You are on page 1of 13

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, Media Farmasi Vol. 11
No.2 Tahun 2014 telah terbit.
Pada edisi ini, Jurnal Media Farmasi menyajikan artikel yang semuanya
merupakan hasil penelitian. Sembilan artikel dari luar Fakultas Farmasi UAD
membahas, (1) Studi pengguna spektrofometri inframerah dan kemometrika (2)
Optimasi formula matrik patch mukoadhesif ekstrak daun sirih ( Piper batle L.)
(3) Pengembangan basic cold cream ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana
L.) (4) Aktivitas antioksidan ekstrak etanolik berbagai jenis sayuran (5) Layanan
pesan singkat pengingat (6) Pola peresepan antiemetik pada penderita dispepsia
pasien dewasa dan lanzia (7) Evaluasi kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 (8)
Pengaruh pengetahuan dan sikap orang tua terhadap swamedikasi obat demam
pada anak. Tiga artikel dari penelitian Fakultas Farmasi UAD yang membahas
tentang : (1) Penggunaan antibotik pada pasien leukemia akut dewasa (2)
Formula granul kombinasi ekstrak terpurifikasi herba pegagan (Centella asiatica
(L) Urban) dan herba sambiloto (Andrographis paniculata) (Burm.f.)Ness) (3)
efek ekstrak etanol kelopak rosela ( Hibiscus sabdariffa L).
Harapan kami, jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau menjadi
referensi peneliti lain. Kritik dan saran membangun, senantiasa kami terima
dengan tangan terbuka.

Dewan editor
Pola Peresepan Antiemetika Agustin Wijayanti,dkk 197

POLA PERESEPAN ANTIEMETIKA PADA PENDERITA


DISPEPSIA PASIEN DEWASA DAN LANSIA RAWAT INAP
DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE
JANUARI-JUNI TAHUN 2012

ANTIEMETIKA PRESCRIBING PATTERNS IN PATIENTS


WITH DYSPEPSIA ADULT AND ELDERLY PATIENT
HOSPITALIZATION IN PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA PERIOD FROM JANUARY TO JUNE OF 2012
Agustin Wijayanti, Nuraeni

Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia


Email: agustinwijayanti97@yahoo.com

ABSTRAK

Kasus dispepsia di dunia mencapai 13-40% dari total populasi setiap tahun. Mual
dan muntah adalah gejala-gejala dari penyakit yang mendasarinya dan bukan
penyakit spesifik. Muntah bila tidak segera ditangani maka akan berakibat fatal
seperti kurangnya elektrolit, kesadaran menurun hingga dapat menyebabkan
koma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola peresepan
antiemetika yang digunakan pada penderita dispepsia pasien dewasa dan lansia
rawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jenis penelitian ini
deskriptif non analitik dengan pengambilan data secara simple random sampling
dengan pendekatan secara retrospektif, dengan melihat data lampau berdasarkan
rekam medis penderita dispepsia pasien dewasa dan lansia rawat inap di rumah
sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari - Juni 2012. Pola
peresepan antiemetika yang diamati meliputi dosis, frekuensi, lama penggunaan,
serta cara pemberian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis antiemetika
yang sering digunakan adalah golongan serotonin yaitu ondansetron (57,01%),
rerata lama penggunaan antiemetika adalah 3 hari. Pemberian dihentikan bila
keluhan sudah membaik, cara pemberian antiemetika didominasi pemberian
secara injeksi, dosis pemberian ondansetron 4mg/12 jam atau 8mg/12 jam, dosis
pemberian domperidon 3xsehari 10mg.

