You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cara – cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah intravena pyelografi ( IVP ) dan setiap pemeriksaan traktus urinarius
harusnya dibuat terlebih dahulu foto polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto
ini adalah bayangan, besar ( ukuran ), dan posisi kedua ginjal.1
Intravena pyelografi ( IVP ) merupakan pemeriksaan dasar dari pemeriksaan
radiologis traktus urinarius dengan menggunakan media kontras dan biasanya
mendahului pemeriksaan lain. Pemeriksaan ini dianggap menguntungkan karena bisa
menunjukkan atau menampakkan seluruh system traktus urinarius. 2
IVP digunakan untuk menemukan berbagai kelainan termasuk frekuensi berkemih
yang terlalu sering, nyeri pada punggung bagian bawah, dapat juga mendeteksi masalah
pada traktus urinarius seperti batu ginjal, pembesaran prostate, tumor pada ginjal, ureter,
dan vesica urinaria. 3

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang
pemeriksaan radiologi pada traktus urinarius dan kelainannya dengan menggunakan
intravena pyelografi ( IVP )

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI SISTEM URINARY

1
Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan
urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dan uretra.

1. Ginjal

 Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada


kedua sisi vertebra lumbalis iii melekat langsung pada dinding abdomen.

 Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal
ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas
(superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).

 Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi
rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.

 Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua
ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan.

 Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah
dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.

LAPISAN GINJAL

2
 setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna
ungu tua
 lapisan ginjal terbagi atas :

- lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)


- lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
 Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla.
Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula
dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus
oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.

UNIT FUNGSIONAL GINJAL

3
 Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta
buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air
dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan
lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut
urin.

 Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).

 Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang
berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri
aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari
glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong
plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.

 Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan
filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian
selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal.

 Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di
awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan
arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak
mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk
menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air
(97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui
osmosis.

 Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri
dari:

- tubulus penghubung
- tubulus kolektivus kortikal
- tubulus kloektivus medularis
 Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular
adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di
sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke
kandung kemih melewati ureter.

2. URETER

4
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi,
reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang
terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

Syntopi ureter
ureter kiri ureter kanan
anterior Kolon sigmoid Duodenum pars descendens

a/v. colica sinistra Ileum terminal


a/v. testicularis/ovarica a/v. colica dextra
a/v.ileocolica
mesostenium

posterior M.psoas major, percabangan a.iliaca communis


Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus
deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian
atas vagina

5
Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu
atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis,
lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical
mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke
dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis, a.testicularis/ovarica
serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus
renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.

3. VESIKA URINARIA

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk
menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra
dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di
lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,
bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.

Syntopi vesica urinaria

vertex Lig. umbilical medial

Infero-lateral Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani

Superior Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus


uteri, excav. vesicouterina (perempuan)

Infero-posterior Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas

6
deferens,rektum

Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu
apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral
dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding
vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum
vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu
bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae,
bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis.
Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus
lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang
berperan sebagai sensorik dan motorik.

4. URETRA

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan
luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki
panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar
prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua
otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat
involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan
pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).

7
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars
spongiosa.
• Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior
kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut
dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
• Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian
ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
• Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini
menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot
polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter
(somatis).
• Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
spongiosum di bagian luarnya.

B. IVP (Intra Vena Pielography)

1. Definisi
Intravena pielografi (IVP) atau pielografi intravena (PIV) atau dikenal sebagai Intra
Venous Urography atau urografi adalah foto yang dapat menggambarkan keadaan system
urinaria melalui bahan kontras radio-opak. Pencitraan ini dapat menggambarkan adanya
berbagai macam kelainan dan gangguan pada sistema urinaria.4

