You are on page 1of 33

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Matematika yang


Diampu oleh
Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd

Disusun oleh

Kelompok VII (Tujuh)


- Nur Fadlia Mounte ( 411416079 )
-Tiyanti Iyabu ( 411416025 )
- Dwi Esti Cahyani ( 411416023
- Nur Fajriani Podungge ( 411416088 )

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEPTEMBER 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Strategi
Pembelajaran Matematika ini dengan baik dan tepat waktu.

Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang Strategi


Pembelajaran Kooperatif. Semoga makalah ini dapat membantu menambah
wawasan kita menjadi lebih luas lagi.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun


makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu ikut serta dalam penyelesaian makalah ini.

Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Gorontalo, 02 September 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif................................................3
2.2 Konsep Pembelajaran Kooperatif...................................................................3
2.3 Karakteristik dan Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif.............4
2.4 Prosedur Pembelajaran Kooperatif.................................................................7
2.5 Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif………………………………………9
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif…………24
BAB III PENUTUP...............................................................................................28
3.1 Kesimpulan...................................................................................................28
3.2 Saran.............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan peradaban kehidupan manusia secara perspektif menuntut
kecaapan hidup sebagaimana tren kebutuhan dalam era kehidupan global saat ini.
Interaksi kehidupan manusia terjadi secara global, memungkinkan terjadinya
banyak benturan baik yang bersifat budaya maupun kepribadian. Budaya dan
kepribadian manusia sesungguhnya banyak dipengaruhi oleh keyakinan dan
tingkat pengetahuan yang diperoleh dari proses pendidikan. Dengan demikian,
anak sepatuhnya mendapatkan pendidikan tentang budaya kehidupan global
dengan bekal kemampuan interaksi dan kolaborasi yang baik.

Fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang ada sekarang ini
cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis. Siswa
pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara
siswa yang di kelas tak unggul memperoleh label kurang dan predikat negatif
yang lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung
individualistik. Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, dan
frustasi. Selain itu salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk kemampuan


berpikir didalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal
informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi
tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika peserta
didik kita lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis akan tetapi miskin akan
aplikasi. Oleh sebab itu seorang pendidik harus memiliki kemampuan mendisain
strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan.

Kurikulum pendidikan nasional tahun2006 menetapkan prinsip


pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, karakteristik, perkembangan dan

1
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dikelas adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan melalui
riset ilmiah diberbagai Negara di dunia. Sehingga sistematiknya dapat diterapkan
disemua mata pelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Pembelajaran Kooperatif ?
2. Apa Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif ?
3. Apa karakteristik dan prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif ?
4. Bagaimana prosedur pembelajaran kooperatif ?
5. Apa tipe-tipe pembelajaran kooperatif ?
6. Apa keunggulan dan kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pembelajaran Kooperatif ?
2. Untuk mengetahui konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif ?
3. Untuk mengetahui karakteristik dan prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran
Kooperatif
4. Untuk mengetahui prosedur pembelajaran kooperatif
5. Untuk mengetahui tipe-tipe pembelajaran kooperatif
6. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan Strategi Pembelajaran
Kooperatif

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

2
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda dalam menyelesaikan tugas kelompoknya. Setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar aktif, kelas tampak seperti


mesin belajar, dan siswa sebagai bahan bakar yang menggerakan mesin tersebut.
Siswa dikelompokan oleh guru dalam empat sampai lima anggota dalam satu tim,
dan mereka mempelajari apa yang ditugaskan oleh guru (Gracia Ricardo, 1991).

2.2 Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif


Menurut Slavin (1995) bahwa Salah satu strategi dari model pembelajaran
kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif (SPK). Dua alasan penggunaan
SPK adalah beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran ini dapat menin gkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, meningkatkan harga diri dan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain. Alasan kedua adalah dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir, memcahkan masalah dan
mengintegerasikan pengetahuan dengan ketrampilan. Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan
tim kecil antar 4-6 orang yang berbeda latar belakang.

Menurut Lie (2002:12) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sistem


pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesame siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Dalam sistem ini guru
bertindak sebagai fasilitator. Selain unggul dalam mebantu siswa untuk
memahami konsep-konsep sulit, pemebalajaran kooperatif sangat berguna untuk
membantu siswa untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama.

Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran kooperatif adalah suatu


strategi belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bersama

3
dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam hal ini
siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kelompok dan saling membantu
dalam memahami bahan pembelajaran. Tiap-tiap anggota kelompok memiliki
tanggung jawab terhadap keberhasilan diri dan anggota kelompok masing-masing.

2.3 Karakteristik dan Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif


a. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Ada empat unsur penting dalam Strategi Pembelajaran Kooperatif yaitu :
1. Adanya peserta dalam kelompok
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam
setiap kelompok belajar. Pengelompokkan siswa bisa ditetapkan
berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokkan yang
didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokkan yang
didasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokka yang
didasarkan atas campur baik campuran ditinjau dari minat maupun
campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan ditujukan untuk
mempertimbangkan tujuan dari pembelajaran tersebut.
2. Adanya aturan kelompok
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan
semua pihak yang terlibat baik siswa sebagai peserta didik maupun
siswa sebagai anggota kelompok.
3. Adanya upaya belajar kelompok
Upaya belajar adalah segala sesuatu aktivitas siswa untuk
meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun
meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

4. Adanya tujuan yang harus dicapai


Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a) Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim
yang merupakan tempat untuk mencapai tujuan dengan anggota

4
tiap kelompok bersifat heterogen agar dapat saling memberikan
pengalaman, saling menerima dan memberi. Untuk itulah, criteria
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
b) Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu, fungsi
perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan fungsi kontrol.
c) Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu prinsip bekerja sama
perlu ditentukan dalam proses pembelajaran kooperatif.
d) Keterampilan bekerjasama
Kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikan
melalui aktibitAs dan kegiatan yang tergambarkan dalam
ketrampilan bekerjasama. Dengan demikian, siswa perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan
anggota lain. Sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,
mengemukakan pendapat dan member kontribusi kepada
keberhasian kelompok.
b. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti
dijelaskan dibawah ini :

1. Prinsip ketergantungan (Positive Interdepedence)


Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu
penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan
setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu didasari oleh
setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas
kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota.
Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa
saling ketergantungan.
2. Tanggung jawab dan perseorangan (Individual Accountability)
Guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan
juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda akan tetapi
penilaian kelompok salalu sama.
3. Interaksi tatap muka (Face to Face Promotion Interaction)

5
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan
yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi
tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada
setiap anggota kelompok untuk bekerja sama.
4. Partisipasi dan komunikasi (Participation Communication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk berpartisipasi
aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai
bekal mereka dikehidupan masyarakat kelak. Oleh karena itu,
sebelum melakukan pembelajaran guru perlu membekali siswa
dengan kemampuan berkomunikasi.
2.4 Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2006:246) Prosedur pembelajaran kooperatif terdiri atas
empat tahapan yaitu :
1. Menjelaskan materi
Tahap ini dimulai dengan penyampaian pokok-pokok materi
pembelajarran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama
dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi
pembelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang
materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan
memperdalam materi dalam pembelaran kelompok.
2. Belajar dalam kelompok
Siswa diminta untuk belajar pada kelompok belajarnya masing-
masing. Pengelompokan dalam pembelajaran kooperatif bersifat
heterogen yang didasarkan atas perbedaan akademik dan sebagainya.
3. Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes
atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individu maupun secara
kelompok.
4. Pengakuan tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling
menonjol atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan
atau hadiah.

6
Penggunaan pembelajaran kooperatif seharusnya mengikuti langkah-
langkah atau prosedur tertentu dalam penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat efektif meningkatkan kemampuan
belajar dan hasil belajar siswa.

Ibrahim mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang


terdiri atas 6 langkah, yaitu:

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.


