You are on page 1of 37

LAPORAN KASUS

Intra Venous Pyelography


(IVP)

Oleh:
Ratna Wijayanti
201620401011096

Pembimbing:
dr. Nurwanto, Sp. Rad

Kepaniteraan Klinik SMF Radiologi


Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan referat laporan kasus ini yang berjudul “Intra Venous Pyelography
(IVP)” guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik Radiologi di RS
Muhammadiyah Lamongan.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kapada para dokter spesialis
radiologi terutama dr. Nurwanto Sp.Rad, yang telah membimbing dan
mengajarkan saya dalam ilmu –ilmu radiologi guna membantu menegakkan
diagnosis suatu penyakit melalui gambaran radiologis sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa ada kekurangan baik dari segi isi maupun susunan
dari referat ini. Oleh karena itu, saya memohon maaf sebesar-besarnya dan
membuka bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya
sehingga saya dapat memperbaiki referat ini.
Akhir kata saya mengharapkan semoga dari lapsus radiologi ini dapat
bermanfaat bagi rekan-rekan serta pembaca sehingga dapat memberikan inspirasi
dan pengetahuan terhadap pembaca.

Lamongan, 23 Januari 2017

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Semakin maju ilmu kedokteran akan menuntut semakin diperlukannya


teknologi canggih guna membantu penegakan diagnose maupun terapi. Oleh
karena itu ilmu kedokteran saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia radiologi.
Setelah ditemukannya sinar X oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tahun 1895,
revolusi besar besaran terjadi dalam dunia kedokteran. Sinar X mampu
menvisualisasikan bagian dalam tubuh manusia tanpa membedahnya terlebih
dahulu. Dari waktu ke waktu pemanfaatan sinar X berkembang hingga sekarang.
Sehingga tidak heran jika pemeriksaan radiologi amat dibutuhkan sebagai salah
satu pemeriksaan penunjang diagnostik yang cukup penting. Perkembangan
pemanfaatan sinar X dalam radiodiagnostik pun menjadi makin berkembang
seiring ditemukannya media kontras. Agen kontras merupakan zat yang
membantu visualisasi beberapa struktur selama melakukan pmeriksaan radiologi,
bekerja berdasarkan perinsip dasar penyerapan sinar X sehingga mencegah
pengiriman sinar tersebut pada pasien.
Media kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar X untuk
meningkatkan daya tenuasi sinar X. Bahan kontras ditemukan pertama kali pada
tahun 1896 dan dipakai untuk pemeriksaan traktus digestivus. Bahan yang sering
dipakai adalah barium sulfat yang dapat memperlihatkan bentuk traktus digestivus
dan sediaan iodin organic yang banyak digunakan secara intravena. Penelitian
menganai bahan kontras ini terus berkembang hingga tahun 1923 ditemukan
garam senyawa iodine yang digunakan untuk pemeriksaan traktus urinarius.
Pemeriksaan traktus urinarius dengan bahan kontras yang dimasukkan ke dalam
intravena ke dalam tubuh manusia disebut pemeriksaan IVP.
BNO IVP (blaas near overzeigh intravena pyelografi) adalah salah satu
pemeriksaan radiogragi traktus urinarius menggunakan sinar X dengan melakukan
injeksi media kontras melalui vena. Pada saat media kontras diinjeksikan melalui
pembuluh vena pada tangan pasien , media kontras akan mengikuti perdaran darah
dan dikumpulkan dalam ginjal dan traktus urinarius sehingga menjadi berwarna

3
putih. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran anatomi dari pelvic renalis
dan sistem calyx serta seluruh traktus urinarius dengan penyuntikan kontras
positif secara intravena. Diharapkan dengan mengetahui anatomi dan fungsi
traktus urinarius , tenaga medis mampu mendiagnosa pasien dengan baik dan
tepat.

