You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN


KUNJUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA JAMUR TIRAM

Oleh:
Dehan Putri Rantidiny A1C018005
Nai Lathofah Pratiwi A1C018019
Budi Rafael A1C018067
Nur Auffary Al Fattah A1C018039
Ijiirpin A.Tio A1C018075

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah jamur sudah sering dibicarakan orang karena jamur banyak dijumpai

di lingkungan sekitar, misalnya jamur yang biasa dikonsumsi atau jamur edible

seperti jamur kuping, jamur tiram, jamur tempe, dan jenis-jenis lainnya. Ada pula

jamur yang tidak dapat dikonsumsi atau jamur non edible, seperti jamur yang

banyak dijumpai ditumpukan kotoran ternak, tumpukan sampah dan jamur

menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai jamur panu. Jamur yang

bermanfaat bagi manusia umumnya dibudidayakan oleh masyarakat karena di

samping sebagai makanan, juga sebagai bahan obat-obatan. Jamur tiram

(Pleurotus. sp) tergolong dalam jamur edible yang diketahui sangat enak

rasanya dan memiliki kandungan gizi yang tinggi antara lain protein, asam

lemak tidak jenuh vitamin dan mineral yang sangat berguna bagi kesehatan.

Dinamakan jamur tiram karena tudungnya menyerupai cangkang tiram. Di

Amerika dan Eropa jamur tiram sering disebut Oyester mushroom. Dalam

budidaya jamur tiram atau jamur edibel yang lain, memerlukan beberapa

langkah persiapan antara lain menyiapkan lokasi yang tepat atau cocok untuk

menempatkan rumah jamur, menyiapkan bibit jamur, mempersiapkan media

tum buh yang steril dan sarana perawatan yang lain. Budidaya jamur tidak

memerlukan teknologi tinggi, sehingga cukup sederhana. Media tanam jamur

biasanya menggunakan bahan organik yang banyak dijumpai di alam yang


sangat mudah ditemukan dan murah harganya. Media organik ini dapat berupa

jerami, serbuk gergaji, kertas dan bahan lain sebagai tambahan seperti

bekatul, kapur tohor, yang juga mudah didapatkan di lingkungan. Untuk budi

daya jamur tiram dan jamur lainnya diperlukan rumah jamur yang umumnya

menggunakan bahan baku utama bambu yang banyak juga banyak tumbuh di

kawasan Indonesia.

B. Tujuan

a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang cara budidaya jamur

tiram putih.

b. Dapat melakukan kegiatan budidaya Jamur Tiram secara langsung.

c. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mengenai budidaya

Jamur Tiram.
I. TINJAUAN PUSTAKA

Jamur merupakan tanaman yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak

bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur

digolongkan sebagai tanaman heterotrofik, karena jamur hidup dengan cara

mengambil zat-zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein, dan

senyawa pati dari organisme yang lain. Jamur telah dikenal dan popular sebagai

bahan makanan lezat sejak abad XIV Masehi. Jamur dinilai mengandung

karohidrat, berbagai mineral seperti kalsium, kalium, fosfor, dan besi serta

vitamin B, B12 dan C. Kandungan protein (10,5-30,4%) yang terdapat pada jamur

lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain yang juga berasal dari

tanaman, yakni protein jamur dua kali lebih tinggi daripada asparagus dan

kentang, empat kali lebih tinggi daripada wortel dan tomat dan enam kali lebih

tinggi daripada jeruk (Riyanto, 2010).

Budidaya jamur tiram putih di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan

konsumen setiap hari. Padahal prospek pengusahaan jamur tiram putih cukup

cerah, karena pangsa pasar untuk ekspor maupun lokal terbuka lebar, asal kualitas

dan kuantitas produksi sesuai dengan persyaratan. Budidaya jamur tiram putih

tidak terlalu membutuhkan modal besar karena salah satu media tanamnya adalah

serbuk gergaji (Irhananto, 2014).