8
Pielografi adalah pemeriksaan foto roentgen pelvis ginjal dan ureter dengan cara
memasukan zat kontras kedalamnya. Zat tersebut dimasukan intravena, sehingga
pemeriksaanya disebut pielografi intravena.5
2. Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi dari dilakukanya pemeriksaan radiologi dengan IVP adalah 6,7 :
a. Kecurigaan patologis pada traktus urinarius
b. Indikasi klinis utama yaitu: hematuri, nyeri pinggang, kolik ginjal, infeksi saluran
kencing berulang, kecurigaan tumor di sistema urinarius, disuria, frekuensi,
kecurigaan renal calculus
Kontraindikasi IVP adalah adanya alergi terhadap kontras yang akan diberikan, penyakit
jantung dan kegagalan fungsi jantung, asma, diabetes, kegagalan fungsi hepar dan ginjal,
jika gangguan ginjal ditemukan sebelum pemberian kontras, metformin harus dihentikan
48 jam sebelum dan setelah prosedur, tirotoksikosis, dan kehamilan. 7
3. Bahan Kontras dan Dosis
Bahan kontras untuk IVP1 :
(a) Conray (Meglumine iothalamat 60%)
(b) Hypaque sodium/sodium diatrizoate 50%
(c) Urografin76% (methyl glucamine diatrizoat)
(d) Urografin 60-70%
Saxton (1969) membagi dosis untuk orang dewasa dengan berat badan 70 kg dan sesuai
kadar ureum kreatinin menjadi 3 yaitu1:
(a) Dosis rendah : 12 gr lod
(b) Dosis menengah : 12-13 gr lod
(c) Dosis tinggi : 30 gr lod

Pada anak-anak bila memakai hypaque 45 %, dosis yang dipakai 1,5 ml/kgBB.
Sedangkan bila memakai urografin 76 % dosis yang dipakai berdasarkan pada
umur 0-1 tahun : 7-10 ml; 1-2 tahun : 10-12 ml; 2-6 tahun : 12-15 ml; umur 6-12
tahun : 15-20 ml. pada umumnya kecepatan pemberian intravena adalah 20
ml/menit1.

4. persiapan pasien
sebelum pasien disuntik dengan zat kontras, harus dilakukan terlebih dahulu anamnesa
mengenai riwayat alergi atau bila ada kecurigaan dapat dilakukan uji kepekaan berupa
pengujian subkutan atau intravena. Bila penderita alergi terhadap bahan kontras,
pemeriksaan IVP dibatalkan. Ada tidaknya riwayat penyakit diabetes, gangguan jantung,
hepar dan ginjal, asma dan kehamilan.

9
Malam sebelum pemeriksaan diberikan castor oli (catharsis) atau laksans untuk
membersihkan colon dari feses yang menutupi daerah ginjal. Untuk mendapatkan
keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan minum yang mengandung karbonat,
tujuanya untuk mengembangkan lambung dengan gass. Usus akan berpindah, sehingga
bayangan kedua ginjal akan dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas1.
Suntikan x-ray media kontras diberikan kepada pasien melalui jarum atau kanula ke
dalam vena, biasanya di lengan. Kontras diekskresikan atau dikeluarkan dari aliran darah
melalui ginjal, dan media kontras akan terlihat pada x-ray segera setelah injeksi. Sinar-X
diambil pada interval waktu tertentu untuk menangkap kontras karena perjalanan melalui
bagian-bagian berbeda dari sistem kemih. Hal ini memberikan pandangan yang
komprehensif anatomi pasien dan beberapa informasi tentang fungsi sistem ginjal.

