Professional Documents
Culture Documents
752 1096 1 SM PDF
752 1096 1 SM PDF
Kata-kata Kunci: strategi pembelajaran inkuiri, kemampuan berpikir kritis, pemahaman konsep
Abstract
The aims of this study was to analyze the differences between: (1) critical thinking skill and
conceptual understanding between the group of students who studied through inquiry learning strategies
with the group of students who studied through direct instructional strategies; (2) critical thinking skill
between the group of students who studied through inquiry learning strategies with the group of students
who studied through direct instructional strategies; (3) conceptual understanding between the group of
students who studied through inquiry learning strategies with the group of students who studied through
direct instructional strategies. This study was an quasy-experimental using the pre-test post-test
nonequivalent control group design. Data were analyzed by using descriptive statistics and one way
MANOVA.The result of study was stated: (1) there were the differences critical thinking skill and
conceptual understanding between the group of students who studied through inquiry learning strategies
with the group of students who studied through direct instructional strategies (F=68.151; p<0.05); (2)
there were the differences critical thinking skill between the group of students who studied through inquiry
learning strategies with the group of students who studied through direct instructional strategies
(Farithmetic=85.601>Ftable=3.94; p<0.05); (3) there were the differences conceptual understanding between
the group of students who studied through inquiry learning strategies with the group of students who
studied through direct instructional strategies (Farithmetic =88.474>Ftable=3.94; p<0.05).
berupaya optimal untuk mencapai tujuan- kreatif, (3) pendidikan kurang memberikan
tujuan pendidikan baik dari tingkatannya pengalaman yang nyata melalui
yang paling konkrit sebagai tujuan proses pendekatan kurikulum dan pembelajaran
pembelajaran jangka pendek maupun pada terpadu. Sagala (2009) juga berpendapat
tingkat yang paling abstrak dan general bahwa pembelajaran yang berlangsung di
seperti terkonsepsi dalam makna manusia sekolah cenderung menunjukkan (1) guru
“seutuhnya” yang mampu berperan dalam lebih banyak ceramah, (2) pengelolaan
pembangunan bangsa dan pembangunan pembelajaran cenderung klasikal dan
umat manusia. kegiatan belajar kurang bervariasi, dan (3)
Kualitas pendidikan di Indonesia saat guru dan buku sebagai sumber belajar.
ini, masih jauh dari yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran, peserta didik
Berbagai upaya telah dilakukan untuk juga kurang didorong untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, mengembangkan kemampuan berpikir.
antara lain melalui berbagai pelatihan dan Proses pembelajaran di dalam kelas hanya
peningkatan kualifikasi guru, diarahkan kepada kemampuan peserta
penyempurnaan kurikulum, pengadaan didik untuk menghapal informasi (Sanjaya,
buku, alat pelajaran, dan perbaikan sarana 2009).
prasarana pendidikan lainnya, serta Rendahnya kualitas pendidikan juga
peningkatan mutu manajemen sekolah. tercermin dalam pembelajaran IPA di SMP
Namun, berbagai indikator mutu pendidikan Negeri 2 Kintamani. Proses pembelajaran di
tersebut belum mampu menunjukkan kelas masih didominasi oleh guru. Guru
peningkatan yang memadai (Nurhadi, dkk., masih menempatkan dirinya sebagai
2004). sumber utama pengetahuan. Hal ini
Masih rendahnya mutu pendidikan di dilakukan oleh guru, karena mengejar target
Indonesia dapat dilihat dari berbagai materi pelajaran yang ditetapkan oleh
temuan pendidikan dan survei dari lembaga kurikulum. Guru hanya berfokus pada hasil
independen. Dari hasil riset yang dilakukan belajar sebagai indikator ketuntasan belajar
UNDP (United Nations Development siswa. Siswa kurang diberikan kesempatan
Programme) dengan melakukan riset untuk menggali pengetahuan dan
terhadap human development index (HDI) mengaitkan konsep yang dipelajari ke
yang dirilis pada tahun 2010, terhadap 169 dalam situasi yang berbeda sehingga
negara menempatkan Indonesia diposisi konsep-konsep yang diajarkan menjadi
108 (UNDP, 2012). Third Matemathics and kurang bermakna dan hanya bersifat
Sciences Study (TIMS), melaporkan bahwa hafalan saja. Sehingga berdampak pada
kemampuan matematika siswa SMP berada pemahaman konsep siswa yang masih
diurutan ke-34 dari 38 negara, sedangkan rendah serta keterampilan proses siswa
kemampuan IPA berada diurutan ke-32 dari yang dilandasi pada kemampuan berpikir
38 negara. Dengan melihat hasil riset kritis belum bisa diberdayakan.
tersebut, mencerminkan keadaan Pendidikan IPA merupakan salah satu
pendidikan di Indonesia sangat bagian dari pendidikan yang memiliki
memprihatinkan dan tidak dapat dipungkiri potensi besar dan peranan strategis dalam
bahwa sumber daya manusia Indonesia menyiapkan SDM yang berkualitas.
