Meskipun tanpa riwayat atau bukti dari liken planus cutaneus, oral liken planus retikular dengan tanda-tanda bilateral dari mukosa bukal memiliki pola karakteristik yang dapat ditegakkan dengan diagnosis klinis saja. Perlu ditekankan, meskipun pada kasus "klasik" periode reevaluasi pasien diharuskan untuk mencari tanda-tanda progresivitas dari jaringan, dan pasien harus disarankan untuk mencoba biopsi jaringan sehingga dapat ditegakkan menggunakan diagnosis histopatologi. Anamnesa yang jelas dan korelasinya dengan klinis yang muncul dapat membantu dalam menegakkan diagnosis dan juga biopsi dapat dipertimbangkan. Dalam presentasi keratosis plak pada bagian dorsal, khususnya dorsolateral, lidah, biopsi adalah opsi utama untuk mengexclude kemungkinan displasia (perubahan epitel prekanker) atau skuama sel karsinoma. Jika pada gambaran mirip gingivitis deskuama yang lebih banyak, kondisi seperti lichenoid foreign body reaction (akibat material profilaksis dental), membran mukus pemfigoid, stomatitis ulceratif kronis dan pemfigus vulgaris dapat diperhitungkan. Sehingga, biopsi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan untuk kasus deskuama gingivitis persistent apapun yang tidak respon terhadap tindakan konservatif higienitas lokal. Diagnosis akhir untuk oral liken planus, khususnya pada kasus erosif, diselesaikan dengan biopsi jaringan pada mukosa yang terkena. Dengan menggunakan anestesi lokal yang benar, potongan berbentuk elips harus mendapatkan bagian dari jaringan lesi hingga mukosa yang normal. Penggunaan cauter tidak direkomendasikan pada kasus ini diakibatkan dapat terjadi perubahan artifak pada spesimen. Sebagai tambahan, lesi erosif atau ulcer harus ditangani dengan pelan untuk meminimalkan kemungkinan sayatan atau pemisahan dari permukaan epitel dari lapisan jaringan ikat, yang dapat mempengaruhi diagnosis spesimen. Oral liken planus memiliki beberapa gambaran karakteristik histopatologis, termasuk hiperkeratosis, degenerasi vakuola dari lapisan basal sel dan degenerasi keratinosit yang dinamakan koloid atau Civattes bodies. Bisa tidak terlihat Rete ridges atau elongasi pada satu arah atau gambaran "saw-tooth". Lapisan tipis akibat infiltrasi dari sedikit limfosit dapat tampak di epitel, kadang menghancurkan jaringan penghubung ikat dan epitel. Tetapi, gambaran ini tidak spesifik pada oral liken planus dan dapat dilihat pada beberapa kondisi lainnya, seperti reaksi likenoid akibat amalgam, likenoid akibat obat, reaksi mukosa cinnamon, lupus eritematous, Graft-versus-host disease, dan stomatitis ulceratif kronis. Karena itu, oral liken planus didiagnosa dengan korelasi yang sangat hati- hati antara klinis yang muncul dan hasil dari pemeriksaan biopsi. Pemeriksaan direct immunofluoresen pada spesimen oral liken planus menyerupai pemeriksaan rutin histopatologis yang hasilnya bisa membantu atau menegakkan diagnsosi oral liken planus, tetapi tidak spesifik pada oral liken planus saja. Kebanyakan lesi menunjukkan lapisan tipis yang irregular dan linear dengan bentuk lain dari mucositis dari likenoid, graft-versus-host disease, lupus eritematous, dan stomatitis ulceratif kronis. Tidak seperti liken planus cutaneus, yang dapat sembuh sendiri dan menghilang spontan dalam 1 sampai 2 tahun, oran liken planus biasanya kondisi kronis dan dapat menetap hingga bertahun-tahun, atau dekade. Seperti penyakit autoimun kebanyakan, tidak ada ada pengobatan definitif dari oral liken planus. Tujuan utama dari pengobatan adalah mengurangi luas dan keparahan penyakit ketika periode aktif dan jika mungkin, meningkatkan dormansi penyakit. Pasien dengan oral liken planus retikular tanpa gejala tidak membutuhkan intervensi terapi. Tindakan konservatif untuk memperbaiki higienitas oral dan meminimalisasi iritasi jaringan lokal dapat membantu mengurangi periode jaringan yang dapat "rusak". Ini termasuk menurunkan interval antara profesional profilaksis dental (setiap 4 bulan dibandingkan setiap 6 bulan), rekomendasi penggunaan pasta gigi yang lunak dan memperbaiki gigi yang tajam atau rusak, restorasi dan gigi palsu. Jika terdapat candidiasis yang melapisi, terapi antifungal dapat diberikan untuk mengurangi gejala yang muncul. Pengobatan dari gejala erosif oral liken planus sebagian besar dengan penggunaan kortikosteroid topikal, khususnya yang potensi tinggi seperti fluocinonide (Lidex) 0.05%, augmentasi betamethasone (Diprolene) 0.05% dan clobetasol (Temovate) 0.05%. Sediaan gel lebih baik dibandingkan krim atau ointment yang lebih hidrofobik dan susah melekat pada oral mukosa normal yang lembab. Pasien harus disarankan untuk mengoleskan tipis gel kortikosteroid langsung pada jaringan lesi 4 sampai 5 kali sehari. Pemberian sedikit gel beberapa kali sehari dibandingkan pemberian banyak gel tetapi dalam durasi yang sedikit harus ditekankan. Dikarenakan oral liken planus memiliki kemampuan mengeluarkan substrat natural, pasien harus diinstruksikan untuk menggunakan kembali terapi topikal dengan dosis maksimum ketika gejala muncul. Klinisi harus menggiatkan pasien untuk membantu atau mempertahankan higientias yang baik dikarenakan ini sebagai penurunan aktifitas penyakit, dengan atau tanpa terapi kortikosteroid topikal. Untuk pasien dengan gejala penyakit yang meluas atau memiliki keterbatasan, kemungkinan karena penyakit lainnya seperti arthritis, larutan kortikosteroid aqueous dapat menjadi alternatif yang efektif. Pilihan yang termasuk yaitu dexamethasone (Decadron) elixir, 0.5mg/5ml dan prednisolone (Prelone) sirup, 15mg/5ml. Pasien harus diinstruksikan untuk berkumur pada bagian yang terkena dengan larutan selama semenit dan membuang tanpa berkumur dengan air setelah makan dan sebelum waktu tidur. Varietas dari pengobatan yang lain dapat digunakan untuk mengobati oral liken planus, termasuk immunosuppresif topikal (tacrolimus, retinoid, siklosporin), agen sistemik (kortikosteroid, retinoid, dapson, azathioprine, griseofulvin, thalidomide, levamisole), dan PUVA (psoralen oral dan ultraviolet A dosis rendah) atau terapi laser. Meskipun hasil yang memuaskan didapati, tetapi obat-obatan ini biasanya lebih mahal dibandingkan terapi kortikosteroid dan tanpa bukti yang jelas dari kemampuan yang lebih baik.
Acute Lymphoblastic Leukaemia Prevalence of Invasive Fungal Infections (Ifi) in Children With Febrile Neutropenia Between 1-12 Years Treated For Acute Leukemia-A Prospective Study