5. Gambaran Pielografi Normal


Foto pertama selalu foto abdomen tanpa kontras. Foto ini harus mencakup costa
ke- 11 dan simfisis pubis. Bila penderitanya amat besar, tambahlah dengan foto tersendiri
daerah pelvis.6
Pertama-tama lihatlah tulang, costa,vertebra, dan pelvis, untuk mengesampingkan
adanya infeksi, metastase, atau kelainan-kelainan yang lain. Kemudian lihat garis bentuk
psoas. Garis psoas tidak selalu terlihat, hal ini tidaklah penting, tetapi perubahan dari
garis otot psoas normal yang lurus biasanya penting. Identifikasi ginjal,perhatikan bentuk
dan ukurannya, kemudian lihat daerah kandung empedu. Perhatikan adakah klasifikasi. 6
Bila colon terlalu banyak berisi feces atau gas, ginjal bisa tidak jelas terlihat dan
batu pada ureter atau buli mungkin terlewatkan. Kosongkan usus dan ulangi foto. 6
Tulang-tulang, otot psoas kiri dan kedua ginjal terlihat dengan jelas. 6
Ukuran kedua ginjal haruslah sama ( yang kiri biasanya lebih tinggi dari yang
kanan )dan garis luarnya haruslah rata. Biasanya terlihat penonjolan halus pada sisi
lateral ginjal kiri. Penonjolan lokal yang lain mencurigakan suatu kista atau tumor ginjal.
Pengkerutan, baik lokal atau seluruh ginjal, mencurigakan adanya suatu infeksi kronis. 6
Pada pielogram normal akan diperoleh gambaran bentuk kedua ginjal seperti
kacang. Kutub (pool) atas ginjal kiri setinggi Th 11, bagian bawah, batas bawah setinggi
korpus vertebra L3. Ginjal kanan letaknya kira-kira 2 cm lebih rendah daripada yang kiri.
Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak, dan pegerakkan ini dapat dilihat dengan
fluoroskopi. Arah sumbu ke bawah dan lateral sejajar dengan muskuli Psoas kanan dan
kiri. Dengan adanya lemak perirenal, ginjal menjadi lebih jelas terlihat. Hal ini terutama

10
dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renis kemudian dilanjutkan dengan kalik mayor,
biasanya 2. Dari kalik mayor dilanjutkan dengan kalik minor. Jumlahnya bervariasi
antara 6-14. Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah pertengahan sacrum
dan berputar kebelakang lateral dalam suatu arkus, turun ke bawah dan masuk ke dalam
dan depan untuk memasuki trigonum vesica urinaria.1
Tiga tempat penyempitan ureter yang normal, yaitu pada sambungan pelvis dan
ureter, ureter dengan buli-buli, dan pada persilangan pembuluh darah iliaka.1
Segera setelah kontras diberikan, muncul pada sinar-x sebagai “Renal Blush”. Ini
adalah kontras yang disaring melalui korteks. Pada selang waktu 3 menit, blush ginjal
masih jelas (pada tingkat lebih rendah) tetapi calyces dan pelvis ginjal sekarang terlihat.
Pada 9 - 13 menit kontras mulai mengosongkan ke dalam ureter dan perjalanan ke
kandung kemih yang sekarang telah mulai mengisi. Untuk memvisualisasikan kandung
kemih benar, berkemih pasca x-ray akan diambil, sehingga sebagian besar kontras (yang
dapat menutupi patologi) dikosongkan.
Sebuah IVP dapat dilakukan baik dalam keadaan darurat atau rutin.
6. Jenis prosedur pelaksanaan IVP

a. IVP Darurat
Prosedur ini dilakukan pada pasien yang datang ke IGD, biasanya dengan kolik
ginjal berat dan tes hematuria positif. Dalam hal ini dokter memerlukan pemeriksaan
untuk mengetahui apakah pasien memiliki batu ginjal dan apakah itu yang menyebabkan
sumbatan dalam sistem kemih.
Pasien dengan batu ginjal tetapi tidak disertai sumbatan, biasanya dipulangkan
dan akan disarankan periksa dengan seorang ahli urologi.
Pasien dengan batu ginjal dan obstruksi biasanya diperlukan untuk tinggal di
rumah sakit untuk pemantauan atau perawatan lebih lanjut.
Sebuah IVP Darurat dilakukan kira-kira sebagai berikut:
a. KUB(Kidney, Ureter, Bladder) polos atau sinar-x abdomen;
b. suntikan media kontras, biasanya 50 ml;
c. sinar-x abdomen yang tertunda, diambil di sekitar 15 menit pasca injeksi.
Jika obstruksi tidak jelas di film pasca berkemih diambil dan pasien dikirim
kembali ke departemen darurat. Jika obstruksi terlihat, film pasca berkemih masih
diambil, namun diikuti dengan serangkaian radiografi diambil pada interval "double
time". Misalnya, pada 30 menit pasca injeksi, 1 jam, 2 jam, 4 jam, dan sebagainya,
sampai obstruksi terlihat menghilang. Waktu penundaan ini dapat memberikan informasi
penting bagi urolog di mana dan seberapa parah obstruksi tersebut.
b. IVP Rutin
Prosedur ini yang paling umum untuk pasien yang memiliki hematuria

