You are on page 1of 78

UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN OBAT ANTI NYAMUK

ELEKTRIK EKSTRAK METHANOL BIJI MAHONI


(Swietenia mahagoni L. Jacq)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
Berty Wardania
14070015

YAYASAN AL-FATAH
AKADEMI FARMASI
BENGKULU
2017

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah :

Nama : Berty Wardania

NIM : 14070015

Program Studi : Diploma (D III) Farmasi

Judul : Uji Efektivitas Sediaan Obat Anti Nyamuk Elektrik Ekstrak

Methanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan

hasil karya sendiri dan sepengetahuan penulis tidak berisikan materi yang

dipublikasikan atau ditulis orang lain atau dipergunakan untuk menyelesaikan

studi diperguruan tinggi lain kecuali untuk bagian-bagian tertentu yang dipakai

sebagai acuan.

Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi

tanggung jawab penulis.

Bengkulu, Agustus 2017


Yang Membuat Pernyataan

Berty Wardania

ii
iii
MOTTO :
 Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini !
Lakukan yang terbaik, dan kau akan dapatkan yang terbaik.
 Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada
di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala
orang lain
 Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut
dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan
keyakinan yang teguh
 Tidak ada hal yang sia-sia dalam belajar karena ilmu akan
bermanfaat sejak kau mendapatkannya dan hingga kapanpun
 Don’t be afraid, keep praying and keep trying !
God always beside you.

PERSEMBAHAN :
Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain Engkau
Ya ALLAH...

Alhamdulillahhirobbil’alamin...
Syukur alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu,
Salawat dan salam kepada Baginda Junjungan Alam Nabi
Muhammad, saw.

Saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang sederhana


namun insyaallah penuh manfaat.

Untuk yang terindah aku persembahkan :


 Mama ku tersayang Ismadarti, Skm., dan papa ku Dadang
Skm., MM., yang selalu mendukungku baik tenaga, Do’a,
maupun materi, yang senantiasa menyemangati dan
mendoakan anak perempuannya sehingga Ahli Madia Farmasi
ini dapat kuraih. Ma pa janjiku semoga apa yang putrimu

iv
capai saat ini dapat membanggakan dan membahagiakan
kalian, but “It’s new beginning” akan ada kebanggaan dan
kebahagian lain yang pasti akan putrimu ini persembahkan
untuk kalian.
 Untuk saudaraku tersayang, kakak ku Yoki Riansyah, S.Farm.,
Apt., yang senantiasa menyemangati dan adikku Rahmat
Yunus Iswanda yang selalu ayukmu ini repotkan untuk
membeli semua keperluan yang ayuk butuhkan.
 Untuk dosen pembimbing akademik bapak Agung Giri
Samudra, S.Farm.,M.Sc.,Apt. Terimakasih banyak atas
bimbingannya selama ini, terimakasih atas banyak pelajaran
yang sangat bermanfaat yang telah diberikan kepadaku selama
ini.
 Untuk kedua pembimbingku bapak Agung Giri Samudra,
S.Farm.,M.Sc.,Apt. dan ibu Putri Dewi Sartika, S.Farm.,Apt
terimakasih banyak atas bimbingan,masukkan, kritikan, dan
saran yang telah diberikan selama ini dari mulai saya proposal
hingga gelar Ahli Madia Farmasi kini saya sandang dan dapat
merasakan indahnya memakai toga.
 Untuk para sahabatku
 Kusut ( Kusumaning Wardhani ) geng KBC elektrik si
wanita yang selalu merasa pusing dengan alasan belum
makan.
 Cendi ( Cendra Apriani ) geng KBC elektrik si gendut
dengan sifat keibuan yang selalu menuruti keinginan
anaknya (kami)
 Yumi Yolanda wanita yang keras kepala tak mau
mengalah yang selalu menemani kemanapun dan
kapanpun terutama saat menyelesaikan KTI ini.
 Lozita Febriani eh febrianti, wanita sello wanita yang
akhiran namanya tidakpernah saya ingat, si cungkring
yang tak pernah ingin pulang kampung.
 Dan sahabat diawal masuk kampus Gustin Derise yang
kemudian bercerai dalam pertengahan perkampusan

v
dan menyatu kembali saat dunia perkampusan akan
berakhir. Wanita gendut yang hobby nempel-nempel.

Terimakasih atas waktunya selama 3 tahun ini yang selalu


menemani memarahi mendiami baik suka, dan duka. Teruntuk
KBC elektrik yang ikut jomblo disaat saya memulai jomblo
heheh..

 Tidak lupa untuk anak-anak kelas ku ( C3 ) terimakasih atas


segala kerusuhan kegaduhan kebahagian yang pernah kita
ciptakan disaat dosen tidak dapat untuk hadir mengajar.
Walaupun kalian susah untuk diajak kompak, tapi aku sayang
kaliannn, uucchhh..
 Tidak lupa untuk everyone who always support me, yang tidak
ikut menggandeng tetapi selalu ada di setiap perjalanan ini.
 Untuk Almamaterku yang selalu setia bersama ku selama 3
tahun ini.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kkehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Uji Efektivitas Sediaan Obat Anti Nyamuk

Elektrik Ekstrak Methanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq)”

Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak bantuan

yang telah diberikan kepada penulis, untuk itu dengan rasa tulus dan segala

kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sedalamnya

kepada :

1. Bapak Agung Giri Samudra, S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku pembimbing I,

yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dengan penuh

kesabaran selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

2. Ibu Putri Dewi Sartika, S.Farm.,Apt selaku pembimbing II, yang telah

memberikan dukungan dan bimbingan dengan penuh kesabaran selama

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

3. Ibu Fatnur Sani K, M.Farm.,Apt selaku penguji I dalam seminar Karya

Tulis Ilmiah.

4. Bapak Agung Giri Samudra, S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku Pembimbing

Akademik yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama

mengikuti pendidikan di Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

5. Bapak Drs. Djoko Triyono, Apt.,MM selaku Ketua Yayasan Akademi

Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

vii
6. Bapak Agung Giri Samudra, S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku Direktur Akademi

Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

7. Para Dosen dan staf keryawan Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh

pendidikan di Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

8. Semua teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat

hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini serta Almamater yang

akan selalu dijaga nama baiknya.

Akhirnya penulis berharap semoga bantuan yang telah diberikan dapat

menjadi amal ibadah yang pada akhirnya mendapat pahala yang berlipat ganda

dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis membuka diri dengan

dengan segala kerendahan hati terhadap semua kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.Harapan penulis semoga ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Agustus 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ...................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
INTISARI .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
1.5.1 Bagi Akademik ............................................................. 4
1.5.2 Bagi peneliti lanjutan.................................................... 4
1.5.3 Bagi masyarakat ........................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5


2.1 Kajian Teori .......................................................................... 5
2.1.1 Mahoni (Swietenia mahagoni L.) ................................. 5
a. Taksonomi (Swietenia mahagoni L.) ...................... 5
b. Uraian Tanaman Mahoni......................................... 6
c. Kandunga Mahoni (Swietenia mahagoni L.) .......... 7

ix
1. Flavonoid ............................................................ 7
2. Saponin ............................................................... 9
2.1.2 Nyamuk ....................................................................... 11
a. Taksonomi Nyamuk ................................................ 11
b. Pengenalan Nyamuk................................................ 11
c. Ciri-ciri Nyamuk ..................................................... 12
d. Siklus Hidup Nyamuk ............................................. 12
1. Telur .................................................................... 13
2. Larva ................................................................... 13
3. Pupa..................................................................... 14
4. Imago/Nyamuk Dewasa ...................................... 14
e. Prilaku Nyamuk ....................................................... 15
1. Aedes sp .............................................................. 15
2. Culex sp ............................................................... 17
3. Mansonia sp ........................................................ 18
4. Anopheles sp ....................................................... 18
2.1.3 Insektisida ..................................................................... 19
2.1.4 Obat Nyamuk Elektrik.................................................. 20
2.2 Kerangka Konsep .................................................................. 22

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 23


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 23
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................... 23
3.2.1 Alat yang digunakan ..................................................... 23
3.2.2 Bahan yang digunakan .................................................. 23
3.3 Prosedur Kerja Penelitian ..................................................... 24
3.3.1 Pembibitan Nyamuk ...................................................... 24
3.3.2 Pembuatan Simplisia .................................................... 24
3.3.3 Pembuatan Ekstrak Biji Mahoni .................................. 25
3.3.4 Pembuatan Keping Anti Nyamuk ................................. 25
3.3.5 Pembuatan Obat Anti Nyamuk Elektrik ....................... 26

x
3.3.6 Uji Efektivitas Sediaan Obat Anti Nyamuk Elektrik ... 26
3.4 Analisa Data ........................................................................ 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 28


4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 28
4.1.1 Hasil Pembibitan Nyamuk............................................ 28
4.1.2 Hasil Uji Keping Anti Nyamuk..................................... 28
4.1.3 Hasil Uji Anova Satu Arah ........................................... 29
4.2 Pembahasan .......................................................................... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 37


5.1 kesimpulan ............................................................................ 37
5.2 Saran ..................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 38


LAMPIRAN .............................................................................................. 42

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Biji Mahoni (Swietenia mahagoni L.)........................................ 5


