Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Ratna Wijayanti
201620401011096
Pembimbing:
dr. Nurwanto, Sp. Rad
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan referat laporan kasus ini yang berjudul “Intra Venous Pyelography
(IVP)” guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik Radiologi di RS
Muhammadiyah Lamongan.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kapada para dokter spesialis
radiologi terutama dr. Nurwanto Sp.Rad, yang telah membimbing dan
mengajarkan saya dalam ilmu –ilmu radiologi guna membantu menegakkan
diagnosis suatu penyakit melalui gambaran radiologis sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa ada kekurangan baik dari segi isi maupun susunan
dari referat ini. Oleh karena itu, saya memohon maaf sebesar-besarnya dan
membuka bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya
sehingga saya dapat memperbaiki referat ini.
Akhir kata saya mengharapkan semoga dari lapsus radiologi ini dapat
bermanfaat bagi rekan-rekan serta pembaca sehingga dapat memberikan inspirasi
dan pengetahuan terhadap pembaca.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3
putih. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran anatomi dari pelvic renalis
dan sistem calyx serta seluruh traktus urinarius dengan penyuntikan kontras
positif secara intravena. Diharapkan dengan mengetahui anatomi dan fungsi
traktus urinarius , tenaga medis mampu mendiagnosa pasien dengan baik dan
tepat.
4
BAB I1
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Ny. H
Umur :51 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat :-
Tanggal masuk : 20/1/2017
No Radiologi : 047602 F
Anamnesis
Keluhan Utama : Kontrol nyeri pinggang sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang (Mecanism of injury) : Pasien mengeluh nyeri
pinggang sebelah kanan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus
dan semakin memberat. Pasien mengeluh mual tapi tidak muntah. BAK lancar.
Panas (-), sakit kepala (-), pusing (-). Pasien tidak mengalami trauma/ jatuh
sebelum keluhan ini.
Riwayat Penyakit Dahulu: HT (+) tidak terkontrol, DM (-), setahun yang lalu
pernah mengeluh BAK keluar batu
Riwayat Penyakit Keluarga: HT -, DM -
Riwayat Penyakit Sosial: -
Vital Sign
Keadaan Umum: tampak kesakitan
Kesadaran:
Tensi : 145/87 mmHg
Nadi : 104x/mnt regular
RR : 20x/mnt
Suhu : 36,7 OC
5
Primary survey
A: Clear, gargling (-), snoring (-), speak fluently(+), potensial obstruksi (-)
B: Spontan, RR 22x/mnt, ves/ves, Rh -/-, Wh -/- SaO2 99% without O2
support
C: Acral WDR, CRT <2’, N 104x/mnt regular, TD 145/87 mmHg
D: GCS 456, lateralisasi (-), PBI 3mm/3mm
E: Temp 36,7 OC
Secondary Survey
GCS: 456
K/L: a-/i-/c-/d-, KGB (-), peningkatan JVP (-), pembesaran KGB –
Tho:
o P: simetris, ves /ves, rh -/-, wh -/-
o C: S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abd: Soepel, met-, BU + N, H/L ttb
Ext: dbN
Initial assesment
Hidronefrosis
Nefrolthiasis
Planning Diagnose
DL
Urinalisis
Faal ginjal
USG
IVP
Terapi
Renalof 3x1
Anelsik 2x1
6
Pemeriksaan Penunjang
• DL
• Urinalisis
• Faal ginjal
• USG
• IVP
Reassesesment
Nefrolithiasis
TERAPY
Renalof 3x1
Anelsik 2x1
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Hidronephrosis
3.1.1 Definisi
dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat
8
3.1.2 Etiologi
Jaringan parut ginjal/ureter.
Batu
Neoplasma/tomur
Hipertrofi prostat
Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra
Penyempitan uretra
Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002).
9
Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam
kandung kemih)
Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau
organ panggul lainnya
Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung
kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau
kanker
Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan
atau cedera
Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara
waktu menghalangi kontraksi ureter.
10
biasanya diikuti penyulit lokal yaitu; abses periuretra, fistel, dan
ekstravasasi, tumor, hipertropi prostat.
3.1.3 Klasifikasi
Pemeriksaan IVP :
Pemeriksaan USG :
1. Mild / minimal
Terlihat sebagai suatu pemisahan ringan di bagian sentral dari eko
pelvikokalises (halo sign)
2. Moderate
Kalises dan pyelum tampak melebar, berupa struktur berisi cairan.