4
BAB I1
LAPORAN KASUS
Identitas
 Nama : Ny. H
 Umur :51 Tahun
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Alamat :-
 Tanggal masuk : 20/1/2017
 No Radiologi : 047602 F

Anamnesis
Keluhan Utama : Kontrol nyeri pinggang sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang (Mecanism of injury) : Pasien mengeluh nyeri
pinggang sebelah kanan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus
dan semakin memberat. Pasien mengeluh mual tapi tidak muntah. BAK lancar.
Panas (-), sakit kepala (-), pusing (-). Pasien tidak mengalami trauma/ jatuh
sebelum keluhan ini.
Riwayat Penyakit Dahulu: HT (+) tidak terkontrol, DM (-), setahun yang lalu
pernah mengeluh BAK keluar batu
Riwayat Penyakit Keluarga: HT -, DM -
Riwayat Penyakit Sosial: -

Vital Sign
Keadaan Umum: tampak kesakitan
Kesadaran:
 Tensi : 145/87 mmHg
 Nadi : 104x/mnt regular
 RR : 20x/mnt
 Suhu : 36,7 OC

5
Primary survey
 A: Clear, gargling (-), snoring (-), speak fluently(+), potensial obstruksi (-)
 B: Spontan, RR 22x/mnt, ves/ves, Rh -/-, Wh -/- SaO2 99% without O2
support
 C: Acral WDR, CRT <2’, N 104x/mnt regular, TD 145/87 mmHg
 D: GCS 456, lateralisasi (-), PBI 3mm/3mm
 E: Temp 36,7 OC

Secondary Survey
 GCS: 456
 K/L: a-/i-/c-/d-, KGB (-), peningkatan JVP (-), pembesaran KGB –
Tho:
o P: simetris, ves /ves, rh -/-, wh -/-
o C: S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
 Abd: Soepel, met-, BU + N, H/L ttb
 Ext: dbN

Initial assesment

 Hidronefrosis
 Nefrolthiasis
Planning Diagnose

 DL
 Urinalisis
 Faal ginjal
 USG
 IVP

Terapi
 Renalof 3x1
 Anelsik 2x1

6
Pemeriksaan Penunjang
• DL
• Urinalisis
• Faal ginjal
• USG
• IVP

Reassesesment
Nefrolithiasis

TERAPY
 Renalof 3x1
 Anelsik 2x1

7
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Hidronephrosis

3.1.1 Definisi

Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap

kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan

dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat

pada parenkim ginjal (Sylvia, 2010).

Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan balik


terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal,
air kemih mengalir dari ginjal dengan tekananyang sangat rendah. Jika
aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam
tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah
pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan
ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.
Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak
jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.

Hidronefrosis adalah dilatasi dari pelvis ginjal dan kaliks


(pelvikalikstasis) yang berhubungan dengan perubahan tekanan balik dari
parenkim ginjal. Terminologi hidronefrosis mengalami perkembangan
yang berbeda-beda bagi seorang urolog, yang berarti hanya dilatasi pada
sistem pengumpul. Nama lainnya adalah pelvikalikstasis dan mungkin
berhubungan maupun tidak dengan penipisan parenkim ginjal.

Keadaan patologis pada ginjal dan ureter yang menyebabkan gangguan


mekanis maupun fungsional dimana akan mengakibatkan terjadinya
obstruksi atau hambatan urin.

8
3.1.2 Etiologi
 Jaringan parut ginjal/ureter.
 Batu
 Neoplasma/tomur
 Hipertrofi prostat
 Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra
 Penyempitan uretra
 Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002).

1. Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada


sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis
renalis):
 Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam
pelvis renalis terlalu tinggi
 Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser
ke bawah
 Batu di dalam pelvis renalis
 Penekanan pada ureter oleh:
-jaringanfibrosa
-arteri atau vena yang letaknya abnormal
- tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan
dibawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih
dari kandung kemih:

 Batu di dalam ureter


 Tumor di dalam atau di dekat ureter
 Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi,
terapi penyinaran atau pembedahan
 Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
 Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling
ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan
(terutama metisergid)

9
 Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam
kandung kemih)
 Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau
organ panggul lainnya
 Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung
kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau
kanker
 Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan
atau cedera
 Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara
waktu menghalangi kontraksi ureter.

Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran


rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk
keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal
mengalirkan air kemih ke kandung kemih.
Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun
sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi
kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke
kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan
jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi
kerusakan yang menetap.

Malformasi kongenital dapat menyebabkan hidronefrosis maupun


hidroureter pada anak, misalnya penyempitan ureteropelvic junction,
anomali letak ureter, penonjolan katub uretra posterior, uterokel
ektoptik, dan sindrom Prunebelly. Striktura uretra kongenital, stenosis
meatus uretra, dan obstruksi leher buli dapat menyebabkan disfungsi
buli sekunder yang menyebabkan hidroureter.
Penyebab terbanyak pada orang dewasa adalah acquired defect
(kelainan yang didapat), antara lain striktur uretra, infeksi yang

10
biasanya diikuti penyulit lokal yaitu; abses periuretra, fistel, dan
ekstravasasi, tumor, hipertropi prostat.

3.1.3 Klasifikasi
Pemeriksaan IVP :

 Grade I : Gambaran dilatasi minimal. Sifat forniks kaliks


sedikit blunting (blunting)
 Grade II : Forniks dan kaliks terdapat blunting yang lebih
jelas dan pembesaran kaliks, meskipun flat mudah terlihat
(flattening).
 Grade III : Kaliks membulat dengan obliterasi dar papilla
(clubbing).
 Grade IV : Terjadi balloning kaliks yang ekstrim (balloning).
(Budjang Nurlelo. Traktus Uurinaria. Dalam
Radiologi Diagnostik. Rasad S,Kartoleksono S,
Ekayuda I.Ed FKUI Jakarta ,1998: 287-292)

Pemeriksaan USG :

1. Mild / minimal
Terlihat sebagai suatu pemisahan ringan di bagian sentral dari eko
pelvikokalises (halo sign)

2. Moderate
Kalises dan pyelum tampak melebar, berupa struktur berisi cairan.

3. Severe
Sistem kalises di bagian tengah akan tampak sebagai suatu zona
echofree yang lobulated dan lama kelamaan pelvis akan terlihat
sebaai suatu zona besar berisi cairan, bahkan kadang – kadang
pyelum dan kalises sukar diidentifikasi.

3.1.4 Patofisiologi

11
Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi
baik parsial ataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin
di piala ginjal. Sehingga menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada
saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami
kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap
(hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan
Bare, 2002).

Urin terdorong dari pelvis renalis masuk dalam buli oleh peristaltik
ureter. Tekanan normal pelvis renalis adalah <12mmHg. Tekanan ini
berubah-ubah dengan adanya aliran urin. Tekanan dalam pelvis tetap rendah
meskipun tekanan yang lebih tinggi dihasilkan dalam lumen ureter selama
peristaltik dan dalam buli selama miksi. Dengan adanya obstruksi ureter
atau refluks vesikoureter, tekanan pelvis meningkat dan memungkinkan
terjadinya kerusakan ginjal.
Akibat yang pertama-tama terjadi karena adanya obstruksi adalah
dilatasi tubulus renalis. Sasaran utamanya adalah ductus collectivus, namun
pada umumnya melalui sistem tubulus. Epitel tubulus menjadi pipih dan
atrofi, akhirnya terjadi fibrosis interstitial yang menggantikan seluruh
struktur tubulus.
Perubahan vaskuler memegang peran penting dalam perkembangan
hidronefrosis dan hidroureter. Distensi pelvis yang mengenai arteri
interlobaris dan arteri arkuarta akan mempersempit diameter pembuluh
darah dan menutup beberapa arteri intertubuler yang menyuplai darah untuk
glomerulus. Hal ini akan mempengaruhi pembuluh darah postglomerulus
yang menyuplai makanan untuk tubuli. Bagian ginjal yang paling buruk
keadaannya adalah mendapat suplai darah paling sedikit. Perubahan vena
pada prinsipnya sama dengan perubahan yang terjadi pada arteri.

Tekanan pada tubulus dan pelvis renalis yang mengalami dilatasi


menyebabkan atrofi hidronefrosis. Proses ini semakin parah dengan adanya
anemia yang terjadi karena perubahan pembuluh darah.