11
mikroskopik atau makroskopik yang tidak dapat dijelaskan. Hal ini digunakan untuk
memastikan adanya tumor atau gangguan yang mirip perubahan anatomi. Urutan gambar
kira-kira sebagai berikut:
 polos atau Kontrol gambar KUB;
 langsung x-ray hanya daerah ginjal;
 5 menit x-ray hanya daerah ginjal.
Pada titik ini, kompresi mungkin atau tidak dapat diterapkan (ini merupakan
kontraindikasi pada kasus obstruksi).
Dalam pyelography, kompresi melibatkan menekan pada daerah perut bagian
bawah, yang menghasilkan distensi pada saluran kemih atas [1].
 Jika kompresi diberikan: 10 menit pasca injeksi x-ray dari daerah ginjal yang
diambil, diikuti oleh KUB pada rilis kompresi.
 Jika kompresi tidak diberikan: sebuah KUB standar diambil untuk menunjukkan
pengosongan ureter. Hal ini terkadang dapat dilakukan dengan pasien berbaring
dalam posisi tengkurap.
Sebuah pasca berkemih x-ray diambil setelah itu. Ini biasanya pandangan kandung
kemih coned.

7. Tahapan Pembacaan Foto IVP


Tabel 1. Tahapan Pembacaan Foto IVP

Menit Uraian
0 Foto polos perut
5 Melihat fungsi ekskresi ginjal. Pada ginjal normal system pelvikaliseal sudah
tampak
15
Kontras sudah mengisi ureter dan buli-buli
30
Foto dalam keadaan berdiri, dimaksudkan untuk menilai kemungkinan terdapat
60 perubahan posisi ginjal ( ren mobilis)
Melihat keseluruhan anatomi saluran kemih antara lain : filling defect,
hidronefrosis, double system, atau kelinan lain. Pada buli-buli diperhatikan
PM adanya indentasi prostat, trabekulasi, penebalan otot detrusor, dan sakulasi buli-
buli.
Menilai sisa kontras (residu urin) dan divertikel pada buli-buli.

8. Kelainan yang dapat dilihat pada IVP


Kelainan-kelainan yang dapat terlihat pada IVP :
1. Kelainan pada ginjal
a. Kongenital, yaitu pada kelainan perkembangan ginjal
i. Kelainan letak ginjal (ektopik) :
- Unilateral pelvis kidney
- Horse kidney

12
- Dystopic left kidney fused right kidney
- Nearly complete agenesis to left kidney
ii. Kelainan ginjal
- Hipoplasia
- Aplasia
- Kista
b. Radang
Terjadinya perubahan pada pasien pelvis renis dari bentuk cupping sampai dengan
blunting (menggelembung). Termasuk didalamnya :
i. Pyelonefritis kronis

Pyelonefritis jarang ditemukan pada usia remaja, tetapi insidennya bertambah


pada usia tua dan disebabkan karena adanya retensi urin. Faktor penting pada
infeksi traktus urinarius pada wanita adalah masuknya organism kolon
kedalam buli-buli melalui uretra dan selanjutnya menjalar ke bagian
proksimal traktus urinarius. Infeksi hematogen sering disebabkan oleh kuman-
kuman streptococcus dan staphylococcus. Lesi di ginjal dapat bersifat local
atau difus. Pada stadium akut terdapat udem jaringan interstitial dengan
infiltrasi leukosit. Jika infeksi menjadi kronis akan terbentuk jaringan ikat dan
terjadi parut pengerutan ginjal.1
Kelainan-kelainan radiologik yang tidak khas tidak selalu ditemukan pada
pyelogram. Gambaran radiologik yang khas pada pemeriksaan IVP adalah
kalises bentuknya menggelembung dan korteks menipis bila sudah terbentuk
fibrosis maka terlihat lebih putih pada foto.8
ii. Renal abses
Infeksi supuratif akut parenkim ginjal biasanya mulai dari korteks menyebar
melalui hematogen. Penyebab terbanyak adalah kuman staapylococcus. Jika
terjadi satu atau lebih abses kecil dalam parenkim, maka biasanya tidak
ditemukan gambaran roentgen yang khas. Tapi jika abses ini bersatu

