You are on page 1of 11

Pesatnya perkembangan Informasi, Komunikasi, dan Transportasi merupakan

tandatanda semakin mengglobalnya dunia. Pemerintah Indonesia yang memahami hal


tersebut telah mengambil keputusan untuk memberikan otonomi daerah, dimana
pemerintah daerah dapat mengatur daerahnya masing-masing. Peran Pemerintah
daerah jaga sangat diperlukan guna mengetahui dana yang diperlukan , karena
pemerintah daerahlah yang mengetahui kondisi daerahnya, guna untuk meningkatkan
semua sector pembangunan.

Pemerintah Daerah diberikan kebebasan dalam merancang dan melaksanakan


anggaran perencanaan dan Belanja Daerah dan juga untuk menggali sumber-sumber
keuangan daerah berdasarkan Undang-Undang No.34 Tahun 2000. Salah satu cara
yang ditempuh adalah dengan meningkatakan pendapatan asli daerah yang bersumber
dari pajak daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan
milik daerah yang dipisahkan. Dan penerimaan asli daerah salah satunya berasal dari
pajak parkir.

Pajak parkir merupakan salah satu factor yang mendukung Pendapatan Asli
Daerah. Dapat dilihat dari pendapatan pajak parkir yang diterima selalu meningkat
setiap tahunnya. Dan akan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah tersebut.
Pendahuluan

Latar Belakang

Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam


kehidupan manusia di segala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan
merupakan tanda-tanda bahwa semakin mengglobalnya dunia. Pemerintah Indonesia
yang memahami hal tersebut telah mengambil keputusan untuk memberikan otonomi
daerah yaitu dimana pemerintah daerah dapat mengatur daerahnya masing-masing.
Keputusan yang diambil oleh pemerintah Indonesia supaya pemerintah daerah dapat
lebih memajukan daerahnya, pemerintah pusat memberikan subsidi untuk
pembangunan pemerintah daerah. Subsidi ini diberikan berdasarkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang sumber utamanya didapatkan dari pajak. Pajak
bermanfaat sekali bagi pambangunan nasional dan pembangunan daerah. Hasil
pungutan pajak tidak saja berfungsi sebagai sumber dana dari pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara melainkan juga sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Dalam rangka meningkatkan semua sektor pembangunan yang telah


dilaksanakan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana serta dalam menaikan taraf
hidup masyarakat dan untuk mendukung program pemerintah agar terlaksana
secara berkesinambungan, pemerintah membutuhkan dana yang cukup besar. Peran
pemerintah daerah juga sangat diperlukan guna mengetahui dana yang diperlukan
untuk meningkatkan pembangunan daerahnya karena pemerintah daerahlah yang
lebih mengetahui kondisi daerahnya.

Upaya meningkatkan kontribusi dana antara pembangunan daerah yang satu


dengan pembangunan daerah yang lainnya dilakukan sesuai dengan kondisi daerah
yang bersangkutan. Pemerintah daerah diberi kebebasan dalam merancang dan
melaksanakan Anggaran Perencanaan dan Belanja Daerah, pemerintah daerah juga
diberi kebebasan untuk menggali sumber-sumber keuangan daerah beredasarkan
Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, tentang pajak daerah dan kontibusi daerah
sebagai penyesuaian dan penyempurnaan, Undang-Undang No. 18 tahun 1997, tentang
pajak daerah dan kontribusi daerah berhubungan dengan berlaku Undang-Undang No. 22
tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
Pemerintah dearah harus menggunakan dana yang dimiliki seefisien mungkin
haruslah bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya bagi semua lapisan
masyarakat yang adil dan makmur. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan
meningkatkan pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak daerah, hasil
perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang
dipisahkan. Pendapatan asli daerah yang sah sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang
No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.

