You are on page 1of 10

PROPOSAL

PEMETAAN GEOLOGI
Desa Banjarpanepen dan sekitarnya
Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah

Oleh :
Wiko Pratama
1401315

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata pelajaran Pemetaan Geologi merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang
harus diambil oleh mahasiswa Teknik Geologi Universitas Trisakti. Melalui mata
pelajaran Pemetaan Geologi diharapkan mahasiswa Teknik Geologi Universitas Trisakti
dapat memahami betul tata cara kegiatan lapangan seorang geologi dalam membuat Peta
Geologi.
Pada persiapannya menjadi seorang ahli geologi, pelaksana harus mengetahui
dasar-dasar apa saja yang menjadi landsan pembuatan Peta Geologi. Para ahli Geologi
dalam melaksanakan tugasnya, hamper selalu berhadapan dengan msalah-masalah
lapangan. Oleh karena itu, kemahiran untuk bekerja di lapangan merupakan syarat
mutlak yang harus dikuasai sepenuhnya oleh mereka yang berniat untuk menjadi ahli
geologi.
Berdasarkan atas sifatnya, geologi merupakan ilmu yang sifat dasarnya adalah
pengamatan (observation science). Sifat ini mengharuskan untuk mengembangkan
kemampuan obeservasi, yang sangat diperlukan untuk memperoleh data yang lengkap
dan menyeluruh, sehingga dapat dilakukan penafsiran yang logis.
Latihan melakukan observasi harus dimulai sejak tingkat awal dari proses
pendidikan. Meskipun ada pelaksanaan praktikum di laboratorium, peragaan yang ada
umumnya menunjukan keadaan yang ideal atau mudah dimengerti, namun sangat
berbeda bila dilihat di alam. Oleh karena itu, Pemetaan Geologi ini menjadi langkah
awal pelaksana menjadi seorang ahli geologi dalam menafsirkan kenampakan alam
dalam pemahaman yang telah dipelajari dala bangku perkuliahan.

2
1.2 Batasan Masalah
Pada kegiatan Pemetaan Geologi masalah yang di amati yaitu kondisi daerah
pemetaan geologi meliputi pengamatan Geomorfologi, Geologi Struktur, Sedimentologi,
Statigrafi, Mineralogi, dan Petrologi. Dari pengamatan ini diharapkan pelaksana dapat
memahami sejarah geologi daerah pemetaan serta memberi hasil berupa manfaat serta
kerugian dari geologi untuk daerah pengamatan.

1.3 Rumusan Masalah


Permasalahan geologi daerah Pemetaan Geologi ini dirumuskan dalam pendekatan
aspek geologi meliputi penentuan titik pengataman, pengamatan singkapan, pengambilan
sampel, Tectonic Section, pengukuran struktur bidang dan garis serta analisa
laboratorium. Melalui data tersebut pelaksana diharapkan dapat membantu mengatasi
batasan masalah.

1.4 Maksud dan Tujuan


Maksud kegiatan Pemetaan Geologi yaitu untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
sarjana, dimana para mahasiswa harus dapat melakukan Kuliah/Kerja Lapangan yaitu Kuliah
Lapangan (KL) dan Pemetaan Geologi yang tercantum dalam kurikulum pendidikan S-1
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti.
Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk menyusun sejarah geologi daerah pemetaan, dan
menjelaskan potensi geologi, terutama yang berkaitan dengan sumber daya alam dan bencana
alam di daerah pemetaan. mengetahui kondisi suatu daerah dengan melihat aspek stratigrafi,
geomorfologi, struktur geologi dimana nantinya dapat untuk membuat perencanaan survey
geologi dan menghasilkan peta geologi yang dapat dipertanggung jawabkan secara akademik dan
melakukan penelitian lebih lanjut guna mempelajari proses geologi yang terjadi serta hasil dari
proses tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian


Pemetaan Geologi yang dilakukan ini diharapkan memberi manfaat berupa data
tertulis geologi dan data fisik Geologi daerah diamati. Meliputi daerah rawan bencana,
potensi sumber daya serta kegunaan lainnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Geomorfologi

3
Gambar 2.1: Lokasi Daerah Kegiatan

Gambar 2.2: Peta Kontur Daerah Kegiatan Desa Banjarpanepen,


Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa
Tengah

Kondisi Geomorfologi Daerah Pemetaan Geologi ini berada di Desa Banjarpanepen


dan sekitarnya, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis daerah Jawa Tengah dibagi menjadi 6
zona fisiografi, yaitu : Daratan Aluvial Jawa Utara, Deperesi Jawa Tengah,
Antiklinorium Bogor – Serayu Utara – Kendeng, Depresi Jawa Tengah, Pengunungan
Serayu Selatan dan Pengunungan Selatan Jawa. Berdasarkan proses geologi bekerja
termasuk ke bentukan bentang alam asal endogen dan satuan geomorfologinya yaitu
yang bentuk asal struktural (A. Handaya dan Hindartan, 1992).