2. Menyajikan informasi.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
5. Evaluasi.
6. Memberikan penghargaan.

Langkah-langkah di atas menunjukkan bahwa pelajaran dimulai yaitu guru


menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. langkah ini
diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada secara
verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini
diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan
tugas bersama mereka. Langkah terakhir pembelajaran kooperatif meliputi
presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka
pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
individu agar siswa dapat termotivasi dalam mengikuti model pembelajaran
kooperatif atau kerja kelompok. Jadi pembelajaran kooperatif sangat positif dalam
menumbuhkan kebersamaan dalam belajar pada setiap siswa sekaligus menuntut
kesadaran dari siswa untuk aktif dalam kelompok, karena jika ada siswa yang
pasif dalam kelompok maka hal itu dapat mempengaruhi kualitas pelaksanaan
pembelajaran kooperatif khususnya berkaitan dengan rendahnya kerjasama dalam
kelompok.

2.5 Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif


1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk. Dengan langkah
aplikasinya sebagai berikut:

7
a. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-
beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jika
mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi
tetap mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebut
kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe
Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian
materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi
gergaji).

Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi


pembelajaran yang dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya
terdiri dari dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok
asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan
kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh
dalam diskusi di kelompok ahli dan setiap siswa menyampaikan apa
yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru
memfasilitasi diskusi kelompok baik yang dilakukan oleh kelompok
ahli maupun kelompok asal.

b. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,


selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau
dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil

8
diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
c. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
e. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar
materi baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang
runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together).


Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer
Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan
siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
nama.
d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
e. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor
(nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa
yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
g. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari
skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

9
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk
mendukung dan memotivasi siswa mempelajari materi secara
berkelompok. Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin (1995) dan
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajaran kooperatif tipe
STAD, melalui lima tahapan, lebih jelasnya tahap-tahap pelaksanaan
pembelajaran tersebut adalah:

a. Tahapan penyajian materi, yang mana guru memulai dengan


menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin
tahu siswa tetang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan
memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap
materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat
menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki. Lamanya penyajian materi bergantung dengan
kekomplekan materi yang akan di bahas. Dalam pengembangan materi
pembelajaran perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut (a)
mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang
dipelajari siswa dalam kelompok, (b) menekankan bahwa belajar
adalah memahami makna, dan bukan hapalan, (c) memberikan umpan
balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, (d)
memberikan penjelasan mengapa jawaban itu benar atau salah.
b. Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas
sebagai bahan yang harus dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa
saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar
semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas dan
satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini

10
guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap
kelompok.
c. Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi
yang telah dibahas. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan,
yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok dan
tes dilaksanakan secara tertulis melalui tatap muka di kelas.
d. Tahap perhitungan skor perkembangan individu, dihitung berdasarkan
pada skor tes awal. Berdasarkan skor tes awal setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan yang sama
untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Penghitungan perkembangan
skor individu dimaksud agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi
terbaik sesuai dengan kemampuanya.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:


a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual
sehingga akan diperoleh skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan
rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok
untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
f. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya (terkini).

11
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization atau
Team Accelerated Instruction).
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin.
Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa secara individual.
Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan
untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap
siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-
kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota
kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai
berikut:
a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang,
dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dari ras, budaya,
suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender.
d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok.
Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa
jawaban teman satu kelompok.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya (terkini).

5. Model Pembelajaran Kooperatif: Think-Pair-Share.

12
Dikemukakan oleh Frank Lyman (1985). Model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa
metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting
kelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair-Share memiliki
prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu
yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu
satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja
sama, saling membutuhkan, dan saling tergantung pada kelompok-
kelompok kecil secara kooperatif.
Langkah-langkah pelaksanaan antara lain:
a. Guru menyampaikan inti materi atau komptensi yang ingin dicapai.
b. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang
disampaikan guru.
c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok dua
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan
hasil diskusinya.
e. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada
pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap
siswa.
f. Guru memberikan kesimpulan.
g. Penutup.

6. Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture.


Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar
dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini
diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran
menjadi bermakna.
Langkah-langkah pelaksanaannya:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gamabar-gambar kegiatan
yang berkaitan dengan materi.

13
d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang/
mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alasan/ urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep
atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.

7. Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Posing.


Tipe pembelajaran kooperatif problem posing merupakan
pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan
siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada
membangun struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa
untuk berpikir kritis dan kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan
siswa dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya dengan
mempergunakannya dalam merumuskan pertanyaan. Dengan
pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman langsung dalam
membentuk pertanyaan sendiri.

8. Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Solving.


Problem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan
pendekatan pembelajaran yang menggiring siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari guru
atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk
kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah serta difokuskan pada
membangun struktur kognitif siswa.

9. Model Pembelajaran Kooperatif : Team Games Tournament (TGT).


Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT), peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil
beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing anggotanya
melakukan turnamen pada kelompoknya masing-masing. Pemenang
turnamen adalah peserta didik yang paling banyak menjawab soal
dengan benar dalam waktu yang paling cepat.

10. Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Integrated Reading and


Composition (CIRC).

14
Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipe
pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik,
dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun kemampuan
peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan
materi yang dibacanya.

11. Model Pembelajaran Kooperatif : Learning Cycle (Daur Belajar).


Learning Cycle merupakan tipe pembelajaran yang memiliki lima
tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap pendahuluan (engage), (2) tahap
eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan (explanation), (4) tahap
penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi (evaluation).

12. Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Script (CS).


Model pemebelajaran ini dikemukakan oleh Dansereau dkk (1985).
Dalam tipe pembelajaran Cooperative Script siswa berpasangan dan
bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari.
Langkah-langkah pelaksanaan:
a. Guru membagi siswa berpasangan.
b. Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

13. Model pembelajaran kooperatif make a match (mencari pasangan).


Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan
tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

15
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam
bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam
bahasa latin (ilmiah).
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
i. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran.

14. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.


Dikembangkan oleh Sharan (1992), dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas
satu materi atau tugas yang berbeda dari kelompok lain.
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang ada secara
kooperatif yang bersifat penemuan.
e. Setelah selesai diskusi juru bicara kelompok menyampaikan hasil
pembahasan kelompok.
f. Guru memebrikan penjelasan singkat sekaligus memberikan
kesimpulan.
g. Evaluasi.
h. Penutup.

15. Model pembelajaran kooperatif PBL (Problem Base Learning).

16
PBL (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan
pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata. Sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

16. Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray ( dua tinggal-dua
tamu).
Model ini diajukan oleh Spencer Kagan (1992), dimana dalam
model ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lainnya.
Langkah-langkah pelaksanaan:
a. Siswa bekerjasama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.
b. setelah selesai maka dua orang dari masing-masing kelompok menjadi
tamu kelompok yang lain.
c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok membagikan hasil kerja dan
informasi kepada tamu.
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan hasil temuan mereka dan kelompok lainnya.
e. Kelompok mencocokkan dan membahasa hasil kerja mereka.

17. Model pembelajaran kooperatif inside Outside Circle (IOC).


Dikemukakan oleh spencer Kagan, dimana pada pembelajaran ini
siswa saling membagi informasi pada saat bersamaan dengan pasangan
yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Adapaun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kecil dan menghadap
keluar.
b. Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan
menghadap kedalam.
c. Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbaga
informasi, pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua
pasangan dalam waktu yang bersamaan.
d. Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam di tempat,
sementara siswa yang berada pada lingkaran besar bergeser satu atau
dua langkah searah jarum jam.

17
e. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi
informasi dan seterusnya.

18. Model pembelajaran kooperatif Snowball throwing.


Adapun langkah-langkah pelaksanaan Snowball throwing adalah
sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing, kemudian menyampaikan materi yang diajarkan guru kepada
temannya.
d. Kenudin masing-msiang siswa diberi satu lembar kertas kerja untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi dan
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
e. Kemudin kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa kepada siswa lain selama ± 15 menit.
f. Setelah siswa mendapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis
dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

19. Role Playing


Dalam buku Pembelajaran Kontekstual (Komalasari : 2010) Model
Pembelajaran Role Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran
Pelayanan (Sercvice Learning). Model pembelajaran ini adalah suatu
model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan murid dengan memerankannya sebagai tokoh
hidup atau benada mati.

