Professional Documents
Culture Documents
Buana , 2018
1) Penulis Pertama
Email : rudi12980@yahoo.com
2) Dosen Pengampu
Pembahasan
contoh menetukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa apa yang akan di produksi,
termasuk manajer tingkat menengah atau bawah tergantung pada kewenangannya masing-
masing.
pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai
individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Salah satu pentingnya adalah
pengambilan keputusan.
etika, mengapa, karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting
dalam pengambilan keputusan organisasional. Pada ksempatan kali ini kami penyusun akan
Beberapa pendapat pakar dalam bidang Pengambilan keputusan Salusu (1996) menyatakan.
Bahwa aspek yang paling penting dari kegiatan manajemen. ialah, merupakan kegiatan sentral
manajemen. Ini merupakan inti kepemimpinan (Siagian, 1988). Menurut Moore pengambilan
keputusan sebagai suatu karateristik yang fundamental, atau sebagai jantung kegiatan adimistrasi
(robbin 1978).
Pengambilan keputusan pada umumnya adalah memilih suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia melalui suatu proses mental dan berfikir yang logis. Ketika
mencoba untuk membuat keputusan yang terbaik, seseorang harus menimbang sisi positif dan
negatif dari setiap pilihan, dan mempertimbangkan semua alternatif. Untuk pengambilan
keputusan yang efektif, seseorang harus mampu memprediksikan hasil dari setiap pilihan, dan
berdasarkan pada semua item tersebut, menentukan pilihan mana yang terbaik untuk situasi
tertentu. Pengambilan keputusan harus berdasarkan beberapa tahapan yang mungkin akan dilalui
oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama,
Keputusan (decision) adalah hasil membuat pilihan di antara beberapa alternatif, sedangkan
istilah pengambilan keputusan (decision making) menunjuk pada proses yang terjadi sampai
Keputusan pada dasarnya merupakan proses memilih satu penyelesaian dari beberapa
alternatif yang ada. Keputusan yang kita ambil tentunya perlu di dukung berbagi faktor yang
akan memberikan keyakinan kepada kita sebagai pengambil keputusan bahwa keputusan tersebut
adalah tepat.
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi,
terutama karena masa depan suatu organisasi banyak di tentukan oleh pengambilan keputusan
sekarang. Karena keputusan yang diambil oleh pimpinan merupakan hasil pemikiran akhir yang
harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan organisasi yang ia
pimpin. Penting karena menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil
keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian uang.
Ada kalanya keputusan diambil oleh manajer sendiri, tetapi tidak jarang juga bersama staf,
tergantung dari besar kecilnya masalah dan gaya kepemimpinan yang dianut oleh si manajer.
Sesungguhnya pengambilan keputusan itu sangat penting juga merupakan suatu kegiatan
dalam manajemen yang paling kompleks dalam suatu organisasi. Bukan hanya keputusan-
keputusan mengenai kebjaksanaan pokok yang rumit, tetapi juga pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program, penempatan, dan penganggaran, merupakan titik-titik
kritis terhadap mantapnya suatu kebijaksanan (Gortner et al dalam Salusus. 200).
Apakah Pengambilan Keputusan Itu ? Pengambilan keputusan. Ialah. Proses memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi. Proses itu untuk
menemukan dan meyelesaikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa
pengambilan keputusan memerlukan satu seri tindakkan, membutuhkan beberapa langkah.
Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah
diselesaikan keputusan harus dibuat (Brinckloe, at al, dalam Salusu. 2001) dengan kata lain
keputusan, keputusan mempercepat pergerakan dan perubahan (Hill et al., dalam Salusu. 2001).
Sehubungan dengan itu, pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian
yaitu (1) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita dan aspirasi, dan (2) pencapaian
tujuan melalui implementasinya (Inbar, dalam Salusu. 2001). Ringkasnya, keputusan dibuat
untuk mencapai tujuan pelaksanaan dan berintikan hubungan kemanusiaan.
