You are on page 1of 9

BERKAS PORTOFOLIO (LAPORAN KASUS)

Nama Peserta : dr. Angela Michelle


Nama Wahana : Puskesmas Kassi-Kassi
Topik : Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
Tanggal (kasus) : 27 September 2016
Nama Pasien : Ny. M/58 tahun No. RM : -
Tanggal Presentasi : 8 November Nama Pendamping : dr. Linda Tanod
2016
Tempat Presentasi : Puskesmas Kassi-Kassi
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja oDewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Seorang wanita berusia 58 tahun datang ke Poliklinik Lansia dengan keluhan
gatal pada sela-sela jari tangan kiri dan kanan. Keluhan ini dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu dan memberat 2 hari terakhir. Selain gatal, pasien juga merasakan perih
pada kedua tangan.
Tujuan : memberikan penanganan pada pasien dermatitis kontak iritan
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien : Nama : Ny. M No. Register:


Nama klinik : Puskesmas Kassi-Kassi Telp : - Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Seorang wanita berusia 58 tahun datang ke Poliklinik Lansia dengan keluhan
gatal pada sela-sela jari tangan kiri dan kanan. Keluhan ini dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu dan memberat 2 hari terakhir. Selain gatal, pasien juga merasakan perih
pada kedua tangan. Awalnya berupa gelembung berisi air, dirasakan gatal sehingga
pasien menggaruk, lama-kelamaan menjadi luka dan terasa perih. Riwayat pasien
mencuci baju dengan detergen pencuci baju hampir setiap hari.
Tanda-tanda vital didapatkan Tekanan Darah: 110/70 mmHg, Nadi: 96x/menit,
Pernapasan: 18x/menit, Suhu: 36,9ºC
2. Riwayat pengobatan:
Pasien belum pernah mengkonsumsi obat apapun selama keluhan muncul.
3. Riwayat kesehatan/ penyakit:
Pasien tidak pernah menderita keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat alergi sebelumnya tidak ada.
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien.
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
6. Lain-lain:
-
Daftar Pustaka:
1. Hogan DJ. Contact Dermatitis, Irritant. eMedicine; 2009. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/762139.
2. Wiley J. Irritant Contact Dermatitis. WileyInterscience; 2002. Available at:
http://www3.interscience.wiley.com/journal/118917880/abstract.
3. Trihapsoro I. Dermatitis Kontak Alergik Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP
Haji Adam Malik Medan. USU; 2003. p. 1-36.
4. Sularsito SA, Djuanda A. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Jakarta; 2007; 129-53..
5. Bourke J, Coulson I, English J. Guideline for the Contact Dermatitis: an
Update. British Journal of Dermatology. England; 2008. p. 946-55.
Hasil Pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
2. Memberikan penanganan awal Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
3. Edukasi untuk mencegah berulangnya Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:
Seorang wanita berusia 58 tahun datang ke Poliklinik Lansia dengan keluhan
gatal pada sela-sela jari tangan kiri dan kanan. Keluhan ini dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu dan memberat 2 hari terakhir. Selain gatal, pasien juga merasakan perih
pada kedua tangan. Awalnya berupa gelembung berisi air, dirasakan gatal sehingga
pasien menggaruk, lama-kelamaan menjadi luka dan terasa perih. Riwayat pasien
mencuci baju dengan detergen pencuci baju hampir setiap hari.

2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh,
KU : Sakit Ringan / Gizi Cukup / Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 96 kali/menit, Pernapasan : 18 kali/menit, Suhu : 36,9°C
BB : 64 kg
Kepala : Bibir sianosis (-), tanda-tanda trauma (-)
Leher : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
Dada : Dalam batas normal
Jantung : Dalam batas normal
Abdomen : Nyeri Suprapubik (+), nyeri ketok (-)
Ekstremitas :
Status Dermatologi :
Lokasi : Interdigiti Manus Dekstra et Sinistra
Effloresensi : Makula eritem berbatas tegas, multipel, distribusi terbatas
pada sela jari tangan. Tampak kulit kering disertai skuama dan erosi
bekas garukan.
Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Assesment
Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah peradangan pada kulit yang dapat
berupa eritema, edema, dan scale/skuama. Dermatitis kontak iritan adalah jenis
dermatitis yang berupa efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel
epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang paling sering
terkena adalah tangan dan pada individu atopik menderita gejala yang lebih berat.
Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara
langsung pada kulit tanpa proses sensitisasi.

