Professional Documents
Culture Documents
Rangkuman Teratologi Yoni Ardiani Edra (1501056)
Rangkuman Teratologi Yoni Ardiani Edra (1501056)
OLEH :
YONI ARDIANI EDRA (1501056)
SI-VII B
DOSEN PENGAMPU :
Mira Febrina, M.Sc, Apt
1.1 Defenisi :
- Teratogenik :
Terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang
menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga terjadi cacat lahir.
- Teratogenesis :
Proses yang menyebabkan terjadinya berbagai bentuk kelainan perkembangan
embrio selama periode embrional yang disebabkan oleh faktor-faktor khemo-
eksternal sehingga menyebabkan terjadinya cacat kelahiran.
- Teratogen :
Suatu obat atau zat atau senyawa lain yang menyebabkan pertumbuhan janin
yang abnormal.
- Teratologi :
Merupakan cabang dari ilmu embriologi yang khusus mempelajari tentang
akibat, mekanisme dan manifestasi embrionik yang cacat (abnormal).
1.2 Prinsip – Prinsip Teratogen :
- Kerentanan terhadap teratogenesis tergantung pada genotif konseptus dan cara
komposisi genetik ini berinteraksi dengan lingkungan.
- Masa yang paling sensitif untuk timbulnya cacat lahir adalah masa kehamilan
minggu ketiga hingga kedelapan, yaitu masa embriogenesis.
- Manifestasi perkembangan abnormal tergantung pada dosis atau lamanya
paparan terhadap suatu teratogen
- Teratogen bekerja dengan cara yang spesifik pada sel-sel dan jaringan yang
sedang berkembang untuk memulai embriogenesis (patogenesis) yang
abnormal
- Manifestasi perkembangan abnormal adalah kematian, malformasi,
keterlambatan pertumbuhan, dan gangguan fungsi
1.3 Faktor Penentu Efek Teratogen
1.3.1 Faktor Lingkungan
a. Agen-agen infektif
1. Rubella atau Campak Jerman
2
Menyebabkan malformasi pada mata (katarak dan mikroftalmia),
telinga bagian dalam (tuli kongential karena kerusakan alat korti),
jantung (duktus arteriosus persisten dan kebocoran sekat atrium dan
ventrikel), dan kadang-kadang gigi (lapisan email).
2. Sitomegalovirus
Menyebabkan malformasi dan infeksi janin kronis, yang terus
berlangsung sampai setelah lahir, contoh penyakitnya inklusi
sitomegali congenital
3. Virus Herpes Simpleks
Menyebabkan mikrosefali, mikroftalmus, displasia retina,
pembengkakan hati dan limpa, dan keterbelakangan jiwa
4. Varisela (cacar air)
Menyebabkan hipoplasia tungkai, keterbelakangan jiwa dan atrofi
otot
5. Virus Imunodefisiensi Manusia (HIV)
Menyebabkan mikrosefali, keterbelakangan jiwa dan wajah yang
abnormal
6. Infeksi Virus Lainnya dan Hipertermia
Malformasi yang terjadi setelah ibu mengalami infeksi campak,
parotitis, lihepatitis, poliomielitis
7. Toksoplasmosis
Menyebabkan kalsifikasi otak, hidrosefalus, atau keterbelakangan
jiwa, khorioretinitis, mikroftalmos, dan cacat mata
8. Sifilis
Menyebabkan tuli kongenital dan keterbelakangan jiiwa pada anak-
anak yang lahir dan pada beberapa organ seperti paru dan hati,
mengalami fibrosis difus
b. Radiasi
pengobatan wanita hamil dengan sinar-x atau radium dosis tinggi dapat
menyebabkan mikrosefali, cacat tengkorak, spina bifida, kebutaan, celah
palatum, dan cacat anggota badan.
3
c. Zat-zat Kimia
Contohnya talidomid yang menyebabkan tidak terbentuknya atau
kelainan yang nyata pada tulang panjang, atresia usus, dan kelainan-
kelainan jantung
d. Defisiensi nutrisi
kekurangan yodium pada ibu menyebabkan kretinisme endemik
1.3.2 Faktor Kromosom dan Genetik
a. Gen – Gen Mutan
Contoh :
fenilketonuria, homosistinuria dan galaktosemia, sering kali disertai
berbagai derajat keterbelakangan jiwa
b. Mutasi
Perubahan pada susunan DNA. Mutasi menimbulkan alel cacat.
