You are on page 1of 99

PETA TOPOGRAFI

Kamis, 06 Januari 2011


PETA TOPOGRAFI

Pendahuluan
Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara
penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak
dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat
tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan
atau tersesat di gunung dan hutan, dan juga untuk keperluan olahraga antara lain lomba
orienteering. Navigasi darat adalah suatu cara seseorang untuk menentukan posisi dan arah
perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang
kompas dan peta serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.
Peta
Secara umum, peta adalah penggambaran dua dimensi(pada bidang datar) keseluruhan atau
sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu. Peta
sendiri, kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya.Untuk
keperluan navigasi darat umumnya digunakan peta topografi.
Peta Topografi
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti
tempat dan graphi yang berarti menggambar.
Peta topografi memetakan tempat-tempat
dipermukaan bumi yang berketinggian sama
dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis
kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian. Walaupun peta topografi
memetakan tiap interval ketinggian tertentu,
namun disertakan pula berbagai keterangan pula
yang akan membantu untuk mengetahui secara
lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi
yang terpetakan tersebut, keterangan-keterangan
itu disebut legenda peta.

Legenda peta antara lain berisi tentang :


a. Judul Peta
Judul peta ada dibagian tengah atas. judul peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta
yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda pula
b. Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor regisrtasi
dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta
daerah lain disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah disertakan pula
lembar derajat yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.
c. Koordinat Peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan
menggunakan sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem
koordinat yang resmi dipakai ada dua, yaitu :
1. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus
terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan
katulistiwa. Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.
2. Koordinat Grid
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu
titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60
derajat LU, 68 derajat BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan
garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur.
Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka. Untuk daerah
yang luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit digunakan penomoran
8 angka dan 10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS).
d. Kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari
permukaan laut, sifat-sifat garis kontur adalah :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis
kontur yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan
bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang
menandakan permukaan bumi yang landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" terbalik menandakan suatu
lembah/jurang.
e. Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta


dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam
cara penulisan skala, yaitu :
1. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak
dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan
sebenarnya.
2. Skala garis, contoh: berarti tiap bagian sepanjang
blok garis mewakili 1 km jarak horizontal.
f. Legenda Peta

Legenda peta biasanya disertakan pada


bagian bawah peta. Legenda ini memuat
simbol-simbol yang dipakai pada peta
tersebut, yang penting diketahui :
triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai,
pemukiman, ladang, sawah, hutan dan
lainnya. Di Indonesia, peta yang umumnya
digunakan adalah peta keluaran Direktorat
Geologi Bandung, kemudian peta dari
Jawatan Topologi, atau yang sering disebut
peta AMS (American Map Service) dibuat
oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan
pada tahun 1960. Peta AMS biasanya
berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta
keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru,
dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m). Peta keluaran
Bakosurtanal biasanya berwarna.
g. Tahun Peta
Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut, semakin baru
tahun pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akurat.
h. Arah Peta
Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling mudah adalah dengan
memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah atas tulisan adalah Arah
Utara Peta.Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk
arah utara yaitu :
1. Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada
kutub utara bumi.
2. Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh
jarum magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara
bumi.
3. Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.
Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub
utara bumi. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi
bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang
menuntut ketelitian perlu dipertimbambangkan adanya
iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.
1. Deklinasi Peta:adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena
perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang
digambarkan pada peta.
2. Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis
3. Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi.
4. variasi Magnetis:perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.

Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari
permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh
sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis)
dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data
yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara
umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri
permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.

Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam
(asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta
topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka
bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan
manusia.

Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan,
selalunya menggunakan garisan kontur dalam peta moden. Peta topografi mestilah
mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan
koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur.

Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala begini dapat
menunjukkan sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta
topografi memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi.

Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan,
selalunya menggunakan garisan kontur dalam peta moden. Peta topografi mestilah
mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan
koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur.

Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala begini dapat
menunjukkan sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta
topografi memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi.

Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai
peta dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis
(lihat Prihandito 1989: 17). Dalam survei arkeologi, peta topografi berguna untuk
memperoleh gambaran umum tentang wilayah yang diteliti. Dalam kondisi tertentu, misalnya
medan survei yang terlalu berat, peta yang sudah ada dapat dipakai untuk memplotkan
temuan arkeologis. Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif
untuk menyimpan dan menyelamatkan data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1).

Data dari peta topografi yang diambil untuk membuat peta arkeologi hanya satu atau dua
unsur saja, tergantung dari skala dan tujuan pembuatan peta arkeologi itu. Data tersebut
digunakan sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografis. Selain peta
topografi, yang dapat digunakan sebagai peta dasar antara lain adalah foto udara, peta
geologi, dan peta administratif (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10). Besar skala peta dasar yang
dibutuhkan untuk membuat peta arkeologi tergantung pada luas wilayah yang akan dipetakan,
yaitu:
� wilayah seluas provinsi memerlukan peta dasar berskala 1:100.000 sampai dengan
1:250.000;

� wilayah seluas kabupaten memerlukan peta dasar berskala 1:50.000 sampai dengan
1:100.000;

� wilayah setingkat kecamatan, desa, atau situs memerlukan peta dasar berskala 1:10.000
sampai dengan 1:25.000 (Wasisto 1998, dikutip dalam Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI

A.MEMBACA GARIS KONTUR


Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U dimana Ujung dari
huruf U menunjukan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur diatasnya.
Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik)
dengan Ujung yang Tajam.
Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis konturnya jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya
rapat.

B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR


Pada peta skala 1:50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval
kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta,
pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam
legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi
untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misalnya titik A dan B
Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B)
Hitung jumlah kontur antara A dan B
Bagilah selisih ketinggian antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah
interval kontur.

C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah utara peta tersebut. selanjutnya
lihat judul peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat
tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan
tersebut.

D. MENGENAL TANDA MEDAN


Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga
digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di
peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum
berangkat ke lapangan, yaitu:

Lembah antara dua puncak


Lembah yang curam
Persimpangan jalan atau ujung desa
Perpotongan sungai dengan jalan setapak
Percabangan da kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain
Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan dan percabangan sungai,
jembatan dan lain-lain.

E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan
titik akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah:

Koordinat titik awal (A)


Koordinat titik tujuan (B)
Sudut peta antara A - B
Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan lintasan A - B
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah.

Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta
Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan peta
Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita
gunakan sebagai patokan, atau belum.
Perkirakan berapa jarak lintasan. Misalnya, medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit dan
medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan
arah perjalanan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lainnya-lainnya.
Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuatkan lintasan dengan
jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta.
Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga
penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala
peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.

F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA


Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tanda-tanda tertentu di
peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Camp berada pada
koordinat titik A (3989 : 6360) + 1400 m dpl. Basecamp memerintahkan tim Camp agar
menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 m dpl. Maka langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah:

Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimulai dari sumbu
X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T, kemudian dengan busur
derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan
sudut menggunakan sistem Azimuth (0" - 360°) searah putaran jarum jam. Sudut ini berguna
untuk mengorientasikan arah dari A ke T.
Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini
dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun
punggungan. Harus dipahami betul bentuk garis-garis kontur. Plotting lintasan dan
memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh:
Kemiringan lereng dan Panjang lintasan
Keadaan dan kondisi medan (misalnya hutan lebat, semak berduri atau pasir)
Keadaan cuaca rata-rata
Waktu pelaksanaan (pagi, siang atau malam)
Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

Cara koordinat peta


Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukan koordinat
ini meggunakan:
Sistem Enam Angka, misalnya: koordinat titik A (374:622), titik B (377:461)
Cara Delapan Angka, misalnya: koordinat titik A (3740:6225), titik B (3376:4614)
Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 44'
27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah
barat Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah
garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk
letak peta.

H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan
sudut dipakai Sistem azimuth (0° - 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan
sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jarum jam dari
suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di
peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut
kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.
Sistem perhitungan sudut dibagi menjadi dua berdasarkan sudut kompasnya.

I. AZIMUTH SUDUT KOMPAS


Back azimuth: bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut
kompas < 1080 =" 37,1km" km =" 3.710.000" 1km =" 3.710.000" 000 =" 74,2" 1 ="
1.855.000cm">
Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian permukaan tanah pada
suatu tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan dengan garis-garis kontur.
Informasi topografi yang terdapat pada peta topografi dapat digunakan untuk membuat model
tiga dimensi dari permukaan tanah pada peta tersebut. Dengan model tiga dimensi maka
objek pada peta dilihat lebih hidup seperti pada keadaan sesungguhnya di alam, sehingga
untuk menganalisa suatu peta topografi dapat lebih mudah dilakukan.
Sebagai bagian dari komunitas ahli ilmu kebumian, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan
peta topografi. Peta topografi ini penting, karena sebagai peta dasar, nantinya dapat
digunakan sebagaidasar bagi pengembangan sebagai peta-peta tematik lainnya.

Di Indonesia, khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan potensi batubaranya


masih banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal), maka tambang terbuka adalah
pilihan yang paling tepat dan ekonomis. Tetapi di Jepang, di mana peraturan tentang
perubahan bentang alam (morfologi) sangat ketat, semua tambang batubara yang beroperasi
pada abad 20,menerapkan tambang bawah tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan
potensi batubara yangberada pada kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air (laut
maupun danau) tidak boleh ditambang. Dalam hal ini peta topografi tidak akan banyak
gunanya bagi perencanaan tambang, kecuali untuk penempatan fasilitas-fasilitas tambang
yang memang harus berada di permukaan.

Untuk kebutuhan perencanaan tambang terbuka, peta topografi memegang peranan sentral,
karena dari sini nantinya akan diturunkan beberapa satuan peta, seperti:

* Peta hasil eksplorasi, yang memuat informasi tentang posisi singkapan batubara, posisi titik
bor, dll.
* Peta ketebalan batubara
* Peta ketebalan overburden
* Peta distribusi fungsi kualitas, misalnya kadar sulfur, distribusi kalori, dll.
* Peta jalan tambang dan kemiringan lereng
* Peta kemajuan tambang
* Peta perencanaan drainase tambang (peta penyaliran) Dan lain-lain

Dengan demikian pemahaman tentang peta topografi bagi seorang perencana tambang adalah
mutlak.

Jenis Peta
Jenis-jenis peta bisa dikelompokkan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.

*Pengelompokan peta berdasarkan isinya: seperti, Peta Hidrografi (Peta Bathymetri), Peta
Geologi, Peta Kadaster (peta kepemilikan tanah), Peta Irigasi (jaringan saluran air) dan lain-
lain.

*Pengelompokan peta berdasarkan skalanya: peta skala besar (1 : 10.000 atau lebih besar),
peta skala sedang (1 : 10.000 - 1 : 100.000), peta skala kecil (< 1 : 100.000).

*Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan: Peta Dasar, digunakan untuk membuat peta
turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah,

*Peta Tematik, dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema
tertentu. Peta tanpa skala akan mengurangi arti dan fungsinya atau bahkan tidak berguna.
Skala peta menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta
skala besar lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa
dinyatakan dengan: persamaan (engineer's scale), skala perbandingan, skala numeris atau
skala fraksi (numerical or fractional scale) dan grafis (graphical scale).

Susunan Peta
Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi
dengan penyajian pada skala tertentu. Untuk memudahkan pengelolaan dan pencarian, dibuat
indeks peta dalam bentuk teks atau grafis. Gambar unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak
selalu dapat disajikan sesuai ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur
itu dianggap penting untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol gambar
tertentu. Supaya peta mudah dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada
skala tertentu harus disajikan dengan cara-cara tertentu, yaitu:
*Simbol
*Warna : digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-
lainnya.

Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta. : digunakan untuk
membedakan atau merinci lebih jauh dari simbol suatu obyek, misalnya warna batupasir pada
Peta Geologi berwarna kuning, batulempung berwarna hijau dll. Kumpulan simbol dan notasi
pada suatu peta biasa disusun dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam
setiap lembar peta. Unsur legenda peta biasa dibakukan agar memudahkan pembacaan dan
interpretasi berbagai peta oleh berbagai pemakai dengan berbagai keperluan.
Suatu peta bernilai informasi tinggi jika di dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya
adalah; skala peta, informasi ketinggian (atau kontur), informasi arah (biasanya utara peta),
koordinat, legenda, indeks peta, serta unsur-unsur lain yang dipandang perlu.

Koordinat Peta
Di dalam peta yang umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat peta dalam beberapa
sistem seperti koordinat Bassel, koordinat UTM serta koordinat lokal. Pada peta topografi
atau peta geologi yang digunakan di Indonesia umumnya menganut sistem koordinat UTM.
Sedangkan bila kita melakukan pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat ukur
theodolite, umumnya kita menggunakan koordinat lokal. Untuk merubah koordinat lokal
menjadi koordinat UTM, maka pada awal pengukuran, saat pembuatan poligon, sebelumnya
harus diikatkan kepada satu titik tetap (benchmark) yang posisinya koordinat UTM-nya
sudah diketahui. Sehingga dengan demikian konversi terhadap koordinat UTM dapat
dilakukan.

Garis Kontur
Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi
tentang tinggi (elevasi) suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi
ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line).
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Garis
kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk
dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan
bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka
bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala.
Peta topografi senantiasa harus dimutakhirkan atau direvisi, karena muka bumi berubah
makin lama makin cepat dikarenakan kegiatan manusia. Metode revisi peta secara digital
sementara ini dianggap sebagai metode yang terbaik. Dalam penelitian ini dilakukan revisi
penggunaan lahan di peta topografi skala 1 : 25.000 dengan kategori revisi dasar, unsur peta
direvisi terhadap perubahan jenis penutup dan penggunaan lahan. Revisi peta menggunakan
citra Landsat Enhanched Thematic Mapper 7 (Landsat ETM 7), dengan cara menggabungkan
citra multispektral resolusi 30 m dan citra pankhromatik resolusi 15 m. Penggabungan citra
dilakukan dengan metode Intensity Hue Saturation (IHS). Uji akurasi peta dilakukan dengan
cara membandingkan posisi dan luas di tanah dengan hasil digitasi di atas citra. Posisi di
tanah diukur dengan GPS (Global Positioning System) dan luas ditanah dihitung dari data
koordinat hasil pengukuran GPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra IHS memiliki
kualitas visual lebih baik dibandingkan dengan citra komposit wama RGB dan mampu
memperjelas informasi spasial citra pankromatik asli. Citra IHS dapat digunakan dengan baik
untuk revisi peta skala 1 : 25.000 khususnya untuk obyek pemukiman. Hasil digitasi citra IHS
memiliki akurasi lebih tinggi dan kesalahan luas lebih kecil dibanding citra RGB. Akurasi
digitasi terhadap citra IHS 7,98 m dan kesalahan luas rata-rata 2,04 %. Akurasi digitasi
terhadap citra RGB 10,81 m dan kesalahan luas rata-rata 4,36 %.

PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai
dengan
kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang
digunakan
untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.
Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian
permukaan
bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta
topografi
menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa
diperkirakan bentuk
permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-
Garis Kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang
menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri
bawah dari
peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan,
bertujuan untuk
memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis
lintang (LU dan LS)
atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya
menggunakan
derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32' 12" BT 5° 17' 14" LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu
titik
dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik
acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat
garis-garis faring
seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern
koordinat ini
adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering
membingungkan,
karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau
lapangan. Rumus
jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan
peta dan
kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis.
Tiga arah utara tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui
Kutub Utara di
Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis
jala vertikal atau
sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara
yang ditunjukkan
oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau
ke Timur)
dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi
penyimpanganpenyimpangan
sudut, antara lain:
a. Penyimpangan sudut antara US - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta
(IP) atau
Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
b. Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf
Magnetis (IM) atau
Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS).
c. Penyirnpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf
Utara Peta-Utara
Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71').
Dengan diagram sudut digambarkan
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat-sifat garis kontur, yaitu'.
a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain
dan tidak akan
bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi
(seperti sisir)
maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu
sama lain. Pelana
yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
9. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan
titik ketinggian,
yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang
merupakan pilar atau
tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam
titik triangulasi
a. Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993
mdpl. 1993
10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat
oleh manusia
maupun oleh alam. Legenda peta yang penting
untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain

Peta Topografi Lengkap Bulan Pertama Berhasil Dibuat


Kelompok Kajian yang dipimpin oleh Araki Hiroshi, asisten profesor pada National
Astronomical Observatory Jepang berhasil membuat peta topografi lengkap bulan pertama
didunia, yang menggambarkan tinggi rendahnya permukaan bulan.

Menurut Situs berita Yomiuri Sabtu 14 Februari, Peta Topografi ini dibuat berdasarkan data
observasi yang dikumpulkan Satelit Kaguya yang diluncurkan Japan Aerospace Exploration
Agency (JAXA).

Berdasarkan peta itu, titik tertinggi bulan merupakan gunung yang tegak pada lingkaran
kawah yang besar dan berlokasi di bagian terjauh bulan.

Perbedaan ketinggian puncak gunung dibandingkan dengan ketinggian permukaan rata-rata


tanah sebesar 10.75 kilometer, tiga kilometer lebih tinggi dibanding pengamatan terakhir.
Sedangkan titik terendah, 9.06 kilometer.
Kelompok Kajian juga mempelajari kedalaman tanah dengan menyorotkan cahaya laser dari
Satelit Kaguya dan mengukur waktu yang diperlukan cahaya untuk kembali ke satelit setelah
memantul dari permukaan bulan.

Untuk pembuatan peta topografi ini, kelompok Kajian telah melakukan pengamatan pada
6.77 juta titik yang ada di Bulan dengan selang rata-rata lima sampai enam kilometer.

Sementara peta topografi yang saat ini dipakai, dibuat berdasarkan pengamatan pada 270.000
titik dan tidak meliputi kawasan kutub.

Menurut JAXA, data dapat digunakan masyarakat untuk mengkaji proses pembentukan
bentang bulan saat ini.
A. MEMBACA GARIS KONTUR

1. Punggungan Gunung

Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung
dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.

2. Lembah atau Sungai

Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik)
dengan Ujung yang tajam.

