You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency
Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa
homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS
sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS
menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1
orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian
tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada
tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika
makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun
pada anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993
terdapat 4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang
dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS.
Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak – anak tertinggi
didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih
dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun
juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak
usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di
negara terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8
juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak- anak
dibawah 15 tahun. (WHO 1999)
LahirnyaMillenium Development Goals tahun 2000 di New York merupakan
komitmen pemimpin dunia untuk mempercepat pembangungan manusia
danpemberantasan kemiskinan. Namun di Indonesia, tujuan MDGs dikembangkan dan
diklasifikasikan menjadi delapan, antara lain: menurunkan angkan kematian anak serta
memerangi HIV/AIDS (Indriyani, Dian dan Asmuji, 2014:18).
Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui darah,
penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak).Penularan dari ibu ke
anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDSsebagian besar (85%) berusia subur
(15-44 tahun), sehingga terdapat risiko penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan
(in uteri).
Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah
0,01% sampai0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan jika sudah ada
gejala pada ibu kemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi selama proses
persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mucosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan . semakin lama proses kelahiran,

1
semakin besar pula risiko penularan, sehingga lama persalinanbisa dicegah dengan operasi
sectio caecaria Transmisi lain juga terjadi selama periodepostpartum melalui ASI, risiko
bayi tertular melaui ASI dari ibu yang positif sekitar 10% (Nurs dan Kurniawan,
2013:161).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penulis Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung dan
kompherensif pada anak dengan Hiv
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Hiv
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Hiv
c. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Hiv
d. Melaksanakan evaluasi pada klien dengan Hiv
e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Hiv

C. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan pada penulisan ini adalah metode deskriptif yang berbentuk
kasus teknik pengambilan data dilakukan dengan cara :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dalam rangka pengambilan data pada klien melalui proses
pengkajian.
2. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung
terhadap klien dan keadaan klien secara objektif tentang masalah kesehatan.
3. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara memeriksa kondisi klien dari kepala sampai ujung kaki,
sampai didapatkan data-data yang akurat tentang kondisi fisik klien dengan metode
insfeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.
4. Studi dokumentasi
Dengan cara melihat catatan perawat dan status klien selama penulis melakukan
Asuhan Keperawatan pada klien.
5. Studi kepustakaan
Pengumpulan data dengan menggunakan buku-buku sumber untuk mendapatkan
keterangan atau dasar teori yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana
kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama
perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)
Jadi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah
putih Infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara
progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama
pada orang dewasa).

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam
darah, dan penularan masa perinatal.
1. Faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :
a. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual,
b. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti,
c. Bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena,
d. Bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang,
e. Anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah
seksual), dan
f. Anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
2. Cara Penularan
Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:
a. Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang
dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal.
Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada
waktu bayi terpapar dengan darah ibu.
b. Selama persalinan (intrapartum)
Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir.
c. Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi
Pada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan
aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir

3
sangat dipengaruhi dengan adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara
persalinan, ulkus serviks atau vagina, perlukaan dinding vagina, infeksi cairan
ketuban, ketuban pecah dini, persalinan prematur, penggunaan elektrode pada
kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, episiotomi dan rendahnya kadar
CD4 pada ibu.
Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resiko
transmisi antepartum sampai dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah
kurang dari 4 jam sebelum persalinan.
d. Bayi tertular melalui pemberian ASI
Transmisi pasca persalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air susu ibu).
ASI diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi
median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang tenderita HIV adalah 1 per 10 4 sel,
partikel virus ini dapat ditemukan pada componen sel dan non sel ASI. Berbagai
factor yang dapat mempengaruhi resiko tranmisi HIV melalui ASI antara lain
mastitis atau luka di puting, lesi di mucosa mulut bayi, prematuritas dan respon
imun bayi. Penularan HIV melalui ASI diketahui merupakan faktor penting
penularan paska persalinan dan meningkatkan resiko tranmisi dua kali lipat.

C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit
berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena
sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima
puluh persen kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipun
demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala
AIDS pada umur 10 tahun.
Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang ada
di lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik
berupa :
a. Gagal tumbuh
b. Berat badan menurun,
c. Anemia,
d. Panas berulang,
e. Limfadenopati, dan
f. Hepatosplenomegali
Gejala yang menjurus kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi
oportunistik, yaitu infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozoa yang lazimnya
tidak memberikan penyakit pada anak normal. Karena adanya penurunan fungsi imun,
terutama imunitas selular, maka anak akan menjadi sakit bila terpajan pada organisme
tersebut, yang biasanya lebih lama, lebih berat serta sering berulang. Penyakit tersebut
antara lain kandidiasis mulut yang dapat menyebar ke esofagus, radang paru
karena Pneumocystis carinii, radang paru karena mikobakterium atipik, atau
toksoplasmosis otak. Bila anak terserang Mycobacterium tuberculosis, penyakitnya akan

4
berjalan berat dengan kelainan luas pada paru dan otak. Anak sering juga menderita diare
berulang.
Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia
interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada
jaringan paru. Manifestasi klinisnya berupa
a. Hipoksia,
b. Sesak napas,
c. Jari tabuh, dan
d. Limfadenopati.
e. Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus bilateral, terkadang
dengan adenopati di hilus dan mediastinum.
Manifestasi klinis yang lebih tragis adalah yang dinamakan ensefalopati kronik yang
mengakibatkan hambatan perkembangan atau kemunduran ketrampilan motorik dan daya
intelektual, sehingga terjadi retardasi mental dan motorik. Ensefalopati dapat merupakan
manifestasi primer infeksi HIV. Otak menjadi atrofi dengan pelebaran ventrikel dan
kadangkala terdapat kalsifikasi. Antigen HIV dapat ditemukan pada jaringan susunan
saraf pusat atau cairan serebrospinal.