Gambar 2: Struktur Kimia Senyawa Flavonoid ........................................... 9
Gambar 3: Struktur Kimia Senyawa Saponin .............................................. 10
Gambar 4: Nyamuk ...................................................................................... 11
Gambar 5: Perbedaan Siklus Hidup Nyamuk .............................................. 13
Gambar 6: Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 22
Gambar 7: Grafik Efektivitas Uji Keping Anti Nyamuk ............................. 30
Gambar 8: Diagran Persentase Efektivitas Uji Keping Anti Nyamuk ......... 30
Gambar 9 : Pengolahan Biji Mahoni ............................................................ 49
Gambar 10: Pembuatan Ekstrak Biji Mahoni .............................................. 50
Gambar 11: Alat Pembutan Keping Anti Nyamuk ...................................... 51
Gambar 12: Bahan Pembuatan Keping Anti Nyamuk ................................. 52
Gambar 13: Pembuatan Keping Anti Nyamuk ............................................ 53
Gambar 14: Pembuatan Obat Anti Nyamuk ............................................... 54
Gambar 15: Pembibitan Nyamuk ................................................................ 55
Gambar 16: Nyamuk Dewasa ...................................................................... 56
Gambar 17: Keping Anti Nyamuk ............................................................... 57
Gambar 18: Alat Uji Efektivitas Keping Anti Nyamuk ............................... 58
Gambar 19: Hasil Uji Kontrol (+) ................................................................ 59
Gambar 20: Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Konsentrasi 5% ..................... 60
Gambar 21: Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Konsentrasi 3% ..................... 61
Gambar 22: Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Konsentrasi 1% ..................... 62
Gambar 23: Hasil Uji Kontrol (-) ................................................................. 63

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I : Jumlah Nyamuk Yang Mati (rata-rata ± SD) .............................. 28


Tabel II : Daftar Anova Kematiaan Nyamuk ............................................ 29
Tabel III : Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Elektrik Ekstrak Methanol
Biji Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) Perlakuan
Pertama ...................................................................................... 45
Tabel IV : Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Elektrik Ekstrak Methanol
Biji Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) Perlakuan
Kedua ......................................................................................... 45
Tabel V : Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Elektrik Ekstrak Methanol
Biji Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) Perlakuan
Ketiga ........................................................................................ 45
Tabel VI : Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ..................................... 46
Tabel VII : Hasil Uji Pos Hoc LSD ............................................................. 47
TabelVIII : Hasil Uji Pos Hoc Duncan ......................................................... 48

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Rumus % Efektivitas ........................................................... 43


Lampiran 2 : Rumus % Standar Deviasi .................................................. 44
Lampiran 3 : Hasil Uji Keping Anti Nyamuk .......................................... 45
Lampiran 4 : Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ............................. 46
Lampiran 5 : Hasil Uji Pos Hoc............................................................... 47
Lampiran 6 : Pengolahan Biji Mahoni (Swietenia mahogany (L.) Jacq) 49
Lampiran 7 : Pembuatan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia Mahogany
L. Jacq) dengan Pelarut Metanol p.a ................................. 50
Lampiran 8 : Alat dan Bahan pembuatan keping anti nyamuk ................ 51
Lampiran 9 : Proses Pembuatan Keping Anti Nyamuk............................ 53
Lampiran 10 : Proses Pembuatan Obat Anti Nyamuk ............................... 54
Lampiran 11 : Pembibitan Nyamuk .......................................................... 55
Lampiran 12 : Hewan Uji .......................................................................... 56
Lampiran 13 : Keping Anti Nyamuk........................................................... 57
Lampiran 14 : Alat Uji Efektivitas Keping Anti Nyamuk ........................... 58
Lampiran 15 : Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Ekstrak Methanol Biji
Mahonii............................................................................... 59

xiv
INTISARI

Alternatif penggunaan tanaman yang mampu menjadi insektisida nabati


adalah Biji Mahoni (Swietenia mahogani L. Jacq). Biji mahoni memiliki
kandungan flavonoid, saponin, alkaloid, terpenoid dan komponen lainnya yang
diduga dapat membunuh nyamuk.
Sediaan elektrik anti nyamuk yang digunakan adalah kepingan kertas yang
direndam kedalam ekstrak methanol p.a. biji mahoni dengan konsentrasi 0%, 1%,
3%, 5% sedangkan kontrol positif yang digunakan adalah obat anti nyamuk yang
beredar dipasaran.
Uji efektivitas sediaan obat anti nyamuk elektrik dari ekstrak biji mahoni
dengan beberapa konsentrasi ternyata efektif untuk membunuh nyamuk. Nilai
efektivitas sediaan obat anti nyamuk dengan konsentrasi 0%, 1%, 3%, dan 5%
secara berturut-turut adalah 0%, 19%, 39%, dan 82% dibandingkan dengan
kontrol positif yang mencapai 100%.

Kata Kunci : Obat Anti Nyamuk Elektrik, Ekstrak Methanol Biji Mahoni
(Swietenia mahogani L. Jacq), Nyamuk, Efektivitas
Daftar pustaka : 2001-2014

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini kehadiran beberapa jenis serangga telah mendatangkan manfaat

bagi manusia, misalnya lebah madu, ulat sutera, dan serangga penyerbuk.

Meskipun demikian, tidak sedikit serangga yang justru membawa kerugian bagi

kehidupan manusia, misalnya serangga perusak tanaman dan nyamuk. Pada

kelompok serangga nyamuk lebih berbahaya bagi kesehatan manusia

dibandingkan dengan jenis serangga lainnya (Gafur, dkk., 2006; Sayono, dkk.,

2012). Bahaya yang disebabkan oleh gigitan nyamuk adalah berbagai macam

penyakit yang bahkan hingga dapat menyebabkan kematian. Nyamuk merupakan

salah satu penyebab penyakit pada manusia seperti demam berdarah dengue

(Aedes aegypti), malaria (Anopheles), filariasis (Culex fatigan) dan penyakit

bawaan virus seperti demam kuning (Gozali, 2009).

Upaya-upaya untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut telah banyak

dilakukan, diantaranya dengan memasang kawat kasa pada jendela rumah,

memasang kelambu tidur, menggunakan obat nyamuk oles atau lotion, obat

nyamuk semprot, obat nyamuk bakar dan obat nyamuk elektrik. Namun, hampir

semua lotion obat anti nyamuk yang beredar di Indonesia berbahan aktif DEET

(Diethyltoluamide) yang merupakan bahan kimia sintesis relatif berbahaya bagi

anak-anak dan beracun (Kardinan, 2007). Hal-hal semacam itu dapat diatasi salah

1
2

satunya dengan mencari insektisida alternatif yang ramah lingkungan dan berasal

dari tumbuhan.

Banyak tanaman disekitar kita belum dimanfaatkan dengan baik bahkan ada

tanaman yang dianggap tidak bermanfaat. Hal ini dapat terjadi karena

keterbatasan informasi kepada masyarakat, untuk itu perlu dilakukan

pengembangan penelitian ilmiah terhadap tanaman obat tradisional. Berbagai jenis

tumbuhan ternyata juga mampu menjadi bahan obat anti nyamuk atau sebagai

insektisida alami pembasmi nyamuk. Salah satu tanaman yang dianggap dapat

menjadi obat anti nyamuk alami adalah biji mahoni (Swietenia mahagoni L.

Jacq.).

Biji mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) memiliki kandungan berupa

flavonoid, saponin, tannin, triterpenoid (Haldar et al., 2011). Penelitian yang telah

dilakukan oleh Dea Oktaviani dkk (2014) bahwa ekstrak biji mahoni (Swietenia

mahagoni L. Jacq.) mempunyai kemampuan untuk mematikan larva Aedes sp.

Ekstrak petroleum eter dan metanol biji mahoni mempunyai aktivitas sebagai anti

nyamuk, larvasida dan dapat mencegah gigitan nyamuk (Adhikari U et al., 2012;

Mustofa M et al., 2012). Kelompok flavonoid yang bersifat insektisida alam yang

kuat adalah isoflavon. Isoflavon memiliki efek pada reproduksi, yaitu anti

fertilitas. Senyawa flavonoid yang lain bekerja sebagai insektisida ialah rotenoid.

Rotenoid merupakan racun penghambat metabolisme dan sistem saraf yang

bekerja perlahan. Serangga yang mati diakibatkan karena kelaparan akibat

kelumpuhan pada alat mulutnya (Siregar dkk, 2005). Saponin menunjukkan aksi
3

yang dapat masuk melalui organ pernapasan dan menyebabkan membran sel rusak

atau proses metabolism terganggu (Novizan, 2002).

Dari uraian tersebut, maka peneliti akan melakukan studi penelitian untuk

mengetahui seberapa besar potensi sediaan obat nyamuk elektrik ekstrak methanol

biji mahoni dapat membunuh nyamuk. Hingga saat ini, belum ditemukan sumber

informasi penelitian tentang biji mahoni yang berkhasiat sebagai obat anti

nyamuk. Berdasarkan hal tersebut menarik dilakukan penelitian “Uji Efektivitas

Sedian Obat Anti Nyamuk Elektrik Ekstrak Methanol Biji Mahoni

(Swietenia mahagoni L. Jacq.)”. Yang diharapkan dapat memberikan informasi

kepada masyarakat tentang pemanfaatan biji mahoni yang digunakan sebagai obat

anti nyamuk elektrik berbahan alami.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Bagian dari tumbuhan mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah biji.

b. Biji mahoni diekstrak dengan menggunakan pelarut methanol.

c. Pengujian efektivitas sediaan obat anti nyamuk elektrik ekstrak methanol

biji mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) terhadap daya bunuh nyamuk.

