You are on page 1of 27

Makalah Koperasi dan UKM

Nama:Abdullah akbar

Nim: A11115504
Kata Pengantar

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmatNya, sehingga makalah UKM Koperasi ini dapat penyusun selesaikan dengan baik dan

tepat waktu. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada.

1. Ibu Widiyarsih selaku dosen yang mengajarkan mata kuliah Ekonomi Koperasi yang telah

membantu penyusun dalam hal menentukan topik yang akan dibahas dalam makalah ini.

2. Rekan-rekan yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung.


Diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk peningkatan tulisan selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................ii


Daftar Isi ..............................................................iii
BAB I Pendahuluan ...........................................
A. Latar Belakang Masalah ................1
B. Tujuan ...........................................2
BAB II Pembahasan ...........................................
A. Sejarah Koperasi dan UKM .........3 - 13
B. Pengertian Koperasi dan UKM ....14 -19
C. Evaluasi UKM ...............................20
D. Contoh UKM ...............................21 - 22
BAB III Penutup...................................................
A. Kesimpulan ...................................23
B. Saran ............................................23
Daftar Pustaka ......................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

koperasi ada kerena ada anggota atau sekelompok orang yang mempenyai
tujuan yang sama secara ekonomi.tujuan adanya koperasi adalah mensejahterakan
anggota terutama dalam konteks ekonomi dan spiritual. Prof SES menyebutnya
sebagai sosialis religius.dan untuk mensejahterakan anggota koperasi harus
mempunyai usaha yang tentu harus sesuai dengen kebutuhan anggotanya yang
dikelola sesuai pronsip dan nilai koperasi.dalam usaha koperasi perencana adalah
anggota (disusun oleh pengurus dan disahkan RAT) pengelola koperasi adalah anggota
(pengurus dan karyawan) yang akan mendapatkan keuntungan materi berupa gaji atau
pendapatan dan pengawasan dilakukan oleh anggota yang juga akan mendapatkan
pendapatan berupa insentif untuk pengawas.dalam usaha koperasi ada supllier yang
seharusnya juga berasal dari anggota sehingga anggota mendapatkan keuntungan
langsung dan koperasi dapat memperoleh harga lebih murah. Anggota juga berperan
dalam pengumpulan modal sehingga permodalan koperasi akan terjamin dan dari
modal yang merupakan simpanan anggota maka anggota mendapatkan uang jasa.
Kemudian anggota sebagai pelanggan, koperasi seharusnya dapat memberikan nilai
tambah dalam bentuk memberikan harga senurah mungkin sehingga anggota
mendapatkan keuntungan berupa direct revenue (pengembalian langsung) sampai
pada tahap ini proses mensejahterakan anggota telah berjalan, bahkan sebagian besar
proses mensejahterakan anggota justru dimulai pada tahap proses usaha ini. Inilah
alasanya kenapa prinsip koperasi ketiga berbunyi Member Economic Participation
(ICA,1995) sedangkan SHU bukan bagian yang paling significan dalam konteks
mensejahterakan anggota, kenapa karena jumlah SHU terlalu kecil dibandingkan
dengan jumlah anggota koperasi.Keuntungan yang diperoleh koperasi lagi-lagi
diperuntukan untuk anggota dalam bentuk pelatihan untuk memahmkan idiologi
koperasi dan praktek-prakte real agar anggota paham bagiamana memperoleh
kesejahteraan dalam koperasi.( Education, Training and Information)Selanjutnya
keuntungan koperasi juga harus dialokasikan untuk gerakan. Dalam konteks ini, salah
jika ada yang berpendapat bahwa gerakan tidak memberikan kontribusi terhadap
usaha.yaitu dengan ada nya UKM ( usaha Kecil Menengah ).

B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian dari Koperasi dan UKM.
2. Mengetahui apakah UKM pada saat ini sudah berhasil memperkuat basis
ekonomi.
3. Mengetahui Awal Mulanya Koperasi dan UKM.
4. Mengetahui Salah satu Contoh dari UKM yang sudah berhasil.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Koperasi dan UKM


Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan (politik) yang
cukup kuat karena memiliki cantolan konstitusional, yaitu berpegang pada Pasal 33
UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa ?Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan?. Dalam Penjelasan UUD
1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan
itu adalah Koperasi. Tafsiran itu sering pula dikemukakan oleh Mohammad Hatta, yang
sering disebut sebagai perumus pasal tersebut. Pada Penjelasan konstitusi tersebut
juga dikatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia didasarkan pada asas Demokrasi
Ekonomi, di mana produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya
dapat ditafsirkan sebagai Koperasi.Dalam wacana sistem ekonomi dunia, Koperasi
disebut juga sebagai the third way, atau ?jalan ketiga?, istilah yang akhir-akhir ini
dipopulerkan oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai ?jalan tengah?
antara kapitalisme dan sosialisme.Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria
Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Ia mendirikan Koperasi
kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. R. Aria
Wiriatmadja atau Tirto Adisuryo, yang kemudian dibantu pengembangannya oleh
pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah. Seorang pejabat
pemerintah Belanda, yang kemudian menjadi sarjana ekonomi, Booke, juga menaruh
perhatian terhadap Koperasi. Atas dasar tesisnya, tentang dualisme sosial budaya
masyarakat Indonesia antara sektor modern dan sektor tradisional, ia berkesimpulan
bahwa sistem usaha Koperasi lebih cocok bagi kaum pribumi daripada bentuk badan-
badan usaha kapitalis. Pandangan ini agaknya disetujui oleh pemerintah Hindia
Belanda sehingga pemerintah kolonial itu mengadopsi kebijakan pembinaan
Koperasi.Meski Koperasi tersebut berkembang pesat hingga tahun 1933-an,
pemerintah Kolonial Belanda khawatir Koperasi akan dijadikan tempat pusat
perlawanan, namun Koperasi menjamur kembali hingga pada masa pendudukan
Jepang dan kemerdekaan. Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan Koperasi di
Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini
kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.Bung Hatta meneruskan tradisi
pemikiran ekonomi sebelumnya. Ketertarikannya kepada sistem Koperasi agaknya
adalah karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya
Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Walaupun ia sering mengaitkan Koperasi dengan
nilai dan lembaga tradisional gotong-royong, namun persepsinya tentang Koperasi
adalah sebuah organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia pernah
juga membedakan antara ?Koperasi sosial? yang berdasarkan asas gotong royong,
dengan ?Koperasi ekonomi? yang berdasarkan asas-asas ekonomi pasar yang rasional
dan kompetitif.Bagi Bung Hatta, Koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar
atau nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah
lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa
mengendalikan pasar. Karena itu Koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar,
dengan cara menerapkan prinsip efisiensi. Koperasi juga bukan sebuah komunitas
tertutup, tetapi terbuka, dengan melayani non-anggota, walaupun dengan maksud
untuk menarik mereka menjadi anggota Koperasi, setelah merasakan manfaat
berhubungan dengan Koperasi. Dengan cara itulah sistem Koperasi akan
mentransformasikan sistem ekonomi kapitalis yang tidak ramah terhadap pelaku
ekonomi kecil melalui persaingan bebas (kompetisi), menjadi sistem yang lebih
bersandar kepada kerja sama atau Koperasi, tanpa menghancurkan pasar yang
kompetitif itu sendiri.Dewasa ini, di dunia ada dua macam model Koperasi. Pertama,
adalah Koperasi yang dibina oleh pemerintah dalam kerangka sistem sosialis. Kedua,
adalah Koperasi yang dibiarkan berkembang di pasar oleh masyarakat sendiri, tanpa
bantuan pemerintah. Jika badan usaha milik negara merupakan usaha skala besar,
maka Koperasi mewadahi usaha-usaha kecil, walaupun jika telah bergabung dalam
Koperasi menjadi badan usaha skala besar juga. Di negara-negara kapitalis, baik di
Eropa Barat, Amerika Utara dan Australia, Koperasi juga menjadi wadah usaha kecil
dan konsumen berpendapatan rendah. Di Jepang, Koperasi telah menjadi wadah
perekonomian pedesaan yang berbasis
pertanian.Di Indonesia, Bung Hatta sendiri menganjurkan didirikannya tiga macam
Koperasi. Pertama, adalah Koperasi konsumsi yang terutama melayani kebutuhan
kaum buruh dan pegawai. Kedua, adalah Koperasi produksi yang merupakan wadah
kaum petani (termasuk peternak atau nelayan). Ketiga, adalah Koperasi kredit yang
melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna memenuhi kebutuhan modal. Bung
Hatta juga menganjurkan pengorganisasian industri kecil dan Koperasi produksi, guna
memenuhi kebutuhan bahan baku dan pemasaran hasil.Menurut Bung Hatta, tujuan
Koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani
kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, ini tidak
berarti, bahwa Koperasi itu identik dengan usaha skala kecil. Koperasi bisa pula
membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari
anggotanya, baik anggota Koperasi primer maupun anggota Koperasi sekunder.
Contohnya adalah industri tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik
Indonesia) dan berbagai Koperasi batik primer.Karena kedudukannya yang cukup kuat
dalam konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan
dan program pembinaan Koperasi. Semua partai politik, dari dulu hingga kini, dari
Masyumi hingga PKI, mencantumkan Koperasi sebagai program utama. Hanya saja
kantor menteri negara dan departemen Koperasi baru lahir di masa Orde Baru pada
akhir dasarwarsa 1970-an. Karena itu, gagasan sekarang untuk menghapuskan
departemen Koperasi dan pembinaan usaha kecil dan menengah, bukan hal yang
mengejutkan, karena sebelum Orde Baru tidak dikenal kantor menteri negara atau
departemen Koperasi. Bahkan, kabinet-kabinet yang dipimpin oleh Bung Hatta sendiri
pun tidak ada departemen atau menteri negara yang khusus membina Koperasi.
Pasang-surut Koperasi di IndonesiaKoperasi di Indonesia dalam perkembangannya
mengalami pasang dan surut. Sebuah pertanyaan sederhana namun membutuhkan
jawaban njelimet, terlontar dari seorang peserta. ?Mengapa jarang dijumpai ada