13
membentuk suatu abses besar atau karbunkel, maka pada foto polos akan
tampak perbesaran ginjal, dengan gambaran lemak perirenal pada daerah
tersebut suram. Pemeriksaan pyelografi intravena baru berarti jika fungsi
ginjal cukup untuk memperlihatkan system kalik. Ditemukan kompresi
perpindahan letak atau obliterasi kalik-kalik yang disebabkan oleh abses.1
c. Tumor
i. Nefroblastoma
Tampak ada desakan dari system kalises bagian bawah sehingga menyerupai
bunga lily yang jatuh atau layu dan disebut “dropping lily sign”9
ii. Wilms tumor
Tumor wilms jarang ditemukan pada waktu lahir atau bulan-bulan pertama
kelahiran. Tumor ini berasal dari congenital. Timbul dalam ;parenkim ginjal,
mungkin dari sisa-sisa blastoma nefrogen dan biasanya dari focus tunggal,
kadang-kadang lebih dari satu area. Tumor wilms biasanya dikelilingi oleh
jaringan pseudokapsul yang memisahkannya dari kompresi parenkim ginjal
normal. Diagnosis ditegakkan dengan pyelograf intravena, ultrasonografi dan
computed tomografi.1
iii. Karsinoma sel ginjal
Disebut juga hipernefroma, adenokarsinoma ginjal, karsinoma sel terang
(clear sel carcinoma). Tumor ini terutama didapat pada orang dewasa. Jarang
terlihat pada anak-anak dibawah umur 5 tahun. Berasal dari mana saja dalam
substansi ginjal, mungkin dari sel epitel atau tubuli ginjal.1
Pada pyelogram tampak massa dalam ginjal. Distosi kalik.1

iv. Tumor pelvis renis

Tumor ini berasal dari epitel. Gambaran Roentgennya berbeda dengan


adenokarsinoma dan parenkim ginjal normal. Tidak tampak kelainan pada foto
polos abdomen. Gejala utama berupa hematuria. Jika tumor kecil, sulit untuk
diketahui. Tumor menyebabkan kekurangan pengisian ( filling defect ) dalam
pelvis atau kalik. Batasnya bisa rata atau tidak beraturan, dapat kecil atau
besar. Sulit untuk dibedakan dengan papiloma, kadang – kadang dijumpai
kalsifikasi didalamnya.1

d. Batu

14
Gambaran klinis batu di dalam traktus urinarius bermacam – macam. Batu kecil di
dalam kalik tidak selalu memberikan keluhan, jadi dapat tanpa gejala. Keluhan yang
paling banyak bila batu berada di dalam ureter. Batu besar yang mengisi system
pelviokalik ( batu staghorn ) dapat merusak seluruh ginjal. Biasanya terjadi
peradangan dan obstruksi. Gambaran klinis yang lazim adalah kolik ureter, hematuria
dan radang traktus urinarius. 1

Batu ginjal akan selalu terletak di dalam bayangan ginjal, apapun posisi penderita.
Foto lateral atau miring akan membantu membedakan batu ginjal dengan batu
empedu atau kalsifikasi yang lain.6

Batu ginjal bisa tunggal atau multipel, halus atau kasar. Biasanya amat dense dan bias
juga bilateral. Bentuknya bisa sesuai dengan bentuk pelvis dan calyx renalis. Bila
besar, disebut ``staghorn``; ini menyebabkan infeksi yang berulang. Fragmen yang
kecil bisa masuk ke dalam ureter dan menyebabkan kolik renal atau obstruksi.6

Penilaian batu ginjal, penting diperhatikan1 :

i. Jumlah, densitas, dan bayangan batu


ii. Lokasi
iii. Komplikasi ( obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan striktur )
iv. Nefrokalsinosis

e. Trauma Ginjal

Trauma traktus urinarius dapat terjadi akibat jatuh dari tempat yang tinggi, kecelakaan
lalu lintas, benturan benda keras pada ginjal, pukulan, dan luka teimbak, yang sering
tekena trauma adalah ginjal, buli – buli, dan trauma.