1.3 Rumusan Masalah

Apakah sediaan obat anti nyamuk elektrik ekstrak methanol biji mahoni

(Swietenia mahagoni L. Jacq.) efektif membunuh nyamuk ?


4

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektivitas sediaan obat anti nyamuk elektrik ekstrak

methanol biji mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Akademik

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini diharapkan dapat menjadi informasi dan

referensi bagi ilmu pengetahuan dibidang kefarmasian.

1.5.2 Bagi Peneliti Lanjutan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam

menguji keefektivitasan suatu senyawa sebagai bahan insektisida alami.

1.5.3 Bagi Masyarakat

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada masyarakat tentang pemanfaatan biji mahoni (Swietenia mahagoni L.

Jacq.) sebagai sediaan alami yang dapat membuhuh nyamuk.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.)

a. Taksonomi (Swietenia mahagoni L. Jacq.)

Gambar 1 : Biji Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Devisi : Spermatophyta

Devisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae

Genus : Swietenia

Species : Swietenia mahagoni L. Jacq. (Plantamor, 2012).

5
6

b. Uraian Tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq)

Swietenia mahagoni merupakan satu spesies tanaman dari suku

Meliaceae, Mahoni berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah

mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1872 melalui India. Dikembangkan

secara luas di pulau Jawa, kurang lebih pada tahun 1892-1902

(Ariyantoro, 2006).

Tanaman mohoni (Swietenia mahagoni L) merupakan salah satu

tanaman yang dianjurkan untuk pengembangan HTI (Hutan Tanaman

Industri). Mahoni dalam klasifikasinya termasuk family melieaceae. Ada

dua spesies yang cukup dikenal yaitu: Swietenia macrophyla (mahoni

daun lebar) dan Swietenia mahagoni (mahoni daun sempit). Mahoni

dapat ditemukan tumbuh liar dihutan jati dan tempat-tempat lain yang

dekat dengan pantai atau ditanam ditepi jalan sebagai pohon pelindung

(Yuniarti, 2008).

Buah tanaman mahoni terlihat muncul di ujung-ujung ranting

berbentuk bola dan bulat telur memanjang berwarna coklat panjangnya 8-

15 cm dengan lebar 7-10 cm dan termasuk jenis tanaman pohon tinggi

sekitar 10-30 m, percabangannya banyak, daun majemuk menyirip

genap, duduk daun tersebar. Helaian anak daun bulat telur, elips

memanjang, ujung daun dan pangkal daun runcing panjangnya sekitar 1-

3 cm. Mahoni dapat tumbuh dengan baik di tempat yang terbuka dan

terkena cahaya matahari secara langsung, baik di dataran rendah maupun


7

dataran tinggi, yaitu dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut

(Ariyantoro, 2006).

c. Kandungan Mahoni (Swietenia mahagoni L)

Mahoni banyak memiliki kandungan kimiawi antara lain flavonoid,

saponin, alkaloid, steroid, dan terpenoid (Sianturi, 2001), serta katekin,

epikatekin, dan swietemakrofilanin (Falah et al., 2008).

1. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol yang terbesar di

alam. Senyawa flavonoid ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi,

tetapi tidak dalam mikroorganisme. Senyawa flavonoid (fenol)

memiliki suhu optimal 0ºC – 65ºC (Dwi, D. P, 2014). Dalam

tumbuhan flavonoid memiliki fungsi pengatur dalam proses

fotosintesis, kerja antimikroba, dan antivirus. Berbagai jenis

senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai

salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sayur-

sayuran, biji-bijian, dan buah, telah banyak dipublikasikan (Redha,

2010).

Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat racun,

merupakan persenyawaan dari gula yang terikat dengan flavon.

Flavonoid mempunyai sifat khas yaitu bau yang sangat tajam,

rasanya pahit, dapat larut dalam air dan pelarut organik, serta mudah

terurai pada temperatur tinggi (Suyanto, 2009). Flavonoid


8

merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat

menghambat makan serangga dan juga bersifat toksik.

Flavonoid mempunyai sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap

tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis,

kerja antimikroba dan antivirus. Kedua, terhadap manumur, yaitu

sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal, menghambat

perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik

serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan

lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida

nabati (Dinata, 2009). Senyawa flavonoid juga dapat

menggumpalkan protein, senyawa flavonoid juga bersifat lipofilik,

sehingga dapat merusak lapisan lipid pada membran sel bakteri

(Monalisa dkk, 2011).

Kelompok flavonoid yang bersifat insektisida alam yang kuat

adalah isoflavon. Isoflavon memiliki efek pada reproduksi, yaitu

antifertilitas. Senyawa flavonoid yang lain bekerja sebagai

insektisida ialah rotenon. Rotenoid merupakan racun penghambat

metabolisme dan sistem saraf yang bekerja perlahan. Serangga yang

mati diakibatkan karena kelaparan akibat kelumpuhan pada alat

mulutnya (Siregar dkk, 2005).


9

Flavanoid Isoflavanoid

Gambar 2. Struktur Kimia Senyawa Flavonoid

2. Saponin

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang

menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Mula-mula disebut

saponin karena sifatnya yang khas menyerupai sabun. Saponin

adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam

tumbuhan (Masroh, 2010).

Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman

makanan ternak seperti bunga matahari, kedelai, kacang tanah.

Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan dapat

menyebabkan bersin dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin,

banyak di antaranya digunakan sebagai racun ikan (Gunawan &

Mulyani, 2004).

Saponin yang terkandung dalam biji mahoni merupakan

glikosida dalam tanaman yang sifatnya menyerupai sabun dan dapat

larut dalam air. Saponin diketahui memepunyai efek anti serangga

karena saponin yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi


10

serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan

penyerapan makanan (Suparjo, 2008).

Efek saponin terlihat pada gangguan fisik serangga bagian luar

(kutikula), yakni mencuci lapisan lilin yang melindungi tubuh

serangga dan menyebabkan kematian karena kehilangan banyak

cairan tubuh. Saponin juga dapat masuk melalui organ pernapasan

dan menyebabkan membran sel rusak atau proses metabolism

terganggu (Novizan, 2002).

Gambar 3 : Struktur Kimia Senyawa Saponin


11

2.1.2 Nyamuk

Gambar 4 : Nyamuk

a. Taksonomi Nyamuk

Kingdom : Animalia

Philum : Arthrophoda

Sub Philum : Mandibulata

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Sub ordo : Nematocera

Familia : Culicidae (Rosdiana, 2009)

b. Pengenalan Nyamuk

Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut

klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang

terbagi menjadi 109 genus dan Anophelinae yang terbagi menjadi 3 genus

(Harbach,2008). Berbagai penyakit disebar oleh tidak kurang dari 2.500

spesies nyamuk. Ada yang menyebabkan penyakit berbahaya seperti demam

berdarah (Aedes aegypti L.) dan malaria (Anopheles), akan tetapi yang
12

umum berkeliaran di rumah tempat tinggal adalah nyamuk Culex tarsalis

yang gigitannya menyebabkan gatal (Arixs 2008). Semua jenis nyamuk

membutuhkan air untuk hidupnya, karena larva nyamuk melanjutkan

hidupnya di air dan hanya bentuk dewasa yang hidup di darat (Sunaryo,

2001). Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Nyamuk betina

biasanya memilih jenis air tertentu untuk meletakkan telur seperti pada air

bersih, air kotor, air payau, atau jenis air lainnya. Bahkan ada nyamuk yang

meletakkan telurnya pada axil tanaman, lubang kayu (tree holes), tanaman

berkantung yang dapat menampung air, atau dalam wadah bekas yang

menampung air hujan atau air bersih (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

c. Ciri-Ciri Nyamuk

1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih.

2. Pertumbuhan telur sampai dewasa lebih kurang10 hari.

3. Menggigit/menghisap darah pada siang hari.

4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar.

5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih di dalam dan di sekitar

rumah yang agak gelap dan lembab (Chemika, 2003).

d. Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami

metamormofosa sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva,

pupa, dewasa (Sembel, 2009).


13

1. Telur

Telur biasanya diletakkan di atas permukaan air satu per satu atau

berkelompok. Telur-telur dari jenis Culex sp diletakkan berkelompok .

Dalam satu kelompok biasa terdapat puluhan atau ratusan ribu nyamuk.

Nyamuk Anopheles sp dan Aedes sp meletakkan telur di atas permukaan air

satu persatu. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama.

Namun, bila air cukup tersedia, telur telur itu biasanya menetas 2-3 hari

sesudah diletakkan (Sembel, 2009).

2. Larva

Telur menetas menjadi larva. Berbeda dengan larva dari anggota

Diptera yang lain seperti lalat yang larvanya tidak bertungkai, larva nyamuk

memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup

jelas. Larva dari kebanyakan nyamuk menggantungkan diri di permukaan

air. Untuk mendapatkan oksigen dan udara, larva-larva nyamuk Culex sp

dan Aedes sp biasanya menggantungkan tubuhnya membentuk sudut

terhadap permukaan air. Ada jenis larva nyamuk yang hidup dalam air dan

bernapas melalui difusi kutin (cutaneous diffusion) seperti Mansonia sp.