Hasil penelitian Hamdiyati menunjukkan bahwa media biji jagung dan

media serbuk kayu gergaji albasiah putih memberikan hasil lebih baik terhadap
kecepatan pertumbuhan miselium jamur tiram putih dibandingkan dengan media

serbuk kayu gergaji jati pada pembuatan bibit induk (Utama dkk, 2013).
II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

1. Baglog

2. Bibit jamur

3. Buku

4. Hand phone

5. Pulpen

B. Prosedur kerja

1. Mewawancarai pegawai yang kerja di dalam budidaya jamur tiram.

2. Menulis poin-poin penting yang telah dijelaskan oleh narasumber.

3. Merekam hasil wawancara yang sedang berlangsung.

4. Memotret obyek-obyek penting yang berguna untuk pembelajaran dan hasil

laporan.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Profil

Nama Industri : Kelompok Tani Jamur Tiram Sari

Alamat : Jl. Rejo No 07, RT/RW 02/08 Desa Dukuhwaluh, Banyumas,

Jawa Tengah

Didirikan Oleh : Bp. Sutarjo

Tahun didirikan : Tahun 2000

Jenis industri : Home industri

2. Budidaya Jamur Tiram

Ada beberapa langkah dalam budidaya jamur tiram:

a. Penyiapan Bibit Jamur

Dalam budidaya jamur tiram diperlukan bahan dan sarana seperti bibit

jamur,media tanam, dan rumah jamur. Bibit jamur yang disiapkan mulai

dari bibit F1,F2,F3.F(Filial) yang artinya turunan ke 1,2 ,dan ke 3.F1

adalah bibit induk turunan pertama (ke I), yang sangat mempengaruhi

kualitas bibit pada turunan beri kutnya. Penyediaan bibit jamur untuk

skala rumah tangga atau skala kecil dapat membeli, dan tidak perlu

membuat sendiri karena di samping memerlukan alat-alat yang khusus

juga memerlukan tekhnik yang rumit yang disebut tekhnik aseptik,


untuk menghindari terjadinya kontaminasi atau menjaga kemurnian

bibit.

b. Penyiapan Rumah Jamur

Penyiapan rumah jamur merupakan langkah awal dalam budidaya

jamur. Pemilihan lokasi rumah jamur diupayakan yang memiliki suhu 30-

32ᵒC dekat dengan sumber air, dan sarana produksi yang lain. Ketinggian

rumah 5-6 meter, beratap genting/plastik, dinding dari anyaman bambu

yang dilapisi plastik. Besarnya rumah jamur ini tergantung pada jumlah

polybag yang akan ditempatkan. Faktor lingkungan seperti pencahyaan

yang penting untuk pertumbuhan tubuh buah, oksigen karena jamur

bersifat aerob (butuh oksigen), kelembaban air, suhu, dan derajat

keasaman (pH) berkisar 6. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor

penting untuk keberhasilan budidaya jamur tiram. Rumah jamur

dilengkapi dengan pintu, jendela untuk mengatur sirkulasi udara yang

dengan rak-rak untuk menempatkan polybag. Rumah jamur yang sudah

jadi, sebelum dipakai perlu disterilkan dengan menaburi kapur dan

insektisida, ditunggu selama 1-2 hari, baru polybag yang sudah diinokulasi

dimasukkan kedalamnya.

c. Pembuatan Media Tanam Jamur

Media tanam jamur menggunakan bahan dasar serbuk gergaji yang sudah

diayak, dan bahan-bahan campuran berupa gips (CaSO4), kapur (CaCo3),

bekatul, TSP, dicampur dengan air secara merata hingga kadar air 60%

atau jika dikepal media tidak pecah. Setelah tercampur rata media
dimasukkan ke dalam plastik (polybag) berukuran 20x35 cm. Berat media

tanam 800-900 gram, ditutup dengan kapas dan diikat dengan cincin

plastik.

d. Sterilisasi Media Tanam

Sterilisasi dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi organisme

lain yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur.Sterilisasi

dilakukan dengan menggunakan autoklaf (suhu 120ᵒC, tekanan 1

atmosfer, selama 5-6 jam); jika dikukus dengan suhu 95-100ᵒC selama

12 jam.

e. Inokulasi Bibit

Inokulasi bibit adalah langkah mengisikan bibit jamur ke dalam media

tanam yang sudah dingin. Sebagai Alternatif Usaha bagi Masyarakat Bibit

yang digunakan adalah F3 yang diisikan secara aseptik (dilakukan dekat

lampu bunsen/lampu spiritus), menggunakan skalpel/pinset yang steril,

dengan berat kurang lebih 10 gram/merata dipermukaan polybag.