4
2.2 Kondisi Geologi

Gambar 2.3: Peta Geologi Daerah Kegiatan


Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah oleh van Bemmelen, (1949) dibagi menjadi
6 zona fisiografi, yaitu: Dataran Aluvial Jawa Utara, Gunungapi Kuarte, Antiklinorium
Bogor – Serayu Utara – Kendeng, Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Serayu Selatan dan
Pegunungan Selatan Jawa (Gambar 2.1).
- Dataran Aluvial Jawa Utara, mempunyai lebar maksimum 40 km kearah
selatan. Semakin kea rah timur, lebarnya menyempit hingga 20 km.
- Gunungapi Kuarter di Jawa Tengah antara lain G. Slamet, G. Dieng, G.
Sundoro, G. Sumbing, G. Ungaran, G. Merapi, G. Merbabu dan G Muria.
- Zona Serayu Utara memiliki lebar 30-50 km. Di selatan tegal, zona ini
tertutupi oleh produk gunungapi kwarter dari G. Slamet. Di bagian tengah
ditutupi okeh produk volkanik kwarter G. Rogojembangan, G. Ungaran dan G.
Dieng. Zona ini menerus ke Jawa Barat menjadi Zona Bogor dengan antara
keduannya terletak di sekitar Prupuk, Bumiayu hingga Ajibarang, persis di
sebelah barat G. Slamet, sedangkan kea rah timur membentuk Zoa Kendeng.
Zona Antiklinorium Bogor terletak di selatan Dataran Aluvial Jakarta berupa
Antiklinorium dari lapisan Neogen yang terlipat kuat dan terintrusi. Zona
kendeng meliputi daerah yang terbatasantara Gunung Ungaran hingga daerah
sekitar Purwodadi dengan singkapan batuan tertua berumur Oligosen-Miosen
Bawah yang diwakili oleh Formasi Pelang.

5
- Zona Depresi Jawa Tengah menempati bagian tengah hingga selatan. Sebagian
merupakan dataran pantai dengan lebar 10-25 km. morfologi panati ini
mencakup kontras dengan pantai selatan Jawa Barat dan Jawa Timur yang
relative lebih terjal.
- Pegunungan Selatan Jawa memamnjang di sepanjang pantai pantai selatan
Jawa membentuk morfologi pantai yang terjal. Namun di Jawa Tengah, zona
ini terputus oleh Depresi Jawa Tengah.
- Pegunungan Serayu Selatan terletak di antara Zona Depresi Jawa Tengah yang
membentuk kubah dan pegunungan. Di bagian barat dari Pegunungan Serayu
Selatan yang berarah barat-timur dicirikan oleh bentuk anticlinorium yang
berakhir di timur pada suatu singkapan batuan tertua terbesar di Pulau Jawa,
yaitu daerah Luk Ulo, Kebumen.
Berdasarkan pembagian zona ini, daerah kegiatan Pemetaan Geologi termasuk
kedalam Pegunungan Serayu Selatan yang terletak di antara Zona Depresi Jawa Tengah
yang membentuk kubah dan Pegunungan.

2.3 Kondisi Statigrafi


Kondisi stratigrafi yang dipergunakan adalah stratigrafi regional yang mengacu
kepada (S. Asikin, A. Handoyo, B. Pristhisto, dan S. Gafoer 1992). Statigrafi daerah
pengamatan Banyumas menunjukkan bahwa runtunan formasi batuan dari yang tertua
hingga termuda, uraian selengkapnya formasi-formasi tersebut, yaitu:
 Formasi Penosogan
Formasi Penosogan terutama terdiri oleh perselingan lapisan napal,
tuff, batu pasir, batu lempung, dan kalkarenit, berdasarkan distribusi besar
butir, kandungan karbonat, jumlah material tuffaan dan struktur sedimen
yang berasosiasi dengannya dapat dikenal adanya tiga bagian dari formasi
ini. Batuan-batuan itu, umumnya di endapkan di lingkunag turbit atas.
 Formasi Halang
Formasi haling terutama tersusun oleh tuff berbutir halus yang
berselingan dengan napal. Dalam formasi ini juga ditemukan lapisan-
lapisan breksi volkanik yang berbutir kasar, formasi haling dicirikan dengan
kelimpahannya akan struktur nebdat, sebagian diantaranya berukuran
raksasa, yang mengindiksaikan bahwa formasi ini diendapkan dalam
cekungan yang menurun secara cepat dan dibatasi oleh berbagai jenis sesar
atau sesar tumbuh. Bidang-bidang erosi yang khas dengan jelas tampak
pada kontak antara breksi volkanik dengan batuan lain yang berbutir lebih

6
halus, hal mana mengindentifikasikan bahwa breksi tersebut merupakan
endapan channel dalam suatu kipas bawah laut.