Contoh cacat :
polydactyly, syndactyly, hemophilia, muscular dystrophy, albino
c. Aberasi
Perubahan susunan pada kromosom.
Contoh cacat : Sindrome Klinefelter, dan Edward.
d. Kelainan Struktural
Kelainan-kelainan structural kromosom biasa mengenai 1 atau beberapa
kromosom dan disebabkan karena pemecahan oleh kromosom
Contoh cacat :
sindrom cri-du-chat
e. Kelainan Jumlah
Aneuploid merujuk pada jumlah kromosom yang tidak euploid dan
biasanya dipakai kalau ada satu kromosom ekstra (trisomi) atau satu hilang
(monosomi). Sel somatik manusia normal mengandung 46 kromosom.
Contoh :
Trisomi 21 (Sindrom Down), Trisomi 18, Trisomi 13, Sindrom Turner
1.4 Macam – Macam Teratogenesis
a. Kembar Dempet
Kembar dempet yang ringan disebut kembar siam sedangkan kembar yang parah
disebut monster double atau duplex.
4
b. Teratoma
Tumor yang mengandung jaringan derivet 2 (tiga lapisan benih).
c. Cacat Fisik saat Lahir
Kurang jari-jari tangan dan kaki
1.5 Jenis Cacat, Frekuensi Terjadinya dan Organ yang Beresiko
a. Sirenomelus
b. Phocomelia
c. Polydactyly
d. Syndactyly
e. Jari buntung
f. Sirenomelus
g. Drawfisme
h. Gigantisme
i. Bibir Sumbing
j. Tak berjari kaki dan tangan
k. Adanya ekor
5
II. Mekanisme dan Faktor Terjadinya Teratogen
1.1 Defenisi teratogen
Kata teratogen berasal dari bahasa Yunani yaitu: ‘teratos’, yang berarti
monster dan ‘genesis’ yang berarti asal. Jadi, teratogenesis didefinisikan
sebagai asal terjadinya monster atau proses gangguan proses pertumbuhan
yang menghasilkan monster
Teratogenesis adalah pembentukan cacat bawaan oleh suatu obat atau
zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal.
1.2 Gangguan zat teratogen pada tahapan pembentukan janin
1|Teratologi Eksperimental
1.3 Faktor-Faktor Penyebab Teratogen
a) Faktor genetik : mutasi, aberasi
b) Faktor lingkungan : Infeksi, Obat, Radiasi, Defisiensi, Emosi
c) Agen kimia : Logam berat (Hg, Pb, Arsenik dll), Polutan (pestisida,
plastik, dll), Bahan obat
d) Agen fisik : radiasi
1.4 Mekanisme Yang Terlibat Dalam Efek Teratogen
a) Gangguan terhadap asam nukleat
Banyak zat kimia mempengaruhi replikasi dan transkripsi (suatu
tahapan pembentukan DNA) asam nukleat, atau translasi RNA,
misalnya zat pengalkil, antimetabolit dan intercelating agents.
Beberapa zat kimia ini memang sudah aktif, sedangkan yang lainnya,
misalnya aflatoksin dan talidomid membutuhkan bioaktivasi.
b) Kekurangan pasokan energi dan osmolaritas
Teratogen tertentu dapat mempengaruhi pasokan energi yang
dipakai untuk metabolisme dengan cara langsung mengurangi
persediaan substrat (misalnya defisiensi makanan) atau bertindak
sebagai analog atau antagonis vitamin, asam amino esensial, dan
lainnya. Selain itu hipoksia dan penyebab hipoksia (CO, CO2) dapat
bersifat teratogen dengan mengurangi oksigen dalam proses
metabolisme yang membutuhkan oksigen dan mungkin juga dengan
menyebabkan ketidak seimbangan osmolaritas. Hal ini dapat
menyebabkan edema atau hematoma, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan kelainan bentuk dan iskemia jaringan.