Koperasi yang bertumbuh menjadi usaha besar yang menggurita, layaknya pelaku
ekonomi lain, yakni swasta (konglomerat) dan BUMN? Mengapa gerakan ini hanya
berkutat dari persoalan yang satu ke persoalan lain, dan cenderung stagnan alias
berjalan di tempat? Mengapa Koperasi sulit berkembang di tengah ?habitat? alamnya di
Indonesia?? Inilah
sederet pertanyaan yang perlu dijadikan bahan perenungan.Padahal, upaya pemerintah
untuk ?memberdayakan? Koperasi seolah tidak pernah habis. Bahkan, bila dinilai,
mungkin amat memanjakan. Berbagai paket program bantuan dari pemerintah seperti
kredit program: KKop, Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari
perusahaan besar ke Koperasi, skim program KUK dari bank dan Kredit Ketahanan
Pangan (KKP) yang merupakan kredit komersial dari perbankan, juga ?paket program?
dari Permodalan Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan
gerakan ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang
menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM
(Pengusaha Kecil Menengah), yang seharusnya memacu gerakan ini untuk terus maju.
Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi marjinal,
pelaku bisnis yang perlu dikasihani, pelaku bisnis ?pupuk bawang?, pelaku bisnis tak
profesional.Masalah tersebut tidak bisa dilepaskan dari substansi Koperasi yang
berhubungan dengan semangat. Dalam konteks ini adalah semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Jadi, bila Koperasi dianggap kecil, tidak berperan, dan merupakan
kumpulan serba lemah, itu terjadi karena adanya pola pikir yang menciptakan
demikian.Singkatnya, Koperasi adalah untuk yang kecil-kecil, sementara yang
menengah bahkan besar, untuk kalangan swasta dan BUMN. Di sinilah terjadinya
penciptaan paradigma yang salah. Hal ini mungkin terjadi akibat gerakan Koperasi
terlalu sarat berbagai embel-embel, sehingga ia seperti orang kerdil yang
menggendong sekarung beras di pundaknya. Koperasi adalah ?badan usaha?, juga
?perkumpulan orang? termasuk yang ?berwatak sosial?. Definisi yang melekat jadi
memberatkan, yakni ?organisasi sosial yang berbisnis? atau ?lembaga ekonomi yang
mengemban fungsi sosial.?Berbagai istilah apa pun yang melekat, sama saja, semua
memberatkan gerakan Koperasi dalam menjalankan visi dan misi bisnisnya. Mengapa
tidak disebut badan usaha misalnya, sama dengan pelaku ekonomi-bisnis lainnya,
yakni kalangan swasta dan BUMN, sehingga ketiganya memiliki kedudukan dan potensi
sejajar. Padahal, persaingan yang terjadi di lapangan demikian ketat, tak hanya
sekadar pembelian embel-embel. Hanya kompetisi ketat semacam itulah yang
membuat mereka bisa menjadi pengusaha besar yang tangguh dan profesional. Para
pemain ini akan disaring secara alami, mana yang efisien dalam
menjalankan bisnis dan mereka yang akan tetap eksis.Koperasi yang selama ini
diidentikkan dengan hal-hal yang kecil, pinggiran dan akhirnya menyebabkan fungsinya
tidak berjalan optimal. Memang pertumbuhan Koperasi cukup fantastis, di mana di akhir
tahun 1999 hanya berjumlah 52.000-an, maka di akhir tahun 2000 sudah mencapai
hampir 90.000-an dan di tahun 2007 ini terdapat -------- Koperasi di Indonesia. Namun,
dari jumlah yang demikian besar itu, kontribusinya bagi pertumbuhan mesin ekonomi
belum terlalu signifikan. Koperasi masih cenderung menempati ekonomi pinggiran
(pemasok dan produksi), lebih dari itu, sudah dikuasai swasta dan BUMN. Karena itu,
tidak aneh bila kontribusi Koperasi terhadap GDP (gross domestic product) baru sekitar
satu sampai dua persen, itu adalah akibat frame of mind yang salah.Di Indonesia,
beberapa Koperasi sebenarnya sudah bisa dikatakan memiliki unit usaha besar dan
beragam serta tumbuh menjadi raksasa bisnis berskala besar. Beberapa Koperasi telah
tumbuh menjadi konglomerat ekonomi Indonesia, yang tentunya tidak kalah jika
dibandingkan dengan perusahaan swasta atau BUMN yang sudah menggurita, namun
kini banyak yang sakit. Omzet mereka mencapai milyaran rupiah setiap bulan.
Konglomerat yang dimaksud di sini memiliki pengertian: Koperasi yang bersangkutan
sudah merambah dan menangani berbagai bidang usaha yang menguasai hajat hidup
orang banyak dan merangsek ke berbagai bidang usaha-bisnis komersial.
Sebagai sebuah sistem, kebijakan dasar pengembangan SDM koperasi dan
UKM dipahami sebagai kebijakan yang melibatkan banyak actor dan kepentingan yang
merupakan sub-sub sistem. Sub-sub sistem tersebut bisa dipahami sebagai
stakeholders yang masing-masing mempunyai peran dan kepentingan terhadap
eksistensi dari koperasi dan UKM. Oleh karena itu, untuk mendesain kebijakan dasar
pengembangan SDM koperasi dan UKM yang komprehensif, pertama yang harus
dilakukan adalah memetakan atau mengidentifikasi kelompok-kelompok yang terlibat
dalam formulasi kebijakan dan yang menjadi target dari kebijakan tersebut (policy
formation and target group). Kelompok-kelompok ini merupakan entitas yang sudah
eksis dan terlibat secara intens dengan urusan koperasi dan UKM.
Terkait dengan kegiatan pemetaan ini adalah identifikasi peran (role) dan
kebutuhan (needs) yang diinginkan oleh masing-masing stakeholders terhadap
koperasi dan UKM. Termasuk didalamnya adalah identifikasi permasalahan-
permasalahan (problems) yang ditemui dari setiap stakeholder dalam mengoptimalkan
perannya dalam pengembangan SDM Koperasi dan UKM. Beberapa metode yang
digunakan untuk mengeksplorasi keinginan, peran, dan juga problematika stakeholders
tersebut diantaranya adalah diskusi kelompok terbatas, teknik moderasi, dan juga
wawancara mendalam dengan pelaku-pelaku kepentingan
Koperasi dan UKM Diantara Banyak Kepentingan
Dari kajian lapangan yang dilakukan hampir 6 bulan teridentifikasi beberapa
stakeholders yang secara significant berpengaruh terhadap program pengembangan
SDM koperasi dan UKM; diantaranya: Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM
dan Dinas Koperasi dan UKM (dalam beberapa Kabupaten dan Kota masuk dalam
dinas perekonomian), serta balai latihan koperasi dan UKM. Ketiga stakeholders
tersebut mewakili unsur pemerintah (government side). Adapun yang non pemerintah
terpetakan LSM, Dekopin, perguruan tinggi, perbankan maupun non perbankan,
paguyuban koperasi dan UKM.
Secara ringkas peran optimal dan keinginan dari berbagai stakeholders yang
seharusnya dilaksanakan dalam rangka pengembangan SDM koperasi dan UKM