EPIDEMIOLOGI
Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada wanita dibanding pria.
Pada wanita faktor lingkungan lebih berperan dibanding faktor genetik yang lebih
berperan pada pria. Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada umur > 50
tahun karena keadaan kulit yang lebih kering dan tipis.

ETIOLOGI
Bahan-bahan iritan yang dapat digolongkan sebagai penyebab DKI antara lain
bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif,
enzim, minyak, larutan garam konsentrat, plastik berat molekul rendah, dan bahan
kimia higroskopik. Kelainan kulit yang muncul bergantung pada beberapa faktor,
meliputi faktor dari iritan itu sendiri, faktor lingkungan dan faktor individu penderita.
Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap orang
jika terpapar pada kulit dalam konsentrasi yang cukup, pada waktu yang sufisien
dengan frekuensi yang sufisien. Masing-masing individu memiliki predisposisi yang
berbeda terhadap berbagai iritan. Fungsi pertahanan dari kulit akan rusak, baik
dengan peningkatan hidrasi dari stratum korneum (oklusi, suhu dan kelembaban
tinggi, bilasan air yang sering dan lama) dan penurunan hidrasi (suhu dan
kelembaban rendah). Riwayat atopik, personal hygiene, dan luas dari paparan
menentukan kerentanan seorang individu untuk terkena DKI. Efek dari iritan
merupakan concentration-dependent dan biasanya mengenai tempat primer kontak.

PATOFISIOLOGI
Ada 3 bentuk perubahan patofisiologi, yaitu kerusakan barrier kulit,
kerusakan seluler epidermis, dan pengeluaran sitokin. Dengan keluarnya sitokin pro
inflamasi dari sel-sel kulit, terutama keratinosit, menyebabkan inflamasi sebagai
respon terhadap pajanan bahan-bahan iritan.
Banyak bahan kimia dengan konsentrasi dan waktu pajanan tertentu yang
dapat bertindak mengiritasi kulit. Kebanyakan penyakit ini menurut data
epidemiologi disebabkan oleh pajanan zat-zat iritan dalam konsentrasi rendah namun
berulang, yang diistilahkan sebagai dermatitis kontak iritan kumulatif. Bahan pelarut
adalah salah satu substansi yang menyebabkan iritasi karena substansi ini
menghilangkan kandungan lemak dan minyak dari kulit, padahal lapisan lemak ini
adalah barrier kulit dari trauma sekaligus menjaga kelembapan kulit, hal ini
mengakibatkan peningkatan penguapan air secara transepidermal dan meningkatkan
ambang sensitivitas kulit terhadap pajanan bahan toksik, bahkan substansi yang
sebelumnya dapat ditoleransi dengan baik.

PRESENTASI KLINIS
Dua bentuk DKI didasarkan pada penyebabnya, yaitu DKI oleh karena fisik
dan DKI oleh karena bahan kimia. DKI oleh karena fisik contohnya friksi, prolong
rubbing, dan pakaian yang kasar. DKI oleh karena bahan kimia contohnya alkohol,
latex, kerosene, dan alkali.
Beberapa penggolongan DKI berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor
individu serta lingkungan antara lain:
 DKI akut
Iritan kuat seperti asam sulfat dan HCl menghasilkan reaksi yang cepat begitu
kontak terjadi. Kulit terasa pedih, panas, lesi tampak berupa eritema, edema,
bula, dan nekrosis dengan pinggir berbatas tegas dan asimetris.
 DKI akut lambat
Gambaran sama dengan DKI akut namun baru muncul 8-24 jam atau lebih
setelah kontak. Dermatitis venenata merupakan salah satu contoh tipe ini.
 DKI kumulatif
DKI ini termasuk tipe kronis. Hal ini didasarkan pada kontak berulang-ulang
dengan iritan lemah. Kelainan tampak setelah bermingu-minggu hingga
bertahun-tahun. gambaran berupa kulit kering, eritema, skuama, dan
hyperkeratosis. DKI tipe ini yang sering berhubungan dengan dermatitis akibat
kerja.
 DKI iritan
Bentuk subklinik pada seseorang yang terpajan pekerjaan basah, seperti penata
rambut, kelainan juga cenderung monomorf seperti skuama, vesikel, pustul, dan
erosi.
 DKI traumatik
Kelainan kulit setelah trauma panas atau laserasi. Bentuknya dermatitis
numularis dengan masa penyembuhan kira-kira 6 minggu.