Pajak dibebankan kepada masyarakat oleh pemerintah, hal ini merupakan


kebijakan dari pemerintah sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat
memberikan beban yang adil sejalan dengan system perpajakan Indonesia. Pemerintah
pusat dalam pemungutan pajak daerah hanya berperan untuk menjaga dan mengawasi.
Hal ini berdasarkan undang-undang otonomi daerah dan pajak daerah yang
berasal dari Negara yang berdasarkan undang-undang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Penerimaan daerah salah satunya adalah dari pajak parkir. Pajak parkir
diharapkan dapat memiliki peranan yang berarti dalam pembiayaan pembangunan
daerah. Sebagaimana diketahui bahwa parkir adalah jenis usaha penjualan jasa
pelayanan yang mempunyai keterkaitan sangat erat dan saling menunjang dengan
dunia perdagangan yang menghasilkan penerimaan daerah. Parkir pada saat ini
sangatlah diperlukan kerena untuk menjaga keamanan kendaraan. Bukan hanya
untuk menjaga keamanan saja tetapi juga untuk keteraturan dan kenyamanan suatu
tempat.

Pengelola atau penyelenggara parkir haruslah menjamin keamanan dan


kenyamanan bagi konsumen parkir. Konsumen yang datang ke pusat perbelanjaan
dan pertokoan dengan menggunakan kendaraan pribadi pastilah memerlukan
tempat untuk menitipkan kendaraan mereka. Parkir menjadi salah satu sarana yang
menunjang pusat perbelanjaan tersebut, maka pemerintah daerah menetapkan pajak
parkir.

Berdasarkan uraian tersebut diatas kami akan membahas kontribusi yang


telah diberikan oleh tindak penagihan pajak optimalisasi penerimaan pajak, serta
hambatan yang mungkin timbul dalam praktik penagihan pajak tersebut. Atas dasar
uraian tersebut diatas maka kami akan memberi judul pada kamian ini adalah “
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkiran dalam Rangka Penerimaan
Daerah di Wilayah Kota Sungai Penuh

Landasan Teori

Pengertian pajak menurut andriani :

“ Pajak adalah iuran kepada Negara yang dipaksakan yang terhutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-paraturan yang tidak dapat mendapatkan
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakannya adalah untuk
biayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara dan untuk
menyelenggarakan pemerintah “

Adapun pengetian pajak yang dikemukakan oleh SI.Djajadiningrat yang


dikutip dalam munawir adalah :

“ Pajak sebagai kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada


Negara disebabkan sesuatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman menurut peratuaran yang ditetapkan
oleh pemerintah serta dapat dipaksakan, tanpa ada jasa timbal balik dari Negara
secara langsung, untuk memelihara kepentingan umum” (2001:5)

Pengelompokan Pajak

Pajak dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu : ( Waluyo dan Wirawan, 2003 )

1. Menurut golongannya :

a. Pajak langsung.

b. Pajak tidak langsung.

2. Menurut sifatnya :

a. Pajak subjektif

b. Pajak Objektif
3. Menurut lembaga pemungutannya :

a. Pajak pusat.

b. Pajak daerah

Sistem Pemungutan Pajak

Pada system pemungutan pajak dapat dibagi dalam tiga system, yaitu :
( Mansur dan Wardoyo, 2004 )

a. Official Assesment System

b. Self Assesment System

c. With Holding System

Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui cirri-ciri yang melekat pada pengertian pajak


terdapat adanya fungsi yaitu ( Waluyo dan Wirawan, 2003:-67 )

a. Fungsi Penerimaan ( Budgetair )

b. Fungsi Mengatur ( Reguleren )

Pengertian Pajak Parkiran

Pengertian pajak parkiran menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2000


sebagai pengganti dari Undang-undang No. 18 tahun 1997, tentang pajak daerah dan
retribusi daerah, adalah sebagai berikut:

Pajak parkiran adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat


parkiran ditepi jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan
dengan pokok usaha maupun yang disedikan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
Pengenaan pajak parkiran tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota
yang ada di Indonesia.

