Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
(2.1)
3
Dimana :
N’ = jumlah pengamatan/pengukuran yang seharusnya
N = jumlah pengamatan untuk elemen kerja yang diukur
X = data waktu yang dibaca oleh stop watch untuk tiap-tiap
pengamatan.
4
Tabel 1. Tabel Performance Rating Dengan Sistem Westinghouse
SKILL EFFORT
0.15 A1 Superskill 0.13 A1 Superskill
0.13 A2 0.12 A2
0.11 B1 Excellent 0.10 B1 Excellent
0.08 B2 0.08 B2
0.06 C1 Good 0.05 C1 Good
0.03 C2 0.02 C2
0.00 D Average 0.00 D Average
0.05 E1 Fair 0.04 E1 Fair
0.10 E2 0.08 E2
0.16 F1 Poor 0.12 F1 Poor
0.22 F2 0.17 F2
CONDITION CONSISTENCY
0.06 A Ideal 0.04 A Ideal
0.04 B Excellent 0.03 B Excellent
0.02 C Good 0.01 C Good
0.00 D Average 0.00 D Average
0.03 E Fair 0.02 E Fair
0.07 F Poor 0.04 F Poor
*Sumber : Wignjosoebroto (2006)
Walaupun demikian pada prakteknya kita akan melihat bahwa tidaklah bisa
diharapkan operator tersebut akan mampu bekerja secara terus menerus sepanjang hari
tanpa adanya interupsi sama sekali. Disini kenyataannya operator akan sering
menghentikan kerja dan membutuhkan waktu-waktu khusus untuk keperluan contohnya
istirahat melepas lelah. Waktu longgar yang dibutuhkan akan menunda atau
memperlambat proses produksi. Waktu longgar dapat digolongkan menjadi tiga bagian,
yaitu kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi (personal allowance), kelonggaran
waktu untuk melepas lelah (fatigue allowance), dan kelonggaran waktu karena
keterlambatan-keterlambatan (delay allowance).
5
Kebutuhan ini mutlak dibutuhkan bagi seorang pekerja. Besarnya kelonggaran yang
diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerjaan ke
pekerjaan yang lainnya karena setiap pekerjaan memiliki karakteristik tersendiri
dengan ”tuntutan” yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
ternyata besarnya kelonggaran bagi pria dan wanita itu berbeda-beda. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
6
Tabel 3. Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh (lanjutan)
FAKTOR CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN ( % )
D. KELELAHAN MATA *) PENCAHAYAAN
BAIK BURUK
1. Pandangan yg terputus-putus Membawa alat ukur 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0
2. Pandangan yg hampir
terus menerus Pekerjaan-pekerjaan 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5
3. Pandangan terus menerus yang teliti
dgn fokus berubah-ubah Memeriksa cacat-cacat 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0
4. Pandangan terus menerus pada kain
dgn fokus tetap Pemeriksaan yang sangat 19,0 - 30,0 16,0 - 30,0
teliti
E. KEADAAN TEMPERATUR TEMPAT KERJA**) KELEMBABAN
NORMAL BERLEBIHAN
TEMPERATUR ( C) PRIA WANITA
1. Beku dibawah 0 Diatas 10 diatas 12
2. Rendah 0 - 13 10 – 5 12 - 5
3. Sedang 13 - 22 5–0 8-0
4. Normal 22 - 28 0–5 0-8
5. Tinggi 28 - 38 5 – 40 8 - 100
6.
F. Sangat
KEADAANtinggiATMOSFER***)
diatas 38 Diatas 40 diatas 100
1. Baik Ruang yg berventilasi baik, udara segar 0
2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan 0–5
3. Kurang baik Adanya debu beracun atau tidak 5 – 10
beracun tapi banyak
4. Buruk Adanya bau-bauan berbahaya harus 10 – 20
menggunakan alat pernafasan
G.KEADAAN LINGKUNGAN YANG BAIK
1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0
2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 – 10 detik 0–1
3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 – 5 detik 1–3
4. Sangat bising 0–5
5. Jika faktor yg berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0–5
6. Terasa adanya getaran lantai 5 – 10
7. Keadaan yg luar biasa (bunyi, kebersihan dll) 5 – 10
*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan
**) Tergantung juga pada keadaan ventilasi
***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim
Catatan pelengkap : kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 2 – 2,5 % dan
Wanita = 2 – 5 %
*Sumber : Sutalaksana et.al.(1979)
7
Waktu standar ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang
pekerjadengan tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaan pekerja
tersebut (Mundel dan Danner, 1994). Waktu standar mempunyai beberapa kegunaan
sebagai berikut :
1. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja
2. Perkiraan biaya-biaya untuk upah karyawan
3. Penjadwalan produksi dan penganggaran
4. Perencanaan sistem pemberian insentif
5. Indikasi keluaran output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja
6. Menyeimbangkan lintasan produksi (the balancing of production lines).
Waktu baku atau waktu standar merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan demikian waktu baku dapat
diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(2.2)
8
menyatakan metode ini dalam simbol-simbol gambar dan warna tertentu seperti yang terlihat
pada gambar dibawah ini.
9
Suatu kegiatan disebut sebagai kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut
melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat/mengerjakan
produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan kerja disebut kegiatan kerja setempat
apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja. Untuk menganalisis proses kerja
secara keseluruhan atau secara setempat (per stasiun kerja). Untuk penggambaran analisa kerja
secara keseluruhan maka aplikasi dan simbol-simbol ASME akan banyak membantu.
Transportasi
Kegiatan transportasi terjadi bila fasilitas kerja lainnya yang dianalisa bergerak
berpindah tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi kerja. Suatu
pergerakan yang merupakan bagian dari suatu operasi atau disebabkan oleh
pekerja pada tempat kerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung bukanlah merupakan
kegiatan transportasi.