c) Penghambatan enzim
Adanya penghambat enzim dapat menyebabkan cacat karena
mengganggu diferensiasi dan pertumbuhan sel melalui penghambatan
kerja suatu enzim. Akibatnya suatu organ mengalami
ketidaksempurnaan dalam penyusunannya, sehingga akan terlahir
dalam keadaan cacat.
d) Lainnya
Hipervitaminosis A dapat menyebabkan kerusakan ultrastruktural
pada membrane sel embrio hewan pengerat, suatu mekanisme yang
dapat menerangkan tertogenitas vitamin A. Faktor fisika yang dapat
menyebabkan cacat meliputi radiasi, hipotermia dan hipertermia, serta
trauma mekanik.
1.5 Mekanisme Kerja Teratogen Secara Umum
a) Pemecahan kromosom
Pemecahan kromosom dapat menyebabkan defisiensi atau penata
ulangan kromosom. Aberasi kromosom dapat disebabkan oleh virus,
radiasi atau senyawa kimia. Defisiensi kromosom biasanya bersifat
letal terhadap sel atau organisme dan kelebihan kromosom juga akan
merusak sel.
b) Mutasi
Informasi yang dikode pada DNA akan disalin dengan salah ke
RNA dan protein. Bila berefek pada sel somatik maka tidak akan
bersifat turunan. Mutasi sel somatik pada awal sel embrionik dapat
mempengaruhi sel yang sedang berkembang, menyebabkan cacat
struktur dan fungsi. Mutasi dapat disebabkan radiasi, zat kimia,
senyawa pengalkilasi dan faktor lain yang menyebabkan pemecahan
kromosom
c) Gangguan mitosis
Gangguan mitosis disebabkan senyawa sitotoksik yang
menghambat sintesa DNA sehingga memperlambat miosis. Benang
mitosis gagal terbentuk akibat senyawa kimia yang menggangu
polimerasi tubulin kedalam kumparan mikrotubula. Tanpa kumparan
tersebut, kromosom tidak dapat memisah pada fase anafase. Kondisi
ini dapat terjadi karena pengaruh radiasi dosis tinggi atau senyawa
radiometrik.
d) Fungsi enzimatis
Fungsi enzimatis ini penting untuk pertumbuhan dan diferensiasi.
Antagonis asam folat akan menghambat dehidrofolat reduktase dan
bersifat teratogenik. Asetazolamid menghambat karbonik anhidrase
dan akan mempengaruhi perkembangan fetus. Senyawa-senyawa
teratogenik ini menghambat enzim dan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan fetus.
1.6 Mekanisme Kerja Teratogen Berdasarkan Organ Target
a) Dalam Tubuh Maternal
Kerentanan terhadap teratogenesis tergantung pada genotipe
konsepsi dan cara dimana berinteraksi dengan faktor lingkungan yang
merugikan. Agen teratogenik bertindak dengan cara tertentu pada
pengembangan sel dan jaringan untuk memulai urutan peristiwa
perkembangan abnormal.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan teratogen untuk
kontak konsepsi berkembang, seperti sifat dari agen itu sendiri, rute
dan tingkat eksposur ibu, laju perpindahan plasenta dan penyerapan
sistemik, dan komposisi genotipe ibu dan embrio / janin. Ada empat
manifestasi pengembangan menyimpang (Kematian, malformasi,
Retardasi Pertumbuhan dan Cacat Fungsional).
Proses teratogen :
C. Uji In Vitro
Meskipun belum rutin dilakukan, uji in vitro memberikan harapan
sebagai prosedur penyaring dalam menentukan organ sasaran, atau
dalam mempelajari cara kerja teratogen.
D. Biakan sel
Biakan sel dapat ditanam pada suspensi sebagai suatu lapisan
tunggal, atau pada berbagai bahan penyangga. efek teratogenik dapat
dinilai dari berbagai parameter.
E. Biakan Organ
Ginjal metanefron, gigi yang sedang berkembang, dan beberapa
organ lainnya dapat digunakan dalam biakan organ. Biakan organ
terlalu rumit untuk digunakan sebagai uji prapenyaringan. namun,
tampaknya berguna untuk mempelajari cara kerja dan tempat sasaran
zat kimia yang dicurigai.