f. Inkubasi

Inkubasi polybag yang sudah berisi bibit, membutuhkan suhu ruang dan

penataan polybag yang baik pada rak dalam rumah jamur. Suhu inkubasi

kurang lebih antara 22-28ᵒC dan pengisian rak secara horizontal dan

berselang-seling dengan diberi penyekat dari bambu. Selama 40-60 hari

miselium sudah tumbuh merata.

g. Pembukaan Tutup Kapas


Jika miselium sudah memenuhi polybag, buka tutup kapas, jaga

kelembaban kurang lebih 65% dengan cara menyemprot media dan selama

1-7 hari akan tumbuh tubuh buah (tunas) dari mulut polybag.

h. Pemeliharaan

Selama masa inkubasi diperlukan pemeliharaan terhadap organisme

pengganngu. Beberapa gangguan dalam masa inkubasi antara lain

terjadinya kontaminasi oleh jamur lain Trichoderma.sp, hadirnya hama

seperti tungau yang dapat merusak miselium dan menghambat

pertumbuhan jamur. Untuk mengatasi hal ini, perlu senantisa menjaga

sanitasi lingkungan misalnya dengan menaburkan kapur pada celah-celah

antara susunan polybag, membuang polybag yang telah terkontaminasi

(ada pertumbuhan jamur warna hijau), memperbaiki rumah jamur yang

rusak.

i. Pemanenan

Pemanenan: 1-2 minggu setelah pembukaan tutup kapas, jamur dapat

dipanen. Jamur tiram siap dipetik ketika telah berusia 2 hari sejak tumbuh

tunas. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari dengan cara mencabut

seluruh rumpun jamur, kemudian dibersihkan.


B. Pembahasan

Industri yang kami datangi berupa home industry yang terletak di daerah

dukuhwaluh yang memproduksi jamur tiram dengan menggnakan teknologi

modern. Teknologi yang digunakan berupa alat yang dikenal dengan Autoklaf.

Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan peralatan isolasi media

tanam. Autoklaf juga biasanya terbuat dari bahan logam atau baja yang mampu

menahan tekanan panas yang tinggi. Proses sterilisasi menggunakan autoklaf

dilakukan pada suhu 121 dengan tekanan 1,5 kg/cm kuadrat selama 15—20

menit. Penurunan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh

mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf.suhu yang tinggi

inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Cara kerja mesin ini yaitu sebelum

melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang

dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.

Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.

Masukkan peralatan dan bahan. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan

baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep

pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu. Nyalakan autoklaf, diatur

timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC. Tunggu samapai air

mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak

keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan)

dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak tekanan

mencapai 2 atm. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan

dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan


(jarum padapreisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep

pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

Terdapat kelebihan dan kekurangan yang ada pada teknologi industri yang kami

kunjungi. Kelebihan itu diantaranya waktu proses sterilisasi lebih cepat karena

menggunakan uap panas dan tekanan, dapat digunakan untuk sterilisasi hampir

semua alat, termasuk alat ukur, dan ada tetesan uap air pada alat dan bahan yang

disterilkan. Kekurangan nya yaitu sangat bergantung pada adanya kelembapan

dan temperatur yang ditingkatkan, uap air yang menetes dapat merusak media-

media tertentu, terdapatnya tetesan uap air yang mengenai alat dan bahan yang

disterilisasi.

Proses pengolahan sampai proses pengemasan dari industri jamur tiram :

1. Pengumpulan Bahan-Bahan dan Peralatan. Bahan-bahan: serbuk kayu,

dedak padi/bekatul, tepung jagung, dolomit/kapur, gips dan air. Peralatan:

plastik baglog, cincin paralon, tali plastik, kapas, plastik penutup baglog,

cangkul, sekop, ayakan, plastik terpal, dan sterilizer.

2. Pengayakan Serbuk Kayu, perlu dialkukan untuk menghomogenkan

ukuran serbuk kayu dan untuk menyaring adanya serpihan-serpihan tajam

yang dapat merobek plastik pembungkus media.

