3 tahun, ia sudah bisa menari perut
meskipun di usia selanjutnya ia lebih tertarik pada gerakan breakdance.
Itu hanya satu contoh saja. Lingkungan yang membentuk ‘bakat’ seseorang. Kesempatan memperoleh
orang tua yang mendukung pilihan anaknya adalah hal lain. Begitu juga faktor minat si anak juga
menentukan apakah anak tersebut bisa disebut berbakat atau tidak. Tapi di atas semua itu, bakat yang ada
seharusnya makin membuat nilai kemanusiaan kita bertambah di mata Allah. Karena kehidupan sekarang ini
kan bukan segalanya. Materi juga akan ada habisnya. Cuma bekal yang baik saja sebagai teman menuju
kehidupan abadi, akhirat yang kekal.

So, finally…
Bagi diri seorang muslim, ada standar yang harus diikuti olehnya yaitu apa kata hukum syara terhadap
setiap perbuatan. Plus juga ada skala prioritas yang harus diingat. Entah berapa waktu yang dihabiskan
oleh Brandon, Putri Ayu dan remaja-remaja lain yang ingin kaya dan terkenal dengan instant untuk melatih
bakat mereka itu. Padahal masih banyak PR remaja yang harus segera dikerjakan agar negeri ini tidak terus
terpuruk pada kubangan kenistaan karena ditinggalkannya syariat Islam.
Pada website resmi transTV sebagai penyelenggara acara Indonesia Mencari Bakat, tertulis tujuan
bahwa program ini bisa menjadi sebuah kampanye untuk membangkitkan semangat anak bangsa,
memotivasi setiap generasi, dan mendobrak pesimisme bangsa ini. Tapi saya pribadi sangat tidak yakin
tujuan ini tercapai. Yang ada malah jutaan anak bangsa semakin hidup dalam dunia impian bisa ke Jakarta
dan menjadi terkenal dengan cara instan. Anak bangsa yang terpinggirkan oleh sistem dan semakin pesimis
menghadapi kehidupan.
Lihat saja, betapa banyak anak cerdas yang tak bisa sekolah. Padahal pendidikan adalah pintu gerbang
luar biasa untuk memperbaiki taraf kehidupan. Bandingkan dengan mereka yang cuma goyang kanan dan kiri
langsung dapat uang banyak. Karena memang faktanya di negeri ini, intelektualitas anak bangsa berharga
jauh lebih murah daripada suara biduan dan akting para aktris. Jadi tujuan diselenggarakannya program
pencarian bakat sejenis sebagaimana ditulis di atas, jauh panggang dari apinya, alias gatot (gagal total).
Tak bisa tidak kita kembali saja kepada aturan hidup yang memanusiakan manusia. Aturan hidup ini
sudah teruji selama 14 abad menghasilkan anak-anak cemerlang yang berbakat dunia akhirat. Siapa tak
kenal nama Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al-Khawarizmi dan masih banyak lagi talenta-talenta hebat yang
membawa peradaban gemilang. Mereka paham dunia sebagai ilmuwan (fisika, astronomi, kedokteran, dll)
dan paham akhirat sebagai ilmuwan juga (ulama). Keilmuwan mereka mencakup ilmu dunia dan akhirat.
Belum pernah terdengar ada peradaban bangsa yang besar berawal dari pemudanya yang suka joget atau
nyanyi. Itu mah, peradaban sampah!
Nah, tak usah bermimpi lagi ya sebagai the next idol dalam pencarian bakat anak bangsa ini. Menonton
pun sekadarnya saja, sebagai upaya untuk memahamkan umat tentang tidak pentingnya acara beginian

| www.gaulislam.com | 157
dalam kehidupan kamu. Bahkan bukan hanya acara ini saja, mayoritas acara di TV nasional kita adalah racun
bagi jiwa dan otak kita.
So, ayo kita pakai saja audisi potensi anak Indonesia dan bahkan anak dunia dengan Islam sebagai tolok
ukur aturan dan Allah sebagai tujuan. Berlomba-lomba dalam kebaikan adalah aktivitasnya, bukan yang lain.
Tentu, semuanya berdasarkan ajaran Islam dong ya. Gimana, setuju? Kalau begitu, mari kita mulai lomba ini.
Siap? Mulai! [ria: riafariana@gmail.com]