Pada pemeriksaan klinis ditemukan hematuria, nyeri abdomen, akut abdomen. Pada
palpasi kadang teraba massa di abdomen, nyeri tekan. Trauma ginjal dapat dibagi dalam
beberapa tingkat: ringan, sedang, dan berat, yang terdiri dari:

1. Trauma ginjal ringan adalah kontusio ginjal, mengenai korteks, tanpa laserasi, kalik
atau kapsul renalis. Dapat terjadi setempat atau difus, pembengkakakan parenkim dan

15
perdarahan ringan intrarenal atau hematom di subkapsul. Trauma ini dapat sembuh
segera tanpa komplikasi atau sequellae.
2. Trauma sedang berupa rupture kapsul dengan kalik yang masih utuh, atau ruptur
kalik dan kapsul. Arteri renalis juga dapat sobek. Perdarahan dan ekstravasasi urin ke
dalam parenkim ginjal dalam rongga di bawah kapsul.
Pembekuan darah dapat terjadi dalam kalik, pelvis, atau ureter. Akibatnya terjadi abses
intrarenal atau perirenal. Kedaan ini dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan, tetapi
setelah 1 atau 2 tahun kemudian terjadi komplikasi, seperti atrofi ginjal local atau difus,
kaliektasis lokal, atau hidronefrosis. Dapat pula terjadi kista, stenosis arteri, fibrosis, dan
kalsifikasi.
3. Trauma ginjal Berat disebut juga shattered kidney , yaitu terjadi avulsi arteri renalis
dan thrombosis arteri renalis. Kead aan ini mencakup parenkim ginjal, system
pelviokalik, dan kapsul renalis, laserai ganda yang menyebabkan kematian ginjal.
Arteri renalis terputar, tanpa atau dengan avulse vena renalis. Untuk menyelamatkan
jiwa penderita, harus segera dilakukan nefrektomi. Pemeriksaan radiologic yang
dikerjakan yaitu foto polos abdomen, pielografi intravena, CT – Scan,dan pada kasus
pilihan, arteriografi ginjal.

Temuan dalam IVP antara lain hilangnya renal outline dan juga bisa bayangan psoas jika
terdapat perdarahan perinefrik, exresi bisa hilang, atau juga ekstravasasi kontras. Ureter
juga harus diperhatikan akan adanya trauma pada ureter ataupun perpindahan letak, jug
harus diperhatikan apakah terdapat ginjal pada sisi yang lain dengan fungsi yang baik.

2. Kelaianan pada ureter

a. Kongenital

i. Duplikasi unilateral/bilateral, sebagian atau seluruhnya sampai masuk ke buli –


buli.

ii. Ureterokel, memberikan gambaran radiologis seperti kepala ular kobra9.

iii. Divertikel, bisa disebabkan oleh adanya stagnasi urin oleh karena adanya
obstruksi batu kencing yang juga dapat timbul infeksi. Pada keadaan ini
didapatkan additional defect8.