D. PATOFISIOLOGI
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong
dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi
HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4.
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong
dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.
Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti,
meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis
melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai superantigen; penghancuran sel yang
terinfeksi melalui mekanisme imun antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi
precursor limfosit atau sel asesorius pada timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat
menginfeksi jenis sel selain limfosit.
Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak
menyebabkan kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai reservoir
virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke organ, terutama
otak, dan menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam nukleat viral pada
sel-sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia. Pada jaringan
janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati, dan paru. Patologi
terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah
kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi virus local atau komplikasi infeksi lain atau
autoimun.

5
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun “ priode
inkubasi “ atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat
pada infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan
regulasi imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;
hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara
anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6
bulan.
Ketidakmampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi
imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya,
berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV
pediatrik. Deplesi limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak
berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering
memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin
memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang
untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan
kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati
yang terjadi pada infeksi HIV anak.

6
E. PATHWAY

7
F. KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh
bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis
oral akan berlanjut mengeni esophagus dan lambung. Tanda dan gejala yang
menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di balik sternum
(nyeri retrosternal).
2. Neurologik
a. Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC;
AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit
kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik,
apatis dan ataksia. stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan
dalam respon verbal, gangguan efektif seperti pandangan yang kosong,
hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, dan
kematian.
b. Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala, malaise,
kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang. diagnosis
ditegakkan dengan analisis cairan serebospinal.
3. Gastrointestinal
a. Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB
awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan
demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat
menjelaskan gejala ini.
b. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
c. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
d. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-
gatal dan diare.
4. Respirasi
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi
infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI),
cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan

8
herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak
integritas kulit.
Moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh
pembentukan plak yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan disertai ruam
yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.penderita
AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit
yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti ekzema dan
psoriasis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis
sitomegalovirus berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis,
sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes untuk diagnose infeksi HIV
Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini
meliputi
a. ELISA, latex agglutination Penilaian Elisa dan latex agglutination dilakukan
untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV
harus dipastikan dengan tes western blot.
b. Western blot ( positif)
c. Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR . Bila pemeriksaan pada
kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi lahir
dengan ibu HIV. (positif untuk protein virus yang bebas)
d. Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a. LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
b. CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi
terhadap antigen)
c. Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
d. Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit).
e. Kadar immunoglobulin (meningkat)

H. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
a. Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
b. Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada.

9
c. Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT
dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
d. Mengatasi dampak psikososial
e. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan
prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
f. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu
memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)
2. Pengobatan
a. Pengobatan medikamentosa mencakupi pemberian obat-obat profilaksis infeksi
oportunistik yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Riset yang luas
telah dilakukan dan menunjukkan kesimpulan rekomendasi pemberian
kotrimoksasol pada penderita HIV yang berusia kurang dari 12 bulan dan
siapapun yang memiliki kadar CD4 < 15% hingga dipastikan bahaya infeksi
pneumonia akibat parasit Pneumocystis jiroveci dihindari. Pemberian Isoniazid
(INH) sebagai profilaksis penyakit TBC pada penderita HIV masih
diperdebatkan. Kalangan yang setuju berpendapat langkah ini bermanfaat untuk
menghindari penyakit TBC yang berat, dan harus dibuktikan dengan metode
diagnosis yang handal. Kalangan yang menolak menganggap bahwa di negara
endemis TBC, kemungkinan infeksi TBC natural sudah terjadi. Langkah
diagnosis perlu dilakukan untuk menetapkan kasus mana yang memerlukan
pengobatan dan yang tidak.
b. Obat profilaksis lain adalah preparat nistatin untuk antikandida, pirimetamin
untuk toksoplasma, preparat sulfa untuk malaria, dan obat lain yang diberikan
sesuai kondisi klinis yang ditemukan pada penderita.
c. Pengobatan penting adalah pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset mengenai
obat ARV terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu mengeradikasi
virus dalam bentuk DNA proviral pada stadium dorman di sel CD4 memori.
Pengobatan infeksi HIV dan AIDS sekarang menggunakan paling tidak 3 kelas
anti virus, dengan sasaran molekul virus dimana tidak ada homolog manusia.
Obat pertama ditemukan pada tahun 1990, yaitu Azidothymidine (AZT) suatu
analog nukleosid deoksitimidin yang bekerja pada tahap penghambatan kerja
enzim transkriptase riversi. Bila obat ini digunakan sendiri, secara bermakna
dapat mengurangi kadar RNA HIV plasma selama beberapa bulan atau tahun.
Biasanya progresivitas penyakti HIV tidak dipengaruhi oleh pemakaian AZT,
karena pada jangka panjang virus HIV berevolusi membentuk mutan yang
resisten terhadap obat.
3. Pencegahan
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :
a. Saat hamil, penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital
load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh
kurang efektif untuk menularkan HIV.