adalah sebagai berikut: pertama, Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM (Meneg
KUKM). Sesuai dengan arah manajemen pengelolaan pemerintahan yang desentralistis
fungsi "mandatory" dari kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM adalah dalam
formulasi kebijakan dasar pengembangan koperasi dan UKM yang mengacu pada dua
prinsip: rasionalitas dalam artian sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat
pengguna (target group) dan berkeadilan dalam mendistribusikan nilai-nilai (termasuk
di dalamnya adalah mekanisme yang fair dan transparan dalam pengelolaannya).
Untuk mendukung peran ini maka harus ditopang oleh suatu kajian (research) yang
sungguh-sungguh. Untuk itu
diperlukan adanya suatu data yang valid dan representatif, tidak hanya didasarkan
padaasumsi-asumsi yang sering menyesatkan. Keterbatasan rasional (bounded
rationality) yang sering menjadi salah satu ciri kelemahan kebijakan publik akan dapat
dikurangi dengan supply data yang komprehensif dari berbagai sumber.
Kedua, Dinas Koperasi dan UKM pada tiap Kabupaten dan Kota adalah avant
garde (ujung tombak) dalam pembinaan koperasi dan UKM di daerah. Otonomi daerah
yang bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi pelayanan kepada masyarakat, akan
memberikan amanah yang sangat besar kepada stakeholder ini. Pada saat sekarang
dinas tidak bisa lagi bertumpu pada petunjuk dari instansi di atasnya. Segala
sesuatunya tergantung pada inovasi dan kreatifitas masing-masing dinas di daerah.
Dalam menjalankan fungsi ini, dinas UKM dan koperasi tetap harus berpegangan pada
unsur pemberdayaan masyarakat, pemerintah hanya akan memainkan peran sebagai
fasilitator yang menyediakan informasi yang berkaitan dengan kompetensi inti lokal
(local core competency) yang dapat diolah menjadi produk barang dan jasa dan juga
informasi pasar. Dalam beberapa temu muka dengan anggota koperasi dan UKM
ditemukan semacam keragaman keluhan yakni masih birokratisnya proses untuk
mendapatkan jasa ini dan juga validitas data dan informasi yang sering sudah usang.
Ketiga, Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan. Peran yang dapat dimainkan
oleh adalah memfasilitasi dalam pengembangan riset dan SDM untuk mengembangkan
koperasi dan UKM. Dengan demikian koperasi dan UKM akan mendapatkan supply
pengetahuan yang up-to date untuk pengembangan bisnisnya. Idealnya antara
pemerintah, koperasi dan UKM, serta lembaga pendidikan ada keterkaitan tri partiet.
Disini perguruan tinggi akan berperan dalam pengkajian dan penelitian berbagai hal
yang berkaitan dengan pengembangan usaha koperasi dan UKM, serta mencetak
alumni yang dapat dimanfaatkan oleh koperasi dan UKM.
Keempat, Lembaga Swadaya Masyarakat. Peran LSM adalah berfungsi sebagai
pendamping bagi koperasi dan UKM saat berhubungan dengan pihak-pihak luar seperti
pemerintah, perbankan maupun sektor swasta lainnya. Selain itu LSM juga bisa
berperan dalam membangkitkan kesadaran sosial dan peranan yang bisa dimainkan
olehnya, khususnya dalam menghadapi pengusaha-pengusaha besar. Sehingga
kekhawatiran adanya eksploitasi sumber daya akan dapat dikurangi. Termasuk LSM di
sini adalah Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin).
Kelima, Lembaga Keuangan (bank maupun non-bank). Lembaga keuangan akan
memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan usaha koperasi dan
UKM. Berdasarkan kajian dari berbagai negara menunjukkan bahwa koperasi dan UKM
adalah unit usaha yang memperoleh keistimewaan (privileges) dari pemerintah dalam
permodalannya. Berdasarkan kajian, terlihat bahwa koperasi mendapatkan perlakuan
yang sama dengan unit bisnis lainnya, akibatnya dalam pengajuan modal ke perbankan
sering menemui permasalahan.
Keenam, Badan diklat koperasi dan UKM (Balatkop dan UKM). Lembaga diklat
disini dipahami sebagai sistem temporer yang berperan untuk memberikan
pengetahuan dan keahlian dalam usaha koperasi dan UKM. Sebagai sistem temporer
lembaga ini berperan dalam menentukan corak dan kompetensi apa yang akan
dihasilkan dari peserta diklatnya. Tuntutan sekarang yang mengemuka adalah
kurikulum yang sesuai dengan local needs. Selain itu komposisi dari kurikulum juga
hendaknya lebih menitikberatkan pada praktek melalui magang ke unit bisnis yang lebih
maju. Berdasarkan kajian, permasalahan yang ditimbulkan dari belum tercapainya
tujuan instruksional dari diklat, salah satunya adalah pola rekrutmen calon peserta diklat
yang masih belum selektif dengan kompetensi yang akan dibangun.
Hal ini yang muncul ke permukaan terkait dengan otonomi daerah, kebijakan
pengembangan koperasi dan UKM harus diarahkan pada jiwa dari otonomi yakni untuk
menciptakan kompetensi lokal dalam rangka meningkatkan daya kompetisi. Oleh
karena itu kebijakan yang mengarah pada bentuk-bentuk sentralisasi harus
dihindarkan. Implikasinya dalam mendesain kurikulum dalam diklat harus disesuikan
dengan kebutuhan
dan muatan lokal (local needs).Dari temuan lapangan terdeteksi bahwa peran-peran
ideal yang seharusnya dilaksanakan dari masing-masing stakeholder terhadap koperasi
dan UKM belum berjalan secara optimal dalam suatu tatanan koordinasi yang sinergis.
Bahkan fakta dilapangan masih banyak ditemukan adanya tarik ulur kepentingan antara
Dinas Koperasi dan Dekopin, sebagai stakeholders dominan dalam implementasi
kebijakan pengembangan SDM koperasi dan UKM. Bahkan di beberapa tempat
ditemukan konflik yang cukup tajam antara Dekopin dengan Dinas Koperasi, terutama
dalam bidang teknis, seperti pengembangan diklat, penyaluran subsidi, dan lainnya.
Akibatnya muncul banyak duplikasi dan pengulangan kegiatan dan program. Hal ini
menimbulkan sikap apatis dan apriori dari anggota koperasi dalam mendukung program
yang diajukan oleh kedua institusi ini. Conflict of interest ini juga masih terjadi antara
LSM dengan pemerintah. LSM masih merasa sering dicurigai oleh pemerintah.
Sebaliknya pemerintah juga masih dicurigai oleh LSM, masih sebagai mesin dari
kekuatan politik. Sikap parokialism jelas berdampak kepada efektifitas dan efisiensi
program pembinaan SDM koperasi dan UKM.
Selain itu, dalam masa transisi seperti sekarang ini, masih juga banyak
ditemukan berbagai masalah yang menyangkut penataan kelembagaan instansi
pembina koperasi dan UKM. Sejak diimplemantasikannya UU Otonomi Daerah, urusan