3. Severe
Sistem kalises di bagian tengah akan tampak sebagai suatu zona
echofree yang lobulated dan lama kelamaan pelvis akan terlihat
sebaai suatu zona besar berisi cairan, bahkan kadang – kadang
pyelum dan kalises sukar diidentifikasi.
3.1.4 Patofisiologi
11
Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi
baik parsial ataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin
di piala ginjal. Sehingga menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada
saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami
kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap
(hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan
Bare, 2002).
Urin terdorong dari pelvis renalis masuk dalam buli oleh peristaltik
ureter. Tekanan normal pelvis renalis adalah <12mmHg. Tekanan ini
berubah-ubah dengan adanya aliran urin. Tekanan dalam pelvis tetap rendah
meskipun tekanan yang lebih tinggi dihasilkan dalam lumen ureter selama
peristaltik dan dalam buli selama miksi. Dengan adanya obstruksi ureter
atau refluks vesikoureter, tekanan pelvis meningkat dan memungkinkan
terjadinya kerusakan ginjal.
Akibat yang pertama-tama terjadi karena adanya obstruksi adalah
dilatasi tubulus renalis. Sasaran utamanya adalah ductus collectivus, namun
pada umumnya melalui sistem tubulus. Epitel tubulus menjadi pipih dan
atrofi, akhirnya terjadi fibrosis interstitial yang menggantikan seluruh
struktur tubulus.
Perubahan vaskuler memegang peran penting dalam perkembangan
hidronefrosis dan hidroureter. Distensi pelvis yang mengenai arteri
interlobaris dan arteri arkuarta akan mempersempit diameter pembuluh
darah dan menutup beberapa arteri intertubuler yang menyuplai darah untuk
glomerulus. Hal ini akan mempengaruhi pembuluh darah postglomerulus
yang menyuplai makanan untuk tubuli. Bagian ginjal yang paling buruk
keadaannya adalah mendapat suplai darah paling sedikit. Perubahan vena
pada prinsipnya sama dengan perubahan yang terjadi pada arteri.
12
Akibat dari obstruksi aliran urin terhadap fungsi ginjal dipengaruhi
oleh jenis obstruksinya, unirateral atau bilateral, akut atau kronis, partial
atau total, dan intermiten atau konstan.
Derajat perbaikan struktur dan fungsi setelah obstruksi berasil teratasi
akan bervariasi tergantung derajat kerusakan, luasnya daerah yang bebas
dari infeksi, dan kemampuan stimulasi fungsional ( renal counterbalance ).
Perbaikan struktur akan baik jika pada ginjal yang masih normal hanya
terjadi kerusakan yang berlangsung lambat. Jika gimjal yang normal telah
mengalami hipertrofi compensata, perbaikan struktur organ yang mengalami
obstruksi dan hidronefrosis akan kurang efisien.
OBSTRUKSI
Fungsi Menurun
13
3.1.5 Diagnosis
Gejala Klinik .
PENJALARAN RASA SAKIT
14
Seperti diverticulitis / penyakit-penyakit kolon ascendens,
descendens dan sigmoid.
Sakit disudut kostovertebra.
* Benda asing (batu) di 1/3 distal:
Gejala-gejala sistitis
Sakit di skrotum
Sakit di sudut kostovertebra
15
Batu Buli Gejala : iritasi
Nyeri suprapubik
Hesitansi
Disuria
Frekuensi
intermitensi
Perasaan tidak enak saat kencing
Kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali setelah
perubahan posisi
Refered pain di ujung penis, skrotum, perineum, pinggang
sampai kaki
Anak : enuresis nokturna, sering menarik penis (laki-laki),
menggosok vulva (perempuan)
BATU URETRA
Gejala :
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi genitalis eksterna; untuk pria, penis diinspeksi untuk
melihat adalah stenosis meatus atau fimosis. Pada wanita, dilakukan
inspeksi dan vaginal toucher dan recta’toucher yang diperkirakan
berhubungan dengan onstruksi traktus urinarius.
16
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah untuk mengetahui adalah anemia, polisitemia,
azotemia, hiperkalemi, dan kadar elektrolit darah lainnya seperti natrium,
magnesium, dan fosfat.
Pemeriksaan Radiologi
Dilatasi traktus urinarius merupakan gambaran jelas dari uropati
obstruktivus yang digunakan sebagai diagnosis dengan berbagai teknik
pencitraan. Diagnosis yang baik menunjukkan hubungan anatomi dengan
fungsi sebagai substansi dari bermacam-macam teknik pencitraan yang
berbeda yang menunjukkan secara detail anatomi dan sisi lain informasi
mengenai fungsi.