10
b. Saat melahirkan, penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi
baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar
karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.
c. Setelah lahir, informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Idensitas klien meliputi: nama/nama panggilan,tempat tanggal lahir/usia, jenis
kelamin, agama, paendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.
b. Identitas Penanggung jawab
c. Keluhan Utama
Orangtua klien mengeluhkan anaknya batuk- batuk disertai sesak napas.
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien terus batuk – batuk sejak satu minggu yang lalu, kemudian dua hari
yang lalu mulai disertai sesak napas.klien juga terkena diare dengan
frekuensi BAB cukup tinggi.sejak semalam klien demam dan di perparah
lagi klien tidak mau menyusu, karena itu orang tua klien membawanya ke
rumah sakit.
2) Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)
a) Prenatal Care
- Pemeriksaan kehamilan
- Keluhan selama hamil
- Riwayat terkena sinar tidak ada
- Kenaikan berat badan selama hamil
- Imunisasi
b) N a t a l
- Tempat melahirkan
- Lama dan jenis persalinan
- Penolong persalinan
- Komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit
perdarahan daerah vagina).
c) Post Natal
- Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB.. cm
- Kondisi anak saat lahir: baik/tidak
- Penyakit yang pernah dialami … setelah imunisasi
- Kecelakaan yang pernah dialami: ada/tidak ada
- Imunisasi
- Alergi
- Perkembangan anak dibanding saudara-saudara
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang mengidap HIV : missal, ibu.

11
f. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan reaksi
setelah pemberian. Missal; imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB masuk RS :.. Cm
2) Perkembangan tiap tahap ( berapa bulan)
Berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain,
bicara pertama kali, berpakaian tanpa bantuan .
h. Riwayat Nutrisi
1) Pemberian ASI
a) Pertama kali di susui : berapa jam setelah lahir
b) Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
c) Lama Pemberin : berapa menit
d) Diberikan sampai usia berapa
2) Pemberian Susu Formula :missal; SGM
3) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
i. Riwayat Psiko Sosial
1) Anak tinggal di mana, keadaan Lingkungan, fasilitas rumah
2) Hubungan antar anggota kelurga baik
3) Pengasuh anak adalah orang tua, pengasuh,dll
j. Riwayat spiritual
Kegiatan ibadah, tempat ibadah.
k. Reaksi Hospitalisasi
1) Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap
2) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap
l. Aktivitas sehari-hari
Kaji sebelum sakit dirumah dan selama dirawat dirumah sakit tentang: nutrisi,
cairan, eliminasi, istirahat/tidur, personal hygiene, aktivitas/mobilisasi,
rekreasi.
m. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma.
Ekspresi wajah, penampilan ( berpakaian)
2) Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darah
3) Antropometri meliputi: panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar abdomen.
4) Head To Toe
a) Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk
b) Kepal dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam
dan tidak ada peradangan
c) Kuku : Jari tabuh
d) Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
e) Hidung :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada
polip, dan fxungsi penciuman normal

12
f) Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada
perdarahan
g) Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa,
terjadi Peradangan dan perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-),
bibir dan mukosa mulut klien nampak kering dan bibir pecah-pecah.
h) Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
i) Dada : dada masih terlihat normal
j) Abdomen : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus
meningkat dan perut mules dan mual.
k) Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
l) Extremitas atas/ bawah : Extremitas atas dan extremitas bawah tonus
otot lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses penyakit.
5) Sistem Pernafasan
a) Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada
b) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di
sub mandibula.
c) D a d a :
- Bentuk dada : Normal
- Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1
- Gerakan dada : simetris, tidak terdapat retraksi
- Suara nafas : ronki
- Suara nafas tambahan : ronki
- Tidak ada clubbling finger
6) Sistem kardiovaskuler :
- Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi
reguler , tekanan vena jugularis : tidak meninggi
- Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
- Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
- Capillary refilling time > 2 detik
7) Sistem pencernaan:
- Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
- Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat
adanya virus yang menyerang usus
- Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal,
- Anus : terdapat bintik dan meradang gatal
8) Sistem indra
a) Mata : agak cekung
b) Hidung : Penciuman kurang baik,
c) Telinga:
- Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat
benyebaran penyakit
- Fungsi pendengaran kesan baik
9) Sistem Saraf
a) Fungsi serebral:

13
- Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua
- Bicara : -
- Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak
mengikuti perintah) = 6, verbal (bicara normal) = 5
b) Fungsi kranial :
Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari Nervus I –
Nervus XII.
c) Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu
oleh orang tua
d) Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan
terganggu)
e) Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal
f) Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal.
10) Sistem Muskulo Skeletal
a) Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri
b) Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif,
klien malas bergerak, aktifitas utama klien adalah berbaring di tempat
tidur.
c) Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan jalan
baik
d) Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif
11) Sistem integumen
- Warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor
menurun > 2 dt,
- Suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
12) Sistem endokrin
- Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran
- Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal,
- Tidak ada riwayat diabetes
13) Sistem Perkemihan
- Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi
berkurang.
- Tidak ditemukan odema
- Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu
14) Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah
dan gatal
15) Sistem Imun
- Klien tidak ada riwayat alergi
- Imunisasi lengkap
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada
- Riwayat transfusi darah ada/tidak ada

14
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
b. Pola napas tidk efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
c. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder
terhadap reaksi antigen dan antibody
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran
sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral

3. Intervensi Keperawatan
No Dx. Kep Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Bersihan jalan Tujuan: - Auskultasi area - Penurunan
nafas tidak Jalan nafas paru,catat area aliran
efektif kembali penurunan/tidak udara terjadi
berhubungan efektif/normal ada aliran udara pada area
dengan Tujuan : setelah dan bunyi napas konsolidasi
akumulasi dilakukan tindakan adventisius dengan cairan.
secret selama 1x24 jam - kaji ulang - pernapasan
anak menunjukan tanda-tanda dangkal dan
yang efektif vital (irama dan gerakan dada
dengan Kriteria frekuensi, serta tidak simetris
hasil: gerakan dinding terjadi karena
- Mempertahank dada) ketidaknyama
an kepatenan - Bantu pasien n gerakan
jalan napas latihan napas dinding dada.
dengan bunyi sering - Napas dalam
napas - Penghisapan memudahkan
bersih/jelas. sesuai indikasi ekspansi
- Klien merasa - Berikan cairan maksimum
nyaman ketika sedikitnya 2500 paru/jalan
bernapas ml/hari (kecuali napas lebih
- Tidak ada kontraindikasi) kecil
sekret - berikan obat - Merangsang
yang dapat batuk atau
meningkatkan pembersihan
efektifnya jalan jalan napas
nafas (seperti secara
bronchodilator mekanik
- Cairan
(khususnya
yang hangat)

15
memobilisasi
dan
mengeluar-
kan secret
- alat untuk
menurunkan
spasme
bronkhus
dengan
memobilisasi
sekret.
2. Pola napas tidak Tujuan : pola - Kaji frekuensi - Kecepatan
efektif napas kembali kedalaman biasanya
berhubungan efektif pernapasandan meningkat.
dengan Tujuan : setelah ekpansi paru - Dispnue dan
penurunan dilakukan tindakan - Catat upaya terjadi
ekspansi paru selama 2x24 jam pernapasan peningkatan
pola napas - Auskuttsi bunyi kerja nafas.
kembali norma l, napas dan catat - Bunyi nafas
dengan Kriteria adanya bunyi menurun /
hasil: seperti ronkhi. tidak ada bila
- klien - Tinggikan jalan nafas
Menunjukan kepala dan obstruktif
pola nafas bantu sekunder
efektif dengan mengubah terhadap
frekuensi dan posisi pendarahan
kedalaman - Observasi pola - Duduk tinggi
dalam rentang batuk dan memungkinka
normal karaktrer secret n ekspansi
- klien - Berkan oksigen paru
mengatakan tambahan memudahkan
tidak sesak pernafasan
lagi. - Kongesti
alveolar
mengakibatka
n batuk kering
/ iritasi.
- Memaksimalk
an bernafas
dan
menurunkan
kerja nafas.
3 Hipertermi Tujuan : suhu - Pertahankan - Lingkungan

16
berhubungan tubuh klien lingkungan yang
dengan kembali normal sejuk, dengan sejuk memba
pelepasan Tujuan : setelah menggunakan ntu
pyrogen dari dilakukan tindakan piyama dan menurunkan
hipotalamus selama 1x24 jam selimut yang suhu tubuh
sekunder suhu tubuh tidak tebal dengan cara
terhadap reaksi menurun dengan - Pantau suhu radiasi
antigen dan Kriteria; tubuh anak - Peningkatan
antibody - Anak akan setiap 1-2 jam, suhu secara
mempertahank bila terjadi tiba-tiba akan
an suhu tubuh peningkatan mengakibat an
yang normal secara tiba-tiba kejang
- Klien mampu - Beri - Antimikroba
menunjukkan antimikroba/ant mungkin
TTV yang ibiotik jika disarankan
normal : disaranka. untuk
suhu 36’50C, - Berikan mengobati
Nadi : 80x/m, kompres organismo
P : 20x / m dn dengan suhu 37 penyebab
TD : 110/80 oC pada anak - Kompres
mmHg - Kolaboratif hangat efektif
- Beri antipiretik mendingin-
sesuai petunjuk kan tubuh
melalui cara
konduksi
- Antipiretik
seperti
asetaminofen
(Tylenol),
efektif
menurunkan
demam
4 Kekurangan Tujuan: - Ukur dan catat - dokumentasi
volume cairan keseimbangan pemasukan dan yang akurat
berhubungan cairan pengeluaran. akan
dengansekunder tubuh adekuat Tinjau ulang membantu
karena Tujuan : catatan intra dalam
kehilangan setelah dilakukan operasi mengidentifik
nafsu makan tindakan selama - Pantau tanda- asi
dan diare 1x24 jam tanda vital pengeluaran
kebutuhan cairan - Letakkan cairan
dapat terpenuhi pasien pada - hipotensi,
dengan Kriteria: posisi yang takikardia,

17
- Tidak ada sesuai, peningkatan
tanda-tanda tergantung pada pernapasan
dehidrasi. kekuatan - mengindikasik
- Turgor kulit pernapasan an kekurangan
normal, - Pantau suhu cairan.
membran kulit, palpasi - Elevasi kepala
mukosa denyut perifer. dan posisi
lembab dan - Kolaborasi, miring akan
pengeluaran berikan cairan mencegah
urine yan parenteral, terjadinya
sekunder produksi darah aspirasi dari
dan atau plasma muntah.
ekspander. - Kulit yang
dingin/
lembab,
denyut yang
lemah
mengindikasik
an penurunan
Sirkulasi
perifer.
- Gantikan
kehilangan
cairan yang
telah
didokumen-
tasikan
5 Perubahan Tujuan: Pasien - Berikan - Untuk
nutrisi kurang mendapatkan makanan dan memenuhi
dari kebutuhan nutrisi yang kudapan tinggi kebutuhan
tubuh Optimal kalori dan tubuh
berhubungan Tujuan: setelah protein - Untuk
dengankekambu dilakukan tindakan - Beri makanan mendorong
han penyakit, selama 1x24 jam yang disukai agar anak mau
diare, kebutuhan nutrisi anak makan
kehilangan klien terpenuhi. - Perkaya - Untuk
nafsu makan, dengan kriteria makanan memaksimalk
kandidiasis oral hasil: dengan an
- Anak suplemen kualitas asupa
mengkonsumsi nutrisi. n makanan
jumlah nutrien - Berikan - Ketika anak
yang cukup makanan ketika mau
- Nafsu anak sedang makan adalah