terkait dengan pembinaan dan pengembangan koperasi menjadi bidang tugas dan
kewenangan pemerintah Kota /Kabupaten. Namun dalam implementasinya penyerahan
kewenangan termasuk pegawaianya tidak jarang menimbulkan konflik kepentingan di
beberapa pemerintah kabupaten/kota. Seringkali pemegang otoritas kebijakan di
pemerintah kabupaten dan kota dalam mengangkat pejabat setingkat kepala dinas atau
di bawahnya adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki kompetensi dan latar
belakang pekerjaan dan pengetahuan yang berkaitan dengan bidang tugas koperasi
dan UKM. Pertimbangannya semata hanya untuk mengakomodasi senioritas karyawan.
Jelas kebijakan ini akan berdampak kepada efisiensi dan efektifitas dari keberhasilan
program dan kebijakan itu sendiri. Selain itu, juga tidak jarang menimbulkan friksi dan
gejolak yang kontra produktif antara karyawan `asli` dengan karyawan dari pusat.
Beberapa Langkah Perbaikan
Dari paparan permasalahan yang telah diuraikan, ada beberapa langkah yang
bisa dilakukan berkaitan dengan pengembangan kebijakan dasar koperasi dan UKM.
Pertama, mendesain payung kebijakan yang komprehensif dan aspiratif. Realitas
menunjukkan bahwa dalam pengembangan SDM koperasi dan UKM banyak sekali
kelompok yang mempunyai kepentingan dalam kebijakan ini. Untuk menjamin tingkat
efektifitas koordinasi dan sinkronisasi, maka kebijakan pengembangan dasar harus
berada dalam payung kebijakan yang memiliki daya jangkauan yang luas dan berada di
atas peraturan daerah.
Dari sisi substansi kebijakan, dalam rangka mewujudkan suatu kebijakan yang
rasional dan adil maka diperlukan adanya suatu riset yang menyeluruh untuk menggali
data dan informasi yang berkaitan aspek pengembangan SDM koperasi dan UKM. Data
dan informasi yang yang komprehensif ini akan meredusir aspek penyederhanaan
permasalahan. Koperasi dan UKM memang merupakan entitas yang sangat beragam,
untuk itu perlu untuk diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya. Pengklasifikasian ini
dilaksanakan untuk menjamin adanya efektifitas kebijakan yang dihasilkan.
Kedua, membentuk forum dialog dari berbagai stakeholders. Dalam rangka
mereduksi adanya conflict of interest dan duplikasi kegiatan idealnya ada sinergi
masing-masing stakeholders untuk merumuskan kebijakan substantif pengembangan
SDM koperasi dan UKM. Namun demikian sering masing-masing stakeholders saling
"berebut lahan" dalam menciptakan kegiatan pengembangan koperasi. Misalnya antara
Dekopin dan Dinas Koperasi, dan antara pemerintah dengan LSM. Dari fakta ini jelas
diperlukan adanya suatu kesepakatan wilayah garap (domain) dari masing-masing
kelompok yang berkepentingan. Kesepakatan ini akan terbangun apabila ada komitmen
untuk berdialog bersama. Dialog ini juga dapat diperluas dengan melibatkan
stakeholders lainnya; perguruan tinggi, LSM, dan dunia perbankan. Peran ini pada
tahap awal dapat difasilitasi oleh pemerintah.
Ketiga merevitalisasi Lembaga Diklat. Lembaga Diklat adalah memegang posisi
yang sangat vital dalam menciptakan SDM koperasi yang handal dan kreatif sesuai
dengan jiwa koperasi yakni kemandirian. Titik-titik kritis (crucial points) yang harus
diperbaiki adalah mekanisme rekrutimen yang belum menjamin adanya kesesuaian
dengan kompetensi inti yang akan dibangun, kurikulum yang harus senantiasa
disesuaikan dengan perkembangan jaman dan kebutuhan lokal (local contains), dan
mekanisme pembinaan peserta setelah mengikuti kursus (post training) dengan
menempatkan atau mencangkokkan mereka pada lembaga bisnis yang lebih unggul
dalam rangka transfer pengetahuan (magang).
Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa pengembangan SDM koperasi dan UKM
hendaknya jangan diredusir dengan mengadakan diklat saja, pengembangan SDM
adalah merupakan sistem yang didalamnya terdapat sub-sub sistem yang mana diklat
hanya merupakan salah satunya.Keempat, penguatan instansi pembina (capacity
building). Hal ini dapat dijalankan dengan mekanisme kerjasama dengan perguruan
tinggi dalam rangka peningkatan SDM pegawai pemerintah koperasi dan UKM. Hal lain
yang bisa dijalankan dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan pemerintah
adalah melalui jalan outsourcing dari organisasi luar. Cara ini digunakan sebagai
metode antara untuk menutupi kekurangan dinas koperasi dan UKM dalam
menjalankan fungsinya. Hal lain yang masih terkait dengan fungsi fasilitator pemerintah
adalah peningkatan kapasitas data dan informasi bisnis yang dapat diakses oleh
kopersi ataupun UKM. Untuk itu perlu dikembangkan sistem informasi bisnis. Kelima,
Memantapkan posisi lembaga diklat koperasi dan UKM di tingkat wilayah. Saat ini
lembaga ini tengah berada dalam masa transisi yang mengarah pada situasi tak
bertuan (stateless). Diklat koperasi dan UKM pada era otonomi daerah adalah masih
diperlukan sebagai salah satu icon dalam menciptakan SDM koperasi yang unggul.
Oleh karena itu, paling tidak pada tingkat propinsi lembaga ini harus tetap eksis.
Keberadaannya pada tingkat propinsi, selain juga dalam rangka efisiensi juga dalam
upaya menciptakan kordinasi dan sinkronisasi kebijakan.
A. Pengertian Koperasi dan UKM
Kata koperasi sangat familiar di kalangan masyarakat. Koperasi dapat diartikan
sebagai badan usaha yang menaungi anggotanya dalam aspek perekonomian yang
bertujuan mendapatkan kesejahteraan bersama. Pelaksanaannya berdasarkan prinsip
koperasi dan berasaskan kekeluargaan. Badan usaha ini pun berkembang pesat berkat
pengelolaan dan manajemen yang baik sehingga cukup mempengaruhi banyak orang
dan organisasi, di antaranya Boedi Oetomo dan SDI. Hari koperasi Indonesia
ditetapkan pada 12 Juli 1947. Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan
modal pinjaman. Modal sendiri meliputi simpanan pokok yang wajib dibayarkan anggota
saat pertama kali mendaftar menjadi anggota. Simpanan wajib yang dibayarkan selama
ia menjadi anggota koperasi, simpanan khusus yang terdiri dari simpanan sukarela
(dapat diambil kapan saja), simpanan qurba, dan deposito berjangka.
Selain itu, modal terdiri dari dana cadangan yang diperoleh dari sisa hasil usaha
yang disisihkan dan hibah (pemberian). Sementara modal pinjaman koperasi berasal
dari anggota atau calon anggota koperasi lainnya, bank dan lembaga keuangan bukan
bank, serta penerbitan obligasi dan surat utang.Perangkat organisasi koperasi adalah
sebagai berikut :