Mansonia sp memiliki tabung udara yang berbentuk pendek dan runcing

yang dipergunakan untuk menusuk akar tanaman air. Stadium larva

memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan

perkembangan larva dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah

temperatur, cukup tidaknya bahan makanan, ada tidaknya pemangsa dalam

air dan lain sebagainya (Soegijanto 2006). Kebanyakan larva nyamuk


14

menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya yang ada di dalam

air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit empat kali dan berpupasi

sesudah tujuh hari (Sembel, 2009)

3. Pupa

Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa

berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air

terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke

permukaan air. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua

atau tiga hari, maka kulit pupa akan pecah dan nyamuk dewasa keluar serta

terbang (Sembel, 2009).

4. Imago/Nyamuk Dewasa

Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas

permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap–sayapnya dan

jika sudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang

mencari makan. Dalam keadaan istirahat, bentuk dewasa Culex sp dan

Aedes sp hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan, sedangkan

Anopheles sp hinggap membentuk sudut dengan permukaan (Sembel, 2009).


15

Gambar 5 : Perbedaan Siklus Hidup Nyamuk Aedes sp, Culex sp, Anopheles
sp

e. Prilaku Nyamuk
1. Aedes sp

a) Perilaku Makan

Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari

bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan nyamuk betina mengisap

darah (bersifat antropofilik). Nyamuk betina mencari mangsanya pada

siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari,

dengan 2 puncak aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00.

tidak seperti nyamuk lain Aedes aegypti mempunyai kebiasaan

mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus


16

gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah (Anonim,

2010).

b) Perilaku Istirahat

Kesenangan istirahat nyamuk Aedes aegypti lebih banyak di dalam

rumah atau kadang-kadang di luar rumah dekat dengan tempat

perindukannya yaitu di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-

tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah

beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan

meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya (Anonim,

2010).

c) Perilaku Berkembang Biak

Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari,

seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/WC, dan

ember.

2) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari

seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan

barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).

3) Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang

batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan

potongan bambu.
17

Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk

betina akan meletakan telurnya di dinding tempat

perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya

telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari

setelah telur terendam air. Telur di tempat yang kering (tanpa air) dapat

bertahan berbulan-bulan pada suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila tempat-

tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi

maka telur dapat menetas lebih cepat (Anonim, 2008).

2. Culex sp

a) Perilaku Makan

Nyamuk Culex mempunyai kebiasaan menghisap darah pada

malam hari. Jarak terbang nyamuk culex rata-rata hanya 7 meter.

Nyamuk Culex sp. menggigit beberapa jam setelah matahari terbenam

sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini

adalah pada pukul 01.00-02.00 (Tanaya, 2013).

b) Perilaku Istirahat

Nyamuk Culex sp. setelah menggigit manusia dan hewan nyamuk

tersebut akan beristirahat selama 2-3 hari. Nyamuk Culex sp. suka

beristirahat di dalam rumah, sedangkan di luar rumah seperti gua,

lubang lembab, dan tempat yang bewarna gelap (Tanaya, 2013).


18

c) Perilaku Berkembang Biak

Nyamuk Culex sp. suka berkembang biak disembarang tempat

misalnya di air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka, dan saluran

pipa (Tanaya. 2013).

3. Mansonia sp

Nyamuk Mansonia sp berkembang biak dalam kolam-kolam air

tawar seperti kolam ikan. Larva-larva nyamuk ini bernapas dengan

penetrasi akar tanaman air (Sembel. 2009). Nyamuk Mansonia menggigit

di luar rumah dan pada malam hari (Santoso.2014). Nyamuk Mansonia sp

selain menularkan penyakit chikungunya juga dapat menularkan penyakit

filariasis dan encephalitis (Sembel, 2009).

4. Anopheles sp

a) Perilaku Makan

Nyamuk Anopheles kebiasaan menghisap darah di dalam rumah,

terjadi pada pukul 23.00 kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul

02.00 dan 03.00 dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah

terjadi peningktan pada puku 24.00 dan kemudian meningkat lagi pada

pukul 05.00 (Rosa, 2009).

b) Perilaku Beristirahat

Nyamuk Anopheles biasanya beristirahat di dalam rumah seperti di

tembok rumah sedangkan di luar rumah seperti gua, lubang lembab, dan

tempat yang berwarna gelap. Hal yang sama pernah dikemukan oleh

hasil penelitian dari Fatma (2002), bahwa nyamuk Anopheles sundaicus


19

bersifat eksofagik yaitu suka menggigit hospes di luar rumah,

ditunjukkan dengan jumlah Anopheles yang ditemukan di luar rumah

dua kali lebih banyak dibandingkan di dalam rumah.

c) Perilaku Berkembang Biak

Nyamuk Anopheles sp dapat berbiak dalam kolam air tawar yang

bersih, air kotor, air payau, maupun air yang tergenang di pinggiran

laut. Nyamuk-nyamuk ini ada yang senang hidup di dalam rumah dan

ada yang aktif di luar rumah. Ada yang aktif terbang pada waktu pagi,

siang, sore, ataupun malam. Nyamuk Anopheles sp sering disebut

nyamuk malaria karena banyak dari spesies nyamuk ini menularkan

malaria. (Sembel, 2009).

2.1.3 Insektisida

Insektisida adalah pestisida khusus yang digunakan untuk membunuh

serangga dan invertebrata lain. Secara harfiah insektisida berarti pembunuh

serangga, berasal dari Bahasa Latin “cida” yang berarti pembunuh. Berdasarkan

sifat dan cara memperolehnya insektisida dibagi menjadi insektisida anorganik

dan insektisida organik. Pada umumnya insektisida modern adalah insiktisida

organik dan insektisida ini dibagi menjadi insektisida organik alami dan buatan.

Insektisida organik alami diperoleh dengan cara penyulingan zat-zat alami.

Insektisida ini terdiri dari insektisida botanis yaitu yang diperoleh dari bahan

tumbuhan dan insektisida mineral yang diperoleh dari penyulingan minyak bumi.

Metode penggolongan insektisida yang lain adalah berdasarkan sifat kimianya.


20

Kelas senyawa kimia insektisida dapat ditunjukkan berdasarkan bahan aktifnya

(active ingredient), yaitu bahan kimia yang mempunyai efek racun (toksik).

Insektisida dapat digunakan dengan cara penyemprotan (spraying),

penghembusan (dusting), pengabutan (fogging), penguapan (fumigating),

perendaman (dipping) dan pengumpanan (baiting) (Natawiria 1973 dalam

Adharini, 2008).

2.1.4 Obat Nyamuk Elektrik

Anti nyamuk elektrik yaitu obat anti nyamuk yang menggunakan listrik

sebagai medianya, sedang anti nyamuknya berbentuk cairan dan lempengan. Anti

nyamuk lempengan (mats vaporizer) adalah bahan aktif diletakkan di dalam kotak

mats yang dicelup dalam larutan (pre-solution) dan ditutup packaging material

bertujuan untuk evaporasi bahan aktif. Bahan aktif diberikan formulasi tambahan

pelindung dekomposisi, penghambat evaporasi cepat, parfum, bahan pencelup dan

larutan hidrokarbon. Anti nyamuk mats digunakan dengan heater pada suhu 140°C

- 190°C dengan perlindungan selama lebih kurang 8 jam. Anti nyamuk ini

didesain untuk ruangan dan memiliki sifat menolak dan membunuh nyamuk. Anti

nyamuk uap cair elektrik (liquid vaporizer), jenis anti nyamuk ini memerlukan

pemanasan elektrik untuk bisa menguapkan aktif dalam bentuk cair minyak

tempat yang digunakan pada umunya adalah berupa botol. Pemanasan dibutuhkan

mencapai 120°C (Anonim, 2013).

Obat anti nyamuk jenis ini menggunakan juga bahan aktif (seperti alletrin,

transflutrin, atau pralethrin) pada pulpnya, bahan penstabil, dan bahan kimia
21

organik tertentu yang menguap jika dipanaskan. Fungsi bahan organik ini untuk

menguapkan atau menghantarkan bahan-bahan aktif anti nyamuk sehingga dapat

bekerja (Anonim, 2013).

Karena jenis ini tidak kasat mata dan sering ditambah wewangian tertentu,

pengguna sering tak sadar bahwa dirinya sedang menghirup senyawa berisiko

bagi tubuhnya. Pada jenis bakar, karena kasat mata dan sangat terasa, si pengguna

bisa menghindari kontak langsung. Juga akan melakukan tindakan melindungi

diri, membuka jendela lebar-lebar atau mematikan obat anti nyamuk manakala

matanya perih atau napasnya makin sesak (Anonim, 2013).

Pada obat anti nyamuk listrik, gangguan tidak terasa langsung. Sebab,

penciuman tertipu oleh sedapnya wewangian yang dikeluarkan, juga tak

menimbulkan iritasi langsung pada mata. Jadi bisa dibilang obat antinyamuk jenis

ini lebih berbahaya dari obat antinyamuk lainya. Seperti halnya obat antinyamuk

bakar, obat antinyamuk listrik pun bisa membuat napas kita jadi berat hingga

sesak (Gita, 2014).


22

2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Uji Efektivitas Sediaan Obat Anti


Nyamuk Elektrik Ekstrak Methanol Biji
Mahoni

Efektif Membunuh Tidak Efektif


Nyamuk Membunuh Nyamuk

Gambar 6: Kerangka Konsep Penelitian


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian uji efektivitas sediaan obat nyamuk elektrik ekstrak biji mahoni

(Swietenia mahagoni L. Jacq) telah dilakukan di Laboratorium Farmakologi

Akademi Farmasi Al-fatah Kota Bengkulu pada bulan Januari-Mei 2017.