DIAGNOSIS
Langkah-langkah penegakan diagnosis untuk penyakit dermatitis kontak
iritan antara lain :
 Anamnesis
Anamnesis terarah tentunya diperlukan untuk mengeksplor riwayat pajanan
terhadap bahan atau substansi kimia tertentu.
Onset penyakit sangat penting ditanyakan untuk mengetahui tipe dermatitis
kontak iritan. Onset penyakit sampai timbulnya gejala klinis dalam hitungan
menit sampai jam tergolong tipe simpel akut. Tipe akut lambat biasanya dalam
hitungan 8-24 jam. Tipe kumulatif cenderung merupakan konsekuensi dari
pajanan berulang dengan konsentrasi substansi yang rendah. Penting juga
menyertai riwayat keluarga atau orang di sekitar yang juga mengalami gejala
yang sama. Riwayat atopik dan alergi juga ditanyakan.
 Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis sangat penting untuk mengeksklusi pernyakit lain.
Menentukan lokasi dan efloresensi dengan jelas. Biasanya tempat predileksi
DKI adalah pada tangan dan lengan. Pemeriksaan tubuh secara menyeluruh
sangat dianjurkan untuk melihat lesi di tempat-tempat tertentu.
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti patch test dapat dilakukan untuk eksklusi
dermatitis kontak alergi. Karena tes diagnostik untuk DKI tidak ada, maka untuk
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan patch test untuk mengeksklusi
dermatitis kontak alergi dan dapat dilakukan pemeriksaan KOH untuk
mengeksklusi penyakit jamur.
 Pemeriksaan histopatologis
Penunjang diagnostik yang akurat salah satunya adalah histopatologis.
Didapatkan gambaran intraselular edema atau spongiosis. Spongiosis tidak
begitu tampak jelas pada dermatitis kontak alergi. Gambaran parakeratosis juga
bisa muncul pada dermatitis kontak iritan kronik disertai hiperplasia sedang
sampai berat, dan pemanjangan rete ridges.

PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan pada DKI ada 3, yaitu penghentian pajanan terhadap
bahan iritan yang dicurigai, perlindungan bagian tubuh yang terpapar, dan
penggantian bahan iritan dengan yang tidak bersifat iritan.
 Medikamentosa
o Penatalaksanaan dermatitis iritan tipe akut dapat secara simtomatis.
Penggunaan hand rub berbasis alkohol dengan kandungan berbagai macam
emollient dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan kulit, kekeringan,
dan iritasi.
o Terapi medikamentosa untuk dermatitis kontak iritan mempunyai beberapa
prinsip, seperti, emollient, menghindari iritasi, dan krim yang mengandung
dimethicone adalah terapi yang digunakan sebagai Agen-agen terapeutik
yang mengandung propilen glikol dan urea dapat mengakibatkan inflamasi
sehingga harus dihindari sebagai terapi.
o Pengobatan sistemik dapat diberikan antihistamin sebagai efek anti pruritus.
o Topikal kortikosteroid digunakan sebagai antiinflamasi, supresi aktivitas
mitotik, dan vasokonstriksi. Efek steroid juga dapat mensupresi pengeluaran
histamine, sehingga bisa juga sebagai antipruritus.
KIE kepada pasien terutama dalam hal penggunaan dan pajanan bahan iritan
sehari-hari, seperti :
 Pendidikan kepada pekerja suatu perusahaan tentang penggunaan alat dan akibat
buruk yang mungkin terjadi kalo terpajan.
 Jika pasien adalah pekerja yang sering kontak dengan bahan-bahan iritan, dapat
memberikan edukasi ke pasien dan perusahaan tempatnya bekerja berupa
pencegahan seperti pemakaian masker, sarung tangan, perawatan kulit sehari-
hari terutama yang mempunyai kulit sensitif.
 Penggunaan bahan-bahan iritan di dalam rumah tangga sehari-hari seperti
detergent, larutan pembersih, kosmetik, dan obat-obatan topikal tertentu juga
harus dipantau, jika terjadi reaksi akut, maka penghentian pemakaian substansi
tersebut harus segera dilakukan dan segera menghubungi pelayanan kesehatan
setempat.
 Pelaksanaan uji tempel pada calon pekerja, sehingga dapat menempatkan
pekerja di bagian yang tidak kontak dengan bahan iritan.
 Pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala kepada para pekerja.
 Dalam penggunaan bahan-bahan tertentu di dalam keseharian di rumah dan
jangan menggunakan bahan yang sensitif terhadap kulit.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada dermatitis kontak iritan antara lain :
 Peningkatan risiko sensitisasi terhadap terapi topikal
 Lesi pada kulit dapat dikolonisasi oleh bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini
dipermudah jika terjadi lesi sekunder, seperti fissure akibat manipulasi yang
dilakukan penderita.
 Secondary neurodermatitis (lichen simplex chronicus) akibat penderita
dermatitis kontak iritan yang mengalami stress psikis.
 Pada fase post inflamasi dapat terjadi hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
 Scar, biasanya setelah terkena agen korosif.
4. Plan:
Diagnosis:
Seorang wanita berusia 58 tahun datang ke Poliklinik Lansia dengan keluhan
gatal pada sela-sela jari tangan kiri dan kanan. Keluhan ini dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu dan memberat 2 hari terakhir. Selain gatal, pasien juga merasakan perih
pada kedua tangan. Awalnya berupa gelembung berisi air, dirasakan gatal sehingga
pasien menggaruk, lama-kelamaan menjadi luka dan terasa perih. Riwayat pasien
mencuci baju dengan detergen pencuci baju hampir setiap hari. Tanda-tanda vital T =
110/70 mmHg, N = 96 kali/menit, P = 18 kali/menit, S = 36,9 °C.
Status dermatologi, lokasi : interdigiti manus dekstra et sinistra, effloresensi :
Makula eritem berbatas tegas, multipel, distribusi terbatas pada sela jari tangan.
Tampak kulit kering disertai skuama dan erosi bekas garukan.
Dari penilaian subyektif dan obyektif, pasien diketahui menderita Dermatitis
Kontak Iritan (DKI)

Penatalaksanaan :
Penanganan pada pasien ini:
1. Cetirizine 10 mg 0-0-1
2. Hidrokortison zalf 3x1 ue

Edukasi :
Agar tidak terjadi DKI berulang, maka yang harus dilakukan yaitu :
1. Hindari bahan iritan (deterjen) selama dalam masa pengobatan.
2. Menggunakan alat pelindung berupa sarung tangan.
3. Jaga kebersihan kulit dan lakukan perawatan kulit sehari-hari apabila
memiliki kulit sensitif.
4. Pilih deterjen yang tidak menggunakan bahan yang sensitif di kulit.
5. Apabila terjadi reaksi akut setelah menggunakan bahan iritan, segera hentikan
pemakaian substansi tersebut dan segera berobat ke layanan kesehatan.

Promosi Kesehatan
1. Dermatitis Kontak Iritan adalah suatu reaksi peradangan pada kulit yang
diakibatkan oleh pajanan terhadap bahan iritan, seperti deterjen, bahan kimia
asam dan basa, bahan adhesi, kosmetik, minyak oles, dan substansi topikal
lainnya.
2. Penggunaan alat pelindung diri bagi masyarakat yang sering terpajan dengan
bahan iritan (pekerja pabrik, ibu rumah tangga) dapat mencegah terjadinya
DKI.
3. Higienitas individu dan pengobatan yang benar dari layanan kesehatan dapat
meminimalisir terjadinya komplikasi dari DKI.

Tindakan preventif
1. Menggunakan alat pelindung untuk mencegah terjadinya DKI apabila sering
terpapar dengan bahan iritan.
2. Jaga kebersihan dan lakukan perawatan untuk kulit sensitif.
3. Konsumsi obat secara teratur dan bawa ke dokter apabila keluhan yang
dirasakan berulang dan tidak ada perubahan.

Konsultasi:
Konsultasi pada ahli penyakit kulit tindakan lanjut apabila tidak ada
perbaikan atau terjadinya DKI rekuren.

Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah
sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.

PESERTA PENDAMPING

dr. Angela Michelle dr. Linda Tanod


NIP. 19571021 198701 2 002

You might also like