17
Computerized Tomography (CT) dengan kontras menunjukkan
anatomi yang sangat baik dan sering dapat mengetahui penyebab obstruksi,
namun memberi informasi tentang fungsional yang agak terbatas. Teknik
radionuklid jika dibandingkan dengan USG, UIV dan CT memberi
informasi fungsional yang lebih baik, namun kurang baik untuk melihat
anatomi.
3.1.6 Penatalaksanaan
1. Konservatif : bila gejala (-), obstruksi (-)
2. Medikamentosa
- spasmolitik
- diuretika
- banyak minum
- banyak gerak
3. Operatif
- ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
- Endourologi :
Litotripsi
Ekstraksi Dormia
4. Bedah Terbuka
- Pielolitotomi / extended pielolitotomi
- Nefrolitotomi / anatrophic nefrolitotomi
- Multiple radikal nefrolitotomi
- Teknik hipotermia
- Parsial & total Nefrektomi
- Ureterolithotomi
18
- Vesicolithotomi
- Uretrolitotomi
3.1.7 Komplikasi
Pielonephritis
Pyelonefritis
Gagal ginjal
3.1.8 Prognosis
Akibat dari obstruksi aliran urin terhadap fungsi ginjal dipengaruhi
oleh jenis obstruksinya, unirateral atau bilateral, akut atau kronis,
partial atau total, dan intermiten atau konstan.
3.1.9 DD
Divertikel ureter
Biasanya tunggal tetapi dapat juga multiple. Biasanya ada infeksi
dan disertai ureterolithiasis.
Mega Ureter
Mega ureter adalah dilatasi ureter yang terjadi bukan oleh karena
obstruksi atau refluks. Kemungkinan disebabkan karena
abnormalitas fungsi dari juxtavesical ureter yang gagal mengadakan
peristaltic secara normal dan kekurangmampuan dalam peregangan
ureter. Gambaran seperti paruh ayam didapatkan pada segmen distal
ureter dan didapatkan gambaran dilatasi pada ureter proksimal yang
dinamik. Dibagi atas 3 grade :
Grade III : dilatasi dari seluruh ureter adanya dilatasi sedang sampai
berat dari kaliks.
19
Stenosis kongenital
Pada ujung bawah ureter timbul obstruksi organik pada
ureterovesical junction.
Retrocaval Ureter
Kelainan yang terjadi dimana 1/3 tengah ureter kanan melengkung
ke tengah belakang vena cava inferior kemudian ke lateral sampai
permukaan anteriornya berada pada posisi di paravertebra normal.
Kelainan ini mengakibatkan obstruksi dari ureter bagian atas.
Ureterocele
Kelainan ini merupakan dilatasi kistik congenital pada ureter bagian
bawah. Pada urogram dengan media kontras, simple ureterocele
menunjukkan gambaran peningkatan densitas daerah elips atau
sirkuler ureter bagian bawah yang berdilatasi dengan dikelilingi oleh
bayangan radioluscent dari dinding ureterocele. Ini menunjukkan
gambaran “kepala kobra” (cobra head)
a. Definisi
20
Ilmu yang mempelajari prosedur /tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan
1. Pada saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan
pasien, media kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam
ginjal dan tractus urinary, sehingga ginjal dan tractus urinary menjadi berwarna
putih.
2. Dengan IVP, radiologist dapat melihat dan mengetahui anatomy serta fungsi
1. Dengan IVP dokter dapat mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus
urinary dari :
a. Batu ginjal
b. Pembesaran prostat
Gambar 2.3. Foto dengan persiapan pasien yang baik (tidak tampak visualisasi
udara / faeces di rongga abdomen)
21
Gambar 2.4. Foto dengan persiapan pasien yang kurang baik (tampak visualisasi
udara / feses di rongga abdomen)
Gambaran planar yang standar dari seri IVP menunjukkan bahwa hanya
kesatuan sistem yang berperan dalam melakukan pengumpulan zat yaitu ginjal
dan ureter. Disamping itu juga, data tomografi komputer yang diperoleh
sebelumnya digunakan untuk mendapat alasan klinis yang terpisah dan sebagai
pembukti hanya berfungsi pada satu sistem pengumpul ginjal. Pada awalnya,
tampak bahwa baik pelvis ginjal dan ureter duplikasi disebabkan oleh fenomena
yang sama dan karena itu dapat digambarkan sebagai salah satu artefak tunggal
22
c. Patologi dan indikasi klinis
Hydroneprosis
Hydroneprosis adalah distensi dan dilatasi dari renal pelvic,
biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal
(Obstruksi), Hydroneprosis biasa disebut pembesaran ginjal.