12
Akibat dari obstruksi aliran urin terhadap fungsi ginjal dipengaruhi
oleh jenis obstruksinya, unirateral atau bilateral, akut atau kronis, partial
atau total, dan intermiten atau konstan.
Derajat perbaikan struktur dan fungsi setelah obstruksi berasil teratasi
akan bervariasi tergantung derajat kerusakan, luasnya daerah yang bebas
dari infeksi, dan kemampuan stimulasi fungsional ( renal counterbalance ).
Perbaikan struktur akan baik jika pada ginjal yang masih normal hanya
terjadi kerusakan yang berlangsung lambat. Jika gimjal yang normal telah
mengalami hipertrofi compensata, perbaikan struktur organ yang mengalami
obstruksi dan hidronefrosis akan kurang efisien.

OBSTRUKSI

Terjadi infeksi Back Flow

Infeksi Ascendens Hidronefrosis

Pielonefritis Menekan Parenkim Ginjal

Pyelonefritis Parenkim Menipis

Fungsi Menurun

Gagal Ginjal Gagal Ginjal

13
3.1.5 Diagnosis
 Gejala Klinik .
PENJALARAN RASA SAKIT

* Benda asing (batu) di ureter proksimal :

 Kostovetebra – pinggan – epigastrium


 Sepanjang ureter
 Melalui syaraf genito cruralis : rasa sakit sampai di testis /
ovarium, uretra.
 Vesicosensory reflex melalui n. ilio inguinalis  hiper estesi di
paha bagian medial atas
 Melalui ganglion coeliacus ke T 10 – L 1 ke medulla oblongata
 nausea, vomitus, diare, mules, nyeri epigastrium (DD gastritis)
 Interspinal over flow penjalaran renorenal sakit di ginjal –
kontra lateral.
 Penjalaran ke dada, bahu, lutut

* Benda asing (batu) di ureter 1/3 tengah:

 Rasa sakit di Mc. Burney (DD / Appendicitis).

14
 Seperti diverticulitis / penyakit-penyakit kolon ascendens,
descendens dan sigmoid.
 Sakit disudut kostovertebra.
* Benda asing (batu) di 1/3 distal:

 Rasa sakit di : - Inguinal


- Supra pubic

 Gejala-gejala sistitis
 Sakit di skrotum
 Sakit di sudut kostovertebra

15
Batu Buli  Gejala : iritasi
 Nyeri suprapubik
 Hesitansi
 Disuria
 Frekuensi
 intermitensi
 Perasaan tidak enak saat kencing
 Kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali setelah
perubahan posisi
 Refered pain di ujung penis, skrotum, perineum, pinggang
sampai kaki
 Anak : enuresis nokturna, sering menarik penis (laki-laki),
menggosok vulva (perempuan)

BATU URETRA
Gejala :

 Nyeri pada shaft penis


 Kencing tiba-tiba berhenti
 Hematuria

 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi genitalis eksterna; untuk pria, penis diinspeksi untuk
melihat adalah stenosis meatus atau fimosis. Pada wanita, dilakukan
inspeksi dan vaginal toucher dan recta’toucher yang diperkirakan
berhubungan dengan onstruksi traktus urinarius.

Dengan palpasi dan perkusi abdomen dapat dinilai ada tidaknya


distenasi ginjal atau buli.

Pemeriksaan rectal dilakukan dengan hati-hati, dapat untuk


mengetahui pembesaran atau nodul prostat, tonus sfinger yang abnormal,
massa pelvis atau massa rektal.

16
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah untuk mengetahui adalah anemia, polisitemia,
azotemia, hiperkalemi, dan kadar elektrolit darah lainnya seperti natrium,
magnesium, dan fosfat.

Urinalisis dan pemeriksaan sedimen urin mungkin menunjukkan


hematuri, piuri, atau bakteriuri.

 Pemeriksaan Radiologi
Dilatasi traktus urinarius merupakan gambaran jelas dari uropati
obstruktivus yang digunakan sebagai diagnosis dengan berbagai teknik
pencitraan. Diagnosis yang baik menunjukkan hubungan anatomi dengan
fungsi sebagai substansi dari bermacam-macam teknik pencitraan yang
berbeda yang menunjukkan secara detail anatomi dan sisi lain informasi
mengenai fungsi.

