You are on page 1of 7

Gerak Semu Matahari

Gerak semu harian Matahari

Gerak semu harian Matahari disebabkan oleh rotasi Bumi sehingga mengakibatkan perubahan
posisi Matahari setiap harinya. Matahari terlihat terbit di timur dan tenggelam di barat. Padahal
gerak semu ini teramati karena Bumi kita yang berotasi dengan arah sebaliknya, dari barat ke
timur. Sehingga akan muncul tampak kesan semu bahwa dari sudut pandang kita (sebagai
pengamat) di Bumi, Matahari-lah yang bergerak mengelilingi.

Gerak semu tahunan Matahari

Selain bergerak mengelilingi Matahari (revolusi), Bumi juga berputar terhadap sumbunya
(rotasi). Sumbu rotasi Bumi ini tidak sejajar terhadap sumbu revolusi, melainkan sedikit miring
sebesar 23,5 derajat. Akibat dari miringnya sumbu rotasi Bumi itu, Matahari tidak selalu terlihat
di atas khatulistiwa Bumi, Matahari akan terlihat berada di bagian utara dan selatan Bumi.
Selama setengah tahun, Matahari lebih banyak menerangi Bumi bagian utara, dan setengah tahun
berikutnya Matahari lebih banyak menerangi Bumi bagian selatan.

Gambar 1. Sumbu rotasi bumi miring 23,5 derajat terhadap sumbu revolusi (Sumber:
http://www.powerfromthesun.net)
Dalam gerak semunya, matahari akan tampak bergerak dari khatulistiwa (equator) antara 23,5
derajat lintang utara dan lintang selatan. Pada tanggal 21 maret, lintasan harian Matahari akan
berimpit dengan ekuator sehingga matahari terbit tepat di timur dan terbenam tepat di barat
(deklinasi Matahari = 0o). Peristiwa ini disebut ekuinoks musim semi. Pada saat ekuinoks,
lamanya siang dan malam hari sama 12 jam di seluruh tempat di Bumi. Pada tanggal 21 Juni,
Matahari sampai pada deklinasinya paling utara, yakni 23,5 derajat sehingga menyebabkan
musim panas di belahan bumi utara. Pada tanggal 23 September, lintasan harian Matahari akan
berimpit kembali dengan ekuator. Peristiwa ini disebut ekuinoks musim gugur. Pada tanggal 22
Desember, Matahari sampai pada deklinasinya paling selatan, yakni -23,5 derajat sehingga
menyebabkan musim dingin di belahan bumi utara.

Gambar 2. Peredaran semu Matahari (Sumber: http://www.powerfromthesun.net)

Bumi dalam bola langit

Bumi dan gerak benda langit

Langit tampaknya seperti kubah raksasa yang melingkupi kita (bumi), dan benda-benda langit
sperti bintang, bulan, dan matahari seolah-olah menempel pada kubah tersebut. Kubah inilah
yang kita namakan bola langit. Bola yang dilihat hanyalah sebagian yang dibatasi oleh bidang
lingkaran yang disebut horizon atau kaki langit.

Disamping itu,benda-benda langit ini tampaknya bergerak di bola langit dar timur ke barat
selama 24 jam dalam satu kali kitaran. Gerak benda-benda langit dalam 24 jam ini dinamakan
gerak harian benda langit. Namun bila dilihat dari kutub utara, semua benda langit ini tampak
mengitari kutub utara langit.

Kemiringan sumbu bumi (23,5o) terhadap orbitnya, dan revolusi bumi mengitari matahari
menyebabkan muka bumi yang menghadp langsung matahari terhadap bumi berubah-ubah pula.
Perubahan intensitas penyinaran menyebabkan terjadinya perubahan musim selama setahun.
Kedudukan dalam bola langit

Gambar 3. Kedudukan pengamat O di pusat bola langit

Gambar 3 memperlihatkan pengamat (O) merupakan pusat bola langit dan garis vertikal yang
dibuat melalui pusat bola langit ini memotong bola langit di titik atas yang disebut zenit (Z) dan
titik bawah yang dinamakan nadir (N). Bidang datar yag melalui pusat bola langit dan titik S, B,
U, dan T serta tegak lurus garis vertikal (ZN) ini disebut horizon. sumbu bumi berimpit dengan
sumbu bola langit di dua titik yaitu di titik kutub angit utara (KLU) dan kutub langit selatan
(KLS). Bidang datar yang melalui pusat bola langit dan tegak lurus sumbu langit KLU-KLS
disebut bidang ekuator langit (E). lingkaran besar yang melalui Z, N, KLU, dan KLS disebut
meridian langit.