Pyelonepritis
Pyelonepritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim
ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri infeksi
bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih
bagian bawah terus naik ke ginjal.
23
Renal Hypertension
Renal Hypertension adalah Sindrom yang terdiri dari tekanan darah
tinggi yang disebabkan oleh penyempitan arteri menyuplai ginjal
(stenosis arteri ginjal)
Polyuria
Polyuria adalah fisiologis normal dalam beberapa keadaan, seperti
diuresis dingin, diuresis ketinggian, dan setelah minum cairan
dalam jumlah besar.
Neprolithiasis
Neprolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di
dalam Pelvis atau Calyces dari ginjal.
24
Urolithiasis
Urolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu
didalam saluran ureter.
BPH
BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif
dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan
ristriksi pada jalan urine (urethra).
25
d. Kontra indikasi
3. Gagal ginjal
4. Multi myeloma
5. Neonatus
e. Efek samping
26
Pencegahan alergi pada pasien sebelum dimasukan kontras dapat
dilakukan sebagai berikut:
Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit terhadap bahan
kontras yang disuntikkan sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila
terjadi reaksi merah atau bentol diarea itu, segera laporkan
radiolog/dokter yang jaga.
Melakukan IntraVena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test
yaitu dengan menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam
vena. Segera laporkan dokter jika terjadi reaksi.
Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum
pemasukan bahan kontras (contohnya : diphenhydramine).
Tindakan penyembuhan (yang dilakukan setelah bahan kontras itu masuk
tubuh dan menimbulkan alergi)
Reaksi ringan seperti rasa mual dapat diatasi dengan menginstruksikan
pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan melalui mulut.
Reaksi berat diperlukan pengobatan atau pertolongan lainnya atau bila perlu
menghentikan pemeriksaan (sesuai arahan radiolog).
diberikan kastor oli (catharsis) atau laxative untuk membersihkan kolon dari feses
a. Persiapan IVP
- Pasien makan bubur kecap saja sejak 2 hari (48 jam) sebelum
27
- Jam 20.00 pasien minum garam inggris (magnesium sulfat), dicampur 1
gelas air matang sbg laxative, disertai minum air putih 1-2 gelas, terus
puasa.
- Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara
dan sebelum pemeriksaan dimulai pasien diminta buang air kecil untuk
mengosongkan blass.
a. Peralatan Steril
2) Spuit 20 cc (2 buah)
4) Tourniquet
b. Peralatan Un-Steril
1) Plester
5) Baju pasien
28
g. Prosedur pemeriksaan ivp
4. Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine untuk melihat
pelviocaliseal dan ureter proximal terisi media kontras.
a. Foto
Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah bayangan,
besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista
dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus diperhatikan batas
29
Gambar 2.5. Foto IVP polos
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan
proccecus xyphoideus dan pusat. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras
dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada sistem pelvikalises
30
2. 15 menit
pelviokaliseal, ureter dan buli-buli mulai terisi media kontras dengan posisi
Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan menggunakkan
diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk mengevaluasi
tidak dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen (Nurlela Budjang,
2010)
31
Gambar 2.8. Foto menit ke-30
4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BOF lagi. Setelah hasil rontgen
dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan dinyatakan normal maka pasien
menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-
32
Gambar 2.9. Foto menit ke 60 atau lebih
5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi
erect dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang tidak
33
Perawatan Lanjutan
Tidak ada perawatan khusus yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pemeriksaan IVP ini.
- Kelebihan
1. Bersifat invasif.
2. IVP memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga dokter dapat
mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang tepat mulai dari adanya batu
ginjal hingga kanker tanpa harus melakukan pembedahan
3. Diagnosa kelainan tentang kerusakan dan adanya batu pada ginjal dapat
dilakukan.
- Kekurangan
2. Dosis efektif pemeriksaan IVP adalah 3 mSv, sama dengan rata-rata radiasi
yang diterima dari alam dalam satu tahun.
3. Penggunaan media kontras dalam IVP dapat menyebabkan efek alergi pada
pasien, yang menyebabkan pasien harus mendapatkan pengobatan lanjut.
34
BAB IV
PEMBAHASAN
35
BAB IV
KESIMPULAN
1) Pemeriksaan IVP adalah prosedur /tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan
media kontras
2) Indikasi IVP pada pasien ini karena dicurigai sumbatan pada traktus
urinarius
36
DAFTAR PUSTAKA
37