| www.gaulislam.com | 158
gaulislam edisi 156/tahun ke-3 (10 Dzulqaidah 1431 H/ 18 Oktober 2010)
http://gaulislam.com
http://facebook.com/buletinremajagaulislam
http://twitter.com/gaulislam

Tuhan Ada dan Tuhan Tidak Mati


A
pa yang kamu tahu tentang Friedrich Wilhelm Nietzsche? Yup, doi lebih akrab dengan panggilannya
“Nietzsche Sang Pembunuh Tuhan” yang memproklamirkan bahwa “Tuhan telah mati” menjelma
menjadi tokoh atheis yang cukup ternama. Kamu tahu band metal di Bandung yang bernama
Forgotten? Yup, band ini juga mempunyai lagu dengan judul yang sama dengan apa yang telah
diproklamirkan oleh Nietzsche: “Tuhan telah mati”.
Mungkin Forgotten banyak terinspirasi dari Nietzsche. Nietzsche tidaklah sendirian dalam
keatheisannya, masih ada beberapa tokoh seperti Sigmun Freud, Charles Darwin, Ludwig Feuerbach,
Stephen Hawkins dan lain-lain. Tokoh-tokoh ini adalah orang-orang yang tidak percaya akan eksistensi Tuhan
dan mungkin bila Tuhan itu ada, Tuhan tidak lagi dibutuhkan di dunia ini dan telah menjadi sampah. Begitulah
kalo kaum agnostik ngomongin soal Tuhan yang hampir-hampir mirip dengan golongan atheis.

Kebanggaan atheis
Bro en Sis, para atheis sering lho ngebangga-banggain teori Big Bang dalam proses penciptaan
bumi dan pada proses tersebut mereka mengatakan tidak ada campur tangan Tuhan di sana. Ada juga
beberapa pertanyaan klasik dari para atheis yang sering dilemparkan kepada para theis, yaitu: “Dapatkah
Tuhan menciptakan batu yang sangat besar sehingga Tuhan tidak dapat mengangkatnya?” dan yang kedua
“Untuk apa Tuhan menciptakan manusia?”.
Bro en Sis, pertanyaan mereka tersebut merupakan pertanyaan-pertanyaan klasik yang sudah
terjawab, hanya saja mereka mengembangkannya dengan beberapa sangkalan untuk memojokkan para
theis. Contohnya pertanyaan pertama, kalo kita kaji lagi pertanyaan tersebut maka pertanyaan tersebut
tidak bisa kita jawab dengan “Tuhan dapat menciptakan batu tersebut dan tidak dapat mengangkatnya”
atau “Tuhan tidak dapat menciptakan batu tersebut”. Karena jika Tuhan dapat menciptakan batu tersebut
maka mereka para atheis bertanya: “Di mana ke-Mahakuasaan Tuhan sehingga Ia tidak dapat mengangkat
batu tersebut?” atau jika Tuhan tidak dapat menciptakan batu tersebut, mereka akan bertanya: “Di mana
ke-Mahakuasaan Tuhan sehingga Ia tidak dapat menciptakan batu tersebut?”
Contoh yang kedua, “Untuk apa Tuhan menciptakan Manusia?”. Boys and gals, masih banyak lho orang
yang bingung saat ditanyakan soal ini. Sebagian kaum muslimin meyakini apa yang mereka kerjakan sebagai
perintah dari Allah Swt. yang wajib dijalankan. Misalnya shalat 5 waktu, orang yang ditanyatakan tersebut
langsung menjawab “Manusia diciptakan untuk menyembahNya”. Pertanyaan tersebut tidak langsung usai
dengan jawaban itu, kaum atheis biasanya kembali bertanya: “Apakah Tuhan membutuhkan sesembahan
dari manusia, sehingga Ia menciptakan manusia untuk menyembahNya?”
Lalu bagaimana jawaban yang tepat?