Gambar 4. Sistem tinggi dan azimut


Bila diperthatikan bentuk lintasan masing-masing bintang dalam gerakannya dari Timur dan
Barat seperti misalnya bintang P, terbitnya tepat dari timur mencapai puncak (kulimanasi) ketika
bintang tersebut tepat di garis meridian lalu terbenam tepat di barat seperti pada gambar 4.
Namun ada juga bintang yang lintasannya berbentuk lingkaran dan seluruhnya berada di atas
horizon, seperti misalnya bintang Q. Bintang yang demikian itu tidak pernah terbenam dan
dinamakan bintag sirkumpolar.

Kemiringan sumbu putar bola langit (KLU-KLS) bergantung dari tempat pengamat. Bagi
pengamat yang berada di belahan bumi Utara, maka KLU berada di atas horizon dan KLS di
bawah horizon. besarnya busur dari horizon sampai ke kutub langit disebut tinggi kutub (Φ).
Seperti misalnya kota Medan yang berada 3o LU maka KLU akan berada 3o di atas horizon.
Makin ke Utara tempat pengamat, KLU makin tinggi, dan makin banyak tampak bintang
sirkumpolar. Bagi tempat-tempat di ekuator seperti misalnya di Pontianak, semua bintang
lintasannya membentuk setengah lingkaran, dan bidang lintasannya ini tegak lurus horizon dan
tidak ada bintang sirkumpolar.

Tata koordinat bola langit

Kedudukan suatu tempat di bumi dapat ditentukan dengan system koordinat “bujur dan lintang”
geografis. Koordinat suatu titik di bidang permukaan bola langit dapat ditentukan dengan
menetapkan lingkaran dasar dan titik asal koordinat. Ada tiga jenis system koordinat, yaitu
system koordinat horizon, system koordinat ekuator, dan system koordinat ekliptika.

Tata koordinat horizon

Dalam tata koordinat horizon ini kedudukan benda langit dinyatakan dengan oleh dua koordinat
yaitu altitud (a) dan azimut (A). Altitud benda langit diukur dari horizon ke arah bintang menuju
zenit. Nilai altitude dihitung dari 0o (horizon) sampai 90o (zenith). Azimut bintang (A) diukur dari
Utara sampai pada proyeksi bintang di horizon searah dengan jarum jam. Nilai azimut terhitung
dari 0o-360o. Pada gambar 5 tinggi bintang R adalah busur RR’ (a), sedangkan ZR disebut jarak
zenith (z). Bila altitud bintang itu a, maka z=90 o-a. Azimut untuk bintang R adalah busur UR’.
Karena rotasi bumi, koordinat horizon benda langit yang ditinjau dari suatu tempat akan selalu
berubah setiap saat.

Gambar 5. Sistem koordinat horizon


Tata koordinat ekuator

Pada tata koordinat ekuator, lintasan bintang di langit dapat ditentukan dengan tepat karena
faktor lintang geografis pengamat (ϕ) diperhitungkan, sehingga lintasan edar bintang-bintang di
langit dapat dikoreksi oleh pengamat. Bila bidang ekuator bumi diperluas sampai menyentuh
bola langit, maka bidang ini dinamakan bidang ekuator langit. Demikian pula bila sumbu Utara –
Selatan bumi diperluas sampai menyentuh bola langit akan didapat kutub utara langit (KUL) dan
kutub selatan langit (KSL) seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Ekuator langit dan sumbu utara-selatan langit (KUL-KUS)


Koordinat benda langit dinyatakan dengan jarak anguler bintang arah ke Utara atau ke Selatan
dari ekuator langit yang dinamakan deklinasi (δ) bintang. Bila bintang berada di sebelah utara
ekuator langit dikatakan berdeklinasi positif, dan yang disebelah selatan ekuator langit dikatakan
bedeklinasi negatif seperti terlihat pada gambar 7. Sudut deklinasi bintang dinyatakan dalam
derajat dari 0o sampai 90o.