3. Daerah landai datar dan terjal curam

Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis
konturnya rapat.

B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR

Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval
kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta,
pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam
legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi
untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.

2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).

3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.

4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah
Interval Kontur.
C. UTARA PETA

Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut.
Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari
peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas
dari tulisan tersebut.

D. MENGENAL TANDA MEDAN

Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan

orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan
mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada
peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:

1. Lembah antara dua puncak

2. Lembah yang curam

3. Persimpangan jalan atau Ujung desa

4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak

5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.

Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.

1. Persimpangan jalan

2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.

E. MENGGUNAKAN PETA

Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah

tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:

1. Koordinat titik awal (A)

2. Koordinat titik tujuan (B)

3. Sudut peta antara A - B

4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B


5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan lintasan A -B.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah

+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.

+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.

+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda
medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.

+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan
medan mendaki ditempuh selama 10 menit.

+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.

+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan
arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah
punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-lainnya.

+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan
jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta.
Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga
penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala
peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.

F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA

Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di
peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada
koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju
koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah :

a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari


sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).

b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan
busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT.
Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut
ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.

c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini
dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun
punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.

Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi


waktu tempuh :

+ Kemiringan lereng + Panjang lintasan

+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).

+ Keadaan cuaca rata-rata.

+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).

+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

G. MEMBACA KOORDINAT

Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

1. Cara Koordinat Peta

Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan
koordinat ini menggunakan

a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan
Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)

2. Cara Koordinat Geografis

Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$'
27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah
barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang
adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah
petunjuk letak peta.

H. SUDUT PETA

Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.

Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° - 360°).


Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya
dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah
utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan
pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah
arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.

Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya

AZIMUTH : SUDUT KOMPAS


BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila
sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°.

I. TEKNIK MEMBACA PETA

Prinsipnya . " Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan
menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita
harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di
peta dan catat koordinatnya.

Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai,
tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut
dengan menginterpretasikan peta.

Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan
arah punggungan atau sungai yang kita susuri.

Taksir Jarak : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah
perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita
pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di
peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.

+10' X 10' untuk peta 1 : 50.000

+ 20' X 20' untuk peta 1 : 100.000

Untuk peta ukuran 20' X 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang
khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.

40.068 km: (360° : 20') = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080
= 37,1 km

Jadi 20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan
dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga
dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.

Akibatnya I LBD peta 20' x 20' skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X
74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.

3. Lembar Peta

Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi
menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap-tiap
bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta
tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55
km (1ihat gambar).
4. Penomoran Lembar Peta

a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48' 27,79" BT, dipakai sebagai
meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0

b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20', tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12"
sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48' 27,79" BT -
(12° + 46° 20' BT) = 8' 27,79", daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk
pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat

Keterangan
+ Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di
Pulau Weh.

+ Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1,

2, 3, , 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II,

III LI).

+ LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET
No. 47/XLI.

+ Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar's
mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI - B.

c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD.
Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar
peta itu dan' bujur 0° Jakarta

Contoh: Lernbar Peta No. 39/XL - A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS serta 0° 40' dan
0° 50' Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat
atau Timur dan' Jakarta.

d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta
skala 1 : 25.000, 1 LBD-nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan
menghilangkan huruf j

e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.

Contoh

+ Batas Timur dari bujur 0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta atau 15° 40' - 12°
= 3° 40' BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).

+ Batas Selatan dan 0° Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13° 40' 6" = 7° 40' LS.
Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10'. Sehingga didapat : 7°
40' - 10' = 7" 30' LS

f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang batas
Selatan adalah 7" 30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40' X 3 X 1 LBD = 47 LBD +
Jumlah LBD ke Selatan 13" 40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)

g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.- 110°
28' BT dan 7° 30' LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah

+ 110° 28' - 94" 40' = 15" 48'

15° 48' X 3 = 47t' 24' (batas paling Timur)

+ 60 + 7" 30' = 13" 30'

130 30' X 3 = 40° 30' (batas paling Selatan)

h. Perhitungan di Koordinat Geografis

+ CARA I

Luas dari I Sheet peta adalah 10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 - 50.000.
Sehingga di dapat (10 X 60 - 18,5 5) - 20 = 1,617,

dibulatken menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No.
47/XLI - B

Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.

1915

Posisi Sheet 47/XLI - B

1060 48` 27,79" + 30 40' = 110° 28' 27,79"

Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1' l4°52"

1100 28' 27,79" BT - 1' 14,52" = 110° 27' 13,27" BT

(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta).

Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92"

7° 30' LS - 25,92" = 7f' 29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).

Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29'
34,08" LS. 1915

Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah
menjadi 0,81, yang didapat dari :

{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81


Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5' X 5'

+ CARA 11

Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ' 14,39"

110° 28' 27,79" BT - 1' 14,39" = 11 Of' 27' 13,40" BT

Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87"

7° 30' LS - 25,87" = 7t' 29' 34,13" LS

Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0'' 27' 13,40" BT dan 7° 29'
34,13" LS. 1915

Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13" untuk BT dan 0,05" untuk
LS. Hal ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang
dari 1,00".

Untuk penggunaan peta 5' X 5', 10' X 10' dan 20' X 20' tetap menggunakan pembagi 37,1.
Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya
pada peta adalah (Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110°
27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No.
47/XLI - B" JAWAB : Posisi peta 47/XLI -B : 110° 28' 27,79" BT sehingga 110° 27, 13,27"
BT 1 10 "27' 13,27 1' 14,52" - 74,52"

74,52" : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan : 7°30'
sehingga didapat 7030' LS -7029' 34.08" = 25.92" 25,92" : 1,62 = 16 mm dari selatan dan
ukurlah dengan penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU
yang dimaksud, yaitu 46 mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar
Tnangulasi T.932
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.
Pengertian, Jenis dan Fungsi Peta

A. PENGERTIAN PETA

Pernahkah Anda melihat peta? Kalau sudah, apakah sebenarnya peta itu? Baiklah
berikut ini akan dijelaskan pengertian peta.

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui
suatu sistem proyeksi. Kalau Anda bertanya kapan peta mulai ada dan digunakan
manusia? Jawabannya adalah peta mulai ada dan digunakan manusia, sejak manusia
melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih dalam bentuk yang sangat
sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat.

Pada awal abad ke 2 (87M -150M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai


pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan
diberi nama “Atlas Ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi.
Sedangkan orang ahli membuat peta disebut kartografer.

Setelah Anda membaca uraian pengertian peta, cobalah Anda tuliskan


kembali apa yang dimaksud dengan peta. Setelah Anda memahami
pengertian peta, mari kita lanjutkan dengan mempelajari jenis-jenis peta.

Dengan mempelajari jenis peta Anda akan mengetahui peta itu termasuk peta apa,
menurut isi, skala dan pemakaiannya. Peta dapat digolongkan (diklasifikasikan) menjadi
tiga jenis, yaitu jenis peta berdasarkan isinya, berdasarkan skalanya dan berdasarkan
tujuannya. Selain itu Anda juga perlu mempelajari fungsi peta. Mari kita bahas satu
persatu.

B. JENIS PETA BERDASARKAN ISINYA

Berikut ini adalah penjelasan penggolongan peta berdasarkan isinya. Berdasarkan isinya
peta dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu: peta umum dan peta khusus (tematik).

1. Peta Umum

Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum. Peta
umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan
fisis (alam) maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis misalnya sungai,
gunung, laut, danau dan lainnya. Kenampakan sosial budaya misalnya jalan raya, jalan
kereta api, pemukiman kota dan lainnya.

Peta umum ada 2 jenis yaitu: peta topografi dan peta chorografi.

2. Peta Topografi

Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya)
permukaan bumi. Dalam peta topografi digunakan garis kontur (countur line) yaitu garis
yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama.

Kelebihan peta topografi:


• Untuk mengetahui ketinggian suatu tempat.
• Untuk memperkirakan tingkat kecuraman atau kemiringan lereng.
Pernahkah Anda menggunakan dan melihat peta topografi? Ciri utama peta topografi
adalah menggunakan garis kontur. Untuk lebih jelas mengenai peta topografi dan garis
kontur dapat Anda lihat pada gambar 2.1, 2.2, dan 2.3.

Beberapa ketentuan pada peta topografi:

1. Makin rapat jarak kontur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan daerah
tersebut semakin curam. Sebaliknya semakin jarang jarak antara kontur
menunjukkan daerah tersebut semakin landai.
2. Garis kontur yang diberi tanda bergerigi menunjukkan depresi (lubang/cekungan)
di puncak, misalnya puncak gunung yang berkawah.
3. Peta topografi menggunakan skala besar, antara 1 : 50.000 sampai 1 : 100.000.

Berikut ini beberapa contoh peta topografi.

Gambar 1.2. Garis kontur dengan interval (jarak antara 2 kontur) 40 meter.

Gambar 1.3. Jarak kontur.

Perhatikan gambar 1.3.!


Berdasarkan jarak antara kontur dan tanda pada kontur, Anda dapat menyimpulkan
bahwa: Pada peta 1A adalah daerah curam karena jarak antara garis konturnya rapat
dan B adalah daerah landai karena jarak konturnya jarang. Sedangkan pada peta 2,D
adalah daerah curam karena jarak konturnya rapat,E adalah daerah landai karena jarak
konturnya jarang, dan C adalah daerah depresi (lubang/cekungan) di puncak karena
diberi tanda bergerigi.

Pada gambar 1.4!


Menunjukkan kenampakan gunung dengan puncaknya yang digambarkan menjadi peta
kontur. Pada gambar tersebut, A daerah curam, B daerah landai dan C daerah cekungan
di puncak.

Berdasarkan uraian dan contoh-contoh di atas, perhatikan peta topografi di bawah ini,
kemudian lengkapi tabelnya.

Peta Chorografi

Peta chorografi menggambarkan daerah yang luas, misalnya propinsi, negara, benua
bahkan dunia. Dalam peta chorografi digambarkan semua kenampakan yang ada pada
suatu wilayah di antaranya pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya, jalan kereta
api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain. Atlas adalah kumpulan dari
peta chorografi yang dibuat dalam berbagai tata warna. Berikut ini adalah contoh peta
chorografi.

Amatilah baik-baik peta pada gambar 2.4, kemudian lengkapi kolom tabelnya.
Kenampakan yang ada pada peta chorografi di atas adalah....
1. .... 3. ....
2. .... 4. ....

Peta Khusus atau Tematik

Setelah Anda memahami jenis peta umum, sekarang kita akan mempelajari jenis peta
khusus atau tematik. Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya
menggambarkan satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang ingin
ditampilkan. Dengan kata lain, yang ditampilkan berdasarkan tema tertentu.

Peta khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan (fenomena


geosfer) tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya.

Contoh peta khusus/tertentu: peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta
penyebaran hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart (peta jalur
penerbangan atau pelayaran).
Berikut ini beberapa contoh peta khusus/tematik.

Keterangan gambar 1.6:


Judul peta: Peta kepadatan penduduk P. Jawa.
Untuk membedakan kepadatan penduduk tiap wilayah ditunjukkan dengan perbedaan
warna. Berdasarkan legenda (keterangan) peta:
• warna hitam: kepadatan penduduknya lebih dari 701 orang setiap 1 km2.
• warna agak hitam: kepadatan penduduknya antara 400 orang sampai 700 orang setiap
1 km2.
• warna putih: kepadatan penduduknya kurang dari 400 orang setiap 1 km2.

Anda amati baik-baik gambar 1.7. Menurut Anda jenis peta apa dan apa judul peta
tersebut? Gambar 1.7 termasuk jenis peta khusus/tematik dengan judul “penyebaran
curah hujan di beberapa tempat di Indonesia”. Untuk membedakan besar kecilnya curah
hujan pada masing-masing wilayah digunakan simbol batang yaitu grafik. Grafik itu
menggambarkan besarnya curah hujan selama 1 tahun (Januari sampai Desember).
Besarnya curah hujan setiap bulan ditentukan dengan tingginya batang.

Di bawah ini terdapat contoh tabel curah hujan untuk kota Medan, Jakarta dan Bandung
pada tahun 1999. Tabel 1. Tabel data curah hujan di Medan, Jakarta dan bandung tahun
1999.

Amati kembali Tabel 1, menurut kesimpulan Anda pada tahun 1999 curah hujan di
Indonesia yang tertinggi di kota ... dan yang terendah di kota ....
Kalau Anda telah memahami mengenai jenis peta khusus/tematik, sekarang kita
lanjutkan dengan jenis peta berdasarkan skalanya.

Jenis Peta berdasarkan Skalanya


Peta tidak sama besarnya (ukurannya). Ada peta yang berukuran besar dan ada peta
yang berukuran kecil. Besar-kecilnya peta ditentukan oleh besar-kecilnya skala yang
digunakan.

Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas penggolongan peta berdasarkan skalanya.
Berdasarkan skalanya peta dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:

1. Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100 sampai 1
: 5.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan peta tanah atau peta dalam
sertifikat tanah, oleh karena itu banyak terdapat di Departemen Dalam Negeri,
pada Dinas Agraria (Badan Pertanahan Nasional).
2. Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1 : 5.000 sampai 1 :
250.000. Peta skala besar digunakan untuk menggambarkan wilayah yang relatif
sempit, misalnya peta kelurahan, peta kecamatan.
3. Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai
1: 500.000. Peta skala sedang digunakan untuk menggambarkan daerah yang
agak luas, misalnya peta propinsi Jawa Tengah, peta propinsi maluku.
4. Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skala 1 : 500.000 sampai 1 :
1.000.000 atau lebih. Peta skala kecil digunakan untuk menggambarkan daerah
yang relatif luas, misalnya peta negara, benua bahkan dunia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar angka pembandingnya
berarti skala peta itu makin kecil.
Perhatikan kembali peta curah hujan pada gambar 1.7. Berdasarkan isinya peta tersebut
termasuk peta tematik (khusus), tetapi berdasarkan skalanya termasuk peta ....
Anda sudah paham dengan jenis peta berdasarkan skalanya? Kalau sudah, kita lanjutkan
dengan penggolongan peta berdasarkan tujuannya.

Jenis peta berdasarkan tujuannya Peta dibuat orang dengan berbagai tujuan. Berikut
ini contoh-contoh peta untuk berbagai tujuan:

1. Peta Pendidikan ( Educational Map).


Contohnya: peta lokasi sekolah SLTP/SMU.
2. Peta Ilmu Pengetahuan.
Contohnya: peta arah angin, peta penduduk.
3. Peta Informasi Umum ( General Information Map).
Contohnya: peta pusat perbelanjaan.
4. Peta Turis ( Tourism Map).
Contohnya: peta museum, peta rute bus.
5. Peta Navigasi.
Contohnya: peta penerbangan, peta pelayaran.
6. Peta Aplikasi ( Technical Application Map).
Contohnya: peta penggunaan tanah, peta curah hujan.
7. Peta Perencanaan ( Planning Map).
Contohnya: peta jalur hijau, peta perumahan, peta pertambangan.

Di bawah ini disajikan beberapa contoh peta, yaitu peta curah hujan, peta tekanan udara
dan arah angin.
Peta persebaran curah hujan di atas berdasarkan tujuannya termasuk aplikasi.

Fungsi Peta Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan peta Anda dapat mengetahui
atau menentukan lokasi yang Anda cari, walaupun Anda belum pernah mengunjungi
tempat tersebut.
Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.


2. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
3. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara,
gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.
4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah
yang akan diteliti.
5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
7. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
8. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena
(gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.
Setelah membaca dan memahami materi mulai dari pengertian peta sampai fungsi peta,
cobalah lengkapi tabel berikut!