1. Rapat anggota yang memiliki wewenang kekuasaan tertinggi dalam koperasi


sekaligus merupakan media penuangan aspirasi bagi anggotanya. Dalam rapat
anggota, segala hal yang berhubungan dengan kebijakan koperasi diputuskan
seperti pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian personalia pengurus dan
pengawas.
2. Pengurus koperasi, diberikan wewenang atas kepemimpinan koperasi dan
bertanggungjawab terhadap rapat anggota.
3. Pengawas dalam koperasi berfungsi untuk melaksanakan pengawasan terhadap
kualitas kerja pengurus. Pengawas dalam menjalankan tugasnya berhak
mendapatkan setiap informasi maupun laporan pengurus yang bersifat rahasia
dan bertanggung jawab kepada rapat anggota.

Menjadi anggota koperasi memiliki banyak manfaat, di antaranya para anggota


akan mendapatkan pembagian hasil usaha, membeli barang maupun jasa yang
dibutuhkan dengan biaya murah, dan kemudahan untuk menjual hasil
produksinya.Selain itu, para anggota mendapatkan kemudahan untuk
mendapatkan fasilitas kredit dengan proses yang cepat dan tentunya bunga
yang dikenakan lebih rendah karena anggota dalam hal ini berperan sebagai
pemilik modal.Begitu banyak keuntungan yang didapatkan melalui keikutsertaan
koperasi. Selain keuntungan dalam segi ekonomi, para anggota memperoleh
keuntungan dalam bidang sosial, yaitu mendapatkan pendidikan dan pelatihan
tentang wirausaha.Melalui badan usaha ini pula, berbagai kegiatan dapat
diselenggarakan, di antaranya kegiatan kredit perumahan, asuransi, jasa
kesehatan, dan tunjangan hari tua bagi para anggotanya.

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu


pada usaha berskala kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp
200.000.000, belum termasuk tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu
contoh dari badan usaha perseorangan dimana didirikan dan dimiliki oleh satu
orang saja. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, UKM
merupakan kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dimana tipe bidang usahanya
bersifat heterogen serta perlu dilindungi oleh pemerintah untuk mencegah
persaingan yang tidak sehat.

Kriteria usaha kecil menengag menurut UU No. 9 tahun 1995, seperti.


- memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 belum termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.

- memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000

- dimiliki oleh warga negara Indonesia.

- Berdiri sendiri dan bukan anak dari suatu perusahaan atau cabang
perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai atau bergabung secara langsung
atau tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