Kata kunci : dispepsia, antiemetika, pasien dewasa, lansia, PKU Muhammadiyah


Yogyakarta
198 Media Farmasi, Vol. 11 No.2 September 2014 : 197-207

ABSTRACT

The case of dyspepsia in the world to reach 13-40% of the total population each
year. Nausea and vomiting are symptoms of an underlying disease and not a
specific disease. Vomiting if not treated immediately it will be fatal such as a lack
of electrolytes, decreased consciousness can lead to coma. The purpose of this
study was to determine the prescribing pattern antiemetika used in dyspepsia
patients and elderly adult patients hospitalization PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. This type of research with non analytic descriptive data retrieval by
simple random sampling with retrospective approach, by looking at past data
based on medical records dyspepsia patients and elderly adult patients
hospitalization PKU Muhammadiyah Yogyakarta period January- June 2012.
Antiemetika prescribing pattern observed included the dose, frequency, duration
of use, method of use and suitability based on ISO and MIMS. The results showed
that the type frequently used antiemetika serotonin namely ondansetron group
(57.01%), the mean duration of use antiemetika is 3 days. Giving stopped when a
complaint has been improved, giving way antiemetika dominated injection
administration, doses of ondansetron 4 mg/12 hours 8 mg/12 hours, 3x daily
domperidone with 10mg doses.

Keywords: dyspepsia, antiemetika, adult patients, geriatri, hospital

PENDAHULUAN (Almatsier, 2004), dapat disimpulkan


bahwa dispepsia merupakan
Menurut kamus kedokteran, gangguan pencernaan yang ditandai
dispepsia adalah berkurangnya daya dengan banyak gejala dari nyeri ulu
atau fungsi pencernaan, biasanya hati, mual, kembung, muntah, rasa
ditunjukkan dengan perasaan tidak penuh, atau cepat kenyang dan
nyaman pada epigastrum setelah sendawa.
makan. Tjokronegoro (2001) Gangguan yang sering muncul
menerangkan dispepsia merupakan pada penderita penyakit dispepsia
kumpulan gejala atau sindrom yang salah satunya adalah mual dan
terdiri dari nyeri ulu hati, mual, muntah. Penggunaan obat-obatan
kembung, muntah, rasa penuh, atau antiemetika dimaksudkan untuk
cepat kenyang dan sendawa, menekan rangsang mual dan muntah
dyspepsia sering ditemukan pada itu sendiri. Akibat yang timbul
orang dewasa. Dispepsi merupakan setelah muntah bergantung pada
masalah yang sering ditemukan dan berapa seringnya terjadi muntah dan
keluhannya sangat beragam. berapa lama keadaan tersebut
Dispepsia merupakan salah satu berlangsung. Pada muntah yang
gangguan pencernaan yang paling terjadi hanya sesekali saja
banyak diderita yang menunjukkan pengaruhnya praktis tidak ada. Akan
rasa nyeri pada bagian atas 12 perut tetapi pada muntah yang terus
Pola Peresepan Antiemetika Agustin Wijayanti,dkk 199