3. Pencampuran Bahan-Bahan, pertama-tama bahan-bahan dicampur/diaduk

secara merata, setelah itu ditambahkan air bersih, diaduk kembali hingga

merata. Jumlah air cukup ditandai dengan cara menggenggam campuran

media, tidak terlalu basah (tandanya air merembes), tidak pula kurang
(tandanya dapat dilihat bila digenggam kemudian dilepas gumpalan media

langsung "pecah")

4. Pengomposan (1-3 hari), langkah ini perlu dilakukan untuk "melunakkan"

media, analoginya seperti mengunyah makanan dengan gigi dan ludah

sebelum masuk ke lambung, sehingga bibit jamur lebih mudah "mencerna"

media tersebut. Dibiarkan aja sebenarnya bisa (48 jam maks) namun untuk

mempercepatnya dapat dilakukan dengan cara menambahkan 0,1% b/v

larutan EM4 murni (tanpa diencerkan) ke dalam air sebelum media diaduk

(langkah 3).

5. Pembuatan Baglog, media dimasukkan ke dalam plastik PP yang agak

tebal, dipadatkan dengan botol atau kayu tumpul, diikat erat dengan tali

plastik.

6. Sterilisasi Baglog, dengan cara mengukusnya dalam drum yang

dimodifikasi selama 8 jam. Lebih bagus lagi dengan alat sterilizer yang

dibuat khusus yang terbuat dari tembok.

7. Pendinginan Baglog, proses pendiginan agak lama, atau biarkan selama

satu malam.

8. Penanaman (inokulasi) Bibit Jamur, proses ini dilakukan di ruangan yang

bersih dan tertutup. Setelah bibit diinokulasi kira-kira satu sendok makan

penuh untuk 1,5 kg media, ujung baglog dipasang cincin paralon (pvc)

atau dari bambu (diselipkan ke ujung plastik) kemudian disumbat dengan

kapas baru, diikat dengan karet gelang.


9. Inkubasi Baglog, baglog disimpan di ruang inkubasi selama 40 hari, atau

setelah media ditutupi miselium jamur secara utuh.

10. Pembukaan Baglog, ujung baglog dipotong persis di bawah cincin,

kemudian baglog tersebut diletakkan dalam rak inkubasi. Proses

perawatan dilakukan dengan cara menjaga suhu dan kelembaban ruangan

inkubasi. Setiap pagi dan sore sebaiknya disemprotkan air bersih ke dalam

ruangan, jangan menyemprot langsung ke media, karena kalau kelebihan

air, media bisa busuk.

11. Pemanenan Jamur, setelah satu minggu (paling lambat dua minggu) media

sudah ditumbuhi jamur tiram. Pemanenan kedua (bisa sampai empat kali

panen) pada media yang sama biasanya lebih cepat. Indikator media yang

bagus menghasilkan jamur sebanyak 30-50% dari berat media awal.

12. Pengemasan Produk, jamur dibersihkan dari kotoran-kotoran (sisa media)

yang melekat, dikemas dalam plastik, udaranya dikeluarkan dan di-seal

menggunakan vacuum sealer. Ketahanan jamur segar yang di-vacuum di

udara terbuka yang bersih biasanya 3-5 hari, tanpa vacuum 2-3 hari, di

lemari pendingin (cooler) 10-15 celcius, yang di-vacuum bisa bertahan

hingga tiga minggu. Tanda-tanda jamur yang tidak segar lagi, terlihat layu,

berair, warnanya menguning.

Pengaruh industri teknologi pertanian terhadap kelangsungan kegiatan

pertanian adalah pemerataan mekanisasi pertanian, tidak adanya kesenjangan

antara petani tradisional dengan petani modern.


Manfaat yang diperoleh setelah melakukan kunjungan yaitu kami

mendapatkan pembelajaran dan mengetahui bagaimana proses dari mulai

pembuatan baglok sampai tumbuhnya jamur dan mengetahui cara pemasarannya.

Inovasi yang akan kami lakukan adalah salah satunya membuat variasi

makanan yang terbuat dari jamur, lebih mengembangkan ke masyarakat luar

tentang olahan jamur.

Tidak ada kendala pada saat melakukan praktikum atau kunjungan, berarti

apabila tidak ada kendala maka tidak ada solusinya.


DAFTAR PUSTAKA

Koto Rahmad Agus. 2005. “ Langkah-langkah proses produksi jamur tiram”

Bandung.
Lampiran

You might also like