- Salah satu contoh dari badan usaha perseorangan yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum, misal: koperasi.
Kriteria UKM menurut BPS dengan Kementiran Negara Koperasi dan UKM
sebagai berikut.
- Jika hasil usaha perseorangan berkisar sampai dengan 1.000.000.000, maka
usaha tersebut digolongkan ke dalam usaha kecil.
- Jika hasil usaha perseorangan berkisar antara 1.000.000.000 sampai dengan
50.000.000.000, maka usaha tersebut digolongkan ke dalam usaha menengah.
3 jrnis usaha yang dapat dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan laba, seperti.
a. Usaha manufaktur (manufacturing business) merupakan badan usaha yang
aktivitas usahanya merubah bahan baku menjadi suatu produk yang dapat
digunakan oleh masyarakat atau produsen selanjutnya. Contoh: pabrik konveksi
yang menghasilkan pakaian maupun pengrajin bambu yang menghasilkan
mebel, hiasan rumah, souvenir dan sebagainya.
b. Usaha dagang (merchandishing business) merupakan badan usaha yang
aktivitas usahanya langsung menjual barang yang sudah dibeli tanpa melakukan
perubahan terlebih dahulu. Contoh: pusat jajanan tradisional yang menjual
berbagai macam jajanan tradisional maupun took kelontong yang menjual semua
jenis barang kebutuhan sehari-hari.
c. Usaha jasa (sevice business) merupakan usaha yang memberikan jasa atau
layanan kepada konsumen. Contoh: jasa pengiriman barang maupun warnet.
Jika seseorang ingin mendirikan UKM, maka diperlukan diferensiasi bidang
usaha yang akan dilakukan supaya dapat menjadi pusat perhatian dan dikenal
oleh konsumen karena memiliki keunikan tersendiri. Diferensiasi merupakan
segala upaya yang dilakukan seseorang maupun perusahaan untuk menciptakan
perbedaan dengan pesaing usaha kita dengan tujuan memberikan nilai terbaik di
mata konsumen.
Berikut yang perlu dipirkan dalam membuat diferensiasi UKM, sebagai berikut :
¨ Konten (what to offer) yaitu kelebihan apa yang dapat ditawarkan pemilik
usaha kepada konsumen untuk membedakan jati diri perusahaan dengan
pesaing.
¨ Konteks (how to offer) yaitu bagaimana cara sang pemilik usaha dalam
menawarkan kelebihan usahanya kepada konsumen.
Infrasturktur (enabler) merupakan faktor lain yang mendukung terlaksananya
diferensiasi usaha dengan menunjukkan perbedaan kemampuan tekhnologi,
kemampuan sumber daya manusia dan fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan
terhadap pesaing usahanya. Jadi, infrasturktur merupakan segala sesuatu yang dimiliki
suatu perusahaan untuk menciptakan apa yang dapat ditawarkan dan bagaimana cara
pemilik usaha untuk memperkenalkan usahanya kepada konsumen.
Kita juga harus memperhatikan dua hal dalam melakukan diferensiasi usaha, seperti.
¨ Kreatif dalam menghasilkan segala sesuatu yang unik berhubungan dengan usaha
kita.
¨ Positif artinya diferensiasi yang dilakukan harus memberikan atau menambah nilai
pada produk atau layanan yang diberikan kepada konsumen.
Kelebihan dan kekurangan perusahaan perseorangan.
Kelebihan :
¨ Mudah didirikan dan dibubarkan karena sifatnya fleksibel.
¨ Seluruh keuntungan dapat dinikmati sendiri karena pemilik berperan sebagai pemilik
tunggal.
¨ Jika timbul masalah dalam perusahaan, pemilik dapat cepat mengambil keputusan
karena pemilik tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain.
¨ Kegiatan operasi dan peraturan hukum di badan usaha perseoranga tidak terlalu
rumit.
¨ Rahasia perusahaan sangat terjamin karena hanya pemiliknya yang mengetahui
tentang masalah perusahaannya.
¨ Pemilik badan usaha perseorangan harus membayar pajak kepada pemerintah, tapi
lebih rendah dari pajak PT.
¨ Pemilik memiliki kepuasan tersendiri dan dapat bertindak sesukannya karena
peranannya sebagai pemilik tunggal.
¨ Jangka waktu badan usaha tidak terbatas dan sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan.
¨ Biaya organisasi rendah karena membutuhkan sedikit karyawan bahkan si pemilik bisa
langsung terjun ke dalam usahanya.
¨ Manajemen perusahaan relatif fleksibel.
¨ Tidak melalui proses administrasi yang kompleks, hanya sampai pembuatan akte
notaris dan surat keterangan dari kelurahan saja
Kekurangan :
¨ Pemilik tidak dapat membagi kerugiannya kepada pihak lain.
¨ Tanggung jawab pemilik tidak terbatas, artinya pemilik bertanggung jawab terhadap
semua beban dan utang badan usaha dengan jaminan harta benda yang dimiliki
perusahaan maupun harta pribadi jika pemilik tidak mempu membayar utang usaha.
¨ Pemilik badan usaha perseorangan harus menangani semua keputusan meskipun ia
tidak memahami masalah tersebut.
¨ Keuangan badan usaha tergantung pada berapa banyak uang yang dimiliki oleh
pemilik badan usaha, biasanya diperoleh dari harta milik sendiri dan pinjaman dari
puhak luar. Terkadang pinjaman dana dalam jumlah besar dapat menyulitkan pemilik
badan usaha.
¨ Kelangsungan badan usaha kurang terjamin, kecuali jika sedini mungkin sudah
menyiapkan penggantinya.
¨ Status hukum perusahaan perseorangan tidak berbentuk badan hukum.apabila
pemilik usaha meninggal dunia atau sedang tidak aktif, maka kegiatan usahanya aka
terhenti.
¨ Kemampuan manajerial terbatas.
¨ Pemilik wajib memiliki NPWP karena si pemilik menjadi satu kesatuan dengan
usahanya.

Bidang usaha yang perlu dipertimbangkan dalam menciptakan suatu usaha kecil
menengah
a. Penasehat. Saat ini, para pengusaha sangat membutuhkan penasehat sebelum
memutuskan untuk melakukan suatu keputusan. Anda bisa menjadi seorang penasehat
asalkan kalian memiliki banyak pengalaman dan pendidikan. Contoh: pengacara,
akuntan, perencana keuangan, jasa konseling dan sebagainya.
b. Perantara atau sering disebut makelar adalah orang yang dapat
membantu seseorang untuk mencari atau dalam usaha menjual produk dan jasa. Untuk
dapat menjadi perantara, tidak membutuhkan modal yang besar hanya mampu
menyebarluaskan kualitas yang kita miliki dalam menyelesaikan suatu masalah.
Biasanya, bagi mereka yang berhasil melakukan publikasi akan mendapatkan
persentase bayaran yang telah ditentukan terlebih dahulu dari hasil penjualan suatu
produk atau jasa. Contoh: perantara penjualan mobil, perantara penjualan minuman,
perantara real estate dan sebagainya.
c. Pembangun. Jika kita memiliki keahlian khusus, kita dapat membuka usaha untuk
menyalurkan bakat yang kita miliki atau kita juga dapat mempekerjakan seseorang
untuk membantu kita. Contoh: tukang listrik, tukang ledeng dan sebagainya.
d. Pencipta merupakan mereka yang memiliki visi tertentu karena diperlukan kreativitas
dan daya imajinasi yang tinggi sehingga mereka mampu mengoperasikan suatu
perusahaan. Contoh: desainer grafis dan pendiri bisnis.
e. Pemilik adalah seseorang yang memiliki uang lebih untuk menanamkan
uangnya dalam bentuk saham di suatu perusahaan, berinvestasi di perusahaan real
estate atau membatu usaha yang didirikan oleh orang lain yang kita kenal. Untuk
menjadi seorang pemilik usaha membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
mempelajari usahanya agar menghasilkan keuntungan yang diinginkan.
f. Penjual yang handal dibutuhkan dimana saja supaya produk yang dihasilkan
suatu perusahaan dapat laku terjual. Untuk menjadi seorang penjual yang handal, kita
dituntut untuk berkomunikasi dengan baik dengan calon konsumen, pekerja keras dan
ulet.