Sedangkan menurut peraturan daerah tentang retribusi parkir kota Sungai Penuh
Pasal 2 tahun 2010, Dengan nama Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum di
pungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir
di tepi jalan umum.

Dasar Tarif dan Perhitungan Pengenaan Pajak Parkiran

a. Dasar Pengenaan Pajak Parkiran

Dasar Pengenaan Pajak parkiran adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya
dibayar untuk pemakaian tempat parkir. Dasar pengenaan pajak didasarkan pada
klasifikasi tempat parkiran, daya tampung, dan frekuensi kendaraan bermotor.

b.Tarif Pajak Parkiran

struktur tarif retribusi parkir digolongkan berdasarkan tingkat kepadatan


parkir di tepi jalan umum, dan diatur verdasarkan jumlah rata-rata kendaraan yang
parkir dibandingkan dengtan kapasitas tempat parkir ditepi jalan umum dan hari-
hari tertentu

adapun struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :

JENIS KENDARAAN TARIF

 Sedan, Jeep, Mini Bus, Pick Up,  Rp. 1.500,- / sekali parkir
dan sejenisnya ,.....................

 Bus, Truck, dan kendaraan besar  Rp. 3.000,- / sekali parkir


lainnya ,.....................

 Sepeda Motor  Rp. 1.000,- / sekali parkir


,.....................
Metodologi Penelitian Objek Penelitian

Masyarakat sekarang banyak yang memiliki kendaraan bermesin, mereka


bepergian menggunakan menggunakan kendaraan untuk lebih memudahkan mereka.
Apabila mereka ingin bepergian ketempat umum mereka pasti akan menitipkan
kendaraan mereka ditempat yang telah disediakan oleh pemilik tempat umum tersebut.
Penyediaan tempat penitipan kendaraan tersebut membuat masyarakat lebih leluasa dan
nyaman. Tempat penitipan tersebut biasanya menarik atau memungut biaya. Biaya
pemungutan tersebut digunakan oleh pemiliknya untuk lebih memajukan tempatnya.

Melihat potensi tersebut pemerintah daerah membuat peraturan daerah tentang


pajak dan retribusi daerah. Pemegang usaha harus meminta izin untuk mendirikan
suatu tempat untuk sarana umum. Biaya pemungutan biaya tersebut dapat
sepenuhnya dimanfaatkan oleh pemilik usaha.

Tahun 2001 keluarlah peraturan daerah tentang pajak daerah No.16 tentang
pajak parkir. Seluruh pemilik usaha yang mempunyai usaha tempat penitipan
kendaraan dikenakan pajak sebesar 15%, mereka harus menghitung, membayar,
menyetorkan sendiri. Hal inilah yang mendasari sejarah pajak parkir.

Objek Pajak Parkir

Objek pajak parkiran adalah Penyelenggaraan tempat parkiran ditepi badan


jalan, baik yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Seperti :

a. Pelataran dan atau taman-taman parkir.


b. Gedung-gedung dan atau bangunan dan pusat perbelanjaan yang menyediakan
fasilitas parkir.
c. Penyediaan suatu tempat parkir yang disediakan oleh perorangan dan atau badan
hukum untuk fasilitas hukum mereka.
Menurut Peraturan Daerah kota Sungai Penuh No. 13 Tahun 2010 Objek pajak
parkir adalah :
“Setiap pelayanan parkir yang disediakan dengan memungut bayaran sacara
langsung”.
4.4 Ketentuan Tarif

Berdasarkan Undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang pemerintah