Inspeksi
Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan terjadi apabila suatu objek diperiksa, baik
pemeriksaan pada segi kualitas maupun kuantitas, apakah sudah sesuai dengan
karakteristik performa yang disatandarkan. Pemeriksaan ini bisa termasuk kegiatan
mengukur besaran dengan memakai peralatan ukur atau sekedar membandingkan
secara visual dengan objek lain yang sudah diklasifikasikan standar.
Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila material, benda kerja, operator atau fasilias kerja
dalam kondisi berhenti dan tidak terjadi kegiatan apapun selain menunggu. Kegiatan
ini biasanya berlangsung sementara, dimana objek terpaksa menunggu atau
ditinggakan sementara sampai suatu saat dikerjakan/diperlukan kembali.
Memimpin
Proses penyimpanan terjadi apabila obyek disimpan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Jika obyek itu akan kembali diambil, biasanya akan memerlukan
prosedur perijinan yang khusus. Simbol ini digunakan untuk menyatakan bahwa suatu
obyek mengalami proses penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap
pengeluaran tanpa ijin tertentu. Prosedur perijinan dan lamanya waktu adalah dua hal yang
membedakan antara kegiatan menyimpan dan menunggu.
Aktivitas Ganda
Seringkali dijumpai kondisi-kondisi dimana dua elemen kerja harus dilaksanakan
secara bersamaan. Contohnya adanya kegiatan operasi yang harus dilaksanakan
secara bersamaan dengan kegiatan pemeriksaan pada stasiun kerja yang sama
pula. Untuk penggambaran simbol yang dipergunakan adalah dengan meletakkan
simbol kerja yang satu di atas simbol kerja yang lain.
Untuk memilih peta kerja apa yang paling tepat untuk diaplikasikan, maka terlebih dahulu
harus didefinisikan secara jelas dan tepat mengenai kegiatan apa yang ingin diuraikan (pekerja,
mesin, atau aliran material) dan ruang lingkup yang ingin dianalisa. Ada berbagai macam peta
kerja yang umum dipakai untuk menganalisa proses kerja keseluruhan, yaitu antara lain : peta
proses operasi, peta produk banyak, peta aliran proses, dan diagram aliran. Pada penelitian kali
ini akan digunakan peta aliran proses.
10
kerja memiliki waktu stasiun yang tidak melebihi waktu siklus dari line balancing. Tujuan dari
penyeimbangan lintasan adalah untuk meningkatkan efisiensi tiap stasiun kerja dan
menyeimbangkan lintasan sehingga seluruh stasiun kerja dalam lintasan, bekerja dengan
kecepatan yang sedapat mungkin sama.
Keseimbangan yang sempurna tercapai apabila ada persamaan keluaran (output) dari
setiap operasi dalam suatu runtutan lini. Bila keluaran yang dihasilkan tidak sama, maka
keluaran maksimum mungkin tercapai untuk lini operasi yang paling lambat. Operasi yang
paling lambat menyebabkan ketidakseimbangan dalam lintasan produksi. Keseimbangan pada
stasiun kerja berfungsi sebagai sistem keluaran yang efisien. Hasil yang bisa diperoleh dari
lintasan yang seimbang akan membawa ke arah perhatian yang lebih serius terhdap metode dan
proses kerja. Keseimbangan lintasan juga memerlukan ketrampilan operator yang ditempatkan
secara layak pada stasiun-stasiun kerja yang ada. Keuntungan keseimbangan lintasan adalah
pembagian tugas secara merata sehingga kemacetan bisa dihindari. (Setiawan, 2000).
Presedence Diagram
Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian menggunakan
metode keseimbangan lintasan. Precedence diagram sebenarnya merupakan gambaran secara
grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya
untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya. (Baroto,
2002),
Adapun tanda yang dipakai dalam precedence diagram adalah:
1. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah identifikasi
asli dari suatu proses operasi.
2. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalam hal ini, operasi
yang ada di pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah.
3. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan
setiap proses operasi.
(2.3)
Dimana :
ti =Waktu operasi (elemen)
11
C = Waktu siklus stasiun kerja
Kmin = Jumlah stasiun kerja minimal.
(2.4)
Dimana :
n = Jumlah stasiun kerja
Ws = Waktu stasiun kerja terbesar
Wi =Waktu sebenarnya pada stasiun kerja
i = 1,2,3,…,n
(2.5)
(2.6)
Dimana :
STi = Waktu stasiun kerja dari ke-i
K = Jumlah stasiun kerja
CT = Waktu siklus
e) Smoothness Index
Smoothness Index adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relatif dari
penyeimbangan lini perakitan tertentu.(Baroto, 2002)
(2.7)
12
Dimana :
ST max = Maksimum waktu di stasiun
STi = Waktu stasiun di stasiun kerja i
(2.8)
Dimana :
D = Balance Delay (%)
n = Jumlah stasiun kerja
C = Waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
∑ti = Jumlah semua waktu operasi
ti = Waktu operasi
Jumlah stasiun kerja yang dihasilkan dari metode ini akan menentukan besarnya waktu
menganggur yang dihasilkan dari lintasan tersebut. Hal ini berdampak pada berubahnya tekanan
kerja pada operator yang mengakibatkan berkurangnya rasa lelah saat bekerja. Menurut Nugraha
(2009), Penurunan waktu menganggur setelah lintasan diperbaiki pada keseimbangan lini dapat
digunakan sebagai acuan perbandingan jumlah pemborosan yang terjadi antara kondisi sebelum
13
perbaikan dan setelah perbaikan. Untuk mengetahui jumlah pemborosan dari lintasan produksi
dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (2.9).
(2.9)
(2.10)
14