18
menyusu mau makan kesempatan
meningkat dengan baik yang berharga
- BB meningkat - Gunakan bagi perawat
atau normal kreativitas maupun orang
sesuai umur untuk tua.
mendorong - Dapat
anak menarik minat
- Pantau berat anak untuk
badan dan makan dan
Pertumbuha menghabis-
- Kolaboratif : kan porsi
obat anti jamur makanan
sesuai instruksi - Pemantauan
berat badan
dilakukan
sehingga
intervensi
terpenuhi
- Untuk
mengobati
kandidiasis
oral

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien :
Nama : An. A
Umur : 1 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke- : 3 ( tiga )
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 12-10- 2018
Tanggal Pengkajian : 12-10-2018
No.Medrek : 722730
Diagnosa Medis : B20+ Anemia + BRPN + Malnutrisi
Alamat : Jl. Suryadipati , Poponcol, Kab. Karawang

Identitas orang tua :


Ayah :
Nama : Tn. A
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Servis AC

Ibu :
Nama : Ny. Y
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Sesak
b. Keluhan Tambahan : Panas, Batuk, Muntah , Nafsu makan menurun
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST) :
Pasien datang dengan keluhan sesak 1 hari, sebelumnya demam, batuk, pilek sejak
7 hari sebelum masuk RS,sudah berobat ke bidan tidak membaik. Sesak terus
menerus sepanjang hari,anak rewel, tidak mau makan, muntah 1X dan demam
disertai menggigil tanpa disertai penurunan kesadaran ataupun kejang. Pada saat
pengkajian.
P : bersihan jalan nafas tidak efektif, batuk
Q : sesak bertambah sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh dan nafsu makan
menurun

20
R : Terdengar ronchi
S : RR 35 x/mnt, HR : 120x/mnt, pernafasan cuping hidung dan retraksi dada
T : Sesak sepanjang hari

3. Riwayat Kesehatan dahulu


 Prenatal
a. Keluhan saat hamil : Mual, muntah trimester pertama
tapi tidak sampai dirawat
b. Tempat ANC : Posyandu dan Bidan
c. Kebutuhan nutrisi saat hamil : Ibu klien mengatakan saat hamil
nafsu makan baik, kenaikan BB
selama hamil 12 kg
d. Usia kehamilan (preterm, aterm, post term) : Aterm ( 9 bulan / 36 Minggu )
e. Kesehatan saat hamil dan obat yang diminum : Ibu jarang minum obat vitamin
dan
penambah darah
 Natal (untuk bayi/anak yang masih kecil)
a. Tindakan persalinan : Lahir Normal / spontan
b. Tempat bersalin : Bidan
c. Obat-obatan : Bayi diberi Vit.K saat lahir
 Post natal (untuk bayi/anak yang masih kecil)
a. Kondisi kesehatan : Ibu mengatakan klien
dinyatakan sehat oleh
penolong, tidak ada
cacat
b. Apgar score : Klien segera menangis
c. BB lahir, PB lahir, anomaly congenital : BB 2,6 Kg, PB 49 Cm
d. Penyakit waktu kecil (gejala, dan penanganannya) : HIV +
e. Pernah dirawat di RS : 6X
a. Penyakit yang diderita : HIV
 Respon emosional waktu dirawat : Klien lemah tampak sakit berat
 Obat-obat yang digunakan (pernah / sedang digunakan):
a. Nama obat dan dosis : ARV, 1X/hr
b. Schedule, durasi :-
c. Alasan penggunaan : Pengobatan HIV
d. Allergi : Tidak ada
e. Pernah menderita Astma, eczema : Tidak pernah
f. Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat, tanaman/ produk
rumah
tangga : Tidak ada
c. Kecelakaan (jenis kecelakaan, akibat dan penanganannya) : Tidak ada
d. Imunisasi ( imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu imunisasi):
Klien sudah melewati semua tahapan imunisasi :

21
BCG sejak lahir, pentabio I dan polio2 usia 2 bulan, pentabio2 dan polio 3 usia
4 bulan, pentabio 3 dan polio 4 usia 6 bulan. imunisasi campak pada usia 9
bulan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit yang pernah/sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan/tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita klien) Dalam keluarga ibu klien yang
mnderita penyakit seperti yang dialami klien Keluarga tidak ada yang mempunyai
penyakit keturunan

Gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi)

Keterangan :

5. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh anak dan alasannya : Ibu Kandung Klien
b. Pembawaan secara umum (periang, pemalu, pendiam dan kebiasaan menghisap
jari, membawa gombal, ngompol) : Tumbang klien berbeda dengan anak
seusianya, tidak sesuai usia
c. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman keselamatan anak, ventilasi,
letak barang-barang) : Ibu mengatakan tinggal berempat dengan keluarga, rumah
dengan jendela bisa dibuka, disekitar lingkungan rumah tidak ada yang
mempunyai penyakit menular atau penyakit infeksi saluran nafas
d. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan : Tumbang klien tidak sesuai dengan
usia nya, usia 1 tahun 8 bulan klien hanya duduk, bila berdiri klien tampak lemas
dan kesulitan untuk berdiri, tidak bisa berjalan

6. Keadaan Kesehatan saat ini


a. Diagnosis medis : B20 + Anemia + BRPN + Malnutrisi
b. Tindakan operasi : Tidak ada
c. Obat-obatan : Terlampir
d. Tindakan keperawatan : Terlampir
e. Hasil laboratorium : Terlmpir
f. Data tambahan : Terlampir

7. Pengkajian Pola Fungsi Gordon


a. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan : ibu mengatakan sehat itu penting
setiap ada anggota keluarga yang sakit selalu berobat ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat.

