You are on page 1of 3

Sedihnya Nasib Pejalan Kaki

0leh Yengni Astuti, S.Pd

Saya seorang guru di salah satu SMPN di kota Padang, setiap hari menggunakan jasa
angkutan umum angkot dan dilanjutkan dengan berjalan kaki, sebab sekolah tempat Saya
mengajar terletak lebih kurang 600 m dari pinggir jalan raya yang padat dengan lalu lintas.
Pukul 06.15 sampai pukul 07.00 WIB adalah jadwal perjalanan menuju sekolah tempat Saya
mengajar. Sebenarnya Saya sudah lama melihat, mendengar dan merasakan sedihnya menjadi
pejalan kaki, terutama di tempat yang padat lalu lintas nya.

Kita sebagai pengguna jalan mempunyai hak yang sama untuk mengunakan jalan
sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan.Fasilitas umum yang namanya jalan raya setiap
tahun diperbaiki dan diperlebar guna untuk memenuhi kendaraan yang selalu bertambah demi
kenyamanan semua pihak sebagai pengguna jalan. Tetapi tidak bagi pejalan kaki, sebab
pejalan kaki semakin terpinggirkan dan semakin tidak punya hak untuk berjalan di jalan raya,
seakan akan jalan hanya milik orang yang memakai kendaraan roda dua dan kendaraan roda
empat saja.

Pemerintah sudah memfasilitas adanya jalan trotoar bagi pejalan kaki dan zebracros
untuk menyeberangi jalan, namun itupun dirampas pedagang kaki lima dan pedagang
asongan untuk berjualan mencari nafkah, kadang kala dipakai untuk parkir kendaraan roda
dua dan roda empat.

Pinggiran jalan raya yang tidak pakai trotoar pemandangan yang tidak asing lagi yang
selalu kita lihat di kiri kanan pinggiran jalan raya Padang Indarung banyak sekali parkir truk-
truk yang sangat besar yang merampas hak pejalan kaki. Saya dengan beberapa orang siswa
setiap pagi harus menyeberangi jalan di zebracros di depan mesjid Al-kausar pinggir jalan
raya Simpang Gadut, tetapi Saya merasa sedih dan prihatin karena zebracros tempat kami
menyeberang sering sekali digunakan pinggir jalannya untuk parkir truk-truk besar, kadang
kadang tempat parkir mobil-mobil orang tua murid yang mengantarkan anak sekolah TK di
depan mesjid Al-Kausar.
Para orang tua yang memarkirkan mobilnya di zebracros tempat kami menyeberangi
jalan tanpa merasa bersalah dan merasa berdosa tidak peduli dengan hak kami sebagai
pejalan kaki, sehingga kami sulit untuk menyeberang di tempat yang sudah ditentukan
peraturan lalu lintas.

Saya sebagai seorang guru kalau menyeberang di sembarangan tempat berarti Saya
tidak memberikan contoh yang baik kepada anak didik Saya, yang harus mematuhi peraturan
lalu lintas, mau menyeberang di zebracros terpaksa sedikit ke tengah jalan untuk melihat
kendaraan dari arah Indarung. Dengan perasaan cemas dan was-was takut diserempet oleh
kendaraan yang melaju kencang.

Setelah menyeberangi jalan raya yang pertama, yang paling menyedihkan juga
membuat jantung kencang berdetak untuk menyeberangi jalan raya Gadut Simpang RCTI dan
menuju SMPN 21 Padang. Ketika kami sudah berjejer panjang di pinggir jalan berdiri lama
sampai 6 dan 7 menit dan ketika ingin menyeberang tapi tidak satupun kendaraan roda dua
dan empat peduli kepada kami, mereka semua seperti dikejar waktu melaju kencang. Dan
yang lebih memprihatinkan lagi saya juga melihat pelajar SD yang masih kecil-kecil mau
menyeberang. Bagaimana kalau seandainya dialami oleh anak kandung atau keluarga kita
sendiri menentang maut menyeberangi jalan untuk menuju sekolah mereka untuk pergi
menuntut ilmu.

Kami para pejalan kaki yang malang, berdoa kecil di dalam hati “kapankah kami bisa
menyeberang?” Ya Allah tolonglah kami.... semoga sebentar lagi kendaraan sedikit sepi agar
kami dapat menyeberang. Kadang karena terlalu lama menunggu berdiri dipinggir kami
akhirnya bersama-sama saling berpegangan tangan dan menyeberang dengan menyebut
Bismillahirahmannirrahim, itu sudah sering dan biasa kami lakukan setiap pagi sebagai
pejalan kaki karena tidak ada yang memperlambat kendaraannya untuk memberi kesempatan
kepada kami menyeberang. Kalau dikatakan nekat mungkin iya nekat karena kami juga
dikejar waktu agar tidak terlambat sampai di sekolah. Setelah menyeberang Saya melanjutkan
berjalan agak santai dengan mengucapkan Alhamdulillah karena sudah selamat menyeberang.

Jalan menuju sekolah Saya kalau jam 06.30 WIB terasa sempit karena kendaraan
sangat padat ditambah lagi dengan kami pejalan kaki. Karena jalan kecil dan agak sempit
telinga ini pun sering dipekakkan oleh klason mobil dan motor dari belakang untuk menyuruh
kami pejalan kaki minggir, walaupun kami sudah berjalan di pinggir bagi sebahagian mereka
yang mempunyai kendaraan seakan-akan kami tidak punya hak untuk berjalan di atas jalan
beraspal mulus, walaupun di pinggir saja dan mereka tidak peduli jalan yang akan kami pijak
tempat kami mengelak, becek, berlumpur, atau tergenang air yang penting kami pejalan kaki
dipaksa minggir ke tepi lagi taNpa mempedulikan sepatu atau kaki kami basah dan kotor,
yang jelas jalan mereka jangan terhalangi.
YA ALLAH ketuklah hati nurani mereka yang memakai kendaraan untuk berbagi
rasa agar lebih peduli kepada sesama pengguna jalan, terutama bagi mereka pejalan kaki dan
kita para pejalan kaki janganlah merasa malu dan merasa hina takut dikatakan tidak
berpunya, karena berjalan kaki banyak manfaatnya untuk kesehatan.

You might also like