Ultrasonografi (USG) abdomen menilai ukuran ginjal, buli, kontur


pelvicocalices system, ureter serta masa pelvis. Adanya pelvicalicestasis
yang ditunjukkan pada USG, mengarah kecurigaan obstruksi. Jika tidak
ditemukan distensi dari organ tersebut maka kemungkinan obstruksi
fungsional traktus urinarius dapat disingkirkan.

Urografi Intra Vena (UIV) juga dapat memberikan informasi yang


baik tentang anatomi dan fungsi. Dilatasi pada pelvicocalices system dan
ureter menunjukkan adanya hidronefrosis dan hidroureter.

Sistouretrografi dilakukan untuk menentukan ada tidaknya refluks


vesikoureter, obstruksi leher buli dan uretra. Jika dengan pemeriksaan ini
tidak didapatkan hasil yang cukup untuk menegakkan diagnosis, dilakukan
pemeriksaan endoskopi untuk melihat lesi yang melibatkan uretra, prostat,
buli dan orifisium ureter.

Jika dicurigai ada kelainan pada ureter atau pelvis renalis,


dilakukan pemeriksaan pielografi retrograd atau pielografi antergrad.

17
Computerized Tomography (CT) dengan kontras menunjukkan
anatomi yang sangat baik dan sering dapat mengetahui penyebab obstruksi,
namun memberi informasi tentang fungsional yang agak terbatas. Teknik
radionuklid jika dibandingkan dengan USG, UIV dan CT memberi
informasi fungsional yang lebih baik, namun kurang baik untuk melihat
anatomi.

3.1.6 Penatalaksanaan
1. Konservatif : bila gejala (-), obstruksi (-)
2. Medikamentosa
- spasmolitik

- diuretika

- banyak minum

- banyak gerak

3. Operatif
- ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

- Endourologi :

PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)

Litotripsi

Ureteroskopi atau uretero-renoskopi

Ekstraksi Dormia

4. Bedah Terbuka
- Pielolitotomi / extended pielolitotomi
- Nefrolitotomi / anatrophic nefrolitotomi
- Multiple radikal nefrolitotomi
- Teknik hipotermia
- Parsial & total Nefrektomi
- Ureterolithotomi

18
- Vesicolithotomi
- Uretrolitotomi
3.1.7 Komplikasi
Pielonephritis

Pyelonefritis

Gagal ginjal

3.1.8 Prognosis
Akibat dari obstruksi aliran urin terhadap fungsi ginjal dipengaruhi
oleh jenis obstruksinya, unirateral atau bilateral, akut atau kronis,
partial atau total, dan intermiten atau konstan.

3.1.9 DD
 Divertikel ureter
Biasanya tunggal tetapi dapat juga multiple. Biasanya ada infeksi
dan disertai ureterolithiasis.

 Mega Ureter
Mega ureter adalah dilatasi ureter yang terjadi bukan oleh karena
obstruksi atau refluks. Kemungkinan disebabkan karena
abnormalitas fungsi dari juxtavesical ureter yang gagal mengadakan
peristaltic secara normal dan kekurangmampuan dalam peregangan
ureter. Gambaran seperti paruh ayam didapatkan pada segmen distal
ureter dan didapatkan gambaran dilatasi pada ureter proksimal yang
dinamik. Dibagi atas 3 grade :

Grade I : dilatasi terbatas pada 1/3 distal ureter

Grade II : dilatasi terjadi sampai proksimal ureter dengan atau


tanpa dilatasi ringan dari kaliks.

Grade III : dilatasi dari seluruh ureter adanya dilatasi sedang sampai
berat dari kaliks.

19
 Stenosis kongenital
Pada ujung bawah ureter timbul obstruksi organik pada
ureterovesical junction.

 Retrocaval Ureter
Kelainan yang terjadi dimana 1/3 tengah ureter kanan melengkung
ke tengah belakang vena cava inferior kemudian ke lateral sampai
permukaan anteriornya berada pada posisi di paravertebra normal.
Kelainan ini mengakibatkan obstruksi dari ureter bagian atas.