22
b. Status kesehatan anak sejak lahir : sering sakit-sakitan, 6x dirawat, 3x ditranfusi
c. Pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi : Imunisasi lengkap, rutin berobat
tiap bulan
d. Penyakit yang menyebabkan anak absent dari sekolah : -
e. Praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, menukar popok, dll) : -
f. Kebiasaan merokok orang tua : Ayah klien merokok
g. Keamanan tempat bermain anak dari kendaraan : anak masih dalam asuhan dan
pengawasan ibu
h. Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obatobatan) : Ibu
selalu menyimpan barang-barang yang sekiranya berbahaya di tempat yang aman
dari jangkauan anak-anak

PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
(Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST untuk 0 – 6 th)
1. Kemandirian dan bergaul : Klien tampak berespon saat diajak komunikasi,
mengangguk dan menggeleng
2. Motorik halus : Klien mampu menggenggam dan meraih mainan
3. Kognitif dan bahasa : Suara tidak keras, bisa mengucap mama
4. Motorik kasar : Mampu duduk sendiri, belum bisa berjalan

Jika usia > 6 tahun tanyakan tumbuh kembang secara umu sbb :
1. BB lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini :
2. Pertumbuhan gigi, usia gigi tumbuh, jumlah, masalah dengan pertumbuhan gigi :
3. Usia saat mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama :
4. Perkembangan sekolah, lancer, masalah apa? :
5. Interaksi dengan peers dan orang dewasa :
6. Partisipasi dengan kegiatan organisasi (kesenian, OR, dsb) :

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Klien lemah tampak sakit berat

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital :


HR : 120x/mnit S : 37,6ºC RR : 35x/mnt,BB: 5,1 kg PB: 71 Cm, Lingkar kepala : 38
Cm, LLA : 9 Cm
c. Daerah kepala dan leher
- Stuktur dan bentuk
I : Bentuk kepala bulat, rambut tipis, pirang / kemerahan ,tidak terlihat distensi
vena jugularis
P : Tidak teraba benjolan, sutura udah tertutup, ubun-ubun tidak cekung
Tidak teraba benjolan KGB
P :-
A :-
Masalah Yang ditemukan :Nutrisi kurang

23
- Muka
I : Pucat
P : Tidak teraba benjolan daerah muka
P :-
A :-
Masalah Yang ditemukan :gangguan perfusi jaringan perifer
- Mata
I : Tidak ada edema palpebra, Konjungtiva anemis, pupil (+), Reflek cahaya (+)
P : Tidak ada benjolan daerah palpebra/ mata
P :-
A :-
Masalah Yang ditemukan : nutrisi kurang
- Hidung
I : Pernafasan cuping hidung, lubang hidung simetris, memakai oksigen 1lt/mnt
P : Tidak teraba benjolan sekitar hidung
P :-
A :-
Masalah Yang ditemukan : Bersihan jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak
efektif
- Telinga
I : Bentuk simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
P : Tidak teraba benjolan daerah mastoid
P :-
A :-
Masalah Yang ditemukan : Tidak ditemukan masalah
- Mulut
I : Tidak ada stomatitis
P :-
P :-
A :-
Masalah Yang ditemukan : Tidak ditemukan masalah

- Leher
I : Tidak terlihat adanya benjolan ataupun distensi vena jugularis
P : Tidak teraba adanya benjolan sekitar leher,pembesaran KGB, kelenjar tiroid
P :-
A :-
Masalah Yang ditemukan : Tidak ditemukan masalah
d. Daerah dada
I : Retraksi dinding dada, bentuk simetris
P :-
P :-
A : Ronchi (+), wheezing (-)
Masalah Yang ditemukan : Bersihan jalan nafas tidak efektif

24
e. Daerah Abdomen
I : abdomen membesar
A : Bising usus : 10x/mnit
P : teraba pembesaran lien
P :-
Masalah Yang ditemukan : Nutrisi Kurang
f. Daerah Punggung
I : Tidak ada benjolan daerah spina bipida
P :-
P :-
A :-
Masalah Yang ditemukan : tidak ditemukan masalah
g. Daerah genetalia dan anus
I : bersih, tidak ada lecet-lecet
P :-
P :-
A : -
Masalah Yang ditemukan : tidak ditemukan masalah
h. Ekstremitas
- Ekstremitas atas :
Tidak ada edema, jari tangan utuh, akral hangat, CRT < 2 menit
- Ekstremitas bawah :
ada edema, jari kaki utuh
Reflek patela (+), Balbinsky (+), Chadok (+), Openheim (+), kaki simetris, belum
bisa berjalan
i. Integument
Kulit kering, turgor kulit kurang

j. Neurologis
- Kesadaran : Compos mentis
- Tidak ada reflek patologis

Pola aktivitas sehari-hari


No Jenis Aktivitas Sebelum sakit Ketika sakit
1. Nutrisi
a. Makan
- Jenis makanan Bubur Bubur (D2)
- Frekuensi 3x sehari 3x sehari
- Porsi ½ Porsi 2-3 suap
b. Minum
- Jenis Air Putih dan ASI Air Putih dan
- Frekuensi ASI tak terhitung ASI
Air putih setiap kali ASI tak