menerus dan hebat, dapat muntah yang diresepkan untuk


menyebabkan gangguan metabolisme pasien yang mendapat diagnosa
air dan elektrolit disertai alkalosis dispepsia.
hipokloremik, oliguria, eksikosis, 3. Golongan obat adalah kelompok
naiknya suhu dan kemungkinan juga obat yang diberikan pada kasus
terjadi koma (Mutschler, 1999). dispepsia, misalnya antiemetika.
Berdasarkan latar belakang inilah 4. Jenis obat adalah nama obat
penulis telah melaksanakan antimuntah yang diberikan kepada
penelitian mengenai Pola peresepan pasien.
antiemetika pada penderita dispepsia 5. Dosis adalah takaran pemakaian
pasien dewasa dan lansia rawat inap obat yang digunakan untuk satu
yang meliputi golongan obat, jenis kali pemakaian dalam mg atau
obat, dosis dan frekuensi pemberian, kg/BB.
lama penggunaan dan cara 6. Frekuensi obat adalah berapa kali
penggunaan pada kasus dispepsia. obat tersebut diberikan dalam
Tujuan penelitian ini untuk waktu satu hari .
mengetahui pola peresepan 7. Cara pemberian adalah cara atau
antiemetika pada penderita dispepsia route yang digunakan dalam
pasien dewasa dan lansia rawat inap pemberian obat.
di rumah sakit PKU Muhammadiyah 8. Pasien dewasa adalah pasien
Yogyakarta tahun 2012. dengan batasan usia 18-60 tahun
(Hurlock, 1994). Pasien lanjut
METODEPENELITIAN usia adalah pasien dengan batasan
usia 61-74 (dewasa akhir/ lansia),
A. Jenis Penelitian 75-90 (lanjut usia tua).
Jenis penelitian ini
menggunakan metode deskriptif non C. Instrumen penelitian
analitik. Pengambilan data melalui Instrumen penelitian yang
pendekatan secara retrospektif digunakan dalam penelitian adalah
dengan melihat data lampau lembar pengumpul data dengan
berdasarkan data rekam medis. sumber data rekam medis pasien
dewasa dan lansia dengan diagnosa
B. Definisi Operasional dispepsia di rumah sakit PKU
1. Pola peresepan antiemetika adalah Muhammadiyah Yogyakarta yang
pemilihan obat yang diresepkan mencakup nomor rekam medis, jenis
sebagai antimuntah pada penderita kelamin, umur, diagnosa, nama obat,
dispepsia. golongan obat, dosis, frekuensi
2. Antiemetika pada penderita pemberian obat dan cara pemberian
dispepsia adalah zat-zat yang obat.
berkhasiat menekan rasa mual dan
Pola Peresepan Antiemetika Agustin Wijayanti,dkk 201

HASIL PENELITIAN DAN B. Gejala Umum Dispepsia


PEMBAHASAN Hasil penelitian di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Pada penelitian yang terhadap pasien dewasa dan lansia
dilakukan di Instalasi Rawat Inap di yang menderita dispepsia mengalami
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah permasalahan pada daerah perut yang
Yogyakarta yang tercatat sejak bulan berupa nyeri ulu hati dan nyeri perut.
Januari - Juni 2012 diperoleh data Penderita dispepsia mengalami nyeri
sebagai berikut : pada bagian perut dan ulu hati
disebabkan salah satunya keasaman
A. Karakteristik berdasarkan jenis pada lambung, juga bisa disebabkan
kelamin karena bakteri dan luka pada
Selama bulan Januari-Juni 2012 lambung.
di Rumah Sakit PKU Penderita dispepsia yang
Muhammadiyah Yogyakarta terdapat mengalami keluhan mual dan muntah
pasien dewasa dan lansia rawat inap lebih mendominasi dengan
dengan diagnosa dispepsia 206 prosentase hingga 50%. Mual dan
kasus. Selanjutnya dilakukan muntah terjadi karena adanya reaksi
identifikasi jenis kelamin pasien inflamasi pada lambung yang
untuk melihat apakah ada dominasi merangsang pusat muntah di medulla
jenis kelamin pada dispepsia. Hasil oblongata. Apabila terjadi
identifikasi menunjukkan bahwa rangsangan pada pusat muntah maka
dispepsia secara umum lebih banyak akan terjadi mekanisme muntah
diderita oleh kaum perempuan seperti pada umumnya.
dengan penjabaran jumlah kasus
sebagai berikut: 206 kasus maka C. Karakteristik berdasarkan Usia
diperoleh 54 kasus dengan persentase Dalam penelitian ini data
26,21 % terjadi pada laki-laki dan pasien yang terdiagnosis dispepsia
152 kasus dengan persentase 73,79% yang memperoleh antiemetika
terjadi pada perempuan. dengan usia 18-39 tahun terdapat 43
Timbulnya dispepsia sangat kasus dengan persentase 41,74 %.
berhubungan dengan pola makan, Penderita dispepsia yang berusia usia
gaya hidup, stress, obat penghilang 40-59 tahun berjumlah 42 kasus
nyeri maupun akibat infeksi oleh dengan persentase 40,78 %.
Helycobacter pylori. Penyakit ini Penderita dispepsia dengan batasan
dapat menyerang laki-laki maupun usia 60-74 tahun berjumlah 15 kasus
perempuan. dengan persentase 14,56 %
sedangkan penderita dengan batasan
usia 75-90 tahun berjumlah 3 kasus.
202 Media Farmasi, Vol. 11 No.2 September 2014 : 197-207