Pucuk pimpinan (top manajer) perlu memahami dan memiliki keterampilan, dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan yang memungkinkan
asas kesatuan perintah diwujudkan. Di lingkungan suatu organisasi pengambilan Keputusan dan
atau kebijaksanaan yang ditetapkan pucuk pimpinan atau pimpinan unit / satuan kerja
bawahannya, harus dirasakan sebagai keputusan bersama dan terarah pada kepentingan
organisasi, bukan untuk kepentingan kelompok atau pribadi tertentu saja. Model yang
bermanfaat yang terkenal sebagai kerangka dasar proses pengambilan keputusan yang
dikemukakan oleh Herbert A. Simon dalam Sutabari (2003) akan digunakan sebagai dasar untuk
menjelaskan proses pengambil keputusan.
Untuk itu dalam penerapan etika di dunia bisnis yang sangat penting bagaimana Dunia bisnis
membuat suatu keputusan yang bertanggung jawab baik internal dan eksternal. Hal ini
dikarenakan tidak semua keputusan di pandang dari dimensi ekonomi saja namun haruslah juga
dipandang dari dimensi sosial budaya, osial politik dan keamanan suatu Negara. Untuk itu suatu
keputusan bisnis haruslah sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai atau norma yang patut dan
dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau bangsa. Etika bisnis adalah; suatu tindakan
yang berakhlak dan berbudi dalam proses bisnis yang mengedepankan output usaha yang layak
untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan konsumen yang bermutu dan bermanfaat.
1) Menganalisis masalah : Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual dengan hasil
yang diharapkan, definisikan apa masalahnya.
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara etis
adalah menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut, membedakan fakta-fakta dari opini
belaka, adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi dalam bagaimana seseorang
mengalami dan memahami situasi dapat menyebabkan banyak perbedaan etis. Sebuah
penilaian etis yang dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-fakta yang ada
merupakan sebuah penilaian etis yang lebih masuk akal daripada penilaian yang dibuat
tanpa fakta. Seseorang yang bertindak sesuai dengan pertimbangan yang cermat akan
fakta telah bertindak dalam cara yang lebih bertanggung jawab secara etis daripada orang
yang bertindak tanpa pertimbangan yang mendalam.
2) Membuat asumsi : Secara struktural terletak di dalam / di luar tanggung jawab ? Secara
personal bersedia menerima resiko / tidak ? Tersedia sumber daya atau tidak ?
Masalahnya urgen / tidak ?
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan yang etis yang bertanggung jawab
mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahn sebagai
sebuah keputusan etis atau permasalahan etis.
Langkah ketiga melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk
mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh sebuah
keputusan, orang-orang ini biasa disebut dengan para pemangku kepentingan
(stakeholder).
5) Memilih dan menerapkan alternatif : Pilih alternatif yang paling layak, efektif, dan
efisien. Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada di luar
kemampuan, lebih baik menerapkan alternatif yang kurang efektif daripada tidak
bertindak dan lebih baik menerapkan alternatif yang mahal daripada murah tak bermutu.
Langkah kelima adalah pengambilan keputusan yang diakhiri dengan evaluasi yang
merupakan langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan sebagai sarana untuk
menilai apakah keputusan kita sudah berdampaka baik atau malah tidak sesuai dengan
apa yang kita harapkan.
6) Mengevaluasi hasil : Selesai, jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai.
Menurut George R. Terry (2010), dasar-dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi atau perasaan bersifat subjektif, sehingga
2. Pengalaman
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan
baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih
tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan
lapang dada.
4. Wewenang
Biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi
5. Rasional
Keputusan yang dihasilkan lebih objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan
2) Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap
pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang
indivudu.
3) Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak yang
harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
4) hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara
sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.
5) hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar
pekerjaanya.
6) hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang
melanggar moral dan norma agamanya.
7) hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas
tindakan yang dilakukan orang lain.
8) hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas
perlakuan yang adil.
9) hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman
terhadap kesehatan dan keamananya.
Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak sesuai dengan
penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadanga konteks organisasi mempersulit kita untuk
bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat paling baik sekalipun, atau mempersulit
orang yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis. Tanggung jawab atas keadaan yang dapat
mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen bisnis dan tim
eksekutif.
Dalam situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dan pengambilan
keputusan pribadi dan profesional (personal and prosfessionanl decision making). Beberapa dari
peran yang kita emban bersifat sosial : teman, anak, pasangan, warga negara, tetangga. Beberapa
bersifat institusional : manajer, pengajar, pengacara, akuntan, auditor, analis keuangan, dan
sejenisnya. Pengambilan keputusan dalam konteks ini menimbulkan pertanyaan yang lebih luas
berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan keadilan sosial.