16
b. Batu

i. Radioiopak; tampak pada foto polos. Pemeriksaan IVP untuk menentukan


lokasinya dan akan terlihat pelebaran ureter proksimal dari batu.

ii. Radiolusen; tidak tampak pada foto polos, pada IVP tampak luput isi ( filling
defect ) pada ureter, dengan kemungkinan pelebaran bagian proksimalnya.
Diagnosis banding adalah tumor dan bekuan darah1.

c. Radang

Pada radang ureter ( uretritis ), ureter tampak irregular dan dapat berupa dilatasi
ureter. Adanya batas tampak adanya obstruksi dari derajat ringan sampai obstruksi
total yang menyebabkan ureterektasi dan hidronefrosis1,8.

d. Tumor

Gambaran radiologis berupa luput isi ( filling defect ), kemungkinan dilatasinya di


proksimalnya. Diagnosis banding ialah batu radiolusen dan bekuan darah.

e. Trauma

Striktur: biasanya terjadi akibat peradangan, trauma terutama oleh instrument

( iatrogenic )1

3. Kelainan pada vesika urinaria

Pada keadaan normal dinding vesika urinaria licin dan rata. Pada keadaan radang
dindingnya irregular dan kemungkinan disertai defek9.

Adanya batu buli – buli, penyebab utamanya adalah obstruksi dan infeksi.
Kebanyakan adalah radioopak dan dengan mudah dilihat pada foto polos
abdomen1.

17
Adanya filling defect biasanya disebabkan karena keganasan pada vesika
urinaria9.

Bila buli-buli akan diperiksa setelah urografi intravenous, lihatlah pada foto menit
ke 20. Bila pengisian tidak sempurna, dudukanlah penderita dan foto setelah 20-
menit lagi. Pastikan bahwa penderita tidak kencing selama waktu menunggu
tersebut.10

(1) Buli-buli yang besar, bisa karena6

(a) Obstruksi prostate.


(b) Obstruksi urethra (striktur karena gonococcus, phimosis, karsinoma penis
atau ketup urethra).
(c) Paralysis (neuroganic baldder).

(2) Buli-buli yang kecil6


Biasanya terjadi setelah infeksi :

(a) Tuberkulosa
(b) Schistomiasis
(c) Setelah irradiasi pelis atau operasi untuk penyaki medulla spinsalis (jarang)

(3) Garis bentuk buli-buli yang tidak teratur atau kasar6,10

(a) Kasar dengan garis bentuk buli-buli yang tidak jelas, sering disebabkan
karena adanya hipertrofi otot dinding buli-buli dengan trabekulasi atau
diverticula.

(b) Cystitis konis bisa juga menyebabkan garis bentuk yang amat kasar tanpa
diverticula.

(c) Penyebab lain: neurogenic bladder.

(4) Batu. 6

18
Sering besar dan tunggal, bisa mengalami kalsifikasi atau tidak. Bisa terjadi
pada dewasa atau anak-anak, bisa multipel dan/atau berlapis-lapis.

(5) Kalsifikasi6
Schistomiasis menyebabkan klasifikasi seperti kulit telur, yang bisa tipis
atau tebal, pada sebagian atau seluruh buli-buli. Bila klasifikasi hanya
berupa suatu bercak yang kecil, biasanya karena tuberkulosa, tetapi
schistomiasis atau encrusted papillae bisa juga menyeabkan hal ini.

(6) Defek lokal6


Suatu defek negative pada cystogram hamper selalu karena karsinoma buli-
buli, tetapi bisa juga karena batu non opaque atau ureterocele. \suatu tumor
biasanya irregular, sedangkan batu biasanya bulat. Bila defek ini terdapat
pada dasar buli-buli, hal ini bisa karena prostate yang membesar. Mungkin
dapat terlihat kalsifikasi prostate di bawahnya.

(7) Gas didalam buli-buli6


Hal ini biasanya terjadi karena adanya fistula antara buli-buli dengan usus
atau vagina. Bisa terdapat pada diabetes yang berat. Balon catheter (foley
catheter) bisa juga menimbulkan gambaran gas juga.

(8) Penekanan pada Buli-buli6


i. Perdarahan pelvis
ii. Penekanan pada atap buli-buli
iii. Pembesaran prostat
iv. Karsinoma buli-buli
v. Schistomiasis

H. Komplikasi pemberian kontras dan pencegahannya

Reaksi yang tidak menguntungkan dari pemberian kontras adalah2,11 :

19
1. Toxic rection berupa aritmia jantung, oedem paru, perasaan nyeri dan panas
pada lengan daerah yang disuntik.
2. Allergic reaction berupa urtikaria, konjungtivitis, rhinitis, bronkospasme, dan
angioneurotik oedem.
3. Idiosyncratic reaction berupa akut anafilaksis, reaksi vagal, mual, muntah,
perasaan tidak enak pada perut, perasaan ingin kencing atau berak, batuk dan
bersin2.