20. Mind Mapping (Peta pikiran)


Mind mapping (peta pikiran) merupakan cara mencatat yang
menye- nangkan, cara mudah untuk menyerap dan mengeluarkan
informasi dan ide baru dalam otak (Buzan, 2007: 4). Mind mapping
menggunakan warna, simbol, kata, garis lengkung dan gambar yang
sesuai dengan cara kerja otak. Sugiarto (2004: 75) menyatakan bahwa

18
peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari, dan
memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau
grafik sehingga lebih mudah memahaminya.
Mind mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi
membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum.
Caranya, mengga- bungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan
mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%. Peta
pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang
terdapat di dalam diri seseorang.

21. Group to arround (keliling kelompok)


Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah
variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi.

22. The Williams


Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa
melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang
merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model pembelajaran ini
siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe
STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang
berbeda-beda dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif
yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran
tersebut.

23. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)


Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview
(disebut juga three problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk
memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru menyampaikan isu
yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan
beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas.
Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai
pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah
yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan
bertukar peran: pewawancara berperan sebagai orang yang

19
diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi
orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar
peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau
mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas
secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step
interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving
(pemecahan masalah).

24. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)


Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini
dikembangkan di John Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih
dari separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana
menggunakan student team learning. Pada dasarnya model
pembelajaran kooperatif yang satu ini sama saja dengan model
pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa
harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap pembelajaran
siswa lainnya yang merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL
ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus belajar sebagai
sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran kooperatif
tipe STL ini, yaitu:
(1) penghargaan terhadap kelompok;
(2) akuntabilitas individual;
(3) kesempatan yang sama untuk memperoleh kesuksesan.
Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini,
setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila mereka
berhasil melampaui ktiteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap
individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa
baik dari kelompok atas, menengah, atau bawah dapat memberikan
kontribusi yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor
mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran
mereka sebelumnya.
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

20
1. Keunggulan
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
pembelajaran di antaranya:
a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa
lain.
b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
e. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu,
dan sikap positif terhadap sekolah.
f. Melalaui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa
dapat berparktik memecahkan masalah tanpa takut membuat
kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
g. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi
dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk
proses pendidikan jangka panjang.

2. Kelemahan
Disamping keunggulan, SPK juga memiliki kelemahan, diantranya:
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu.
Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa

21
dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk
siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, meraka akan
merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki
kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklm
kerja sama dalam kelompok.
b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh
karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan
dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang
demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah
dicapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja
kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya
hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu
siswa.
d. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal
ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-
kali penerapan strategi ini.
e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam
kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh
karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama,
siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.
Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan
yang mudah.

22
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda dalam menyelesaikan tugas kelompoknya.
1. Konsep Strategi pembelajaran kooperatif
Menurut Lie (2002:12) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Dalam
sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Selain unggul dalam mebantu
siswa untuk memahami konsep-konsep sulit, pemebalajaran kooperatif
sangat berguna untuk membantu siswa untuk menumbuhkan kemampuan
kerjasama.
2. Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
a. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
1) Adanya peserta dalam kelompok
2) Adanya aturan kelompok
3) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok
4) Adanya tujuan yang harus dicapai
b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
1) Prinsip ketergantungan positif
2) Tanggung jawab perseorangan
3) Interaksi tatap muka

23
4) Partisipasi dan komunikasi
3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
a. Menjelaskan materi
b. Belajar dalam kelompok
c. Penilaian
d. Pengakuan tim
4. Tipe-Tipe pembelajaran kooperatif
a. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
b. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)
c. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions)
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization
atau Team Accelerated Instruction)
e. Model Pembelajaran Kooperatif: Think-Pair-Share
f. Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture
g. Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Posing
h. Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Solving
i. Model Pembelajaran Kooperatif : Team Games Tournament (TGT)
j. Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC)
k. Model Pembelajaran Kooperatif : Learning Cycle (Daur Belajar)
l. Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Script (CS)
m. Model pembelajaran kooperatif make a match (mencari pasangan)
n. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
o. Model pembelajaran kooperatif PBL (Problem Base Learning)
p. Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray ( dua tinggal-dua
tamu)
q. Model pembelajaran kooperatif inside Outside Circle (IOC)
r. Model pembelajaran kooperatif Snowball throwing
s. Role Playing
t. Mind Mapping (Peta pikiran)
u. Group to arround (keliling kelompok)
v. The Williams
w. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
x. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)
5. Keunggulan dan Kelemahan SPK
Keunggulan :
a) Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa
lain.