Anda telah mempelajari materi kegiatan 1, mengenai pengertian peta, jenis peta dan
apa fungsi peta dalam kehidupan. Jika Anda telah memahami keseluruhan materi
kegiatan 1 ini, cobalah Anda jawab soal-soal latihan di akhir kegiatan ini. Apabila dalam
menjawabnya Anda mengalami kesulitan, tanyakan pada Guru Bina Anda, atau dapat
didiskusikan dengan teman-teman Anda.

geologi

PETA TOPOGRAFI
23/03/2011 angga jati widiatama Tinggalkan komentar

Pengertian Peta

Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian unsur permukaan
bumi yang digambar dalam skala tertentu. Peta seringkali sangat efektif untuk menunjukkan
lokasi dari obyek obyek alamiah maupun obyek buatan manusia, baik ukuran maupun
hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya(Djauhari Noor, 2008)

Peta topografi

Peta yang menyajikan data dan informasi keadaan lapangan secara menyeluruh sifatnya
umum), baik itu unsur alam (sungai, gunung, danau, laut, dll) maupun unsur buatan (jalan,
jembatan,perkampungan, bendungan, dll) dengan garis bayangan ketinggian (garis kontur
ketinggian) dalam perbandingan tertentu (skala)(Lemdikanas, 2005)

Peta Geologi

Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan,
penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan
serta merangkum berbagai data lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran teknis dari
permukaan bumi dan sebagian bawah permukaan yang mempunyai arah, unsur-unsurnya
yang merupakan gambaran geologi, dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan
yang pasti. (Jauhari Noor, 2008)

FUNGSI PETA TOPOGRAFI

Fungsi peta topografi


Peta topografi memiliki berbagai fungsi, antara lain:

a.Menggambarkan bentuk dua dimensi dari bentuk tiga dimensi rupa bumi
(permukaan bumi)
b.Memberikan informasi mengenai keadaan permukaan dan elevasi
c.Sebagai dasar dalam pngeloptan data mengenai hal yang berhubunga
dengan ruang.
d.Menemukan posisi kita terhadap suatu tanda medan atau daerah lain

Pemetaan geologi

Hakikat dari pemetaan geologi adalah menampilkan segala macam kondisi geologi
yang ada dilapangan (yang bersifat tiga dimensional) kedalam peta (yang bersifat
dua dimensional). Gejala geologi yang nampak pada lapangan terutama dalah
batuan, urutan batuan, struktur batuan serta bangun bentang alam yang dibangun
oleh batuan tersebut.(Wartono Raharjo,1999)

Tujuan pemetaan geologi

Pemetaan geologi memiliki beberapa tujuan yag menjadi alasan kenapa dilakukan

i. Memberikan gambaran tentang gejala dan proses geologi yang ada/terjadi


pada daerah yang dipetakan.
ii. Memberikan tafsiran kondisi dan proses geologis apa saja yang pernah
terjadi didaerah yang dipetakan sepanjang zaman geologi terhitung sejak
terbentuknya batuan yang tertua di daerah pemetaan sampai saat
pemetaan berlangsung.
iii. Memberikan evaluasi potensi geologi yang bersifat positif dan negative
yang ada atau mungkin ada sehingga daerah yang dipetakan dapat
dikembangkan secara bijaksana ditinjau dari sudut pandang geologi
(Wartono Raharjo,1999)

Gejala geologi yang mampu diamati dalam peta topografi

Dalam pengamatan maupun pemetaan geologi kita mampu memperoleh banyak


informasi mengenai suatu daerah tanpa kita harus ke sana (lapangan) namun cukup
dengan mengintepretasi peta topografi. Hal yang mampu diamati antara lain:

a.Kenampakan pada kontur

Kenampakan pola kontur yang mengalami perubahan yang mendadak dan


mengalami pelurusan dapat memberikan kita informasi mengenai adanya
struktur sesar pada daerah yang diamksud. Kemudian kenampakan pola
kontur kecil membulat pada daerah menunjukkan bahwa terdapat
kenampakan conicel hill yang ada pada daerah karst. Kenampakan kontur
rapat membentuk radial tanpa ada pengulangan pada daerah yang luas
memungkinkan itu merupakan intrusi.

b.Jenis litologi
Dalam penentuan jenis litologi kita dapt menggunakan cara mengidentifikasi
kenampakan pola aliran sungai dimana setiap jenis pola pengaliran
menunjukkan litologi yang khas, misalnya pola pengaliran dendritik
menunjukkan litologi yang homogen dan terdiri dari batuan sedimen atau
pola aliran yang multibasinal yang menunjukkan litologi batu gamping
(daerah kars)

Gambar 1 Pola aliran dendritik

Gambar 2 Multi basinal


c.Kemiringan (slope)

Pada peta topografi terdapat juga garis garis yang menghubungkan titik titik yang
memiliki ketinggian yang sama, sehingga dengan membuat profil melintang
(sayatan) kita dapat mengetahui kemiringan suatu daerah.

d.Kenampakan struktur geologi

Pada peta kita dapat mengidentifikasi beberapa jenis struktur dengan melihat
kenampakannya pada peta topografi misalnya:

i.Triangular facet. Tampak sebagai kontur dengan bentuk segitiga yang


tumpul bagian ujung ujungnya
ii.Sesar mayor. Nampak sebagai garis kontur yang mengalami perbedaan
elevasi (kontur terlihat rapat) yang tiba-tiba dan terjadi pelurusan kearah
tertentu. Bisa juga diintepretasikan dari sungai yang berubah aliran secara
tiba-tiba.

Gambar 3 Morfologi sesar pada Kali Bodri

iii. Lipatan. Nampak sebagai bukit dengan daerah puncak yang rapat dan
memanjang dengan slope yang relative terjal.

Gambar 4 Morfologi Struktural

(Angga Ja
8 Manfaat Peta Topografi Dalam Geografi
Sponsors Link

Peta merupakan salah satu pusat untuk mengetahui lokasi suatu negara dan juga ibukotanya.
Namun lebih dari itu peta topografi mulanya ada untuk kegiatan militer. Kegiatan militer
berkaitan erat dengan pertempuran dan untuk memenangkan pertempuran maka di butuhkan
strategi dengan menggunakan peta tofografi. Peta ini memiliki skala yang besar dan lebih
detail dari peta – peta lainnya. Ini karena peta tofografi menggunakan garis kontur dalam
pemetaannya. Garis kontur adalah gabungan dari dua segmen garis yang tidak berpotongan
yang terdiri dari dua atau lebih yang tergabung untuk membentuk keseluruhan peta.

ads

Karakteristik untuk peta topografi dari peta lainnya adalah kontur fotografi atau bentuk tanah,
sungai, jalan dan danau sehingga cocok untuk kegiatan di luar lapangan. Berikut ini di
jelaskan manfaat dari peta fotografi yang banyak difungsikan :

1. Posisi

Untuk posisi peta topografi banyak digunakan untuk menunjukkan posisi atau lokasi tempat –
tempat yang ad di permukaan bumi. Posisi penting di ketahui jika sebelumnya anda tidak
pernah kesana untuk memastikan ada tidak salah jalan. Karena manfaatnya ini banyak orang
– orang baru yang menggunakan peta topografi di bandingkan dengan peta lainnya.

Artikel terkait :

 Manfaat denah
 Manfaat distribusi

2. Ukuran

Ukuran pada peta topografi bisa saja menunjukkan luas suatu tempat dan juga jarak suatu
tempat yang ada di permukaan bumi. Sehingga keingintahuan anda menjadi terpenuhi untuk
melihat jarak dan juga luas suatu tempat yang di tuju.

Artikel terkait :

 Manfaat ekspor dan impor


 Manfaat pajak dan fungsinya bagi negara

3. Gambar
Manfaat peta topografi di bandingkan peta lain adalah dengan adanya gambar yang jelas
untuk di ketahui. Di suatu tempat akan menggambarkan bentuk – bentuk permukaan di bumi
berupa benua, negara, gunung, sungai dan jalan raya.

Artikel terkait :

 Manfaat kuliah bagi masa depan


 Manfaat pendidikan

4. Penelitian

Dalam manfaat penelitian peta ini berfungsi untuk membnatu peneliti dalam survei lapangan
suatu daerah yang ingin di teliti. Ini penting bagi para peneliti mengingat penelitian yang di
lakukan akan menelan banyak biaya dan hasil dari penelitian haruslah memuaskan sesuai
dengan jumlah anggaran yang harus di habiskan.

Artikel terkait :

 Manfaat perdagangan internasional


 Manfaat sumberdaya alam
 Manfaat penelitian
 Manfaat riset pasar

5. Data

Data sangat lah penting dalam suatu wilayah, data merupakan sekumpulan informasi yang
lengkap mengenai suatu wilayah. Data bisa merangkap efek negatif maupun potensi suatu
wilayah untuk mengembangkan wilayah lebih maju dari pada sebelumnya.

Artikel terkait :

 Manfaat laporan keuangan


 Manfaat akuntansi

6. Analisis

Manfaat peta topografi juga bisa di gunakan untuk melakukan analisis dari suatu
permasalahan yang di temukan. Analisis bertujuan untuk mendapatkan kesimpulan dan solusi
yang di rundingkan sebelumnya.

Artikel terkait :

 Manfaat bersosialisasi dengan orang lain


 Manfaat musyawarah untuk kehidupan sehari – hari
 Manfaat devisa
 Manfaat utang luar negeri

7. Rencana
Setiap melakukan suatu tindakan terdapat rencana yang harus dijalankan. Adapun rencana –
rencana biasanya memang tidak sepenuhnya teraplikasi namun jelas dari apa yang ingin di
lakukan dari setiap tindakan yang di ambil. Rencana menjadikan kegiatan 90 % bisa berhasil
untuk melakukan suatu tindakan.

Artikel terkait :

 Manfaat prakerin
 Manfaat mempelajari bahasa asing
 Manfaat mempelajari ilmu kimia

8. Fenomena

Dalam ilmu geografi ada alat untuk mempelajari hubungan timbal balik antara fenomena
yang di temui di permukaan bumi. Fenomena – fenomena yang ada dapat di jadikan suatu
kesimpulan dan juga pembelajaran bagi diri sendiri untuk kemudian di bagikan kepada teman
yang lain sebagai pedoman jika hal tersebut terjadi kembali.

Artikel terkait :

 Manfaat menabung di bank


 Manfaat bisnis sendiri untuk keuangan masa depan
 Manfaat lukisan

Dari delapan buah manfaat peta tofografi semuanya di perlukan untuk menjadikan peta
topografi ini sebagai peta yang paling banyak di minati terutama bagi kegiatan militer.

http://manfaat.co.id/manfaat-peta-topografi
Fungsi Peta Topografi
1. Peta Topografi

Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti
menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang
berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu
garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri
permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat
ditentukan pada posisi tertentu.
Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi
elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi
menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai,
vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak
mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.

Gambar 1. Contoh Peta Topografi Wilayah Lumadjang, Indonesia


Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan
alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain
itu peta topografi dapat
diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan
dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.

2. Fungsi Peta Topografi dalam Pemetaan Geologi

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan tinggi rendahnya muka bumi. Dari
peta topografi kita dapat mengetahui ketinggian suatu tempat secara akurat. Cara
menginterpretasikan peta topografi berbeda dengan peta umum karena symbol-simbol yang
digunakan berbeda. Sebelum menginterpretasikan peta topografi, lakukan langkah-langkah
sebagai berikut.

a. Siapkan peta topografi yang akan diinterpretasikan, misalnya peta Pulau Jawa.

b. Perhatikan legenda untuk memahami makna simbol-simbol yang terdapat pada peta.

c. Perhatikan persebaran data pada wilayah tersebut.

d. Perhatikan tahun pembuatan peta untuk mengetahui apakah peta tersebut masih relevan
atau tidak.

Pada peta topografi terdapat garis-garis kontur yang menunjukkan relief muka bumi.
Peta topografi menunjukkan bentuk-bentuk muka bumi. Bentuk-bentuk muka bumi tersebut
adalah sebagai berikut.

 Lereng

Gambar 2. Kenampakan Lereng pada Peta Topografi

 Cekungan (Depresi)

Cekungan (Depresi) pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini!

Gambar 3. Cekungan atau Depresi

 Bukit

Bukit pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini.


Gambar 4. Bukit pada Peta Topografi

 Pegunungan

Pegunungan pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini!

Gambar 5. Kenampakan Pegunungan pada Peta Topografi

 Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi

Gambar 6. Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi

Penampang melintang adalah penampang permukaan bumi yang dipotong secara


tegak lurus. Dengan penampang melintang maka dapat diketahui/dilihat secara jelas bentuk
dan ketinggian suatu tempat yang ada di muka bumi. Untuk membuat sebuah penampang
melintang maka harus tersedia peta topografi sebab hanya peta topografi yang dapat dibuat
penampang melintangnya.
Gambar 7. Bagian-Bagian Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi

GEJALA GEOLOGI DARI INTERPRETASI PETA TOPOGRAFI

1. Gejala Geologi yang Didapat dari Interpretasi Peta Topografi

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum pola struktur
yang berkembang di daerah penelitian berdasarkan analisis morfologinya. Ada beberapa
cara untuk mendapatkan gambaran struktur suatu daerah, yaitu dengan mengamati adanya
liniament yang mungin disebabkan oleh proses pensesaran. Cara ini dilakukan melalui
penafsiran peta topografi, foto udara dan citra indraja. Penjelasan rinci dari point ini adalah
sebagai berikut :
1.1 Interpretasi Struktur Melalui Topografi
Cara untuk menginterpretasi struktur geologi melalui topografi adalah sebagai berikut :
a. Menafsirkan jalur struktur berdasarkan ada/tidaknya lineament (dapat berupa garis lurus
atau lengkung) dan menggambarkannya secara tegas atau terputus-putus. Pola lineament
tersebut selanjutnya ditampilkan dalam bentuk diagram roset dan yang terpenting dibuat
peta linieamentnya.
b. Mengamati kerapatan kontur. Apabila dijumpai adanya perbedaan kerapatan kontur yang
mencolok maka dapat ditafsirkan pada batas-batas perbedaannya merupakan akibat
pensesaran dan umumnya fenomena ini diakibatkan oleh sesar normal. Perlu pula
diperhatikan fenomena tersebut dapat saja terjadi akibat perubahan sifat fisik batuan.
c. Mengamati bentuk morfologi, misalnya :

 Apabila bentuk punggungan bukit memanjang barat-timur, dan apabila daerah


tersebut disusun oleh batuan sedimen klastika (dari literatur), maka dapat ditafsirkan
bahwa jurus perlapisan batuannya adalah barat-timur sesuai dengan arah
punggungannya.
 Apabila ada suatu bentuk morfologi perbukitan dimana pada salah satu lereng
bukitnya landai (kerapatan kontur jarang) dan dibagian sisi lereng lainnya terjal,
maka ditafsirkan kemiringan (arah “dip”) lapisan tersebut ke arah bermorfologi lereng
yang landai, morfologi yang demikian dikenal sebagai Hog back.
 Apabila ada suatu punggungan perbukitan dengan arah dan jalur yang sama, namun
pada bagian tertentu terpisahkan oleh suatu lembah (biasanya juga berkembang
aliran sungai) atau posisi jalur punggungannya nampak bergeser, maka dapat
ditafsirkan di daerah tersebut telah mengalami pensesaran dan fenomena tersebut
umumnya terjadi akibat sesar mendatar, sesar normal atau kombinasi keduannya.
 Apabila suatu daerah bermorfologi perbukitan, dimana punggungan bukitnya saling
sejajar dan dipisahkan oleh lembah sungai, maka kemungkinan daerah tersebut
merupakan perbukitan struktural lipatan-anjakan.
 Apabila suatu daerah bermorfologi pedataran, maka batuan penyusunnya dapat
berupa aluvium atau sedimen lainnya yang mempunyai kemiringan bidang lapisan
relatif horizontal. Kondisi ini umumnya menunjukan bahwa umur batuan masih muda
dan relatif belum mengalami derformasi akibat tektonik (lipatan dan sesar belum
berkembang).

d. Mengamati pola pengaliran sungainya. Dengan cara ini dapat membantu dalam menafsirkan
batuan penyusun serta struktur geologinya, misalnya :

 Pola pengaliran trelis dan paralel, mencerminkan bahwa batuan di daerah tersebut
sudah mengalami pelipatan.
 Pola pengaliran sejajar ditafsirkan bahwa daerah tersebut telah mengalami proses
pensesaran.
 Pola pengaliran rektangular mencerminkan bahwa daerah tersebut banyak
berkembang kekar.
 Pola pengaliran dendritik mencerminkan batuan penyusun yang relatif seragam. Dsb.

Diposkan oleh Andi Syukur Anwar geo'07 UH Blog's di 11.25


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

ANDI SYUKUR ANWAR

Mengenai Saya
Andi Syukur Anwar geo'07 UH Blog's
Lahir di Pinrang (Sul-Sel),pada tanggal 22 November 1989.. Anak ke-3 dari 5 bersaudara.. Tuk
sementara meniti ilmu di Geologi Unhas. Masuk di angkatan geo'2007 bersama dengan
teman2 Vouto C'ben yang lain (nama angkatan dari geo'2007 (Unhas)

Lihat profil lengkapku

Pengikut
Arsip Blog
 ▼ 2012 (16)
o ▼ Januari (16)
 Batuan Metamorf
 Struktur Geologi Sesar
 Batubara
 Identifikasi Mineral pada Pengamatan Nikol Sejajar...
 Fungsi Peta Topografi
 Peralatan Dasar Geologi Lapangan
 Bentuk Tubuh Batuan Beku Dalam (Intrusif)
 GENESA MINERAL
 Teori Tektonik Lempeng
 PERKEMBANGAN BUMI
 Batuan Sedimen
 STRATIGRAFI REGIONAL BANTIMALA (SUL-SEL)
 GEOLOGI REGIONAL BARRU
 GEOLOGI REGIONAL LEMBAR UJUNG PANDANG
 GEOLOGI REGIONAL PARE PARE - PINRANG (SUL-SEL)
 GEOLOGI REGIONAL WATAMPONE & PANGKAJENNE BAGIAN BA...

 ► 2011 (4)

Entri Populer

Struktur Geologi Sesar

1. Pengertian Sesar Patahan atau sesar ( fault ) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan
batuan bumi yg menyebabkan satu blok batuan berge...

Fungsi Peta Topografi


1. Peta Topografi Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang
berarti menggambar. Peta topografi memetakan tem...

Batubara

1. Pendahuluan Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70%
berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan ...

PERKEMBANGAN BUMI

Teori Perkembangan Muka Bumi a. Teori Kontraksi ( Contraction Theory ) · Teori ini
dikemukakan kali pertama oleh Descrates (1596...

Peralatan Dasar Geologi Lapangan

1. Kompas Geologi Gambar 1. Kompas tipe Brunton Kompas, klinometer, dan “hand level”
merupakan alat-alat yang dipakai dalam berbagai ...

Identifikasi Mineral pada Pengamatan Nikol Sejajar

Setiap mineral memiliki sistem kristalnya masing-masing: isometrik (sumbu a = sumbu b =


sumbu c; < = < = <); rhombik (sumbu a ...

 STRATIGRAFI REGIONAL BANTIMALA (SUL-SEL)

Stratigrafi Regional 8 Rab sukamto (1982) batuan yang t...


Hukum hukum Geologi

Hukum - Hukum Geologi · Hukum Superposisi (Steno, 1669) “The younger strata at the
top in an undisturbed sequence...

 GENESA MINERAL

Genesa/Genesis mineral merupakan tempat atau lingkungan dimana suatu mineral


terbentuk. Ada 3 macam genesa mineral, yaitu: Lingkungan...

Batuan Sedimen

Batuan Sedimen ( sedimentory rocks) Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena
pengendapan materi hasil erosi. sekitar 80% permukaan...

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Total Tayangan Laman

43,228

Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh RASimon. Diberdayakan oleh Blogger
Peta Topografi
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti
menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang
berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis
kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi
yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi
tertentu.
Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi
elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang
datar). Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi,
daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga
menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-
batas skala.

Gambar 1. Contoh Peta Topografi Wilayah Lumadjang, Indonesia


Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan
alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, di perlihatkan pada posisi yang benar. Selain
itu peta topografi dapat
di artikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan
dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.

Fungsi Peta Topografi dalam Pemetaan Geologi


Peta topografi adalah peta yang menggambarkan tinggi rendahnya muka bumi. Dari
peta topografi kita dapat mengetahui ketinggian suatu tempat secara akurat. Cara
menginterpretasikan peta topografi berbeda dengan peta umum karena symbol-simbol yang
digunakan berbeda.
Pada peta topografi terdapat garis-garis kontur yang menunjukkan relief muka bumi.
Peta topografi menunjukkan bentuk-bentuk muka bumi. Bentuk-bentuk muka bumi tersebut
adalah sebagai berikut.