Pencegahan terjadinya komplikasi dari pemeriksaan IVP adalah :

1. Anamnesa mencari riwayat alergi obat – obatan.


2. Pengobatan pendahuluan dengan derivate steroid.
3. Pengobatan pendahuluan dengan anti histamine.
4. Uji kepekaan dengan zat kontras yang akan digunakan, kalau mungkin ganti
kontras2.

I. Keuntungan dan kerugian IVP

Keuntungan pemeriksaan radiologis dengan menggunakan IVP adalah :

1. Kita mendapatkan informasi yang terperinci untuk membantu mendiagnosa


dan terapi pada kelainan – kelainan di organ traktus urinarius.
2. IVP merupakan prosedur invasive yang minimal dengan jarang terjadi
komplikasi.
3. IVP merupakan proses pemeriksaan radiology yang cepat, tanpa rasa sakit dan
lebih murah3.

Kerugian dari IVP adalah bila terjadi komplikasi dari bahan kontras yang
diberikan. Dan adanya efek radiology dengan adanya prosedur dari IVP tersebut3.

20
BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian – uraian diatas diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Intravena pyelografi ( IVP ) adalah pemeriksaan foto rontgen dengan cara


memasukkan zat kontras melalui sebuah vena yang kemudian akan mengisi traktus
urinarius.
2. Indikasi dari IVP adalah bila ada kecurigaan patologis pada traktus urinarius.
3. Keuntungan dari IVP adalah kita bisa mendapatkan informasi yang terperinci untuk
membantu diagnosa dan terapi pada kelainan – kelainan traktus urinarius.
Kerugiannya adalah bila terjadi komplikasi dari bahan kontras yang diberikan dan
adanya efek radiasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, Sjahriar, Kartoleksono, Sukonto, Ekayuda, Iwan, 1999,


Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FK UI, Jakarta
2. Dermroredjo, Sutaryan, 1992, Pemeriksaan IVP pada Kista Ginjal
Kongenital, Laboratorium Radiologi RSUP Sardjito, Yogyakarta.
3. Radiological Society of North America, Inc. ( RSNA ), 2005,
http://www.radiologyinfo.org
4. Purnomo, Basuki. B ., 2003, Dasar – Dasar Urologi, Sagung Seto,
Jakarta
5. Handoko, Iwan S, 2003, http://www.klinikku.com
6. Palmer, PES, Cockshott, WP, Hegedus, V, Samuel,E, 1995, Petunjuk
Membaca Foto Untuk Dokter Umum,ECG,Jakarta
7. Ghazali,Rusdy, 2001, Radiologi Diagnostik, FK UGM, Yogyakarta
8. Mary’s, Saint, 2005, http://www.saintmarysreno.com
9. Fasal, Arif, 2000, Kuliah Radiologi, FK UMY, Yogyakarta
10. Khan, Ali Nawaz, Cystitis, 2007, http://www.emedicine.com
11. The Yale University of Medicine ,Intravenous Pyelography, 2006,
http://www.healthanswer.com

Referensi:

22
1.
Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA
Davis Company; 2007.
Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill
Companies; 2001.
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-
saluran-kemih/

Referensi
▪ 1. ^ Page 159 in: Geoffrey D. Rubin; Mannudeep K. Kalra; Sanjay Saini (2008).
MDCT: From Protocols to Practice. Berlin: Springer. ISBN 88-470-0831-X.
2. 2. ^ Thomsen HS, Morcos SK, and members of the Contrast
Media Safety Committee of the European Society of
Urogenital Radiology. Contrast media and metformin.
Guidelines to distinguish the risk of lactic acidosis in non-
insulin dependent diabetics after administration of contrast
media.European Radiology, 1999; 9: 738-740.

23

You might also like