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1 Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Handscoon (sensi),

masker (sensi), gelas ukur (pyrex) , beaker gelas (pyrex), batang pengaduk,

blender (philips), saringan, sponge, timbangan analitik, kotak kaca, baskom, oven,

waterbath, kurs (porselin), hotplat serta dudukan keping anti nyamuk elektrik.

kotak kaca/pelastik, kertas label, kandang nyamuk, ember plastik, stopwatch,

penyaring, kelambu dan alat-alat yang menunjang penelitian.

3.2.2 Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak biji

mahoni (Swietenia mahogany L. Jacq) dengan konsentrasi 0%, 1%, 3%, 5% yang

diperoleh dari proses maserasi dengan pelarut metanol p.a (Pro analis), aquadest,

kertas HVS, amilum tritici serta oleum citri qs sebagai pengaroma, nyamuk

sebagai hewan uji, obat nyamuk elektrik yang beredar dipasaran sebagai kontrol

positif, dan bahan-bahan yang menunjang penelitian

23
24

3.3 Prosedur Kerja Penelitian

3.3.1 Pembibitan Nyamuk

a. Siapkan tempat berupa ember plastik atau wadah tempat lain yang

tersedia, isi ember plastik tersebut dengan air.

b. Mencari genangan air/comberan yang terdapat jentik/larva nyamuk.

c. Tangkap jentik/larva menggunakan saringan, dan masukkan kedalam

wadah.

d. Jentik/larva nyamuk yang telah ditangkap dimasukkan kedalam wadah,

biarkan hingga jentik/larva berubah menjadi pupa.

e. Masukkan masiang-masing 20 ekor pupa kedalam 5 wadah transparan

yang telah dilobangi dan ditutup dengan kain kasa atau kelambu.

f. Biarkan beberapa hari, hingga pupa berubah menjadi nyamuk dewasa.

3.3.2 Pembuatan Simplisia

Pengambilan bahan baku berupa biji mahoni diambil pada saat buah sudah

besar dan menghasilkan biji didalamnya. Kemudian melakukkan sortasi basah

yaitu memisahkan biji dari kulitnya dan bagian tanaman lain yang tidak

dibutuhkan. Setelah dilakukkan sortasi basah untuk membersihkan dari kotoran,

dilakukkan pencucian dengan air mengalir supaya meminimalisir jumlah mikroba.

Biji mahoni yang sudah dicuci dirajang halus untuk memperluas permukaan

bahan baku. Setelah itu baru dilakukkan pengeringan dengan menggunakan oven

atau bisa dengan cara diangin-anginkan, syarat pengeringan dengan menggunakan

oven ialah suhu yang digunakan 50°C. Kemudian dilakukan sortasi kering
25

untukpemilihan bahan yang gosong setelah proses pengeringan atau bahan yang

sudah rusak.

3.3.3 Pembuatan Ekstrak Biji Mahoni

Biji mahoni yang sudah dikeringkan dan dihaluskan dengan blender hingga

halus, serbuk biji mahoni seberat 100 gram dimasukkan kedalam botol gelap

tertutup yang bersih, ditambahkan pelarut 700 ml sambil sering dikocok selama 3

hari dalam suhu kamar selanjutkan disaring menggunakan kertas saring dan

ampas dari penyaringan ditambahkan 300 ml pelarut dan dikocok 3 hari kemudian

disaring menggunakan kertas saring. Kemudian di lakukkan pemisahan pelarut

menggunakan rotary evaporator. Ekstrak tersebut kemudian diencerkan sesuai

dosis penelitian.

3.3.4 Pembuatan Keping Anti Nyamuk

Pembuatan keping anti nyamuk dilakukan dengan cara mula-mula kertas

HVS terlebih dahulu dirobek-robek dan direndam selama 1 hari agar kertas

lembut dan mudah dihancurkan, kemudian kertas yang sudah direndam diblender

dengan penambahan air sesuai dengan perbandingan, bubur kertas yang telah

halus dimasukkan kedalam saringan yang ditampung oleh baskom. Setelah itu

diratakan, diangkat dan di press dengan sponge perlahan-lahan, ditiriskan hingga

tidak ada lagi air yang menetes, kemudian bubur kertas dikeringkan dioven atau

bisa dengan panas matahari. Pengolahan dengan adanya pemerasan dilakukkan


26

setelah proses penghalusan, sedangkan penambahan amilum dilakukan setelah

proses pemerasan (Vinaliza dkk, 2014).

3.3.5 Pembuatan Obat Anti Nyamuk Elektrik

Keping anti nyamuk yang telah kering ditambahakan ekstrak biji mahoni

dengan berbagi variasi konsentrasi. Mula-mula ekstrak biji mahoni murni

diencerkan dengan Etanol 96% sebanyak 100 ml dengan perbandingan 5 : 100

(5%). Kemudian dilakukan pengenceran menjadi dua konsentrasi 3% dan 1%.

Masing-masing keping anti nyamuk direndam pada larutan konsentrasi 1%; 3%;

5% sebanyak 3 ml, perendaman berlangsung 10 menit. Kemudian disimpan pada

tempat tertutup agar ekstrak biji mahoni tidak hilang oleh udara setelah sediaan

kering di semprotkan oleum citri sebagai pengaroma

3.3.6 Uji Efektivitas Sediaan Obat Anti Nyamuk Elektrik

Hal yang harus disiapkan dalam pengujian efektivitas sediaan obat anti

nyamuk elektrik adalah wadah pelastik transparan yang masing-masing telah

terdapat 20 ekor nyamuk kemudian dimasukkan pada setiap wadah pelastik

transparan satu alat dudukan keping anti nyamuk yang disisipkan keping nyamuk

yang sudah direndam dalam ekstrak methanol biji mahoni dengan berbagai

konsentrasi (0%, 1%, 3%, 5%), dan obat anti nyamuk elektrik yang beredar

dipasaran sebagai kontrol positif. kemudian dudukan keping anti nyamuk

dinyalakan selama 8 jam.


27

Amati jumlah nyamuk yang mati pada setiap perlakuan, dihitung setelah

jam ke-1, jam ke-2, jam ke-3, jam ke-4, jam ke-5, jam ke- 6, jam ke-7, dan jam

ke-8. Penelitian ini dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali untuk tiap

perlakuan (Vinaliza dkk, 2014).

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah jumlah nyamuk mati

untuk setiap perlakuan setelah pengamatan. Untuk uji statistik penelitian ini

menggunakan uji ANOVA (One Way ANOVA) yang dilanjutkan dengan analisis

Post Hoc Test (Duncan dan LSD).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Pembibitan Nyamuk

Larva nyamuk yang telah dikumpulkan memerlukan waktu selama lebih

kurang 7 hari agar dapat berubah menjadi pupa, sedangkan pembibitan nyamuk

yang dimulai dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu lebih

kurang 14 hari.

Sebanyak 20 ekor pupa dimasukkan ke dalam botol yang kemudiaan

dimasukkan lagi kedalam toples transparan yang khusus dan hasilnya 20 ekor

pupa tersebut berubah menjadi nyamuk dewasa.

4.1.2 Hasil Uji Keping Anti Nyamuk

Tabel I. Jumlah Nyamuk Yang Mati (rata-rata ± SD)

Jumlah nyamuk yang mati (rata-rata ± SD)


Jam
5% 3% 1% k+ k-
1 2,33 ± 0,57 1,00 ± 1 0,00 ± 0 14,67 ± 2,30 0,00 ± 0
2 9,33 ± 0,57 2,67 ± 0,57 0,00 ± 0 20,00 ± 0 0,00 ± 0
3 15,67 ± 0,57 4,33 ± 0,57 1,00 ± 0 20,00 ± 0 0,00 ± 0
4 17,00 ± 0,57 6,00 ± 0 2,33 ± 1 20,00 ± 0 0,00 ± 0
5 20,00 ± 0,57 7,67 ± 1,15 4,00 ± 1,15 20,00 ± 0 0,00 ± 0
6 20,00 ± 0 10,33 ± 2,51 5,67 ± 1 20,00 ± 0 0,00 ± 0
7 20,00 ± 0 13,67 ± 2,08 7,67± 1,15 20,00 ± 0 0,00 ± 0
8 20,00 ± 0 17,67 ± 1,15 9,67 ± 1,15 20,00 ± 0 0,00 ± 0
AUC 113,16 54 25,5 137,33 0
% efektifitas 82% 39% 19% 100% 0%

Ket : nilai a, b, c, d, dan e menunjukkan perbedaan nilai p= 0,05, n = 20 ekor


nyamuk, SD (Standar deviasi), n= 3 kali pengulangan.

28
29

Jumlah rata-rata nyamuk yang mati hingga jam ke-8 untuk ekstrak biji

mahoni konsentrasi 3% yaitu 17,67 ekor, ekstrak biji mahoni 1% yaitu 9,67 ekor,

ekstrak biji mahoni 0% (kontrol negatif) yaitu 0% sedangkan kontrol positif

(sediaan yang beredar dipasaran) yaitu 20 ekor pada jam ke-2 dan ekstrak biji

mahoni konsentrasi 5% yaitu 20 ekor pada jam ke-5

4.1.3 Hasil Uji Anova Satu Arah

Tabel II. Daftar Anova Kematian Nyamuk

ANOVA
nilai_AUC

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Between 10113.69 510.


