Professional Documents
Culture Documents
Radiologi - Gagal Ginjal Kronik
Radiologi - Gagal Ginjal Kronik
Radiologi - Gagal Ginjal Kronik
I
PENDAHULUAN
II.1 Definisi
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dapat menjadi acuan
untuk mengetahui adanya suatu gangguan ginjal. Kadar ureum >40 mg/dl dan
kreatinin >1.5 mg/dl dapat menjadi suati tanda adanya gangguan fungsi ginjal.
II.2 Epidemiologi
Di Amerika serikat penderita CKD mencapai 20 juta yang berarti 1 dari 9 orang
dewasa. Meskipun teknik dialisis dan transplantasi makin berkembang namun
prognosis gagal ginjal tetap buruk. Sistem pendataan ginjal di Amerika Serikat pada
tahun 2001 menunjukkan angka lebih dari 76.500 kematian pasien dengan End Stage
Renal Disease (ESRD), angka ini seakan tidak berubah selama satu dekade terakhir.
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang yang pada orang
dewasa berukuran panjang 10-13 cm (4 -5 inci), lebar: 5-7,5 cm (2-3 inci), dan berat +
150 gram. Persentase berat ginjal: 0,5% dari berat tubuh. Terdapat sepasang (masing-
masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal
kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini
disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri
adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi
bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus
transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah
ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat
bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.4
Usus halus
Fleksura lienalis
II.4 Fisiologi
II.4.b Reabsorpsi
II.4.c Sekresi
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga
telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan
ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa
hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali”
jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus
disekresi dan sebaliknya.
II.6 Klasifikasi
CKD jarang reversibel dan mengarah pada penurunan progresif fungsi ginjal.
Hal ini terjadi bahkan setelah kejadian yang memicu telah disingkirkan. Pengurangan
massa ginjal menyebabkan hipertrofi nefron-nefron yang tersisa dengan hiperfiltrasi,
dan angka Glomerus Filtration Rate pada nefron-nefron tersebut di atas normal.
Adaptasi ini memberikan beban pada nefron-nefron tersisa dan menyebabkan
sklerosis glomerular progresif dan fibrosis intersisial, yang menunjukkan bahwa
hiperfiltrasi memperburuk fungsi ginjal.
Caranya, cukup mengukur kadar kreatinin darah (sCr: serum Creatinin), bisa
diketahui persentase fungsi ginjal dari GFR-nya dengan rumus :
Meskipun CKD dapat disebabkan oleh kelainan atau penyakit dari ginjal itu
sendiri , namun penyebab utamanya adalah :1
II.7.b Hipertensi
II.7.c Glomerulonephritis
II.7.f Artherosclerosis
Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal
Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai
berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal
polikistik (10%).
Berdasarkan data dari National Kidney Foundation pada tahun 2009 faktor
risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes melitus atau hipertensi,
obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan individu dengan riwayat
penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga. 3
II.8 Diagnosis
Edema
Kelainan Mata
Hipertensi
Disfungsi seksual
Asam urat serum, nilai normal pada pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl
dan wanita 2,6 – 6 mg/dl.
Kadar Hb, nilai normal pada pria adalah 13 gr% - 18 gr%, dan
wanita adalah 11,5 gr% - 16,5 gr%
BNO-IVP
Ultrasonografi (USG)
Besar kedua ginjal yang masih normal pada USG menandakan proses
penyakit ginjal kronik yang masih awal dimana berkurangnya massa ginjal belum
jelas terlihat. Gambaran PCS yang tidak melebar dan tidak ditemukannya batu
pada struktur ginjal kanan dan kiri dapat menyingkirkan kemungkinan proses
obstruktif sebagai etiologi.
Gambar 4. This elderly male patient presented with symptoms of medical renal disease.
Sonography of the kidneys revealed:
These ultrasound images are diagnostic of chronic medical renal disease (or chronic renal
failure). All ultrasound images above (taken using Toshiba Nemio-XG Color Doppler
imaging Rsystem,
a d i o by
l o gJoe
i c Antony,
a l I m aMD,
g i nIndia.
g in Chronic Kidney Disease Page 2
Nefrotomogram
Pemeriksaan Renograf dapat melihat adanya gejala kelainan ginjal. Hasil yang
diperoleh dari renograf adalah grafik renogram. Teknik Renografi untuk memeriksa
fungsi ginjal telah dikenal sejak tahun 1950-an. Alat renograf menggunakan
radioisotop sebagai perunut (tracer) yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien.