Dalam konteks bisnis, para individu mengisi peran sebagai karyawan, manajer, eksekutif
senior, dan anggota dewan. Para manajer, eksekutif, dan anggota dewan memiliki kemampuan
untuk menciptakan dan membentuk konteks organisasi di mana semua karyawan mengmbil
keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan
pengaturan organisasi yang mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis.
Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk
menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang
berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin
cenderung berperilaku etis.
Sebagai misal, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah dari
perkembangan moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan sekerja dan akan mengikuti
aturan dan prosedur suatu organisasi. Individu-individu yang telah maju ketahap-tahap yang
lebih tinggi iu menaruh nilai yang bertambah pada hak-hak orang lain, tak peduli akan pendapat
mayoritas, dan kemungkinan besar menantang praktik-praktik organisasi yang mereka yakini
secara pribadi sebagai sesuatu hal yang keliru.
2) Lingkungan Organisasi
Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya
individu individu yang memiliki moral kuat dan baik akan sangat jauh lebih kecil
kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak etis, namun jika mereka dikendalai
oleh suatu lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak
menyukai pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan individu- individu yang telah
mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai
tempat kedudukannya yang mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan
keputusan tak-etis.
Menurut Mathis dan Jackson (2006), etika memiliki dimensi-dimensi konsekuensi luas,
alternatif ganda, akibat berbeda, konsekuensi tak pasti, dan efek personal.
a. Konsekuensi Luas : keputusan etika membawa konsekuensi yang luas. Misalnya, karena
menyangkut masalah etika bisnis tentang pencemaran lingkungan maka diputuskan penutupan
perusahaan dan pindah ke tempat lain yang jauh dari karyawan. Hal itu akan berpengaruh
b. Alternatif Ganda : beragam alternatif sering terjadi pada situasi pengambilan keputusan dengan
jalur di luar aturan. Sebagai contoh, memutuskan seberapa jauh keluwesan dalam melayani
karyawan tertentu dalam hal persoalan keluarga sementara terhadap karyawan yang lain
yang berbeda yaitu positif dan negatif. Misalnya mempertahankan pekerjaan beberapa karyawan
di suatu pabrik dalam waktu relatif lama mungkin akan mengurangi peluang para karyawan
lainnya untuk bekerja di pabrik itu. Di satu sisi keputusan itu menguntungkan perusahaan tetapi
diketahui secara tepat. Misalnya pertimbangan penundaan promosi pada karyawan tertentu yang
hanya berdasarkan pada gaya hidup dan kondisi keluarganya padahal karyawan tersebut benar-
benar kualifaid.
menginginkan dilayani oleh “sales” wanita maka akan berpengaruh negatif pada masa depan
Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu kriteria yang pentingdalam
pengambilan keputusan organisasional. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis,
yaitu:
2) Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung pada niat
(intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan (contrast) dari
utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant (categorical imperative), paham ini
mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang seharusnya memilih suatu perbuatan. Kedua,
orang - orang lain harus diperlakukan sebagai akhir (tujuan), bukan sekedar alat untuk
mencapai tujuan.
3) Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu untuk
mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasandan keistimewaan mendasr
seperti dikemukakan dalam dokumen - dokumen (contoh Piagam Hak Asasi). Suatu
tekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak
dasar dari individu.
4) Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan memperkuat
aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan
biaya yang pantas. Keadilan distributif, perilaku didasarkan pada satu nilai: keadilan.
5) Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku manusia
didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest and needs). Dengan
demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral yang berbeda dengan individu
lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria moral dari satu kultur ke kultur lainnya.
Kasus yang menyangkut tentang etika dan pengambilan keputusan adalah kasus yang
Nike adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan permodalan yang sedikit, Nike
tidak mampu untuk membuat iklan untuk produknya. Nike kemudian hanya menggunakan image
dari atlet terkenal untuk menarik minat konsumen. Selain itu untuk menekan biaya yang besar,
Nike membeli sepatu dari supplier Asia. Para pekerja Asia yang terkenal murah bisa menekan
harga yang ditawarkan supplier sehingga Nike bisa membeli dengan harga yang lebih murah.