2.4 Kondisi Struktur Geologi


Pulau Jawa secara tektonik dipengaruhi oleh dua lempeng besar, yaitu Lempeng
Eurasia di bagian utara dan Lempeng Indo-Australia dibagian selatan. Pergerakan
dinamis dari lempeng-lempeng ini menghasilkan perubahan tatanan tektonik Jawa dari
waktu ke waktu. Secara berurutan, rejim tektonik Jawa mengalami perubahan yang
dimulai dengan kompresi, kemudian mengalami regangan dan kembali mengalami
kompresi.
Pulunggono dan Martodjojo (1994) menjelaskan bahwa tektonik kompresi terjadi
pada Kapur Akhir-Eosen (80-52 juta tahun yang lalu), yang diakibatkan oleh
penunjaman berarah timurlaut-baratdaya dari Lempeng Indo-Australia ke bawah
Lempeng Eurasia. Tektonik regangan terjadi pada Kala Eosen-Oligosen Akhir akibat dari
berkurangnya kecepatan gerak Lempeng Indo-Australia. Tektonik Kompresi kembali
terjadi pada kala Oligosen-Miosen Awal, akibat terbentuknya jalur penunjaman baru di
selatan Jawa. Pada Eosen Akhir-Miosen Awal pusat kegiatan magma berada di
Pegunungan Serayu Selatan, Bayat, dan Parangtritis. Kegiatan magma yang lebih muda
yang berumur Miosen Akhir-Pliosen bergeser ke utara dengan dijumpai singkapan
batuan volkanik di daerah Karangkobar, Banjarnegara (Asikin, 1992). Pada kala Miosen
Tengah-Pliosen Awal, posisi tektonik Cekungan Serayu Utara merupakan bagian dari
cekungan belakang busur (Kartanegara dkk., 1987).

7
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Gambar 3.1: Lokasi Daerah Kegiatan


Lokasi penelitian Pemetaan Geologi berada di daerah Desa Banjarpanepen, Desa
Bogangin dan Desa Ketanda, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa
Tengah. Secara geografis daerah penelitian terletak pada: 07° 32' 10.5"- 07° 34' 53.5" LS
dan 109° 20' 55.9"-109° 24' 12.4" BT. Luas daerah kegiatan adalah 30 km 2 dengan
ukuran 6 km x 5 km.

3.2 Metedologi Penelitian


Pada kegiatan Pemetaan Geologi ini, Metedologi penelitian yang digunakan yaitu
1) Tahap persiapan dan studi pustaka, 2) Tahap pengumpulan data primer atau tahap
Pemetaan Geologi, 3) Tahap analisa data dan 4) Tahap penyusunan laporan dan
kolokium.

3.2.1 Tahap persiapan dan studi pustaka

8
Tahap persiapan dan studi pustaka dilakukan untuk menunjang
tahap pengumpulan data primer atau tahap pemetaan. Tahap persiapan dan
studi pustaka berupa pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam
mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan kegiatan yang
dilakukan. Mulai dari membaca literatur yang berhubungan dengan daerah
kegiatan, penentuan tempat bermukim, penentuan lintas yang akan
dilewati nantinya serta persiapan fisik.
3.2.2 Tahap pengumpulan data primer atau tahap pemetaan geologi
Tahap pengumpulan data primer atau Tahap pemetaan Geologi
merupakan inti dari kegiatan yang akan dilakukan di daerah kegiatan. Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan data-data lapangan
dengan pendekatan rumusamn masalah dan nantinya dapat memberikan
hasil yang diharapkan untuk menjawab batasan masalah.
3.2.3 Tahap analisa data
Tahap analisa data merupakan tahap lanjutan setelah Tahap
pengumpulan data primer telah dilakukan. Pada tahap ini dilakukan analisa
terhadap sampel batuan, fosil, mikrofosi dan analisa struktur yang diambil
saat pengumpulan data primer. Analisa batuan dan fosil dilakukan dengan
menggunakan mikroskop analisis. Hasil dari pengataman dibawah
mikroskop nantinya dapat memberi data yang lebih akurat untuk
mendukung data primer yang telah dikumpulkan.
3.2.4 Tahap penyusunan laporan dan kolokium
Setelah melakukan tahap analisa data selanjutnya dilakukan tahap
penyusunan laporan. Tahap ini merupakan tahap penulisan hasil data yang
diperoleh dilapangan serta analisa data yang telah dilakukan di
laboratorium . Penulisan data yang didapatkan berupa laporan geologi,
nantinya setelah selesai melakukan laporan geologi dilanjutkan dengan
kegiatan kolokium

BAB IV
WAKTU DAN RENCANA

4.1 Waktu

9
Waktu kegiatan dimulai dari minggu kedua Juni 2014 hingga awal September
2014 meliputi pembuatan proposal, persiapan lapangan, lapangan (pemetaan).
Selanjutnya dilanjutkan rencana kegiatan pada tahun akademik baru yaitu kegiatan
laboratorium pada minggu ketiga September 2014, disambung dengan Penyusunan
Laporan pada minggu pertama bulan oktober 2014 hingga minggu ketiga bulan
Desember 2014 dan yang terakhir yaitu kegiatan Kolokium pada minggu kedua bulan
januari.

4.2 Rencana

10

You might also like