Ini dia: bantahan untuk para atheis


Dalam teori Big Bang yang mereka katakan tidak ada campur tangan Tuhan, coba kita berpikir
bersama “Adakah suatu materi yang dapat berkuasa atas dirinya sendiri?” Contoh kecilnya nih gua kasih,
apakah batu dapat berkuasa atas dirinya sehingga ia bisa membentuk suatu bangunan rumah dengan
sendirinya tanpa ada campur tangan manusia? Gua rasa hal ini mustahil terjadi atau apakah kita manusia
dapat berkuasa sepenuhnya atas diri kita?
Coba deh Bro en is, elo inget-inget waktu elo pada kebelet pengen buang air kecil, bisa nggak elo
kendaliin diri elo supaya nggak jadi buang air kecil? Gua rasa jawabannya adalah “Nggak bisa!”, yang ada elo
semua nantinya bakal kena penyakit kencing batu. Hehehe…
Jadi dalam ledakan Big Bang yang meluas ke seluruh penjuru mustahil terjadi bila tidak ada campur
tangan Allah Ta’ala. Hal ini bisa kita lihat dalam firman Alla Swt.: “Dia Pencipta langit dan bumi.” (QS al-

| www.gaulislam.com | 159
An’aam [6]: 101). Pada firman Allah tersebut telah dinyatakan bahwa Allah pencipta langit dan bumi dan
permasalahan ledakan Big Bang yang meluas ke seluruh penjuru tersebut juga bisa kita lihat pada firman
Allah Swt.: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya.” (QS dz-Dzaariyaat [51]:47)
Untuk masalah Tuhan dan batu tersebut pas banget tuh sama kejadian beberapa hari yang lalu waktu
gua pulang dari Bandung menuju Bogor. Di bis gua duduk berdampingan dengan seorang pemuda, yang jelas
lebih tua dari gua dan gua lebih ganteng dari dia. (Narsis abis!)
Untuk ngilangan kejenuhan di perjalanan, gua baca buku yang gua pinjam dari teman. Buku tersebut
mengulas permasalahan agama dan filsafat. Pemuda rupanya tertarik dan nanya ke gua: “Mas, suka sama
filsafat?”
Gua langsung aja nyeletuk, “Gua masih suka manusia dan karena gua laki-laki gua suka manusia
berjenis kelamin wanita.”
Pemuda itu langsung ketawa dan lanjut bertanya “Maksud gua mas suka baca buku filsafat?”Gua
langsung ngeduga kalau orang yang nanya ke gua pasti punya hobi yang sama kayak gua, yaitu filsafat. Gua
langsung jawab, “Lumayan tapi nggak begitu ngerti. Hehehe…”
Dia langsung nanya ke gua, “Menurut Mas, apakah Tuhan dapat menciptakan batu yang sangat besar
sehingga dia tidak dapat mengangkatnya.” Dalam hati sih gua ketawa, selain pertanyaannya yang menurut
gua jadul banget. Gua jadi inget tentang kisah di jerman yang pernah gua baca, yang juga mendiskusikan hal
ini di dalam bus. Maka, gua nggak pengen memberi pernyataan, tapi gua langsung bilang: “Nanti
masalahnya Tuhan tidak Maha Kuasa ya Mas? Kalo begitu saya mau tanya, “Kalau setelah Tuhan tidak
dapat menciptakan batu tersebut atau Tuhan dapat menciptakan batu tersebut dan dia tidak dapat
mengangkatnya, lalu dengan hal itu ke-Mahakuasaan Tuhan hilang.Terus, siapa yang menjadi Maha Kuasa?”
Ya, seperti yang udah gua duga, orang tersebut nggak bisa jawab pertanyaan gua dan diskusi kami
tentang masalah filsafat terhenti sampai di situ.
Bro en Sis, kita mengenal banyak sifat-sifat Allah Swt., selain itu ada juga sifat yang “mustahil” ada
pada Allah Swt., contohnya: Allah Swt. mustahil tidak kekal, Mustahil lemah, Mustahil tuli, dan lain
sebagainya. Jadi yang seharusnya diketahui orang tersebut sebelum mempertanyakan hal itu adalah
mengenal Allah Swt.
Terus, untuk jawaban mengenai “Untuk apa Tuhan menciptakan manusia di bumi?” Jika kita membaca
firman Allah Swt.: “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan
mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit
bagi Allah.” (QS Faathir, [35]: 15-17)
Dari ayat ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa Allah Ta’ala sama sekali tidak membutuhkan
manusia.
Di lain ayat: ”Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam
dalam keadaan hina dina.” (QS al-Mukmin [40]: 60)
Ayat ini menerangkan bahwa manusialah yang butuh Allah Swt (menyembahNya) supaya manusia
tersebut selamat dari siksa neraka.