Diperoleh hasil bahwa terdapat toksin dalam saluran cerna,


penderita dispepsia didominasi oleh serotonin berikatan dengan
pasien dengan batasan dewasa awal reseptornya dan akan merangsang
(18-39 tahun) dan usia dewasa saraf vagus menyampaikan
tengah dengan batasan usia (40-59 rangsangan ke CTZ dan pusat
tahun). Hal ini dimungkinkan karena muntah kemudian terjadi mual dan
adanya faktor stress yang muntah. Hasil dari penelitian ini
mempengaruhi pemasukan makanan. sesuai dengan penelitian yang telah
Pemasukan makanan yang kurang dilakukan oleh R.M Farid dan M.
menyebabkan lambung akan kosong, Ramli pada tahun 2005 yang
kekosongan lambung dapat menyatakan bahwa ondansetron
mengakibatkan erosi pada lambung lebih efektif dalam mencegah insiden
akibat gesekan antara dinding- mual muntah dengan metoklopramid.
dinding lambung, kondisi demikian Ondansetron relatif lebih aman
dapat mengakibatkan peningkatan karena tidak menimbulkan reaksi
produksi HCl yang akan merangsang ekstrapiramidal dan mempercepat
terjadinya kondisi asam pada pengosongan lambung.Keluhan yang
lambung (Anonim, 2001). umum ditemukan ialah konstipasi.
Gejala lain dapat berupa sakit kepala,
D. Jenis Obat flushing, mengantuk, gangguan
Berdasar hasil penelitian di saluran cerna, nyeri dada, susah
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah bernapas, dsb (Sulistia, 2007)
Yogyakarta terhadap pasien dewasa Metoklopramid bekerja secara
dan lansia rawat inap penderita selektif pada sistem cholinergik
dispepsia yang memperoleh obat tractus gastrointestinal (efek
antiemetika tahun 2012 tersaji pada gastropokinetik). Metoklopramid
tabel II. merangsang motilitas saluran cerna
Antiemetika yang paling bagian atas tanpa merangsang sekresi
banyak digunakan pada penderita asam lambung, empedu atau
dispepsia adalah golongan antagonis pankreas. Metoklopramid
serotonin yaitu ondansetron injeksi. meningkatkan tonus dan amplitudo
Ondansetron termasuk kelompok kontraksi lambung terutama bagian
obat antagonis serotonin 5-HT3, antral, merelaksasi sfingter pilorus
yang bekerja dengan menghambat dan bulbus duodenum, dan
secara selektif serotonin 5- meningkatkan peristaltik duodenum
hydroxytriptamine (5HT3) berikatan dan yeyunum sehingga terjadi
pada reseptornya yang ada di CTZ percepatan pengosongan lambung
(chemoreseceptor trigger zone) pada dan transit intestinal. Metoklopramid
saluran cerna. Serotonin merupakan meningkatkan tonus sfingter
zat yang akan dilepaskan jika esofagus bagian bawah pada keadaan
Pola Peresepan Antiemetika Agustin Wijayanti,dkk 203

istirahat. Motilitas kolon atau diobsorbsi dalam usus kecil;