Daerah dan Peraturan Daerah No. 13 tahun 2010 tantang pajak parkir menyatakan
bahwa tarif untuk pajak parkir ditetapkan sebesar dari dari jumlah
pembayaran . tarif parkir dikenakan atas banyaknya kendaraan yang dititipkan oleh
pemiliknya di suatu objek parkir. Mengenai besarnya pajak yang terutang dapat
dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak parkir yaitu 15% dengan satu kendaraan
perjam. Tarif ini diberlakukan sama untuk setiap objek parkir. Contoh tarif pajak parkir
di suatu pusat perbelanjaan sebesar Rp.1.000,-, untuk setiap setiap kendaraan sepeda
motor. Cara perhitungan pajak yang didapatkan oleh Dinas Pendapatan Daerah untuk
satu mobil perjamnya adalah :

JENIS KENDARAAN TARIF

 Sedan, Jeep, Mini Bus, Pick Up,  Rp. 1.500,- / sekali parkir
dan sejenisnya ,.....................

 Bus, Truck, dan kendaraan besar  Rp. 3.000,- / sekali parkir


lainnya ,.....................

 Sepeda Motor  Rp. 1.000,- / sekali parkir


,.....................

4.5 Rangkuman

Hasil penelitian yang telah diuraikan oleh kami adalah Dinas ________ didirikan
menurut undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, pemerintah
diberikan otonomi yaitu pemerintah diberikan otonomi yaitu kekuasaan yang
diberikan untuk mengatur dan mengurus kepentingan daerah itu sendiri.
Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah , menjelaskan bahwa pemerintah daerah berhak mengatur
keuangannya sendiri.

Tiap tahunnya pajak daerah terus meningkat, dilihat dari realisasi yang didapatkan
jauh lebih besar dari rencana penerimaan pendapatan daerah. Pajak parkir merupakan
salah satu pajak daerah. System pemungutan pajak parkir adalah self assessment.
Apabila wajib pajak parkir telat membayar maka akan dikenakan sanksi berupa
2% perbulannya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pajak parkir adalah :

1. Wajib pajak yang telat membayar.

2. Wajib pajak yang telah membayar tetapi tidak menyetorkan.


Adapun upaya-upaya untuk meningkatkan dan untuk mengatasi hambatan-
hambatan tersebut adalah :
a. Segi penerimaan, dengan melakukan penyuluhan tentang pajak daerah terutama
pajak parkir. Pemeriksaan juga salah satu cara untuk meningkatkan penerimaan.
b. Segi Kebijakan, Dalam segi kebijakan yang antara lain Undang-undang,
pemerintah agar senantiasa melaksanakan pembagian wewenang dan pengaturan
hubungan pemerintah pusat dan daerah.

c. Melakukan Pendataan dan Pemeriksaan Wajib Pajak Parkir.


KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka kami mengambil kesimpulan
sebagai berikut :

1. Bidang Pendapatan kota Sungai Penuh sebagai organisasi yang efisien dan
efektif dalam mengelola pendapatan daerah, terutama tentang perpajakan.

2. System pemungutan pajak parkir menggunakan system self assessment, yaitu


wajib pajak parkir menghitung, membayar dan menyetorkan langsung.

4. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pajak parkir adalah :

1. Wajib pajak yang telat membayar.

2. Wajib pajak yang telah membayar tetapi tidak menyetorkan.

3. Wajib pajak yang seharusnya sudah dapat dinyatakan sebagai wajib pajak tetapi
wajib pajak tersebut tidak melapor.

5. upaya-upaya untuk meningkatkan dan untuk mengatasi hambatan-hambatan


tersebut adalah :
a. Segi penerimaan, dengan melakukan penyuluhan tentang pajak daerah terutama
pajak parkir. Pemeriksaan juga salah satu cara untuk meningkatkan penerimaan.
b. Segi Kebijakan, Dalam segi kebijakan yang antara lain Undang-undang,
pemerintah agar senantiasa melaksanakan pembagian wewenang dan pengaturan
hubungan pemerintah pusat dan daerah.

c. Melakukan Pendataan dan Pemeriksaan Wajib Pajak Parkir.

5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan kami sehubungan dengan
pelaksanakan pemungutan pajak perkir di Dinas Pendapatan Daerah adalah sebagai
berikut :

You might also like