‘Logika’ menuju adanya Tuhan


Bro n Sis, gua di sini mau ngajak untuk sedikit bermain logika, yaitu suatu rentetan peristiwa mundur
atau bahasa kerennya tuh “regresi”. Jika kita hitung mundur dari kita, lalu ayah kita, lalu, mbah kita, terus
ke babehnya mbah kita, terus lagi, terus dan terus, maka kita akan mendapatkan sepasang manusia yang
kita kenal Nabi Adam dan istrinya. Setelah itu timbullah pertanyaan dari dalam tempurung kepala kita
“Berasal dari mana atau siapa yang membuat atau siapa yang menciptakan mereka?” Maka akan ketemu
jawaban mutlak dari pertanyaan tersebut adalah “Tuhan”. Seperti saat kita menghitung mundur dari angka
“10” maka akan timbul angka “0” sebagai penghitungan akhir, dan para atheis tidak dapat bertanya “Dari
mana adanya Tuhan?” karena Dia adalah awal dari segalanya, seperti angka “0” yang juga tidak dapat
mereka jelaskan “dari mana adanya “0”?”, karena angka “0” adalah awal dari angka.
Bro en Sis, dengan segala penjelasan gua yang sangat singkat, bahwa Tuhan itu MUTLAK ada dan Dia
tidak mungkin ada dari adanya suatu dan dia tidak dapat menjadi lemah bahkan mati. Sebagai muslim, kita
memang mempercayai adanya Allah, dan kita harus beriman kepadaNya. Itu sebabnya, kita harus
menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. Soalnya, nanti segala
perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan di hari akhir kelak. Insya Allah jika kita telah menjalankan

| www.gaulislam.com | 160
apa-apa yang Allah perintahkan dan menjauhi semua apa-apa yang telah Allah larang, maka kita akan
selamat dari siksa neraka.Kita akan diberikan balasan yang layak, yaitu surga yang berlimpah segala
nikmatNya.
Bro n Sis, kita semua seharusnya bersyukur karena telah memeluk agama Islam, agama yang akan
mengantarkan manusia ke dalam keselamatan. Allah Swt. telah memberi al-Quran sebagai petunjuk untuk
menyelamatkan kita. Al-Quran juga menjelaskan bahwa Tuhan itu ada dan Dialah yang telah menciptakan
langit dan bumi beserta isinya. Jadi kita tidak perlu lagi pusing memikirkan pertanyaan-pertanyaan konyol:
“Tuhan itu ada nggak ya?”; “Siapa yang menciptakan bumi?”; “Akan ke mana manusia setelah mati?” atau
hal-hal yang lainnya. Sebabnya, di dalam al-Quran, hal itu telah dijelaskan dan bagi yang mengingkari Allah
Swt., maka tunggu saja siksa yang akan terjadi nanti, entah itu di dunia ini atau akhirat. [putra]

| www.gaulislam.com | 161

You might also like