Sebagai contoh adalah supplier Nike yang berasal dari Indonesia yaitu PT.Pratama Abadi
Industri. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur
sepatu lari (running shoes). Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe running shoes dalam
berbagai jenis ukuran baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Spesifikasi dari tiap tipe
sepatu telah diberikan oleh pihak Nike untuk kemudian diproduksi oleh PT. Pratama abadi
Industri sesuai dengan syarat spesifikasi yang telah ada. Hasil produksi yang telah dihasilkan
oleh PT. Pratama abadi Industri, tidak boleh dipasarkan di dalam negeri. Semua hasil produksi
yang telah ada merupakan hak dari pihak Nike yang ada di Beverton (USA) untuk kemudian
akan diekspor lagi ke negara lain, seperti Perancis, swedia, India, Belgia, Kanada, USA, Afrika
Nike sangat memegang kendali karena mempunyai hak untuk memutuskan kerjasama
bila harga dari supplier terlalu mahal, hal ini bisa berdampak buruk bagi pekerja karena mereka
tidak bisa menuntut kehidupan yang lebih baik dengan peningkatan tunjangan pekerja otomatis
akan menambah biaya produksi yang mengakibatkan harga yang lebih mahal.Seperti yang terjadi
di China, Vietnam, Indonesia dan Meksiko. Nike dikritik karena berusaha menutupi kondisi
kerja yang buruk serta eksploitasi buruh. Nike juga adalah perusahaan besar yang tidak memiliki
pabrik. Karena mereka lebih senang untuk outsourcing kebutuhan-kebutuhan mereka terutama
Knight tidak mampu mendelegasikan tugas dengan baik, sehingga di tahun 1983 Nike
mengalami kemunduran karena tidak tepatnya perencanaan dari pelaksana yang dipercaya oleh
Knight waktu itu. Waktu itu pengelola yang dipercaya Knight mengubah image Nike dari sepatu
atletik menjadi sepatu kasual. Padahal saingannya Reebok lebih dahulu mengembangkan sepatu
untuk aerobik, sehingga konsumen lebih percaya pada Reebok. Nike membutuhkan perencanaan
baru untuk mengembalikan posisi Nike sebagai produsen sepatu nomor satu dengan penjualan
yang secepatnya.
MENGANALISA KASUS
Strategi Nike dalam membuat image yaitu dengan mensponsori seorang atlet atau suatu
klub olahraga sehingga akan timbul image bahwa Nike dipakai oleh para atlet terkenal, hal ini
tidak dilakukan oleh saingannya seperti Reebok yang justru hanya mensponsori suatu event
olahraga saja. Disinilah pembuktian kekuatan merek dagang. Banyaknya masalah ataupun
konflik yang terpublikasi, tidak akan membuat kosumen beralih ke merek lain. Hal ini karena
ikatan psikologis antara Nike dengan konsumen fanatiknya telah terjadi, selebihnya, biarlah
Krisis yang dialami Nike pada tahun 1983 tak lepas dari proses pertumbuhan organisasi.
pendelegasian, 4) koordinasi, dan 5) kerja sama. Nike mengalami krisis disaat tahap
pendelegasian dimana Knight tidak melakukan kontrol yang ketat sehingga keputusan
bawahannya membawa dampak bagi Nike. Knight kemudian melakukan terobosan kilat untuk
relationship yang berjalan, baik diantara individu, kelompok, maupun organisasi, dengan tujuan
membantu menuju suatu perubahan yang sukses” Dalam intervensi, terkadang perlu
mendatangkan konsultan dari luar organisasi, tetapi intervensi terbanyak dapat dilakukan oleh
managemen internal. Apa yang dilakukan oleh Knight merupakan intervensi dari manajemen
internal.
dengan cara memenuhi kebutuhan tertentu secara khusus. Organisasi tersebut mencoba
pasar, dan harga yang bersaing. Hal tersebut salah satu strategi yang dilakukan oleh Knight
dengan menciptakan produk baru sesuai kebutuhan konsumen yang tidak lepas dari image olah
raga.
Nike sebenarnya memiliki posisi yang sedikit lemah bila dihadapkan dengan retailer.
Keuntungan Nike didapat dari penjualan ke retailer. Retailer tentunya akan bersaing dengan
retailer lain dengan harga termurah, hal ini dapat mengancam Nike karena dengan hal tersebut
maka retailer akan menekan Nike untuk menjual sepatunya dengan lebih murah.