 Lereng
Gambar 2. Kenampakan Lereng pada Peta Topografi

 Cekungan (Depresi)

Cekungan (Depresi) pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini!

Gambar 3. Cekungan atau Depresi

 Bukit

Bukit pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini.

Gambar 4. Bukit pada Peta Topografi

 Pegunungan

Pegunungan pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini!

Gambar 5. Kenampakan Pegunungan pada Peta Topografi

 Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi

Gambar 6. Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi


Penampang melintang adalah penampang permukaan bumi yang dipotong secara tegak
lurus. Dengan penampang melintang maka dapat diketahui/dilihat secara jelas bentuk dan
ketinggian suatu tempat yang ada di muka bumi. Untuk membuat sebuah penampang melintang
maka harus tersedia peta topografi sebab hanya peta topografi yang dapat dibuat penampang
melintangnya.
http://bumi-myearth.blogspot.co.id/2012/01/fungsi-peta-topografi.html
Kamis, 06 Januari 2011
PETA TOPOGRAFI

Pendahuluan
Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara
penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal
akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita
diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat di
gunung dan hutan, dan juga untuk keperluan olahraga antara lain lomba orienteering. Navigasi darat
adalah suatu cara seseorang untuk menentukan posisi dan arah perjalanan baik di medan
sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta serta teknik
penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.
Peta
Secara umum, peta adalah penggambaran dua dimensi(pada bidang datar) keseluruhan atau
sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu. Peta
sendiri, kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya.Untuk keperluan
navigasi darat umumnya digunakan peta topografi.
Peta Topografi
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti
tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta
topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan
bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut
menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu
garis kontur mewakili satu ketinggian. Walaupun
peta topografi memetakan tiap interval ketinggian
tertentu, namun disertakan pula berbagai
keterangan pula yang akan membantu untuk
mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah
permukaan bumi yang terpetakan tersebut,
keterangan-keterangan itu disebut legenda peta.

Legenda peta antara lain berisi tentang :


a. Judul Peta
Judul peta ada dibagian tengah atas. judul peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang
bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda pula
b. Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor regisrtasi dari
badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain
disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah disertakan pula lembar derajat
yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.
c. Koordinat Peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan
sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi
dipakai ada dua, yaitu :
1. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap
katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa.
Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.
2. Koordinat Grid
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik
acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60 derajat LU, 68
derajat BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi
nomor urut dari barat ke timur.
Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka. Untuk daerah yang
luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit digunakan penomoran 8 angka dan
10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS).
d. Kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan
laut, sifat-sifat garis kontur adalah :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur
yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi
yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan
permukaan bumi yang landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" terbalik menandakan suatu lembah/jurang.
e. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta
dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam cara
penulisan skala, yaitu :
1. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak dipeta =
25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.
2. Skala garis, contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok
garis mewakili 1 km jarak horizontal.

f. Legenda Peta

Legenda peta biasanya disertakan pada bagian


bawah peta. Legenda ini memuat simbol-
simbol yang dipakai pada peta tersebut, yang
penting diketahui : triangulasi, jalan setapak,
jalan raya, sungai, pemukiman, ladang, sawah,
hutan dan lainnya. Di Indonesia, peta yang
umumnya digunakan adalah peta keluaran
Direktorat Geologi Bandung, kemudian peta
dari Jawatan Topologi, atau yang sering disebut
peta AMS (American Map Service) dibuat oleh
Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun
1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000
dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25
m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang
lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m). Peta keluaran
Bakosurtanal biasanya berwarna.
g. Tahun Peta
Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut, semakin baru
tahun pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akurat.
h. Arah Peta
Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling mudah adalah dengan memperhatikan
arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta.Pada bagian
bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah utara yaitu :
1. Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub
utara bumi.
2. Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum
magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi.
3. Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.
Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara
bumi. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser
dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut
ketelitian perlu dipertimbambangkan adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf
magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.
1. Deklinasi Peta:adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena
perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada
peta.
2. Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis
3. Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi.
4. variasi Magnetis:perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.

Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari
permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi,
apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur
utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik
(ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut
kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi
juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-
batas skala.

Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan
kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi dapat
diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah
bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.

Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan, selalunya
menggunakan garisan kontur dalam peta moden. Peta topografi mestilah mempunyai garisan lintang
dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan
antara garisan lintang dan bujur.

Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala begini dapat menunjukkan
sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta topografi memiliki
beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi.

Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan, selalunya
menggunakan garisan kontur dalam peta moden. Peta topografi mestilah mempunyai garisan lintang
dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan
antara garisan lintang dan bujur.
Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala begini dapat menunjukkan
sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta topografi memiliki
beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi.

Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai peta
dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis (lihat
Prihandito 1989: 17). Dalam survei arkeologi, peta topografi berguna untuk memperoleh gambaran
umum tentang wilayah yang diteliti. Dalam kondisi tertentu, misalnya medan survei yang terlalu
berat, peta yang sudah ada dapat dipakai untuk memplotkan temuan arkeologis. Pemetaan
tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk menyimpan dan menyelamatkan
data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1).

Data dari peta topografi yang diambil untuk membuat peta arkeologi hanya satu atau dua unsur
saja, tergantung dari skala dan tujuan pembuatan peta arkeologi itu. Data tersebut digunakan
sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografis. Selain peta topografi, yang dapat
digunakan sebagai peta dasar antara lain adalah foto udara, peta geologi, dan peta administratif
(Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10). Besar skala peta dasar yang dibutuhkan untuk membuat peta
arkeologi tergantung pada luas wilayah yang akan dipetakan, yaitu:

� wilayah seluas provinsi memerlukan peta dasar berskala 1:100.000 sampai dengan 1:250.000;

� wilayah seluas kabupaten memerlukan peta dasar berskala 1:50.000 sampai dengan 1:100.000;

� wilayah setingkat kecamatan, desa, atau situs memerlukan peta dasar berskala 1:10.000 sampai
dengan 1:25.000 (Wasisto 1998, dikutip dalam Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI

A.MEMBACA GARIS KONTUR


Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U dimana Ujung dari huruf
U menunjukan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur diatasnya.
Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan
Ujung yang Tajam.
Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis konturnya jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.

B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR


Pada peta skala 1:50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur
berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta
GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval
konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval
kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misalnya titik A dan B
Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B)
Hitung jumlah kontur antara A dan B
Bagilah selisih ketinggian antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah interval
kontur.

C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah utara peta tersebut. selanjutnya lihat
judul peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan
nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.

D. MENGENAL TANDA MEDAN


Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga
digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta,
disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke
lapangan, yaitu:

Lembah antara dua puncak


Lembah yang curam
Persimpangan jalan atau ujung desa
Perpotongan sungai dengan jalan setapak
Percabangan da kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain
Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan dan percabangan sungai, jembatan
dan lain-lain.

E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik
akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah:

Koordinat titik awal (A)


Koordinat titik tujuan (B)
Sudut peta antara A - B
Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan lintasan A - B
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah.

Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta
Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan peta
Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita
gunakan sebagai patokan, atau belum.
Perkirakan berapa jarak lintasan. Misalnya, medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit dan
medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah
perjalanan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lainnya-lainnya.
Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuatkan lintasan dengan jalan
membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis
lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk
peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan
panjang lintasan sebenarnya.

F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA


Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tanda-tanda tertentu di peta.
Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Camp berada pada koordinat titik A
(3989 : 6360) + 1400 m dpl. Basecamp memerintahkan tim Camp agar menuju koordinat titik T (4020
: 6268) + 1301 m dpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimulai dari sumbu X dulu,
kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T, kemudian dengan busur
derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut
menggunakan sistem Azimuth (0" - 360°) searah putaran jarum jam. Sudut ini berguna untuk
mengorientasikan arah dari A ke T.
Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat
berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan.
Harus dipahami betul bentuk garis-garis kontur. Plotting lintasan dan memperkirakan waktu
tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh:
Kemiringan lereng dan Panjang lintasan
Keadaan dan kondisi medan (misalnya hutan lebat, semak berduri atau pasir)
Keadaan cuaca rata-rata
Waktu pelaksanaan (pagi, siang atau malam)
Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

Cara koordinat peta


Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukan koordinat ini
meggunakan:
Sistem Enam Angka, misalnya: koordinat titik A (374:622), titik B (377:461)
Cara Delapan Angka, misalnya: koordinat titik A (3740:6225), titik B (3376:4614)
Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 44' 27,79".
Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat Jakarta
akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator
(sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.

H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan sudut
dipakai Sistem azimuth (0° - 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut
mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jarum jam dari suatu garis yang
tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk
melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut
adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem perhitungan sudut
dibagi menjadi dua berdasarkan sudut kompasnya.
I. AZIMUTH SUDUT KOMPAS
Back azimuth: bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas <
1080 =" 37,1km" km =" 3.710.000" 1km =" 3.710.000" 000 =" 74,2" 1 =" 1.855.000cm">
Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian permukaan tanah pada suatu
tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan dengan garis-garis kontur. Informasi topografi
yang terdapat pada peta topografi dapat digunakan untuk membuat model tiga dimensi dari
permukaan tanah pada peta tersebut. Dengan model tiga dimensi maka objek pada peta dilihat lebih
hidup seperti pada keadaan sesungguhnya di alam, sehingga untuk menganalisa suatu peta topografi
dapat lebih mudah dilakukan.
Sebagai bagian dari komunitas ahli ilmu kebumian, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan peta
topografi. Peta topografi ini penting, karena sebagai peta dasar, nantinya dapat digunakan
sebagaidasar bagi pengembangan sebagai peta-peta tematik lainnya.

Di Indonesia, khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan potensi batubaranya masih
banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal), maka tambang terbuka adalah pilihan yang
paling tepat dan ekonomis. Tetapi di Jepang, di mana peraturan tentang perubahan bentang alam
(morfologi) sangat ketat, semua tambang batubara yang beroperasi pada abad 20,menerapkan
tambang bawah tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan potensi batubara yangberada pada
kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air (laut maupun danau) tidak boleh ditambang.
Dalam hal ini peta topografi tidak akan banyak gunanya bagi perencanaan tambang, kecuali untuk
penempatan fasilitas-fasilitas tambang yang memang harus berada di permukaan.

Untuk kebutuhan perencanaan tambang terbuka, peta topografi memegang peranan sentral, karena
dari sini nantinya akan diturunkan beberapa satuan peta, seperti:

* Peta hasil eksplorasi, yang memuat informasi tentang posisi singkapan batubara, posisi titik bor,
dll.
* Peta ketebalan batubara
* Peta ketebalan overburden
* Peta distribusi fungsi kualitas, misalnya kadar sulfur, distribusi kalori, dll.
* Peta jalan tambang dan kemiringan lereng
* Peta kemajuan tambang
* Peta perencanaan drainase tambang (peta penyaliran) Dan lain-lain

Dengan demikian pemahaman tentang peta topografi bagi seorang perencana tambang adalah
mutlak.

Jenis Peta
Jenis-jenis peta bisa dikelompokkan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.

*Pengelompokan peta berdasarkan isinya: seperti, Peta Hidrografi (Peta Bathymetri), Peta Geologi,
Peta Kadaster (peta kepemilikan tanah), Peta Irigasi (jaringan saluran air) dan lain-lain.

*Pengelompokan peta berdasarkan skalanya: peta skala besar (1 : 10.000 atau lebih besar), peta
skala sedang (1 : 10.000 - 1 : 100.000), peta skala kecil (< 1 : 100.000).

*Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan: Peta Dasar, digunakan untuk membuat peta
turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah,

*Peta Tematik, dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu.
Peta tanpa skala akan mengurangi arti dan fungsinya atau bahkan tidak berguna. Skala peta
menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar lebih
teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan: persamaan
(engineer's scale), skala perbandingan, skala numeris atau skala fraksi (numerical or fractional scale)
dan grafis (graphical scale).

Susunan Peta
Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi dengan
penyajian pada skala tertentu. Untuk memudahkan pengelolaan dan pencarian, dibuat indeks peta
dalam bentuk teks atau grafis. Gambar unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat
disajikan sesuai ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu dianggap penting
untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol gambar tertentu. Supaya peta mudah
dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada skala tertentu harus disajikan dengan
cara-cara tertentu, yaitu:

*Simbol
*Warna : digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-lainnya.

Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta. : digunakan untuk membedakan atau
merinci lebih jauh dari simbol suatu obyek, misalnya warna batupasir pada Peta Geologi berwarna
kuning, batulempung berwarna hijau dll. Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun
dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta. Unsur legenda
peta biasa dibakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi berbagai peta oleh berbagai
pemakai dengan berbagai keperluan.
Suatu peta bernilai informasi tinggi jika di dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya adalah; skala
peta, informasi ketinggian (atau kontur), informasi arah (biasanya utara peta), koordinat, legenda,
indeks peta, serta unsur-unsur lain yang dipandang perlu.

Koordinat Peta
Di dalam peta yang umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat peta dalam beberapa
sistem seperti koordinat Bassel, koordinat UTM serta koordinat lokal. Pada peta topografi atau peta
geologi yang digunakan di Indonesia umumnya menganut sistem koordinat UTM. Sedangkan bila kita
melakukan pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat ukur theodolite, umumnya kita
menggunakan koordinat lokal. Untuk merubah koordinat lokal menjadi koordinat UTM, maka pada
awal pengukuran, saat pembuatan poligon, sebelumnya harus diikatkan kepada satu titik tetap
(benchmark) yang posisinya koordinat UTM-nya sudah diketahui. Sehingga dengan demikian
konversi terhadap koordinat UTM dapat dilakukan.

Garis Kontur
Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang
tinggi (elevasi) suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu
tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line). Garis kontur adalah
garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Garis kontur + 25 m, artinya garis
kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi
tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis
perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta
umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami
pengecilan sesuai skala.
Peta topografi senantiasa harus dimutakhirkan atau direvisi, karena muka bumi berubah makin lama
makin cepat dikarenakan kegiatan manusia. Metode revisi peta secara digital sementara ini dianggap
sebagai metode yang terbaik. Dalam penelitian ini dilakukan revisi penggunaan lahan di peta
topografi skala 1 : 25.000 dengan kategori revisi dasar, unsur peta direvisi terhadap perubahan jenis
penutup dan penggunaan lahan. Revisi peta menggunakan citra Landsat Enhanched Thematic
Mapper 7 (Landsat ETM 7), dengan cara menggabungkan citra multispektral resolusi 30 m dan citra
pankhromatik resolusi 15 m. Penggabungan citra dilakukan dengan metode Intensity Hue Saturation
(IHS). Uji akurasi peta dilakukan dengan cara membandingkan posisi dan luas di tanah dengan hasil
digitasi di atas citra. Posisi di tanah diukur dengan GPS (Global Positioning System) dan luas ditanah
dihitung dari data koordinat hasil pengukuran GPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra IHS
memiliki kualitas visual lebih baik dibandingkan dengan citra komposit wama RGB dan mampu
memperjelas informasi spasial citra pankromatik asli. Citra IHS dapat digunakan dengan baik untuk
revisi peta skala 1 : 25.000 khususnya untuk obyek pemukiman. Hasil digitasi citra IHS memiliki
akurasi lebih tinggi dan kesalahan luas lebih kecil dibanding citra RGB. Akurasi digitasi terhadap citra
IHS 7,98 m dan kesalahan luas rata-rata 2,04 %. Akurasi digitasi terhadap citra RGB 10,81 m dan
kesalahan luas rata-rata 4,36 %.

PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan
kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang
digunakan
untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.
Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian
permukaan
bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi
menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan
bentuk
permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis
Kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri
bawah dari
peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan
untuk
memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU
dan LS)
atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya
menggunakan
derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32' 12" BT 5° 17' 14" LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik
dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis
faring
seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern
koordinat ini
adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan,
karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan.
Rumus
jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta
dan
kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis.
Tiga arah utara tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub
Utara di
Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala
vertikal atau
sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang
ditunjukkan
oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke
Timur)
dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi
penyimpanganpenyimpangan
sudut, antara lain:
a. Penyimpangan sudut antara US - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau
Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
b. Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis
(IM) atau
Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS).
c. Penyirnpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-
Utara
Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71').
Dengan diagram sudut digambarkan
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat-sifat garis kontur, yaitu'.
a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan
tidak akan
bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti
sisir)
maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain.
Pelana
yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
9. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik
ketinggian,
yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar
atau
tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik
triangulasi
a. Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl.
1993
10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh
manusia
maupun oleh alam. Legenda peta yang penting
untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain
Peta Topografi Lengkap Bulan Pertama Berhasil Dibuat
Kelompok Kajian yang dipimpin oleh Araki Hiroshi, asisten profesor pada National Astronomical
Observatory Jepang berhasil membuat peta topografi lengkap bulan pertama didunia, yang
menggambarkan tinggi rendahnya permukaan bulan.

Menurut Situs berita Yomiuri Sabtu 14 Februari, Peta Topografi ini dibuat berdasarkan data
observasi yang dikumpulkan Satelit Kaguya yang diluncurkan Japan Aerospace Exploration Agency
(JAXA).

Berdasarkan peta itu, titik tertinggi bulan merupakan gunung yang tegak pada lingkaran kawah yang
besar dan berlokasi di bagian terjauh bulan.

Perbedaan ketinggian puncak gunung dibandingkan dengan ketinggian permukaan rata-rata tanah
sebesar 10.75 kilometer, tiga kilometer lebih tinggi dibanding pengamatan terakhir. Sedangkan titik
terendah, 9.06 kilometer.

Kelompok Kajian juga mempelajari kedalaman tanah dengan menyorotkan cahaya laser dari Satelit
Kaguya dan mengukur waktu yang diperlukan cahaya untuk kembali ke satelit setelah memantul dari
permukaan bulan.