40454.767 4 .000
Groups 2 363

Within
198.167 10 19.817
Groups

Total 40652.933 14

Berdasarkan Tabel II terlihat bahwa antar perlakuan medapatkan nilai

signifikan 0,000 < P = 0,050. Hal ini menandakan terdapat perbedaan yang

signifikan (nyata) dari kelima kelompok perlakuan tersebut.


30

Grafik Kemampuan Kepingan Anti Nyamuk


25.00

20.00
jumlah nyamuk mati

15.00 5%
3%
10.00
1%
5.00 k+
k-
0.00
0 2 4 6 8 10
-5.00
jam

Gambar 7 : Grafik Kemampuan Kepingan Anti Nyamuk dalam Membunuh


Nyamuk

Diagram Persentase Efektivitas Obat Anti


Nyamuk
100%
100%
82%
90%
80%
% Efektivitas

70%
60%
50% 39%
40%
30% 19%
20%
10% 0%
0%
Konsentrasi
5% 3% 1% k+ k-

Gambar 8 : Diagram Persentase Efektivitas Uji Keping Anti Nyamuk


Elektrik Ekstrak Methanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni
L. Jacq.)
31

4.2 Pembahasan

Insektisida alami (bioinsektisida) adalah suatu insektisida yang bahan

dasarnya berasal dari alam, misalnya tumbuhan. Insektisida nabati dapat

membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang

unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal (Sugiata,

2011).

Salah satu tumbuhan yang diindikasikan dapat dimanfaatkan sebagai

insektisida nabati adalah biji mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.). Swietenia

mahagoni merupakan satu spesies tanaman dari suku Meliaceae yang memiliki

kandungan kimiawi berupa flavonoid, saponin, alkaloid, steroid, dan terpenoid

(Sianturi, 2001). Oleh karena itu, penelitian ini memanfaatkan biji mahoni

(Swietenia mahagoni L. Jacq.) sebagai anti nyamuk elektrik karena mengandung

senyawa metabolit sekunder yang diduga mampu mematikan nyamuk.

Penelitian ini menggunakan hewan uji nyamuk sebanyak masing-masing 20

ekor untuk masing-masing konsentrasi, kontrol positif dan juga kontrol negatif

dengan 3 kali pengulangan. Jumlah keseluruhan nyamuk yang diperlukan untuk

pengujiaan sediaan obat anti nyamuk elektrik ekstrak methanol biji mahoni

(Swietenia mahagoni L. Jacq.) adalah 300 ekor.

Bahan uji yang digunakan adalah kepingan anti nyamuk yang dibuat dari

bahan dasar kertas yang dihaluskan yang kemudiaan dijemur dan dibentuk persegi

dengan tambahan amilum sebagai perekat. Ekstrak biji mahoni diperoleh dari biji

mahoni yang dikeringkan dan dihaluskan kemudiaan diekstraksi dengan metode

maserasi menggunkan pelarut methanol. Kemudian ekstrak tersebut disaring


32

untuk dipisahkan antara residu dan filtratnya. Lalu maserat yang diperoleh dari

perlakuan sebelumnya kemudian dimasukkan ke dalam alat Rotary Evaporator

untuk memisahkan maserat biji mahoni dengan pelarutnya sehingga menjadi

ekstrak yang lebih kental. Kemudiaan Mengencerkan ekstrak kental biji mahoni

menjadi beberapa konsentrasi yaitu 1%, 3%, dan 5%.

Kepingan anti nyamuk elektrik yang telah dibuat tersebut dicelupkan ke

dalam ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) selama 10 menit,

kemudiaan dikeringkan pada suhu kamar. Disemprotkan secukupnya Olium citri

pada kepingan tersebut yang berfungsi sebagai pewangi.

Uji Efektivitas Anti Nyamuk Elektrik

Hasil uji obat anti nyamuk elektrik dari ekstrak biji mahoni (Swietenia

mahagoni L. Jacq.) tampak pada Tabel I.

Berdasarkan data pada Tabel I tampak bahwa tiap konsentrasi ekstrak biji

mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) memiliki kemampuan yang berbeda

terhadap kematian nyamuk sehingga memberikan hasil yang berbeda pula,

sehingga pemberian variasi konsentrasi sedikit mampu dalam menentukan kadar

konsentrasi yang baik untuk kepingan anti nyamuk elektrik ekstrak biji mahoni

(Swietenia mahagoni L. Jacq.) dalam mematikan nyamuk.

Hasil pengamatan tersebut juga menunjukkan bahwa potensi keping anti

nyamuk elektrik ekstrak methanol biji mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq) dari

semua konsentrasi mempunyai aktivitas sebagai anti nyamuk. Hal ini terbukti

karena daya bunuh kepingan anti nyamuk yang mencapai 100% (20 ekor
33

nyamuk) pada konsentrasi 5% yaitu pada jam ke-5 namun tidak sebaik anti

nyamuk elektrik yang beredar dipasaran (K+) yang mencapai 100% (20 ekor

nyamuk) pada jam ke-2, hal yang sama terjadi pada setiap perlakuan. Pada keping

anti nyamuk dengan konsentrasi 1% dan 3% tidak semua nyamuk mati. Akan

tetapi pada jam ke-4 dan ke-5 hampir semua nyamuk terlihat diam dan tidak aktif

namun masih hidup. Konsentrasi 3% pada pengujian ke I membunuh nyamuk

sebanyak 19 ekor, pengujian ke II dan ke III membunuh nyamuk sebanyak

masing-masing 17 ekor, sedangkan konsenrasi 1% pada pengujian ke I

membunuh nyamuk sebanyak 8 ekor, pada pengujian ke II membunuh nyamuk

sebanyak 10 ekor dan pengujian ke III membunuh nyamuk sebanyak 11 ekor .

Sedangkan pada konsentrasi 0% semua nyamuk tetap hidup dan tanpak aktif

hingga jam ke-8 dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

konsentrasi semakin maksimal aktivitas membunuh nyamuk.

Hasil perhitungan luas AUC (Area Under Curve) uji keping anti nyamuk

elektrik ekstrak methanol biji mahoni (Swietenia mahagoni L. jacq.) yang tertera

pada Gambar 7 adalah 0 pada kontrol negatif (konsentrasi 0 %), 25,5 pada

konsentrasi 1%, 54 pada konsentrasi 3%, 113,16 pada konsentrasi 5% dan 137,33

pada kontrol positif (obat nyamuk elektrik yang beredar dipasaran). Kepingan

dengan konsentrasi 5% memeiliki Area Under Curve yang lebih luas dengan

perbedaan yang nyata dibandingkan dengan konsentrasi 3%, dan konsentrasi 1%,

sedangkan konsentrasi 0% (kontrol negarif) tidak memiliki area dibawah kurva,

namun kontrol positif (sediaan obat nyamuk elektrik yang beredar dipasaran)

memiliki Area Under Curve yang lebih luas dari pada konsentrasi 5%. Sehingga
34

dapat disimpulkan bahwa sediaan keping anti nyamuk ekstrak methanol biji

mahoni (Swietenia mahagoni l. jacq.) dengan konsentrasi 5% adalah konsentrasi

yang paling efektif untuk membunuh nyamuk dibandingkan dengan konsentrasi

3% dan konsentrasi 1% , namun tidak lebih efektif dari pada kontrol positif.

Dilakukan uji % efektifitas yang dibandingkan dengan kontrol positif untuk

mengetahui persentase efektifitas dari masing-masing konsentrasi. Dari hasil uji

% efektifitas pada tabel II didapatkan hasil persentase efektifitas dalam

membunuh nyamuk adalah 100% pada kontrol positif, 82% untuk konsentrasi 5%,

39% untuk konsentrasi 3%, 19% untuk konsentrasi 1% dan kontrol negatif adalah

0% atau tidak memiliki efek.

Hasil uji anova satu arah pada Tabel II menunjukkan bahwa antar

perlakuan mempunyai nilai signifikan 0,000 < 0,050. Hal ini menandakan terdapat

perbedaan yang signifikan (nyata) dari kelima kelompok perlakuan tersebut,

dengan kata lain kelima konsentrasi tersebut memiliki efektivitas yang cukup

berbeda dalam membunuh nyamuk.

Untuk mengetahui dari kelima kelompok yang memiliki perbedaan yang

bermakna maka dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji

Duncan sehingga dari hasil perhitungannya kemudian dapat diketahui konsentrasi

yang paling efektif dalam membunuh nyamuk. Data dari hasil uji Duncan yang

terlampir menunjukkan bahwa kelima konsentrasi memiliki perbedaan yang nyata

atau signifikan. Dapat diketahui bahwa konsentrasi 5% adalah konsentrasi yang

paling efektif namun masih dikalahkan oleh kontrol positif dan kemudiaan diikuti

oleh konsentrasi 3% dan 1%.


35

Biji mahoni yang juga dapat menurunkan populasi hama caisin telah lama

dikenal sebagai insektisida botani. Menurut Dadang dan Ohsawa (2000) ekstrak

biji Swietenia mahagoni L. Jacq pada konsentrasi 5% dapat memberi

penghambatan makan 100% larva P.xylostella yang dielusi dengan 2% metanol

dalam diklorometana. Sedangkan pada konsentrasi 2% ekstrak biji mahoni ini

dapat menyebabkan penghambatan makan 92,9% larva P. xylostella.