F. Biakan Hidra
Johnson dan gebel (1992) menjelaskan prosedur yang
menggunakan biakan hidra attenuata dalam kondisi laboratorium.
1.3 Daur Estrus
Estrus atau birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap
menerima pejantan untuk melakukan perkawinan.
Fase-fase Siklus Estrus
Menurut perubahan-perubahan yang kelihatan maupun yang tidak
kelihatan selama siklus estrus maka siklus estrus dibedakan menjadi empat
fase yaitu :
1. Proestrus
Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan
pemacuan pertumbuhan folikel oleh Follicle Stimulating Hormone
(FSH). Folikel yang sedang tumbuh menghasilkan cairan folikel dan
estradiol yang lebih banyak.Proestrus merupakan fase yang berlangsung
selama 1 - 2 hari dan terjadi sebelum fase estrus berlangsung.
2. Estrus
Periode estrus adalah masa puncak keinginan untuk kawin ditandai
dengan manifestasi birahi secara fisik. Dalam serviks jumlah lendir
maupun jumlah sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar lendir bertambah.
Pada fase estrus keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke
LH. Lama periode estrus pada ruminansia kecil selama 2 - 3 hari.
3. Metestrus/Postestrus
Metestrus merupakan periode segera setelah estrus, ditandai
dengan pertumbuhan cepat korpus luteum yang berasal dari sel-sel
granulosa yang telah pecah di bawah pengaruh LH. Kehadiran
progesteron akan menghambat sekresi FSH sehingga tidak terjadi
pematangan folikel dan estrus tidak terjadi. Metestrus terjadi setelah
fase estrus berakhir, fase metestrus berlangsung selama 2 - 3 hari.
4. Diestrus
Diestrus merupakan fase terakhir dan terlama dalam siklus estrus
ternak-ternak mamalia. Korpus luteum menjadi matang dan pengaruh
progesteron menjadi dominan.
1.4 Teknik Pengawinan Hewan
Pengawinan hewan percobaan dilakukan pada masa estrus dengan
perbandingan jantan dan betina 1:4. Mencit jantan dimasukkan ke kandang
mencit betina pada pukul empat sore dan dipisahkan lagi besok paginya.
Pada pagi harinya dilakukan pemeriksaan sumbat vagina. Sumbat vagina
menandakan mencit telah mengalami kopulasi dan berada hari kehamilan
ke-0. Mencit yang telah hamil dipisahkan dan yang belum kawin dicampur
kembali dengan mencit jantan.
1.5 Teknik Pemberian Senyawa
2) Janin.
Janin biasanya diambil melalui pembedahan kira-kira sehari
sebelum perkiraan hari kelahiran. Prosedur ini dimaksudkan untuk
menghindari kanibalisme dan memungkinkan penghitungan tempat
yang diresorpsi dan kematian janin. Kemudian dilakukan
pengamatan berikutnya dan hasilnya dicatat, seperi:
Jumlah korpora lutea
Jumlah implantasi
Jumlah resorpsi
Jumlah janin yang mati
Jumlah janin yang hidup
Jenis kelamin janin yang hidup
Berat janin yang hidup
Panjang (ujung kepala-telapak kaki) janin yang hidup
Kelainan pada janin yang hidup
D. Pemeriksaan Rinci.
Hal ini dilakukan untuk menentukan berbagai jenis kelainan.
Setiap janin diperiksa cacat luarnya. Selain itu, sekitar dua pertiga
sampel janin diambil secara acak, diwarnai dengan merah alizarin, dan
diperiksa ada tidaknya kelainan rangka. Sisanya sepertiga diperiksa
cacat viseranya setelah difiksasi dalam cairan Bouin dan diiris dengan
silet. Pada hewan yang lebih besar, seperti anjing, babi, dan primata
bukan manusia, struktur rangka bisa diperiksa dengan sinar-X, bukan
dengan pewarnaan.