 Ureterocele
Kelainan ini merupakan dilatasi kistik congenital pada ureter bagian
bawah. Pada urogram dengan media kontras, simple ureterocele
menunjukkan gambaran peningkatan densitas daerah elips atau
sirkuler ureter bagian bawah yang berdilatasi dengan dikelilingi oleh
bayangan radioluscent dari dinding ureterocele. Ini menunjukkan
gambaran “kepala kobra” (cobra head)

3.2 Pemeriksaan Kontras Radiologi IVP

a. Definisi

20
Ilmu yang mempelajari prosedur /tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan

blass (vesica urinary) menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media

kontras melalui vena.

1. Pada saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan

pasien, media kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam

ginjal dan tractus urinary, sehingga ginjal dan tractus urinary menjadi berwarna

putih.

2. Dengan IVP, radiologist dapat melihat dan mengetahui anatomy serta fungsi

ginjal, ureter dan blass.

b. Tujuan pemeriksaan ivp.

1. Dengan IVP dokter dapat mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus

urinary dari :

a. Batu ginjal

b. Pembesaran prostat

c. Tumor pada ginjal, ureter dan blass.

Gambar 2.3. Foto dengan persiapan pasien yang baik (tidak tampak visualisasi
udara / faeces di rongga abdomen)

Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

21
Gambar 2.4. Foto dengan persiapan pasien yang kurang baik (tampak visualisasi
udara / feses di rongga abdomen)

Sumber : Radiologi Diagnsotik FK UI

Gambaran planar yang standar dari seri IVP menunjukkan bahwa hanya

kesatuan sistem yang berperan dalam melakukan pengumpulan zat yaitu ginjal

dan ureter. Disamping itu juga, data tomografi komputer yang diperoleh

sebelumnya digunakan untuk mendapat alasan klinis yang terpisah dan sebagai

pembukti hanya berfungsi pada satu sistem pengumpul ginjal. Pada awalnya,

tampak bahwa baik pelvis ginjal dan ureter duplikasi disebabkan oleh fenomena

yang sama dan karena itu dapat digambarkan sebagai salah satu artefak tunggal

(Rowberry, Benjamin, 2011)

22
c. Patologi dan indikasi klinis

 Hydroneprosis
Hydroneprosis adalah distensi dan dilatasi dari renal pelvic,
biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal
(Obstruksi), Hydroneprosis biasa disebut pembesaran ginjal.

 Pyelonepritis
Pyelonepritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim
ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri infeksi
bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih
bagian bawah terus naik ke ginjal.

23
 Renal Hypertension
Renal Hypertension adalah Sindrom yang terdiri dari tekanan darah
tinggi yang disebabkan oleh penyempitan arteri menyuplai ginjal
(stenosis arteri ginjal)
 Polyuria
Polyuria adalah fisiologis normal dalam beberapa keadaan, seperti
diuresis dingin, diuresis ketinggian, dan setelah minum cairan
dalam jumlah besar.

 Neprolithiasis
Neprolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di
dalam Pelvis atau Calyces dari ginjal.

24
 Urolithiasis
Urolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu
didalam saluran ureter.

 BPH
BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif
dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan
ristriksi pada jalan urine (urethra).

25
d. Kontra indikasi

1. Alergi terhadap media kontras

2. Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung

3. Gagal ginjal

4. Multi myeloma

5. Neonatus

6. Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah

7. Pasien yang sedang dalam keadaan kolik

8. Hasil laboratorium GFR

e. Efek samping

Efek samping yang ditimbulkan oleh media kontras IVP


 Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan
bentol-bentol
 Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal tenggorokan
 Efek samping berat, seperti shock, pingsan, gagal jantung.
 Efek samping terjadi pada pasien yang alergi terhadap yodium
(makanan laut) dan kelainan pada jantung.