kandung empedu hanya terpengaruh memperpanjang lamanya aksi
sedikit oleh metoklopramid suksinilkolin (melalui pelepasan
(Anonim, 2007). asetilkolin dan inhibisi dari
Efek metoklopramide pada kolinesterase plasma); melepaskan
motilitas gastrointetinal di antagonis katekolamin pada pasien dengan
oleh obat-obatan antikolinergik hipertensi esensial dan
(contohnya atropin) dan analgesik feokromositoma; dapat menimbulkan
narkotik; efek sedatif dipotensiasi perasaan ansietas dan kegelisahan
oleh alkohol, hipnotik sedatif, yang sangat setelah suntikan
penenang, narkotik; mempercepat intravena cepat; dapat menimbulkan
aksi dari tetrasiklin, asetaminofen, reaksi ekstra piramida
levodopa, dan etanol, yang terutama (Omoigui,1997)

Tabel I : Keluhan yang Dialami Oleh Pasien yang terdiagnosa Dispepsia Periode Januari-Juni
2012
No. Keluhan Jumlah Persentase
1 Mual dan muntah 103 50,00
2. Nyeri perut 52 25,24
3 Nyeri ulu hati 40 19,42
4 Pusing 11 5,34
Jumlah 206 100
Sumber : Data rekam medis pasien rawat inap terdiagnosa dispepsia

Tabel II : Daftar Nama Dan Golongan Obat antiemetika yang diresepkan

No Nama obat Golongan Pasien Persentase


1 Ondan setron injeksi Antagonis serotonin 61 59,22
2 Domperidon tablet Prokinetik 30 29,13
3 Metoklopramide injeksi Prokinetik 12 11,65
Jumlah 103 100
Sumber : Data rekam medis pasien rawat inap terdiagnosa dispepsia

Tabel III: Dosis dan frekuensi pada penderita dispepsia

No. Nama Obat Dosis dan frekuensi


1. Ondansetron injeksi 4mg/12 jam
8mg/12jam
2. Domperidon tablet 3x10 mg
3. Metoklopramide injeksi - 10mg dalam NaCl
100ml/24jam
- 10mg/12jam
- 10mg/8jam
Sumber : Data rekam medis pasien rawat inap terdiagnosa dispepsia
204 Media Farmasi, Vol. 11 No.2 September 2014 : 197-207

E. Dosis dan Frekuensi disesuaikan kondisi dan respon


Dosis dan frekuensi penderita walaupun pasien tersebut
antiemetika pada pasien dispepsia tidak sedang mendapatkan
tersaji pada tabel III. kemoterapi atau radioterapi.
Ondansetron merupakan Ondansetron dipilih sebagai
antiemetika kuat yang pada umumya obat untuk mengurangi mual dan
digunakan untuk terapi mual dan muntah pada penderita dispepsia
muntah akibat radioterapi dan dikarenakan efek samping yang
pembedahan. Dosis mual dan muntah ditimbulkan lebih ringan dibanding
akibat kemoterapi yang sangat antiemetika yang lain diantaranya
emetogenik 8mg secara intravena adalah tidak menimbulkan efek
segera sebelum kemoterapi, lalu samping ekstrapiramidal. Selain itu
dilanjutkan dengan intravena aksi ondansetron sebagai anti
1mg/jam selama 24 jam atau 2-8mg emetika relatif lebih cepat dibanding
tiap 2-4 jam kemudian dilanjutkan obat lain.
dengan 8mg peroral tiap 12 jam Domperidone merupakan
selama 5 hari. Kemoterapi yang golongan prokinetik, obat ini
kurang emetogenik 8mg intavena digunakan pada muntah akibat
segera sebelum kemoterapi atau 8mg dispepsia fungsional. Dispepsia
peroral tiap 1-2 jam sebelum fungsional adalah keluhan dalam
kemoterapi, dilanjutkan dengan 8mg beberapa minggu tanpa didapatkan
peroral tiap 12 jam selama 5 hari. kelainan atau gangguan struktur pada
Mual dan muntah yang diinduksi lambung. Pemberian domperidon
oleh radioterapi 8mg peroral tiap 12 pada pasien dewasa di rumah sakit
jam, dosis pertama harus diberikan 1- PKU Muhammadiyah Yogyakarta
2jam sebelum radioterapi hari dengan dosis 3 kali sehari 10 mg.
sesudah pemberian intravena. Mual Selain domperidon, metoklopramide
dan muntah karena kemoterapi 8mg juga digunakan pada pengobatan
peroral tiap 8jam diberikan 1 sampai mual dan muntah pada dispepsia.
2 jam sebelum kemoterapi. Mual dan Tomit merupakan golongan
muntah karena radioterapi 8mg 3x/ prokinetik namun berdasarkan
hari 1-2 jam sebelum radioterapi penelitian tomit paling sedikit
Pada penelitian ini, penderita digunakan karena memiliki efek
dispepsia yang mengalami muntah samping ekstrapiramidal.
muntah yang hebat sehingga
dikhawatirkan akan mengalami F. Lama Penggunaan Antiemetika
kekurangan elektrolit, lemas, dan Dari hasil penelitian mengenai
kesadaran menurun. Oleh karena itu, lama penggunaan antiemetika tersaji
ondansetron diberikan dengan dosis pada tabel IV.
4mg/12jam atau 8mg/12jam
Pola Peresepan Antiemetika Agustin Wijayanti,dkk 205