Untuk pembuatan peta topografi ini, kelompok Kajian telah melakukan pengamatan pada 6.77 juta
titik yang ada di Bulan dengan selang rata-rata lima sampai enam kilometer.

Sementara peta topografi yang saat ini dipakai, dibuat berdasarkan pengamatan pada 270.000 titik
dan tidak meliputi kawasan kutub.

Menurut JAXA, data dapat digunakan masyarakat untuk mengkaji proses pembentukan bentang
bulan saat ini.
A. MEMBACA GARIS KONTUR

1. Punggungan Gunung

Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf
U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.

2. Lembah atau Sungai

Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan
Ujung yang tajam.

3. Daerah landai datar dan terjal curam

Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya
rapat.
B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR

Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur
berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta
GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval
konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval
kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.

2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).

3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.

4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah Interval
Kontur.

C. UTARA PETA

Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya
lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan
nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.

D. MENGENAL TANDA MEDAN

Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan

orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah
dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum
berangkat ke lapangan, yaitu:

1. Lembah antara dua puncak

2. Lembah yang curam

3. Persimpangan jalan atau Ujung desa

4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak

5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.

Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.

1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.

E. MENGGUNAKAN PETA

Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah

tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:

1. Koordinat titik awal (A)

2. Koordinat titik tujuan (B)

3. Sudut peta antara A - B

4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B

5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan lintasan A -B.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah

+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.

+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.

+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan
yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.

+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan
mendaki ditempuh selama 10 menit.

+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.

+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah
perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan,
menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-lainnya.

+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan
membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis
lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk
peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan
panjang lintasan sebenarnya.
F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA

Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta.
Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A
(3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 :
6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X
dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).

b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur
derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut
menggunakan Sistem Azimuth (0" -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk
mengorientasi arah dari A ke T.

c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat
berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan.
Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.

Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
tempuh :

+ Kemiringan lereng + Panjang lintasan

+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).

+ Keadaan cuaca rata-rata.

+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).

+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

G. MEMBACA KOORDINAT

Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

1. Cara Koordinat Peta

Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini
menggunakan

a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka
Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)

2. Cara Koordinat Geografis


Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$' 27,79".
Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota
Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis
ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.

H. SUDUT PETA

Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.

Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° - 360°).


Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung
atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara).
Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan
arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang
menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.

Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya

AZIMUTH : SUDUT KOMPAS

BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas <
1800 maka sudut kompas ditambah 180°.

I. TEKNIK MEMBACA PETA

Prinsipnya . " Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan
teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita harus tahu titik
keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat
koordinatnya.

Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing,
dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan
menginterpretasikan peta.

Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah
punggungan atau sungai yang kita susuri.

Taksir Jarak : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah
perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita pergunakan.
Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat,
bahwa taksiran kita itu tidak pasti.

+10' X 10' untuk peta 1 : 50.000


+ 20' X 20' untuk peta 1 : 100.000

Untuk peta ukuran 20' X 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang khatulistiwa
(40.068 km) merupakan paralel terpanjang.

40.068 km: (360° : 20') = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km

Jadi 20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam
peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000:
50.000 = 74,2 cm.

Akibatnya I LBD peta 20' x 20' skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm.
Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.

3. Lembar Peta

Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4
bagian dengan ukuran masing-masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut
Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu
mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).

4. Penomoran Lembar Peta

a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48' 27,79" BT, dipakai sebagai meridian
pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0

b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20', tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12" sebelah
barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48' 27,79" BT - (12° + 46° 20' BT) =
8' 27,79", daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi
penomorannya tetap dibuat

Keterangan
+ Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau
Weh.

+ Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1,

2, 3, , 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II,

III LI).

+ LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No. 47/XLI.

+ Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar's mendatar.
Contoh: LP No. 47/XLI - B.

c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka
untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan'
bujur 0° Jakarta

Contoh: Lernbar Peta No. 39/XL - A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS serta 0° 40' dan 0° 50'
Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan'
Jakarta.

d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 :
25.000, 1 LBD-nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan
huruf j

e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.

Contoh

+ Batas Timur dari bujur 0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta atau 15° 40' - 12° = 3° 40'
BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).

+ Batas Selatan dan 0° Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13° 40' 6" = 7° 40' LS. Karena
terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10'. Sehingga didapat : 7° 40' - 10' = 7" 30'
LS

f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang batas Selatan
adalah 7" 30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40' X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke Selatan 13"
40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)

g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.- 110° 28' BT
dan 7° 30' LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah

+ 110° 28' - 94" 40' = 15" 48'

15° 48' X 3 = 47t' 24' (batas paling Timur)

+ 60 + 7" 30' = 13" 30'

130 30' X 3 = 40° 30' (batas paling Selatan)

h. Perhitungan di Koordinat Geografis

+ CARA I

Luas dari I Sheet peta adalah 10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 - 50.000. Sehingga di
dapat (10 X 60 - 18,5 5) - 20 = 1,617,

dibulatken menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI - B

Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.

1915
Posisi Sheet 47/XLI - B

1060 48` 27,79" + 30 40' = 110° 28' 27,79"

Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1' l4°52"

1100 28' 27,79" BT - 1' 14,52" = 110° 27' 13,27" BT

(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta).

Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92"

7° 30' LS - 25,92" = 7f' 29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).

Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS.
1915

Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah
menjadi 0,81, yang didapat dari :

{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81

Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5' X 5'

+ CARA 11

Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ' 14,39"

110° 28' 27,79" BT - 1' 14,39" = 11 Of' 27' 13,40" BT

Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87"

7° 30' LS - 25,87" = 7t' 29' 34,13" LS

Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0'' 27' 13,40" BT dan 7° 29' 34,13" LS.
1915

Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13" untuk BT dan 0,05" untuk LS. Hal ini
tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00".

Untuk penggunaan peta 5' X 5', 10' X 10' dan 20' X 20' tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya,
Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta adalah
(Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29'
34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No. 47/XLI - B" JAWAB : Posisi peta 47/XLI -
B : 110° 28' 27,79" BT sehingga 110° 27, 13,27" BT 1 10 "27' 13,27 1' 14,52" - 74,52"

74,52" : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan : 7°30' sehingga
didapat 7030' LS -7029' 34.08" = 25.92" 25,92" : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan
penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46 mm
dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Tnangulasi T.932

http://rafil-petatopografi.blogspot.co.id/2011/01/peta-topografi.html
I. PETA

A. PENGERTIAN
Peta merupakan penggambaran dua dimensi sebagian atau seluruh permukaan fisik bumi
pada bidang datar dari yang dilihat dari atas, dan diperkecil atau diperbesar dengan
perbandingan tertentu yang disebut kedar / skala.
Peta yang diperlukan untuk keperluan navigasi darat adalah peta topografi atau peta rupa
bumi atau peta kontur dengan skala sedang. Peta topografi memetakan tempat-tempat di
permukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis
kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu titik ketinggian.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung,
lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map
Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya
berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta
keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru,
dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran
Bakosurtanal biasanya berwarna.

B. JENIS-JENIS PETA
Dengan kemajuan teknologi, seluruh wujud fisik muka bumi ini dapat kita pelajari dengan
seksama dari peta sesuai dengan banyaknya data dan informasi yang disajikan (berdasarkan
luas daerah yang tergambar) maka peta dapat dibedakan menurut :

1. INFORMASI

Menurut informasi atau isinya peta dibedakan menjadi :


A. Peta Geografis
Peta Geografis (Geo=Bumi, Grafos=Catatan) menyajikan gambaran dari seluruh permukaan
fisik bumi ini, seperti Atlas Globe.
B. Peta Topografi
Menyajikan gambaran-gambaran proyeksi dari bagian-bagian permukaan bumi, seperti peta
Indonesia, peta G.Burangrang. Peta ini berskala 1:25000 – 1:250000.
C. Peta Tekhnis
Menyajikan gambaran proyeksi permukaan fisik bumi unntuk menunjang kebutuhan-
kebutuhan tekhnik tertentu, seperti peta tekhnis jaringa jalan raya, jaringan rel KA. Peta ini
berskala antara 1:25000.
D. Peta Tematik
Menyajikan data dan informasi yang mempunyai tema (topik) tertentu sehubungan dengan
kedudukan geografi-nya, sebagai contoh peta distribusi peluru kendali AS, peta kepadatan
penduduk di Indonesia, peta lahan pertanian.
E. Foto Udara
Peta yang memberikan gambaran yang aktual dari permukaan bumi.

2. SKALA

Penggolongan peta berdasarkan skala ini dibedakan menjadi peta skala besar, skala
menengah dan skala kecil, yaitu sebagai berikut :
A. Peta Skala Besar ( 1 : 1.000 s/d 1 : 25.000 )
B. Peta Skala Sedang ( 1 : 25.000 s/d 1 : 50.000 )
C. Peta Skala Kecil ( 1 : 50.000 s/d 1: 500.000 atau lebih kecil lagi )
3. TUJUAN dan PENGGUNAAN PETA

– Untuk tujuan militer, contoh : peta strategis 1 : 500.000, peta taktis 1 : 25.000, peta
penerjunan 1 : 10.000 dan lain sebagainya
– Untuk tujuan pembangunan, contoh : peta pengenalan wilayah, peta pra-rencana, peta
rencana, peta studi kelayakan dan lain-lain.

4. LUAS DAERAH

Menurut luas cakupan daerah yang dipetakan, contoh : peta Desa, peta kecamatan, peta
kabupaten, dsb.

5. PROYEKSI

Proyeksi peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai macam bentuk peta.
Proyeksi yang biasa digunakan, contoh peta Proyeksi Polieder (terbitan Jantop Hindia
Belanda), peta Proyeksi LCO (Lambert Conical Ortomorfik) terbitan sekutu, peta Proyeksi
UTM (Universal Tranfer Mercator) atau sistem perpetaan yang digunakan secara
Internasional dan peta Proyeksi lainnya.

C. BAGIAN-BAGIAN PETA

1. JUDUL PETA

Merupakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta bersangkutan. Judul peta tertera di bagian atas
tengah peta.

2. NOMOR PETA

Nomor peta merupakan nomor registrasi dari badan pembuat peta. Selain itu juga sebagai
petunjuk apabila kita memerlukan peta daerah lain di sekitar daerah yang dipetakan tersebut.
Nomor peta terdapat di sebelah kanan atas peta. Elemen pokok untuk mengidentifikasi peta
adalah :
A. Nomor Seri Peta
B. Nomor Lembar Peta
C. Keterangan Edisi
Peta topografi di Indonesia, nomor seri peta dan lembar peta merupakan satu bagian dengan
judul peta. Nomor seri peta merupakan identitas untuk daerah dan skala peta. Nomor edisi
merupakan identitas kemutakhiran dari informasi yang disajikan pada peta.

3. TAHUN PETA

Menunjukkan tentang tahun pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun peta, maka data
pada peta tersebut semakin akurat.

4. LEGENDA PETA

Memuat keterangan-keterangan pada peta yang berupa symbol / tanda, misalnya jalan,
sungai, pemukiman, dll.
5. KARVAK

Yaitu Daerah tertentu di peta yang dibagi menjadi bagian berupa bujur sangkar.
Caranya :
1. Dua angka terakhir yang berada disebelah barat / kiri dari daerah / titik yang dimaksud
2. Dua angka terakhir yang berada di debelah selatan / bawah dari daerah atau titik yang
dimaksud
3. Lembaran Peta selalu disebutkan lebih dahulu, diberi garis pemisah ( garis penghubung ),
selanjutnya disebut bujur sangkar / KARVAK.

6. ARAH UTARA

I. Utara sebenarnya/True North : Arah utara yang ditunjukkan oleh garis meridian dan
menuju ke kutub utara, atau pertemuan garis-garis meridian yang terdapat di kutub utara atau
titik poros bumi.

II. Utara Magnetis/Magnetic North : Yaitu arah utara yang ditunjukkan oleh garis tangah
jarum kompas, dan tujuannya ke kutub magnetis bumi, yaitu di pulau Ellesmere, Canada,
daerah Greenland dan adanya hanya di kompas.

III. Utara Peta/Map North : Arah utara yang terdapat pada peta. Yaitu arah utara yang
ditujukkan oleh garis tegak pada peta dan adanya hanya di peta.

7. KOORDINAT

Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik
pertemuan antara absis dan ordinat. Dalam menentukan Koordinat dilakukan diatas Peta dan
bukan dilapangan. Penunjukannya dengan system Koordinat 6 atau 8 angka.
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak (karvak) untuk membantu menentukan posisi
dipeta dalam hitungan koordinat. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, dan
untuk daerah yang lebih sempit dengan penomoran 8 angka. Koordinat ditentukan dengan
sistem sumbu yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus (garis bujur dan lintang).

Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :

1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate)


Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus
dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar
dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, detik
dan second. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai
koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah
3,71 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala
1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).

2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)


sering disebut koordinat peta. Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam
ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat
Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan
horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8
angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding
dengan 2 cm pada Peta 1 : 50.000 dan 4 cm pada Peta 1 : 25.000. Karena itu untuk penentuan
koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6
angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan
penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Dalam menunjukkan koordinat, disebutkan dari barat ke timur dan dari selatan ke utara, atau
dengan kata lain garis tegak dan garis datar, cara menyebutkannya :
1. Sebut dahulu ► OBJEK
2. Sebutkan ► NOMOR LEMBAR PETA
3. Kemudian sebutkan ► KOORDINAT

5. SKALA PETA

Adalah perbandingan jarak antara 2 titik di peta dengan jarak mendatar (horizontal) antara 2
titik yang serupa di medan sebenarnya.

Rumus Dasarnya
Jarak Peta x Skala = Jarak Mendatar

Sifat Skala
– semakin besar angka dibelakang tanda ( : ), makin Kecil skala petanya.
– semakin kecil angka dibelakang tanda ( : ), makin Besar skala petanya.

Macam-macam Skala :

A. Skala Angka / Skala Pecahan


Contohnya seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di
dunia nyata.

B. Skala Satuan
Misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada
jarak sebenarnya.

C. Skala Garis
Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu
jarak pada tiap satuan jarak yang ada. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horisontal yang
memiliki panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm/lebih untuk mewakili jarak tertentu
yang diinginkan oleh pembuat peta.

Menyatakan skala
Dengan perkataan : 1 cm = 500 m
Dengan perbandingan : 1 : 50000
Dengan pecahan : 1 / 50000

7. CONTOUR – GARIS KETINGGIAN

Merupakan Garis Khayal di atas permukaan tanah yang menghubungkan titik-titik yang sama
tingginya dan biasanya berkelok-kelok serta tertutup, atau garis yang menghubungkan titik –
titik ketinggian yang sama dari permukaan laut dan digambarkan dengan warna Coklat di atas
Peta (pada peta berwarna).
Dalam membaca Garis Ketinggian, yang perlu diperhatikan adalah mengetahui Sifat – Sifat
dari Garis Ketinggian.

Macam-macam Garis Ketinggian antara lain :


1. Garis Ketinggian yang digambarkan Tipis.
2. Garis Ketinggian yang digambarkan Tebal
3. Garis Ketinggian yang digambarkan Terputus-Putus.

Maksud adanya garis ketinggian, yaitu :


1. untuk mengetahui tinggi suatu tempat dari permukaan air laut
2. untuk mengetahui bentuk medan yang sebenarnya.

Sifat – Sifat dari Garis Ketinggian

1. Garis Ketinggian satu dengan yang lainnya tidak saling berpotongan dan tidak bercabang.
2. Garis ketinggian pertama telah mempunyai harga yang paling tinggi (puncak).
3. Garis ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian yang lebih tinggi,
kecuali daerah depresi / cekungan yang diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah,
danau, dll.
4. Untuk daerah yang Landai, Garis Ketinggian akan saling berjauhan, sedangkan daerah
Terjal mempunyai Contour yang saling berdekatan / rapat.
5. Garis ketinggian berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak merupakan
Punggungan
6. Garis ketinggian yang berbentuk n yang ujungnya tajam menjorok mendekati kepuncak
merupakan Lembahan. Kontur lembahan biasanya rapat dan terdapat sungai.
7. Pelana / Saddle, daerah lembah tidak terlalu dalam (landai), rendah dan sempit diantara
dua garis ketinggian yang sama tingginya, tetapi terpisah antara satu dengan lainnya. Pelana
yang terdapat diantara 2 gunung besar, disebut Pass.
8. Coll, daerah lembah yang dalam diantara 2 titik ketinggian.
9. Garis ketinggian ke-sepuluh (10) digambarkan lebih tebal, kecuali ditentukan lain.
10. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di
lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap
diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
11. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu
pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk .
12. Interval garis kontur adalah skala : 2000

NB: ketentuan lain tersebut terdapat pada legenda peta

8. TITIK TRIANGULASI

Selain dari garis – garis ketinggian kita dapat pula mengetahui tingginya suatu tempat dengan
pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya dinamakan Titik Triangulasi.
Titik Triangulasi adalah suatu titik atau tanda merupakan Pilar / Tonggak yang menyatakan
Tinggi Mutlak suatu tempat dari permukaan Laut.
Titik Triangulasi ini digunakan oleh Jawatan Topografi untuk menentukan tinggi suatu
tempat atau letak suatu tempat dalam pengukuran secara ilmu pasti pada waktu pembuatan
peta.

TINGGI MUTLAK
1. Diukur dari permukaan Laut, merupakan Standarisasi pengukuran
2. Tinggi Mutlak digunakan untuk menentukan Tinggi Sebenarnya dari permukaan Laut.

TINGGI NISBI

Diukur dari tempat dimana benda itu berada, biasanya diukur dari permukaan tanah.

10. IKHTILAF – IKHTILAF

Karena pengaruh rotasi bumi, letak Kutub Magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh
karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbangkan adanya deklinasi
( penyimpangan ), diantaranya ikhtilaf peta, ikhtilaf magnetis, ikhtilaf peta magnetis, dan
variasi magnetis.