24
b) SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
c) SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
d) SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
e) SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal
yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-
manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
f) Melalaui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
Siswa dapat berparktik memecahkan masalah tanpa takut membuat
kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
g) SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi
dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk
proses pendidikan jangka panjang.

Kelemahan :
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh
waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara
otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative
learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan,
contohnya, meraka akan merasa terhambat oleh siswa yang
dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan
semacam ini dapat mengganggu iklm kerja sama dalam kelompok.
b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka

25
dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi
cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan
dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja
kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa
sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi
setiap individu siswa.
d. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan
hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau
sekali-kali penerapan strategi ini.
e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam
kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual.
Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja
sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun
kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK
memang bukan pekerjaan yang mudah.

3.2 Saran
Dengan mengetahui Strategi Pembelajaran Kooperatif diharapkan bisa
membantu memberikan pengetahuan kepada calon guru agar bisa memahami
cara mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa termasuk metode yang
digunakan apakah sudah tepat atau belum lebih baik lagi.

26
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajarann. Bandung: Rosdakarya

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Wena, Made. (2010) . Strategi Pembelajaran Inovatif Kotemporer. Jakarta : PT.
Bumi Aksara
Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Nusa Media

Zaini, Hisyam dkk. (2007) Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD


(Centre for Teaching Staff Develovment)
LAMPIRAN

Soal dan Pembahasan:

1. Bagaimana pengguaan konsep kooperatif dalam pembelajaran ?

Pembahasan:
Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebaagai suatu system
pembelajaran yang dimana para siswa berkesempatan utnuk
saling bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil ( umumya
terdiri dari 4-6 orang) yang bersifat hetorogen sehingga siswa
dapat saling mrengajar sesamanya untuk menyelesaikan tugas
terstruktur dimana guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja.

2. Apa tujuan dari adanya karakteristik dan prinsip SPK ?

Pembahasan:

Adapun tujuannya yaitu menciptakan situasi di mana keberhasilan individu


ditentukan atau di pengaruhioleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting yaitu:

1. Hasil belajar akademik


2. Penerimaan terhadap individual
3. Pengembangan keterampilan sosial

3. Adapun upaya yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran


kooperatif berjalan dengan baik yaitu:

1. Guru senantiasa mempelajari teknik teknik penerapan model


pembelajaran koperatif dikelas dan menyesuaikan dengan materi yang
akan diajarkan
2. Pembagian jumlah siswa yag merata dalam arti tiap kelas meruoakan kelas
heterogen
3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran
kooperatif
4. Meningkatkan secara pendukung pembelajaran terutama buku sumber
5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya system teknologi dan
informasi yang dapat mendukung proses pembelajarn

4. Hal-hal apa saja yang harus di ingat dari tipe-tipe pembelajaran sebelum
menerapkan model pembelajaran kooperatif ?

Pembahasan:

Sebelum menerapkan model pembelajaran ini siswa hendaknya diberikan


gambaran mengenai model pembelajaran ini sehingga nantinya mereka tidak
menganggap kooperatif hanya sekedar berkumpul dalam kelompok.

5. Apakah keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif ?

Pembahasan:
1. Keunggulan pembelajaran kooperatif yaitu: melalui pembelajaran
kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi
dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menetukan
informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain.
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide orang lain. Pembelajran kooperatif dapat
membantu untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
keterbatasannya serta menerimah segala perbedaanya.
2. Kelemahan pembelajaran kooperatif yaitu:
- Pembelajaran kooperatif adalah untuk memahami dan mengerti filosofi
pembelajaran kooperatif memang butuh waktu.
- Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif berdasarkan
kepada hasil kerja kelompok, sehingga kemapuan masing masing individu
kurang telihat. namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya
hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
- Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang cukup panjang. Dan hal
ini tidak mungkin tercapai hanya sekali atau sekali kali-kali
- Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang
didasarkan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui
pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga
harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.

You might also like