Berdasarkan hasil penelusuran data berhubungan dengan hilangnya


data rekam medis pasien terdiagnosa rangsang mual pada pasien.
dispepsia diperoleh data bahwa Keluhan mual yang berakibat
antiemetika paling lama tiga hari. muntah yang terus menerus harus
Pemberian antiemetika pada segera ditangani dengan cepat karena
penderita dispepsia diberikan pada dapat mengakibatkan gangguan
hari pertama karena keluhan pasien keseimbangan cairan dan elektrolit
yang mengalami mual dan muntah tubuh, sehingga terjadi dehidrasi, dan
pada saat datang. Namun, apabila kesadaran menurun. Akibat dari
hari kedua pasien tidak mengeluhkan mual dan muntah dapat menurunkan
mual dan muntah maka pemberian berat badan karena kekurangan
antiemetika dapat dihentikan. asupan makanan. Pada kejadian
Penggunaan antiemetika pada muntah berlebihan yang bersifat
penderita dispepsia tidak parah, dapat mengakibatkan
berhubungan dengan lamanya waktu gangguan hati.
penggunaan obat anti emetika namun

Tabel IV. Lama penggunaan antiemetika pada penderita dispepsia pasien dewasa dan lansia

No. Nama Obat Lama Pemberian Jumlah %


1 Ondansetron injeksi 1 hari 17 16,50
2 hari 49 46,23
3 hari 6 5,66
2 Domperidon tablet 1 hari 6 5,66
2 hari 10 9,71
3 hari 3 2,83
3 Metoklopramide 1 hari 6 5,66
2 hari 3 2,83
3 hari 3 2,83
Jumlah 103 100

Sumber : Data rekam medis pasien rawat inap terdiagnosa dispepsia

Tabel V. Cara pemberian antiemetika pada penderita dispepsia

No. Nama Obat Cara Pemberian Jumlah %


1 Ondansetron Intravena 61 59,22
2 Domperidon Per oral 30 29,13
3 Metoklopramide Intravena 12 11,65
Jumlah 103 100
Sumber : Data rekam medis pasien rawat inap terdiagnosa dispepsia
206 Media Farmasi, Vol. 11 No.2 September 2014 : 197-207