1. Ikhtilaf Peta
Ialah Sudut yang dibentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Peta, baik ke Barat maupun
ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Sebenarnya.
IP = US + UP

2. Ikhtilaf Magnetis
Ialah Sudut yang dibentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Magnetis, baik ke Barat
maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Sebenarnya.
IM = US + UM

3. Ikhtilaf Utara Peta – Utara Magnetis ( Sudut Peta Magnetis )


Merupakan Sudut yang dibentuk oleh Utara Peta dengan Utara Magnetis, baik ke Barat
maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Peta.
SPM = UP ± UM

Membaca Peta

Yang terpenting dalam bernavigasi adalah kemampuan membaca peta dan


menginterpretasikan / membayangkan keadaaan medan sebenarnya, yang meliputi
kemampuan membaca kontur, menentukan ketinggian tempat dengan pertolongan titik
triangulasi dan kemampuan mengenal tanda-tanda medan. Pengertian akan tanda medan ini
mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan.

VARIASI MAGNETIS

Ialah Perbedaan Ikhtilaf Magnetis pada waktu – waktu yang berlainan.


Variasi Magnetis pada beberapa tempat tidak sama, variasi magnetis ini ditulis dibagian
bawah Peta Topografi untuk menentukan deklinasi dan Variasi Magnetis untuk Peta
Topografi Indonesia yang baru digambarkan dengan diagram sudut yang terdapat disebelah
kiri bawah Peta.

Disamping itu juga dinyatakan beberapa Variasi Magnetis rata – rata tiap tahun. Ada juga
diantaranya yang tidak menggambarkan Ikhtilaf Peta yang ada hanya Ikhtilaf Magnetisnya
saja.
Untuk mencari Ikhtilaf Petanya harus dilihat dekat batas kiri / kanan peta tertulis kata- kata
GRID DECLINATION yang artinya sama dengan IKHTILAF PETA.
Kalau GRID DECLINATION tidak ada berarti Utara Peta dengan Utara Sebenarnya sejajar.

INCREASE – DECREASE

Bilamana suatu Variasi Magnetis Bertambah sehingga setiap tahunnya makin lama makin
bertambah, maka disebut Increase.

Bilamana suatu Variasi Magnetis berkurang sehingga setiap tahunnya makin lama makin
berkurang, maka disebut Decrease.

SUDUT PETA

Ialah Sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yaitu satu menuju Utara Peta dan satunya lagi
menuju Sasaran.

CARA MENGUKUR SUDUT PETA

Misalnya kita mengukur Sudut Peta dari titik A ke titik B diatas Peta, dengan cara sebagai
berikut :
• Tarik 2 buah garis dari titik A, masing-masing menuju ke arah Utara Peta dan menuju ke
arah Sasaran
• Ukur sudutnya dari arah garis yang menuju Utara Peta ke garis yang menuju titik B dengan
menggunakan Busur Derajat / Protractor sesuai dengan arah Perputaran Jam.
Catatan :
• 0 derajat harus ditempatkan / disimpan paling atas
• Jika sudutnya 180 derajat ke arah kiri
• Setelah itu baca pada Busur Derajat / Protractor berapa Sudut Petanya atau berapa Skala
Derajatnya

SUDUT PETA = SUDUT KOMPAS ± (UP.UM)

SUDUT KOMPAS

Ialah Sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yang satu menuju Utara Magnetis dan satu lagi
menuju Sasaran.

CARA MENGUKUR SUDUT KOMPAS

Menentukan Sudut Kompas dengan Kompas Prisma di suatu medan sbb :


• Buka Kompas dan tutupnya tegakkan ke atas
• Tutupkan Prisma ke atas Kaca Kompas
• Tarik cincin Ibu Jari jauh ke bawah, lalu masukkan Ibu Jari ke dalam cincin dan letakkan
jari telunjuk menekan kotak kompas.
• Bawalah atau dekatkan Kompas kedepan mata.
• Arahkan Kompas pada Sasaran yang dituju dengan melihat celah melalui bidikan pada
prisma, sejajarkan garis rambut / gari tengah dengan Sasaran
• Lalu lihat angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk didalam kompas, itulah Sudut
Kompas yang dimaksud.
SUDUT KOMPAS = SUDUT PETA ± (UP.UM 2013)

II. KOMPAS

A. PENGERTIAN

Merupakan penunjuk arah mata angin dengan ketentuan sudut derajat dari arah utara
magnetis bumi. Kompas yang biasa digunakan untuk keperluan navigasi darat dapat
dibedakan menurut kegunaannya dan menurut cara melihat angka di dalam lingkaran
sudutnya.

B. FUNGSI

Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara magnetis.
Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan menunjuk arah utara-selatan (jika tidak
dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat
bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi
bukan arah utara sebenarnya.
Secara fisik, kompas terdiri atas :
a) Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya berada.
b) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya.
c) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.

C. JENIS-JENIS KOMPAS

Berdasarkan kegunaannya ada Kompas Bidik, yaitu kompas yang penggunaannya


dikhususkan untuk menentukan azimuth dengan cara dibidik. Kompas Orienteering, yaitu
jenis kompas yang penggunaannya khusus untuk orientasi peta, tetapi masih bisa digunakan
untuk membidik walaupun kurang tepat (kecuali model-model tertentu).
Berdasarkan cara melihat lingkaran derajatnya, ada Kompas Prisma, Kompas Lensa dan
Kompas Cermin.
Kompas yang baik pada ujungnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap.

D. PEMAKAIAN KOMPAS

Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi.
Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung
logam, seperti pisau, golok, karabiner, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda
tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.
Pada dasarnya cara pengggunaan kompas ditekankan pada urutan-urutan yang benar
menggunakan kompas, yaitu sebagai berikut :
1. Buka bagian penutup (untuk kompas yang ada penutupnya)
2. Jauhkan kompas dari gangguan lokal dan benda-benda yang mengandung medan magnet
3. Pegang / letakkan kompas dengan datar ( horizontal )
4. Bidik sasaran yang dituju dimana celah bidik, garis bidik dan sasaran bidik berada pada
satu garis lurus.
5. Baca / lihat besar sudut dari bagian untuk melihat angka-angka derajat (untuk kompas
bidik).

E. BERJALAN MENURUT ARAH KOMPAS


Kadangkala di lapangan kita dituntut untuk melakukan pergerakan menurut arah kompas
yang telah kita tentukan. Pada prinsipnya dalam melakukan pergerakan dengan sasaran bidik
yang telah ditentukan harus kontras dengan keadaan sekitarnya dan sejauh mata memandang,
tetapi di lapangan kita sulit untuk menentukan sasaran bidik yang kontras dengan keadaan
sekitarnya, untuk mengatasinya dengan bantuan teman kita sebagai sasarannya (man to man)
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
– Ikuti urutan menggunakan kompas yang benar
– Bidik sasaran / tujuan dengan kompas melalui celah bidik
– Sejajarkan garis pada permukaan kaca kompas dengan arah utara kompas.
– Dengan sejajarnya arah utara kompas dengan garis pada permukaan kaca kompas, maka
Arah celah bidik kompas adalah arah yang kita tuju.

III. ALTIMETER

Altimeter merupakan alat Pengukur Ketinggian yang bisa membantu dalam menentukan
posisi.
Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan kompas sering tidak
banyak membantu, disini altimeter lebih bermanfaat. Dengan menyusuri punggungan-
punggungan yang mudah dikenali di peta, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan,
yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter :
 setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi, dengan cara periksa ketelitian altimeter di
titik-titik ketinggian yang pasti. Contohnya di tepi laut atau Stasiun kereta api.
 Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan perubahan temperatur.

IV. PROTRACTOR

Protractor adalah alat yang berbentuk persegi empat yang digunakan untuk mempermudah
kita menentukan koordinat dan sudut pada peta.
Biasanya 1 buah protaktor memiliki 3 skala yang berbeda, namun tidak dapat digunakan
untuk membaca koordinat geografis yang di dalamnya terdapat :
• Pembagian Derajat
• Pembagian Peribuan
• Skala Koordinat 1 : 100.000 1 : 50.000 1 : 25.000
• Titik Pusat untuk Pembagian Derajat dan Peribuan adalah titik silang pada tengah – tengah
Protractor.
• Tanda Indeks dan untuk Skala Koordinat adalah Sisi Tegak dan Siku – siku segi-tiga

Protractor dapat dipergunakan untuk :


1. Menentukan Sudut Peta
2. Plotting Sudut Peta
3. Plotting Koordinat
4. Menentukan Koordinat

MENGENAL TANDA MEDAN

Kemampuan mengenal tanda medan sangatlah mutlak untuk dikuasai jika kita hendak
melakukan navigasi darat. Tanda-tanda medan dapat dijadikan acuan untuk penentuan lokasi
dan pengenalan medan supaya arah perjalanan tidak melenceng hingga terjadi hal-hal buruk
seperti tersesat. Tanda-tanda medan dapat dikenali dari bentang alam yang ada di sekitar,
misalnya punggungan, puncak bukit, jalan setapak, jalan raya, sungai, tebing, muara, anak
sungai, pemukiman atau daerah tertentu.
Disamping kita mengenal tanda medan / objek di peta, kita juga bisa menggunakan tanda-
tanda medan / objek sebenarnya di lapangan yang mudah dikenali di peta. Beberapa tanda
medan dapat kita baca di peta sebelum kita berangkat menuju lokasi, tapi kemudian kita
harus cari tanda tersebut di lokasi :
– Puncak gunung atau bukit, punggungan, lembah diantara dua puncak dan bentuk-bentuk
tonjolan lainnya yang menyolok
– Lembah yang curam, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, samping
jalan
– Bila kita berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas,
begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil,
pemukiman penduduk dan lain sebagainya.

TEKNIK PETA KOMPAS


Azimuth dan Back Azimuth, Resection, Intersection, Analisa Perjalanan
TAK AKAN LUPUT DARI PETA DAN KOMPAS JIKA ANDA BERADA DI SUATU
TEMPAT

1. TEKNIK PETA KOMPAS

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara
praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis).

Langkah-langkah Orientasi Peta adalah sebagai berikut :

a) Letakkan peta pada bidang datar.


b) Buka tutup kompas prisma dan Letakkan kompas diatas peta
c) Sejajarkan antara sumbu utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian
letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.

Orientasi Medan, gunanya untuk mengenali posisi medan sebenarnya di peta dan mengenali
tanda di peta pada medan sebenarnya.
Orientasi Medan dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok dengan mudah.
b) Lakukan Orientasi Peta
c) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan
tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
d) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta,
ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.

Sebelum anda mulai orientasi medan, kenali dulu tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini
bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bukit,
sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang
terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta.

2. AZIMUTH DAN BACK AZIMUTH

Azimuth ialah Sudut Mendatar yang besarnya dihitung dan diukur sesuai dengan arah
jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap, yaitu arah utara.
Secara praktis adalah besar sudut yang dibentuk antara utara magnetis (nol derajat) dengan
titik/sasaran yang kita tuju, azimuth juga sering disebut Sudut Kompas. Ada tiga macam
Azimuth yaitu :
a) Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik
sasaran;
b) Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran;
c) Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.
Untuk keperluan praktis, pada navigasi ini kita gunakan Azimuth Magnetis.

Back Azimuth adalah Besar Sudut kebalikan / kebelakang dari Azimuth.


Cara menghitungnya :

Jika, Az 180 derajat , Maka; Baz = Az – 180 derajat


Jika, Az = 180 derajat , Maka; Baz = 0 derajat atau 360 derajat

3. ANALISA PERJALANAN

Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang
akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah
jarak, waktu dan tanda medan.

a. Jarak
Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah
jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat
memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan
memproyeksikan lintasan, kemudian mengalikannya dengan skala untuk memperoleh jarak
sebenarnya.
Perhitungan untuk menentukan jarak :
Skala = Jarak Peta : Jarak Datar

Jarak Datar = Skala x Jarak Peta

Jarak Peta = Jarak Datar : Skala

b. Waktu
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa
lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk
menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.

c. Medan Tidak Sesuai Peta


Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang
banyak Sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering
ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan
banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.
Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali
peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka
banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu
gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan.
Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti
punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection).
Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.

4. RESECTION

Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali.

Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda
medan. Tidak selalu tanda medan yang harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai,
sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan
lainnya yang dibidik.

Langkah – Langkah melakukan Resection :

a) Lakukanlah orientasi medan (dapatkan minimal 2 tanda medan)


b) Tandai kedudukan tanda medan tersebut di peta dengan membuat salib sumbu pada pusat
tanda-tanda medan yang sudah dikenali di peta dan di lapangan.
c) Bidikkan kompas ke tanda medan tersebut dan catat sudut kompasnya (Azimuth).
d) Hitung SPM tahun berjalan dan pindahkan hasilnya ke sudut peta
e) Hitung Back Azimuth dari hasil perhitungan tersebut.
f) Tarik garis sudut peta dari tanda medan yang sudah kita bidik sesuai dengan hasil
perhitungan, hingga garisnya berpotongan.
g) Perpotongan garis tersebut adalah kedudukan kita di peta.

Resection dapat dilakukan dengan minimal 2 tanda medan, yaitu :


1) 2 titik ketinggian
2) 1 titik ketinggian dengan sungai
3) 1 titik ketinggian dan jalan setapak
4) Jalan setapak / sungai dengan altimeter
5) 1 titik ketinggian dengan altimeter.

5. INTERSECTION

Intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua
atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan.

Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat
dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di
peta dan kondisikan agar objek tetap dapat terlihat saat kita berpindah posisi.

Langkah – Langkah melakukan Intersection :

a) Lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita di peta.


b) Bidik obyek yang kita amati.
c) Hitung SPM tahun berjalan, pindahkan hasilnya ke sudut peta.
d) Bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c;
e) Tarik garis sudut peta dari posisi kita di peta sesuai dengan hasil perhitungan, hingga
garisnya berpotongan. Perpotongan garis dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek
yang dimaksud.
6. Menentukan Arah Lintasan

Dalam menentukan arah lintasan dapat mempergunakan 2 cara, yang pertama dengan
tracking kompas, atau mengunci arah kompas searah dengan sudut peta sesuai dengan arah
yang dituju. Yang kedua adalah dengan mencari punggungan yang paling lebar untuk
mencapai tempat yang dituju.
kedua cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dimana sebaiknya cara
yang dipilih disesuaikan dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan.

SEBELUM, KETIKA DAN SETELAH SELESAI BERNAVIGASI , JAGALAH


PERALATAN YANG KITA GUNAKAN AGAR TETAP BAIK KONDISINYA.

Advertisements

Share this:

 Twitter
 Facebook160

Categories MATERI KEGIATAN ALAM BEBAS

1 Comment Post your own or leave a trackback: Trackback URL

1. iren

October 29, 2014 at 9:35 am

dangke.
materinya sangat bermanfaat

Reply

Leave a Reply
Geologi Dinamik

2.1 Peta Topografi

Peta adalah bayangan rupa bumi yang digambarkan di bidang datar (bidang gambar) dengan
skala tertentu, sedangkan peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur asli dan
buatan manusia di atas permukaan bumi. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal maupun
diidentifikasi dan pada umumnya untuk memperlihatkan keadaan yang sesungguhnya.

Pengertian lain mengenai peta topografi ada dua, yaitu:


a. Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta bangunan alami maupun buatan
manusia yang ada di atasnya.
b. Peta yang menggambarkan relief/sifat permukaan bumi yang digambarkan dengan garis
kontur.

2.1.2 Garis Kontur

Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian yang sama terhadap bidang refrensi yang digunakan. Kecuraman dari suatu lereng
(stepness) dapat ditentukan dengan adanya interval kontur dan jarak antara dua kontur,
sedangkan jarak horizontal antara dua garis kontur dapat ditentukan dengan cara interpolasi.
Garis kontur tidak boleh saling berpotongan satu sama lain. Selain itu garis kontur harus
merupakan garis yang tertutup baik di dalam maupun di luar peta.

Contoh Garis Kontur

Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut:


1. Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop), kecuali pada batas peta.
2. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin saling berpotongan.
3. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian alam, kecuali
buatan manusia).
4. Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu, kecuali pada bagian tanah
yang vertikal akan digambarkan sebagai garis yang berimpit.
5. Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin rapat.
6. Semakin landai kondisi tanah, kontur yang digambarkan semakin jarang.
7. Garis kontur yang melalui tanjung/lidah bukit akan cembung kearah turunnya tanah.
8. Garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan cembung kearah titik atau hulu lembah.
9. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung kearah hulu sungai.
10. Garis kontur yang memotong jalan akan cembung kearah turunnya jalan.

Garis kontur merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan
digunakan untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan bumi yang dipetakan.
Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa pentingnya garis kontur antara lain untuk
pembuatan trace jalan/rel dan menghitung volume galian dan timbunan.
http://radarjuve.blogspot.co.id/2013/07/pengertian-peta-topografi-dan.html
Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas
atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan
interval vertikal yang reguler.
semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang
disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur
adalah jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval
kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di
bagian bawah tengah di atas skala grafis.

Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya berwarna cokelat atau oranye). Setiap
kontur keempat atau kelima (tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan garis yang lebih tebal.
Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan kontur dan menghitung kontur untuk menentukan tinggi. Angka
(ketinggian) kontur diletakkan pada bagian kontur yang diputus, dan diurutkan sedemikian rupa agar terbaca searah dengan
kemiringan ke arah atas (lebih tinggi).
Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih dari 40 mm sesuai skala peta dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu ini
sangat berarti terutama jika ada gundukan kecil pada daerah yang datar. Kontur bantu digambar pada peta berupa garis
putus-putus untuk membedakan dengan kontur standar.

Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000
Bentuk Kontur
Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya. Kontur-kontur yang
berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal, kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang
landai. Jika kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka kemiringannya teratur.
Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:

1. Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada, tetap akan bertemu kembali di titik awalnya.
Perkecualiannya adalah jika kontur masuk ke suatu daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal, karena ketiadaan
ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan
dengan simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar dari simbol tersebut.

2. Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng disebut konveks (cembung), dan memberikan
pandangan yang pendek. Jika sebaliknya, yaitu merenggang, maka disebut dengan konkav (cekung), dan memberikan
pandangan yang panjang.

3. Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat maka permukaan lapangannya merupakan
daerah yang undulasi (bergelombang).

4. Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-patah. Kontur-kontur yang halus belokannya
juga menunjukkan permukaan yang teratur (tidak patah-patah), kecuali pada peta skala kecil pada umumnya penyajian
kontur cenderung halus akibat adanya proses generalisasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil
(minor).

Berbagai kenampakan kontur

Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B


Kenampakan yang tidak berubah dengan penggambaran kontur adalah bukit dan lembah. Bentuk permukaan
lahan tidak berubah cukup berarti meskipun ada bangunan gedung, jalan, pemotongan pepohanan (hutan atau
perkebunan). Penafsiran yang benar terhadap bentuk permukaan lahan membutuhkan latihan, praktek dan
pengalaman yang memadai di lapangan.
Membuat Potongan Profil

Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B pada peta berkontur, gambarlah
sebuah garis lurus pada peta antara titik-titik tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang terpotong
oleh garis. Pada gambar 5.4 kontur yang tertinggi adalah 200 meter, dan yang terendah adalah 80 meter.
Membuat Potongan Profil
Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B pada peta berkontur, gambarlah sebuah garis lurus
pada peta antara titik-titik tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang terpotong oleh garis. Pada gambar 5.4
kontur yang tertinggi adalah 200 meter, dan yang terendah adalah 80 meter.
Letakkan secarik kertas dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan tandai pada titik A dan titik B tersebut juga titik-titik
di mana kontur-kontur memotong garis. Berilah label angka tinggi.

Pemotongan Garis Kontur


Dari masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar dengan pinggiran yang sudah ditandai gambar
garis-garis paralel dengan skala yang sesuai untuk menunjukkan angka tinggi dari masing-masing kontur yang dipotong oleh
garis AB, yaitu 80 sampai dengan 200 meter. Buat sebuah tanda pada setiap garis vertikal di mana itu memotong skala tinggi
sejajar sesuai dengan tingginya pada garis AB. Gabungkan tanda-tanda ini dengan suatu garis kurva yang halus,
memungkinkan untuk membentuk lereng permukaan antara kontur-kontur di lembah dan di puncak bukit. Penggunaan kertas
milimeter atau grid akan memudahkan penggambaran.

Potongan yang menunjukkan intervisibilitas


Menentukan Gradien Jalan Pada Peta
Kemiringan suatu lereng (slope) biasanya didefinisikan sebagai suatu gradien. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah
gradien 2 dalam 16, artinya 2 unit vertikal untuk setiap 16 unit pada arah horisontal. Selama kedua unit tersebut sama pada
kedua arah, maka tidak ada bedanya apapun satuan panjangnya (meter atau pun kaki). Gradien tersebut biasanya ditulis
sebagai 2/16.

Kemiringan lereng atau slope


Kadangkala gradien dinyatakan dalam persentase. Untuk mengkonversinya adalah mengalikan perbandingan dengan
bilangan 100%, yaitu:
2/16 x 100% = 1,25%
Untuk menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak horisontal antara kontur-kontur yang berurutan
pada peta dan nyatakan dalam unit yang sama seperti pada angka interval kontur. Misalnya, jika interval kontur 10 meter dan
jarak yang diukur di peta antara dua kontur yang berurutan tersebut adalah 120 meter, maka gradien rata-ratanya antara dua
kontur adalah 10/120 = 1/12 atau 1 dalam 12 atau 8,5%.
Untuk menentukan gradien yang paling terjal dari suatu jalan, temukan titik di mana dua kontur yang berturutan saling
berdekatan, kemudian ukurlah seperti prosedur di atas.
Suatu gradien rata-rata dapat diukur dengan cara yang sama terhadap beberapa interval kontur, meskipun hal ini tidak
banyak berarti kecuali ada kemiringan lereng yang konstan pada arah yang sama.
Jika dibutuhkan untuk memeriksa bahwa gradien maksimum sepanjang suatu jalan tidak melebihi 1/6, dan interval kontur
adalah 10 meter, maka jarak antara kontur-kontur tadi tidak boleh kurang dari 6 x 10 = 60 meter. Tandailah pada sepotong
kertas suatu jarak 60 meter pada skala peta, interval kontur dapat diperiksa untuk melihat apakah jarak pada titik mana pun
lebih pendek dari jarak yang ditentukan. Jika demikian halnya maka gradiennya lebih terjal dari 1/6.

Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian
sama + 25 m terhadap referensi tinggi tertentu.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang
mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan
skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
Jadi kontur adalah suatu garis yang digambarkan diatas bidang datar melalui titik –titik yang
mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi tertentu. Garis ini merupakan tempat
kedudukan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi atau garis
khayal yang menghubungkan titik – titik yang mempunyai ketinggian yang sama.Penarikan garis
kontur bertujuan untuk memberikan informasi relief ( baik secara relative maupun absolute )
Sifat-sifat garis kontur adalah :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya
yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu lembah/jurang.
Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan. Jadi juga merupakan
jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta topografi interval kontur dibuat
sama, berbanding terbalik dengan skala peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak
informasi yang tersajikan, interval kontur semakin kecil.
Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur
tertentu; mis. Setiap 10 m atau yang lainnya. Rumus untuk menentukan interval kontur pada suatu
peta topografi adalah:
Interval Kontur = 1/2000 x skala peta
Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur yang lain yang
berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan
dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau
ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m
atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka
besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah :
75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya
5 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan
seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75
m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.
Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai
titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua titik
ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik
ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik
ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang
berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara
dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah
tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat
membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah
tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.

http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/04/garis-kontur.html
Tempatnya para petualang

 HOME
 PRIVACY POLICY
 ABOUT

Perbedaan Pengertian antara Azimuth dan


Bearing
November 11, 2015 admin Navigasi Darat 0

Azimuth dan Bearing pada banyak literatur diartikan dengan definisi yang sama untuk
penggunaan yang sama juga, yaitu sudut arah yang dibentuk dari garis utara ke suatu titik
sasaran, namun pada beberapa literatur lainnya membedakan istilah dan perhitungan antar
azimuth dan bearing dalam satuan derajat.

a. Pengertian Azimuth
Azimuth merupakan sudut horizontal yang diukur searah jarum jam dari suatu garis dasar
utara dalam sebuah lingkaran dengan nilai sudut dari 1o sampai 360o atau 1 sampai 6400
mil (lihat protractor atau nilai lempeng kompas), utara yang dimaksud bisa saja Utara
Sebenarnya, Utara Magnetis ataupun Utara Grid/Peta.
Dalam penggunaan lingkaran azimuth, pusat dari lingkaran merupakan titik asal dari azimuth
yang disebut pusat lingkaran imajiner.

b. Pengertian Bearing
Bearing merupakan sudut yang diukur ke Barat (west, W) atau ke Timur (east, E) dari suatu
garis referensi Utara (north, N) atau Selatan (south, S). Nilai bearing tidak dapat melebihi
nilai sudut 90o atau melebihi nilai seperempat lingkaran. Tiap seperempat lingkaran dari
nilai bearing disebut quadrant.

Cara menghitung sudut bearing

Untuk menyatakan suatu nilai bearing diperlukan keterangan sebagai berikut:

 Asal dari garis referensi diukur (North atau South)


 Besarnya nilai sudut
 Arah quadrant dimana sudut diukur (West atau East)

Contoh Penghitungan sudut bearing

 N 350 W
 N 430 E
 S 150 W
 S 300 E

N 350 W, artinya dari arah N (north -utara-) 350 ke arah W (west -barat-).

Gambar: Perbandingan sudut azimut dan bearing

Di kalangan penggiat alam terbuka di Indonesia standar penggunaan sudut azimuth dan
bearing lebih umum dianggap sama, namun dalam memperkaya wawasan tidak ada salahnya
sekali-kali menggunakan penyebutan sudut kompas dan sudut grid dengan istilah bearing
yang menggunakan empat quadrant empat arah mata angin.
Baca juga

Pengertian Sudut, Alat Pengukur Sudut dan Cara Menghitung Sudut Peta

Teknik Berjalan dengan Sudut Kompas, Langkah-langkah dan Cara Mengatasi

Rintangan dalam Perjalanan Pengertian Titik Triangulasi pada Peta

Pengertian Azimuth dan Back Azimuth serta Cara Menghitungnya dilengkapi

dengan Contohnya Pengertian Navigasi Terlengkap

Pengertian Resection dan Langkah-langkahnya Pengertian Intersection dan

Langkah-langkahnya Pengertian dan Cara Menentukan Titik Koordinat Geografis


pada Peta RBI Bakosurtanal

Previous

Pengertian Azimuth dan Back Azimuth serta Cara Menghitungnya dilengkapi dengan
Contohnya
Next

Pengertian Sudut, Alat Pengukur Sudut dan Cara Menghitung Sudut Peta

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Comment

Name *

Email *

Website

Inklinasi dan Deklinasi Bumi


18:26 Posted by ahmad al imbron No Comments

Penyimpangan jarum kompas itu terjadi karena letak kutub-kutub magnet bumi tidak tepat
berada di kutub-kutub bumi, tetapi menyimpang terhadap letak kutub bumi. Hal ini menyebabkan
garis-garis gaya magnet bumi mengalami penyimpangan terhadap arah utara-selatan bumi. Akibatnya
penyimpangan kutub utara jarum kompas akan membentuk sudut terhadap arah utara-selatan bumi
(geografis). Sudut yang dibentuk oleh kutub utara jarum kompas dengan arah utara-selatan geografis
disebut deklinasi. Penyimpangan kutub utara jarum kompas akan membentuk sudut terhadap bidang
datar permukaan bumi. Sudut yang dibentuk oleh kutub utara jarum kompas dengan bidang datar
disebut inklinasi. Alat yang digunakan untuk menentukan besar inklinasi disebut inklinator (Afdan,
2011).
Survey magnetik yang dilakukan merupakan survey magnetik rinci. Jarak antar titik ukur
serapat ungkin untuk menghindari terlalu banyaknya interpolasi pada peta magnetik yang dihasilkan.
Peta anomali magnetik yang dihasilkan masih dipengaruhi oleh arah inklinasi medan magnet bumi
pada dearah penyelidikan sehingga maksimum profil anomali tidak berhubungan langsung dengan
posisi sumber benda penyebab anomali. Untuk menghilangkan pengaruh sudut inklinasi magnetik
maka dilakukan filter reduksi ke ekuator (Blakely, 1995).

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan
magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitaskemagnetannya. Parameter fisis
tersebutmeliputi :

- Deklinasi (D), yaitu sudut antara utaramagnetik dengan komponen horizontal yang dihitung dari
utara menuju timur

- Inklinasi(I), yaitu sudut antara medanmagnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari
bidang horizontalmenuju bidang vertikal ke bawah.

- Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal.
Headline

10 Penyebab Penipisan Lapisan Ozon dan Efek Rumah Kaca

10:07:14 am

Wednesday 17th, May 2017 /

22 December,2015

 Home
 Iklim
 Hutan
 Meteorologi
 Tanah
 Hidrologi
 Ilmu Sosial
 Geologi
 Samudera

Sponsors Link

Home » kartografi » Jenis jenis Peta dan Fungsinya

Jenis jenis Peta dan Fungsinya


Sponsors Link

Pada awal abad ke-2 (87M -150M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan


mengenaipentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan
dan diberinama “Atlas Ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi.
Sedangkanorang ahli membuat peta disebut kartografer. Untuk menggambarkan
kenampakan-kenampakan permukaan bumi pada peta,seorang pembuat peta harus menguasai
bidang ilmu. Erwin Raisz menyatakan bahwa seorang kartografer harus menguasai 50%
geografi,30% seni,10% matematika,dan 10% ilmu lainnya.

Sponsors Link
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu
sistem proyeksi atau gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil dengan
bidang datar,sebagaimana kenampakannya dari atas udara yang dilengkapi skala, mata angin,
dan simbol-simbol. Dengan kata lain,peta adalah gambaran permukaan bumi yang diperkecil
dengan skala. Agar dapat dipahami oleh pengguna/pembaca,maka peta harus diberi tulisan
dan simbol-simbol.

Berikut adalah penjelasan mengenai Jenis jenis peta :

Berdasarkan Isinya
Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis peta berdasarkan isinya

1. Peta umum

Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum. Peta umum ini
memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis (alam)
maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis misalnya sungai, gunung, laut, danau
dan lainnya. Kenampakan sosial budaya misalnya jalan raya, jalan kereta api, pemukiman
kota dan lainnya. Disebut peta umum karena peta ini bersifat umum sehingga dapat
digunakan untuk umum dengan berbagi macam tujuan. Unsur-unsur yang disajikan tidak
hanya satu atau dua jenis saja tetapi peta menyajikan semua unsur di muka bumi ini dengan
memperhitungkan skala yang umumnya sangat terbatas.

Jenis peta umum yaitu:

 Peta Topografi

Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya permukaan
bumi. Dalam peta topografi digunakan garis kontur (countur line) yaitu garis khayal yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama. Pada peta topografi
sendiri,garis kontur digmbar dengan warna coklat muda. Kontur berguna untuk memberikan
informasi relatif tentang relief. Relief ini merupakan suatu bentuk yang memperlihatkan
perbedaan dalam ketinggian dan kemiringan dari bentuk-bentuk yang tidak sama di
permukaan bumi. Relief dihubungkan dengan suatu bentuk atau model keseluruhan muka
bumi dalam bentuk tiga dimensi. Selain itu peta topografi juga digunakan sebagai dasar
dalam pembuatan peta-peta tematik seperti,peta kehutanan, peta pariwisata, peta penggunaan
lahan,dan sebagainya.

Di Indonesia pemetaan topografi dikerjakan oleh Jawatan Topografi (jantop) Angkatan Darat
dengan koordinasi Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Peta
yang dihasilkan setelah jadi dapat diperjualbelikan secara bebas. Peta Rupa Bumi Indonesia
(RBI) merupakan peta yang sejenis dengan peta topografi. Peta ini dibuat dan dikoordinasi
oleh Bakosurtanal. Peta tersebut mempunyai isi dan sifat yang sama dengan peta topografi.
Perbedaan kedua peta tersebut hanya pada sistem proyeksi serta pengambilan data di
lapangan. Peta topografi dalam perolehan data di lapangan lebih banyak menggunakan survei
dan pengukuran lapangan, sedangkan peta RBI dengan cara kompilasi dari foto udara.

Objek yang disajiakan oleh peta topografi maupun peta RBI yaitu:
a. Unsur buatan manusia

 Unsur-unsur perhubungan, meliputi jalan dan jalur kereta api


 Gedung-gedung, meliputi perumahan dan bangunan lain seperti mesjid, kantor, dan
sebagainya
 Konstruksi-konstruksi lain,seperti : bendungan, jalur pipa, waduk penyimpanan air, dan lain-
lain
 Unsur luasan atau daerah khusus,meliputu daerah yang ditanami seperti perkebunan dan
taman
 Batas-batas,meliputu batas adminstratif seperti batas provinsi, kabupaten, sampai batas
terkecil yang bisa dilihat

b. Unsur alam

 Unsur hidrografi,termasuk sungai,danau,dan garis pantai


 Tanaman (vegetasi),pada umumnya dikelompokkan menurut jenis atau faktor lain yang
berhubungan
 Unsur lain seperti: permukaan es,salju,pasir,dan lain-lain

Selain menggambarkan unsur-unsur di atas,peta topografi maupun peta RBI juga


menggambarkan titik-titik ketinggian. Titik ketinggian ini di peta ditulis dengan harga atau
angka yang digunakan untuk memperlihatkan ketinggian suatu tempat di atas atau di bawah
permukaan laut. Pengukuran hanya dilakukan pada tempat-tempat penting saja,misalnya:
puncak bukit, pertemuan sungai, dasar lembah, perubahan lereng, dan sebagainya.Inilah
kelebihan peta topografi yakni dengan menggambarkan peta dengan objek titik ketinggian
maka kita dapat mengetahui ketinggian suatu tempat dan untuk memperkirakan tingkat
kecuraman atau kemiringan lereng.

 Peta chartography (kartografi) – Merupakan peta yang menggambarkan sebagian


permukaan bumi. misalnya peta yang hanya menggambarkan benua atau setengah bola
bumi
 Peta Chorografi – Peta chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian
permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil antara 1 : 250.000 sampai 1:1.000.000 atau
lebih. Peta chorografi menggambarkan daerah yang luas, misalnya propinsi, negara, benua
bahkan dunia. Dalam peta chorografi digambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu
wilayah di antaranya pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya,jalan kereta api, batas
wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain. Atlas adalah kumpulan dari peta chorografi
yang dibuat dalam berbagai tata warna.
 Peta Indonesia – Peta ini menggambarkan wilayah Indonesia secara keseluruhan
 Peta dunia – Peta ini merupakan peta yang menggambarkan seluruh bagian permukaan bola
bumi.

2. Peta Khusus (Tematik)

Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya menggambarkan satu atau dua
kenampakan pada permukaan bumi yang inginditampilkan. Dengan kata lain, yang
ditampilkan berdasarkan tema tertentu.Peta khusus ini yang menggambarkan kenampakan-
kenampakan (fenomena mengenai unsur unsur geosfer) tertentu, baik kondisi fisik maupun
sosial budaya. Pada peta tematik,objek yang disajikan dalam bentuk gambar dengan
menggunakan simbol-simbol serta mempunyai tema tertentu sesuai dengan maksud
tujuannya. Peta tematik bisa dibuat sesuai dengan tema yang diperlukan,misalnya dalam
perencanaan suatu daerah, administrasi, manajemen, perusahaan-perusahaan,
pendidikan,militer, dan sebagainya.

Selain itu alam perkembangan ilmu pengetahuan,peta tematik mepunyai hubungan yang erat
dalam hal penyajian data untuk keperluan perencanaan dalam bidang-bidang tertentu,
seperti:geologi, geografi, pertanahan, perkotaaan, sosial ekonomi, kependudukan, dan
sebagainya. Untuk penggambaran peta tematik diperlukan peta dasar sebagai kerangka yang
menggambarkan batas wilayah, sungai, dan jalan ataupun yang lainnya. Pada peta dasar
tersebut kemudian data-data tematis dapat dipetakan. Data yang digambarkan pada peta
tematik dapat diperoleh dari hasil survei atau pengukuran langsung dari foto udara maupun
dari data-data statistik.