25
setelah makan terhitung
Air putih
sedikit minum
setiap kali
setelah makan
2. Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
- Konsistensi Lembek Cair + ampas
- Warna Kuning Kuning
b. BAK
- Frekuensi 4-5 x sehari Pampers tdk
- Warna Kuning jernih penuh
Kuning
3. Pola tidur
- Malam 9 jam
- Siang 2 jam
4. Personal Hygene
- Mandi 2x sehari Seka dengan
air hangat

- Keramas 1 x sehari Belum pernah


- Gosok gigi -
5 Aktifitas Bermain Klien masih dalam tidak
asuhan ibu, hanya
bermain dengan
keluarganya,boneka

1. Data psikologis
Anak tampak nyaman dalam pangkuan ibunya, dan elusan lembut
2. Data social
Klien tampak tidak mau dengan orang asing, hanya dekat dengan orangtuanya saja.
3. Data hospitalisasi
Klien terlihat rewel
4. Peran keluarga terhadap anak
Ibu dan keluarga merawat klien dengan baik, setiap klien sakit selalu segera dibawa
kepusat pelayanan kesehatan
Orang tua klien sangat menghawatirkan keadaan klien karena tidak pernah sesak berat
seperti sekarang.
5. Data spiritual
Bila klien sakit orang tua selalu membawa klien ke pusat pelayanan kesehatan, dan
selalu berdoa serta yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan membantu setiap
masalah kesehatan yang diderita klien

26
6. Data penunjang
- Laboratorium
No Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
1 12-10-18 HB 3,5 g/dl 10,5-14,0
Eritrosit 1,02/uL 3,6-5,2
Leukosit 7,62/uL 6,3-14,0
Trombosit 220/ uL 150-400
Hematokrit 10,8% 35-53
Basofil 0% 0-1
Eosinofil 1% 1,0-3,0
Neutropil 72% 54-62
Limposit 27% 25-33
Monosit 1% 3-7
- Rontgen :-
- Diagnostik
Lab Morfologi darah tepi :
Kesan : anemia makrositik
Usul : periksa retikulosit, SGOT,SGPT, periksa asam folat/ B12 serum
- Therapy
CEFOTAXIM : 2x250 MG
GENTAMISIN : 1 x 25 MG
PARACETAMOL INFUS : 3X60 MG
INFUS : NACL 0,9 % 9 TPM
TRANSFUSI PRC I 70 ML
II 100 ML
PREMED I. FUROSEMID 5 MG
II. DEXA 2,5 MG

27
ANALISA DATA

Nama Pasien : An. A No. RM : 72 27 30


Umur : 1 th 8 Bulan Dx Medis : B20+anemia+brpn+malnutrisi

No Data Etiologi Masalah

1 DS : jamur, virus, bakteri Bersihan jalan nafas


- Ibu klien mengatakan ↓ tidak efektif
anaknya sesak, badan panas Infeksi saluran nafas atas
- Ibu klien mengatakan ↓
anaknya batuk infeksi saluran nafas bawah
DO : ↓
- Klien lemah tampak sakit proses peradangan
berat ↓
- Klien tampak batuk akumulasi / penumpukan
- Terdapat retraksi dada sekret dijalan nafas
- Pernafasan cuping hidung ↓
- Suara nafas ronchi Bersihan jalan nafas tidak
- Klien tampak sesak efektif
- RR : 35 x / menit
- HR : 120 x / menit
- S : 37,6 ºC
2 DS : infeksi saluran pernafasan Pola nafas tidak
- Ibu klien mengatakan bawah efektif
anaknya sesak 1 hari ↓
- Ibu klien mengatakan edema
anaknya batuk ↓
- DO : suplai oksigen menurun
- Klien lemah tampak sakit ↓
berat hiperventilasi
- Suara nafas ronchi ↓
- Terdapat retraksi dada pola nafas tidak efektif
- Klien tampak sesak
- Pernafasan cuping hidung
(+)
- Ortopneu
- RR : 35 x/ menit
- S : 37,6 ºC
- HR : 120 x/menit
- Terpasang oksigen 1 lt/mnt
3 DS : Makan/ minum berkurang Peningkatan suhu

28
- Ibu klien mengatakan, klien ↓ tubuh
minum lebih sedikit dari masuknya air sangat
biasanya ±100 cc terbatas
- Ibu klien mengatakan ↓
anaknya bak sedikit, ganti reabsorbsi tubulus ginjal
pampers tidak penuh meningkat
DO : ↓
- Kulit tampak kering hipertoni
- Turgor kulit kurang ↓
- Konjungtiva anemis air keluar dari sel
- RR : 35 x/ menit Kekurangan volume cairan
- HR : 120 x/menit tubuh
- Suhu : 37,6ºC
- Hb 3,5 gr/dl
- Ht 10,8 %
4 DS : panas, batuk Nutrisi kurang dari
- Ibu klien mengatakan klien ↓ kebutuhan tubuh
tidak mau makan, minum proses infeksi
nya berkurang ↓
DO : metabolisme meningkat +
- Klien tampak lemas intake kurang
- Klien tampak pucat ↓
- Klien tampak kurus Nutrisi kurang dari
- Kulit kering kebutuhan tubuh
- Turgor kulit kurang
- Konjungtiva Anemis
- HB 3,5 g/dl
- BB saat ini 5,1 Kg
- LLA 9 Cm
5 DS : HIV + Resiko penyebaran
Ibu Klien mengatakan anaknya ↓ infeksi
gampang sakit, sudah dirawat CD 4 turun
6x ↓
DO : sistem kekebalan tubuh
Klien tampak lemas turun
Klien batuk,sesak ↓
Suhu 37,6 C kerentanan terkena infeksi
RR 35 x/mnt ↓
Nadi 120 x/mnt mudah transmisi penularan
BB 5,1 kg ↓
LLA 9 cm Resiko penyebaran infeksi
Hb 3,5 gr/dl
Lekosit 7,62/ul