G. Cara Pemberian Obat a. Jenis antiemetika yang digunakan


Cara pemberian obat antiemetika pada penderita dyspepsia adalah
dapat di lihat pada tabel 5. ondansetron (antagonis serotonin)
Berdasarkan penelusuran data dan golongan prokinetik
Rekam Medis diperoleh hasil bahwa (domperidon).
cara penggunaan antiemetika pada b. Dosis penggunaan ondansetron 2
penderita dispepsia didominasi pada kali sehari 4mg, 2 kali sehari 8mg
pemberian intravena. sedangkan dosis domperidon 3
Penderita dispepsia yang kali sehari 1 tablet, dosis
mengalami mual muntah yang hebat metoklopramid 10mg/12 jam,10
diberikan ondansetron dalam sediaan mg/8 jam dan 10mg dalam NaCl
injeksi agar efek mual muntah cepat 100 cc satu kali sehari.
ditangani. Obat dalam sediaan injeksi c. Lama pemberian antiemetika pada
dalam pembuluh darah menghasilkan penderita dispepsia berkisar antara
efek tercepat dalam waktu 18 detik, 1 – 3 hari.
yaitu waktu satu peredaran darah, d. Cara pemberian antiemetika pada
obat sudah tersebar ke seluruh penderita dispepsia adalah melalui
jaringan. Tetapi, lama kerja obat injeksi dengan obat ondansetron
biasanya hanya singkat. Cara ini serta metoklopramide dan melalui
digunakan untuk mencapai efek yang oral dengan domperidon.
sangat cepat dan kuat dengan dosis
yang tepat dan dapat dipercaya. UCAPAN TERIMAKASIH :
Sediaan dalam bentuk intravena
efeknya lebih cepat dibandingkan Pada kesempatan ini kami ucapkan
dengan yang oral karena obat-obatan terimakasih tak terhingga atas segala
dalam sediaan injeksi langsung bantuan, masukan serta kritik
diabsobsi oleh tubuh sehingga sarannya kepada yang terhormat :
efeknya lebih cepat dan mual muntah 1. Direktur beserta staf Rumah Sakit
yang dialami pasien segera dapat PKU Muhammadiyah Yogyakarta
teratasi. yang telah memberikan ijin dalam
melaksanakan penelitian ini.
KESIMPULAN 2. Dra. Yuli Puspito Rini, M.Si selaku
Direktur Politeknik Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian Bhakti Setya Indonesia Yogyakarta.
mengenai penggunaan antiemetika 3. Nur Ismiyati, M.Sc, Apt selaku
Ketua Program Studi D3 Farmasi
pada penderita dispepsia pasien
Politeknik Kesehatan Bhakti Setya
dewasa rawat inap di rumah sakit
Indonesia Yogyakarta.
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
4. Dra. Woro Siti Murwani, Apt atas
dapat disimpulkan sebagai berikut :
motivasi dan saran dalam
penyusunan karya ini.
Pola Peresepan Antiemetika Agustin Wijayanti,dkk 207

DAFTAR PUSTAKA Farid R.M., Ramli M, 2005,


Perbandingan Efektifitas
Anonim, 2001, Buku Ajar Ilmu Ondansetron dan Metoklopramid
Penyakit Dalam jilid II, Balai dalam Menekan Mual Muntah
Penerbit FKUI, Jakarta: 20. Pascaoperasi pada Pembedahan
Anonim, 2007, Perbandingan Perut Bawah Kasus Ginekologi,
Efektifitas Antara The Indonesian Journal of
Metoclopramide dan Anesthesiology and Critical Care,
Ondansetron Sebagai 22 : 244.
Premedikasi Anestesi dalam Mutschler, Ernst., 1999, Dinamika
Mencegah Insiden Post Obat, Edisi V, Jilid III, Penerbit
Operative Nausea and Vomiting. ITB, Bandung hal: 35-50
Bagian Anestesi Fakultas Sugiyono, 2012, Metode Penelitian
Kedokteran U.N.S. Surakarta, Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
hal: 6-7. Alfabetha, Bandung, hal : 10-2
Almatsier S, 2004, Penuntun Diet. Tjokronegoro, Arjatmo, 2001, Buku
Gramedia Pustaka Utama: ajar : Ilmu penyakit dalam (jilid
Jakarta, hal : 25 II). FKUI: Jakarta, hal : 45

You might also like