Gambar 7. (a) bintang berdeklinasi negatif (b) bintang berdeklinasi positif


Koordinat berikutnya adalah besarnya busur pada ekuator langit yang dihitung mulai dari titik
Aries arah ke Timur sampai ke kaki bintang di ekuator langit (R’), dan jarak anguler bidang
ekuator langit ini dinamakan ascencio recta (α) yang dinyatakan dalam jam (h) dan satuan derajat
dimana 1 h = 15o.

Gambar 8 memperlihatkan kedudukan suatu bintang R dalam tata koordinat ekuator, dari suatu
tempat yang berada di belahan bumi utara. Deklinasi bintang (δ) adalah busur RR’, dan ascencio
recta (α) sama dengan busur ATR’.

Gambar 8.

Sudut jam dan waktu sideris

Lingkaran deklinasi bintang juga disebut lingkaran jam. Sudut ruang antar bidang meridian
langit dengan bidang lingkaran jam tersebut dinamakan sudut jam (h). Sudut jam nol bila benda
berada di meridian atas. Sudut jam untuk titik aries (γ) disebut pula waktu sideris (θ). Dari
gambar tampak bahwa h = θ – α.

Waktu surya benar

Waktu jam 00.00 adalah ketika matahari melintasi meridian bawah. Karena panjang hari surya
adalah benar 24 jam, berarti waktu surya benar adalah sudut jam matahari ditambah 12 jam.

Hari tanpa bayangan

Hari tanpa bayangan dapat terjadi ketika deklinasi matahari sama dengan lintang lokasi. Lokasi
tersebut berada diantara 23,5o LS dan 23,5oLU. Pada jaman dahulu fenomena hari tanpa
bayangan dimanfaatkan oleh Eratosthenes untuk mengukur keliling bumi. Pada libur musim
panas di Syene, ia mencatat Matahari jatuh tegak lurus yang berarti Matahari tepat berada di atas
kepala. Pada tanggal yang sama tahun berikutnya, ia melakukan pengamatan bayangan tongkat
di Alexandria, kota yang berada di utara Syene. Dari bayangan ini, Eratosthenes mencatat bahwa
Matahari berada di sekitar 7o di sebelah selatan arah kepala. Karena keliling Bumi 360 o, ia
menyimpulkan bahwa jarak dari Syene ke Alexandria adalah 7/360 kali keliling Bumi. Pada
waktu itu, perjalanan antara kota Syene dan Alexandria di tempuh dalam 50 hari dengan
mengendarai unta. Rata-rata unta menempuh sekitar 100 stadia per hari sehingga jarak kedua
kota adalah 5000 stadia. Dengan demikian, Eratosthenes mencatat keliling bumi adalah 360/7 x
5000 = 250.000 stadia atau sekitar 42.500 km, mendekati nilai yang ditetapkan saat ini, yaitu
40.030 km.

Hari tanpa bayangan dalam Islam digunakan untuk verifikasi awal waktu zuhur. Selain itu juga
digunakan sebagai penentu arah kiblat yaitu ketika Matahari tepat di atas Kabah atau sering
disebut sebagai Rashdul Qiblah. Peristiwa itu terjadi pada stiap tanggal 28 Mei (kadang-kadang
terjadi pada tanggal 27 Mei untuk tahun kabisat) pukul 12.18 waktu Mekah atau 09.18 UT dan
tanggal 16 Juli (tahun pendek) atau 15 Juli (tahun kabisat) pukul 12.27 waktu mekah atau 09.27
UT. Bila dikonversikan menjadi Waktu Indonesia Barat (WIB) maka harus ditambah dengan 4
jamsama dengan pukul 16.18 WIB dan 16.27 WIB.

Untuk kota Medan, hari tanpa bayangan terjadi ketika deklinasi Matahari sama dengan lintang
kota Medan yaitu 3o34’. Peristiwa hari tanpa bayangan di kota Medan terjadi dua kali yaitu pada
tanggal 29 Maret dan 14 September.

Referensi:

 Suwitra, Nyoman. 2001. Astronomi Dasar. Bali: IKIP Singaraja


 Endarto, Danang. 2014. Kosmografi. Yoygakarta: Ombak
 Purwanto, Agus. 2015. Nalar Ayat-Ayat Semesta. Mizan: Bandung
 Tim MTT PP Muhammadiyah. 2009. Pedoman Hisab Muhammadiyah. Yogyakarta: MTT PP
Muhammadiyah
 https://reddateaddict.wordpress.com/2012/02/23/gerak-semu-harian-dan-tahunan-matahari/

You might also like