C. Evaluasi UKM
Peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memperkuat basis usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM) rupanya cukup berhasil. Salah satu buktinya, cukup banyak
pengusaha yang kini naik kelas. Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, hasil
evaluasi penyaluran KUR menunjukkan, sebagian pengusaha kelas mikro dan kecil, kini
sudah naik kelas menjadi pengusaha kelas menengah. Menurut Hatta, 400 ribu
pengusaha itu bisa naik kelas menjadi pengusaha kelas menengah setelah mendapat
kucuran pendanaan Rp 2 triliun dari program KUR. merupakan contoh sukses program
KUR. Pengusaha tersebut akan terus dibina, sehingga nanti bisa mengakses kredit
perbankan. Pemerintah sepakat untuk menghubungkan sektor UMKM yang menjadi
binaan Kementerian dengan perbankan. Sehingga, nanti masing-masing Kementerian
bisa memberikan daftar pengusaha UMKM binaannya yang potensial kepada
perbankan sebagai penyalur KUR maupun kredit biasa. Terkait KUR, pemerintah
optimistis penyalurannya akan berjalan lancar, bahkan bakal melampaui target Rp 13,1
triliun. Hatta optimis, revisi kebijakan penyaluran KUR seperti mempermudah
penyaluran, meniadakan jaminan tambahan, hingga meniadakan pengecekan ulang
dari Bank Indonesia (BI), akan mampu mendongkrak penyaluran KUR. Dan akses akan
diperluas hingga ke BPD (Bank Pembangunan Daerah) yang tahun ini akan
menyalurkan Rp 2 triliun.Menurut Menteri Koperasi dan UKM Syarifudin Hasan, hingga
akhir Juni lalu, dari target Rp 6,5 triliun, kini realisasi penyaluran KUR sudah mencapai
Rp 5,1 triliun. Bagaimana dengan kredit macet atau non performing loan (NPL) KUR?
Menurut Syarifudin, angkanya relatif rendah, yakni sekitar 3 persen. Bahkan, lanjut dia,
ada bank penyalur yang NPL KUR nya hanya 1,2 persen. Sementara itu, menurut
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar, pihaknya akan terus
mendorong bank-bank BUMN untuk mempercepat penyaluran KUR. Sebab, dari target
penyaluran Rp 18 triliun, sekitar Rp 15,8 triliun diantaranya dicover oleh bank pelat
merah. Oleh karena itu pihaknya akan terus memompa perbankan BUMN. Ini sangat
penting, sebab KUR merupakan salah satu penopang perekonomian.

D. Contoh UKM

Salah satu usaha yang terbukti menjanjikan adalah di bidang otomotif, Selain
dapat menyalurkan hobi anda, usaha di bidang otomotif juga dapat memberikan
keuntungan yang besar bagi anda, KING AUTO INTERIOR (KAI) adalah salah satu
usaha franchise / waralaba yang bergerak di bidang otomotif. Satu konsep franchise
yang menawarkan system “One Stop Shopping”. Karena di KAI, kebutuhan vital dari
mobil anda dapat dipenuhi. Mulai dari cover jok, kaca film, audio & aksesoris lainnya.
KAI menawarkan sistem usaha dengan keunggulan :
1. konsep usaha di bidang otomotif yang berbeda dengan yang lainnya
2. Investasi terjangkau
3. Keuntungan tinggi
4. ROI dalam 12 bulan
5. Bisnis yang telah terbukti menguntungkan
6. Memberi support marketing, produksi dan management
7. Dukungan promosi secara global di seluruh wilayah (NationAdvertising)
8. Tidak membutuhkan banyak karyawan
9. Pembatasan jumlah outlet per wilayah
10. Pemegang Brand terkenal :
• Cover jok : Autoleder, MBtech, DLO, Garson, Nappa, GMATT, LMATT
• Kaca Film : Llumar Window Film, King Auto Film
• Audio : Kenwood, Pioneer, Alpine, SoundStream, JBL dll.
• Aksesoris : California Scents (Distributor Nasional), Packy Poda (Distributor
Jawa Barat), HID dll
Prestasi KING AUTO INTERIOR :
• The Best Car’s Interior : Auto Black Through Contest
• The Best Car’s Interior : Accelera Auto Contest
• Rekor MURI : Pemrakarsa Mobil Berlapis Jeans
• Rekor MURI : Pemrakarsa Jok Mobil Terbesar
• The Best Franchise in Marketing : Asosiasi Franchise Indonesia &
Info Franchise Magazine
• Top 5 Best Franchise : Asosiasi Franchise Indonesia & Info
Franchise Magazine
• Pengusaha Berprestasi 2009 : Menteri Perindustrian
• Pengusaha Berprestasi 2009 : Menteri Koperasi & UKM
• Pengusaha Berprestasi 2009 : Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi
• Raja Bisnis Waralaba Interior Mobil Pertama dan Satu Satunya di Indonesia : Swa
Magazine
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha
bersama atas dasar prinsip-prinsip Koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang
lebih besar dengan biaya yang rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi
secara demokratis oleh anggotanya.Koperasi bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial
dan ekonomi anggotanya lebih baik dibandingkan sebelum bergabung dengan
Koperasi.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu pada
usaha berskala kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp 200.000.000,
belum termasuk tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu contoh dari badan
usaha perseorangan dimana didirikan dan dimiliki oleh satu orang saja.
B. Saran
1. Bagi penyusun, hasil Makalah ini dapat dijadikan Acuan untuk memperbaiki
perekonomian menjadi lebih baik.
2. Bagi pembaca, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna sebagai
informasi dan dapat menambah referensi khasanah ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah berandaukm.blogspot.com
http://www.dokterbisnis.net/2009/12/02/pentingnya-diferensiasi-bagi-produk-atau-jasa
anda-bahkan-bagi-perusahaan-anda/
Adji. Wahyu, Ekonomi untuk 3 SMA, jilid 3, Jakarta: Erlangga, 2007
http://www.dokterbisnis.net/2009/12/01/tipe-bisnis-apa-yang-cocok-buat-anda/
http://berkoperasi.blogspot.com/
http://io.ppijepang.org/cetak.php?id=17
http://manajemen-koperasi.blogspot.com/2008_08_24_archive.html
http://www.anneahira.com/dinas-koperasi.htm
http://www.addthis.com/bookmark.php?v=20
http://komunitas.bisnisukm.com/groups/usaha-waralaba/forum/topic/bisnis-otomotif-
yang-menguntungkan/

You might also like