Etis dan tidak etisnya Nike menggunakan supplier Asia sehingga mereka saling bersaing
tidaklah dapat dipandang dari hanya salah satu sudut pandang saja. Pada intinya dengan sistem
semacam tender ini maka akan tercipta persaingan, kompetisi untuk menjadi lebih baik sehingga
akan meningkatkan motivasi pekerja. Dengan kualitas yang sama tetapi berbeda harga. Dari
sudut pandang pekerja hal ini bisa menjadi sebuah ancaman tersendiri. Pekerja akan dituntut
untuk bekerja lebih giat demi untuk meningkatkan jumlah produksi sehingga bisa terjadi para
pekerja bekerja di luar jam kerja yang semestinya. Dengan adanya kebijakan dari Nike yang
berhak memutuskan kerja sama bila supplier menaikkan harga terlalu tinggi dapat
mengakibatkan supplier menggunakan tenaga kerja anak-anak agar biayanya lebih murah. Isu ini
muncul di Pakistan, bahwa Nike mengambil sepatu dari Pakistan yang dibuat oleh anak-anak
Apabila supplier dari Amerika atau Australia. Hal ini bisa berdampak bagi Nike maupun
bagi konsumen. Bagi Nike ini merupakan mimpi buruk karena tentunya tidak akan ada pekerja
yang murah, harga jual dari supplier akan lebih tinggi karena biaya produksi yang lebih tinggi
bila diproduksi di Amerika atau Australia. Bagi konsumen ada dua kemungkinan yang akan
terjadi. Yang pertama, akan timbul kepercayaan lebih karena produk dibuat di Amerika atau
Australia yang sangat memperhatikan kualitas. Yang kedua, tidak akan terlalu berdampak karena
konsumen percaya pada Nike melakukan kontrol pada supplier Asia sehingga mutunya akan
Dengan gaya kepemimpinannya, dengan solusinya yang cepat dan tepat saat menghadapi krisis
Nike di tahun 1983 membuat Nike dapat bertahan dan mampu menempati posisi nomor satu lagi
sebagai produsen sepatu di dunia. Membicarakan keberhasilan Nike tidak lepas dari Bill
Bowerman, co-founder Nike. Bowerman sangat berjasa dalam mendirikan Nike, ide untuk
memberi semacam karet di sepatu olahraga datang darinya yang disebut waffle sole. Bowerman
jugalah yang memiliki ide untuk memberi karet pada lintasan lari. Pada awalnya Bowerman
beserta Knight menjual sepatu yang dibuat oleh Bowerman menggunakan latex, leather, glue dan
waffle iron istrinya. Saat itu mereka memproduksi 330 pasang sepatu.
SIMPULAN
menjelaskan dengan cara bagaimana para manajer berhasil membuat keputusan strategis dan
operasional. Manajer harus menghadapi beberapa tipe keputusan dan keputusan ini berbeda
sesuai dengan jumlah risiko, ketidakpastian, dan ambiguitas dalam suatu lingkungan. Manajer
Dari penjelasan yang telah kami paparkan dalam makalah ini dapat kami simpulkan
bahwa pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara kebetulan dan
tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi suatu organisasi.
Dimana pengambilan keputusan ini ditanggung dan diputuskan oleh pimpinan organisasi yang
bersangkutan dan untuk menghasilkan keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang
lengkap mengenai permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari
dengan baik. Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan
konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan dicari secara tepat,
Daftar Pustaka :
Pustaka Utama:
1) Fernando, A. C. (2012). Business Ethics and Corporate Governance, Second Edition.
india. Pearson.
Pendukung:
2) LoRusso, James Dennis. (2017). Spirituality, Corporate Culture, and American
Business: The Neoliberal Ethic and the Spirit of Global Capital (Critiquing Religion:
Discourse, Culture, Power), London. Bloomsbury .
3) Hapzi Ali, 2018. Modul BE & GG, Univeristas Mercu Buana.
4) Sumber Lain yang Relevan dengan RPS
5) Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006. Human Resource Management: Manajemen Sumber
Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
6) R.Terry, George dan Leslie W.Rue. Dasar-Dasar Manajemen. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)
7) Adisaputra, Fitri .,dkk, Kasus etika dan pengambilan keputusan dalam perusahaan Nike,
Universitas Widyatama, 2017.