Kemampuan anti nyamuk elektrik dari ekstrak methanol biji mahoni

(Swietenia mahagoni L. Jacq) dalam mematikan nyamuk diduga disebabkan oleh

adanya kandungan senyawa aktif. Hasil uji fitokimia yang dilakukan Sianturi

(2001) menunjukkan bahwa ekstrak metanol biji mahoni mengandung flavonoid,

saponin, tanin, alkaloid, dan steroid/triterpenoid. Namun belum diketahui secara

pasti jenis senyawa kimia yang berpengaruh secara spesifik terhadap kematiaan

nyamuk.

Kelompok flavonoid yang bersifat insektisida alam yang kuat adalah

isoflavon. Isoflavon memiliki efek pada reproduksi, yaitu antifertilitas. Senyawa

flavonoid yang lain bekerja sebagai insektisida ialah rotenon. Rotenoid

merupakan racun penghambat metabolisme dan sistem saraf yang bekerja

perlahan. Serangga yang mati diakibatkan karena kelaparan akibat kelumpuhan

pada alat mulutnya (Siregar dkk, 2005). Menurut Prijono (2003), mahoni juga

mengandung senyawa limonoid yang bersifat sebagai antifeedant.

Saponin yang terkandung dalam biji mahoni diketahui memepunyai efek

anti serangga karena saponin yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi
36

serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan

(Suparjo, 2008).

Efek saponin terlihat pada gangguan fisik serangga bagian luar (kutikula),

yakni mencuci lapisan lilin yang melindungi tubuh serangga dan menyebabkan

kematian karena kehilangan banyak cairan tubuh. Saponin juga dapat masuk

melalui organ pernapasan dan menyebabkan membran sel rusak atau proses

metabolism terganggu (Novizan, 2002).

Ketika kepingan obat anti nyamuk elektrik ekstrak methanol biji mahoni

(Swietenia mahagoni L. Jacq) diselipkan ke dudukan kepingan obat anti nyamuk

yang kemudiaan dinyalakan, kepingan tersebut menguapkan senyawa aktifnya

dimana bau tersebut mulai tercium dalam waktu yang singkat dan bertahan

hingga lebih dari 8 jam. Bau khas pahit yang diuapkan oleh dudukan obat anti

nyamuk dari kepingan anti nyamuk ekstrak methanol biji mahoni (Swietenia

mahagoni L. Jacq) semakin kuat dengan semakin tinggi konsentrasinya. Sehingga

senyawa kimia yang terkandung pada larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat

berpengaruh secara dominan sehingga meningkatkan efektifitas ekstrak biji

mahoni sebagai insektisida alami dan mengakibatkan pada konsentrasi 5% jumlah

nyamuk yang mati lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi 0 %, 1% dan

3%.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa anti

nyamuk elektrik yang dibuat dari ekstrak methanol biji mahoni (Swietenia

mahagoni L. Jacq) dengan beberapa konsentrasi ternyata mampu untuk

membunuh nyamuk dan konsentrasi ekstrak methanol biji mahoni (Swietenia

mahagoni L. Jacq) yang paling efektif membunuh nyamuk adalah konsentrasi 5%

yang mencapai 100% pada jam ke-5 namun tidak sebaik anti nyamuk elektrik

yang beredar dipasaran (K+) yang mencapai 100% pada jam ke-2 sedangkan

konsentrasi 3% membunuh 88,3% dan konsentrasi 1% yang hanya membunuh

48,3%

5.2 Saran

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang senyawa yang terkandung dalam biji mahoni (Swietenia mahagoni L.

Jacq) yang lebih sfesifik membunuh nyamuk.

37
38

DAFTAR PUSTAKA

Adharini, 2008, Uji Kemampuan Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica Benth) untuk
Mengendalikan Rayap Tanah (Captotermes curvinagtus Holmgren),
Departemen Silvikultur Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Adhikari, U. Singha, S. Chandra, G. 2012, In vitro repellent and larvicidal
efficacy of Swietenia mahagoni against the larval forms of Culex
quinquefasciatus Say, Asian Pac J Trop Biomed, ; 2(1): 260-264.
Anonim, 2008, Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan Pendekatan Komunikasi
Perubahan Perilaku (Communication For Behavioral Impact), Jakarta:
Ditjen PP dan PL.
Anonim, 2010, Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue,
Jakarta.
Anonim, 2013, Himpunan Kesehatan Lingkungan Indonesia. Jakarta.
Arixs, 2008, Tanaman Hias Penyerap Racun dan Pengusir Nyamuk Mudah
Ditanam, tidak Perlu Perawatan Khusus. 28 Januari 2008.
Ariyantoro, H. 2006, Budidaya Tanaman Kehutanan, PT. Citra Aji Parama.
Yogyakarta.
Chemika, Brataco. 2003, Nyamuk Aedes aegypty,
http://www.bratachem.com/abate/ nyamuk.htm, diakses pada tanggal 25
november 2016.
Dadang dan Ohsawa K. 2000. Penghambatan aktivitas makan larva Plutella
xylostella L. (Lepidoptera:Yponomeutidae) yang diperlakukan ektrak biji
Swietenia mahogani Jacq (Meliaceae). Bul HPT 12: 27-32.

Dinata, Arda., 2009, Basmi Lalat dengan Jeruk Manis. Diakses pada tanggal
08/03/2015 http://litbang.depkes.go.id/lokaciamis/artikel/lalat-arda.htm.

Dwi, D. P., Dwi, E. N. dan Agung, A. C. 2014, Kandungan Total Fenol dan
Aktivitas Antibakteri Kelopak Buah Rosela Merah dan Ungu Sebagai
Kandidat Feed Additive Alami Pada Broiler, Jurusan Peternakan dan
Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung, Lampung

Falah, S. Suzuki, T. Katayama, T. 2008, Chemical Constituents from Swietenia


Macrophylla Bark and Their Antioxidant Activity, Pak J Biol Sci 11 : 2007-
2012
39

Fatma, S.U. 2002, Identifikasi Vektor Malaria pada Daerah Pantai di Desa
Hanura Padang CerminLampung Selatan, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Gafur, A. Mahrina, & Hardiansyah, 2006, Kerentanan larva aedes aegypti dari
banjarmasin utara terhadap temefos, Universitas Lambung Mangkurat.
Gita Pertiwi, 2014, Bahaya Obat Anti Nyamuk dan Cara Penanggulanganya,
http://gitapertiwi.org/. Diakses tanggal 24 november 2016.
Gozali, Dolih, dkk. 2009, Uji Aktivitas Antinyamuk Dari Ekstrak Daun Zodia
(Evodia Suaveolens Scheff.).
Gunawan, D., Mulyani, S. 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I, Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta.
Haldar, P.K. Adhikari, S. Bera, S. Bhattacharya, S. Panda, S.P. Kandar, C. 2011,
Hepatoprotective Efficacy of Swietenia Mahagoni L. Jacq. (Meliaceae) Bark
against Paracetamol-induced Hepatic Damage in Rats, Indian Journal of
Pharmaceutical Education and Research Vol 45/Issue 2.
Harbach, R. 2008, Famili Culicidae Meigen, Mosquito Taxonomic Inventory,
http://mosquito-taxonomic-inventory.info/famili-culicidae-meigen-1818
[accessed 20 november 2016].
Kardinan, Agus. 2007, Tanaman Pengusir Dan Pembasmi Nyamuk. Agromedia
Pustaka. Jakarta.

Masroh, LF. 2010, Isolasi Senyawa Aktif dan Uji Toksisitas Ekstrak Heksana
Daun Pecut Kuda (Stachytharpheta jamaicensis L.Vahl), Malang:
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Monalisa, Dita. dkk. 2011, Uji Daya Antibakteri Ekstrak Daun Tapak Liman
(Elephantopus scaber L.) Terhadap S.aureusdan Salmonella typhi, Jurnal
Bioma, Vol. IX (2):1-7.
Mostafa M, Hemayet H, Hossain MA, Biswas PK, Haque MZ. 2012, Insecticidal
activity of plant extracts against Tribolium castaneum Herbst, J Adv Sci
Res. 2012; 3(3): 80-84.
Novizan, 2002, Petunjuk Pemupukan yang Efektif, Agromedia Pustaka, Jakarta;
Hal: 23-24
Oktaviani, D. Deri, K. dan Sri, M. 2014, Uji Efektivitas Biji Mahoni (Swietenia
Mahagoni Jacq) Sebagai Larvasida Terhadap Kematian Larva Aedes Sp.
Plantamor, 2012, “Informasi Spesies (Swietenia mahagoni L)”, (Online).
(http://www.plantamor.com. Diakses 25 november 2016 5:42).
40