harus ditingkatkan lagi. Kurikulum IPA SMP menekankan pada
Lasmawan (2004) mengidentifikasi pemberian pengalaman secara langsung
beberapa permasalahan pendidikan yaitu kepada siswa dalam mempelajari peristiwa
(1) pendidikan lebih menekankan yang terjadi di lingkungan sekitar,
perkembangan aspek kognitif dengan kehidupan sehari-hari dan masyarakat
orientasi penguasaan ilmu pengetahuan modern yang sarat dengan teknologi.
yang sebanyak-banyaknya dan Sehingga diperlukan pembelajaran yang
mengabaikan perkembangan aspek afeksi mengarah pada tumbuhnya kreativitas
dan aspek konasi, (2) pendidikan kurang siswa dengan bimbingan guru yang inovatif.
memberikan perkembangan keterampilan Melalui pendidikan IPA, siswa dapat
proses, kemampuan berpikir kritis, dan mempelajari pengetahuan ilmiah dan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 3 Tahun 2013)
keterampilan proses yang dapat digunakan isi materi ajar, dan pelaksanaan asesmen.
dalam kehidupan sehari-hari. IPA Pemilihan dan penggunaan pendekatan,
membentuk sikap ilmiah siswa seperti ingin metode, atau strategi pembelajaran yang
tahu, berpikir terbuka, berpikir kritis, sesuai dimaksudkan untuk terjadinya
keinginan memecahkan masalah, pembelajaran IPA yang efektif. Menurut
membangun sikap peka terhadap Warpala (2006), usaha-usaha inovatif dan
lingkungan dan bisa merespon suatu kreatif untuk efektifitas pembelajaran IPA
tindakan. Pembelajaran IPA pada meliputi (1) penyediaan sumber belajar
hakikatnya meliputi tiga komponen yaitu yang multisitus, dikenal baik dan ada di
sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk sekitar siswa, (2) menuntut aktifitas belajar
ilmiah. Oleh karenanya, pembelajaran IPA yang berlangsung di dalam dan/atau di luar
di sekolah tidak hanya mementingkan kelas, termasuk penggunaan sumber daya
penguasaan siswa terhadap fakta, konsep masyarakat, (3) mendesain aktivitas inquiri
dan teori-teori sains, tetapi siswa dituntut untuk belajar kelompok, (4) mendesain
untuk lebih mengerti dan memahami tugas-tugas yang melibatkan aktifitas
terhadap proses bagaimana fakta, konsep mental dan fisik (minds-on dan hands-on
dan teori-teori tersebut ditemukan (Warpala, activity) dari masalah sederhana sampai
2006). yang memerlukan investigasi. Penerapan
Namun, proses pembelajaran yang usaha-usaha tersebut kedalam
dilaksanakan saat ini masih menggunakan pembelajaran IPA berimplikasi pada
paradigma lama yaitu pembelajaran yang terjadinya pergeseran peran dan tanggung
berpusat pada guru (teacher centered) jawab guru. Guru bukan lagi sebagai
dengan memilih pembelajaran langsung. otoritas, tetapi lebih sebagai fasilitator dan
Dalam kegiatan pembelajaran guru lebih mediator yang kreatif dan reflektif.
mengutamakan memberikan pengetahuan Salah satu strategi pembelajaran
melalui ceramah yang disajikan secara yang memberikan kesempatan bagi siswa
sistematis. Rancangan pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuannya
seperti ini lebih bersifat menghafal. Sadia serta berperan aktif dalam pembelajaran
(2008) mengungkapkan guru masih sehingga mampu memahami konsep
mempunyai asumsi bahwa pengetahuan dengan baik dan mengembangkan
dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran kemampuan berpikir kritis adalah strategi
guru ke pikiran siswa, sehingga guru pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran
memfokuskan diri pada upaya penuangan inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan
pengetahuan ke dalam kepala siswa. yang melibatkan kegiatan belajar secara
Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
saat ini semestinya sudah mengalami mencari dan menyelidiki secara sistematis,
pergeseran menuju ke pembelajaran yang kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
berpusat pada siswa (student center). merumuskan sendiri penemuannya dengan
Pembelajaran dirancang dengan penuh percaya diri.
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh Lawson (2000) mengungkapkan
siswa, dengan harapan dapat membantu bahwa pembelajaran biologi pada sekolah
peserta didik mengkonstruksi menengah dengan kurikulum berbasis
pengetahuannya dan menjadikannya inkuiri dapat mengembangkan kemampuan
pebelajar yang aktif. berpikir kritis dan penguasaan konsep
Paradigma pembelajaran di sekolah siswa. Setiawan (2005) juga
saat ini menunjukkan bahwa guru belum mengungkapkan terdapat perbedaan yang
optimal dalam proses pelaksanaan signifikan pada penguasaan konsep biologi
pembelajaran. Sehingga diperlukan siswa SMP di kecamatan Buleleng Bali
pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstektual
pada peningkatan kualitas aspek-aspek menggunakan strategi pembelajaran
pembelajaran, seperti penggunaan berdasarkan masalah dan strategi inkuiri
pendekatan, metode, atau strategi dengan rata-rata skor tertinggi pada
pembelajaran, pengembangan konten atau pembelajaran dengan strategi inkuiri.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 3 Tahun 2013)