E. Pengaruh Tertunda.
Untuk toksikan yang diduga mempengaruhi sistem saraf pusat atau
sistem genitourinaria janin, cukup banyak betina hamil yang dibiarkan
melahirkan anaknya. Anak-anak ini dirawat oleh ibu biologiknya,
sehingga memungkinkannya terpajan toksikan melalui air susu, atau
oleh induk angkatnya. Pada kasus terakhir ini efek potensial pajanan
pasca pascalahir dihilangkan.
a. Jumlah fetus
b. Jumlah fetus pada tanduk uterus sebelah kiri
c. Jumlah fetus pada tanduk uterus kanan
d. Jumlah fetus yang lahir hidup
e. Jumlah fetus yang lahir mati
f. Jumlah tapak resorbsi
g. Komposisi kelamin fetus
h. Panjang fetus
i. Berat fetus
j. Ada tidaknya kecacatan pada fetus secara morfologis yang berupa
kelainan pada telinga, mata, kepala, ekor, jumlah jari kaki depan-
belakang, ada tidaknya kelainan pada jari kaki depan-belakang, kelainan
pada kepala secara umum, posisi kaki depan-belakang, posisi kepala dan
ekor.
Catatan: semua data ini dibandingkan dengan data yang diperoleh dari
kelompok kontrol yang tidak diberi senyawa aktif, kelompok kontrol
ada dua: 1 kelompok kontrol normal yaitu hewan uji tidak diberikan
apa-apa, yang kedua kelompok kontrol negatif yaitu hewan uji biasanya
diberikan aquadest, Nacl Fisiologis atau Na CMC.
1.2 Fiksasi fetus
Semua fetus yang telah dikeluarkan dari tanduk uterus setelah
dilakukan laparatomi sudah dapat diamati sesuai dengan paramater yang
disebutkan diatas. Namun ada dua aspek lagi yang belum dapat diamati
secara mrfologis yakni kelainan yang mungkin terjadi pada bagian dalam
tubuh (visceral) dan kelainan yang mungkin terjadi pada pertulangan
(skeletal).
Sebelum mengamati bagian visceral dan skeletal, fetus harus di fiksasi
terlebih dahulu. Fiksasi adalah tindakan perendaman fetus dalam larutan
fiksatif. Ada dua jenis larutan yang sering dipakai untuk fiksasi ini, yakni
larutab bouin untuk visceral dan alizarin untuk skeletal. Larutan bouin
terdiri dari formalin 40%, asam asetat glasial, dan asam pikrat jenuh.
Larutan alizarin mengandung KOH 1%, merah alizarin 6mg/ L.
Fetus yang sudah mati dan telah diamati sejumlah kemungkinan
kelainan yang ada, kemudian separuh dari jumlah tiap induk direndam
dalam masing-masing larutan fiksatif tadi. Misalnya saru satu induk
diperoleh 10 ekor fetus, maka lima ekor fetus direndam dalam larutan
bouin dan limanya lagi direnam dalam larutan alizarin. Perendaman dalam
larutan bouin berlangsung selama 14 hari sampai diperoleh fetus yang
kenyal seperti tahu, berwarna kuning (warna asam pikrat) dan mudah
disayat. Perendaman dalam alizarin hanya berlangsung 3 hari hasil
perendaman dalam alizarin akan menghasilkan fetus dengan jaringan yang
transparan sementara semua pertulangan berwarna merah. Dengan
demikian semua kelainan yang ada pada fetus dapat dilihat dengan
bantuan alat kaca pembesar.
Dari kedua larutan fiksatif diatas akan dapat diperoleh data kelainan
yang terjadi pada bagan visceral seperti kelainan pada langit-langit (cleft
palate) serta kelainan pada organ jantung, hati, ginjal, ureter dan lain
sebagainya. Data pertulangan akan sepenuhnya diperoleh dari hasil fiksasi
dari larutan alizarin
1.3 Visceral
Untuk mengamati bagian visceral seperti langit bercelah (clept palate,
dapat dilakukan penyayatan pada fetus yang sudah direndam dengan
larutan bouin. Pada bagian mulut dimasukkan pisau yang tajam dan sayat
arah ke belakang, sehingga kepala putus. Jika dijumpai langit-langit mulut
yang terbuka menunjukkan cacat clept palate, jika tertutup berarti normal.