Prijono D. 2003. Teknik Ekstraksi, Uji Hayati, dan Aplikasi Senyawa Bioaktif
Tumbuhan: Panduan bagi Pelaksana PHT Perkebunan Rakyat. Bogor:
Departemen HPT, Faperta IPB.
Rattanarithikul R dan Harrison B. 2005, Illustrated Keys to the Mosquitoes of
Thailand I. Background; Geographic Distribution; Lists of Genera,
Subgenera, dan Species; dan a Key to the Genera. The southeast Asian
journal of Tropical Medicine, Volume 36 Supplement 1, 2005, Bangkok.
Redha, A. 2010, Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya Dalam
Sistem Biologis. Jurnal Belian , 9, 196-202.
Rosa, 2009, Identifikasi dan Aktifikas Menggigit Nyamuk Vektor Malaria, Bandar
Lampung.
Rosdiana Safar, 2009, Parasitologi Kedokteran: parasitologi, entomologi, dan
helmintologi, Bandung: YRAMA WIDYA
Santoso, Yahya, Milana Salim, 2014, Penentuan Jenis Nyamuk Mansonia Sebagai
Tersangka Vektor Filariasis Brugia malayi dan Hewan Zoonosis di
Kabupaten Muaro Jambi, Batu Raja.
Sayono, S. D. & Sumanto, D. 2012, Distribusi resistensi nyamuk aedes aegypti
terhadap insektisida sipermetrin, Semarang.
Sembel, DT. 2009, Entomologi Kedokteran, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Sianturi, AHM. 2001, Isolasi dan Fraksi Senyawa Bioaktifdari Biji Mahoni
(Swietenia mahagoni L. Jacq.), Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Siregar BA, Didiet RD, Herma A. 2005, Potensi Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia
macrophylla) dan Akar Tuba (Derris elliptica) Sebagai Bioinsektisida
Untuk Pengendalian Hama Caisin, Bogor.
Soegijanto, S. 2006, Demam Berdarah Dengue, Edisi 2, Airlangga University
Press.
Sugiata, I, W., (2011). Uji efektivitas bioinsektisida ekstrak Kulit Batang Langsat
(Lansium domesticum) Untuk Mengendalikan Jentik Nyamuk Aedes aegypti.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Sunaryo, 2001, Bionomik Vektor Malaria di Kabupaten Banjarnegara, SLPV,
Banjarnegara, Kes Malaria di Kabupaten Banjarnegara, SLPV,
Banjarnegara.
Suparjo, 2008, Saponin Peran dan Pengaruhnya Bagi Ternak dan Manusia,
Fakultas Peternakan, Universitas Jambi: Jambi.
41

Suyanto, F. 2009, Efek Larvasida Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia


mangostana L.) Terhadap Larva Aedes aegypti L. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Skripsi.
Tanaya, 2013, Culex sp. http://wisnutanaya2.com/2013_07_01_archive.html
(diakses tanggal 24 november 2016)
Vinaliza., Tuti Wiyati. dan Dolih Gozali. 2014, Pembuatan Dan Uji Aktivitas
Sediaan Obat Nyamuk Elektrik Dari Bunga Plumeria Acuminate W.T Ait,
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No
2, Juli 2014.

Yuniarti, T. 2008, Ensiklopedia Tananman Obat Tradisional. Cetakan Pertama.


Yogyakarta: MedPress
42
43

Lampiran 1. Rumus % Efektifitas

∑ HU − ∑ mati
% 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 = (100% − ( )
∑ 𝐻𝑈

Keterangan :

 ∑ HU : Rata-rata Hewan Uji (kontrol positif)


 ∑ mati : Rata-rata nyamuk yang mati
44

Lampiran 2. Rumus % Standar Deviasi


45

Lampiran 3. Hasil Uji Keping Anti Nyamuk

Tabel III. Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Elektrik Ekstrak Methanol Biji
Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) Perlakuan Pertama

Jam ke-
Konsentrasi
1 2 3 4 5 6 7 8
5% 10% 50% 80% 85% 100% 100% 100% 100%
3% 10% 15% 25% 30% 45% 65% 80% 95%
1% 0% 0% 0% 5% 15% 20% 30% 40%
K (+) 80% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
k(-) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Tabel IV. Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Elektrik Ekstrak Methanol
Biji Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) Perlakuan Kedua

Jam ke-
Konsentrasi
1 2 3 4 5 6 7 8
5% 15% 45% 75% 85% 100% 100% 100% 100%
3% 0% 10% 20% 30% 35% 50% 65% 85%
1% 0% 0% 10% 15% 25% 30% 40% 50%
K (+) 80% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
k(-) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Tabel V. Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Elektrik Ekstrak Methanol Biji
Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq.) Perlakuan Ketiga

Jam ke-
Konsentrasi
1 2 3 4 5 6 7 8
5% 10% 45% 80% 90% 100% 100% 100% 100%
3% 5% 15% 20% 30% 35% 40% 60% 85%
1% 0% 0% 5% 15% 20% 35% 45% 55%
K (+) 60% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
k(-) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
46

Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas

Tabel VI. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

nilai_
AUC

N 15

Normal Parametersa Mean 66.06


7

Std. Deviation 53.88


67

Most Extreme Absolute .206


Differences Positive .151

Negative -.206

Kolmogorov-Smirnov Z .796

Asymp. Sig. (2-tailed) .550

a. Test distribution is Normal.

Test of Homogeneity of Variances

nilai_AUC

Levene
Statistic df1 df2 Sig.

9.231 4 10 .002
47

Lampiran 5. Hasil Uji Pos Hoc

Tabel VII. Hasil Uji Pos Hoc LSD


48

Lampiran 5. lanjutan ......

Tabel VIII. Hasil Uji Pos Hoc Duncan

nilai_AUC

Subset for alpha = 0.05

konsentrasi N 1 2 3 4 5

Dun kontrol - 3 .000


cana
konsentrasi 25.5
3
1% 00

konsentrasi 54.0
3
3% 00

konsentrasi 113.
3
5% 500

kontrol + 137.
3
333

Sig. 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00


0 0 0 0 0

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.


49

Lampiran 6 : Pengolahan Biji Mahoni (Swietenia mahogany (L.) Jacq)

Buah Mahoni Buah Mahoni Helaian Buah


Dikupas Mahoni

Penjemuran Biji Mahoni


Biji Ditimbang
Helaian Buah Yang Sudah
Mahoni Dikupas

Biji Dihaluskan Diayak Agar Lebih Simplisia Kering


Halus

Gambar 9 : Pengolahan Biji Mahoni


50

Lampiran 7 : Pembuatan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia Mahogany (L.) Jacq)


dengan Pelarut Metanol p.a

Masukan Simplisia Pelarut Metanol Memasukan Pelarut


P.A

Perendaman simplisia Penyaringan Penguapan

Hasil Ekstrak Berat Ekstrak Berat Botol Kosong

Gambar 10 : Pembuatan Ekstrak Biji Mahoni


51

Lampiran 8: Alat dan Bahan pembuatan keping anti nyamuk


a. Alat

Handscoon Masker Gelas ukur Beker gelas

Batang pengaduk Saringan Sponge Baskom

Blender Oven Timbangan Waterbath


Analitik

Hot Plate Dudukan Keping


& Kurs

Gambar 11 : Alat Pembuatan Keping Anti Nyamuk


52

b. Bahan

Metanol p.a Aquadest Kertas HVS

Ekstrak Biji Amilum Tritici Oleum Citri


Mahoni

Gambar 12 : Bahan Pembuatan Keping Anti Nyamuk


53

Lampiran 9: Proses Pembuatan Keping Anti Nyamuk

Kertas dipotong Letakkan diwadah Tambahkan air


kecil

perendaman Kertas diblender Ditambah air

Hasil bubur kertas pemerasan Pembuatan lem

Pencampuran dg Kepingan Pengeringan


lem

Gambar 13 : Pembuatan Keping Anti Nyamuk


54

Lampiran 10: Proses Pembuatan Obat Anti Nyamuk

Keping yg sudah kering Konstrasi 5% Konstrasi 1%


dan 3

Perendaman 5% Perendaman 3% Perendaman 1%

Pengeringan Setelah kering Sediaan setelah


dipanaskan

Gambar 14 : Pembuatan Obat Anti Nyamuk


55

Lampiran 11. Pembibitan Nyamuk

Telur Nyamuk Pengumpulan


Larva Nyamuk

Tempat Penangkaran Tempat Penangkaran Nyamuk (2)


Nyamuk (1)

Larva Nyamuk Pemindahan Pupa Nyamuk Ke


Dalam Botol

Gambar 15 : Pembibitan Nyamuk


56

Lampiran 12. Hewan Uji

Gambar 16 : Nyamuk Dewasa


57

Lampiran 13. Keping Anti Nyamuk

Sediaan Kontrol Positif Sediaan Konsentrasi 0%

Sediaan Konsentrasi 5% Sediaan Konsentrasi


1%

Sediaan Konsentrasi 0%

Gambar 17 : Keping Anti Nyamuk


58

Lampiran 14. Alat Uji Efektivitas Keping Anti Nyamuk

Toples Uji

Dudukan Keping Anti Nyamuk

Gambar 18 : Alat Uji Efektivitas Keping Anti Nyamuk


59

Lampiran 15.Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Ekstrak Methanol Biji Mahoni

Perlakuan pertama

Perlakuan kedua

Perlakuan ketiga

Gambar 19 : Hasil Uji Kontrol (+)


60

Lampiran 15. Lanjutan.......

Perlakuan
v pertama

Perlakuan kedua

Perlakuan ketiga

Gambar 20 : Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Konsentrasi 5%


61

Lampiran 15. Lanjutan......

Perlakuan pertama

Perlakuan kedua

Perlakuan ketiga

Gambar 21 : Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Konsentrasi 3%


62

Lampiran 15. Lanjutan.......

Perlakuan pertama

Perlakuan kedua

Perlakuan ketiga

Gambar 22 : Hasil Uji Keping Anti Nyamuk Konsentrasi 1%


63

Lampiran 15. Lanjutan...........

Perlakuan pertama

Perlakuan kedua

Perlakuan ketiga

Gambar 23 : Hasil uji kontrol (-)

You might also like