26
Pencegahan alergi pada pasien sebelum dimasukan kontras dapat
dilakukan sebagai berikut:
 Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit terhadap bahan
kontras yang disuntikkan sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila
terjadi reaksi merah atau bentol diarea itu, segera laporkan
radiolog/dokter yang jaga.
 Melakukan IntraVena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test
yaitu dengan menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam
vena. Segera laporkan dokter jika terjadi reaksi.
 Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum
pemasukan bahan kontras (contohnya : diphenhydramine).
Tindakan penyembuhan (yang dilakukan setelah bahan kontras itu masuk
tubuh dan menimbulkan alergi)
 Reaksi ringan seperti rasa mual dapat diatasi dengan menginstruksikan
pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan melalui mulut.
Reaksi berat diperlukan pengobatan atau pertolongan lainnya atau bila perlu
menghentikan pemeriksaan (sesuai arahan radiolog).

f. Prosedur Persiapan dan Pelaksanaan IVP

Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan

diberikan kastor oli (catharsis) atau laxative untuk membersihkan kolon dari feses

yang menutupi daerah ginjal (Nurlela Budjang, 2010).

Berikut adalah tahap persiapan dan pemeriksaan radiologi IVP :

a. Persiapan IVP

- Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 1,5)

- Pasien makan bubur kecap saja sejak 2 hari (48 jam) sebelum

pemeriksaan BNO-IVP dilakukan.

27
- Jam 20.00 pasien minum garam inggris (magnesium sulfat), dicampur 1

gelas air matang sbg laxative, disertai minum air putih 1-2 gelas, terus

puasa.

- Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara

guna meminimalisir udara dalam usus.

- Jam 08.00 pasien datang ke unit radiologi untuk dilakukan pemeriksaan,

dan sebelum pemeriksaan dimulai pasien diminta buang air kecil untuk

mengosongkan blass.

- Yang terakhir adalah penjelasan kepada keluarga pasien mengenai

prosedur yang akan dilakukan dan penandatanganan informed consent

Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana


jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat
badan.

Persiapan Alat dan Bahan

a. Peralatan Steril

1) Wings needle No. 21 G (1 buah)

2) Spuit 20 cc (2 buah)

3) Kapas alcohol atau wipes

4) Tourniquet

b. Peralatan Un-Steril

1) Plester

2) Marker R/L dan marker waktu

3) Media kontras Iopamiro (± 40 – 50 cc)

4) Obat-obatan emergency (antisipasi alergi media kontras)

5) Baju pasien

28
g. Prosedur pemeriksaan ivp

1. Lakukan pemeriksaan BOF posisi AP, untuk melihat persiapan pasien

2. Jika persiapan pasien baik/bersih, suntikkan media kontras melalui


intravena 1 cc saja, diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergis.

3. Jika tidak ada reaksi alergis p enyuntikan dapat dilanjutkan dengan


memasang alat compressive ureter terlebih dahulu di sekitar SIAS kanan
dan kiri.

4. Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine untuk melihat
pelviocaliseal dan ureter proximal terisi media kontras.

5. Foto 15 menit post injeksi dengan posisi AP supine mencakup gambaran


pelviocalyseal, ureter dan bladder mulai terisi media kontras.

6. Foto 30 menit post injeksi dengan posisi AP supine melihat gambaran


bladder terisi penuh media kontras.

Hasil Pemeriksaan Foto IVP

a. Foto

Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos

abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah bayangan,

besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista

dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus diperhatikan batas

otot Psoas kanan dan kiri (Nurlela Budjang, 2010).

29
Gambar 2.5. Foto IVP polos

Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

Menurut Meschan,digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah

penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen dengan jarak

waktu setelah disuntik kontras intravena,masing-masing adalah :

1. Empat sampai 5 menit :

Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan

proccecus xyphoideus dan pusat. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras

mengisi sistem kalises pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24 x 30 cm dengan

posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen. Penekanan ureter dilakukan

dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada sistem pelvikalises

dan bagian ureter proksimal.Penekanan ureter diketatkan setelah dilakukan

pengambilan foto menit kelima (Nurlela Budjang, 2010).