Indikasi pemeriksaan renografi dapat dilakukan atas permintaan dokter untuk pasien
dengan berbagai latar belakang klinis gangguan fungsi ginjal. Renografi dalam sistem
pelayanan kesehatan dapat berperan sebagai sarana screening diagnostic maupun
sebagai sarana pemantauan hasil pengobatan atau tindakan medis.
Radioisotop yang dikandung oleh ginjal akan menjadi sumber radiasi bagi alat
renograf. Selanjutnya radiasi yang dipancarkan akan dideteksi oleh suatu detector
yang terdaoat pada alat renograf. Dalam kedokteran nuklir, pengamatan terhadap
perunut yang dilakukan dari luar tubuh penderita disebut pengamatan “in-vivo” yang
artinya memasukkan radioisotop γ ke dalam tubuh manusia.
Pada prinsipnya alat renograf bekerja sebagai alat pencacah aktivitas perunut
radioisotop yang terkandung oleh ginjal. Suatu perunut radioisotope I-131
disuntikkan pada tubuh pasien secara intravena. Parunut akan dibawa oleh darah ke
organ-organ tubuh dan disebarkan ke seluruh pembuluh darah yang ada di organ-
organ tersebut, yang berakhir di ginjal. Pada ginjal perunut dikumpulkan pada pelvis
renalis, kemudian bersama-sama zat lain yang tidak berguna dibuang melalui urine.
II.10 Penatalaksanaan
Peranan diet
Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.
Asidosis metabolik
Anemia
Transfusi darah misalnya Packed Red Cell (PRC) merupakan salah satu
pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi
darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian
mendadak.
Keluhan gastrointestinal
Kelainan kulit
Kelainan neuromuskular
Hipertensi
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.3
Hemodialisis
Transplantasi ginjal
Prognosis gagal ginjal kronis kurang baik, akibat terjadi komplikasi penyakit.
Faktor prognosis yang mempengaruhi meliputi komplikasi penyakit anemia, asidosis
metabolik, hiperkalemia, tekanan darah yang cenderung tidak normal, edema,
edema paru, fluktuasi berat badan, dan penyakit dasar batu ginjal, glomerulonefretis,
hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit dasar yang lainnya. Faktor umur, jenis
kelamin dan frekuensi hemodialisis juga perlu dipertimbangkan.
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Etiologi CKD dari yang terbanyak yaitu glomerulonefritis (25%), diabetes melitus
(23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%).
Gambaran klinis pasien CKD yaitu lemas, penurunan nafsu makan, edema.
USG saat ini digunakan sebagai pemeriksaan pertama secara rutin pada keadaan
gagal ginjal yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang parenkim,
sistem collecting dan pembuluh darah ginjal. Sedangkan renogram dapat melihat
adanya gejala kelainan ginjal. Hasil yang diperoleh dari renogram adalah grafik
renografi.
Prognosis gagal ginjal kronis kurang baik, akibat terjadi komplikasi penyakit.
III.2 Saran
Perlunya tindakan preventif dan kuratif bagi individu dengan gangguan saluran
kemih yang segera agar terhindar dari kerusakan fungsi ginjal lebih lanjut.
1. Purwahyudi, Ari. Chronic Kidney Disease. Chronic Kidney Disease 2010 Mar 28 (citied
2012 Jan 30). Available at http://aripurwahyudi.com/intensive-care/chronic-kidney-
disease.htm
2. Hukari, Dwi. Leaflet Chronic Kidney Disease. Leaflet Manajemen Nyeri 2010 Apr 04
(citied 2012 Jan 30). Available at http://rentalhikari.word-
press.com/2010/04/04/leaflat-chronic-kidney-disease.htm
3. Nurdin HM. Chronic Kidney Disease. Be Smart and Educated 2010 Aug 16 (citied 2012
Jan 30). Available at http://coolhendra.blogspot.com/2010/08/chronic-kidney-
disease.html
4. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill Companies; 2001
5. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2001.
6. Rasad, Sjahriar. (2005). Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Antony, Joe. Chronic Renal Failure. Ultrasound Images of Diseases of the
Kidneys 2007 (citied 2012 Jan 30). Available at http://www.ultrasound-images.com
8. Wahid. Renograf Dual Probes Sebagai Pendeteksi Fungsi Ginjal. Instrumentasi Medis
Fisika UI 2011 Mei 21 (citied 2012 Feb 10). Available at http://medical-
instruments11.blogspot.com/2011/05/renograf-dual-probes.html
9. Suharto. Penerapan Model PH Cox pada Studi Pasien Gagal Ginjal Kronik 2004 Feb 19
(citied 2012 Feb 08). Available at http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-
s2-2004-suharto-969-cox