29
Prioritas Masalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret dijalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake,demam
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme
sekunder terhadap proses infeksi
5. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem imun

30
B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis membahas tinjauan kasus dan tinjauan teoritis, selama
melakukan asuhan keperawatan untuk lebih memudahkannya, maka penulis membahas
sesuai dengan langkah proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan, pengorganisasian, validasi dan pencatatan
tentang status klien, data yang didapat dari beberapa sumber dan merupakan dasar
pengambilan keputusan untuk tahapan selanjutnya (Ekasari, dkk, 2008).
Dari hasil pengkajian dan observasi penulis menemukan masalah keperawatan yang
sesuai dengan teori yang ada, klien mengalami keluhan sesak nafas, suara nafas
ronchi (+), penggunaan otot bantu nafas (+)/retraksi dada, bentuk dada simetris,
pernafasan cuping hidung, tidak nafsu makan dan BB kurang, hasil laboratorium
Leukosit tidak menunjukan peningkatan pada awal klien dirawat, pada saat dikaji
keluarga sudah tahu tentang penyakit klien. Sebelumnya klien datang dengan masalah
sesak. Pada usia 1tahun 8 bulan tidak sesuai dengan perkembangannya, dengan
penilaian KPSP , klien belum bisa berjalan
Pasien dengan HIV +, akan mengalami berbagai penyakit atau komplikasi
dikarenakan terjadi menurunnya sistem imunitas. Saat pengkajian masalah yang
sangat nampak adalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Karena berdasarkan Maslow
kebutuhan pertama adalah pemenuhan kebutuhan oksigen.
b. Diagnosa Keperawatan
Terdapat 5 diagnosa keperawatan Prioritas Masalah :Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan secret dijalan nafas.Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan hiperventilasi.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan
dengan menurunnya intake,demam.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap proses infeksi .Resiko tinggi
penyebaran infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem imun.
Adapun masalah diteori yang tidak diangkat adalah hipertermi, di karenakan suhu
anak masih 37,6 C (subfebris) walaupun ada keluhan demam.
c. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari jumat tanggal 12-10- 2018 sampai
tanggal 13-10-2018 untuk diagnosa Bersihan jalan nafas tidak efektif saat melakukan
pelaksanaan tindakan sesuai rencana tindakan keperawatan karena penulis tidak

31
mendapat hambatan, faktor pendukung therafi oksigenasi tersedia mulai dari binasal
canul sampai nonrebriting mask dan keluarga kooperatif saat perawat melakukan
tindakan keperawatan, dengan diberikannya pendidikan kesehatan tentang fisioterapi
dada/ postural drainage. Kekurangan volume cairan tubuh untuk penghitungan intake
output kurang akurat karena hanya perkiraan saja, tidak dihitung ketat. Nutrisi kurang
dari kebutuhan dibutuhkan kolaborasi dengan ahli gizi namun belum terfollow up
karena hari libur Resiko penyebaran infeksi memerlukan tindakan lanjutan untuk cek
ulang pemeriksaan laboratorium.
Saat melakukan tindakan keperawata, pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat, dalam pelaksanaannya penulis tidak
menemukan hambatan dikarenakan adanya faktor pendukung orangtua dan keluarga
karena keinginan yang kuat agar klien sembuh.
d. Evaluasi
Asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada klien selama 2 hari selanjutnya
dilakukan evaluasi untuk melihat efektifitas dan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada klien.
Masalah keperawatan sebagian besar belum dapat teratasi karena prognosa dan
komplikasi dari penyakit klien yang memperberat kondisi klien.

32
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah
putih Infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara
progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama
pada orang dewasa).
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan maka penulis menyimpulkan Pada
kasus An.A dengan masalah B 20 didapatkan 5 diagnosa keperawatan yang muncul pada
klien yang pertama adalah Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret dijalan nafas. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasi. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan menurunnya
intake,demam. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme sekunder terhadap proses infeksi. Resiko tinggi penyebaran infeksi
berhubungan dengan menurunnya sistem imun.
Hasil evaluasi Asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada klien selama 2 hari
sebagian besar belum dapat teratasi karena prognosa dan komplikasi dari penyakit klien
yang memperberat kondisi klien.

B. SARAN
a. Instansi
1) Pendidikan
Pemberian sosialisasi tentang asuhan keperawatan anak bagi mahasiswa yang akan
praktek di ruangan rawat inap RSUD Karawang.
2) Rumah Sakit
Diharapkan dapat meningkatkan mutu kualitas pelayanan kesehatan khususnya pada
pasien anak yang mengalami masalah B 20 agar menyediakan standar asuhan
keperawatan yang profesional.

33
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2010. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan
Suddarth.Jakarta : EGC.

Behrman, Richard E, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2.Edisi 15.Alih
Bahasa A. Samik Wahab.Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2017. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi
Subekti.Jakarta: EGC.

Doctherman, J. McCloskey. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing


Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.

Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2016.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga.

Herdman, T. Heather. 2018. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Muscari, Mary E. 2015. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina
Hany. Jakarta: EGC.

Nethina, Sandra, M. 2011. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan,
dkk.Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan
Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2011. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing.
(Ed. 6). Missouri : Mosby.

34

You might also like