Gambar 2.6. Foto menit ke-5

Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

30
2. 15 menit

Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima kurang baik,

maka foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan tomografi untuk

memperjelas bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30 cm mencakup gambaran

pelviokaliseal, ureter dan buli-buli mulai terisi media kontras dengan posisi

antero-posterior sama seperti foto abdomen, pertengahan di antara proccesus

xyphoideus dengan umbilicus (Nurlela Budjang, 2010).

Gambar 2.7. Foto menit ke-15

Sumber : radiologi Diagnostik FK UI

3. Duapuluh lima sampai 30 menit

Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan menggunakkan

kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit setelah menit ke -30

diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk mengevaluasi

kemampuan ginjal mensekresikan bahan kontras, tapi di beberapa Rumah Sakit

tidak dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen (Nurlela Budjang,

2010)

31
Gambar 2.8. Foto menit ke-30

Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam

Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BOF lagi. Setelah hasil rontgen

dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan dinyatakan normal maka pasien

diharuskkan berkemih kemudian di foto kembali. Jika dokter ahli radiologi

menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-

posterior sama seperti foto abdomen.

32
Gambar 2.9. Foto menit ke 60 atau lebih

Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void

Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk

melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi

erect dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang tidak

normal) pada kasus posthematuri.

Gambar 2.10. Foto Post Miksi

Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

33
Perawatan Lanjutan

Tidak ada perawatan khusus yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pemeriksaan IVP ini.

2.4.5 Kelebihan dan kekurangan ivp

- Kelebihan

1. Bersifat invasif.

2. IVP memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga dokter dapat

mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang tepat mulai dari adanya batu
ginjal hingga kanker tanpa harus melakukan pembedahan

3. Diagnosa kelainan tentang kerusakan dan adanya batu pada ginjal dapat
dilakukan.

4. Radiasi relative rendah 5. relative aman

- Kekurangan

1. Selalu ada kemungkinan terjadinya kanker akibat paparan radiasi yang


diperoleh.

2. Dosis efektif pemeriksaan IVP adalah 3 mSv, sama dengan rata-rata radiasi
yang diterima dari alam dalam satu tahun.

3. Penggunaan media kontras dalam IVP dapat menyebabkan efek alergi pada
pasien, yang menyebabkan pasien harus mendapatkan pengobatan lanjut.

4. Tidak dapat dilakukan pada wanita hamil.

34
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke RSML dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan


sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin memberat,
ketika kencing keluar batu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
145/87 dan nadi104x/menit regular , nyeri ketok kostovertebra kanan (+).
Dari pemeriksaan IVP pada menit ke 60 tampak kaliks minor bentuk
clubing pada ginjal kanan, ureter kanan 1/3 proksimal tampak menyempit.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan IVP yang telah
dilakukan pada Ny. H maka diagnosis adalah Hidronefrosis grade 3 dan stenosis
ureter 1/3 proksimal.

35
BAB IV
KESIMPULAN

1) Pemeriksaan IVP adalah prosedur /tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan

blass (vesica urinary) menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi

media kontras

2) Indikasi IVP pada pasien ini karena dicurigai sumbatan pada traktus

urinarius

3) IVP memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga dokter


dapat mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang tepat mulai dari
adanya batu ginjal hingga kanker tanpa harus melakukan pembedahan,
kelainan tentang kerusakan dan adanya batu pada ginjal dapat dilakukan,
radiasi relative rendah relative aman

4) Hasil pemeriksaan IVP menggambarkan fungsi kedua ginjal dan traktus


urinarius kanan dan kiri tampak normal tetapi USG didapatkan multiple
batu pada ginjal kiri.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Malueka, RG. 2008. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press.


Yogyakarta.

2. Patel, P. R. 2007. Lecture Notes Radiologi, edisi kedua. Jakarta: Erlangga.

3. Purnomo,B.B. 2005. Dasar-dasar Urologi, edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto.

4. Sutton, D. 1995. Buku Ajar Radiologi untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi


kelima. Jakarta : Hipokrates.

5. Sylvia, Price A. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta:


EGC.

37

You might also like