Contoh peta khusus yakni:

 Peta curah hujan (isohyet) – Peta ini merupakan peta yang menjelaskan banyaknya curah
hujan yang sama di suatu tempat
 Peta kepadatan penduduk – Peta ini menggambarkan perbandingan jumlah penduduk di
suatu wilayah dengan luas daerahnya.

sponsored links

Dari peta kepadatan penduduk untuk membedakan kepadatan penduduk tiap wilayah
ditunjukkan dengan perbedaan warna. Berdasarkan legenda (keterangan) pada peta kita dapat
mengidentifikasi bahwa misalnya warna hitam menunjukkan kepadatan penduduknya lebih
dari 701 orang setiap 1 km2,warna agak hitam menunjukkan kepadatan penduduknya antara
400 orang sampai 700 orang setiap 1 kilometer persegi dan warna putih menunjukkan
kepadatan penduduknya kurang dari 400 orang setiap 1 kilometer persegi.

 Peta penyebaran hasil pertanian


 Peta penyebaran hasil tambang,
 Peta jalur penerbangan atau pelayaran
 Peta anomali gaya berat
 Peta tata guna lahan
 Peta pendaftaran tanah
 Peta kriminalitas. Peta ini menggambarkan persebaran kejahatn di suatu wilayah atau
daerah
 Peta geologi. Peta ini merupakan peta yang menggambarkan struktur batuan dan sifat-
sifatnya yang dapat mempengaruhi bentuk-bentuk permukaan tanah.
 Peta irigasi. Peta ini adalah peta yang menggambarkan tentang aliran sungai, waduk,
bendungan air, dan saluran irigasi.
 Peta transportasi. Peta ini adalah peta yang mennjelaskan jalur-jalur lalu lintas baik di darat
maupun udara
 Peta lokasi. peta ini merupakan peta yang menggambarkan letak suatu tempat di
permukaan bumi di lapisan atmosfer.
 Peta arkeologi. Peta yang menggambarkan penyebaran letak benda-benda atau peninggalan
purba
 Peta tanah. Peta tanah ini adalah peta yang menggambarkan dan menggolongkan jenis jenis
tanah dengan tingkat aktivitas manusia.
 Peta penggunaan lahan. Peta ini merupakan peta yang menggambarkan bentuk penggunaan
tanah yang ada hubungannya dengan lingkungan geografis dan aktivitas manusia dan ruang
publik untuk kehidupan.
Pada beberapa jenis peta yang menggambarkan tema tertentu (peta tematik) biasanya
dilengkapi dengan data-data yang menyangkut unsur-unsur geografi seperti:;

 Luas wilayah keseluruhan dan bagian-bagiannya


 Lokasi suatu wilayah termasuk batas-batas administrasinya
 Letak, jarak, dan arah suatu tempat dengan tempat lainnya
 Persebaran berbagai macam jenis jenis sumber daya alam
 Persebaran kegiatan sosial ekonomi, dan budaya manusia
 Kenampakan alam atau fisik permukaan bumi atau data spesifik lainnya

Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya di
permukaan bumi (lapangan). Berdasarkan skalanya peta dapat digolongkan menjadi empat
jenis, yaitu:

1. Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100 sampai 1 :
5.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan peta tanah atau peta dalam sertifikat
tanah. oleh karena itu banyak terdapat di Departemen Dalam Negeri, pada Dinas Agraria
(Badan Pertanahan Nasional).
2. Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Peta skala
besar digunakan untuk menggambarkan wilayah yang relatif sempit, seperti peta peta
provinsi kelurahan,dan peta kecamatan. Contohnya,seperti peta provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
3. Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1:500.000.
Peta skala sedang digunakan untuk menggambarkan daerah yang agak luas seperti peta
regional berupa peta propinsi Jawa Tengah, peta propinsi maluku
4. Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau
lebih. Peta skala kecil digunakan untuk menggambarkan daerah yang relatif luas,misalnya
peta negara, benua di dunia Contohnya,seperti peta Republik Indonesia, Peta Asia Tenggara,
Peta Benua Asia, Peta Benua Eropa dan Peta Dunia.
5. Peta skala geografis. Peta ini merupakan peta yang berskala lebih kecil dari
1:1000.000,biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kelompok negara,benua,atau
dunia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar angka pembandingnya
berartiskala peta itu makin kecil.

Berdasarkan Tujuan, Bentuk, Nilai dan Sumber Data


Peta dibuat orang dengan berbagai tujuan. Berikut ini contoh-contoh peta untuk berbagai
tujuan:

1. Peta Pendidikan (Educational Map).Contohnya: peta lokasi sekolah SLTP/SMU.


2. Peta Ilmu Pengetahuan.Contohnya: peta arah angin, peta penduduk.
3. Peta Informasi Umum (General Information Map).Contohnya: peta pusat perbelanjaan.
4. Peta Turis (Tourism Map).Contohnya: peta museum, peta rute bus.

Jenis Peta Berdasarkan Bentuk Penyajian Peta

1. Peta Foto (Photo Map) – Peta ini merupakan peta yang menggambarkan bayangan bumi
dari hasil fotografis dan hasil pengambilan gambar dari udara. Dengan kata lain peta foto
merupakan peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara atau ortofoto yang dilengkapi garis
kontur,nama dan legenda.

2. Peta Garis (Line Map) – Dikatakan peta garis karena peta ini menggambarkan bentuk
bumi dalam bentuk garis atau berupa grafis atau lebih singkatnya peta yang menyajikan detail
alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan.

3. Peta digital – Peta digital ini adalah peta yang dibuat dan tersimpan dalam media
komputer baik nomor titik maupun koordinat horizontal dan vertikal pada peta tersebut.

Jenis Peta Berdasarkan Sifat Nilai Data yang Dikandungnya

Peta jenis ini dibedakan atas dua yakni:

1. Peta kuantitatif – Peta kuantitatif merupakan peta yang akan menjawab lokasi keberadaan
suatu objek beserta besar nilai objek tersebut. Contoh peta kuantitatif misalnya peta
kepadatan penduduk yang memberikan nilai jumlah penduduk per 1 km2 atau 1 ha pada
lokas-lokasi tertentu

2. Peta kualitatif – Peta ini merupakan peta yang hanya menunjukkan keberadaan suatu
objek di lokasi tertentu. Contoh peta kualitatif misalnya, peta lokasi perkebunan teh atau
perkebunan sayur-mayur di Puncak, Jawa Barat. Informasi yang diberikan dalam peta ini
tidak dilengkapi dengan nilai objek yang dimaksud.

Jenis Peta Berdasarkan Sifat Datanya

Jenis peta ini dapat dibedakan atas dua jenis yaitu:

Sponsors Link

1. Peta stasioner – Peta stasioner merupakan peta dengan sifat data yang menggambarkan
permukaan bumi yang memiliki sifat data tetap atau stabil. Contoh peta stasioner misalnya
peta batimetri (kedalaman laut),peta topografi, dan peta jalur pegunungan atau jalur gempa.

2. Peta dinamis – Peta dinamis merupakan peta yang menggambarkan keadaan permukaan
bumi yang selalu berubah-ubah atau tidak stabil. Contoh peta dinamis antara lain peta
petsebaran kepadatan penduduk atau peta jaringan jalan.

Jenis Peta Berdasarkan Sumber Data

Peta ini terdiri dari :1

1. Peta dasar (basic map) – Peta ini merupakan peta yang dihasilkan dari survei langsung di
lapangan dan dilakukan secara sistematis. Untuk melakukan pemetaan secara sistematis perlu
adanya pembakuan dalam metode pemetaan,sistem datum,sistem proyeksi peta, ukuran
lembar peta, skala peta, tata letak informasi tepi, derajat ketelitian dan kelengkapan isi, serta
pembakuan dalam kerangka geometris peta (grid and graticule). Berhubung peta ini induk ini
dapat digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan topografi, maka peta ini dapat
digolongkan sebagai peta dasar. Karena peta dasar adalah peta yang dijadikan acuan dalam
pembuatan peta lainnya, khususnya acuan untuk kerangka geometrisnya.
2. Peta turunan (derived map) – Peta ini merupakan peta yang dibuat (diturunkan)
berdasarkan acuan peta yang sudah ada,sehingga survei langsung ke lapangan tidak
diperlukan lagi. Peta turunan ini tidak dapat digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan
topografi.

Manfaat Peta

Peta selain disajikan dalam bentuk lembaran terpisah dapat juga dikumpulkan dalam satu
buku, sehingga peta yang yang dibukukan disebut atlas. Misalnya kumpulan peta-peta
provinsi di Indonesia dapat dibukukan menjadi atlas nasional Indonesia. Berdasarkan isinya,
atlas dapat dibedakan menjadi dua yakni atlas umum dan atlas khusus. Atlas umum adalah
atlas yang memuat infotmssi yang bersifat umum tentang wilayah tertentu. Berdasarkan
cakupan wilayahnya, atlas umum terdiri dari atlas nasional, atlas regional,dan atlas dunia.
Sedangkan atlas khusus adalah atlas yang memuat peta berisi informasi atau tema secara
khusus. Misalnya,atlas jalan Jakarta.

Beberapa informasi yang dapat diperoleh dalam penggunaan atau membaca peta yaitu:

 Mengetahui posisi atau lokasi relatif


 Letak suatu tempat dapat dilihat dengan menghubungkan objek yang berdekatan di
sebelahnya atau letak secara administrasi
 Letak astronomis suatu tempat ditemukan dengan arah mata angin atau orientasi pada peta.
Secara kartografi,arah utara selalu menghadap ke atas pada media peta. Untuk
menunjukkan letak suatu tempat dapat menggunakan orientasi peta tersebut. Contoh, desa
Sukamanah menempati wilayah pada bagian selatan Kecamatan Cianjur dan di sebelah timur
Kelurahan Sayang.
 Suatu lokasi ditemukan berdasarkan garis lintang dan garis bujur secara astronomis.
 Mengetahui ukuran kenampakan muka bumi. Melalui skala yang ada pada peta, kita dapat
mengukur jarak 2 tempat, panjang dan lebar, jalan atau sungai, dan luas suatu wilayah.
 Mengetahui bentuk-bentuk kenampakan bumi. Fenomena permukaan bumi pada peta
mempunyai bentuk yang bermacam-macam,misalnya kota, gunung, pelabuhan, jalan,
sungai, danau, rawa, pulau dan sebagainya. Semua perwujudan tersebut digambarkan dalam
bentuk simbol pada peta. Misalnya simbol titik warna hitam menggambarkan bangunan-
bangunan,simbol garis diperuntukkan pada sungai dan jalan serta simbol area
menggambarkan area pemukiman dan vegetasi (sawah,hutan, dan lain-lain).
 Mengetahui ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Ketinggian tempat atau lokasi dalam
suatu wilayah dapat diketahui dengan membaca titik ketinggian maupun garis kontur. Setiap
garis kontur selalu menunjukkan atau disertai angka ketinggian. Selain itu garis kontur juga
dapat menunjukkan kenampakan fisik dari suatu wilayah atau relief dan kemiringan relief.
 Mengetahui pola dan persebaran objek geografi baik bentang alam (pola aliran
sungai,persebaran hutan di Indonesia,dan sebagainya) maupun bentang budaya (pola
persebaran pemukiman,pola jaringan jalan dan kecenderungan perkembangannya).
 Mengetahui persebaran sumber daya alam dan hasil produksinya atau potensi suatu daerah.
 Membantu suatu pekerjaan atau proyek, misalnya untuk konstruksi jalan,navigasi, atau
perencanaan
 Membantu dalam perencanaan dan pembuatan suatu desain,misalnya desain jalan
 Membantu dalam menganalisis data spasial seperti perhitungan volume.

Cara menggunakan peta dengan baik

 Pembaca peta harus memiliki pengetahuan dasar peta


 Pembaca peta mengetahui cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan masalah peta
 Pembaca peta memiliki sikap dan pandangan yang kritis
 Pembaca peta mampu memiliki daya imajinasi yang kuat dan benar
 Pembaca peta terus berlatih secara teratur dalam menafsirkan dan memahami peta

http://ilmugeografi.com/kartografi/jenis-jenis-peta

http://definisipeta.blogspot.co.id/

Pengertian Resection dan Langkah-


langkahnya
November 11, 2015 admin Navigasi Darat 0
Pengertian Resection. Resection atau disebut juga cross bearing technic merupakan suatu
teknik dalam menentukan titik koordinat kedudukan di peta saat berada di lapangan dengan
menggunakan bantuan dua tanda medan atau lebih yang kelihatan di lapangan dan
diketahui di peta yang akan digunakan untuk sasaran bidikan kompas, (pada beberapa kasus
cukup dengan satu tanda medan).

Teknik resection membutuhkan bentangan alam terbuka untuk dapat menentukan dan
membidik tanda medan, seluruh tanda dan bentuk medan tidak seluruhnya mesti dibidik
dengan kompas.

Tanda-tanda medan yang dibidik merupakan tanda medan yang telah pasti diketahui di
lapangan dan penggambarannya di peta. Keberhasilan teknik resection dalam menentukan
titik koordinat suatu tempat di peta sangat tergantung dari benar-tidaknya dalam melakukan
orientasi medan. Jika salah dalam menyamakan tanda-tanda medan yang dibidik maka hasil
yang didapat dalam resectionpun akan salah.

Langkah-langkah Resection

Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam teknik resection adalah sebagai berikut:

Gambar: Langkah-langkah Resection


1. Orientasikan peta dengan benar, kemudian lakukan orientasi medan terhadap tanda dan
bentuk medan yang ada dengan tepat.

2. Tandai kedudukan dari dua titik tanda medan atau lebih yang sudah diamati baik di
lapangan maupun di peta, misalnya tanda medan A dan tanda medan B

3. Bidikkan kompas ke titik ‘A’ dan ‘B’, catat nilai azimuthnya


Misal :
Titik A = 3150
Titik B = 370

4. Hitung nilai back azimuth dari kedua titik tersebut, yaitu:


Titik A = 315º – 180º = 135º
Titik B = 37º + 180º = 217º

5. Tarik garis (plotting) dari titik A sebesar nilai back azimuth A dengan meletakkan pusat
simetris (indeks) protractor pada titik A yang telah ditentukan di peta dengan menggunakan
benang tengah protractor.

6. Tarik lagi garis dari titik B sebesar nilai back azimuth B seperti yang dilakukan terhadap
titik A dan akan terjadi perpotongan antara garis back azimuth A dengan garis back azimuth
B.

7. Titik perpotongan dari dua nilai garis back azimuth titik A dan B tersebut adalah tempat
kedudukan kita berada, misalnya titik ‘C’

8. Tentukan koordinatnya dengan menggunakan koordinat geografis (cara mekasis atau


matematis), dan atau koordinat UTM (menggunakan sistem 6 angka, 8 angka, 10 angka atau
lengkap 14 angka).

9. Sebutkan atau tulis koordinatnya dengan standar penulisan koordinat peta yaitu
menyebutkan judul dan lembar peta kemudian titik koordinatnya.

10. Selesai . . . . . . . ,

Resection dengan Satu Tanda Medan

Secara umum teknik resection membutuhkan minimal dua tanda medan untuk mendapatkan
perpotongan garis nilai back azimuth, namun pada kasus-kasus tertentu dengan hanya
mendapatkan satu nilai back azimuth tanda medan saja maka teknik resection dapat
dilakukan.

Jika sedang berada di tepi sungai, jalan setapak, sepanjang jalan, sepanjang punggungan kecil
(spur) atau lembah kecil (draw), maka hanya perlu mencari satu tanda medan lagi untuk
mendapatkan nilai back azimut, dengan syarat jalan, punggungan, lembahan atau sungai
tempat kita berada telah diketahui di peta dan arahnya kontras (bersilangan) dengan nilai
back azimuth tanda medan akan dibidik.

Jalan, sungai, punggungan dan lembahan merupakan ‘garis alam’ yang tergambar pada peta
topografi.
Resection dengan Altimeter

Disamping teknik klasik yang umum dilakukan dalam resection, teknik lainnya juga dapat
dilakukan dengan memanfaatkan alat bantu altimeter. Penggunaan altimeter ini dalam
resection dapat dilakukan jika berada pada beberapa tempat, diantaranya:

 Punggungan yang telah diketahui di peta, pada punggungan jalur pendakian biasanya telah
ada jalan setapak

 Lembahan yang telah diketahui di peta.


Penggunaan altimeter dalam menentukan titik koordinat di peta saat berada di lapangan
adalah seperti contoh kasus berikut:

 Misalnya sedang berada pada sebuah punggungan yang sejak awal perjalanan punggungan
tersebut telah diketahui dengan pasti di peta dan perjalanan sudah direncanakan berada pada
punggungan tersebut hingga batas titik tertentu.

 Jika di tengah perjalanan ingin mengetahui posisi koordinat di peta, buka peta dan cari
punggungan yang telah ditandai (plotting) jalur perjalanannya tersebut

 Ambil altimeter dan lihat hasil nilai yang ditunjukkan oleh alat altimeter tersebut. Pada
altimeter digital (seperti yang terdapat pada jam tangan) beberapa saat setelah menekan
tombol maka nilai ketinggian langsung bisa didapatkan, sedangkan pada altimeter analog
penunjukan jarumnya akan stabil setelah menunggu beberapa saat setelah tergoyang-goyang
saat dibawa dalam saku atau ransel.

Sering terjadi nilai yang ditunjukkan jarum altimeter analog pada sore hari akan berbeda
beberapa meter saat dilihat keesokan harinya.

 Catat nilai ketinggian yang ditunjukkan altimeter, cari dan hitung ketinggian kontur yang
telah diplot pada peta sesuai dengan ketinggian yang ditunjukkan oleh altimeter

 Perpotongan antara plotting jalur di punggungan dengan nilai ketinggian kontur yang telah
dihitung berdasarkan penunjukan altimeter adalah posisi keberadaan di peta.

 Catat titik koordinatnya, menggunakan koordinat geografis atau koordinat UTM/grid.

You might also like