Bentuk kelainan visceral lain dapat diamati dengan melakukan
penyayatan, seperti bagian otak, jantung, hati, ginjal dan lain sebagainya
1.4 Kelaianan skeletal
Kelainan skeletal ini kita melihat kelainan pertulangan pada fetus.
Pertulangan dimulai dari tengkorak kepala dapat diamati sampai
pertulangan di ekor atau caudal. Kelainan letak, jumlah dan bentuknya
yang berbeda dengan bentuk pada hewan kontrol dapat dianggap sebagai
bentuk cacat. Kelainan pada tulang yang banyak diamati adalah cervical,
thoracic, lumbar, sacral, caudal, manubrium, xiphoid, sternal centra,
carpals, metacarpals, phalanges dan sternum.
Pengamatan yang agak sussah dilakukan adalah terhadap skeletal, hal
ini disebabkan karena specimen dalam larutan alizarin sangat rentan sekali
terhadap benda keras ketika kita ambil atau pindahkan ketempat
pengamatan. Untuk itu sangat diperlukan ketelitian dan kehati-hatian
dalam menangani specimennya. Kerusakan pada saat memindahkan
specimen dapat menjadi kelihatan seperti cacat ketika kita bandingkan
dengan kondisi normal.
V. Penyakit Karena Teratogen
1.1 Defenisi
Teratogen merupakan suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan
janin yang abnormal.
Yang termasuk teratogen adalah malnutrisi, penyakit infeksi, alkohol, dan
tembakau. Dan juga yang termasuk teratogen adalah tipe darah yang kurang
cocok, polusi lingkungan, stres ibu, dan usia ayah-ibu pada saat janin
dikandung.
1.2 Faktor-faktor teratogen yaitu :
Faktor yang menyebabkan cacat ada dua kelompok, yaitu faktor
genetis dan lingkungan. Faktor genetis terdiri dari :
1. Mutasi, yakni perubahan pada susunan nukleotida gen (ADN). Mutasi
menimbulkan alel cacat, yang mungkin dominan atau resesif.
2. Aberasi, yakni perubahan pada sususnan kromosom. Contoh cacat
karena ini adalah berbagai macam penyakit turunan sindroma.
Faktor lingkungan terdiri atas :
1. Infeksi, cacat dapat terjadi jika induk yang kena penyakit infeksi,
terutama oleh virus.
2. Obat, berbagai macam obat yang diminum ibu waktu hamil dapat
menimbulkan cacat pada janinnya.
3. Radiasi, ibu hamil yang diradiasi sinar-X , ada yang melahirkan bayi
cacat pada otak. Mineral radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat
dengan lahir cacat bayi di daerah bersangkutan.
4. Defisiensi, ibu yang defisiensi vitamin atau hormon dapat
menimbulkan cacat pada janin yang sedang dikandung.
5. Emosi, sumbing atau langit-langit celah, kalau terjadi pada minggu
ke-7 sampai 10 kehamilan orang, dapat disebabkan emosi ibu.emosi
itu mungkin lewat sistem hormone
FAS
Gangguan fisik Keguguran
permanen
Prematur
Retardasi mental
Komplikasi pada
Kelainan organ bayi
Microceph BB bayi
ali rendah
Kategori A
1. Alkohol,
2. Tembakau/rokok
4. Obat Analgesik atau dikenal dengan anti nyeri terbagi atas kategori
antiinflamasi nonsteroid dan kategori opioid
bibir sumbing, kelainan jantung, defek pada selubung saraf, dan kelainan
saluran kencing. Ibu hamil yang diterapi dengan asam valproat memiliki
resiko yang lebih tinggi akan mengalami kelainan janin.
mengobati jerawat yang berat, psoriasis dan kelainan kulit lainnya bisa
menyebabkan cacat bawaan . Yang paling sering terjadi adalah kelainan
jantung, telinga yang kecil dan hidrosefalus (kepala yang besar). Resiko
terjadinya cacat bawan adalah sebesar 25%. Etretinat juga bisa
menyebabkan cacat bawaan. Obat ini disimpan di dalam lemak dibawah
kulit dan dilepaskan secara perlahan, sehingga efeknya masih bertahan
sampai 6 bulan atau lebih setelah pemakaian obat dihentikan.
12. Hormon androgenik
15. Antikoagulan